Anda di halaman 1dari 7

ASKEP GONORHOE BAB I PENDAHULUAN A.

LATAR BELAKANG Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi diantara PMS. Pada pengobatan terjadi pula perubahan karena sebagian disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang paling resisten terhadap penicillinase dan di sebut Pellicilinase Producing Nesseria Gonorrhoeae ( PPNG). Kuman ini terjadi secara luas di seluruh dunia dengan prevalensi yang lebih tinggi di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia. Angka serangan paling tinggi pada orang berusia 15-24 tahun yang tinggal di kota, termasuk dalam kelompok sosio-ekonomi rendah, tidak menikah atau homoseksual, atau memiliki riwayat PMS terdahulu. Pada umumnya penularan melalui hubungan kelamin yaitu secara genito-genital, oro-genital dan ano-genital. Oleh karena itu secara garis besar dikenal gonore genital dan gonore ekstra genital. B. TUJUAN Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca agar dapat mengetahui dan memahami tentang penyakit gonore , tanda, gejala, pencegahan, cara pengobatan serta asuhan keperawatan pada pasien gonore. BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Gonore dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseriaa gonorrhoeae. (Sjaiful Fahmi Daili) Gonorhea adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhea yang penularannya melalui hubungan kelamin baik melalui genito-genital, oro-genital, ano-genital. Penyakit ini menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan konjungtiva. (M.C.Lachlan) B. ETIOLOGI

Penyebab gonore adalah gonokok yang di temukan oleh NEISSER pada tahun1879 dan baru diumumkan apada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk dalam grup Neisseria dan dikenal ada 4 spesies, yaitu N. gonorrhoeae dan N. meningitidis yang bersifat patogen serta N. cattarrhalis dan N. pharyngis sicca yang bersifat komensal. Keempat spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi . Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk bji kopi berukuran lebar 0,8 u dan panjang 1,6 u bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarna gram bersifat gram-negatif ,

terlihat di luar dan di dalam leukosit , tidak tahan lama di udara bebas , cepat mati dalam keadaan kering , tidak tahan suhu di atas 39C dan tidak tahan zat disinfektan. Secara marfalogi gonogok terdiri atas 4 tipe ,yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili yang yang bersifat virulen dan bersifat nonvirulen pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang. Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (immature), yakni pada wanita sebelum pubertas. Galur N. gonorrhoeae penghasil penisilinase (NGPP) merupakan galur gonokokus yang mampu menghasilkan enzim penisilinase atau beta-laktamase yang dapat merusak penisilin menjadi senyawa inaktif, sehingga sukar diobati dengan penisilin dan derivatnya, walaupun gejala dengan peninggian dosis. C. PATOFISIOLOGI Bakteri secara langsung menginfeksi uretra, endoserviks, saluran anus, konjungtiva dan farings. Infeksi dapat meluas dan melibatkan prostate, vas deferens, vesikula seminalis, epididimis dan testis pada pria dan kelenjar skene, bartholini, endometrium, tuba fallopi dan ovarium pada wanita. Setelah melekat, gonokokus berpenetrasi ke dalam sel epitel dan melalui jaringan sub epitel di mana gonokokus ini terpajan ke system imun (serum, komplemen, immunoglobulin A(IgA), dan lain-lain), dan difagositosis oleh neutrofil. Virulensi bergantung pada apakah gonokokus mudah melekat dan berpenetrasi ke dalam sel penjamu, begitu pula resistensi terhadap serum, fagositosis, dan pemusnahan intraseluler oleh polimorfonukleosit. Faktor yang mendukung virulensi ini adalah pili, protein, membrane bagian luar, lipopolisakarida, dan protease IgA. D. SIGN AND SYMPTOMS Pada pria:

Gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra kemudian diikuti

nyeri ketika berkemih :


Disuria yang timbul mendadak, rasa buang air kecil disertai dengan keluarnya lendir mukoid dari uretra Retensi urin akibat inflamasi prostat Keluarnya nanah dari penis. Bila ada infeksi lebih lanjut, cairan semakin sering keluar dan bercampur darah Pada wanita: Gejala awal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan (asimptomatis) Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Namun, beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat seperti desakan untuk berkemih Nyeri ketika berkemih Keluarnya cairan dari vagina (keputihan encer berwarna putih kekuningan)

Demam Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, indung telur, uretra, dan rektum serta menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual. Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seks melalui anus, dapat menderita gonore di rektumnya. Penderita akan merasa tidak nyaman disekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan nanah.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan pembantu yang terdiri atas beberapa tahapan : Sediaan Langsung Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram negatif, intraseluler dan ekstraseluler. Kultur (Biakan) Untuk identifikasi perlu atau tidaknya dilakukan pembiakan (kultur). Menggunakan media transport dan media pertumbuhan. Tes Definitif : Tes Oksidasi : Semua golongan Neisseria akan bereaksi positif Tes fermentasi : Kuman gonokokus hanya meragikan glukosa Tes Beta Laktamase Hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta laktamase Tes Thomson Dengan menampung urin pagi dalam dua gelas. Tes ini digunakan untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung. Komplikasi pada pria: 1. 2. 3. 4. 5. Prostatitis Cowperitis Vesikulitis seminalis Epididimitis Tysonitis

Komplikasi pada wanita: 1. Uretritis 2. Servisitis 3. Endomertitis

F. PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Medikamentosa

Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangansensitif terhadap penicilin, banyak strain yang sekarang relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap merupakan pengobatan pilihan. Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr probonesid per- oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan yang memadai. Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan penderita yang peka terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita. Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis gonokokus.

