Jurnal Sistem Agribisnis Rumput Laut
Jurnal Sistem Agribisnis Rumput Laut
Jl. H.M Saleh Lawa No. 58 Barru 90711, Sulawesi Selatan, Indonesia
2,3)Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
ABSTRACT
Seaweed is one of the most potential commodities in Indonesia which demand tends to increase overtime.
Takalar Regency is the main producer of seaweed in South Sulawesi Province and has considerable resource
potential in the fisheries sector. This study attempts analyzes portrait of the seaweed agribusiness system
strarting from: the upstream subsystem, on-farm subsystem, processing subsystem, marketing subsystem,
and supporting subsystem. The analysis used is descriptive, farming analysis, and analysis of the added
value of the Hayami method. Determination of respondents using simple random sampling consisting of 33
seaweed cultivators and marketing actors consisting of seven collectors, two wholesalers, one exporter and
one processing industry. The results showed that the seaweed agribusiness system still faces problems in
both the upstream and downstream subsystems in cultivation equipment that is not environmentally
friendly, seed quality, decreased production volume, capital, and institutional roles. Seaweed cultivation is
profitable to cultivate with an R /C ratio 2,3. The added value ratio of dodol seaweed is 62.1%, seaweed jam
44,9% and Semi-Refined Carrageenan (SRC) 30,8%. There are five patterns of marketing channels formed
from seaweed marketing activities. Seaweed business institutions consist of cultivator groups and
cooperatives, and there is a Badan Usaha Milik Desa located in Laikang Village.
ABSTRAK
Rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia yang permintaanya cenderung
meningkat setiap tahunnya. Kabupaten Takalar adalah produsen utama rumput laut di Provinsi
Sulawesi Selatan dan memiliki potensi sumberdaya disektor perikanan yang cukup besar. Tujuan
penelitian menganalisis kondisi sistem agribisnis rumput laut meliputi subsistem hulu, budidaya,
pengolahan, pemasaran, dan jasa/penunjang. Analisis yang digunakan yaitu analisis deksriptif, analisis
usahatani, dan analisis nilai tambah metode hayami. Penentuan responden menggunakan simple random
sampling yang terdiri dari 33 orang pembudidaya rumput laut dan pelaku pemasaran terdiri dari 7
(tujuh) pedagang pengumpul, 2 (dua) pedagang besar, 1 (satu) eksportir dan 1 (satu) industri
pengolahan. Hasil penelitian menunjukkan sistem agribisnis rumput laut masih menghadapi
permasalan baik di subsistem hulu maupun subsistem hilir berupa penggunaan peralatan budidaya
yang belum ramah lingkungan, kualitas bibit, penurunan volume produksi, permodalan, dan peran
kelembagaan. Budidaya rumput laut menguntungkan untuk diusahakan dengan R/C ratio 2,3. Rasio nilai
tambah produk dodol rumput laut sebesar 62,1%, selai rumput laut sebesar 44,9%, dan Semi-Refined
Carrageenan (SRC) 30,8%. Terdapat 5 pola saluran pemasaran yang terbentuk dari kegiatan pemasaran
rumput laut. Kelembagaan usaha rumput laut terdiri dari kelompok pembudidaya dan koperasi serta
terdapat Badan Usaha Milik Desa yang terletak di Desa Laikang.
wilayah Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Bali, didominasi oleh budidaya laut. Adapun potensi
Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan yang paling besar diberikan oleh kegiatan budi-
Papua. Potensi luas areal budidaya rumput laut daya laut dengan penggunaan lahan mencapai
saat ini tercatat sebesar 1,1 juta Ha atau 9% dari seluas 4.340,2 Ha (DKP Sulsel 2020).
seluruh luas kawasan potensial budidaya laut, Produksi rumput laut di Kabupaten Takalar
dengan jumlah rumah tangga (RTP) yang terlibat tahun 2018 dan 2019 (Tabel 1) mengalami pe-
dalam kegiatan budidaya rumput laut lebih dari nurunan budidaya sebesar -57,3% dan -15,1%.
70.000 (KKP 2018; Mariño et al. 2019). Penurunan volume produksi rumput laut di-
Rumput laut mempunyai nutrisi cukup akibatkan perubahan kondisi lahan dan menu-
lengkap terdiri dari air, protein, karbohidrat, serat, runnya daya dukung lahan yang diduga karena
enzim, vitamin, dan makro mineral. Rumput laut pengaruh iklim dan cuaca yang tidak menentu.
banyak digunakan sebagai bahan campuran dalam Selain itu, kondisi pasar yang tidak pasti dan
berbagai industri sehingga memiliki peluang berfluktuasi, kurangnya produk dan aktivitas yang
pasar yang luas baik nasional maupun ekspor. memiliki nilai tambah, dan pendapatan pembudi-
Secara garis besar, produk turunan rumput laut daya rendah serta rantai pasar rumput laut yang
dapat dikelompokkan menjadi pangan, pakan, panjang menjadi hambatan dan kendala yang juga
pupuk, produk kosmestik dan produk farmasi. perlu ditangani (Zamroni dan Yamao, 2014).
