Anda di halaman 1dari 12
_ _Gejala sosial merupakan peristiwa-peristiwa yang terjadi di antara dan oleh manusia, baik secara individu maupun kelompok masyarakat. Gejala sosial yang muncul mencakup gejala ekonomi, budaya, politik, dan moral. Gejala sosial ini muncul akibat adanya hubungan sosial antarmanusia. Di satu sisi, hubungan sosial yang terjalin antarmanusia dapat menciptakan kestabilan, tetapi di sisi lain, dapat menimbulkan juga masalah atau penyimpangan Gejala So Gejala sosial adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi di antara dan oleh manusia, baik secara individu maupun secara kelompok (Gulo, 2010). Suatu peristiwa atau proses disebut gejala sosial karena perilaku oleh individu yang terlibat di dalamnya saling terkait. Menurut Emile Durkheim, gejala sosial harus dipahami sebagai fakta objektif di luar subjek atau di luar diri individu Gejala sosial antara lain mencakup gejala ekonomi, politik, budaya, dan moral. Gejala ini berbeda dengan gejala alam. Gejala-gejala alam adalah peristiwa-peristiwa yang berlangsung di alam dan bukan karena perbuatan manusia secara langsung. Misalnya, gempa bumi, meletusnya gunung berapi, dan banjir. Sebaliknya, gejala sosial muncul akibat aktivitas manusia atau masyarakat. Aktivitas masyarakat mempunyai pengaruh yang lebih Kuat dalam menentukan Kegiatan individu daripada lingkungan geografis atau lingkungan teknis. Masyarakat melalui kegiatannya menentukan keyakinan, keinginan, dan motif perilaku dari anggota mereka. Contoh gejala sosial antara lain kemiskinan, kejahatan, perang, kewirausahaan, dan persamaan gender. Setiap gejala sosial menjadi dampak sekaligus penyebab dari gejala sosial yang lain. Misalnya, keyakinan agama memengaruhi praktik ekonomi dan kepentingan ekonomi menentukan teori politik. puerecam Gambar 5.1 Gejala sosial tidak sesederhana gejala alam seperti letusan gunung api yang dapat dikalkulasi secara matematis untuk dihadapi. Gejala sosial berkaitan dengan manusia sendiri, sehingga sangat kompleks dan sulit dikalkulasi 2. Karakteristik Gejala Sosial Ada beberapa karakteristik gejala sosial. Karakteristik- karakteristik tersebut adalah (a) sangat kompleks, (b) beranekaragam, (c) tidak bersifat universal, (d) bersifat dinamis. (e) tidak mudah dimengerti, (f) kurang objektif, (g) bersifat kualitatif, dan (h) sulit diprediksi. Uraian mengenai karakteristik tersebut dapat diakses pada QR code di samping. 3. Bentuk, Jenis, dan Tingkatan Gejala Sosial Terdapat beberapa bentuk, jenis, dan tingkatan gejale sosial. Bentuk, jenis, dan tingkatan tersebut akan dibahas Pada bagian ini. a. Bentuk dan Jenis Gejala Sosial Ada berbagai gejala sosial yang dapat ditemukan dalam masyakat. Berbagai gejala sosial tersebut, menurut Guglielmo Carchedi, dapat dikelompokkan dalam bentuk gejala sosia yang menentukan (the determinant social phenomenon) dan bentuk gejala sosial yang ditentukan (the determined socia: phenomenon). Gejala sosial yang menentukan merupakan bentuk gejala sosial yang mengondisikan keberadaan gejala sosial yang ditentukan. Sementara itu, gejala sosial yang ditentukan merupakan gejala sosial yang menjadi kondisi reproduksi atau kondisi yang menggantikan gejala sosial yang menentukan. Misalnya gejala sosial relasi kepemilikan menentukan gejala sosial akumulasi modal, adapun kapitalisme ditentukan oleh gejala sosial akumulasi modal. Selain bentuknya, gejala sosial dapat dibedakan berdasarkan jenisnya, Gejala-gejala sosial rnenurut Pitirim A. Sorokin, dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis, yaitu gejala sosial religius, gejala sosial ekonomi, gejala sosial politik. dan gejala sosial hukum. Penjelasan mengenai jenis-jenis gejala sosial menurut Pitirim A. Sorokin dapat diakses pada QR code di samping b. Tingkatan Gejala Sosial Menurut Norman Blaikie, ada tiga tingkatan gejala sosial Tingkatan ini bervariasi dalam skala dari individu dan kelompok sosial kecil, organisasi dan masyarakat, sampai lembaga sosial berskala besar, seperti kota, negara, dan badan-badan multinasional, Ketiga tingkat gejala sosial itu adalah gejala sosial mikro, gejala sosial meso, dan gejala sosial makro. B. Perbedaan Sosial dalam Masyarakat Gejala sosial dalam masyarakat dapat terjadi karena adany= perbedaan sosial. Dalam kehidupan masyarakat tentun banyak memiliki perbedaan sosial. Perbedaan-perbedaan sosial tersebut tidaklah berdiri sendiri. Artinya, dalam suatu masyarakat perbedaan tersebut dapat dikategorikan ke dalam perbedaan sosial secara horizontal (diferensiasi sosia! dan secara vertikal (pelapisan sosial atau stratifikasi sosia!) Dalam membahas perbedaan sosial sebagai gejala sosia! di dalam masyarakat, kita coba urutkan beberapa mater berikut, yaitu struktur sosial, diferensiasi sosial, stratifikes sosial, dan heterogenitas dalam kehidupan masyarakat. 1 Struktur Sosial Di dalam masyarakat terdapat struktur sosial. Dalam mendefinisikan struktur sosial, para ahli sosiologi memilik pendapat yang berbeda-beda. Berikut beberapa pandangan beberapa ahli tentang struktur sosial. a b. George C. Homans mengaitkan struktur sosial dengan perilaku sosial elementer dalam kehidupan sehari-hari. Talcott Parsons berpendapat bahwa struktur sosial adalah keterkaitan antarmanusia. James Samuel Coleman melihat struktur sosial sebagai sebuah pola hubungan antarmanusia dan antarkelompok manusia. William Kornblum menekankan konsep struktur sosial pads pola perilaku individu dan kelompok, yaitu pola perilaku berulang-ulang yang menciptakan hubungan antarindividu dan antarkelompok dalam masyarakat. e. Soerjono Soekanto melihat struktur sosial sebagai sebuah hubungan timbal balik antara posisi-posisi sosial dan antara peranan-peranan sosial. Abdul Syani melihat struktur sosial sebagai sebuah tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat. Di dalam tatanan sosial tersebut, terkandung hubungan timbal balik antara status dan peranan (dengan batas-batas perangkat unsur-unsur sosial tertentu). Status dan peranan itu menunjuk pada suatu keteraturan perilaku sehingga dapat membentuk suatu Masyarakat. Tatanan-tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat merupakan Jaringan dari unsur-unsur sosial yang pokok seperti kelompok sosial, kebudayaan, lembaga sosial, stratifikasi sosial, kekuasaan, dan wewenang. Dengan demikian, secara sederhana dapat dikatakan bahwa struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial, dan lapisan-lapisan sosial. Dalam sebuah struktur sosial, umumnya terdapat perilaku-perilaku sosial yang cenderung tetap dan teratur. Perilaku tersebut dapat menjadi pembatas perilaku individu dan kelompok. Dalam sebuah struktur sosial, individu atau kelompok akan cenderung menyesuaikan perilakunya dengan kelompok atau masyarakatnya. Menurut J. Nasikun, dalam konteks Indonesia, struktur sosial dapat dilihat secara horizontal dan vertikal. Secara horizontal, struktur sosial ditandai dengan adanya kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama, dan adat. Secara vertikal, struktur sosial ditandai dengan adanya kesatuan sosial berdasarkan perbedaan lapisan sosial. Dalam banyak literatur, struktur sosial secara vertikal disebut stratifikasi sosial, sermentara struktur sosial secara horizontal disebut diferensiasi sosial. 2. Stratifikasi Sosial Coba perhatikan masyarakat di sekitar kita, ada yang kaya dan juga ada yang tidak mampu, ada yang bekerja sebagai pengusaha, buruh, pedagang, petani, dan sebagainya. Kenyataan perbedaan status, baik karena harta, pangkat, maupun kedudukan sering kali menciptakan perbedaan penghargaan. Dalam masyarakat tertentu, orang yang memiliki kekayaan melimpah akan lebih dihormati dibanding orang yang materinya sedikit. Perbedaan-perbedaan itulah yang menjadi penentu terciptanya stratifikasi sosial, Stratifikasi sosial adalah pengelompokan masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial secara bertingkat. Menurut Pitirim A. Sorokin, stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas yang tersusun secara bertingkat. Perwujudannya dalam masyarakat dikenal sebagai kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah. Dalam masyarakat yang masih homogen dan tradisional pembedaan kedudukan dan peran masih sedikit, sehingge stratifikasi sosialnya pun sedikit. Namun, pada masyarakat perkotaan yang heterogen, stratifikasi lebih banyak karena didasarkan pada kriteria pendidikan. Atas dasar ini, timbullah berbagai macam keahlian atau profesi (pembagian kerja). Dasar stratifikasi dalam masyarakat disebabkan oleh adanya sesuatu yang dihargai lebih, misalnya kekayaan, ilmu pengetahuan, atau kekuasaan. Ukuran yang dipakai untuk menggolongkan seseorang pada lapisan tertentu adalah ukuran kumulatif dan bukan ukuran tunggal. Contohnya orang kaya biasanya mudah memiliki kKekuasaan, pendidikan. bahkan kehormatan. Berkaitan dengan lapisan sosial tersebut, menurut Soerjono Soekanto, terdapat tiga sistem lapisan sosial di suatu masyarakat, yaitu pelapisan sosial terbuka, pelapisan sosial tertutup, dan pelapisan sosial campuran. Dari ketiga pelapisan sosial tersebut, stratifikasi sosial terwujud dalam bentuk kelas-kelas sosial. Kelas-kelas sosial ini dapat kita lihat dari segi ekonomi, sosial, dan politik. Penjelasan mengenai pelapisan dan kelas-kelas sosial tersebut dapat diakses pada QR code di samping. Gambar 5.3 Pada masyarakat yang heterogen, terutama di wilayah perkotaan, pendidikan merupakan kriteria penting yang dapat menentukan status sosial seseorang. Stratifikasi sosial yang ada di masyarakat dapat mengakibatkan berbagai dampak atau konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi tersebut, antara lain berkaitan dengan bahasa dan gaya bahasa, makanan, gelar/pangkat/ jabatan, hobi dan kegemaran, pakaian, dan rumah dengan perabotan. Penjelasan mengenai dampak ini dapat diakses pada QR code di samping. 3. Difererensiasi Sosial Istilah diferensiasi secara sosiologis menunjuk pada klasifikasi atau penggolongan terhadap perbedaan-perbedaan tertentu yang biasanya sama atau sejenis. Kata sejenis dalam hal ini berarti klasifikasi masyarakat secara mendatar, sejajar, atau horizontal. Pengelompokan secara horizontal ini didasarkan pada hal-hal berikut. 1) Diferensiasi berdasarkan ras Menunjuk pada banyaknya ras yang ada di dunia ini. Menurut Ralph Linton, manusia dibagi menjadi tiga kelompok ras, yaitu ras Mongoloid, Kaukasoid, dan Negroid. Ras yang banyak mendiami daratan Asia adalah ras Mongoloid dengan ciri, kulit warna kuning sampai sawo matang, rambut lurus, bulu badan sedikit, dan mata sipit. Adapun ras Negroid umumnya berkulit hitam dan berambut keriting, sedangkan ras Kaukasoid umumnya berkulit putih dan berambut pirang atau terang. oa 2) Diferensiasi berdasarkan suku bangsa Jumlah suku bangsa yang tersebar di seluruh dunia sangat banyak. Di Indonesia, menurut C. van Vollen Houven, terdapat 316 suku bangsa. Adapun menurut Prof. Dr. Koentjaraningrat, Indonesia memiliki 119 suku bangsa. Contohnya, suku Kerinci di Sumatra, suku Asmat di Papua, dan suku Bugis di Sulawesi. 3) Diferensiasi klan Klan merupakan kesatuan keturunan, kepercayaan, dan tradisi atau adat. Di Indonesia terdapat dua klan utama, yaitu klan atas dasar ibu atau matrilineal dan atas dasar garis keturunan ayah atau patrilineal. Contohnya, klan pada masyarakat Batak, Minangkabau, dan Minahasa. 4) Diferensiasi agama Di Indonesia memiliki enam agama yang dianut masyarakatnya, yaitu Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. 4. Heterogenitas dalam Kehidupan Masyarakat Dalam masyarakat modern, keanekaragaman masyaraket atau heterogenitas merupakan suatu keniscayaan. Hal in terbentuk karena adanya perbedaan fungsi dan ciri dalam kehidupan bermasyarakat. Perbedaan fungsi yang dimilik individu dan kelompok dalam masyarakat tersebut berka’ dengan kontribusi mereka dalam kehidupan bermasyarak Tanpa kontribusi mereka, sistem tidak akan berjalan dengan baik. Masyarakat dapat diumpamakan sebagai sebuah sistem dengan peran atau fungsi individu atau kelompok adalah elemes atau unsur-unsurnya. Ibarat sebuah mobil adalah suatu sistem jika unsur-unsur seperti roda, bahan bakar, kemudi, rem, dan lain sebagainya tidak berfungsi dengan baik, mobil tersebut tidak dapat melaju dengan baik, bahkan tidak dapat bergerak Dalam kehidupan masyarakat, terdapat dua macam heterogenitas, yaitu berdasarkan profesi dan jenis kelamin Penjelasan lebih lanjut mengenai dua macam heterogenit: dalam masyarakat ini dapat diakses pada QR code di samping Dalam masyarakat yang heterogen, kerap kali ditemuken prasangka dan stereotipe. Prasangka (prejudice) dalam kaitannya dengan hubungan antarkelompok merupakan sikap bermusuhan yang ditujukan pada suatu kelompok tertentu atas dasar dugaan bahwa kelompok tersebut mempunya ciri yang tidak menyenangkan. Sikap ini disebut prasangk= karena tidak didasari oleh pengetahuan, pengalaman ataupun bukti yang memadai. Menurut Michael Banton istilah prasangka memiliki makna yang hampir serupa dengan istilah antagonisme dan antipati. Namun, perbedaannya antagonisme atau antipati dapat dikurangi atau diberantas melalui pendidikan. Sebaliknya, sikap yang bermusuhan pada orang yang berprasangka cenderung tidak rasional dan berada di alam bawah sadar sehingga sulit diubah. Stereotipe merupakan konsep yang berkaitan erat dengan prasangka. Stereotipe adalah sebuah asumsi atau gambaran yang terlalu menyederhanakan dan dipegang atau diyakini mengenai suatu hal atau kelompok tertentu. Stereotipe akan memunculkan prasangka. Orang yang memegang stereotipe tertentu terhadap kelompok lain cenderung berprasangka terhadap kelompok bersangkutan. William Kornblum menyebut stereotipe sebagai citra yang kaku mengenai kelompok ras atau budaya yang dianut tanpa memperhatikan kebenaran citra tersebut. Orang cenderung menyederhanakan dan tidak peka terhadap fakta objektif. Stereotipe dapat bersifat negatif ataupun positif. Perempuan memiliki sifat keibuan, penyayang, dan lembut adalah contoh stereotipe positif. Sementara itu, orang yang miskin itu bodoh, kotor, dan tidak berbudaya adalah contoh stereotipe negatif. Cc. Masyarakat Multikultural Masyarakat Indonesia terdiri atas beragam suku bangsa, budaya, dan agama. Keberagaman tersebut menjadikan bangsa Indonesia disebut sebaga bangsa yang multikultural. Pada bagian ini akan dibahas masyarakat multikultural. 