2. Non-medikamentosa Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang:


Bahaya penyakit menular seksual Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat dihindari. Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GONORE

A. PENGKAJIAN

Kaji tahap perkembangan klien dalam hal seksualitas Lakukan pengkajian fisik pada area urogenitalia Tentukan masalah seksual klien Kaji adanya perilaku berisiko tinggi, menggunakan praktik seks yang aman dan kontrasepsi Kaji kondisi medis dan obat-obatan yang dapat mempengaruhi fungsi seksual Kaji riwayat kesehatan seksual Kaji keadaan luka Kaji faktor pencetus Kaji adanya nyeri, fatigue, dan demam Kaji riwayat keluarga, awitan penyakit, sistem terkait, psikososial

B. DIAGNOSA DAN INTERVENTASI KEPERAWATAN 1. Nyeri berhubungan dengan reaksi infeksi Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan: Mengenali faktor penyebab

Menggunakan metode pencegahan non analgetik untuk mengurangi nyeri Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol Intervensi: a) Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, dan onset, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas / beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi. b) Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif. c) Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri d) Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga e) Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien terhadap ketidaknyamanan (contoh : temperatur ruangan, penyinaran, dll) f) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologik (contoh : relaksasi, guided imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi panas-dingin, massage, TENS, hipnotis, terapi aktivitas) g) Berikan analgesik sesuai anjuran h) Tingkatkan tidur atau istirahat yang cukup i) Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan. 2.Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan: Suhu dalam rentang normal Nadi dan RR dalam rentang normal Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing Intervensi: a) Monitor vital sign b) Monitor suhu minimal 2 jam c) Monitor warna kulit d) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi e) Selimuti klien untuk mencegah hilangnya panas tubuh f) Kompres klien pada lipat paha dan aksila g) Berikan antipiretik bila perlu 3.Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan proses inflamasi Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan: Urin akan menjadi kontinens Eliminasi urin tidak akan terganggu: bau, jumlah, warna urin dalam rentang yang diharapkan dan pengeluaran urin tanpa disertai nyeri Intervensi: a) Pantau eliminasi urin meliputi: frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna dengan tepat b) Rujuk pada ahli urologi bila penyebab akut ditemukan 4.Cemas berhubungan dengan penyakit Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan: Tidak ada tanda-tanda kecemasan Melaporkan penurunan durasi dan episode cemas Melaporkan pemenuhan kebutuhan tidur adekuat Menunjukkan fleksibilitas peran Intervensi: a) Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (takikardi, takipneu, ekspresi cemas non verbal) b) Temani klien untuk mendukung kecemasan dan rasa takut c) Instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi d) Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat e) Sediakan informasi aktual tentang diagnosa, penanganan, dan prognosis 5. Risiko penularan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang sifat menular dari penyakit Tujuan: Dapat meminimalkan terjadinya penularan penyakit pada orang lain Intervensi: Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dengan menjelaskan tentang: a) Bahaya penyakit menular b) Pentingnya memetuhi pengobatan yang diberikan c) Jelaskan cara penularan PMS dan perlunya untuk setia pada pasangan d) Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat menghindarinya. Harga diri rendah berhubungan dengan penyakit Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan mengekspresikan pandangan positif untuk masa depan dan memulai kembali tingkatan fungsi sebelumnya dengan indikator: Mengindentifikasi aspek-aspek positif diri Menganalisis perilaku sendiri dan konsekuensinya Mengidentifikasi cara-cara menggunakan kontrol dan mempengaruhi hasil Intervensi: a) Bantu individu dalam mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan b) Dorong klien untuk membayangkan masa depan dan hasil positif dari kehidupan c) Perkuat kemampuan dan karakter positif (misal: hobi, keterampilan, penampilan, pekerjaan) d) Bantu klien menerima perasaan positif dan negatif e) Bantu dalam mengidentifikasi tanggung jawab sendiri dan kontrol situasi BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Gonorhea adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhea yang penularannya melalui hubungan kelamin baik melalui genito-genital, oro-genital, ano-genital. Seks aman merupakan istilah yang menggambarkan perilaku seks yang bertanggung jawab yang ditujukan untuk mencegah penyebaran PMS, termasuk gonore. Perilaku yang bertanggung jawab adalah mengetahui perilaku seksualnya, dapat mendiskusikan seksual dan riwayat

penggunaan obat secara terbuka dengan pasangannya, tidak memperbolehkan obat-obatan dan alkohol, mempengaruhi pembuatan keputusan dan menggunakan alat pelindung. B. SARAN Jangan lakukan seks bebas, dan setia pada pasangan , bila sudah mengalami tanda dan gejala gonore yang tercantum diatas segeralah diperiksakan ke tenaga medis agar tidak terjadi komplikasi yang lebih parah. DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. Mandal, dkk. 2006. Penyakit Infeksi. Jakarta : Erlangga. Siregar. 2002. Saripati Penyakit Kulit. Jakarta : EGC. Fahmi Daili, Syaiful. 2005. Infeksi Menular Seksual. Jakarta : FK UI. A. Potter Patricia dan Anne G. Perry. Fundamental of Nursing. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai