Laporan Praktikum 9 Elektronika Transist
Laporan Praktikum 9 Elektronika Transist
TRANSISTOR BJT
Disusun untuk Memenuhi Matakuliah Elektronika
Dibimbing oleh Bapak I Made Wirawan, S.T., S.S.T, M.T.
Asisten Praktikum:
Muhammad Arif Syarifudin
Muhammad Bagus Arifin
Oleh :
Dwitha Fajri Ramadhani 160533611410
S1 PTI OFF B
1.2 Pendahuluan
Suatu alat elektronik akan tersusun dari banyak rangkaian elektronika. Serangkaian itu
sesungguhnya hanya memanfaatkan penggabungan sifat dari masing-masing komponen
elektronika. Karena tiap-tiap komponen elektronika memiliki karakteristik kerja yang
berbeda. Resistor yang memiliki sifat menghambat arus, kapasitor yang berfungsi sebagai
penyimpan energy dalam medan listrik, inductor yang memiliki karakter penyimpanan
energy dalam bentuk medan magnet, diode yang memiliki sifat pensaklaran, dan sebagainya.
Perbedaan inilah yang akan di rancang sedemikian rupa dari sehingga menjadi kesatuan
rangkaian elektronika yang saling melengkapi sifatnya, sehingga terciptalah suatu alat
elektronik dengan fungsi tertentu.
Dalam pengukuran tegangan , arus , dan hambatan , dapat menggunakan multimeter
digital demi mendapatkan ukuran suatu komponen elektronika yang tepat. Sehingga dalam
penciptaan suatu alat elektronika tidak terjadi kegagalan sedikitpun saat alat berkerja.
Komponen komponen elektronika dikenal ada dua jenis komponen. Dua macam
komponen ini adalah komponen aktif dan komponen pasif. Dua macam komponen
elektronika dalan elektronika dasar ini selalu ada dalam setiap rangkaian elektronika.
Komponen aktif adalah jenis komponen elektronika yang memerlukan arus listrik
agar dapat bekerja dalam rangkaian elektronika. Contoh komponen aktif ini adalah Transistor
dan IC juga Lampu Tabung. Besarnya arus panjar bisa berbeda-beda untuk tiap komponen2
ini. Sedangkan komponen pasif adalah jenis komponen elektronika yang bekerja tanpa
memerlukan arus listrik. Contoh komponen pasif adalah resistor, kapasitor,
transformator/trafo, dioda dsb.
Dalam elektronika dasar penggunaan kedua jenis komponen ini hampir selalu
digunakan bersama-sama, kecuali dalam rangkaian-rangkaian pasif yang hanya menggunakan
komponen-komponen pasif saja misalnya rangkaian baxandall pasif, tapis pasif dsb. Untuk
IC
2
(Integrated Circuit) adalah gabungan dari komponen aktif dan pasif yang disusun menjadi
sebuah rangkaian elektronika dan diperkecil ukuran fisiknya.
Kegunaan dari transistor adalah sebagai penguat arus, pemutus, dan penyambung,
stabilisasi sinyal dan lainnya disbut dengan transistor. Transistor diperlukan untuk
menguatkan arus yang masuk pada rangkaian listrik, atau pada komponen listrik tertentu,
agar arus yang masuk tepat pada rangkaian atau component tersebut, sehingga komponen
dapat bekerja secara optimal.
Pengertian Transistor
adalah salah satu komponen yang selalu ada di
setiap rangkaian elektronika, seperti radio,
televisi, handphone, lampu flip-flop dll.
Fungsi dari komponen ini sangatlah penting.
Kebanyakan, transistor digunakan untuk
kebutuhan penyambungan dan pemutusan
(switching), seperti halnya saklar. Yaitu untuk
memutus atau menyambungkan arus listrik.
Selain itu transistor juga berfungsi sebagai
penguat (amplifier), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal, dan banyak lagi. Keinginan kita
untuk merubah fungsi transistor ini adalah dari pemilihan jenis transistor atau dengan cara
perangkaian sirkit transistor itu sendiri. Dengan banyaknya fungsi itu, komponen transistor
banyak sekali digunakan di dalam rangkaian elektronika.
Bahan dasar pembuatan transistor itu sendiri atara lain Germanium, Silikon, Galium Arsenide.
Sedangkan kemasan dari transistor itu sendiri biasanya terbuat dari Plastik, Metal, Surface
3
Mount, dan ada juga beberapa transistor yang dikemas dalam satu wadah yang disebut IC
(Intregeted Circuit).
Contoh penggunaan transistor dalam rangkaian analog, adalah digunakan untuk fungsi
amplifier (penguat), rangkaian analog melingkupi pengeras suara, sumber listrik stabil
(stabilisator) dan penguat sinyal radio. Dalam rangkaian-rangkaian digital, transistor
digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi. Beberapa transistor juga dapat dirangkai
sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate, memori dan fungsi rangkaian-
rangkaian lainnya.
