Anda di halaman 1dari 110

i

ANALISIS FAKTOR RISIKO ANEMIA PADA IBU HAMIL

TRISEMESTER KETIGA

Diusulkan oleh :
NURDINA TAKDIR
C11114004

PEMBIMBING :
Dr.dr.Sitti Rafiah, S.Ked.,M.Kes

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat


menyelesaikan program studi Pendidikan Dokter

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
ii
iii
iv
v

LEMBAR PERNYATAAN ORISINIL KARYA

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Nurdina Takdir

NIM : C111 14 004

Tempat & tanggal lahir : Rante Limbong, 04 Oktober 1995

Alamat Tempat Tinggal : Btp Blok Af No.500

Alamat email : nurdinatakdir04@gmail.com

HP : 082348935161

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: “Analisis Faktor

Risiko Anemia pada Ibu Hamil Trimester Ketiga” adalah hasil pekerjaan saya dan

seluruh ide, pendapat, atau materi dari sumber lain telah dikutip dengan cara

penulisan referensi yang sesuai. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-

benarnya.

Makassar, 6 Desember 2017

Yang Menyatakan,

Nurdina Takdir
vi

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua dengan segala

keterbatasan yang penulis miliki, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “Analisis Faktor Risiko Anemia pada Ibu Hamil Trimester

Ketiga” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada program studi

pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudddin.

Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT atas kekuatan dan nikmat yang tak terhingga sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu.

2. Orang tua penulis yang senantiasa membantu dalam memotivasi,

mendorong dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr.dr Siti Rafiah S. Ked, M. Kes selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam pembuatan skripsi ini dan

membantu penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

4. Teman-teman kelompok belajar penulis (Buril) yang senantiasa

memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Teman-teman dan kakak-kakak yang sudah membantu melalui

sumbangsih pikiran maupun bantuan fisik dan moril secara langsung

maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan secara satu per satu yang

terlibat dalam memberi dukungan dan doanya kepada penulis


vii

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

sehingga dengan rasa tulus penulis akan menerima kritik dan saran serta koreksi

membangun dari semua pihak.

Makassar, 6 Desember 2017

Penulis
viii

SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
November 2017
Nurdina Takdir
Dr.dr.Sitti Rafiah, S.Ked.,M.Kes
dr.Nikmatia Latief, Sp.Rad (K)
dr.Hasan Nyambe, M,Med.Ed

Analisis Faktor Risiko Anemia pada Ibu Hamil Ttimester Ketiga

ABSTRAK
Pendahuluan : Anemia pada kehamilan merupakan salah satu masalah yang
sangat sering di jumpai pada ibu hamil. . Anemia pada ibu hamil disebut
“potensial danger to mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak).
Kejadian anemia pada ibu hamil paling sering mengenai ibu hamil trimester
ketiga. Prevalensi anemia di dunia sangat tinggi terutama di negara-negara sedang
berkembang termasuk Indonesia, Oleh karena itulah anemia memerlukan
perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor penyebab terjadinya anemia
pada ibu hamil Trimester ketiga di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti
Fatimah Makassar. Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia
pada ibu hamil trimester ketiga. Ada beberapa faktor risiko yang dianggap
berperan pada kejadian anemia pada ibu hamil diantaranya adalah umur, paritas,
status gizi, ANC, pengetahuan ibu tentang anemia dan tablet Fe, dan Kepatuhan
ibu mengonsumsi tablet Fe. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya
hubungan antara factor-faktor diatas dengan kejadian anemia pada ibu hamil
trimester ketiga.
Metode: Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif analitik dengan
desain pendekatan cross sectional menggunakan data primer melalui wawancara
dan data sekundermelalui data rekam medik di rumah sakit. Sebagai sasarannya
adalah ibu hamil yang pada bulan September – November 2017 memasuki
trimester ketiga. Data dianalisi dengan menggunakan program statistik komputer.
Hasil: Sampel yang diteliti sebanyak 50 orang. Terdapat 41ibu (82,0 %)
yang menderita anemia dan terdapat 9 ibu (18,0%) yang tidak menderita anemia.
Hasil analisis hubungan antara umur dengan status anemia di dapatkan hasil yang
tidak signifikan begitupun Hubungan dengan paritas dan status gizi ibu hamil.
Hasil analisis hubungan antara Frekuensi Antenatal Care (ANC) dengan status
anemia ibu hamil diperoleh responden yang frekuensi ANC nya kurang (<4 kali)
ada sebanyak 27 ibu (54,0%) mengalami anemia dan ada 1 ibu (2%) yang tidak
mengalami anemia sedangkan dari 22 responden yang frekuensi ANC nya cukup
ada 14 ibu (28%) yang mengalami anemia dan 8 ibu (16%) yang tidak mengalami
anemia. Nilai p value 0,003. Hasil analisis hubungan antara pengetahuan ibu
dengan status anemia pada ibu hamil diperoleh responden memiliki pengetahuan
kurang ada sebanyak 27 ibu ( 54,0 %) yang mengalami anemia dan 2 ibu (4%)
yang tidak mengalami anemia. Sedangkan dari 21 responden yang memiliki
pengetahuan cukup ada 14 ibu (28%) yang mengalami anemia dan 7 ibu (14%)
yang tidak mengalami anemia .Nilai p value 0,016. Hasil analisis hubungan antara
ix

kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe dengan status anemia ibu hamil diperoleh


responden yang kurang patuh mengonsumsi fe ada sebanyak 25 ibu (50,0%) yang
mengalami anemia dan 2 ibu (4%) yang tidak mengalami anemia. Sedangkan dari
23 responden yang cukup patuh mengonsumsi tablet fe ada sebanyak 16 ibu
(32%) yang mengalami anemia dan ada 7 ibu (14%) yang tidak mengalami
anemia.Nilai p value 0,035.
Kesimpulan: Variabel yang terbukti memiliki hubungan dan pengaruh yang
signifikan dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester ketiga adalah
adalah frekuensi Antenatalcare (ANC), pengetahuan ibu tentang anemia dan
Tablet Fe dan Kepatuhan ibu mengonsumsi tablet Fe.

Kata kunci : Anemia, Ibu hamil, Trimester ketiga, umur, paritas, status
gizi, ANC, pengetahuan ibu tentang anemia dan tablet Fe, dan Kepatuhan ibu
mengonsumsi tablet Fe

THESIS
FACULTY OF MEDICINE
HASANUDDIN UNIVERSITY
November 2017

Nurdina Takdir
Dr.dr.Sitti Rafiah, S.Ked.,M.Kes
dr.Nikmatia Latief, Sp.Rad (K)
dr.Hasan Nyambe, M,Med.Ed

Anemia Risk Factors Analysis in Third Tester Pregnant Women

ABSTRAC

Introduction: Anemia in pregnancy is one of the most common problems


encountered in pregnant women. . Anemia in pregnant women is called "potential
danger to mother and child" (potentially harmful to mother and child). The
incidence of anemia in pregnant women most often concerns third trimester
pregnant women. The prevalence of anemia in the world is very high, especially
in developing countries including Indonesia. Therefore, anemia requires serious
attention from all parties involved in health services. This study aims to analyze
the factors causing the occurrence of anemia in pregnant women third trimester at
the Regional Hospital of Mother and Child Siti Fatimah Makassar. Many factors
can cause anemia in third trimester pregnant women. There are several risk factors
considered to play a role in the occurrence of anemia in pregnant women such as
age, parity, nutritional status, ANC, mother's knowledge about anemia and Fe
tablets, and maternal compliance of Fe tablets. This study aims to determine the
relationship between the factors above with the incidence of anemia in third
trimester pregnant women.
Method: This research is descriptive analytic research type with cross sectional
approach design using primary data through interview and secondary data through
medical record data in hospital. The target is pregnant women who in September -
x

November 2017 enter the third trimester. Data is analyzed using computer
statistics program.
Result: The sample was 50 people. There were 41 thousand (82.0%) suffering
from anemia and there were 9 mothers (18.0%) who did not suffer from anemia.
The result of the analysis of the relationship between age with anemia status in
obtaining insignificant results as well as relationship with parity and nutritional
status of pregnant women. The result of analysis of the relationship between
Frequency Antenatal Care (ANC) with maternal anemia status was obtained by
respondents whose frequency of ANC was less (<4 times) there were 27 mothers
(54.0%) had anemia and 1 mothers (2%) anemia while from 22 respondents
whose ANC frequency was enough there were 14 mothers (28%) who had anemia
and 8 mothers (16%) who did not have anemia. P value 0,003. Result of analysis
of correlation between knowledge of mother with anemia status in pregnant
mother obtained the respondents have knowledge less there are 27 mothers
(54,0%) who have anemia and 2 mothers (4%) without anemia. Whereas from 21
respondents who had enough knowledge there were 14 mothers (28%) who had
anemia and 7 mothers (14%) who did not have anemia. P value 0,016. The result
of the analysis of the relationship between adherence of Fe tablets with anemia
status of pregnant women was obtained by respondents who were less adherent on
eating there were 25 mothers (50.0%) who had anemia and 2 mothers (4%) who
did not have anemia. Whereas from 23 respondents who are adherent enough to
take fe tablet there are 16 mothers (32%) who have anemia and there are 7
mothers (14%) who do not have anemia.P value of 0,035.
Conclusion: The variables that have been found to have significant relationship
and influence with the incidence of anemia in third trimester pregnant women are
the frequency of Antenatalcare (ANC), mother's knowledge about anemia and Fe
tablet and maternal compliance of Fe tablets.

Keywords: Anemia, pregnant mother, third trimester, age, parity, nutritional


status, ANC, mother's knowledge about anemia and Fe tablets, and maternal
compliance consume Fe tablet
xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN CETAK ....................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA……………………….v

KATA PENGANTAR.................................................................................... vi

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................. x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang………………………………………………………….…1

1.2.Rumusan Masalah……………………………………………………....…6

1.3.Tujuan Penelitian………………………………………………………….6

1.3.1. Tujuan Umum………………………………………………………..6

1.3.2. Tujuan Khusus……………………………………………………….6

1.4. Manfaat Penelitian…………………………………………………..7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Anemia Dalam Kehamilan ......................................................8

2.2. Klasifikasi Anemia................................................................................9

2.3. Penyebab Anemia Dalam Kehamilan .................................................11

2.4. Patofisiologi ........................................................................................12


xii

2.5. Diagnosa Anemia………………………………………………………13

2.6. Pengaruh Anemia Terhadap Kehamilan, Persalinan,Nifas danJanin…..16

2.6.1 Gangguan selama hamil ....................................................................16

2.6.2 Gangguan selama persalinan.............................................................16

2.6.3 Gangguan dalam masa nifas..............................................................17

2.6.4 Pengaruh anemia terhadap janin .......................................................17

2.7. Pencegahan Anemia Dalam Kehamilan..........................................................17

2.8. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Ibu Hamil......................20

2.8.1 UmurIbu ............................................................................................20

2.8.2 Paritas................................................................................................21

2.8.3 Jarak kehamilan.................................................................................22

2.8.4 Status gizi .........................................................................................23


2.8.5 Pengetahuan Ibu ................................................................................25
2.8.6 Pemeriksaan Kehamilan (ANC)........................................................28

2.8.7 Kepatuhan dalam mengkonsumsi suplemen zat besi ........................29

BAB 3 KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN

HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep.....................................................................................31

3.2 Kerangka Teori ........................................................................................33

3.3. Definisi Operasional ................................................................................34

3.4. Hipotesis ..................................................................................................34

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian..........................................................................37

4.1. Waktu dan lokasi penelitian. .......................................................37


xiii

4.3. Besar Sampel...............................................................................38

4.4 Pengumpulan Data ....................................................................................38

4.4.1. Tenaga Pengumpul Data ..................................................................38

4.4.2 Sumber Data......................................................................................39

4.4.3 Instrumen Penelitian..........................................................................39

4.4.4 Cara Pengumpulan Data....................................................................40

4.5. Manajemen Data ......................................................................................40

4.6. Analisis Data ............................................................................................40

4.7. Etika Penelitian ........................................................................................41

4.5.Alur Penelitian ..........................................................................................42

BAB 5 HASIL PENELITIAN

5.1 Analisis Univariat ...................................................................................43

5.1.1 Status Anemia Ibu Hamil ..................................................................43

5.1.2 Umur ibu ...........................................................................................43

5.1.3 Paritas................................................................................................44

5.1.4 Status Gizi (LILA) ............................................................................44

5.1.5 Frekuensi Antenatalcare (ANC)........................................................45

5.1.6 Pengetahuan ibu tentang anemia.......................................................45

5.1.7 Kepatuhan Ibu mengonsumsi Tablet Fe............................................46

5.2 Analisis Bivariat ......................................................................................46

5.2.1 Status Anemia Ibu Hamil Terhadap Umur ibu .................................46


xiv

5.2.2 Status Anemia Ibu Hamil Terhadap Paritas ..................................................47

5.2.3 Status Anemia Ibu Hamil Terhadap Status Gizi (LILA) ..............................48

5.2.4 Status Anemia Ibu Hamil Terhadap Frekuensi Antenatalcare (ANC)..........49

5.2.5 Status Anemia Ibu Hamil Terhadap Pengetahuan ibu tentang anemia .........50

5.2.6 Status Anemia Ibu Hamil Terhadap Kepatuhan Ibu mengonsumsi Tablet Fe

................................................................................................................................50

BAB 6 PEMBAHASAN

Faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil ...............52

6.1 Hubungan antara Umur dan Status Anemia Pada ibu hamil trimester III

........................................................................................................................52

6.2 Hubungan antara Paritas dan Status anemia pada Ibu Hamil trimester III

........................................................................................................................55

6.3 Hubungan Status Gizi dengan Anemia pada ibu hamil trimester III .....57

6.4 Hubungan Frekuensi Antenatal Care denga Anemia pada ibu hamil

trimester III.....................................................................................................61

6.5 Hubungan Pengetahuan ibu tentang anemia dengan status anemia pada

ibu hamil trimester III ...................................................................................64

6.6 Hubungan Kepatuhan mengonsumsi tablet Fe dengan status anemia

pada ibu hamil trimester III ....................................................................... 69

BAB 7 PENUTUP

7.1 Kesimpulan .............................................................................................76


xv

7.2 Saran .........................................................................................................77

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................79

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................83

DAFTAR TABEL
xvi

Tabel 3.3 Difinisi Operasional ………………………………………………….34

Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Status Anemia pada ibu hamil
trimester III di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah
Makassa ............43

Tabel 5.2 Distribusi Responden Menurut Umur pada Ibu Hamil Trimester III
di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah
Makassar……...……..43

Tabel 5.3 Distribusi Responden Menurut Paritas pada Ibu Hamil Trimester III
di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah
Makassar…………….44

Tabel 5.4 Distribusi Responden Menurut Status Gizi pada ibu hamil trimester III
di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah
Makassar…….44

Tabel 5.5 Distribusi Responden Menurut Frekuensi Antenatalcare ( ANC ) pada


Ibu Hamil Trimester III di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti
Fatimah Makassar ......................................................................................45

Tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Tentang Anemia pada Ibu
Hamil Trimester III di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah
Makassar ................................................................................................................45

Tabel 5.7 Distribusi Responden Menurut Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Fe


pada Ibu Hamil Trimester III di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti
Fatimah Makassar ..................................................................................................46

Tabel 5.8 Distribusi Responden Menurut Status Anemia Terhadap Umur pada
ibu hamil trimester III .................................................................................... ..46

Tabel 5.9 Distribusi Responden Menurut Status Anemia Terhadap Paritas


pada Ibu Hamil Trimester III .................................................................................47
Tabel 5.10 Distribusi Responden Menurut Status Anemia Terhadap Status
Gizi pada ibu hamil trimester III............................................................................48

Tabel 5.11 Distribusi Responden Menurut Status Anemia Terhadap Frekuensi


Antenatalcare (ANC) pada Ibu Hamil Trimester III ............................................49

Tabel 5.12 Distribusi Responden Menurut Status Anemia Terhadap


Pengetahuan Ibu Tentang Anemia pada ibu hamil trimester III ............................50
Tabel 5.13 Distribusi Responden Menurut Status Anemia Terhadap Kepatuhan
Ibu Mengkonsumsi Tablet Fe pada Ibu Hamil Trimester III .................................51
xvii

LAMPIRAN
1. Lembar Persetujuan Responden ...............................................................82

2. Lembar Pernyataan .....................................................................................83

3. Hasil Analisis Data .....................................................................................85

4.Biodata .........................................................................................................92
i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Anemia pada kehamilan merupakan salah satu masalah nasional karena

mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya

sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

disebut “potensial danger to mother and child” (potensial membahayakan ibu

dan anak). Anemia pada masa kehamilan merupakan masalah kesehatan yang

penting dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sehubungan

dengan kesehatan ibu dan anak. Anemia pada ibu hamil adalah salah satu faktor

yang menjadi indikator pengukuran keberhasilan pembangunan kesehatan suatu

bangsa yang menggambarkan kemampuan sosial ekonomi dalam memenuhi

kebutuhan kuantitas dan kualitas gizi masyarakat ( Arisman, 2010 ).

World Health Organization (WHO) pada tahun 2012, melaporkan bahwa

prevalensi anemia pada ibu hamil di dunia berkisar rata-rata 14%, di negara

industri 56% dan di negara berkembang antara 35% - 75%. Oleh karena itulah

anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam

pelayanan kesehatan (Manuaba, 2007). Data World Health Organization (WHO)

2010, 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam

kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan di sebabkan oleh defisiensi besi

dan perdarahan akut. Anemia dalam kehamilan merupakan masalah kesehatan

yang utama di negara berkembang dengan tingkat morbiditas tinggi pada ibu

hamil. Rata-rata kehamilan yang disebabkan karena anemia di Asia diperkirakan

sebesar 72,6%. WHO 2008 menunjukkan prevalensi anemia pada ibu hamil

1
2

diperkirakan di Asia sebesar 48,2 %, Afrika 57,1 %, Amerika 24,1 % dan Eropa

25,1 %. Terkhusus di Indonesia prevalensi anemia ibu hamil adalah 70% atau 7

dari 10 wanita hamil menderita anemia. Indonesia merupakan salah satu negara

dengan jumlah penderita anemia kehamilan terbanyak. Tingginya pravalensinya

anemia pada ibu hamil merupakan masalah yang tengah dihadapi pemerintah

Indonesia (Adawiyani, 2013). Data survei demografi dan kesehatan Indonesia

(SDKI) pada tahun 2010 menyebutkan bahwa angka kematian ibu (AKI) di

Indonesia sebesar 220 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih jauh

dari target Rancangan Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun 2014

sebesar 2.118 per 100.000 kelahiran hidup dan target Milenium Develpomen

Goals (MDG’s) sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2015 (Kemenkes

RI, 2011).