Semakin luasnya pemanfaatan hasil olahan
rumput laut dalam berbagai industri maka Tabel 1. Produksi Rumput Laut Eucheuma
semakin meningkat kebutuhan terhadap rumput Cottonii di Kabupaten Takalar Tahun
laut. Ekspor rumput laut Indonesia dikelompok- 2015-2019
kan menjadi rumput laut layak konsumsi manusia, Tahun Produksi (Ton) Persen (%)
rumput laut tidak layak konsumsi manusia, 2015 636.195,0
2016 702.884,0 10,5
produk rumput laut untuk farmasi, produk
2017 760.726,0 8,2
karaginan dan agar-agar. Ekspor rumput laut 2018 325.068,8 -57,3
sebagian besar masih dalam bentuk bahan baku 2019 276.002,4 -15,1
kering (raw material). Ekspor produk olahan Sumber: DKP Provinsi Sulsel 2020
hanya sekitar 3-4% sehingga mengakibatkan nilai
ekspor rumput laut Indonesia masih rendah Padahal menurut DKP Sulawesi Selatan,
dibandingkan negara lain. Tujuan ekspor rumput Kabupaten Takalar memiliki potensi perluasan
laut Indonesia adalah pasar China, Chili, Filipina, lahan bagi perikanan budidaya laut seluas 10.800
Vietnam, Hongkong, dan Korea Selatan. Ha. Hal ini menunjukkan bahwa kawasan tersebut
Potensi produksi dan penggunaan rumput memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat
laut yang cenderung meningkat setiap tahunnya ditingkatkan. Tidak dapat dipungkiri bahwa usaha
menjadikan rumput laut prospektif untuk di- rumput laut di Kabupaten Takalar masih meng-
kembangkan dengan lahan potensial budidaya hadapi permasalahan baik di hulu (on farm)
laut di Provinsi Sulawesi Selatan mencapai maupun pada hilir (off farm). Meski begitu,
250.000 Ha sehingga peluang pengembangan potensi rumput laut di Kabupaten Takalar sangat
rumput laut masih terbuka lebar. Rumput laut besar dan peluang untuk meningkatkan produk-
berkontribusi dalam ekspor perikanan di Provinsi tivitas serta produksi rumput laut masih terbuka
Sulawesi Selatan sebesar 35%-46% terhadap nilai (Tahang et al. 2019).
ekspor. Penerapan agribisnis perlu dilakukan un-
Salah satu daerah produsen utama rumput tuk dapat memajukan usaha agar mendapatkan
laut di Provinsi Sulawesi Selatan adalah Kabu- hasil yang maksimal dalam setiap produksinya.
paten Takalar. Secara umum, Kabupaten Takalar Peningkatan pendapatan usaha dapat ditempuh
memiliki potensi sumberdaya di sektor perikanan dengan penerapkan konsep pengembangan sis-
yang cukup besar meliputi budidaya laut, budi- tem agribisnis terpadu yang dikembangkan
daya air payau, dan budidaya air tawar. Peng- melalui manajemen agribisnis yang baik serta
gunaan lahan budidaya di Kabupaten Takalar berada dalam suatu sistem yang utuh dan terkait.
Komitmen yang kuat diperlukan untuk mem-
Nur Fatonny, Rita Nurmalina, dan Anna Fariyanti Analisis Sistem Agribisnis Rumput Laut …
Forum Agribisnis (Agribusiness Forum) 37
Vol. 13 No. 1, Maret 2023; halaman 35-49
bangun sistem usaha agribisnis agar dapat men- sekunder. Data primer diperoleh dari observasi
jamin keberlanjutan usaha yang menguntungkan dan wawancara. Data sekunder diperoleh melalui
(Malik 2016). studi pustaka baik data-data dari lembaga
Kegiatan usaha rumput laut harus memiliki pemerintah atau instansi, dan literatur yang
keterkaitan yang baik antara subsistem hulu, sub- terkait dengan penelitian ini.
sistem usahatani, subsistem pengolahan, subsis- Penentuan responden pembudidaya rum-
tem pemasaran, dan subsistem penunjang. Setiap put laut menggunakan simple random sampling.
subsistem dapat memberikan keterkaitan antar Responden dipilih secara acak tanpa memper-
pelaku agribisnis dan memberikan peningkatan hatikan strata yang ada dalam populasi. Me-
pendapatan bagi masyarakat di wilayah pesisir. ngingat pembudidaya memiliki aktifitas budidaya
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis yang sama (homogen). Responden terdiri dari 33
kondisi sistem agribisnis rumput laut di orang pembudidaya. Penentuan ukuran sampel
Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar. yang tepat untuk kebanyakan yaitu lebih besar
Beberapa penelitian mengenai sistem agri- dari 30 dan kurang dari 500 (Roscoe 1975;
bisnis telah dilakukan pada berbagai komoditas. Sekaran 2006). Pengambilan sampel pelaku pe-
Supristiwendi dan Azizah (2019) menyatakan masaran dengan mengikuti aliran produk rumput
pendapatan usahatani mentimum dipengaruhi laut sehingga didapatkan sebanyak 7 (tujuh)
oleh penerapan subsistem sarana produksi, sub- pedagang pengumpul, 2 (dua) pedagang besar, 1
sistem produksi, dan subsistem penanganan (satu) eksportir dan 1 (satu) industri pengolahan.
pascapanen. Sehingga, penerapan sistem agri-
bisnis perlu dilakukan agar dapat memajuan KERANGKA KONSEPTUAL
usahatani mentimun dan mendapatkan hasil pro- Konsep agribisnis menurut Davis dan
duksi yang maksimal. Menurut D. Yadi et al. Goldberg (1957) mendefinisikan “Agribusiness is
(2018), semua subsistem agribisnis mempenga- the sum total of all operations involved in the
ruhi keberlanjutan agribisnis beras organik di manufacture and distribution off-farm supplies,
Priangan Timur Provinsi Jawa Barat. Sejalan de- production activities, and storage, processing and
ngan itu, Wiryanti et al. (2019) menyatakan distribution off-farm, commodities and items from
bahwa kegiatan usaha pengolahan perikanan di them”. Definisi ini menggambarkan mata rantai
pesisir pantai selatan Kabupaten Garut juga tidak kegiatan-kegiatan yang saling terkait dan
lepas dari sub-sub sistem agribisnis perikanan mendukung dalam keseluruhan kegiatan agri-
berupa serangkaian sistem yang tidak dapat bisnis.
