Buku Hukum Pengangkutan
Buku Hukum Pengangkutan
HUM
HILMAN SYAHRIAL HAQ, S.H., LLM
HUKUM PENGANGKUTAN
INDONESIA
Kajian Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang
Transportasi Udara
Perpustakaan Nasional RI : Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Sigit Sapto Nugroho, S.H., M.Hum. & Hilman Syahrial Haq, S.H., LLM
Hukum Pengangkutan Indonesia; Sigit Sapto Nugroho, S.H., M.Hum. &
Hilman Syahrial Haq, S.H., LLM; Editor: Farkhani, S.HI., S.H. M.H; Solo: Pustaka
Iltizam; 2019
160 hlm.; 20,5 cm
ISBN: 978-602-18321-7-2
Penulis:
Sigit Sapto Nugroho, S.H., M.Hum.
Hilman Syahrial Haq, S.H., LLM
Editor:
Farkhani, S.HI. S.H, M.H
Tata Letak:
Taufiqurrohman
Cover:
naka_abe
Cetakan I : April 2019
Diterbitkan Oleh :
KATA PENGANTAR............................................................................. 3
DAFTAR ISI.......................................................................................... 5
BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 7
A. Ruang Lingkup Pengangkutan Pada Umumnya................7
B. Klasifikasi Transportasi atau Angkutan............................13
C. Sejarah Angkutan Umum...................................................15
D. Fungsi dan Kegunaan Pengangkutan atau Transportasi.19
E. Asas-Asas Hukum Pengangkutan......................................21
F. Prinsip-Prinsip Tanggung Jawab Pengangkut dalam
Hukum Pengangkutan.........................................................25
G. Sumber Hukum Pengangkutan..........................................28
1 https://hukumtransportasi2015.wordpress.com/2015/05/08/sistematika-buku-ajar-hukum-pen-
gangkutan-karya-melkianus-e-n-benu-s-h-m-hum-ongoing/. Diakses tanggal 7 Maret 2019.
2 Rustian Kamaluddin, 2003, Ekonomi Transportasi: Karekteristik, Teori Dan Kebijakan, Ghalia
Indonesia, Jakarta, hal. 14.
Hukum Pengangkutan Indonesia 7
sampai kepada taraf kehidupan manusia yang modern senantiasa
didukung oleh kegiatan pengangkutan. Bahkan salah satu barome-
ter penentu kemajuan kehidupan dan peradaban suatu masyarakat
adalah kemajuan dan perkembangan kegiatan informasi maupun
teknologi yang dipergunakan masyarakat tersebut dalam kegiatan
pengangkutan.
Istilah ”Pengangkutan” berasal dari kata ”angkut” yang berarti
”mengangkut dan membawa”, sedangkan istilah ”pengangkutan”
dapat diartikan sebagai ”pembawaan barang-barang atau orang-
orang (penumpang)”.
Menurut H.M.N Purwosutjipto menyatakan bahwa “pengang-
kutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan
pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyeleng-
garakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat
ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim
mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan”.3
Selanjutnya Abdulkadir Muhammad menguraikan istilah
”pengangkutan” dengan mengatakan bahwa pengangkutan meli-
puti tiga dimensi pokok yaitu: ”pengangkutan sebagai usaha (busi-
ness); pengangkutan sebagai perjanjian (agreement); dan pengang-
kutan sebagai proses (process)”.4
Sedangkan pengangkutan sebagai perjanjian (agreement), pada
umumnya bersifat lisan (tidak tertulis) tetapi selalu didukung oleh
dokumen angkutan. Perjanjian pengangkutan dapat juga dibuat
tertulis yang disebut carter (charterparty). Jadi perjanjian pengang-
3 Purwosutjipto, HMN. 2003, Pengertian Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia 3: Hukum Pen-
gangkutan, Jakarta, Penerbit Djambatan, hal 5.
4 Abdulkadir Muhammad, 2007, Arti Penting dan Strategis Multimoda Pengangkutan Niaga di
Indonesia dalam Perspektif Hukum Bisnis di Era Globalisasi Ekonomi, Penerbit Genta Press,
Yogyakarta, hal.1.