Data hasil kegiatan seksi Ibu dan KB Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi

Selatan pada tahun 2010 menunjukkan tujuh kota dengan prevalensi anemia berat

tertinggi, yaitu Selayar, Bantaeng, Pinrang, Barru, Wajo, Tator dan Toraja Utara.

Tahun 2011 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan menunjukkan data bahwa

lima urutan kabupaten/kota dengan prevalensi anemia gizi ibu hamil tertinggi di

Sulawesi Selatan adalah Kota Makassar sebanyak 388 ibu hamil, Kabupaten Barru

sebanyak 135 ibu hamil, Kabupaten Sidrap sebanyak 126 ibu hamil, Kabupaten

Bantaeng dengan 121 ibu hamil dan Kabupaten Gowa sebanyak 120 ibu hamil.

Data yang diperoleh dari profil Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi selatan

tahun 2010 tercatat ibu hamil yang anemia dengan Hb <8 gram% sekitar 1.669

orang. Suatu penelitian memperlihatkan perubahan konsentrasi Hb sesuai dengan

bertambahnya usia kehamilan. Pada trimester I, konsentrasi Hb tampak menurun,


3

kecuali pada perempuan yang telah memiliki kadar Hb rendah (< 11,5 g/dl).

Konsentrasi Hb paling rendah didapatkan pada trimester II, yaitu pada usia

kehamilan 30 minggu. Pada trimester III terjadi sedikit peningkatan Hb, kecuali

pada perempuan yang sudah mempunyai kadar Hb yang tinggi (> 14,5 g/dl) pada

pemeriksaan pertama (Prawirohadjo, 2009).

. Ibu hamil Trimester III Adalah wanita yang sedang mengandung janin

didalam rahim dan usia kehamilan 28-40 minggu dihitung dari hari pertama haid

terakhir wanita tersebut. Masa kehamilan terutama trimester III merupakan masa

kritis dimana kebutuhan akan zat gizi meningkat. Jika zat besi dalam darah 22

kurang maka kadar hemoglobin akan menurun yang mengakibatkan gangguan dan

pertumbuhan janin. Beberapa penelitian menyatakan bahwa kadar Hb ibu hamil

trimester akhir dan tingginya angka anemia pada trimester III dapat

mempengaruhi berat badan lahir. Kebutuhan zat besi ibu hamil meningkat pada

kehamilan trimester II dan III. Pada masa tersebut kebutuhan zat besi tidak dapat

diandalkan dari menu harian saja. Walaupun menu hariannya mengandung zat

besi yang cukup, ibu hamil tetap perlu tambahan tablet besi atau vitamin yang

mengandung zat besi. Zat besi bukan hanya penting untuk memelihara kehamilan.

Ibu hamil yang kekurangan zat besi dapat menimbulkan perdarahan setelah

melahirkan, bahkan infeksi, kematian janin intra uteri, cacat bawaan dan abortus.

Pada trimester III, metabolisme basal tetap naik terus. Pada masa ini umumnya

nafsu makan baik sekali, dan wanita hamil selalu terasa lapar. Pemeriksaan

kenaikan berat badan perlu dilakukan dengan teliti, jangan sampai ibu terlalu

gemuk, untuk menghindari kesulitan melahirkan kelak. Pada saat ini pula,

kandungan sudah besar sekali sehingga menyebabkan lambung sedikit terdesak.


4

Makanan yang porsinya terlalu besar menimbulkan rasa tidak enak. Karena itu

dalam masa ini porsi makan sebaiknya kecil saja, namun sering, untuk mencegah

kekurangan unsur-unsur gizi. Pada trimester ini, ibu memerlukan ketenangan dan

dukungan dari suami, keluarga dan bidan (Hani, 2010)

Anemia dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi makanan sehari-hari yang

kurang mengandung zat besi, selain faktor infeksi sebagai pemicunya. Anemia,

terjadinya pula karena peningkatan kebutuhan pada tubuh seseorang seperti pada

saat menstruasi, kehamilan, melahirkan, sementara zat besi yang masuk sedikit.

Secara umum, konsumsi makanan berkaitan erat dengan status gizi. Bila makanan

yang dikonsumsi mempunyai nilai gizi yang baik, maka status gizi juga baik,

sebaliknya bila makanan yang dikonsumsi kurang nilai gizinya, maka dapat

menyebabkan kekurangan gizi. Selain itu, perilaku konsumsi makanan seseorang

dipengaruhi oleh faktor instrinsik, yaitu faktor-faktor yang berasal dari diri

seseorang seperti usia, jenis kelamin, dan keyakinan, serta faktor ekstrinsik, yaitu

faktor-faktor yang berasal dari luar diri seseorang seperti tingkat ekonomi,

pendidikan, tempat tinggal, lingkungan social, dan kebudayaan ( Jumarlina, 2007)

Terjadinya anemia umumnya disebabkan oleh pola makan yang tidak

seimbang. Hal ini disebabkan oleh rendahnya angka kesadaran gizi masyarakat

khususnya ibu hamil. Salah satu langkah yang dapat ditempuh untuk mencegah

terjadinya anemia yaitu dengan memperbaiki menu makanan yang akan

dikonsumsi. Misalnya, dengan meningkatkan konsumsi makanan yang banyak

mengandung zat besi seperti telur, susu, hati, ikan, daging, kacang-kacangan,

sayuran berwarna hijau tua, dan buah-buahan. Perhatikan pula gizi makanan

dalam sarapan dan frekuensi makanan yang diatur, terutama bagi yang berdiet.
5

Biasakan pula menambahkan substansi yang memudahkan penyerapan zat besi

seperti vitamin C, air jeruk, daging, ayam, dan ikan. Sebaliknya, substansi

penghambat penyerapan zat besi seperti teh dan kopi patut dihindari ( Fatima S,

Dkk, 2011 )

Hasil Riskesdas tahun 2013 yang dilakukan pada 33 provinsi di Indonesia dan

497 kota atau kabupaten menunjukkan proporsi anemia ibu hamil yang hampir

sama antara kawasan perkotaan 36,4% dan pedesaan 37,8%. Prevalensi anemia

ibu hamil di Sulawesi Selatan melebihi angka nasional dan tergolong sebagai

masalah yang cukup berat.

Untuk mengantisipasi masalah anemia pada ibu hamil biasanya ibu hamil

diberikan tablet Fe untuk dikonsumsi. Akan tetapi dalam kenyataan tidak semua

ibu hamil yang mendapat tablet zat besi meminumnya secara rutin, hal ini bisa

disebabkan karena faktor ketidaktahuan pentingnya tablet zat besi untuk

kehamilannya. Dampak yang diakibatkan minum tablet zat besi dan

penyerapan/respon tubuh terhadap tablet besi kurang baik sehingga tidak terjadi

peningkatan kadar Hb sesuai dengan yang diharapkan. Faktor lain yang

berhubungan dengan anemia adalah adanya penyakit infeksi bakteri, parasit usus

seperti cacing tambang, malaria. Faktor sosial ekonomi yang rendah juga

memegang peranan penting kaitannya dengan asupan gizi ibu selama hamil.

Berdasarkan uraian diatas perlu pengkajian untuk mengetahui Faktor

Risiko Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di Kota Makassar khususnya di Rumah

Sakit Khusus Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar tahun 2017
6

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat ditarik suatu rumusan

masalah yaitu apa saja faktor risiko kejadian anemia pada ibu hamil di Rumah

Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan anemia

pada ibu hamil trimester ketiga di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti

Fatimah Makassar

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk menentukan kadar HB ibu hamil trimester ketiga

2. Untuk menilai hubungan antara umur dengan anemia pada ibu

hamil trimester ketiga di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan

Anak Siti Fatimah Makassar

3. Untuk menilai hubungan antara paritas dengan anemia pada ibu

hamil trimester ketiga di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan

Anak Siti Fatimah Makassar

4. Untuk menilai hubungan antara status gizi dengan anemia pada

ibu hamil trimester ketiga di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu

dan Anak Siti Fatimah Makassar

5. Untuk menilai hubungan antara frekuensi Antenatal Care ( ANC

) dengan anemia pada ibu hamil trimester ketiga di Rumah Sakit

Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar


7

6. Untuk menilai hubungan antara pengetahuan ibu dengan anemia

pada ibu hamil trimester ketiga di Rumah Sakit Khusus Daerah

Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar

7. Untuk menilai hubungan antara kepatuhan mengkonsumsi tablet

fe dengan anemia pada ibu hamil trimester ketiga di Rumah

Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar

1.4. Manfaat Penelitian

Sebagai sumber informasi baik bagi penulis maupun pembaca serta dapat

digunakan sebagai evaluasi bagi pihak rumah sakit yang bersangkutan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Anemia Dalam Kehamilan

Menurut World Health Organization( WHO ) anemia pada ibu hamil

adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin ( Hb) dalam darahnya kurang dari

11,0gr% sebagai akibat ketidakmampuan jaringan pembentuk sel darah merah

(Erythropoetic) dalam produksinya untuk mempertahankan konsentrasi Hb pada

tingkat normal.

Anemia dalam kehamilan adalah suatu kondisi ibu dengan kadar nilai

hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester satu dan tiga, atau kadar nilai

hemoglobin kurang dari 10,5gr% pada trimester dua ( Syaifuddin, 2002 ).

Anemia juga diartikan sebagai kekurangan salah satu zat, yaitu zat besi,

asam folat, vitamin B12, protein dan zat essensial lainnya. Zat gizi yang paling

berperan dan penyebab utama anemia adalah zat besi (fe), itulah sebabnya anemia

sering diidentikkan dengan anemia defisiensi besi ( Maria, 2002 ).

Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah atau hemoglobin menurun,

sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada

ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indik asi anemia adalah jika

konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,5 sampai dengan 11,0 gr/dl (Varney,

2006). Anemia dapat terjadi bila keluarnya eritrosit dari sirkulasi maupun

penghancuran eritrosit meningkat tanpa diimbangi dengan peningkatan kadar

produksi, atau bila pelepasan eritrosit kedalam sirkulasi menurun. Demikian pula

bila kedua proses tersebut terjadi bersamaan ( Saidin, 2001).

8
8
9

Anemia adalah keadaan dimana kadar hemoglobin, hematokrit dan sel

darah merah lebih rendah dari nilai normal, sebagai akibat dari defisiensi salah

satu atau beberapa unsur makanan yang esensial yang dapat mempengaruhi

timbulnya defisiensi ( Manuaba, 2001 ).

2.2 Klasifikasi Anemia

Berdasarkan klsifikasi WHO tahun 1972 kadar hemoglobin pada ibu hamil

dapat di bagi menjadi 3 kategori seba gai berikut :

a. Anemia berat : < 8 gr%

b. Anemia ringan : 8 – 10 gr%

c. Normal : ≥ 11 gr%

(Manuaba, 2010)

Klasifikasi anemia pada ibu hamil menurut Prawirohardjo ( 2002 ) dan

(Tarwoto,dkk,2007) adalah sebagai berikut :

1) Anemia defisiensi besi

Anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah anemia

akibat kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi dalam

makanan, gangguan penyerapan, peningkatan kebutuhan zat besi atau karena

terlampau banyaknya zat besi yang keluar dari tubuh, misalnya perdarahan.

Anemia ini mempunyai ciri yaitu ukuran sel darah merah lebih dari ukuran

normal dan warna coklat, yang disebabkan kekurangan ion Fe komponen

hemoglobin dan disertai dengan penurunan kuantatif pada sintesa hemoglobin.

Patofisiologi simpanan zat besi habis, kadar serum menurun, dengan gejala

klinis timbul karena jumlah hemoglobin tidak adekuat untuk mengangkat


10

oksigen ke jaringan tubuh. Manifestasi klinik pucat, fertigo, keletihan, sakit

kepala, depresi, takhikardi dan amenorhe.

2) Anemia haemolitik

Adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah

merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia

dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala

komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital. Wanita dengan

anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila hamil maka anemianya bias

anya menjadi berat.

3) Anemia megaloblastik

Anemia megaloblastik adalah sekelompok anemia yang ditandai oleh

adanya eritroblas yang besar yang terjadi akibat gangguan maturasi inti sel

yang dinamakan megaloblas. Anemia megaloblas disebabkan oleh defisiensi

B12, asam folat, gangguan metabolisme vitamin B12 dan asam folat,

gangguan sintesis DNA akibat dari defisiensi enzim kongenital dan didapat

setelah pemberian obat sitostatik tertentu. Patofisiloginya defiseinsi asam folat

dan vitamin B12 jelas akan menggangu sintesis DNA hingga terjadi gangguan

maturasi inti sel dengan akibat timbulnya sel – sel megaloblas.

4) Anemia hipoplastik

Anemia hipoplastik dalam kehamilan terjadi karena sumsum tulang

tidak mampu membuat sel-sel darah baru. Penyebab anemia hipoplastik

hingga kini belum diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh

sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-obatan.


11

2.3 Penyebab Anemia Dalam Kehamilan

Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia adalah kurangnya kadar Fe

yang diperlukan untuk pembentukan Hb sehingga disebut anemia defisiensi Fe.

Penyebab terjadinya anemia defisiensi Fe pada ibu hamil disebabkan oleh dua

faktor, yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Secara langsung anemia

disebabkan oleh seringnya mengkomsumsi zat penghambat absorsi Fe, kurangnya

mengkomsumsi promoter absorbsi non hem Fe serta ada infeksi parasit.

Sedangkan faktor yang tidak langsung yaitu faktor-faktor yang secara tidak

langsung mempengaruhi kadar Hb seseorang dengan mempengaruhi ketersediaan

Fe dalam makanan seperti ekonomi yang masih rendah, atau rendahnya

pendidikan danpengetahuan ( Tarwoto,dkk,2007) dan ( Purnawan, 1998 ).

Secara umum anemia pada kehamilan disebabkan oleh :

a. Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin

b. Kurangnya asupan zat besi yang dikonsumsi oleh ibu hamil

c. Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan

d. Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi ( Fe ) pada wanita

akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi. (Prawirohardjo, 2002 ).

Menurut Julien Parise yang di kutip oleh Syarif ( 1998 )

menyebutkan status gizi dalam hal ini adalah anemia gizi dapat dipengaruhi oleh

faktor-faktor internal dan eksternal sebagai berikut :

a) Faktor internal meliputi antara lain umur, jarak kehamilan, berat badan,

jumlah anak, status kesehatan dan lain-lain.

b) Faktor eksternal meliputi antara lain besarnya keluarga, pendapatan

pekerjaan, pendidikan, pengetahuan, produksi dan faktor lingkungan lain.


12

2.4 Patofisiologi

Anemia lebih sering ditemukan dalam kehamilan karena selama kehamilan

keperluan akan zat makanan bertambah dengan adanya perubahan dalam darah

dan sumsum tulang. Pertambahan volume darah selama kehamilan di sebut

dengan hipervolemia. Akan tetapi bertambahnya sel darah merah lebih sedikit

dibandingkan dengan bertambahnya plasma darah sehingga terjadi pengenceran

darah. Pertambahan berbanding sebagai berikut : plasma darah 30%, sel darah

merah 80%, dan hemoglobin 19% ( Hanifa, 2005).

Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian fisiologis dalam

kehamilan dan bermanfaat bagi ibu karena pengenceran itu meringankan beban

kerja jantung yang harus bekerja lebih berat selama masa kehamilan yang

disebabkan peningkatan cardiac output akibat hipervolemia. Kerja jantung akan

menjadi ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer juga berkurang

sehingga tekanan darah naik, dan pada perdarahan selama persalinan banyaknya

unsur zat besi lebih sedikit hilang dibandingkan apabila darah itu tetap kental

(Manuaba, 2007 ). Hemodilusi ini menyebabkan pseudoanemia atau anemia

fisiologis.

Hemodilusi dimulai pada trimester pertama kehamilan yaitu pada minggu

12 – 20 dan hemodilusi maksimal terjadi pada umur kehamilan 20 – 36

minggu.Akibat hemodilusi saja kadar hemoglobin darah ibu dapat menurun

sampai 10 gr%, umumnya kondisi ini karena turunnya cadangan zat besi

(Sarimawar, 2003).

Tanda dan gejala anemia pada ibu hamil menurut ( Sohimah, 2006 ) dan (

Proverawati, 2011 ) adalah:


13

1. lemah, letih, lesu, mudah lelah dan lalai

2. Wajah tampak pucat

3. Sering pusing

4. Sulit konsentrasi dan mudah lupa

5. Mata berkunang-kunang

6. Sering sakit

7. Napsu makan berkurang

8. Napas pendek ( pada anemia berat )

9. Keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda

2.5. Diagnosa Anemia

Diagnosa anemia dalam kehamilan dapat ditegakkan dengan :

2.5.1. Anamnesa

Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata

berkunang-kunang, keluhan mual muntah, lebih berat pada hamil muda (Sohimah,

2006 ). Bila terdapat keluhan lemah, nampak pucat, mudah pingsan sementara

tensi dalam batas normal, maka perlu dicurigai anemia defisiensi besi. (Saifuddin,

2002 ).

2.5.2. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik didapatkan ibu tampak lemah , kulit pucat, mudah

pingsan, sementara tensi masih dalam batas normal, pucat pada membran mukosa

dan konjuntiva karena kurangnya sel darah merah pada pembuluh kapiler dan

pucat pada kuku serta jari ( Saifuddin, 2002 ).


14

2.5.3. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu pada

trimester I dan III. Dengan melihat hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik maka

diagnose dapat dipastikan dengan pemeriksaan kadar Hb.