Jenis-Jenis Transistor
Ada dua jenis tipe transistor BJT, yaitu tipe PNP dan NPN. Dimana NPN, terdapat dua
daerah negatif yang dipisah dengan satu daerah positif. Dan PNP, terdapat dua daerah positif
yang dipisah dengan daerah negatif.
4
TRANSISTOR NPN
Pada transistor jenis NPN terdapat arah arus aliran yang berbeda dengan transistor j
kolektor ke emitor akan berkurang, hingga titik cutoff. Penurunan ini sangatlah cepat karena perbandingan p
Contoh gambar rangkaian penggunaan transistor NPN :
TRANSISTOR PNP
Pada PNP, terjadi hal sebaliknya ketika arus mengalir pada kaki basis, maka transi
5
Transistor BJT digunakan untuk 3 penggunaan berbeda: mode cut off, mode linear amplifier,
Karaktersitik dan daerah kerja
dan mode saturasi. Penggunaan fungsi transistor bisa menggunakan karakteristik dari masing-
masing daerah kerja ini. Selain untuk membuat fungsi daripada transistor, karakteristik
transistor juga dapat digunakan untuk menganalisa arus dan tegangan transistor
Daerah Saturasi :
Dioda Emiter diberi prategangan maju. Dioda Kolektor juga diberi prategangan maju.
Akibatnya, arus Kolektor, IC, akan mencapai harga maksimum, tanpa bergantung kepada
6
Basis, IB, dan βdc. Hal ini, menyebabkan Transistor menjadi komponen yang tidak dapat
dikendalikan. Untuk menghindari daerah ini, Dioda Kolektor harus diberi prateganan
mundur, dengan tegangan melebihi VCE(sat), yaitu tegangan yang menyebabkan Dioda
Kolektor saturasi.
Daerah Aktif :
Dioda Emiter diberi prategangan maju. Dioda Kolektor diberi prategangan mundur. Terjadi sifat-sifat yang
atau
sebagaimana penjelasan pada bagian sebelumnya. Transistor menjadi komponen yang dapat dikendalikan.
Daerah Breakdown
7
Contoh sederhana penggunaan transistor tipe NPN dengan fungsi switching
Untuk transistor jenis PNP dapat di lakukan seperti diatas dan haislnya kebalikan dar
transistor jenis NPN.
8
1.4 Data dan Analisis (Foto)
1.4.1 Tugas Pendahuluan
1. Jika β DC suatu transistor adalah 250, berapakah nilai arus emiter?
𝛽DC = αDC/(1-αDC)
250 = αDC/(1-αDC)
250∗(1−𝛼DC) =𝛼DC
250 − 250 𝛼DC =𝛼DC
250 = 251 𝛼DC
𝛼DC = 250/251 = 0.9960
9
grafik IC vs VCE. Misalnya, anggap dalam gambar 1 IB = 10µA. Kemudian VCC diubah dan
ukur IC dan VCE. Selanjutnya kita akan dapat gambar 2. Pada kurva IB = 10µA dibuat tetap
selama semua pengukuran.
Pada gambar 2, jika VCE nol, dioda kolektor tidak terbias
reverse, oleh sebab itu arus kolektor sangatlah kecil. Untuk
VCE antara 0 dan 1 V, arus kolektor bertambah dengan
cepat dan kemudian menjadi hampir konstan. Ini sesuai
dengan memberikan bias reverse dioda kolektor. Kira –
kira diperlukan 0,7 V untuk membias reverse dioda
kolektor.
Setelah level ini, kolektor mengumpulkan semua elektron
yang mencapai lapisan pengosongan. Di atas knee, harga yang eksak dari VCE tidaklah
begitu penting karena dengan membuat bukit kolektor lebih curam tidaklah dapat menambah
arus kolektor yang berarti. Sedikit pertambahan pada arus kolektor dengan bertambahnya
VCE disebabkan oleh lapisan pengosongan kolektor menjadi lebih lebar dan menangkap
beberapa elektron basis sebelum mereka jatuh ke dalam hole.
10
Daerah jenuh (saturasi) adalah daerah dengan VCE kurang dari tegangan lutut (knee)
VK. Daerah jenuh terjadi bila sambungan emiter dan sambungan basis dibias maju.
Pada daerah jenuh arus kolektor tidak bergantung pada nilai IB. Tegangan jenuh
kolektor – emiter, VCE(sat) untuk transistor silikon adalah 0,2 V, sedangkan untuk
transistor germanium adalah 0,1 V.