dipisahkan satu sama lain. Hasil penelitian Sistem agribisnis merupakan suatu sistem
Herliani et al. (2021), kelima subsistem agribisnis yang terdiri dari sub-sub sistem yang saling
pada komoditas jagung hibrada di Kecamatan terkait satu sama lainnya. Agribisnis merupakan
Majalengka belum saling terkait dan keber- konsep dari suatu sistem yang integratif dan
adaanya masih parsial. Hingga diperlukan pihak terdiri dari beberapa subsistem yaitu 1) subsistem
yang dapat mengelola subsistem hulu hingga hilir pengadaan sarana produksi (agribisnis hulu), 2)
agar antar subsistem saling berkaitan. subsistem usahatani, 3) subsistem pengolahan
dan industri hasil pertanian, 4) subsistem pe-
METODE masaran dan 5) subsistem jasa/penunjang. Sub-
sistem tersebut mempunyai kaitan erat sehingga
Penelitian ini berlokasi di Kecamatan gangguan pada salah satu subsistem atau kegiatan
Mangarabombang, Kabupaten Takalar, Provinsi akan berpengaruh terhadap kelancaran subsistem
Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi dilakukan lain dalam bisnis (Kohls dan Uhl, 2002; Saragih,
secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan 2010).
kabupaten tersebut merupakan sentra produksi Sistem agribisnis dapat diartikan sebagai
rumput laut di Provinsi Sulawesi Selatan. semua kegiatan mulai dari penyediaan sarana
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari produksi hingga ke pemasaran. Jika dikaitkan
sampai Juni 2020. Jenis data yang digunakan dengan usaha rumput laut, maka sistem agribisnis
dalam penelitian adalah data primer dan data
Analisis Sistem Agribisnis Rumput Laut … Nur Fatonny, Rita Nurmalina, dan Anna Fariyanti
38 Forum Agribisnis (Agribusiness Forum)
Vol. 13 No. 1, Maret 2023; halaman 35-49
rumput laut diartikan sebagai suatu sistem yang Jumlah tenaga kerja
Koefisien tenaga kerja =
terdiri dari rangkaian kegiatan dari berbagai sub- Jumlah bahan baku
sistem yaitu subsistem hulu, subsistem budidaya
rumput laut, subsistem pengolahan, subsistem Nilai tambah = Nilai produk − Harga bahan baku
pemasaran, dan subsistem penunjang. Sistem − Sumbangan input lain
agribisnis yang baik saling berkaitan dan men-
Nilai tambah
dukung dalam setiap subsistemnya. Jika terdapat Ratio Nilai Tambah (%) = x 100%
Nilai produk
salah satu subsistem yang bermasalah dapat
berakibat negatif pada subsistem yang lain dan
Imbalan tenaga kerja = koefisien tenaga kerja x
membuat sistem agribisnis lemah.
upah tenaga kerja
Keuntungan
Tingkat keuntungan (%) = x100%
Nilai tambah
Nur Fatonny, Rita Nurmalina, dan Anna Fariyanti Analisis Sistem Agribisnis Rumput Laut …
Forum Agribisnis (Agribusiness Forum) 39
Vol. 13 No. 1, Maret 2023; halaman 35-49
memiliki wawasan dan pengetahuan yang lebih rumput laut. Sarana produksi budidaya rumput
luas serta dapat meningkatkan keterampilan kerja laut meliputi :
(Suyono & Hermawan 2013). a. Bibit
Pengalaman budidaya adalah faktor yang Pada umumnya, penyediaan bibit rumput
tidak dapat dikesampingkan dalam kegiatan usa- laut didapatkan dengan metode konvensial
ha rumput laut. Hasil pengamatan terdapat seba- dari perbanyakan vegetatif yang disisihkan
nyak 54,5% pembudidaya yang telah memiliki dari rumput laut hasil panen sebelumnya.
pengalaman budidaya rumput laut selama 11-20 Padahal, penggunaan bibit secara berulang-
tahun, pengalaman selama 1-10 tahun sebanyak ulang dapat menurunkan keragaman genetik,
24,2%, dan 21,2% pembudidaya yang telah laju pertumbuhan, kadar karaginan, kan-
menjalankan usaha lebih dari 20 tahun. Beberapa dungan gel, dan daya tahan bibit rendah
pembudidaya telah terlibat budidaya rumput laut terhadap perubahan lingkungan (Cokrowati et
sejak usia muda dengan membantu orangtua al. 2020; Hurtado dan Cheney 2003). Masih
maupun tetangga disekitar rumah. Tanggungan jarang pembudidaya yang menggunakan meto-
keluarga dibagi menjadi tiga kategori yaitu tang- de pembibitan rumput laut dengan sistem
gungan keluarga kecil (1-3 orang), sedang (4-6 kultur jaringan. Hal tersebut menunjukkan
orang), dan besar (lebih dari 6 orang). Penelitian bahwa pengadaan bibit belum berjalan secara
menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 66,7% optimal dan dapat mempengaruhi hasil pro-
pembudidaya memiliki tanggungan keluarga duksi rumput laut di Kabupaten Takalar.