Ada beberapa metode untuk menentukan kadar Hb yaitu :

2.5.3.1. Metode kertas lakmus

Metode ini praktis dan sederhana serta tidak memerlukan pereaksi ataupun

peralatan tertentu, karena yang digunakan adalah kertas yang di sebut kertas

lakmus yang khusus untuk menentukan kadar Hb. Caranya, setelah darah

diteteskan di atas permukaan kertas lakmus, kemudian didiamkan sebentar ± 5

menit pada suhu ruangan hingga darah menjadi kering. Setelah kering, warna

darah yang terbentuk dibandingkan secara visual di tempat yang cukup terang

dengan sederet warna standar yang disediakan. Deretan warna yang ada pada

standar sudah dikalibrasi sedemikian rupa secara kualitatif sehingga setiap warna

menunjukkan nilai kadar Hb. Dengan demikian warna standar yang dibandingkan

dengan darah yang di uji menunjukkan kadar Hb darah ( Sihadi dkk, 2002)

2.5.3.2. Metode Sahli

Prinsipnya membandingkan warna darah secara visual akan tetapi

memerlukan peralatan dan pereaksi tertentu. Peralatan yang digunakan sangat

sederhana dan ringan sehingga memungkinkan di bawa ke lapangan. Cara

kerjanya, kira-0kira 5 tetes HCL 0,1 N dimasukkan ke dalam tabung khusus yang

di sebut tabung hemometer. Darah yang akan ditentukan kadar Hbnya di pipet

sebanyak ± 20 mikroliter dan dimasukkan ke dalam tabung hemometer tadi lalu

ditempatkan dalam alat hemometer. Pada alat tersebut terdapat dua tabung.
15

Tabung pertama berisikan contoh darah yang akan ditentukan kadar Hbnya dan

tabung kedua berisikian larutan standar. Posisi kedua tabung itu berdampingan

dan sisi kedua tabung bisa dilihat dari sisi yang sama. Kemudian tabung yang

berisikan contoh darah ditambah aquades secara perlahan sehingga warna larutan

menyamai warna larutan standar yang ada pada tabung sebelahnya.Setelah

persamaan warna tercapai kadar Hb dapat diketahui dengan membaca batas

permukaan larutan yang berimpit dengan skala yang tertera pada alat hemometer

dekat dengan tabung contoh darahtadi. Metode Sahli ini masih dianggap subyektif

karena perbandingan warna dilakukan secara visual ( Sihadi dkk, 2002 ).

2.5.3.3. Metode Sianmethemoglobin

Berbeda dengan metode kertas lakmus, metode ini memerlukan peralatan

dan pereaksi khusus, tetapi hasil yang diperoleh lebih teliti. Caranyadarah di

pipet dengan menggunakan pipet mikro sebanyak 20 mikroliter kemudian

dilarutkan dalam 5,0 ml larutan drabkin ( 1g NaHC03, 0,05 g KCN, 0,2G KF (

CN ) dalam satu liter aquades yang sudah disediakan sebelumnya di dalam suatu

tabung reaksi. Larutan drabkin di kocok untuk menyempurnakan kelarutan darah

sehingga diperoleh warna larutan yang homogen. Kepekaan warna larutan di baca

menggunakan alat spectrophotometer pada panjang gelombang 540 nm.

Hasilpembacaan menunjukkan kadar Hb, di hitung berdasarkan hasil

pembacaan alat pada larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya. Metode

ini sangat dianjurkan WHO (1968 ) karena sampai saat ini dinilai dapat

menghasilkan data yang paling teliti ( Sihadi dkk, 2002 )


16

2.6 Pengaruh Anemia Terhadap Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Janin

( Manuaba, 2002 )

2.6.1 Gangguan selama hamil dapat berupa :

a) Mengurangi rasa yang menyenangkan dalam masa kehamilan karena

kelelahan

b) Mengurangi memungkinkan terjadinya infeksi

c) Meningkatkan resiko terjadinya persalinan daya tahan ibu sehingga

prematur karena kurangnya suplay darah ke uterus

d) Perdarahan ante partum

e) Abortus

f) Hambatan tumbuh kembang janin

2.6.2 Gangguan yang dapat terjadi selama persalinan

a) Partus lama akibat kontraksi uterus yang tidak kuat oleh karena hipoksia

jaringan

b) Kurangnya kemampuan dan kekuatan ibu untuk menghadapipersalinan

sehingga menyebabkan maternal distress,selanjutnya dapat terjadi syok

c) Dapat mengakibatkan atonia uteri dalam semua kala persalinan dan

terjadi perdarahan post partum

d) Mudah terjadi infeksi selama persalinan

e) Retensio plasenta
17

2.6.3 Gangguan dalam masa nifas

a) Mudah terjadi infeksi karena kondisi yang lemah dan daya tahan

menurun

b) Terjadinya subinvolusio uteri menyebabkan perdarahan post partum

c) Pengeluaran ASI berkurang

d) Terjadinya dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan

e) Anemia masa nifas

2.6.4 Pengaruh anemia terhadap janin

a) Intelegensia rendahAbortus

b) Terjadinya kematian intrauterine

c) Persalinan prematuritas tinggi

d) Bayi berat lahir rendah

e) Kelahiran dengan anemia

f) Dapat terjadi cacat bawaan

g) Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal

h) Intelegensi rendah

2.7 Pencegahan Anemia Dalam Kehamilan

Upaya pe ncegahan dan penanggulangan anemia pada dasarnya adalah

mengatasi penyebabnya. Pada anemia berat ( kadar Hb 8 < gr/dl ) biasanya ada

penyakit yang melatar belakangi yaitu antara lain infeksi cacing atau malaria,

sehingga selain penanggulangan pada anemia, harus dilakukan pengobatan

terhadap penyakit - penyakit tersebut. Upaya yang dapat dilakukan untuk

mencegah dan menanggulangi anemia gizi akibat kekurangan komsumsi besi

adalah sebagai berikut :


18

a . Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan

Mengkonsumsi pangan hewani seperti daging, hati, ikan, telur dan gizi

yang cukup dapat mencegah anemia gizi besi.Sayur hijau dan buah- buahan di

tambah kacang-kacangan dan padi-padian yang cukup mengandung zat besi.

Vitamin C diperlukan untuk meningkatkan penyerapan zat besi di dalam tubuh,

peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 20 mg, 50 mg, 100 mg, dan 250 mg

dapat memperbesar penyerapan zat besi sebesar 2 kali, 3 kali, 4 kali dan 5 kali

(Murtini, 2004).

Konsumsi bahan pangan zat-zat penghambat absorbsi besi harus

dikurangi. Zat inhibitor seperti filtrat, kostat, tannin dan beberapa jenis serat

makanan harus dihindari karena zat ini bersama zat besi membentuk senyawa

yang tidak dapat larut di dalam air sehingga tidak dapat di absorbsi. The

mengandung tannin, jika dikonsumsi bersama-sama pada saat makan akan

mengurangi penyerapan zat besi sampai 50%. Bahan makanan lain yang

mengandung penghambat absorbsi besi diantaranya kopi, fosvitin dalam kuning

telur, protein, fitat dan fosfat yang banyak terdapat pada serealia, kalsium dan

serat dalam bahan makanan ( Almatsier, 2001) Kebutuhan zat besi tubuh

tergantung pada jumlah zat besi yang hilang dari tubuh dan jumlah yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan termasuk kehamilan dan masa menyusui (husaini,

1998 ). Selama trimester I kehamilan, kebutuhan zat besi ibu hamil lebih rendah

karena tidak menstruasi dan zat besi yang digunakan janin minimal. Mulai dari

trimester II terdapat pertambahan sel - sel darah merah.Ini dapat mencapai 30 %.

Kebutuhan zat besi untuk memenuhi pertambahan sel darah merah tersebut kira -

kira sama dengan penambahan sebesar 450 mg besi ( Proverawati, Atikah, 2011).
19

Kebutuhan zat besi pada ibu hamil Sebagian besar wanita dalam usia siap

hamil mempunyai kadar zat besi yang rendah. Itu sebabnya cadangan zat besi

(hemoglobin) selalu diukur selama kehamilan. Jika ditemukan ibu hamil dengan

kadar zat besi rendah, dia dikatakan menderita anemia. Untuk mengatasinya

dokter/bidan yang memeriksa akan memberikan tambahan zat besi agar tidak

kekurangan zat besi, ada baiknya mengkonsumsi makanan yang kaya akan zat

besi (Maulana, 2008, p.158). Bahan-bahan makanan yang kaya akan zat besi

seperti daging berwarna merah, hati, ikan, telur, sayuran berdaun hijau, kacang-

kacangan, tempe, roti dan serealia (Musbikin, 2008). Meningkatnya volume darah

berarti bahwa kandungan ekstra besi dibutuhkan untuk membuat hemoglobin

guna memperbanyak jumlah sel darah merah. Semakin banyak hemoglobin dalam

darah, semakin banyak oksigen yang dapat dialirkan ke berbagai jaringan, 24

termasuk plasenta. Kandungan besi dalam tubuh juga akan diserap oleh janin

untuk cadangan karena setelah kelahiran bayi hanya mendapat sedikit besi dari

ASI (Stoppard, 2007). Sehubungan dengan hal itu, melalui makanan yang

dikonsumsi, ibu hamil memenuhi kebutuhan tubuhnya akan zat besi, yaitu sekitar

15 mg sehari (Musbikin, 2008). Zat besi diperlukan untuk memproduksi sel darah

merah yang berkualitas baik. Inilah sebabnya wanita hamil secara tradisional

diberi tablet ekstra besi untuk mempertahankan persediaan zat ini (Tiran, 2007).

Pemberian zat besi dimulai setelah rasa mual dan muntah hilang, satu tablet sehari

selama minimal 90 hari. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg

dan asam folat 500 mg) (Saifuddin, 2006, p. 91).


20

b. Suplementasi zat besi

Tablet besi yang umum digunakan dalam suplementasi zat besi adalah

ferrous sulfat. Senyawa ini tergolong murah, dapat diabsorbsi sampai 20%.Dosis

yang digunakan beragam tergantung pada status besi seseorang yang

mengkonsumsinya. Biasanya ibu hamil yang rawan anemia di beri dosis yang

lebih tinggi di banding dengan wanita biasa (Emma, 2001 ).

Pada wanita hamil biasanya tablet besi diberikan mulai pada trimester II,

berlangsung setiap hari sampai melahirkan. Hasil penelitian juga menunjukkan

bahwa wanita hamil yang mendapatkan tablet besi tambahan asam folat dan

vitamin B12, kadar Hb nya naik lebih tinggi dibandingkan wanita hamil yang

mendapat tablet besi saja dalam konsentrasi yang sama.

c. Fortifikasi zat besi

Fortifikasi adalah penambahan suatu jenis gizi kedalam bahan pangan

untuk meningkatkan kualitas pangan suatu kelompok masyarakat. Keuntungan

fortifikasi diantaranya, dapat ditempatkan pada populasi yang besar dan biasanya

relatif murah ( Emma, 2001 ).

2.8 Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Dalam Kehamilan

2.8.1 Umur Ibu

Menilai bahwa masa reproduksi yang sehat, kurang resiko dengan

komplikasi kehamilan adalah umur 20 – 35 tahun, sedangkan kehamilan beresiko

adalah < 20 dan > 35 tahun. Hal ini terkait dengan keadaan biologis dan

psikologis dari ibu hamil ( Manuaba, 2007 ).

Hubungan dengan anemia bahwa pada umur < 20 tahun dapat

menyebabkan anemia karena pada umur tersebut perkembangan biologis dalam


21

hal ini alat reproduksi belum optimal. Pada usia belia tersebut, psikis yang belum

matang juga menyebabkan wanita hamil mudah mengalami guncangan mental

yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat

gizi selama kehamilannya. Selain kehamilan di bawah usia 20 tahun, kehamilan

dengan usia di atas 35 tahun juga merupakan kehamilan beresiko tinggi. Wanita

yang hamil dalam usia yang terlalu tua yaitu > 35 tahun pun akan rentan terhadap

anemia. Hal ini terkait dengan penurunan daya tahan tubuh sehingga mudah

terkena berbagai infeksi selama kehamilan ( Amiruddin dan Wahyuddin, 2004 ).

2.8.2 Paritas

Paritas adalah faktor penting dalam menentukan nasib ibu dan janin

selama kehamilan maupun melahirkan. Merupakan salah satu faktor yang

diasumsikan mempunyai hubungan dengan kejadian anemia pada ibu

hamil.Jumlah paritas adalah banyaknya bayi yang dilahirkan seorang ibu dalam

keadaan hidup maupun lahir mati.

Hubungan kadar Hb dengan paritas dalam SKRT 2005 menunjukkan

bahwa prevalensi anemia ringan dan berat akan lebih tinggi dengan bertambahnya

paritas. Prevalensi anemia ringan 1 – 4 lebih tinggi daripada paritas 0 yaitu 70,5 %

sedangkan pada paritas > 5 prevalensi anemia lebih tinggi daripada paritas 1 – 4

yaitu 72,9% untuk anemia ringan dan untuk anemia berat sebesar 7,6%. Pada

paritas 1 – 4 anemia berat hanya 3,5% dan pada paritas 0 sebesar 2,9%. Makin

sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan maka makin banyak

kehilangan zat besi dan menjadi semakin anemia. Paritas > 4 merupakan paritas

yang beresiko mengalami anemia dalam kehamilan ( Murtini, 2004 ).


22

Anemia bisa terjadi pada ibu dengan paritas tinggi terkait dengan keadaan

biologis ibu dan asupan zat besi.Paritas lebih beresiko bila terkait dengan jarak

kehamilan yang pendek. Anemia dalam hal ini akan terkait dengan kehamilan

sebelumnya dimana apabila cadangan besi di dalam tubuh berkurang maka

kehamilan akan menguras persediaan besi di dalam tubuh dan akan menimbulkan

anemia pada kehamilan berikutnya.Edmundson ( 1997 ), menyatakan bila wanita

membatasi jumlah anak, maka bukan saja dapat meningkatkan gizi keluarganya

melainkan juga dapat mengurangi resiko terjadinya anemia pada ibu.

2.8.3 Jarak kehamilan

Setiap kehamilan akan menyebabkan cadangan zat besi berkurang oleh

karena itu pada setiap akhir kehamilan diperlukan waktu 2 tahun untuk

mengembalikan cadangan zat besi ke tingkat normal dengan syarat bahwa selama

masa tenggang waktu tersebut kesehatan dan gizi dalam kondisi yang baik. Maka

sebaiknya jarak persalinan terakhir dengan jarak persalinan berikutnya minimal 2

tahun. Dengan adanya tenggang waktu tersebut diharapkan ibu dapat

mempersiapkan keadaan fisiknya dengan cara melengkapi diri dengan memakan

makanan yang mengandung protein dan zat besi serta bergizi tinggi

untukmenghindari terjadinya anemia disamping itu memberikan kesempatan

kepada organ-organ tubuh untukmemulihkan fungsi faal maupun anatomisnya (

Manuaba, 2007 ).

Makin pendek jarak kehamilan makin besar kematian maternal bagi

ibudan anak, terutama jika jarak tersebut < 2 tahun dapat terjadi

komplikasikehamilan dan persalinan seperti anemia berat, partus lama

danperdarahan. Oleh karena itu seorang wanita memerlukan waktu 2 – 3 tahun


23

untuk jarak kehamilannya agar pulih secara fisiologis akibat hamil atau persalinan

sehingga dapat mempersiapkan diri untuk kehamilan danpersalinan berikutnya (

Manuaba, 2007 )

2.8.4 Status gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi.Status gizi adalah gambaran tentang keseimbangan antara

asupan dan kebutuhan gizi seseorang.Apabila asupan tersebut sesuai maka di

sebut gizi baik, jika kurang di sebut gizi kurang dan apabila asupan lebih maka di

sebut gizi lebih. Ada dua faktor yang mempengaruhi status gizi yaitu :

a) Faktor langsung

Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi

kurang.Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan

yang kurang, tetapi juga karena penyakit. Orang yang mendapat cukup

makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi

kurang. Demikian pula pada orang yang tidak memperoleh cukup makan,

makadaya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang

penyakit.

b) Faktor tidak langsung

Faktor tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :

1) Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai,setiap keluarga

diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh

anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup, baik jumlah maupun

mutu gizinya.
24

2) Pola pengasuhan kurang memadai, setiap keluargadan masyarakat

diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian dan dukungan

terhadan anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik fisik,mental

dan social.

3) Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai, system

pelayana kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan

air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh

setiap keluarga yang membutuhkan Salah satu cara melakukan

penilaian status gizi pada kelompok masyarakat adalah dengan

pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan antropometri.

Beberapa macam antropometri yang telah digunakan antara lain : berat

badan ( BB ), panjang badan ( PB ) atau tinggi badan ( TB ), lingkar

lengan atas (LILA), lingkar kepala ( LK ), lingkar dada ( LD ) dan

lapisan lemak bawah kulit ( LLBK ).

Ambang batas LILA WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5

cm atau di bagian merah pita LILA artinya wanita tersebut mempunyai resiko

KEK dan diperkirakan akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (

BBLR ). BBLR mempunyai resiko kematian, gizi kurang,gangguan pertumbuhan

dan perkembangan anak.

Cara Pengukuran LILA

 Tetapkan posisi bahu dan siku

 Letakkan pita antara bahu dan siku Tentukan titik tengah lengan

 Lingkarkan pita LILA pada tengah lengan Pita jangan terlalu ketat

 Pita jangan terlalu longgar


25

 Cara pembacaan skala yang benar

Membaca Hasil Pengukuran LILA

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran LILA adalah

pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri (kecuali

orang kidal, kita ukur lengan kanan ).Lengan harus dalam posisi bebas,lengan

baju dan otot lengan dalam keadaan titik tegang dan kencang. Alat pengukur

dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut dan sudah dilipat-lipat sehingga

permukaannya sudah tidak rata.

Tindak lanjut pengukuran LILA

Hasil pengukuran LILA ada dua kemungkinan yaitu kurang dari 23,5 cm

dan lebih atau sama dengan 23,5 cm. Bila kurang dari 23,5 cm berarti wanita

tersebut beresiko KEK ( Supariasa, 2002 ).

Menurut Depkes RI ( 2001 ), seorang ibu hamil akan melahirkan bayi

yang sehat bila tingkat kesehatan dan gizinya berada pada kondisi yang

baik.Dalam hal ini kelebihan atau kekurangan zat gizi harus dihindari. Cara

penilaian status gizi ibu hamil antara lain dengan mengukur lingkar lengan atas

atau LILA.

2.8.5 Pengetahuan Ibu

Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman sendiri maupun

dariorang lain. Sementara ituibu hamiladalah orang yang palingbertanggung

jawab terhadap gizi bayi yang dikandungnya sendiri.Pengetahuan ibu berpengaruh

terhadap pola konsumsi makanan terutamazat besi. Kekurangan zat besi dalam

jangka waktu yang relatif lama akanmenyebabkan terjadinya anemia.


26

Menurut Suhartono dalam Parenrengi tahun 2002, pengetahuan adalah

kesan dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca

inderanya.Pengetahuan merupakan suatu proses produk berpikir dari manusia

untukberperilaku dan berpartisipasi.Menurut Bloom dalam Notoatmodjo ( 2003 )

pengetahuan seseorangterhadap penguasaan suatu materi dapat dikategorikan

dalam enam tingkat,yaitu :

1) Know ( tahu )

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajarisebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingatkembali ( recall ) terhadap apa yang telah diterima juga bisa

dikatakan sebagai suatu kata kerja untuk mengukur tingkat pengetahuan

seseorangtentang apa yang telah dipelajari antara lain dengan bisa

menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan

sebagainya.