Daerah aktif, adalah antara tegangan lutut VK dan tegangan dadal (breakdown) VBR
serta di atas IB = ICO. Daerah aktif terjadi bila sambungan emiter diberi bias maju
dan sambungan kolektor diberi bias balik. Pada daerah aktif arus kolektor sebanding
dengan arus basis. Penguatan sinyal masukan menjadi sinyal keluaran terjadi pada
daerah aktif.
Daerah cut – off (putus) terletak dibawah IB = ICO. Sambungan emitter dan
sambungan kolektor diberi bias balik. Pada daerah ini IE = 0 ; IC = ICO = IB.
11
kaki emitor dan kolektor, perhatikan penunjukkan jarum. Apabila jarum bergerak ke kanan
maka kaki 3 (pada probe positif) adalah emittor dan kaki 1 (pada posisi negatif) adalah
kolektor.
1. Menyusun rangkaian seperti gambar
6.
Mengukur arus IC dengan memutus rangkaian (open circuit) dengan cara kaki resistor
dicabut dan ditaruh di ground, kemudian menempelkan probe merah (positif) pada
resistor input, dan probe hitam (negatif) pada resistor output, dengan menggunakan range
selector switch DCA
12
Tabel Analisis Data Percobaan
Dalam percobaan tersebut menggunakan tegangan pada catu daya 0V, maka hasil dari percobaan tersebut
output dari tegangan tersebut juga 0
Dalam percobaan tersebut menggunakan tegangan pada catu daya 0,4V, potensiometer sebagai pengatur out
Pada saat mengukur tegangan posisi jarum berada di 0,5 pada skala 250, dimana range switch
Sedangkan pada saat mengukur arus posisi jarum berada di 20 pada skala 250, dimana range
switch selector adalah 2,5 DCA, maka hasil 𝐼 = 2,5 × 20 = 0, 2 𝑚𝐴
𝐶 250
13
VCC : 0,5V VCE : 0,4V IC : 0,125mA IB : 10µA
Dalam percobaan tersebut menggunakan tegangan pada catu daya 0,5V, potensiometer sebagai pengatur out
Pada saat mengukur tegangan posisi jarum berada di 40 pada skala 250, dimana range switch
Sedangkan pada saat mengukur arus posisi jarum berada di 12,5 pada skala 250, dimana range
switch selector adalah 2,5 DCA, maka hasil 𝐼 = 2,5 × 12, 5 = 0, 125 𝑚𝐴
𝐶 250
Dalam percobaan tersebut menggunakan tegangan pada catu daya 0,8V, potensiometer sebagai pengatur out
keadaan open circuit (rangkaian terbuka/rangkaian putus).
14
Pada saat mengukur tegangan posisi jarum berada di 0,6 pada skala 10, dimana range switch
selector adalah 10 DCV, maka hasil 𝑉= 10 × 0, 6 = 0, 6 𝑉
𝐶𝐸 10
Sedangkan pada saat mengukur arus posisi jarum berada di 12,5 pada skala 250, dimana range
switch selector adalah 2,5 DCA, maka hasil 𝐼 = 2,5 × 12, 5 = 0, 125 𝑚𝐴
𝐶 250
Dalam percobaan tersebut menggunakan tegangan pada catu daya 0,9V, potensiometer sebagai pengatur out
Pada saat mengukur tegangan posisi jarum berada di 0,6 pada skala 10, dimana range switch
Sedangkan pada saat mengukur arus posisi jarum berada di 12,5 pada skala 250, dimana range
switch selector adalah 2,5 DCA, maka hasil 𝐼 = 2,5 × 12, 5 = 0, 125 𝑚𝐴
𝐶 250
15
Dalam percobaan tersebut menggunakan tegangan pada catu daya 1,8V, potensiometer sebagai pengatur o
Pada saat mengukur tegangan posisi jarum berada di 1,2 pada skala 10, dimana range switch
Sedangkan pada saat mengukur arus posisi jarum berada di 25 pada skala 250, dimana range
switch selector adalah 2,5 DCA, maka hasil 𝐼 = 2,5 × 25 = 0, 25 𝑚𝐴
𝐶 250
Dalam percobaan tersebut menggunakan tegangan pada catu daya 3,9V, potensiometer sebagai pengatur out
Pada saat mengukur tegangan posisi jarum berada di 1,8 pada skala 10, dimana range switch
Sedangkan pada saat mengukur arus posisi jarum berada di 75 pada skala 250, dimana range
switch selector adalah 2,5 DCA, maka hasil 𝐼 = 2,5 × 75 = 0, 75 𝑚𝐴
𝐶 250
16
Dalam percobaan tersebut menggunakan tegangan pada catu daya 5,9V, potensiometer sebagai pengatur out
Pada saat mengukur tegangan posisi jarum berada di 2,2 pada skala 10, dimana range switch
Sedangkan pada saat mengukur arus posisi jarum berada di 125 pada skala 250, dimana range
switch selector adalah 2,5 DCA, maka hasil 𝐼 = 2,5 × 125 = 1, 25 𝑚𝐴
𝐶 250
Dalam percobaan tersebut menggunakan tegangan pada catu daya 7,7V, potensiometer sebagai pengatur out
open circuit (rangkaian terbuka/rangkaian putus).