sedang. Pembudidaya akan membeli bibit jika per-
siapan bibit dari hasil panen pada siklus
AGRIBISNIS RUMPUT LAUT sebelumnya gagal. Bibit yang dibeli berasal
Budidaya rumput laut Eucheuma cottonii di dari sesama pembudidaya maupun pedagang
Kabupaten Takalar mempunyai prospek yang bibit di sekitar lokasi budidaya atau dari
sangat besar karena nilai ekonomi yang tinggi. daerah lain seperti Kabupaten Jeneponto dan
Peningkatan penggunaan ekstrak rumput di ber- Bantaeng. Harga pembelian bibit berkisar
bagai industri akan meningkatkan permintaan Rp4.000 – Rp4.500 per kilogram. Bibit rumput
rumput laut. Budidaya rumput laut yang diusaha- laut yang rata-rata digunakan pembudidaya
kan harus memiliki sistem produksi yang baik dan yakni bibit lokal Eucheuma cottonii. Setiap
menghasilkan produk yang berkualitas. Pengem- bentangan rata-rata memakai bibit rumput
bangan rumput laut mempunyai nilai strategis laut sebanyak 5-10 kg dengan panjang tali
dari hulu sampai hilir. bentangan bervariasi antara 25-35 meter.
Subsistem agribisnis rumput laut di Kabu- b. Peralatan dan Lahan
paten Takalar terdiri dari beberapa subsistem Peralatan yang digunakan untuk budidaya
yaitu: rumput laut berupa tali ris, pelampung (jerigen
1. Subsistem Hulu dan botol bekas), perahu, waring, terpal, dan
Subsistem hulu berkaitan dengan pengada- para-para. Pembudidaya biasanya membeli
an dan penyaluran sarana produksi yang berupa peralatan di Kota Makassar atau sekitar
perencanaan, pengelolaan, teknologi, dan sumber- Kabupaten Takalar. Harga yang murah dan
daya. Kegiatan budidaya rumput laut memerlukan lokasi yang mudah dijangkau menjadi pertim-
sarana produksi agar hasil produksi rumput laut bangan pembudidaya melakukan pembelian
sesuai dengan yang diharapkan. Pengadaan sara- peralatan. Peralatan yang sering diganti yaitu
na produksi harus memenuhi kriteria seperti pelampung karena hanyut terbawa ombak saat
tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, tepat mutu, arus gelombang laut tinggi, makanya pembudi-
dan tepat produk. Pada umumnya, pembudidaya daya sering melakukan penggantian pelam-
cukup mudah untuk mendapatkan sarana produk- pung menggunakan botol plastik bekas.
si. Penyediaan input akan memberikan kemu- Luas lahan dan jumlah bentangan yang di-
dahan bagi pembudidaya meningkatkan produksi miliki pembudidaya bervariasi, bergantung
pada kemampuan modal usaha. Hasil peneli-
Analisis Sistem Agribisnis Rumput Laut … Nur Fatonny, Rita Nurmalina, dan Anna Fariyanti
40 Forum Agribisnis (Agribusiness Forum)
Vol. 13 No. 1, Maret 2023; halaman 35-49
tian menunjukkan pembudidaya yang memili- semakin banyak. Tenaga kerja tambahan ber-
ki tali bentangan kurang dari 250 bentangan asal dari lingkungan sekitar bahkan tidak ja-
sebanyak 36,4%, 250-500 bentangan seba- rang sesama pembudidaya saling membantu.
nyak 54,5%, dan tali lebih dari 500 bentangan Tenaga kerja bertugas untuk membantu
sebanyak 9,1%. Pembudidaya yang memiliki mengikat bibit, penanaman, perawatan, panen,
jumlah bentangan lebih dari 500 bentangan dan pascapanen (pengeringan) rumput laut.
telah memiliki modal usaha yang kuat. Pe- Tenaga kerja lebih banyak terlibat pada
milihan lokasi menjadi hal yang sangat penting kegiatan pengikatan bibit dan didominasi oleh
dan menentukan keberhasilan budidaya. Kon- kaum wanita. Jumlah tenaga kerha yang
disi perairan harus sesuai agar memperoleh dipekerjakan sebanyak 1-10 orang sesuai
hasil yang optimal. Kelayakan lokasi yang dengan jumlah bentangan yang dimiliki. Upah
cocok untuk budidaya rumput laut Eucheuma pengikatan bibit dihitung per bentangan,
cottonii tertera pada Standar Nasional Indo- berkisar Rp2.000 – Rp2.500 per bentangan.
nesia (SNI) 7579.2 Tahun 2010.
Perairan di Kabupaten Takalar cocok un- 2. Subsistem Budidaya (on-farm)
tuk budidaya rumput laut karena berada di Budidaya rumput laut di Kabupaten Taka-
sekitar perairan Luat Flores (laut lepas), Teluk lar umumnya dengan metode tali gantung (long-
Laikang, dan Teluk Puntondo. Jika ditinjau dari line). Metode ini mirip dengan metode lepas dasar
parameter suhu, konsentrasi klorofil dan yakni cara membudidayakan rumput laut dikolam
salinitas maka perairan Kabupaten Takalar air (eupotik) dekat permukaan perairan dengan
sesuai sebagai lokasu budidaya rumput laut menggunakan tali yang dibentangkan dari satu
Eucheuma cottonii (Rivai et al. 2020). Kondisi titik ke titik lain dalam bentuk jalur lepas atau
lahan budidaya yang berlokasi di Teluk terangkai dengan bantuan pelampung dan jangkar.
Puntondo dan Teluk Laikang memiliki waktu Selain itu, metode ini juga lebih mudah dalam
tertentu yang optimum untuk kegiatan budi- pemilihan lokasi serta alat dan bahan yang
daya karena dipengaruhi oleh kondisi ling- digunakan lebih tahan lama. Satu unit budidaya
kungan yang fluktuatif disebabkan karena diperlukan bahan dan peralatan yang terdiri dari
perubahan arus, ombak, atau salinitas perairan tali ris, tali bentangan, tali bibit, pelampung besar
yang meningkat. Masa tanam rumput laut yang (jerigen), botol plastik, dan bibit rumput laut.
produktif dari musim barat hingga musim per- Usahatani budidaya rumput laut bervariasi karena
alihan pertama (Bulan Januari – Mei). Pem- adanya perbedaan jumlah bentangan dan lahan
budidaya di daerah Teluk Laikang menanam budidaya.
rumput laut ketika musim barat dan berpindah Produksi rumput laut dibedakan menjadi
ke luar teluk di sepanjang pesisir pantai ketika dua yaitu produksi yang dijual dan produksi untuk
musism peralihan pertama dana musim timur. persiapan bibit. Hasil analisis usaha budidaya
Teluk Laikang cocok untuk budidaya rumput rumput laut Eucheuma cottonii memberikan ke-
laut karena terlindung dari arus dan ombak untungan yang cukup besar bagi pembudidaya
(Rahadiati et al. 2017). (Tabel 2). Rata-rata produksi rumput laut kering
c. Tenaga Kerja sebesar 1.141,6 kilogram per siklus/hektar dan
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor rata-rata rumput laut yang disiapkan sebagai bibit
produksi yang penting dalam kegiatan budi- sebesar 2.051,4 kilogram. Perbandingan rende-
daya rumput laut. Keterlibatan tenaga kerja men rumput laut basah menjadi rumput laut ke-
dari anggota keluarga merupakan sumbangan ring cukup bervariasi diantara pembudidaya. Ren-
aktifitas produksi rumput laut dan pembagian demen rata-rata rumput laut yaitu 10 : 1 berarti
kerja telah merata. Namun, pada saat tertentu 10 kilogram rumput laut basah akan menghasil-
pembudidaya membutuhkan tenaga kerja tam- kan 1 kilogram rumput laut kering atau rendemen
bahan dalam kegiatan budidaya. Umumnya, 10%. Hasil panen rumput laut yang diperoleh
semakin banyak bentangan yang dimiliki pem- pembudidaya beragam sehingga berdampak pada
budidaya maka tenaga kerja yang dibutuhkan keuntungan yang didapatkan pembudidaya. Rum-
Nur Fatonny, Rita Nurmalina, dan Anna Fariyanti Analisis Sistem Agribisnis Rumput Laut …
Forum Agribisnis (Agribusiness Forum) 41
Vol. 13 No. 1, Maret 2023; halaman 35-49
put laut hasil panen juga akan disiapkan sebagai Takalar mengalami peningkatan taraf hidup dan
bibit untuk siklus tanam berikutnya. kesejahteraan. Kelayakan usaha budidaya rumput
Penerimaan adalah nilai yang diperoleh laut terkait aspek ekonomi memberikan keun-
pembudidaya dari hasil penjualan budidaya. Pene- tungan yang positif sesuai hasil penelitian Haidir
rimaan tunai diperoleh berasal dari banyaknya et al. (2020) menunjukkan budidaya rumput laut
hasil produksi yang dijual dikalikan dengan harga di Kabupaten Takalar layak dikembangkan de-
jual pembudidaya. Penerimaan yang diper- ngan R/C ratio sebesar sebesar 2,08.
hitungkan berasal dari banyaknya hasil produksi
yang dipergunakan sebagai bibit. Penerimaan 3. Subsistem Pengolahan
tunai rumput laut per siklus/hektar sebesar Lingkup kegiatan subsistem hilir tidak
Rp21.096.025,8 dan rata-rata penerimaan yang hanya aktivitas pengolahan sederhana ditingkat
diperhitungkan sebesar Rp7.177.651,5. Pembudi- pembudidaya tetapi menyangkut keseluruhan
daya jarang yang menjual rumput laut basah ka- kegiatan mulai dari penanganan pascapanen
rena harga yang diperoleh sangat rendah diban- sampai tingkat pengolahan lanjutan. Pengolahan
dingkan rumput laut kering. dilakukan untuk memberikan nilai tambah bagi
Biaya yang harus dikeluarkan dalam ke- produk primer. Penanganan pascapanen rumput
giatan budidaya rumput laut berupa biaya laut di tingkat pembudidaya hanya sampai proses
variabel terdiri dari pembelian bibit diawal pengeringan.
periode tanam, tenaga kerja, dan bahan bakar Proses pengolahan rumput laut akan mem-
perahu sedangkan biaya tetap berupa biaya berikan nilai tambah sehingga harga jual produk
penyusustan peralatan. Penyusutan peralatan olahan rumput laut lebih tingga dibandingkan
terdiri dari perahu, tali utama, tali bentangan, tali dengan rumput laut basah yang belum mengalami
bibit, pelampung, botol, para-para, waring, dan penanganan pascapanen maupun pengolahan.
terpal. Keuntungan rata-rata yang didapatkan Nilai tambah adalah penambahan nilai yang di-
pembudidaya setelah dikurang total biaya sebesar berikan dalam rumput laut setelah menjadi pro-
Rp17.531.390 per siklus/hektar dengan R/C ratio duk olahan. Rumput laut dapat dikembangkan
2,3. Setiap pengeluaran biaya sebesar Rp 1 akan menjadi berbagai produk turunan. Rumput laut
memberikan penerimaan sebesar Rp2,3 karena basah memiliki harga jual yang sangat murah.