1. Hakikat Masyarakat Multikultural Masyarakat multikultural merupakan bentuk dari masyarakat modern yang anggotanya terdiri atas berbagai golongan, etnis (Suku bangsa), ras, agama, dan budaya. Masyarakat ini hidup bersama di suatu wilayah lokal maupun nasional. Masyarakat ini bahkan berhubungan dengan masyarakat internasional, baik secara langsung maupun tidak langsung. a. Pengertian Secara sederhana, masyarakat multikultural dapat dipahami sebagai masyarakat yang terdiri atas beragam kelompok sosial dengan sistem nilai, norma, dan kebudayaan yang berbeda-beda. Istilah lain dari masyarakat multikultural adalah masyarakat majemuk, meskipun pengertiannya tidak seutuhnya sama. Hal ini karena konsep masyarakat majemuk lebih menitikberatkan pada keanekaragaman suku bangsa dan kebudayaan, sedangkan masyarakat multikultural merujuk pada kesetaraan atau kesederajatan kebudayaan yang ada dalam sebuah masyarakat. Paham yang mengakui adanya perbedaan dalam kesederajatan individu maupun kelompok dalam suatu kebudayaan disebut multikulturalisme, Multikulturalisme tidak hanya bermakna keanekaragaman (kemajemukan), tetapi juga kesederajatan antarperbedaan. Maksudnya dalam multikulturalisme terkandung pengertian bahwa tidak ada sistem norma dan budaya yang lebih tinggi daripada budaya lain, atau tidak ada sesuatu yang lebih agung dan Juhur daripada yang lain, Semua perbedaan adalah sederajat. Kesederajatan dalam perbedaan merupakan jJantung dari multikulturalisme, Dengan demikian, secara konsep, masyarakat multikultural tidak sama dengan masyarakat majemuk. Masyarakat multikultural tidak mengenal perbedaan hak dan kewajiban antara kelompok minoritas dan mayoritas, baik secara hukum maupun sosial. b. Karakteristik Masyarakat Multikultural Masyarakat multikultural memiliki beberapa karakteristik. Menurut Pierre L. van den Berghe, karakteristik masyarakat multikultural adalah sebagai berikut. 1) 2) 3) 4) 5) 6) Sumber: shutterstockcom + Adanya segmentasi atau pembagian ke dalam kelompok- kelompok yang sering kali memiliki subkebudayaan yang berbeda satu sama lain. Memiliki struktur sosial yang terbagi dalam lembaga- lembaga yang bersifat nonkomplementer (tidak saling melengkapi). Kurang mengembangkan konsensus (kesepakatan) di antara anggotanya tentang nilai-nilai yang bersifat dasar. Secara relatif, sering terjadi konflik antara kelompok yang satu dan yang lain. Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling tergantung dalam bidang ekonomi. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok lain. c. Nilai-Nilai Multikultural Nilai nilai multikultural yang dapat dikembangkan di masyarakat adalah sebagai berikut. 1) Demokratis, yaitu cara berpikir bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 2) Pluralisme, yaitu pandangan yang menerima keberagaman sebaga nilai positif dan sebagai kenyataan yang tidak dapat ditolak. Gambar 58 Tradis! adat pasola pada masyarakat 3) Humanisme, yaitu pandangan Sumba. Pengakuan terhadap budaya dengan segala dan gerakan yang menghargai unsur yang dimilikinya sangat penting sebagai dasar harkat dan martabat manusia dan pengembangan pendidikan multikultural, Menjunjung tinggi rasa kemanusian 2 S, s 2 x % & Globalisme Gambar 5.7 Pada segitiga tersebut menggambarkan masyarakat multi kultural yang memiliki sisi yang sama pada pelaksanaan HAM, demokrasi, dan globalisme. Nilai-nilai multikultural tersebut sangat penting ditanamkan dalam diri tiap orang, terutama para pelajar Terkait hal ini, ada tiga dasar yang dapat dijadikan acuan untuk pendidikan multikultural, yaitu sebagai berikut. 