17
Pada saat mengukur tegangan posisi jarum berada di 6,5 pada skala 50, dimana range switch
selector adalah 50 DCV, maka hasil 𝑉= 50 × 6, 5 = 6, 5 𝑉
𝐶𝐸 50
Sedangkan pada saat mengukur arus posisi jarum berada di 50 pada skala 250, dimana range
switch selector adalah 2,5 DCA, maka hasil 𝐼 = 2,5 × 50 = 0, 5 𝑚𝐴
𝐶 250
Dalam percobaan tersebut menggunakan tegangan pada catu daya 9,8V, potensiometer sebagai pengatur out
Pada saat mengukur tegangan posisi jarum berada di 7 pada skala 50, dimana range switch
Sedangkan pada saat mengukur arus posisi jarum berada di 60 pada skala 250, dimana range
switch selector adalah 2,5 DCA, maka hasil 𝐼 = 2,5 × 60 = 0, 6 𝑚𝐴
𝐶 250
18
Dalam percobaan tersebut menggunakan tegangan pada catu daya 15V, potensiometer sebagai pengatur ou
Pada saat mengukur tegangan posisi jarum berada di 7,2 pada skala 10, dimana range switch
Sedangkan pada saat mengukur arus posisi jarum berada di 25 pada skala 250, dimana range
switch selector adalah 25 DCA, maka hasil 𝐼 = 25 × 25 = 2, 5 𝑚𝐴
𝐶 250
Dalam percobaan tersebut menggunakan tegangan pada catu daya 20,4V, potensiometer sebagai pengatur ou
Pada saat mengukur tegangan posisi jarum berada di 7,2 pada skala 50, dimana range switch
Sedangkan pada saat mengukur arus posisi jarum berada di 65 pada skala 250, dimana range
switch selector adalah 25 DCA, maka hasil 𝐼 = 25 × 65 = 6, 5 𝑚𝐴
𝐶 250
19
VCC : 25V VCE : 7,4V IC : 6mA IB : 10µA
Dalam percobaan tersebut menggunakan tegangan pada catu daya 25,4V, potensiometer sebagai pengatur ou
Pada saat mengukur tegangan posisi jarum berada di 7,4 pada skala 50, dimana range switch
Sedangkan pada saat mengukur arus posisi jarum berada di 60 pada skala 250, dimana range
switch selector adalah 25 DCA, maka hasil 𝐼 = 25 × 60 = 6 𝑚𝐴
𝐶 250
Dalam percobaan tersebut menggunakan tegangan pada catu daya 30,5V, potensiometer sebagai pengatur ou
open circuit (rangkaian terbuka/rangkaian putus).
20
Pada saat mengukur tegangan posisi jarum berada di 7 pada skala 50, dimana range switch
selector adalah 50 DCV, maka hasil 𝑉= 50 × 7 = 7 𝑉
𝐶𝐸 50
Sedangkan pada saat mengukur arus posisi jarum berada di 75 pada skala 250, dimana range
switch selector adalah 25 DCA, maka hasil 𝐼 = 25 × 75 = 7, 5 𝑚𝐴
𝐶 250
21
1.5 Laporan Akhir
1.5.1 Buatlah grafik kurva kolektor transistor dari data hasil percobaan diatas.
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1 00,511,522,53 3,54 4,555,566,577,5
0,5 IC
0
1.6 Kesimpulan
- Transistor merupakan komponen yang dipakai sebagai penguat arus, saklar, penstabil
tegangan, modulasi sinyal, dll
- Sifat penguat common base yaitu osilasi input dan output tinggi sebagai feedback
lebih kecil, cocok sebagai pre-Amp karena mempunyai impedansi input tinggi yang
dapat menguatkan sinyal rendah, dapat dipakai sebagai penguat frekuensi tinggi,
dapat dipakai sebagai buffer atau penyangga.
22
- Sifat penguat common emitor yaitu output berbeda phasa 180o atau berbalik phasa
180o terhadap sinyal input, sangat memungkinkan adanya osilasi akibat feedback
(dapat dicegah dengan sering dipasanh feedback negatif), sebagai penguat audio
(frekuensi rendah), stabilitas penguatan rendah karena tergantung stabilitas suhu dan
bias transistor.
- Sifat penguat common collector yaitu sinyal output dan sinyal input satu phasa,
mempunyai penguatan tegangan sama dengan 1, mempunyai penguat arus tinggi, dan
mempunyai impedansi input tinggi dan impedansi output rendah sehingga cocok
digunakan sebagai buffer.
23