2) Comprehention ( memahami )

Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentangobyek yang diketahui /dan dapat menginterpretasikan materi

tersebutsecara benar.Seorang ibu yang telah paham terhadap obyek atau

materiharus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan

tentangmateri yang dipelajari.

3) Aplication ( aplikasi )

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telahdipelajari pada situasi atau kondisi riil ( sebenarnya ). Misalnya si ibu


27

mampu memecahkan masalah yang terjadi pada kehamilannya

tersebutmengalami kelainan atau tidak.

4) Analysis ( analisa )

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke

dalamkomponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi

tersebutdan masih ada kaitannya satu sama lain. Bisa diartikan

sebagaikemampuan si ibu untuk membedakan bahwa kehamilan yang

dialami normal atau ada kelainan.

5) Syntesis ( sintesis )

Menunjuk kepada suatu kemampuan meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.Misalnya

dapat menyusun rencana, merencanakan dan menyesuaikan antara materi

yang ada.

6) Evaluation ( evaluasi )

Diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan justification atau

penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian terhadap suatu

kriteria yang ditentukan sendiri. Pengetahuan seseorang terhadap suatu

penyakit seperti anemia adalah langkah untuk melindungi dirinya dari

penyakit ( anemia ) tersebut. Peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang

bahan makanan yang mengandung fe esensial memberi kontribusi yang

benar terhadap pemenuhan kebutuhan ibu hamil akan fe. Berdasarkan

pengetahuan ibu, status gizi ibu hamil akan sangat berperan dalam

kehamilan baik terhadap ibu maupun janin.


28

Penelitian yang dilakukan Sihombing ( 1998 ) menunjukkan bahwa

anemia pada kelompok yang mempunyai pengetahuan tentang anemia

gizirendah adalah 58 % sedangkan pada kelompok yang mempunyai

pengetahuan anemia gizi tinggi adalah 39 %. Penelitian yang dilakukan

oleh Husini (1998 ) menunjukkan bahwa kelompok responden yang

adasuplementasi zat besi dan penyuluhan tentang kegunaan zat besi

sertapenyuluhan gizi menunjukkan peningkatan kadar Hb yang bermakna

dibanding dengan kelompok responden tanpa penyuluhan.Klasifikasi

pengetahuan ibu hamil yang beresiko berdasarkan cut of pointyang ada

yaitu kurang bila jawaban yang benar kurang dari 8 atau kurangdari 75%

dan cukup bila jawaban responden benar 8 atau lebih ( ≥ % ). Jawaban

salah diberi kode 1 dan jawaban benar diberi kode 2.

2.8.6 Pemeriksaan Kehamilan ( ANC )

Menurut Departemen Kesehatan RI (2001) pemeriksaan kehamilan (ANC

) bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi masalah yang timbul selama

kehamilan, sehingga kesehatan selama kehamilan dapat dipelihara dan yang

terpenting ibu dan bayi dalam kandungan akan baik dan sehat sampai saat

persalinan Salah satu tujuan pemeriksaan pada Antenatal care ( ANC ) adalah

untuk mengenal dan menangani penyakit yang menyertai kehamilan.

(Manuaba,1998 ). Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui kunjungan

ibu hamil. Pelayanan ibu hamil sesuai standar paling sedikit 4 kali kunjungan

dengan distribusi sekali pada triwulan pertama ( K1 ), sekalipada triwulan kedua

dan 2 kali pada triwulan ketiga (K4 ). Jadi totalkunjungan ANC adalah 4 kali

kunjungan ( Depkes, 2001 ).


29

Di dalam pemeriksaan kehamilan ( ANC ) ibu mendapatkan penyuluhan

kesehatan yang berhubungan dengan kehamilan seperti penyuluhan gizi dan

makanan juga mendapatkan tablet tambah darah dari petugas kesehatan. Dan jika

ibu mau mengkonsumsi tablet tambah darah tersebutakan memperkecil terjadinya

anemia. Standar pelayanan antenatal yang berkualitas yaitu merupakan perpaduan

jumlah kunjungan keseluruhan yang secara minimal 4 kali dengan jenis

pemeriksaan yang di sebut 7T yaitu timbang berat badan, ukur tekanan darah,

pengecekan tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT,pemberian tablet besi, tes

penyakit kelamin dan temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (Darmawan,

2003 ) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kadar hemoglobin meningkat

secara berarti sesuai tinggi frekuensi Antenatal Care.

2.8.7 Kepatuhan dalam mengkonsumsi suplementasi zat besi

Kebutuhan fe cukup tinggi karena selain diperlukan untuk janin dan

plasenta juga karena adanya proses retensi air atau penambahan cairan sebanyak

40,0 % dalam tubuh ibu. Jumlah fe yang dianjurkan pada ibu hamil adalah 18 mg

perhari. Kebutuhan yang dianjurkan tersebut sulit diperoleh dari sumber makanan

saja tanpa penambahan zat besi dalam makanan. Dalam makanan biasa terdapat

10 – 20 mg besi setiap hari,tetapi hanya < 10,0% dari jumlah tersebut yang

diabsorbsi ( Lila, 2004 )Mengatasi masalah ini, WHO menganjurkan untuk

memberikan suplementasi zat besi pada ibu hamil, dan pemerintah dalam hal ini

Departemen Kesehatan sudah sejak tahun 1970 memulai program usaha

perbaikan gizi keluarga telah mendistribusikan tablet zat besi. Setiap ibu hamil

diharapkan meminum paling sedikit 90 tablet selama hamil,sesegera mungkin

setelah rasa mual berkurang atau hilang ( Depkes RI,2005 )


30

Konsumsi tablet besi secara baik memberi peluang terhindarnya ibu

hamildari anemia. Agar dapat di minum dengan baik sesuai aturan, sangat

dibutuhkan kepatuhan dan kesadaran ibu hamil dalam mengkonsumsinya.Namun

demikian kepatuhan juga sangat dipengaruhi oleh banyak factor diantaranya

bentuk obat yang besar, warna obat, rasa dan efek samping dari tablet ini antara

lain mengakibatkan nyeri lambung, mual, muntah,konstipasi dan diare (WHO,

1999 ).Walaupun keluhan efek samping telah menurun, namun pemanfaatan tablet

Fe ternyata belum maksiamal dimana sebanyak 45,07 % ibu hamil belum teratur

minum tablet fe dengan alasan malas dan lupa. Fenomena ini menunjukkan bahwa

mereka yang malas dan lupa dapat disebabkan olehmasih rendahnya kesadaran

ibu hamil untuk meningkatkan kesehatannyaserta kesehatan janin yang

dikandungnya. Rendahnya kesadaran ini dapat disebabkan oleh kurangnya

pengetahuan tentang anemia dan dampaknya. Mamad (1999) menemukan

sebanyak 90,1% ibu hamil yang tidak cukup mengkonsumsi tablet besi yang

menderita anemia dan sebesar 74,1% padabu hamil yang mengkonsumsi zat besi

cukup sesuai dengan trimester kehamilannya.Tablet fe dianjurkan di minum

diantara dua kali waktu makan, karena biovaibilitasnya lebih tinggi pada waktu

perut kosong, kecuali jika terjadi efek samping maka tablet fe dapat di minum

pada waktu makan( Murtini,2004 ).


31

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Dengan mengikuti alur pikir berdasarkan teori yang dikemukakan oleh

Julient ( 1972 ) yang dikutip Syarif ( 1998 ) anemia dapat dipengaruhi oleh factor

internal meliputi umur, jarak kehamilan, paritas, jumlah anak, status kesehatan

(ANC) dan lain-lainnya. Sedangkan faktor eksternal meliputi besar keluarga,

pendapatan, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan dan factor lingkungan. Dari

beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia tersebut hanya sebagian

yang diteliti sesuai dengan data yang ada dikarenakan keterbatasan waktu dan

kemampuan peneliti. Data tersebut merupakan data primer darihasil kuesioner dan

sekunder dari status ibu di puskesmas maka variable yang digunakan disesuaikan

dengan data yang ada. Sebagai variable dependen adalah anemia pada ibu hamil

dan variabel independen adalah umur ibu, paritas, status gizi, frekuensi ANC,

pengetahuan ibu tentang anemia dankepatuhan ibu mengkonsumsi tablet fe.

Adapun kerangka konsep dari penelitian ini adalah :

31
32

Variabel Bebas

Faktor internal:

>> Umur ibu


>> Paritas
>> Status Gizi
>> Frekuensi Antenatal Care
Variabel Terikat

ANEMIA PADA IBU

HAMIL

Faktor Eksternal :

>>Pengetahuan ibu tentang anemia dan


tablet fe
>> Kepatuhan ibu
mengkonsumsi tablet fe

Variable perancu

>> Perdarahan

>> Pendidikan

>> Penyebab infeksi

>> Jarak kehamilan

>> Riwayat Penyakit

>> Lingkungan
33
3.2 Kerangka Teori
Perkembangan biologis

( organ reproduksi )
Usia Muda
belum optimal
Umur Ibu

Usia tua Penurunan daya tahan tubuh Rentan Infeksi

Paritas Banyak anak Cadangan zat besi berkurang

Ekonomi Lemah

Internal Asupan gizi kurang


Status Gizi
Pelayanan kesehatan kurang memadai

Riwayat penyakit
ANEMIA

PADA IBU HAMIL


Jarang melakukan pemeriksaan

Frekuensi ANC ( follow up kurang )

Pengetahuan Pengetahuan rendah

Eksternal

Kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe Tidak minum tablet fe sesuai anjuran dokter

Gambar 3.2 : Kerangka Teori


Sumber : Arisman 2004, Manuaba 2007
34
3.3 Definifi Operasional

No. Variael Defenisi operasional Alat ukur Cara ukur Hasil Ukur Coding SkalaUkur

1. Anemia pada ibu Kondisi ibu hamil dengan Rekam Medik Data Rekam Medik kadar Hemogloin 1. Anemia bila kadar Hb < 11 gr% 1 Ordinal
hamil kadar hemoglobin di bawah ibu hamil dari Rumah Sakit 2. Tidak anemia bila kadar Hb ≥11 gr% 2

11 gr%

2. Umur ibu Usia ibu dari sejak lahir Kuisioner Data dari kuisioner yang telah di isi oleh 1.Risiko tinggi bila < 20 thn dan > 35 th 1 Ordinal
sampai kehamilan yang responden 2.Risiko rendah bila 20 – 35 thn 2

sekarang

Paritas
3 Jumlah persalinan yang Kuisioner Data dari kuisioner yang telah di isi oleh 1.Risiko tinggi bila ≥4 kali 1 Ordinal
.3. dilakukan seorang wanita responden 2.Risiko rendah bila < 4 kali 2

baik lahir hidup maupun

mati.

Status
4 gizi Keadaan gizi ibu di lihat Rekam Medik Data Lingkar Lengan Atas Ibu Hamil 1 Kurang bila ukuran LILA < 23,5 cm 1 Ordinal
.4. daripengukuran lingkar dari Rekam Medik Rumah Sakit 2.Cukup bila ukuran LILA ≥23,5 cm 2

lengan atas(LILA)
35

Frekuensi
5 ANC Jumlah kunjungan ibu hamil Kuisioner Data dari kuisioner yang telah di isi oleh 1.Kurang bila ibu hamil memeriksakan 1 Ordinal

5. kesarana pelayanan responden Kehamilannya < 4 kali selama hamil

kesehatan untuk 2.Cukup bila ibu hamil memeriksakan 2

memeriksakan kehamilannya ≥4 kali yaitu trimester I satu kali,

kehamilannya trimester II satu

kali dan trimester III dua kali

Pengetahuan ibu Segala sesuatu yang Kuisioner Data dari kuisioner yang telah di isi oleh 1.Kuran bila jawaban benar responden < 75 % 1 Ordinal

diketahui dan dipahami responden 2.Cukup bila jawaban benar responden ≥75% 2

responden tentangan aemia

dan tablet tambah darah/fe

Kepatuhan
7 ibu Jumlah tablet fe yang harus Kuisioner Data dari kuisioner yang telah di isi oleh 1.Tidak patuh bila ibu hamil mengkonsumsi 1 Ordinal

7. mengkonsumsi di minum oleh ibu hamil responden tablet fe <90 tablet selama kehamilannya

tablet fe sebanyak 90 tablet selama 2.Patuh bila ibu hamil mengkonsumsi 2

kehamilannya tablet fe ≥90 tablet selama kehamilannya


36

3.4 Hipotesis

3.3.1 Ada hubungan antara umur dengan anemia pada ibu hamil trimester

ketiga di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Sitit Fatimah

Makassar

3.3.2 Ada hubungan antara paritas dengan anemia pada ibu hamil trimester

ketiga di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah

Makassar

3.3.3 Ada hubungan antara status gizi dengan anemia pada ibu hamil trimester

ketiga di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah

Makassar

3.3.4 Ada hubungan antara frekuensi Antenatal Care (ANC ) dengan anemia

pada ibu hamil trimester ketiga di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan

Anak Siti Fatimah Makassar

3.3.5 Ada hubungan antara pengetahuan dengan anemia pada ibu hamil

trimester ketiga di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah

Makassar

3.3.6 Ada hubungan antara kepatuhan mengkonsumsi tablet fe dengan anemia

pada ibu hamil trimester ketiga di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan

Anak Siti Fatimah Makassar


37

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif analitik dengan desain

pendekatan cross sectional yaitu pengambilan data yang dilakukan dalam satu

kurun waktu. Peneliti mengumpulkan data dari sampel pada waktu yang

bersamaan.Penelitian ini menggunakan desain cross sectional karena prevalensi

masalah yang terjadi cukup besar. Selain itu studi cross sectional dapat

menganalisis adanya hubungan beberapa variable independen dan lebih praktis

untuk dilaksanakan.

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti

Fatimah Makassar bulan September – November 2017

4.3 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil Trimester III

di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar yang pada

bulan November 2017 memasuki trimester III, berjumlah 67 orang.

2. Sampel adalah yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

Kriteria inklusi

1. Ibu Hamil trimester ketiga

2. Bersedia menjadi responden

3. Status lengkap (data ibu hamil tentang penyakit kronik, riwayat

perdarahan, kunjungan ibu hamil, pemberian tablet besi, LILA,

37
38

Hemoglobin)

Kriteria Eksklusi

1. Ibu hamil yang mempunyai penyakit kronik ( TBC, Malaria, Gastritis )

2. Ibu hamil yang mempunyai riwayat perdarahan (Perdarahan yang lalu,

menstruasi yang sebelum kehamilan).

4.3.1 Besar Sampel

Besar sampel dihitung mengunakan rumus sampel minimal :

Rumus :

N
n =
1 + N(d)2

Keterangan :

N : besarnya populasi

n : besarnya sampel

d : tingkat ketepatan/ketelitian 0,1 % = 10 %

Dari hasil perhitungan diperoleh jumlah sampel minimal = 40 orang

Sampel dari penelitian ini semua ibu hamil trimester III yang berada di Rumah

Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar yang memenuhi

kriteria inklusi sebanyak 50 ibu hamil.

4.4 Pengumpulan Data

4.4.1. Tenaga Pengumpul Data

Pada saat pengumpulan data peneliti di bantu oleh tenaga kesehatan dari

Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar. Sebelum

dilakukan wawancara, tenaga pengumpul data menjelaskan mengenai kuesioner

yang harus di isi dengan jujur dan lengkap.


39

4.4.2 Sumber Data

4.4.2.1 Data Primer

Data primer yang digunakan merupakan hasil wawancara dari responden

yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari :

a) Data tentang umur ibu hamil

b) Data tentang jumlah paritas

c) Data tentang status gizi ibu hamil

d) Data tentang frekuensi Antenatal Care ( ANC )

e) Data tentang pengetahuan ibu mengenai anemia dan tablet fe

f) Data tentang kepatuhan ibu mengkonsumsi tablet fe

4.2.2 Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Khusus

Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar berupa data tentang gambaran

geografis ,demografi dan data jumlah ibu hamil yang memeriksakan

kehamilannya serta data-data yang mendukung pelaksanaan penelitian.

4.4.3 Instrumen Penelitian

Istrumen yang digunakan yaitu dengan kuesioner untuk umur,

paritas,status gizi, frekuensi ANC, pengetahuanibu tentang anemia dan kepatuhan

ibu mengkonsumsi tablet fe. Uji validitas kuesioner dilakukan dengan

membandingkan nilai r tabel dengan nilai r hitung, dimana didapatkan nilai r hasil

lebih besar dari r tabel sehingga dinyatakan bahwa pertanyaan tersebut valid. Data

mengenai kadar Hb intrumennya dengan menggunakan hemometer Hb Sahli.


40

4.4.4 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan bertahap. Responden ditetapkan secara

simplerandom sampling dari sampling frame. Responden terpilih didatangi oleh

petugas pengumpul data untuk di minta kesediaannya di wawancara dan mengisi

kuesioner yang dibagikan serta dilakukan pengukuran kadar Hb yang dipusatkan

di Rumah Sakit. Setiap data yang telah dikumpulakan segera di periksa oleh

peneliti, untuk melihat kelengkapan data yang telah diisi oleh responden

4.5 Manajemen Data

Data yang dikumpulkan, kemudian di olah dengan tahapan sebagai

berikut:

a. Editing yaitu penyuntingan data yang dilakukan di Rumah Sakit, agar

datayang salah masih dapat ditelusuri kembali pada responden yang

bersangkutan

b. Coding yaitu memberikan kode atau angka pada setiap data untuk

masing-masing responden sehingga memudahkan dalam pengolahan data

c. Entry data yaitu memasukkan data pada komputer dengan program

epidata dan SPSS 22,0

d. Cleaning data yaitu bila masih terdapat kesalahan dalam

memasukkandata, segera melakukan perbaikan

4.6 Analisis Data

4.6.1 Analisis Data Univariat

Analisis data univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi dari

variabel dependen yaitu anemia pada ibu hamil dan variabel independen yaitu
41

umur, paritas, status gizi, frekuensi ANC, pengetahuan ibu dan kepatuhan ibu

mengkonsumsi tablet fe.