1) Pengakuan terhadap identitas budaya lain sehingga akan muncul sikap jujur untuk mengakui keberadaan budays lain dengan segala unsurnya. 2) Adat kebiasaan dan tradisi yang hidup dalam suatu Masyarakat merupakan tali pengikat kesatuan perilaku di dalam masyarakat. 3) Kemajuan-kemajuan yang diperoleh kelompok-kelompok tertentu dilihat sebagai sumbangan yang besar bagi kelompok yang lebih luas, seperti negara. d. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perlunya Masyarakat Multikultural Menurut H. A. R. Tilaar, setidaknya ada tiga hal yang mendorong berkembang pesatnya pemikiran multikulturalisme. Pertama, hak asas manusia (HAM), yaitu penghargaan terhadap hak-hak dasar manusia. Kedua, globalisme, yaitu paham mengenai kesetaraan antarkeragaman budaya yang terdapat di dunia. Ketiga, demokratisasi, yaitu proses-proses yang mengandung pengakuan dan penghargaan yang besar terhadap keragaman dan perbedaan. Ketiga hal tersebut dapat diumpamakan sebagai segitiga sama sisi yang tidak dapat dipisahkan dalam penerapan konsep multikultural. HAM merujuk pada pengakuan bahwa setiap manusia adalah sama. Tiap orang dari latar belakang budaya apa pun, kelompok sosial mana pun, mayoritas maupun minoritas, semuanya memiliki hak yang sama sebagai manusia. Oleh Karena itu, tidak dibenarkan adanya perlakuan tidak adil terhadap budaya atau kelompok sosial manapun. Hal ini berlaku tidak hanya dalam satu sistem sosial, seperti masyarakat daerah atau negara, tetapi juga antarnegara. Oleh karena itu, masyarakat dan negara juga harus menjamin hak dan kewajiban setiap warganya. Masyarakat dan negara pun harus menghargai perbedaan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari diri manusia. Inilah prinsip demokrasi. Dengan adanya penghargaan terhadap perbedaan, kehidupan yang multikultural dapat tercipta dan berjalan di masyarakat. Untuk mencapai mewujudkan kehidupan dalam semangat multikultural, ada berbagai hambatan yang harus dihadapi. Penjelasan mengenai hambatan untuk mewujudkan kehidupan dalam semangat multikultural dapat diakses pada QR code di samping. e. Manfaat Masyarakat Multikultural Pengaruh yang paling dominan dalam terbentuknya sebuah masyarakat multikultural adalah sikap mental masyarakat itu sendiri. Sikap masyarakat yang cenderung primordial dan tidak adil akan menjadi faktor penghambat terciptanya masyarakat multikultural. Kondisi itu dapat diminimalisasi atau bahkan dihilangkan apabila manfaat dari terciptanya masyarakat multikultural disadari oleh semua .pinak. Beberapa manfaat yang bisa dipetik dari masyarakat multikultural dapat diakses pada QR code di samping. Dengan adanya manfaat tersebut, sudah selayaknya masyarakat multikultural tidak hanya diterima sebagai realitas sosial budaya, tetapi bahwa masyarakat multikultural merupakan konsep yang menjadi acuan berpikir dan bertindak dalam menapaki hidup di masa sekarang dan masa yang akan datang. 2. Masyarakat Multikultural Indonesia Indonesia dikenal sebagai masyarakat multikultural. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan multil

Anda mungkin juga menyukai