5 Purba, Hasim. 2005, Hukum Pengangkutan di Laut. Pustaka Bangsa Press, Medan, hal. 5.
6 Abdulkadir Muhammad, 1998, Hukum Pengangkutan Niaga, Penerbit Citra Aditya Bhakti,
Bandung, hal. 12.
7 Lestari Ningrum, 2004, Usaha Perjalanan Wisata dalam Perspektif Hukum Bisnis, Citra Aditya
Bakti, Bandung, hal. 134.
8 Ibid.
9 Sution Usman Adji, Dkk, 1991, Hukum Pengangkutan di Indonesia, PT Rineka Cipta, Jakarta,
hal. 1.
10 Ridwan Khairandy et. al., 1999, Pengantar Hukum Dagang Indonesia, Jilid I, Gama
Media,Yogyakarta, hal. 195.
11 Muchtarudin Siregar, 1978, Beberapa Masalah Ekonomi dan Managemen Pengangkutan, Lem-
baga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 5.
12 Soegijatna Tjakranegara, 1995, Hukum Pengangkutan Barang dan Penumpang, Rineka Cipta,
Jakarta, hal. 1.
14 Gray, G. E. and Hoel, L. A. (ed), 1992, Public Transportation, Prentice Hall, Englewood
Cliffs, New Jersey.
15 Ibid
16 Ibid
dalam Martono, 2007, Pengantar Hukum Udara Nasional dan Internasional, Raja Grafindo Per-
sada, Bandung, hal.146.
33 Abdulkadir Muhammad, 1994, Hukum Pengangkutan Darat, Laut dan Udara, Citra Aditya
Bakti, Bandung, hal. 61.
34 Tri Margono, Aspek-Aspek Biaya dalam Jasa Informasi, Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 2,
No. 2, Nopember 2000: 95 – 103.
E. Perjanjian Pengangkutan
Perjanjian itu menimbulkan perikatan diantara dua orang
yang membuatnya. Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan,
karena kedua pihak itu setuju untuk melakukan sesuatu.
37 J Satrio, 1993, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Undang-Undang, Bagian Pertama,
PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993 (cetakan pertama), 2001 (cetakan kedua), hal. 45.
38 Glenn Biondi, Analisis Yuridis Keabsahan Kesepakatan Melalui Surat Elektronik (E-Mail)
Berdasarkan Hukum Indonesia, Jurnal Hukum dalam https://media.neliti.com/media/
publications/164959-ID-none.pdf
52 Hukum Pengangkutan Indonesia
4. Teori Kepercayaan (vertrournenttheorie)
Bahwa kesepakat itu terjadi pada saat pernyataan ke-
hendak dianggap layak diterima oleh pihak yang mena-
warkan.
1. Ekspeditur
Yaitu orang yang pekerjaannya menyuruh orang lain un-
tuk menyelenggarakan dagangan dan barang-barang lainnya
melalui daratan atau pengairan. Hal ini diatur dalam KUHD
Buku I, Bab V, Bagian Pasal 85 – 90, Perjanjian Ekspedisi
adalah perjanjian yang dibuat antara ekspeditur dengan pen-
girim. Perjanjian Pengangkutan: perjanjian antara ekspedi-
tur atas nama pengirim dengan pengangkut. Jadi ekspeditur
menurut Undang-undang (Pasal 86 ayat (1) KUHD), hanya
seorang perantara yang bersedia mencarikan pengangkut bagi
pengirim dan tidak mengangkut sendiri barang-barang yang
telah diserahkan kepadanya.
2. Pengusaha Transportasi
Orang yang bersedia menyelenggarakan seluruh pen-
gangkutan dengan satu jumlah uang angkutan yang ditetap-
kan sekaligus untuk semuanya, tanpa mengikatkan diri untuk
melakukan pengangkutan itu sendiri.Jadi apabila dibedakan
dengan Pengangkut (Pasal 466 KUHD), orang yang mengi-
47 http://nugrahaningtyasputriutami.blogspot.com/2015/04/resume-buku-ajaran-hukum-pengangkutan.
html. Diakses tanggal 7 Maret 2019, Pukul 23.38 WIB.