R/C ratio yang dihasilkan usaha rumput laut lebih Rumput laut basah potensial sebagai bahan baku
besar dari 1, maka usaha budidaya rumput laut produk olahan sehingga nilai tambah dapat me-
layak untuk dikembangkan. ningkat. Rumput laut basah dapat diolah menjadi
Menurut pembudidaya, melalui usaha rum- dodol dan selai.
put laut masyarakat di wilayah pesisir Kabupaten
Analisis Sistem Agribisnis Rumput Laut … Nur Fatonny, Rita Nurmalina, dan Anna Fariyanti
42 Forum Agribisnis (Agribusiness Forum)
Vol. 13 No. 1, Maret 2023; halaman 35-49
Produk dodol juga sebagai salah satu ben- libatkan tenaga kerja sebanyak 6,8 HOK dengan
tuk pengolahan rumput laut untuk dapat mening- upah Rp9.629,6/HOK.
katkan daya guna dan diversifikasi rumput laut. Di Kabupaten Takalar juga terdapat pe-
Pengolahan dodol dengan menggunakan rumput ngolahan rumput laut menjadi selai. Produk selai
laut akan memiliki tekstur yang lebih lunak dan rumput laut adalah salah satu usaha rumah tangga
kaya akan serat. yang diproduksi oleh Usaha Turing. Pemasaran
Salah satu unit usaha yang memproduksi selai rumput laut ini disekitar Kabupaten Takalar
dodol rumput rumput laut di Kabupaten Takalah dan Kota Makassar. Selai rumput laut dijual
adalah Kelompok Usaha Jasuda. Usaha pengolahan seharga Rp35.000,- per kemasan 250 ml. Rumput
dodol ini dilakukan oleh kelompok wanita yang laut basah yang diolah menjadi selai dapat men-
bermukim disekitar lokasi budidaya rumput laut ciptakan nilai tambah sebesar Rp47.132,1 ter-
sehingga masih berskala rumah tangga. Produk hadap 1 kg rumput laut basah yang diolah dengan
dodol rumput laut diproduksi sesuai dengan jum- rasio nilai tambah 44,9%. Faktor konversi selai
lah pesanan yang diterima, dalam sebulan dapat rumput laut sebesar 0,8. Sumbangan input lain
memproduksi sekitar 4-5 kali. Dodol Jasuda dijual yang dibutuhkan untuk mengolah selai yaitu gula
seharga Rp20.000,- per kemasan. Pemasaran pro- pasir, buah nanas, garam, dan pewarna makanan.
duk dodol dilakukan disekitar Kabupaten Takalar, Sumbangan input lain juga termasuk kemasan
Kabupaten Jeneponto dan pesanan dari Kota produk, bahan bakar, listrik, dan penyusutan alat
Makassar. yang dipergunakan dalam proses produksi.
Hasil analisis nilai tambah pada produk Selain pengolahan rumput laut dengan cara
dodol (Tabel 3) sebesar Rp55.877,2 dengan rasio sederhana/tradisional. Rumput laut juga dapat
62,1%. Nilai faktor konversi rumput laut basah diolah secara kompleks oleh industri menjadi
menjadi dodol sebesar 0,9. Sumbangan bahan lain barang setengah jadi sebelum diproses kembali
yang digunakan dalam pembuatan dodol terdiri menjadi barang siap konsumsi. Terdapat tiga
dari tepung beras ketan, gula pasir, mentega, olahan rumput laut dengan nilai jual tinggi yaitu
perasa dan vanila. Proses pembuatan dodol me- Alkali Tread Cottonii (ATC), Semy Refined
Nur Fatonny, Rita Nurmalina, dan Anna Fariyanti Analisis Sistem Agribisnis Rumput Laut …
Forum Agribisnis (Agribusiness Forum) 43
Vol. 13 No. 1, Maret 2023; halaman 35-49
Carrageenan (SRC), dan Refined Carrageenan. Di kriteria nilai tambah yaitu : 1) jika nilai tambah >
Indonesia terdapat beberapa perusahaan yang 0 berarti produk rumput laut memberikan nilai
memproduksi ATC dan SRC, salah satu per- tambah (positif), 2) jika nilai tambah < 0 berarti
usahaan tersebut berlokasi di Kabupaten Takalar. produk rumput laut tidak memberikan nilai
Penelitian ini juga menganalisis nilai tambah tambah (negatif). Ketiga produk olahan rumput
produk Semy Refined Carrageenan berbahan baku laut baik basah maupun kering menunjukkan nilai
rumput laut kering yang diproduksi oleh PT tambah >0 maka produk tersebut memberikan
Giwang Citra Laut. Produk SRC diekspor ke pasar nilai tambah positif. Karena itu, pembudidaya
Eropa dan China. Harga SRC sebesar 7 dollar per diharapkan untuk dapat mengolah rumput laut
kilogram atau senilai Rp101.455 (Kurs menjadi produk yang dapat memberikan nilai
Rp14.492,2). PT Giwang Citra Laut dapat mengi- tambah.
rim SRC kepada pembeli di Eropa sebanyak 4 Pengujian nilai tambah menurut kriteria
kontainer (20 ton per kontainer). sebagai berikut (Maulidah dan Kusumawardani,
Proses pengolahan rumput laut kering 2011) : 1) rasio nilai tambah rendah apabila
menjadi Semi Refined Carragenan (Tabel 4) diper- memiliki persentase <15, 2) rasio nilai tambah
oleh nilai tambah sebesar Rp9.366,5. Rasio nilai sedang apabila memiliki persentase 15-40, 3)
tambah produk SRC 30,8% dengan keuntungan rasio nilai tambah tinggi apabila memiliki
sebesar Rp8.125 per kilogram. Sumbangan input persentase >40. Berdasarkan kriteria tersebut,
lain yang diperlukan dalam pengolahan SRC ada- produk dodol dan selai rumput laut memberikan
lah larutan HOK, kemasan, listrik, biaya bahan ba- nilai tambah tinggi dengan rasio nilai tambah
kar, biaya air, dan penyusutan peralatan produksi. sebesar 62,1% dan 44,9%. Produk olahan yang
Nilai tambah yang diperoleh dapat menun- memberikan nilai tambah sedang yaitu SRC
jukkan produk memberikan nilai tambah atau dengan presentase nilai tambah dari nilai produk
tidak. Mengacu pada Febriyanti et al. (2017), yang dihasilkan yaitu 30,8%.