4.6.2 Analisis Data Bivariat

Analisis data bivariat untuk mengetahui hubungan antara variable

independen ( umur, paritas, status gizi, frekuensi ANC, pengetahuan ibu dan

kepatuhan ibu mengkonsumsi tablet fe ) dengan variabel dependen yaitu anemia

pada ibu hamil. Kemudian untuk melihat hubungan kedua variable dianalisis

dengan uji kai kuadrat, masing-masing tingkat kepercayaan 95%

( α 0,05 ) =

( O – E )2

Dengan rumus: X2 = ∑

Di mana :

X2 = Chi square

O = Observasi ( nilai pengamatan )

E = Expected ( frekuensi yang diharapkan )

4.7 Etika Penelitian

Hal-hal yang tekait dengan etika penelitian dalam penelitian ini adalah

1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak terkait

sebagai permohonan izin untuk melakukan penelititan

2. Menjaga kerahasiaan identitas pasien sehingga diharapkan tidak ada

pihak yang dirugikan atas enelitian yang dilakukan


42

3. Diharapkan penelitian ini dapat member manfaat kepada semua pihak

yang sesuai dengan manfaat penelitian yang disebutkan sebelumnya

4.8 Alur Penelitian

Populasi dan sampel

Pengisian kuisioner oleh pasien Pengambilan data ibu hamil di RS

Input data dan analisa data

Pengolahan data

Hasil
BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada bulan September - November 2017 di

Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar dengan jumlah

sampel sebanyak 50 orang.

5.1. Analisis Univariat

5.1.1. Status Anemia Ibu Hamil


Tabel 5.1
Distribusi Responden Menurut Status Anemia pada ibu hamil trimester
III di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar
Status Anemia Jumlah Presentase

Anemia 41 82%

Tidak Anemia 9 18%

Total 50 100%

Dari data di atas didapatkan hasil, dari 50 ibu hamil trimester III

sebanyak 41 orang (82,0%) responden mengalami anemia saat hamil, sedangkan 9

orang (18,0%) tidak mengalami anemia.

5.1.2. Umur Ibu


Tabel 5.2
Distribusi Responden Menurut Umur pada Ibu Hamil Trimester III di
Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar
Umur Jumlah Presentase

Resiko tinggi (< 20 dan > 35 thn) 23 46%

Resiko rendah ( 20 – 35 thn ) 27 54%

Total 50 100%

4343
44

Sebaran distribusi responden menurut umur ibu hamil trimester III adalah

terdapat 23 orang (46.0%) memiliki risiko yang tinggi. Sedangkan 27 orang

(54,0%) memiliki risiko yang rendah.

5.1.3.Paritas

T abel 5.3
Distribusi Responden Menurut Paritas pada Ibu Hamil Trimester III di
Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar
Paritas Jumlah Persentas (%)

Resiko tinggi (≥ 4 kali) 17 34%

Resiko rendah (< 4 kali) 33 66%

Total 50 100%

Sebaran distribusi anemia menurut paritas paritas pada ibu hamil trimester

III sebanyak 17 orang (34,0%) termasuk resiko tinggi yaitu melakukan

persalinan lebih dari 4 kali. Dan sebanyak 33 orang ( 66,0%) termasuk risiko

rendah yaitu melakukan persalinan kurang dari 4 kali.

5.1.4. Status Gizi Ibu ( LILA )

Tabel 5.4
Distribusi Responden Menurut Status Gizi pada ibu hamil trimester III di
Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar

Status Gizi Ibu Jumlah Persentase (%)


Kurang ( LILA < 23,5 32 64.0%
cm )
Cukup ( LILA ≥ 23,5 18 36,0%
cm)
Total 50 100 %
45

Sebaran distribusi anemia menurut status gizi pada ibu hamil trimester III

adalah sebanyak 32 orang (64,0%) termasuk gizi kurang. Dan ada 18 orang (

36,0%) termasuk gizi cukup.

5.1.5. Frekuensi Antenatalcare ( ANC )

Tabel 5.5
Distribusi Responden Menurut Frekuensi Antenatalcare ( ANC ) pada Ibu
Hamil Trimester III di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti
Fatimah Makassar

Frekuensi ANC Jumlah Presentasi

Kurang ( < 4 kali ) 28 56 %

Cukup ( ≥ 4 kali ) 22 44 %
Total 50 100 %

Dari data distribusi di atas, Ibu hamil trimester III yang melakukan

Antenatalcare kurang sebanyak 28 orang (56,0%), sedangkan yang melakukan

Antenatalcare cukup yaitu sebanyak 22 orang (44,0%).

5.1.6. Pengetahuan Ibu

Tabel 5.6
Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Tentang Anemia pada Ibu
Hamil Trimester III di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti
Fatimah Makassar
Pengetahuan Ibu Jumlah Persentasi

Kurang 29 58%

Cukup 21 42%

Total 50 100%

Dari data distribusi di atas Ibu hamil trimester III yang memiliki

pengetahuan kurang tentang anemia adalah sebanyak 29 orang (58,0%) sedangkan


46

ibu yang memiliki pengetahuan cukup tentang anemia sebanyak 21 orang

(42,0%).

5.1.7. Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Fe

Tabel 5.7
Distribusi Responden Menurut Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Fe pada
Ibu Hamil Trimester III di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak
Siti Fatimah Makassar
Konsumsi Tablet Fe Jumlah Persentase

Kurang ( < 90 tablet ) 27 54%


Cukup ( ≥ 90 tablet ) 23 46%
Total 50 100%

Dari data distribusi di atas Ibu hamil trimester III yang kurang patuh

mengonsumsi tablet Fe adalah sebanyak 29 orang (58,0%) sedangkan ibu yang

cukup patuh mengonsumsi tablet Fe sebanyak 21 orang (42,0%).

5.2. Analisis Bivariat

5.2.1. Status Anemia Pada Ibu Hamil Terhadap Umur Ibu

Tabel 5.8
Distribusi Responden Menurut Status Anemia Terhadap Umur pada ibu
hamil trimester III
Status Anemia
Tidak Ya
Umur ibu
Jumlah % Jumlah % Total Value

Risiko tinggi 4 8% 19 38% 23


Risiko 5 10% 22 44% 27
0,918
Rendah
Total 9 18% 41 82% 50

Berdasarkan tabel 5.8 di atas, hasil analisis hubungan antara umur

dengan status anemia ibu hamil trimester III diperoleh bahwa dari 23 ibu hamil

trimester III yang memiliki risiko tinggi sebanyak 19 orang (38,0%) mengalami
47

anemia dan ada 4 orang (8,0%) yang tidak mengalami anemia sedangkan dari

27 ibu hamil trimester III yang beresiko rendah sebanyak 22 orang (44,0%)

yang mengalami anemia dan 5 orang (10%) yang tidak mengalami anemia.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square

dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p value 0,918 yang berarti

lebih besar dari p value 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara umur dengan status anemia pada ibu hamil di

Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar yang pada

bulan September – November memasuki trimester III.

5.2.2 Status Anemia Dengan Paritas


Tabel 5.9
Distribusi Responden Menurut Status Anemia Terhadap Paritas pada Ibu
Hamil Trimester III
Status Anemia
Tidak Ya
Paritas
Jumla % Jumla % Total Value
h h
Resiko tinggi 3 6% 14 28% 17
( ≥ 4 kali)
Resiko rendah 6 12% 27 54% 33 0,963
(<4 kali)
Total 9 18% 41 82% 50

Berdasarkan tabel 5.9 di atas , hasil analisis hubungan antara paritas

dengan status anemia ibu hamil trimester III diperoleh bahwa dari 17

responden yang memiliki resiko tinggi ada 14 orang (28,0%) yang mengalami

anemia dan 3 orang yang tidak mengalami anemia, sedangkan dari 33

responden yang memiliki resiko rendah sebanyak 27 orang (54%) yang

mengalami anemia dan ada 6 orang ( 12%) yang tidak mengalami anemia.
48

Setelah dilakukan uji statistik menggunakan uji chi-square dengan

tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p value 0,963 yang berarti lebih besar

dari p value 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara paritas dengan status anemia pada ibu hamil di Rumah Sakit

Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar yang pada bulan

September – November memasuki trimester III.

5.2.3. Status Anemia Terhadap Status Gizi Ibu


Tabel 5.10
Distribusi Responden Menurut Status Anemia Terhadap Status Gizi pada
ibu hamil trimester III
Status Anemia
Tidak Ya
Status Gizi
Jumla % Jumla % Total Value
(LILA)
h h
Kurang 4 8% 28 56% 32
Cukup 5 10% 13 26% 18
0,177
Total 9 18% 41 82% 50

Berdasarkan tabel 5.10 Hasil analisis hubungan antara status gizi

dengan status anemia ibu hamil trimester III diperoleh bahwa dari 32

responden yang memiliki status gizi kurang ada sebanyak 28 orang (56,0%)

yang mengalami anemia dan 4 orang (8,0%) yang tidak mengalami anemia.

Sedangkan dari 18 responden yang memiliki status gizi cukup ada 13 orang

(26%) yang mengalami anemia dan 5 orang (10 %) yang tidak mengalami

anemia.

Setelah dilakukan uji statistik menggunakan uji chi-square dengan

tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p value 0,177 yang berarti lebih besar

dari p value 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara status gizi dengan status anemia pada ibu hamil di Rumah
49

Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar yang pada bulan

September – November memasuki trimester III.

5.2.4. Status Anemia Terhadap Frekuensi Antenatal Care (ANC)

Tabel 5.11
Distribusi Responden Menurut Status Anemia Terhadap Frekuensi
Antenatalcare (ANC) pada Ibu Hamil Trimester III

Status Anemia
Frekuensi
Tidak Ya
Antenatal
Total Value
Care (ANC) Jumla % Jumla %
h h
Kurang 1 2% 27 54% 28
Cukup 8 16% 14 28% 22
0,003
Total 9 18% 41 82% 50

Berdasarkan tabel 5.11 di atas, hasil analisis hubungan antara Frekuensi

Antenatalcare (ANC) dengan status anemia ibu hamil trimester III diperoleh

bahwa dari 28 responden yang frekuensi ANC nya kurang ada sebanyak 27

orang (54,0%) mengalami anemia dan ada 1 orang (2%) yang tidak mengalami

anemia sedangkan dari 22 responden yang frekuensi ANC nya cukup ada 14 ibu

(28%) yang mengalami anemia dan 8 ibu (16%) yang tidak mengalami anemia.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan

tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p value 0,003 yang berarti lebih kecil

dari p value 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara frekuensi Antenatalcare dengan status anemia pada ibu hamil di Rumah

Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar yang pada bulan

September – November memasuki trimester III.


50

5.2.5. Status Anemia Terhadap Pengetahuan Ibu tentang anemia

Tabel 5.12
Distribusi Responden Menurut Status Anemia Terhadap Pengetahuan
Ibu Tentang Anemia pada ibu hamil trimester III

Status Anemia
Pengetahuan
Tidak Ya
ibu
Total Value
Jumla % Jumla %
h h
Kurang 2 4% 27 54% 29
Cukup 7 14% 14 28% 21
0,016
Total 9 18% 41 82% 50

Berdasarkan tabel 5.12 di atas, hasil analisis hubungan antara

pengetahuan ibu tentang anemia dengan status anemia pada ibu hamil trimester

III diperoleh bahwa dari 29 responden yang memiliki pengetahuan kurang ada

sebanyak 27 orang ( 54,0 %) yang mengalami anemia dan 2 orang (4%) yang

tidak mengalami anemia. Sedangkan dari 21 responden yang memiliki

pengetahuan cukup ada 14 orang (28,0%) yang mengalami anemia dan 7 orang

(14%) yang tidak mengalami anemia .

Setelah dilakukan uji statistik menggunakan uji chi-square dengan tingkat

kepercayaan 95% diperoleh nilai p value 0,016 yang berarti lebih kecil dari p

value 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan ibu tentang anemia dengan status anemia pada ibu hamil di Rumah

Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar yang pada bulan

September – November memasuki trimester III.


51

5.2.6. Status Anemia Terhadap Kepatuhan Ibu Mengkonsumsi Tablet Fe

Tabel 5.13
Distribusi Responden Menurut Status Anemia Terhadap Kepatuhan Ibu
Mengkonsumsi Tablet Fe pada Ibu Hamil Trimester III

Status Anemia
Kepatuhan
Tidak Ya
mengonsumsi
Jumla % Jumla % Total Value
Fe
h h
Tidak Patuh 2 4% 25 50% 27
Patuh 7 14% 16 32% 23
0,035
Total 9 18% 41 82% 50

Berdasarkan data tabel 5.13 di atas, hasil analisis hubungan antara

kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe dengan status anemia ibu hamil trimester III

diperoleh bahwa dari 27 responden yang kurang patuh mengonsumsi fe ada

sebanyak 25 orang (50,0%) yang mengalami anemia dan 2 orang (4%) yang

tidak mengalami anemia. Sedangkan dari 23 responden yang cukup patuh

mengonsumsi tablet fe ada sebanyak 16 orang (32%) yang mengalami anemia

dan ada 7 orang (14%) yang tidak mengalami anemia.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan

tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p value 0,035 yang berarti lebih kecil

dari p value 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara kepatuhan ibu mengonsumsi tablet Fe dengan status anemia pada ibu hamil

di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar yang pada

bulan September – November memasuki trimester III.


52

BAB VI

PEMBAH ASAN

Telah dilakukan penelitian di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak

Siti Fatimah Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk menilai keterkaitan antara

anemia dengan factor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu

hamil trimester ketiga di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah

Makassar. Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif analitik dengan desain

pendekatan cross sectional menggunakan data primer melalui wawancara dan

data sekunder melalui data rekam medik di rumah sakit. Sebagai sasarannya

adalah ibu hamil yang pada bulan September – November 2017 memasuki

trimester ketiga. Data dianalisis dengan menggunakan program statistik komputer.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil Trimester III di Rumah

Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar yang pada bulan

September - November 2017 memasuki trimester III, berjumlah 67 orang.

Adapun jumlah sampel yang di teliti pada penelitian ini adalah sebanyak 50 0rang.

Faktor- faktor yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil

6.1 Hubungan antara Umur dan Status Anemia Pada ibu hamil trimester

III

Berdasarkan tabel 5.8 di atas, hasil analisis hubungan antara umur

dengan status anemia ibu hamil trimester III diperoleh bahwa dari 23 ibu hamil

trimester III yang memiliki risiko tinggi ( <20 atau > 35) ada sebanyak 19 ibu

(38%) mengalami anemia dan ada 4 ibu (8%) yang tidak mengalami anemia

sedangkan dari 27 ibu hamil trimester III yang beresiko rendah ( 20 – 35 ) ada

52
53

22 ibu (44,0%) yang mengalami anemia dan 5 ibu (10%) yang tidak mengalami

anemia.

Setelah dilakukan uji statistik menggunakan uji chi-square dengan

tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p value 0,918 yang berarti lebih besar

dari p value 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang

signifikan antara umur dengan status anemia pada ibu hamil di Rumah Sakit

Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar yang pada bulan

September – November memasuki trimester III. Adanya hubungan yang tidak

signifikan ini karena dari 50 responden yang dijadikan sebagai sampel yang

mendominasi adalah ibu hamil pada umur yang tidak beresiko yaitu antara 20

– 35 tahun.

Kejadian anemia pada ibu hamil dapat terjadi pada semua kelompok

umur. Artinya dalam kelompok umur apapun terlalu tua atau terlalu muda tidak

berpengaruh. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Husaini (1989) yang

menyatakan bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna antara umur dengan

kejadian anemia pada ibu hamil. Hasil yang tidak bermakna ini juga bisa

disebabkan karena walaupun umurnya beresiko tetapi ibu hamil tersebut rutin

memeriksakan kehamilannya maka kehamilannya tersebut dapat dikontrol sedini

mungkin.

Namun ada beberapa penelitian yang mendapatkan hasil yan berbeda

seperti penelitian yang dilakukan oleh Herawati dan Astuti (2010), Ibu yang

berumur dibawah 20 tahun dan lebih dari 35 tahun lebih rentan menderita

anemia, hal ini disebabkan oleh faktor fisik dan psikis. Wanita yang hamil di

usia kurang dari 20 tahun beresiko terhadap anemia karena pada usia ini sering
54

kekurangan gizi. Hal ini muncul biasanya karena usia remaja menginginkan

tubuh yang ideal sehingga mendorong untuk melakukan diet yang ketat tanpa

memperhatikan keseimbangan gizi sehingga pada saat memasuki kehamilan

dengan status gizi kurang. Sedangkan ibu yang berusia diatas 35 tahun usia ini

rentan terhadap penurunan daya tahan tubuh sehingga mengakibatkan ibu hamil

mudah terkena infeksi dan terserang penyakit. Seorang wanita hamil pada usia

berisiko, yaitu < 20 tahun akan terjadi kompetisi makanan antara janin dan

ibunya yang masih dalam proses pertumbuhan dan adanya pertumbuhan

hormonal yang terjadi selama kehamilan. Wanita yang hamil di usia kurang dari

20 tahun cenderung belum siap digunakan untuk menopang kebutuhan sel darah

merah tambahan untuk janin, sedangkan kebutuhan zat besi dalam tubuh cukup

banyak untuk masa pertumbuhan janin, dan ibu hamil di atas usia 35 tahun

cenderung mengalami anemia disebabkan karena pengaruh turunnya cadangan

zat besi dalam tubuh akibat masa fertilisasi (Proverawati, 2012).

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Salmariantity (2012)

menyatakan bahwa pada umur berisiko (35 tahun) berpeluang berisiko

mendapatkan anemia 1,8 kali dibandingkan dengan ibu hamil pada umur tidak

berisiko karena wanita hamil yang mempunyai umur berisiko dapat merugikan

kesehatan ibu maupun pertumbuhan janin, terbukti secara statistik bermakna

dengan nilai p=0.012 yang menyatakan ada hubungan usia ibu hamil dengan

kejadian anemia. Usia antara 20-35 tahun merupakan periode yang paling aman

untuk hamil dan melahirkan, sebab pada usia tersebut fungsi alat reproduksi

dalam keadaan optimal. Pada kelompok tersebut kurang beresiko komplikasi

kehamilan serta memiliki reproduksi yang sehat. Hal ini terkait dengan kondisi
55

biologis dan psikologis dari ibu hamil (Ariani, 2010).