3. Makelar Kapal
Yaitu perantara di bidang jual beli kapal atau carter men-
carter kapal. Untuk fungsi yang terakhir ini makelar kapal
bertindak atas nama pengusaha kapal, Makelar kapal mengu-
sahakan seIanjutnya agar kapal dimuati, dibongkar dan dis-
erahkan kembali kepada pengusaha kapal. Menurut Purwo-
sutjipto48, makelar tidak berwenang mengurus ganti kerugian,
sebab dia bukan pihak dalam perjanjian carter kapal, paling
banter dia dapat menjadi saksi.
4. Agen Duane
Yaitu perantara perkapalan/ yang dulu tugasnya mengu-
sahakan sebuah kapal masuk dalam rombongan kapal/konvoi
tertentu. Sekarang tugasnya adalah mengusahakan dokumen
kapal, menyelesaikan dan membayar bea-cukai dan lain-lain
pekerjaan kepelabuhan.
A. Pendahuluan
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengeta-
huan menyebabkan manusia terus mendayagunakan sumberdaya
alam di udara untuk memenuhi kebutuhan kehidupan dan peng-
hidupan manusia yang salah satunya adalah kegiatan jasa angkutan
udara.54
Transportasi udara niaga dewasa ini mengalami perkemban-
gan pesat, hal tersebut dapat dilihat dari banyak perusahaan atau
maskapai penerbangan yang melayani jasa penerbangan ke berba-
gai rute penerbangan baik domestik maupun internasional, sampai
dengan tahun 2012 terdapat 19 perusahaan atau maskapai pener-
bangan yang beroperasi dengan menggunakan pesawat terbang
sebanyak lebih dari 340.55 Perusahaan-perusahaan yang melayani
jasa penerbangan niaga diantaranya Garuda Indonesia, Sriwijaya
Air, Batik Air, Lion Air dan lain-lain. Perkembangan dan pertum-
buhan industri penerbangan tersebut tidak terlepas dari peningka-
tan jumlah pengguna jasa transportasi udara.
Berdasarkan data statistik Badan Pusat Statistik mencatat jum-
56 Ibid.
strumen Perlindungan Konsumen Angkutan Udara, Jurnal Hukum Bisnis Vol 25, Jakarta, hal.
20-21.
62 R. Subekti, Op-cit., hal. 71.
63 Sri Redjeki Hartono,2007, Hukum Ekonomi Indonesia, Bayu Media, Malang, hal. 132.
66 Sri Redjeki Hartono, 2000, Kapita Selekta Hukum Ekonomi, Penerbit Mandar Maju, Bandung,
hal. 81.
67 E. Suherman, 1984, Wilayah Udara dan Wilayah Dirgantara, Penerbit Alumni, Bandung, hal.
163.
4. Aspek Pelayanan
Bisnis angkutan udara merupakan salah satu bentuk per-
dagangan jasa, sehingga pelayanan merupakan salah satu indi-
kator sering dijadikan pilihan para calon konsumen, sehubun-
gan dengan hal tersebut aspek pelayanan dalam transportasi
udara berkaitan erat dengan prosedur pembelian tiket pesawat
dan prosedur penentuan tempat duduk (boarding pass). Dalam
konteks ini perusahaan penerbangan harus mengatur dengan
baik masalah penentuan tempat duduk bagi penumpang se-
hingga tidak terjadi tempat duduk yang double yang tentunya
sangat merugikan konsumen.
Buku :
Jurnal :
Peraturan perundang-undangan :
Internet :
https://hukumtransportasi2015.wordpress.com/2015/05/08/sis-
tematika-buku-ajar-hukum-pengangkutan-karya-melki-
anus-e-n-benu-s-h-m-hum-ongoing/. Diaksestanggal 7
Maret2019