Analisis Sistem Agribisnis Rumput Laut … Nur Fatonny, Rita Nurmalina, dan Anna Fariyanti
44 Forum Agribisnis (Agribusiness Forum)
Vol. 13 No. 1, Maret 2023; halaman 35-49
Nur Fatonny, Rita Nurmalina, dan Anna Fariyanti Analisis Sistem Agribisnis Rumput Laut …
Forum Agribisnis (Agribusiness Forum) 45
Vol. 13 No. 1, Maret 2023; halaman 35-49
30000
25000
HARGA (RP/KG)
20000
15000
10000
5000
0
15/10/19
30/10/19
15/11/19
30/11/19
15/12/19
30/12/19
15/4/19
30/4/19
15/5/19
30/5/19
15/6/19
30/6/19
15/7/19
30/7/19
15/8/19
30/8/19
15/9/19
30/9/19
15/1/20
30/1/20
15/2/20
29/2/20
15/3/20
30/3/20
15/4/20
30/4/20
Gambar 3. Harga Rumput Laut Eucheuma Cottonii pada April 2019 - April 2020
Sumber : Jasuda (2020)
Azhara Dina dan Ratna W. (2019) ber- manusia yang masih minim. Pada umumnya, ke-
pendapat bahwa fluktuasi harga yang terjadi lembagaan memiliki kelemahan seperti menye-
dapat menyebabkan ketidakpastian penerimaan diakan kredit, lembaga input, penyuluhan, pe-
yang diperoleh lembaga-lembaga pemasaran. masaran yang mengakibatkan sistem budidaya
Ketika pembudidaya banyak yang mengalami tidak efisien, keuntungan yang diperoleh rendah,
gagal panen, maka pedagang tidak dapat meme- dan pengembangan usaha tidak kondusif. Peran
nuhi permintaan pelanggan serta harga rumput kelembagaan yang efektif akan mampu berkon-
laut juga mengalami peningkatan. Sehingga, tribusi terhadap peningkatan kemandirian dan
modal pembelian yang dikeluarkan juga mening- kesejahteraan pembudidaya (Anantanyu 2011;
kat. Para eksportir juga mengalami kerugian Pujiharto 2010; Syahyuti 2007).
finansial akibat tidak terpenuhinya volume Sebagian besar pembudidaya rumput laut
rumput laut yang harus dikirim berdasarkan di Kabupaten Takalar menggunakan modal pin-
kesepakatan pada kontrak kerjasama. Hal ini juga jaman. Pinjaman berasal dari pedagang pengum-
menjadi kendala bagi industri pengolah karena pul atau sering disebut “punggawa”. Pembudidaya
harus mengikuti harga dipasaran dan bersaing membutuhkan pinjaman untuk menyediakan
dengan para pedagang untuk mendapatkan bahan peralatan budidaya, upah pekerja, dan memenuhi
baku rumput laut. kebutuhan sehari-hari sebelum panen Modal yang
diberikan oleh pedagang tidak diterapkan bunga
5. Subsistem Jasa Penunjang pinjaman. Pengembalian modal sesuai dengan
Subsistem jasa dan penunjang berperan jumlah pinjaman yang diterima. Namun, terdapat
penting dalam menunjung, mendukung, dan me- aturan secara informal yang disepakati yaitu hasil
ngembangkan kegiatan dari subsistem-subsistem panen rumput laut harus dijual kepada pedagang
lain. Lembaga yang terkait seperti lembaga ke- yang telah meminjamkan modal.
uangan, lembaga penelitian dan pengembangan, Dukungan lembaga keuangan masih sangat
lembaga transportasi, lembaga pendidikan, dan kurang baik dari perbankan maupun pemerintah.
lembaga pemerintah (kebijakan fiskal dan Padahal, lembaga keuangan sangat dibutuhkan
moneter, perdagangan internasional, kebijakan oleh pembudidaya untuk meningkatkan usaha
tata ruang, dan kebijakan lainnya). dan meminimalisir ketergantungan modal terha-
Kelembagaan rumput laut di Kabupaten dap pedagang. Zamroni dan Yamao (2014) menya-
Takalar terdiri dari kelompok budidaya dan takan pembudidaya memiliki ikatan modal atau
koperasi serta terdapat Badan Usaha Milik Desa ketergantungan pada tengkulak. Meskipun hu-
yang terletak di Desa Laikang. Tetapi kebijakan bungan kerjasama antar pedagang dan pembudi-
Keberadaan lembaga tersebut masih lemah kare- daya tersebut berdasar pada upaya kelangsungan
na fungsi lembaga belum efektif dan sumber daya usaha.