6.2 Hubungan antara Paritas dan Status anemia pada Ibu Hamil

trimester III

Hasil analisis hubungan antara paritas dengan status anemia ibu hamil

trimester III diperoleh bahwa dari 17 responden yang memiliki resiko tinggi ( ≥

4 kali) ada sebanyak 14 ibu (28,0%) yang mengalami anemia dan 3 ibu (6%)

yang tidak mengalami anemia, sedangkan dari 33 responden yang memiliki

resiko rendah (<4 kali) ada 27 ibu (54%) yang yang mengalami anemia dan 6

ibu ( 12%) yang tidak mengalami anemia.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-

square dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p value 0,963 yang

berarti lebih besar dari p value 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara paritas dengan status anemia pada ibu hamil di

Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar yang pada

bulan September – November memasuki trimester III.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Siska

Lailita Puspita Sari (2011) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

tingkat pengetahuan ibu hamil yang menggunakan metode survei analitik

dengan pendekatan Cross Sectional dengan salah satu hasil tidak ada hubungan

yang bermakna antara paritas dengan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang

anemia. Disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara paritas ibu hamil

dengan kejadian anemia, hal ini disebabkan bahwa paritas bukan satu-satunya

faktor penyebab anemia melainkan ada faktor lain yaitu faktor dasar (sosial

ekonomi, pengetahuan, pendidikan dan budaya) dan faktor langsung (pola


56

konsumsi tablet Fe, penyakit infeksi dan perdarahan) (Istiarti, 2000)..

Terjadinya hubungan yang tidak bermakna ini mungkin disebabkan oleh

jumlah responden dengan paritas >4 kali terlalu sedikit yaitu hanya 17 dari 50

orang sedangkan yang tidak beresiko ada 33 responden. Seperti halnya penelitian

yang dilakukan oleh Elsy Noversititi (2012) bahwa tidak adanya hubungan antara

paritas dengan kejadian anemia pada penelitiannya, berkemungkinan disebabkan

oleh faktor lain yang mempengaruhi pada ibu hamil dengan paritas >4 seperti

sikap, tindakan, jarak kehamilan sebelumnya. Selain itu, pada saat penelitian

responden yang ditemukan banyak yang memiliki paritas ≤ 4, termasuk ibu hamil

yang sedang hamil anak pertama, sehingga tidak diperoleh perbedaan yang

bermakna antara ibu hamil yang anemia dengan yang tidak anemia. Dan

karakteristik responden yang sebagian besar tidak bekerja atau ibu rumah tangga

diduga ikut mempengaruhi, karena ibu rumah tangga aktivitas fisik yang

dilakukan juga sedikit.

6.3 Hubungan Status Gizi dengan Anemia pada ibu hamil trimester III

Hasil analisis hubungan antara status gizi dengan status anemia ibu

hamil trimester III diperoleh bahwa dari 32 responden yang memiliki status

Gizi kurang (LILA <23,5 cm) ada sebanyak 28 ibu (56,0%) yang mengalami

anemia dan 4 ibu (8%) yang tidak mengalami anemia. Sedangkan dari 18

responden yang memiliki status gizi cukup (>23,5 cm) ada 13 ibu (26%) yang

mengalami anemia dan 5 ibu (10 %) yang tidak mengalami anemia.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square

dengan tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p value 0,177 yang berarti

lebih besar dari p value 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
57

hubungan yang signifikan antara status gizi dengan status anemia pada ibu

hamil di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar

yang pada bulan September – November memasuki trimester III.

Hasil penelitian ini didukung penelitian Nurhidayati (2013) dengan p-

value = 0,186 dan sejalan dengan penelitian Erinta (2012) menyatakan bahwa

tidak ada hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil

trimester III. Kondisi tersebut disebabkan apabila ibu hamil status gizinya baik

maka kemungkinan masih dapat mengalami anemia, sebab masih terdapat

faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya anemia (Nurhidayati, 2013).

Berbeda dengan hasil penelitian Herawati dan Astuti (2010) diketahui bahwa

dari 18 responden yang status gizinya KEK sebagian besar responden

mengalami anemia gizi (83,3%), dari hasil uji anaisis bivariat diketahui p-value

(0,011) yang berarti ada hubungan antara status gizi dengan anemia gizi pada

ibu hamil. KEK berhubungan dengan kejadian anemia karena erat kaitannya

dengan kekurangan asupan protein. Kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu

hamil berhubungan dengan kurangnya asupan protein yang bersifat kronis atau

terjadi dalam jangka waktu yang lama. Dengan demikian kurangnya asupan

protein akan berdampak pada terganggunya penyerapan zat besi yang berakibat

pada terjadinya defisiensi besi (Jurnal Kesehatan Kartika).

Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang

dikonsumsi dengan kebutuhan tubuh. Apabila asupan gizi sesuai maka di sebut

gizi baik, jika asupan kurang di sebut gizi kurang dan apabila asupan lebih maka

di sebut gizi lebih. Status gizi wanita merupakan salah satu faktor yang harus

diperhatikan. Rendahnya status gizi dapat menyebabkan anemia yang


58

mengakibatkan kualitas fisik yang rendah dan berpengaruh pada efisiensi

reproduksi. Semakin tinggi status gizi seseorang maka semakin baik pula kondisi

fisiknya, sehingga secara tidak langsung mempengaruhi efisiensi reproduksi.

Konsumsi protein hewani dapat meningkatkan penyerapan zat besi dalam

tubuh. Dengan rendahnya konsumsi protein maka dapat menyebabkan rendahnya

penyerapan zat besi oleh tubuh. Keadaan ini dapat mengakibatkan tubuh

kekurangan zat besi dan dapat menyebabkan anemia. Rendahnya konsumsi dan

penyerapan zat besi oleh tubuh pada ibu hamil dapat disebabkan karena masih

rendahnya kemampuan keluarga untuk menyajikan makanan yang kaya zat besi

khususnya protein hewani dalam menu sehari-hari, kesalahan dalam pengolahan

makanan terutama mengolah sayuran serta kebiasaan minum teh atau kopi setelah

makan.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Erly Rambu Bita Dopi,dkk

(2012) yang menyatakan ada hubungan yang bermakna antara kurang gizi dengan

kejadian anemia pada ibu hamil. Saat hamil seorang wanita memerlukan asupan

gizi lebih banyak dan memiliki pola hidup sehat seperti makan makanan yang

bergizi, cukup olah raga, cukup istirahat, kekurangan gizi selama hamil dapat

menyebabkan anemia gizi, bayi terlahir dengan berat badan rendah dan yang

sering dijumpai pada masa kehamilan adalah anemia gizi besi dan KEK.

Penyebab anemia di Indonesia adalah kekurangan besi yang berasal dari makanan

yang dimakan setiap hari dan diperlukan untuk pembentukan hemoglobin

sehingga disebut anemia kekurangan besi yang banyak diderita oleh wanita hamil

sehingga membutuhkan zat besi selama hamil relatif lebih tinggi, pola makan

yang tidak baik selama hamil dapat memperburuk keadaan anemia gizi besi, pola
59

makan yang tidak memenuhi gizi seimbang dan sedikit bahan makanan sumber Fe

seperti daging, ikan, hati atau pangan hewani lainnya merupakan salah satu faktor

penyebab anemia karena pangan hewani merupakan sumber zat besi yang tinggi

absorbsinya. Gizi seimbang dapat dicapai dengan susunan makanan sehari-hari

yang terdiri dari campuran ketiga kelompok bahan makanan yaitu sumber energi

atau tenaga (padi-padian, tepung, umbi-umbian, sagu, pisang), sumber zat

pembangun (sayur-sayuran dan buah-buahan), sumber zat pengatur (ikan, daging,

telur, susu, tempe, tahu dan oncom). Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan

turunnya kadar hemoglobin (anemia), abortus, perdarahan pasca persalinan, sepsis

puerperalis. Anemia lebih banyak terjadi pada status sosial ekonomi rendah

sehingga mempengaruhi status gizi, pola makanan dan bahan makanan ibu hamil

harus memperhatikan segi kualitas dan kuantitas makanan yang di konsumsi

sehari-hari karena sangat mempengaruhi kadar hemoglobin, status gizi ibu hamil

yang kurang sebelum hamil maupun waktu hamil merupakan faktor yang

mempengaruhi kejadian anemia.

Ketidak patuhan dalam mengkonsumsi obat tambah darah karena faktor

lupa atau malas, maupun mengganti kebiasaan konsumsi pangan sebelumnya

dengan obat tambah darah yang diberikan dengan anggapan bahwa dari obat

tambah darah yang diberikan sudah cukup sehingga tidak perlu mengokonsumsi

asupan pangan sehari-hari, kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi

tidak mencukupi kebutuhan, kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah (Jurnal

Kesehatan Masyarakat Indonesia, 2011). Berdasarkan indikator kurang energi

kronik menggunakan standar Lingkar Lengan Atas (LILA) yang menyatakan

ukuran lingkar lengan atas < 23,5 cm berarti risiko kekurangan energi kronik
60

(KEK) pada ibu hamil dan hemoglobin kurang dari 11gr/dl ibu hamil menderita

anemia sehingga mempunyai dampak kesehatan terhadap ibu dan anak, antara lain

kekurangan nutrisi dapat menyebabkan turunnya kadar hemoglobin (anemia),

Status gizi yang kurang sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia selama

kehamilan trimester III karena zat besi dalam tubuh kurang yang disebabkan

kurangnya asupan makanan yang mengandung zat besi dan protein. Dalam

penelitian ini sebagian besar responden mengalami KEK dan Anemia yang

disebabkan karena kurang mengkonsumsi makanan bergizi yang mengandung zat

besi dari bahan makanan hewani dan nabati dan kenyataan dilapangan responden

lebih banyak mengkonsumsi sumber energi dan sumber zat pengatur dari pada

mengkonsumsi sumber zat pembangun ini disebabkan karena sosial ekonomi

rendah sehingga tidak dapat membeli bahan makanan yang mengandung gizi dan

porsi makan sebelum hamil dan selama hamil porsi makan sama, ada anggapan

bahwa mengkonsumsi zat besi sudah cukup sehingga tidak perlu mengkonsumsi

pangan sehari-hari, adanya kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat

mengganggu penyerapan zat besi.

Terjadinya hubungan yang tidak bermakna ini oleh karena penyebab

anemia pada ibu hamil bukan karena status gizi semata tetapi banyak faktor lain

yang mempengaruhinya seperti adanya penyakit infeksi, status sosial ekonomi,

pendapatan keluarga ataupun faktor lain yang tidak tercakup.

6.4 Hubungan Frekuensi Antenatal Care denga Anemia pada ibu hamil

trimester III

Hasil analisis hubungan antara Frekuensi Antenatal Care (ANC) dengan

status anemia ibu hamil trimester III diperoleh bahwa dari 28 responden yang
61

frekuensi ANC nya kurang (<4 kali) ada sebanyak 27 ibu (54,0%) mengalami

anemia dan ada 1 ibu (2%) yang tidak mengalami anemia sedangkan dari 22

responden yang frekuensi ANC nya cukup ada 14 ibu (28%) yang mengalami

anemia dan 8 ibu (16%) yang tidak mengalami anemia.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan

tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p value 0,003 yang berarti lebih kecil

dari p value 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara umur dengan status anemia pada ibu hamil di Rumah Sakit Khusus Daerah

Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar yang pada bulan September – November

memasuki trimester III.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hubungan

frekuensi ANC dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III di Puskesmas

Tegalrejo Yogyakarta tahun 2016. Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan diketahui sebanyak 29,8% ibu hamil tidak teratur melakukan kunjungan

ANC yang mengalami anemia sedang dan sebanyak 5,3% ibu hamil teratur

melakukan kunjungan ANC dan mengalami anemia sedang. Berdasarkan uji

analisis Kendall’s Tau didapatkan nilai p-value = 0,033 lebih kecil dari α = 0,05

yang berarti terdapat hubungan frekuensi ANC dengan kejadian anemia di

Puskesmas Tegalrejo tahun 2016. Nilai koefisien korelasi antar kedua variabel

sebesar 0,265 menunjukkan keeratan hubungan rendah dan berpola positif, artinya

semakin sering ibu hamil melakukan kunjungan ANC maka semakin rendah

kejadian anemia pada ibu hamil. Kunjungan ibu hamil dalam memeriksakan

kehamilanya sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia.


62

Hal ini sesuai dengan tujuan ANC menurut Prawirohardjo (2010) adalah

mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin

terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan

perdarahan. Kunjungan pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan untuk mendeteksi

secara dini kejadian anemia pada ibu hamil dan penangananya yaitu dengan

pemberian tablet zat besi. Dokter atau bidan akan sulit mengevaluasi keadaan

anemia seseorang apabila ibu hamil tidak pernah memeriksakan diri atau tidak

teratur memeriksakan kehamilannya karena setiap saat kehamilan dapat

berkembang menjadi masalah pada ibu maupun janin (Prawirohardjo, 2010).

Pelayanan ANC bertujuan untuk dapat mengidentifikasi dan mengatahui masalah

yang timbul selama masa kehamilan sehingga kesehatan ibu dan bayi yang

dikandung akan sehat sampai persalinan.

Pelayanan Antenatal Care (ANC) dapat dipantau dengan kunjungan ibu

hamil dalam memeriksakan kehamilannya (Ariani, 2016). Sejalan dengan

penelitian Adiwiharyanto (2008) dalam Priani (2012) yang mengungkapkan erat

kaitannya kunjungan ANC dengan tingkat pendidikan ibu. Semakin tinggi tingkat

pendidikan ibu hamil, frekuensi kunjungan antenatal semakin meningkat.

Pendidikan yang tinggi mencerminkan pengetahuan yang dimiliki semakin baik

dan mempengaruhi seseorang yang dimiliki semakin baik dan mempengaruhi

seseorang dalam menerapkannya terhadap pelaksanaan antenatal care.

Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sugma (2015) mengungkapkan bahwa ada hubungan keteraturan ANC dengan

kejadian anemia pada ibu hamil dengan nilai p-value 0,002 < 0,05. Hasil

penelitian tersebut memberikan gambaran bahwa ibu hamil yang melakukan


63

kunjungan antenatal care secara teratur mempunyai resiko yang lebih kecil

terkena anemia daripada ibu hamil dengan kunjungan antenatal care yang tidak

atau kurang teratur.

Menurut Tuladhar dan Dhakal (2011) dalam jurnal yang berjudul

Impact of Antenatal Care on Maternal and Perinatal utcome: A Study at Nepal

Medical College Teaching Hospital menjelaskan bahwa komplikasi ibu hamil

seperti anemia terjadi lebih sering pada wanita hamil tanpa melakukan ANC

secara rutin. Pentingnya melakukan ANC guna mendeteksi secara dini

kesejahteraan ibu dan janin yang dikandungnya.

Jadi dari penelitian yang telah dlakukan serta penelitian-penelitian

yang telah dilakukan sebelumya membuktikan bahwa sangat erat kaitannya

antara kejadian anemia pada ibu hamil dengan Frekuensi Antenatalcare (ANC).

6.5 Hubungan Pengetahuan ibu tentang anemia dengan status anemia pada

ibu hamil trimester III

Hasil analisis hubungan antara pengetahuan ibu dengan status anemia

pada ibu hamil trimester III diperoleh bahwa dari 29 responden memiliki

pengetahuan kurang ada sebanyak 27 ibu ( 54,0 %) yang mengalami anemia

dan 2 ibu (4%) yang tidak mengalami anemia. Sedangkan dari 21 responden

yang memiliki pengetahuan cukup ada 14 ibu (28%) yang mengalami anemia

dan 7 ibu (14%) yang tidak mengalami anemia .

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan

tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p value 0,016 yang berarti lebih kecil

dari p value 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara pengetahuan ibu tentang anemia dengan status anemia pada ibu hamil di
64

Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar yang pada

bulan September – November memasuki trimester III.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Indah Fitriasari

(2016) yang menunjukan bahwa hubungan tingkat pengetahuan dengan Kejadian

Anemia di Puskesmas Tegalrejo Tahun 2016 diketahui sebanyak 44,4% ibu hamil

mempunyai tingkat pendidikan rendah yang mengalami anemia sedang, sebanyak

7,7% ibu hamil mempunyai pendidikan tinggi mengalami anemia sedang.

Berdasarkan uji analisis Kendall’s Tau didapatkan nilai p-value = 0,001 lebih

kecil dari α = 0,05 yang artinya terdapat hubungan tingkat pendidikan dengan

kejadian anemia di Puskesmas Tegalrejo tahun 2016. Nilai koefisien korelasi antar

kedua variabel sebesar 0,431 menunjukkan keeratan hubungan sedang dan berpola

positif, artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan seorang ibu hamil maka

semakin rendah kejadian anemia pada ibu hamil. Pengetahuan yang tinggi

mempengaruhi kesadaran akan pentingnya arti kesehatan dari individu dan

lingkungannya yang dapat mempengaruhi atau mendorong kebutuhan akan

pelayanan kesehatan. Didalam pendidikan terdapat proses pengembangan

pengetahuan, wawasan, kompetensi, serta mempengaruhinya juga terbentuknya

pola pikir seseorang. Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi

kesadaran untuk berperilaku hidup sehat. Pendidikan akan membentuk pola pikir

yang baik dimana ibu akan lebih mudah untuk menerima informasi sehingga dapat

terbentuk pengetahuan yang memadai.

Sesuai dengan penelitian Ridayanti (2012) yang menyebutkan rendahnya

pengetahuan dapat menyebabkan terbentuknya perilaku kesehatan yang kurang

baik. Pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh pada peningkatan


65

kemampuan berpikir, dengan kata lain seseorang yang berpendidikan lebih tinggi

akan dapat mengambil keputusan yang lebih rasional, umumnya terbuka untuk

menerima perubahan atau hal baru dibandingkan dengan individu yang

berpendidikan rendah. Tingkat pendidikan ibu hamil yang rendah mempengaruhi

penerimaan informasi sehingga pengetahuan tentang anemia dan faktor-faktor

yang berhubungan dengannya menjadi terbatas, terutama pengetahuan tentang

pentingnya zat besi (Budiono, 2009). Tingkat pendidikan ibu hamil yang rendah

mempengaruhi penerimaan informasi pengetahuan tentang anemia dan faktor-

faktor yang berhubungan dengannya menjadi terbatas, terutama pengetahuan

tentang pentingnya zat besi (Budiono, 2009). Pendidikan erat dengan kemampuan

menerima informasi yang berkaitan dengan kesehatan terutama pada ibu hamil

anemia, seperti pengetahuan anemia, pemilihan makanan tinggi zat besi dan

asupan zat besi (Mariza, 2016).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh

Mariza (2016), menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat

pendidikan dengan kejadian anemia pada ibu hamil dengan nilai p-value = 0,026,

hal tersebut disebabkan karena tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi

kesadaran untuk berperilaku hidup sehat dan membentuk pola pikir yang baik

sehingga ibu akan lebih mudah untuk menerima informasi dan memiliki

pengetahuan yang memadai untuk berperilaku mencegah dan mengatasi anemia.

Menurut Fifi (2010) dalam Mariza (2016) Pendidikan sangat mempengaruhi

kemampuan seseorang dalam informasi gizi. Semakin tinggi tingkat pendidikan

(lama sekolah) seseorang, semakin mudah menerima hidup sehat secara mandir,

kreaktif dan berkesinambungan. Oleh karena itu tingkat pendidikan mempunyai


66

hubungan yang eksponensial terhadap gizi dan kesehatan. Makin tinggi

pendidikan makin tinggi pula kesadaran ibu untuk mendapatkan gizi yang baik

sehingga tidak menimbulkan anemia pada kehamilan. Ibu hamil anemia dengan

pendidikan rendah prevalensinya lebih besar daripada ibu yang berpendidikan

tinggi. Pendidikan erat dengan kemampuan menerima informasi yang berkaitan

dengan kesehatan terutama pada ibu hamil anemia, seperti pengetahuan anemia,

pemilihan makanan tinggi zat besi dan asupan zat besi (Jurnal Kesehatan

Holistik).

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya

perilaku. Perilaku atau tindakan yang dihasilkan oleh pendidikan di dasarkan pada

pengetahuan dan kesadaran yang terbentuk melalui proses pembelajaran dan

perilaku ini diharapkan akan berlangsung lama dan menetap karena didasari oleh

kesadaran.

Hasil ini sejalan dengan teori Benyamin Bloom bahwa perilaku terdiri atas

kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (tindakan). Yang berarti

bahwa perilaku sehat untuk tidak menderita anemia dipengaruhi oleh pengetahuan

tentang pengertian, penyebab, akibat, penanggulangan anemia.

Menurut Ancok ( 1992 ), hubungan antara pengetahuan , sikap, niat dan

perilaku akan mempengaruhi keikutsertaan seseorang dalam suatu aktifitas

tertentu. Adanya pengetahuan terhadap manfaat sesuatu hal, akan menyebabkan

orang mempunyai sikap yang positif terhadap hal tersebut. Pengetahuan berisikan

segi positif dan negatif. Bila sesuatu kegiatan dianggap lebih banyak segi

positifnya,maka kemungkinan besar seseorang akan mengikuti kegiatan tersebut.

Dalam hal ini ibu hamil yang rajin melakukan pemeriksaan kehamilan akan
67

menerapkan hal-hal positif yang disarankan oleh petugas kesehatan seperti

mengkonsumsi tablet Fe yang diberikan kepadanya untuk mencegah terjadinya

anemia.

Pengetahuan adalah mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terkait

dengan sehat dan sakit atau cara-cara memelihara kesehatan. Pengetahuan ibu

hamil tentang anemia, makanan sumber zat besi serta perlunya minum tablet Fe

relatif rendah. Untuk mengantisipasi faktor yang mendasari timbulnya masalah

pengetahuan, sikap dan perilaku pada ibu hamil, maka pemberian informasi dan

edukasi merupakan kegiatan yang harus dilakukan untuk menanggulangi anemia

pada ibu hamil (Notoatmojo, 2016). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian

Maisa dkk (2012), hasil uji Chi-square menunjukkan hubungan yang bermakna

antara pengetahuan tentang tata cara konsumsi tablet Fe dan pengelolaan anemia

dengan kepatuhan subjek dalam konsumsi tablet Fe (p=0,005; rasio

prevalensi=1,42). Maka dapat disimpulkan bahwa ibu hamil dengan pengetahuan

rendah mempunyai peluang 1,42 lebih tinggi untuk tidak patuh mengkonsumsi

tablet Fe dibanding ibu hamil yang berpengetahuan tinggi. Hasil penelitian ini

sama dengan penelitian Susilawati (2011), ada hubungan pengetahuan dengan

kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi pada ibu hamil dengan kejadian anemia

gravidarum (OR = 2,441 dengan p = 0,0001). Menurut Notoatmojo (2012)

pengetahuan dan kemampuan seseorang dipengaruhi oleh latar belakang

pendidikan.Makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah baginya

untuk menerima informasi. Pengetahuan akan membentuk tindakan dan perilaku

seseorang. Proporsi pengetahuan yang baik akan meningkatkan kepatuhan ibu

hamil mengkonsumsi tablet Fe, sehingga prevalensi anemia dapat menurun.


68

Kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe Sugeng, Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe

Dalam Mencegah Anemi Gizi Besi Pada Ibu Hamil 223 Di Wilayah Puskesmas

Kecamatan Jakarta Pusat 223 merupakan suatu bentuk perilaku yang dapat

terwujud karena adanya pengetahuan yang diperoleh dari luar serta keyakinan dan

adanya dorongan dari orang lain antara lain petugas kesehatan, tetangga, atau

teman dekat (Green, 2015).

6.6 Hubungan Kepatuhan mengonsumsi tablet Fe terhadap status anemia

pada ibu hamil trimester III

Berdasarkan data tabel 5.13 di atas, hasil analisis hubungan antara

kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe dengan status anemia ibu hamil trimester III

diperoleh bahwa dari 27 responden yang kurang patuh mengonsumsi fe ada

sebanyak 25 ibu (50,0%) yang mengalami anemia dan 2 ibu (4%) yang tidak

mengalami anemia. Sedangkan dari 23 responden yang cukup patuh

mengonsumsi tablet fe ada sebanyak 16 ibu (32%) yang mengalami anemia dan

ada 7 ibu (14%) yang tidak mengalami anemia.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square dengan

tingkat kepercayaan 95% diperoleh nilai p value 0,035 yang berarti lebih kecil

dari p value 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara kepatuhan menonsumsi tablet Fe dengan status anemia pada ibu hamil di

Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar yang pada

bulan September – November memasuki trimester III.

Penelitian Mamad ( 1999 ) menemukan sebanyak 90,1% ibu hamil yang

tidak cukup mengkonsumsi tablet besi menderita anemia dan untuk yang

mengkonsumsi tablet besi cukup hanya sebesar 74,1 %. Priyantini ( 2003 ) dan
69

Darmawan ( 2003 ) juga menemukan bahwa kepatuhan mengkonsumsi tablet fe

berhubungan dengan anemia pada ibu hamil

Teori Mucosal Block (Lila,1992) menyatakan bahwa penyerapan serta

penyimpanan cadangan besi akan lebih baik pada pemberian jangka lama dengan

dosis rendah dibandingkan dengan pemberian singkat dosis tinggi. Pemberian

tablet besi dengan dosis satu tablet sehari dapat meningkatkan kadar Hb sebesar

53,65 % serta menunjukkan keluhan efek samping yang ringan. Menurut

WHO (1990), konsumsi tablet besi yang mengandung 30 mg Fe selama 100 hari

terakhir kehamilan sejak minggu ke-24 kehamilan dianggap mengcukupi untuk

menjaga kadar Hb diatas 10 gr/dl, juga dapat meningkatkan kadar Hb pada wanita

hamil.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maulana (2009)

menyatakan bahwa untuk meningkatkan kepatuhan ibu dalam mengkonsumsi

tablet Fe, petugas ksehatan harus mengikut sertakan keluarga dalam pengawasan

minum obat, pengawasan minum obat merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

menjamin kepatuhan minum obat dengan dosis dan jadwal yang telah

ditetapkan.8 Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Kautshar (2013),

Faktor penyebab kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe diantara

adalah faktor enabling (pemungkin) meliputi katersediaan sarana dan pra sarana

atau fasilitas dan faktor reinforcing (penguat) meliputi dukungan keluarga,

dukungan petugas kesehatan dan ketersediaan tablet Fe. Kepatuhan merupakan

tindakan yang berkaitan dengan perilaku seseorang sendiri sebagaimana

dinyatakan Mulyono (2013). Ibu hamil yang patuh mengkonsumsi tablet

Fe,meliputi kepatuhan jumlah tablet yang di konsumsi, cara mengkonsumsi


70

tablet Fe,waktu mengkonsumsi tablet Fe,frekuensi tablet Fe yang dikonsumsi.

Ibu hamil yang patuh mengkonsumsi tablet Fe dapat di pengaruhi oleh

pengetahuan ibu hamil yang baik tentang tablet Fe.Tingkat pengetahuan ibu yang

tinggi dapat membentuk sikap positif terhadap kepatuhan dalam mengkonsumsi

tablet Fe,tanpa adanya pengetahuan tentang mengkonsumsi tablet Fe,maka ibu

sulit menanamkan kebiasaan patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe. Masih

adanya kasus anemia pada ibu hamil dapat disebabkan karena ibu hamil tidak

patuh mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan. Konsumsi tablet Fe yang tidak

teratur dapat menyebabkan ibu hamil kekurangan zat besi yang berhubungan

dengan anemia pada ibu hamil. Anemia kehamilan dapat disebabkan oleh

beberapa hal salah satunya adalah kurangnya konsumsi zat besi selama masa

kehamilan (Prada, 2015).

Menurut Wiknjosastro (2010), anemia pada ibu hamil disebabkan oleh

kurang masuknya unsur besi dalam makanan, gangguan reabsorbsi atau karena

terlampau banyaknya zat besi yang keluar dari dalam tubuh.12 Kekurangan zat

besi akan menghambat pembentukan hemoglobin yang berakibat pada

terhambatnya pembentukan sel darah merah. Ibu hamil perlu melakukan

pengukuran kadar Hb untuk memantau kondisi ibu sehingga jika kadar Hb ibu

kurang dari 11 gr%, dapat segera dilakukan penanganan seperti menambah

konsumsi makanan dan minuman yang banyak mengandung zat besi. Ibu yang

tidak patuh mengkonsumsi tablet Fe dapat dipengaruhi oleh efek samping yang

kurang nyaman dirasakan oleh ibu ketika mengkonsumsi Fe, seperti mual,

muntah, dan nyeri ulu hati. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arifin (2008),

bahwa suplemen oral zat besi dapat menyebabkan mual, muntah, kram lambung,
71

nyeri ulu hati, dan konstipasi. Efek samping yang tidak bisa diterima ibu hamil

menyebabkan ketidakpatuhan dalam pemakaian obat. Menurut Soebroto (2009)

kebutuhan zat besi pada wanita juga meningkat saat hamil dan melahirkan.

Ketika hamil, seorang ibu tidak saja dituntut memenuhi kebutuhan zat besi untuk

dirinya, tetapi juga harus memenuhi kebutuha zat besi untuk pertumbuhan

janinnya. Selain itu pendarahan saat melahirkan juga dapat menyebabkan

seorang ibu kehilangan lebih banyak lagi zat besi. Karena alasan tersebut, setiap

ibu hamil disarankan mengonsumsi tablet zat besi. Anemia yang tidak diatasi

membahayakan ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Menurut Manuaba

(2010), pengaruh anemia dalam kehamilannya dapat menyebabkan abortus,

hambatan tumbuh kembang, mudah terjadi indeksi,ancaman dekompensasi

kordis, ketuban pecah dini, peralinan antepartum. Selain itu membahayakan pada

masa kehamilan, anemia juga bahaya pada saat persalinan dan kala nifas,

sehingga sangat penting pemenuhan zat besi pada ibu hamil untuk menghindari

anemia.

Menurut Nugraheny, (2009) banyak faktor yang mempengaruhi

terjadinya anemia pada ibu hamil,sehingga jika ibu hamil tidak patuh dalam

mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, namun memiliki status gizi

yang baik, selalu mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi,tidak

memiliki riwayat penyakit kronik, masih dalam usia reproduksi sehat, maka ibu

dapat menjalani kehamilan yang sehat tanpa mengalami kejadian anemia . Oleh

karena itu, ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi makanan yang dapat membentuk

sel-sel darah merah seperti hati, ikan teri, daging merah, kacang- kacangan,

sayuran berwarna hijau, kuning telur, dan buah-buahan. Selain itu, ibu hamil
72

juga sebaiknya mengkonsumsi vitamin C, daging aya, dan ikan untuk

memudahkan penyerapan zat besi (Soebroto, 2009). Ada beberapa faktor yang

dilakukan ibu hamil untuk memenuhi nutrisi dan tentang pentingnya

mengkonsumsi tablet Fe yang menjadi penentu kadar Hb. Tingkat pengetahuan

ibu hamil tentang zat besi yang tinggi dapat membentuk sikap positif terhadap

kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe.Tanpa adanya pengetahuan tentang zat

besi, maka ibu sulit menanamkan kebiasaan dalam menggunakan bahan

makanan sumber zat besi yang penting bagi kesehatan ibu hamil. Kurangnya

pengetahuan sering dijumpai sebagai faktor yang penting dalam masalah

defisiensi zat besi. Hal ini dapat terjadi karena masyarakat kurang mampu dalam

menerapkan informasi tentang tablet Fe dalam kehidupan sehari- hari.Semakin

tinggi pengetahuan ibu hamil tentang zat besi, maka akan semakin patuh dalam

mengkonsumsi tablet Fe. Ibu hamil yang berpengetahuan rendah tentang zat besi

akan berperilaku kurang patuh terhadap konsumsi tablet Fe serta dalam

pemilihan makanan. Selain itu pendidikan juga mempengaruhi dalam menjadi

penentu kadar Hb. Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang

direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau

masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku

pendidikan (Suhartono, 2006). Dalam penelitian ini tingkat pendidikan

mempengaruhi tingkat kejadian anemia, semakin tinggi tingkat pendidikannya

semakin rendah pula resiko terkena anemia,karena tingkat pendidikan turut

menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan

gizi yang mereka peroleh. Tingkat rendahnya pendidikan erat kaitannya dengan

tingkat pengertian tentang tablet Fe serta kesadarannya terhadap konsumsi tablet


73

Fe untuk ibu hamil. Keadaan defisiensi Fe pada ibu hamil sangat ditentukan oleh

banyak diantaranya pendidikan ibu hamil.Tingkat pendidikan ibu hamil yang

rendah mempengaruhi penerimaan informasi sehingga pengetahuan tentang Fe

menjadi terbatas dan berdampak pada terjadinya defisiensi zat besi. Semakin

baik pendidikan ibu hamil, maka dalam menyerap informasi yang diterima

semakin baik khususnya tentang manfaat tablet Fe,hal ini berdampak pada

kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe karena disitu ibu hamil

mengetahui manfaat dari tablet Fe bagi ibu hamil (Arisman, 2004). Hasil

penelitian terhadap responden yang patuh tetapi mengalami anemia, hal ini

dikarenakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar Hb ibu hamil.

Menurut Silalahi (2007) faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya anemia

pada ibu hamil yaitu kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi, usia ibu, paritas,

jarak kehamilan, pengetahuan, pendidikan, penyakit kronis, indeksi paritas, dan

kecukupan konsumsi zat gizi. Sedangkan Nugraheny (2009) anemia disebabkan

oleh kurang gizi, kurang zat besi dalam diit, malabsorbsi, kehilangan darah yang

banyak pada persalinan yang lalu dan penyakit kronik. Hasil dari penelitian ini

sesuai dengan Hipotesis yang disusun dalam penelitian ini yaitu ada hubungan

antara kepatuhan meminum tablet Fe terhadap kejadian anemia pada ibu hamil

trimester III. Kejadian anemia pada ibu hamil trimester III dapat dihindari

dengan patuh mengkonsumsi tablet Fe sesuai dengan aturan, selain itu juga bisa

di dukung dengan pemenuhan nutrisi yang berasal dari makanan yang

dikonsumsi dan juga menghindari faktor-faktor yang dapat menjadikan resiko

ibu hamil untuk terkena anemia.

Ibu hamil yang kurang minum tablet besi atau dalam seminggu hanya
74

mengkonsumsi satu tablet memiliki resiko mengalami anemia dua belas kali lipat

dibanding dengan ibu hamil yang mengkonsumsi tablet rutin setiap hari

(Khatijah, 2010). Rendahnya tingkatan kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi

tablet Fe dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pengetahuan, cara benar

minum obat, efek samping tablet Fe dan perilaku petugas kesehatan dalam

mensosialisakan tentang pentingnya tablet Fe serta dukungan suami. Seperti apa

yang dikatakan oleh seksi gizi Dinas Kesehatan Sleman (Totosuharto, 2005)

penyebab anemia pada ibu hamil salah satunya yaitu berkaitan dengan cara

minum obat suplemen tablet Fe yang tidak benar. Depkes RI (2005)

menyebutkan tidak membolehkan minum tablet Fe dengan makanan atau

minuman yang mengandung alkohol, teh, kopi, cokelat ataupun buahbuahan

yamg mengandung alkohol seperti tape, durian, nanas, mangga, dan kueni karena

dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh. Sehingga manfaatnya

menjadi berkurang, karena teh dan kopi mengandung tanin yang dapat mengikat

besi sehingga menghambat absorpsinya. Kekeliruan yang dilakukan oleh ibu

hamil anemia disebabkan oleh informasi yang di dapat dari tenaga kesehatan

setempat yang menganjurkan jarak antara minum suplemen kalk maupun susu

yang cukup hanya berjarak 1 jam sudah diperbolehkan minum tablet Fe. Hal ini

sesuai dengan anjuran Depkes RI (2005) bahwa dengan penambahan kalsium

atau susu tinggi kalsium dengan selang waktu lebih dari 2 jam. Alasan tersebut

dikarenakan karena kalsium dapat menghambat absorbsi besi. Selain cara minum

obat yang benar, konsumsi tablet Fe juga dipengaruhi oleh dukungan suami.

Dukungan suami adalah bentuk nyata dari kepedulian dan tanggung jawab suami

dalam kehamilan istri. Semakin tinggi dukungan yang diberikan oleh suami pada
75

ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe semakin tinggi pula keinginan ibu hamil

untuk mengkonsumsi tablet Fe (Arisman,2005).


76

BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan data dan hasil penelitian, maka kesimpulan dari penelitian ini

adalah

1. Dari 50 sampel yang diteliti didapatkan sebanyak 41 orang (82,0%)

mengalami anemia dan 9 orang (18,0%) yang tidak mengalami anemia di

Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar.

2. Berdasarkan hubungan anemia dengan umur, yang mengalami anemia

pada umur yang berisiko tinggi (<20 tahun ->35 tahun) sebanyak 19 orang

(18,0 %) sedangkan yang mengalami anemia pada risiko rendah (20 tahun

– 35 tahun) sebanyak 22 orang (44,0%). Penderita anemia pada umur

beresiko rendah lebih banyak daripada umur yang beresiko tinggi, secara

statistik didapatkan hubungan yang tidak bermakna.

3. Berdasarkan hubungan antara anemia dengan paitas, yang mengalami

anemia pada paritas yang beresiko tinggi ( >4 kali ) sebanyak 14 orang

(28,0%) sedangkan yang mengaami anemia pada paritas yang beresiko

rendah sebanyak 27 orang (54,0%). Penderita anemia pada paritas yang

beresiko rendah lebih banyak dari pada paritas yang beresiko tinggi, secara

statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna.