Analisis Sistem Agribisnis Rumput Laut … Nur Fatonny, Rita Nurmalina, dan Anna Fariyanti
46 Forum Agribisnis (Agribusiness Forum)
Vol. 13 No. 1, Maret 2023; halaman 35-49
Pembudidaya tidak memanfaatkan jasa orientasi pada kegiatan pengolahan, serta pen-
perbankan dalam peminjaman modal karena dampingan dan fungsi lembaga yang belum mak-
terkendala pengurusan administrasi dan jaminan simal. Riskiyani et al. (2020) menyatakan bahwa
pinjaman. Selain itu, kesadaran pembudidaya subsistem penunjang belum dikembangkan pada
dalam pengembalian modal juga perlu diting- usaha rumput laut di Kabupaten Takalar. Padahal
katkan karena saat diawal koperasi terbentuk subsistem penunjang dapat meningkatkan kuali-
terdapat program pinjaman modal usaha bagi tas rumput laut dan berperan aktif pada setiap
anggota. Tetapi, hanya sebagian pembudidaya subsistem agribisnis lainnya. Mahayani dan Ratna
yang mengembalikan modal. Akhirnya, keuangan W (2013) menyatakan bahwa peranan kelompok
koperasi berkurang dan tidak lagi memberikan tani dapat mempengaruhi harga jual rumput laut
pinjaman. di tingkat petani dan dapat mengontrol kese-
Kondisi agribisnis rumput laut di Kabupa- suaian standar kualitas rumput laut untuk di-
ten Takalar masih menghadapi permasalahan baik tingkat ekspor.
subsistem hulu hingga subsistem hilir. Per- Usaha rumput laut di Kabupaten Takalar
masalahan subsistem agribisnis rumput laut yang akan lebih menguntungkan bila peran pelaku
terjadi di Kabupaten Takalar yaitu penggunaan usaha mulai dari penyediaan sarana produksi
peralatan budidaya yang belum ramah lingkungan, sampai pemasaran produksi dilakukan secara
kualitas bibit yang masih rendah, kurangnya sum- sinergis dan keterkaitan antar subsistem saling
berdaya permodalan, pembudidaya belum ber- mendukung seperti ditunjukkan pada Gambar 4.
Nur Fatonny, Rita Nurmalina, dan Anna Fariyanti Analisis Sistem Agribisnis Rumput Laut …
Forum Agribisnis (Agribusiness Forum) 47
Vol. 13 No. 1, Maret 2023; halaman 35-49
Analisis Sistem Agribisnis Rumput Laut … Nur Fatonny, Rita Nurmalina, dan Anna Fariyanti
48 Forum Agribisnis (Agribusiness Forum)
Vol. 13 No. 1, Maret 2023; halaman 35-49
Hia, A., Nurmalina, R., & Rifin, A. (2020). Efisiensi Pujiharto. (2010). Kajian Pengembangan
Pemasaran Cabai Rawit Merah Di Desa Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)
Cidatar Kecamatan Cisurupan Kabupaten Sebagai Kelembagaan Pembangunan
Garut. Forum Agribisnis ; Agribusiness Forum. Pertanian. Jurnal Agritech. XII(I), 64-80.
10(1), 36-45.
Putri, R. K., Nurmalina, R., & Burhanuddin, B.
Hurtado, A. Q., & Cheney, D. P. (2003). Propagule (2018). Analisis Efisiensi Dan Faktor Yang
Production of Eucheuma denticulatum Memengaruhi Pilihan Saluran Pemasaran.
(Burman) Collins et Harvey by Tissue Culture. MIX: JURNAL ILMIAH MANAJEMEN, 8(1).
Botanica Marina, 46(4).
Rahadiati, A., Soewardi, K., Wardiatno, Y., &
Kerin, R., Hartley, S., & Rudelius, W. 2015. Dewayany. (2017). Spatial Pattern And
Marketing. In McGraw-Hill Interamericana: Temporal Variation Of Water Quality And
12th ed. Carrying Capacity For Seaweed Mariculture
In Takalar, Indonesia. AACL Bioflux, 10(4).
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Laporan Tahunan KKP 2018. Riskiyani, S., S., Adhawati, & L., Fudjaja. (2020).
https://kkp.go.id. [3 Maret 2021]. Analysis Productivity Of Seaweed Cultivation
(Glacilaria. sp) in Takalar Regency, South
Kohls, R. L., & Uhl, J. N. 2002. Marketing of Sulawesi. IOP Conf. Ser.:Earth Environ. Sci,
Agricultural Products. Ed 9th. Upper Saddle 492, 012121.
River, NJ : Prentice Hall.
Rivai, A., Husain, S., RF, R., & Jamaluddin. (2020).
Mahayana N.P.A.W.P & WInandi R. (2013). Pengaruh Umur Panen Terhadap Produksi
Tataniaga Rumput Laut di Desa Kutuh dan Rumput Laut Eucheuma Cottonii Di
Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Takalar Saat Musim Timur. Jurnal
Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Forum Pendidikan Teknologi Pertanian, 6(2), 361–
Agribisnis : Agribusiness Forum. 3(1), 55-72. 371.
Malik Alfrizal. (2016). Prospek Pengembangan Roscoe, JT. 1975. Fundamental Research
Sistem Usaha Agribisnis Kedelai Di Provinsi Stratistics For The Behavioural Sciences. 2nd
Papua. Jurnal Agros. 18(2), 113-125. ed. New York: Holt Rinehart & Winston.
Nur Fatonny, Rita Nurmalina, dan Anna Fariyanti Analisis Sistem Agribisnis Rumput Laut …
Forum Agribisnis (Agribusiness Forum) 49
Vol. 13 No. 1, Maret 2023; halaman 35-49
Analisis Sistem Agribisnis Rumput Laut … Nur Fatonny, Rita Nurmalina, dan Anna Fariyanti