4. Berdasarkan hubungan antara anemia dengan status gizi, yang mengalami

anemia pada status gizi kurang ( LILA <23,5 ) sebanyak 28 orang (56,0%)

sedangkan yang mengalami anemia pada status gizi cukup sebanyak 13

76
77

orang (26,0%). Penderita anemia pada status gizi kurang lebih banyak

namun tidak adanya hubungan yang bermakna secara statistik.

5. Berdasarkan hubungan antara anemia dengan frekuensi ANC, yang

mengalami anemia pada ANC kurang ( 4 kali ) sebanyak 27 orang (54,0%)

sedangkan yang mengalami anemia pada ANC cukup sebanyak 14 orang

(28,0%). Penderita anemia pada kunjungan ANC kurang lebih banyak dari

yang ANCnya Cukup dan didapatkan hubungan yang bermakna.

6. Berdasarkan hubungan antara anemia dengan Pengetahuan ibu tentang

anemia, yang mengalami anemia pada pengetahuan kurang sebanyak 27

orang (54,0%) sedangkan yang mengalami anemia pada pengetahuan

cukup sebanyak 14 orang (28,0%). Penderita anemia pada pengetahuan

kurang lebih banyak dari penegtahuan Cukup dan didapatkan hubungan

yang bermakna antara keduanya setelah dilakukan uji statistik.

7. Berdasarkan hubungan antara anemia dengan kepatuhan ibu mengonsumsi

tablet Fe, yang mengalami anemia pada ibu yang tidak patuh sebanyak 25

orang (50,0%) sedangkan yang mengalami anemia pada ibu yang patuh

sebanyak 16 orang (32,0%). Penderita anemia pada ibu yang tidak patuh

lebih banyak dari ibu yang patuh dan didapatkan hubungan yang

bermakna antara keduanya setelah dilakukan uji statistik.

7.2 Saran

1. Bagi Petugas Kesehatan Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat

kejadian anemia pada ibu hamil di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan

Anak Siti Fatimah Makassar masih tinggi. Hal ini hendaknya menjadi

perhatian petugas kesehatan di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak
78

Siti Fatimah Makassar masih tinggi untuk melakukan upaya-upaya

penurunan kejadian anemia tersebut. Langkah-langkah yang dapat

dilakukan antara lain memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada ibu

hamil serta memperbaiki cara penyampaian informasi pada saat ibu hamil

melakukan pemeriksaan tentang cara pencegahan timbulnya anemia, baik

berupa pola konsumsi yang baik dan cara menjaga kesehatan tubuh ibu

hamil sendiri.

2. Bagi Ibu Hamil Kejadian anemia pada ibu hamil dapat berdampak pada

timbulnya penyakit penyerta kehamilan. Ibu hamil hendaknya

memperhatikan pola konsumsi gizi, pola istirahat, dan factor -faktor yang

mampu menurunkan resiko anemia ketika hamil. Ibu hamil hendaknya

aktif mencari informasi tentang cara pencegahan anemia pada ibu hamil

baik dengan bertanya pada petugas kesehatan maupun dengan mencari

informasi di media-media yang ada di lingkunganya.

3. Bagi peneliti lain Bagi peneliti lain perlu dilakukan peningkatan luas

cakupan penelitian, misalnya melibatkan beberapa daerah yang memiliki

kultur berbeda, sehingga diperoleh hasil kesimpulan yang lebih general


Daftar Pustaka

Arisman. 2010.Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Ariawan, I . 1998 . Dasar dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan.


Jurusan Biostatistik dan Kependudukan. Depok : FKM – UI

Almatsier, Suminta, 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia, Pustaka
Utama.

Amiruddin,dkk. 2004. Studi Kasus Kontrol Faktor Biomedis Terhadap Kejadian


Anemia Ibu Hamil Di Puskesmas Bantimurung Maros Tahun 2004. Makassar :
Artikel Ilmiah

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2008. Riset Kesehatan Dasar


2007. Jakarta : Depkes RI

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2008. Riset Kesehatan Dasar


2010. Jakarta : Depkes RI

Besuni A. 2013. Hubungan Asupan Zat Gizi pembentuk sel darah merah dengan
Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil di Kabupaten Gowa. Makassar: Universitas
Hasanuddin

Depkes RI. 2005. Masalah Gizi di Indonesia dan Penanggulangan Anemia di


Indonesia. Jakarta : Pedoman Kerja Puskesmas

Depkes RI. 2005. Pedoman Operasional Penanggulangan Anemia Gizi. Jakarta :


Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat.

Darmawan. 2003. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Ibu Hamil


(Analisa Data Sekunder Hasil Survey Cepat Anemia Ibu Hamil ) di Kabupaten
Lampung Utara tahun 2003. Depok : SKRIPSI FKM UI

Emma S. 2001. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Jakarta : PT. Trubus

Fitriyani. 2002. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Ibu


Hamil di Kecamatan Luragung Kabupaten Kuningan Jawa Barat tahun 2002.
Depok : SKRIPSI, FKM UI.

FKM, UI. 2010. Materi Kuliah Gizi Kesehatan Masyarakat. Depok : FKM UI

Hanifa, dkk. 2003. Ilmu Kebidanan Yatasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirihardjo. Jakarta : PT. Gramedia

79
80

Fatimah S, Dkk. 2011. Pola Konsumsi dan Kadar Hemoglobin pada Ibu di
Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Makassar : Makara Kesehatan
Husaini, MA. Study Nutritional Anemia An Assesment Of Information
Compilation For Supporting And Formulating National Policy And Programme,
Directorate

Jumarlina. 2007. Gambaran factor Penyebab Rendahnya Cakupan Fe3 pada Ibu
Hamil di Puskesmas Maniangpajo Kab. Wajo. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Kesumasari C. 2012. Anemia Gizi Masalah dan Pencegahannya. Yogyakarta:


kalika.
Sahlan NU. 2012. Hubungan Pola Makan dengan Status Hemoglobin (Hb) Ibu
Hamil di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru Makassar: Universitas
Hasanuddin.
Supariasa IN. 2012. Penilaian Status gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Erly Rambu Bita Dopi,dkk. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Anemia Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Puweri Kabupaten
Sumba Barat. FKM : Universitas Muhammadiah Semarang
Sutiana. 2012. Intervensi Tablet Besi, Kapsul Zink Dan Edukasi Gizi Terhadap
Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Di Kabupaten Maros Propinsi Sulawesi Selatan
Makassar: Universitas Hasanuddin.
Triwidyastuty D. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Status
Hemoglobin (Hb) Ibu Hamil di Kelurahan Manongkoki Kecamatan
Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar Makassar: Universitas Hasanuddin
Rohmah Dyah Nurhidayati, 2013. Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Anemia
pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangsari Kabupaten Sukoharjo.
Surakarta : Universitas Muhammadiah Surakarta
Husnawati Faridah, 2015. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkatan
Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas Sentolo II Kulon Progo. Yogyakarta :
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah.

Noverstiti Elsy, 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia


pada Ibu Hamil Trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Air Dingin Kota
Padang Tahun 2012.

Husaini, MA. Study Nutritional Anemia An Assesment Of Information


Compilation For Supporting And Formulating National Policy And Programme,
Directorate Of Community Nutrition And Center For Nutrition Research And
Development Ministry Of Health, 1989

Istiarti, Tinuk. 2000. Menanti Buah Hati. Yogyakarta: Media Persindo.


81

Proverawati, A. 2012 Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuha


Medika 2012

Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Keluarga Berencana


Untuk Pendidikan Bidan. EGC : Jakarta.

Prawihardjo, S.2010. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Suhartono, S. 2006. Filsafat Pendidikan.Jakarta : Ar-Ruzz

Winkjosastro,H. 2010. Ilmu Kebidanan. Yogyakarta : Pustaka Rihma

Ridayanti dkk. 2012. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Hamil Dengan Kejadian
Anemia Pada Kehamilannya Di Puskesmas Banguntapan I Bantul. Bantul :
Universisstas Respati Yogyakarta.

Proverawati, A dan Siti, A. 2012. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Yogyakarta :
Nuha Medika

Darmawan. 2003. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Ibu Hamil


(Analisa Data Sekunder Hasil Survey Cepat Anemia Ibu Hamil) di Kabupaten
Lampung Utara. . Depok : Skripsi FKM UI

Soebroto. 2009. Cara Mudah Mengatasi Problem Anemia. Yogyakarta : Bangkit

Arisman, M.B. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Buku Ajar Ilmu
Gizi.EGC.

Nugraheny, E. 2009. Asuhan Kebidanan Phatologi. Buku Ilmu Kebidanan.


Yogyakarta : Pustaka Rihana

Mulyono. 2013. Anemia Pada Ibu Hamil dan Hubunganya dengan Beberapa
Faktor Di Kabupaten Oku Sumatra Selatan. Jakarta: FKM UI

Prada. 2015. Jurnal Ilmiah Kebidanan. Vol 3 No 2

Arifin, Y. 2008. Hubungan pemberian tablet zat besi dengan anemia pada ibu
hamil di Klinik Deli Tua.

Kautshar. 2013. Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Besi (Fe) di
Puskesmas Bara- Baraya.Fakultas Kesehatan Masyarakat : Universitas Hasanudin
Makasar

Maulana. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : Buku Kedokteran. EGC


1

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Dalam rangka penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan


anemia pada ibu hamil di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah
Makassar,maka kami mohon kesediaan ibu untuk menjawab beberapa pertanyaan
dan bersedia menjadi subyek penelitian.

Apakah ibu setuju ikut serta dalam penelitian ini ?

1. Setuju
2. Tidaksetuju

Responden,

( )
2

KUISIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA
PADA IBU
HAMIL DI RUMAH SAKIT KHUSUSDAERAH IBU DAN ANAK
SITI FATIMAH
MAKASSAR PERIODE SEPTEMBER – NOVEMBER 2017
Petunjuk pengisian :
1. Sebelum saudara responden mengisi kolom yang di minta, terlebih dahulu
untuk membaca petunjuk selengapnya
2. Isilah pertanyaan di bawah ini dengan sejujur-jujurnya demi keabsahan
data penelitian ini
3. Khusus untuk pertanyaan bagian C dijawab dengan memilih salah satu
jawaban yang benar menurut anda dengan memberikan tanda silang (X)
pada huruf yang telah tersedia.

A. Identitas Responden Kode (diisi peneliti) :


1. Nama ibu hamil :
2. Umur : thn
3. Alamat :
B. Riwayat Kehamilan
4. BB sekarang : Kg
5. TB : cm
6. Lingkar Lengan Atas (LILA) : cm
7. Sampai sekarang ibu sudah mengalami :
a. Kehamilan kali
b. Persalinan kali
c. Keguguran kali
8. Selama kehamilan ini ibu berapa kali periksa hamil?
a. Pada usia kehamilan 1 – 3 bln : kali
b. Pada usia kehamilan 4 – 6 bln : kali
c.Pada usia kehamilan 7 – 9 bln : kali
C. Pengetahuan tentang anemia dan tablet fe pada ibu hamil
9. Untuk mengetahui anemia, dilakukan pemeriksaan
a. Darah b. Kencing c. Tinggi badan
10. Minuman yang sebaiknya di konsumsi oleh ibu hamil adalah :
a. Kopi b. Teh c. Susu
11. Sayuran yang paling baik di konsumsi ibu hamil adalah :
a. Kembang kol
b. Nangka muda
c. Bayam
12. Sebutkan yang ibu tahu tentang tanda-tanda anemia
a. Pusing, mata berkunang-kunang dan cepat lelah
b. Kaki kram, pinggang sakit, pusing dan mual
c. Tidak tahu
13. Ibu hamil sering mengalami anemia dari pada ibu yang tidak hamil
a. Benar
b. Ragu-ragu
c. Salah
14. Jenis-jenis makanan apa saja yang dapat membantu mencegah anemia?
a. Sayuran, kacang-kacangan,ikan dan buah-buahan
b. Sayuran dan buah-buahan
c. Tidak ada
15 Apa yang ibu ketahui tentang tablet zat besi ?
a. Tablet tambah darah yang berwarna merah
b. Tablet untuk kekebalan tubuh
c. Tablet penambah nafsu makan
16. Menurut ibu fungsi zat besi adalah……
a. Meningkatkan pembentukan sel darah merah
3

b. Menambah nafsu makan


c. Sebagai vitamin
17. Pengobatan yang diberikan pada wanita hamil yang kurang darah/anemia adalah:
a. Pemberian vitamin dan anti biotik
b. Pemberian suplemen tablet besi + vitamin C
c. Pemberian Vitamin C saja
18. Jumlah suplemen tablet zat besi yang diperlukan ibu hamil selama kehamilan adalah :
a. 30 tablet b. 80 tablet c. 90 tablet
19. Berapa tablet tambah darah yang dianjurkan di minum perhari oleh ibu hamil?
a. 2 tablet selama 90 hari
b. 2 tablet selama 60 hari
c. 1 tablet selama 90 hari
D. Kepatuhan mengkonsumsi Tablet fe
20. Pada pemberian terakhir, berapa jumlah tablet tambah darah yang diterima? Tablet
21. Jumlah tablet tambah darah yang di minum : tablet
22. Jumlah tablet tambah darah sisa : tablet
23. Jumlah tablet tambah darah yang telah dikonsumsi ibu selama kehamilan tablet
24. Hasil pemeriksaan HB : gr %
4

Statistics

kepatuhan
hasil Hb Umur Paritas LILA Antenatal care Pengetahuan Ibu konsumsi fe

N
Valid 50 50 50 50 50 50 50

Missing 0 0 0 0 0 0 0

hasil Hb

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid anemia 41 2,0 82,0 82,0

tidak anemia 9 18,0 18,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 2
13 46,0 46,0 64,0

27 54,0 54,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

paritas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid resiko tinggi 17 34,0 34,0 34,0

resiko rendah 33 66,0 66,0 100,0


Total 50 100,0 100,0
5

Antenatal care

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kurang 28 56,0 56,0 56,0

Cukup 22 44,0 44,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

Pengetahuan Ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Cukup 29 58,0 58,0 58,0

kurang 21 42,0 42,0 100,0

Total 50 100,0 100,0

kepatuhan konsumsi fe

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kurang 27 54,0 54,0 54,0

Cukup 23 46,0 46,0 100,0

Total 50 100,0 100,0


6

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

P
N Percent N Percent N ercent

hasil Hb * Umur 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%

Umur * hasil Hb Crosstabulation


Count

hasil Hb

anemia tidak anemia Total

Umur 119 4 23

22
2 5 27
Total 41 9 50

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,011 1 ,918
b
Continuity Correction ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,011 1 ,918
Fisher's Exact Test 1,000 ,606
N of Valid Cases 50

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,14.
b. Computed only for a 2x2 table
7

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

hasil Hb * paritas 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%

Hasil Hb * paritas Crosstabulation


Count

paritas

resiko tinggi resiko rendah Total

hasil Hb anemia 14 27 41

tidak anemia 3 6 9
Total 17 33 50

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,002 1 ,963
b
Continuity Correction ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,002 1 ,963
Fisher's Exact Test 1,000 ,642
Linear-by-Linear Association ,002 1 ,963
N of Valid Cases 50

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,06.
b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

hasil Hb * LILA 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%


8

Hasil Hb * LILA Crosstabulation


Count

LILA

Kurang cukup Total

hasil Hb anemia 28 13 41

tidak anemia 4 5 9
Total 32 18 50

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Exact


Value df sided) Sig. (2-sided) Sig. (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 1,822 1 ,177
b
Continuity Correction ,934 1 ,334
Likelihood Ratio 1,756 1 ,185
Fisher's Exact Test ,253 ,167
Linear-by-Linear Association 1,785 1 ,181
N of Valid Cases 50

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,24.
b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

hasil Hb * Antenatal care 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%

hasil Hb * Antenatal care Crosstabulation


Count

Antenatal care

Kurang cukup Total

hasil Hb anemia 27 14 41

tidak anemia 1 8 9
Total 28 22 50
9

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Exact


Value df sided) Sig. (2-sided) Sig. (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 8,976 1 ,003
b
Continuity Correction 6,891 1 ,009
Likelihood Ratio 9,670 1 ,002
Fisher's Exact Test ,007 ,004
Linear-by-Linear Association 8,796 1 ,003
N of Valid Cases 50

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,96.
b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

hasil Hb * Pengetahuan Ibu 50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%

hasil Hb * Pengetahuan Ibu Crosstabulation


Count

Pengetahuan Ibu

Cukup kurang Total

hasil Hb anemia 27 14 41

tidak anemia 2 7 9
Total 29 21 50

Chi-Square Tests

Asymp. Exact Exact


Value df Sig. (2-sided) Sig. (2-sided) Sig. (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 5,767 1 ,016
b
Continuity Correction 4,115 1 ,042
Likelihood Ratio 5,850 1 ,016
Fisher's Exact Test ,025 ,021
Linear-by-Linear Association 5,652 1 ,017
N of Valid Cases 50

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,78.
10

b. Computed only for a 2x2 table

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

hasil Hb * kepatuhan
50 100,0% 0 0,0% 50 100,0%
konsumsi fe

hasil Hb * kepatuhan konsumsi fe Crosstabulation


Count

kepatuhan konsumsi fe

Kurang cukup Total

hasil Hb anemia 25 16 41

tidak anemia 2 7 9
Total 27 23 50

Chi-Square Tests

Asymp. Exact Exact


Value df Sig. (2-sided) Sig. (2-sided) Sig. (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 4,462 1 ,035
b
Continuity Correction 3,038 1 ,081
Likelihood Ratio 4,613 1 ,032
Fisher's Exact Test ,062 ,040
Linear-by-Linear Association 4,373 1 ,037
N of Valid Cases 50

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,14.
b. Computed only for a 2x2 table
11

BIODATA DIRI PENULIS

Data Pribadi :
Nama Lengkap :Nurdina Takdir
Nama Panggilan : Dina
Tempat/Tanggal Lahir : Rante Limbong, 04 Oktober 1995
Pekerjaan : Mahasiswa
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Gol. Darah :B
Nama Orang Tua
 Ayah :Takdir Arifin
 Ibu : Nurhayati
Pekerjaan Orang Tua
 Ayah :Petani
 Ibu : IRT
Anak ke : 7 dari 7 bersaudara
Alamat saat ini :BTP Blok Af No.500
No. Telp : 082348935161
Email :nurdinatakdir04@gmail.com

Riwayat Pendidikan Formal


Periode Sekolah/Institusi/Universi Jurusan
tas
2002-2008 SD Negeri 130 Rante Limbong -
2008-2011 Mts Guppi Buntu Barana -
2011-2014 SMA Negeri 1 Enrekang IPA
2014-sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Pendidikan Dokter
Hasanuddin

Anda mungkin juga menyukai