3.1
Penentuan
Kadar
Etanol
dengan
Metoda
Gas
Chromatographi
3.1.1 Tujuan 1. Dapat menggunakan alat Gas Chromatographi. 2. Dapat menentukan waktu retensi air dan etanol. 3. Dapat menentukan kadar etanol dengan metoda Gas Chromatographi.
3.1.2 Dasar Teori Gas Chromatographi (GC) adalah teknik pemisahan komponen dengan menggunakan gas sebagai fasa geraknya, umumnya digunakan gas inert seperti hidrogen, nitrogen, atau helium. Sedangkan fasa diamnya adalah padatan yang tidak bereaksi terhadap komponen yang akan dipisahkan. Beberapa keuntungan dari alat Gas Chromatographi, yaitu: 1. Kecepatan Penggunaan Gas sebagai fase gerak mempunyai keuntungan, yaitu cepat tercapainya keseimbangan antara fase gerak dan fase diam. 2. Kepekaan
45
Cuplikan yang diperlukan hanya sedikit, yaitu beberapa mikroliter saja sudah cukup untuk analisis lengkap. 3. Kesederhanaan Kromatografi Gas mudah dijalankan dan mudah dipahami. Penafsiran data yang diperoleh biasanya cepat dan langsung. 4. Analisis Kualitatif Waktu retensi atau waktu tambat adalah waktu yang diperlukan pada saat penyuntikan sampai terbentuk puncak maksimum. Diantara beberapa zat yang dianalisis memiliki waktu retensi yang hampir sama atau berdekatan, tetapi zat tersebut hanya mempunyai satu waktu retensi saja. 5. Analisis Kuantitatif Luas puncak yang terbentuk berbanding lurus dengan konsentrasi puncak tersebut. Ini dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi yang tepat dari setiap komponen. 6. Resolusi (Daya Pisah) Kromatografi Gas dapat memisahkan campuran dengan perbedaan titik didih yang sangat kecil, yang tidak mungkin dilakukan dengan cara penyulingan atau cara lain.
3.1.3 Alat dan Bahan 3.1.3.1 Alat : 1 buah suntikan (Syringe) 1 set alat Gas Chromatographi 1 tabung gas Nitrogen
46
3.1.3.2 Bahan : Aquadest Larutan standar Etanol : 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, 100% 2 sampel larutan Etanol
3.1.4 Kondisi Analisa Nama kolom Tempetatur Kolom Temperatur Injektor Temperatur detektor Detektor yang digunakan : Porapak Q : 150 oC : 180 oC : 200 oC : TCD
kpa.
4. Putar tombol Carrrier (M) 1 dan 2 untuk mengatur laju alir. 5. ON-kan Power GC dan Integrator. 6. Set temperatur pada GC sesuai dengan kondisi analisa, dengan cara :
47
Tekan tombol start Set temperatur kolom (Col, Init temp, 150, Enter) Set temperatur injektor Set temperatur detektor
Tekan tombol polarity sesuai dengan posisi kolom yang digunakan Tekan tombol TCD pada GC (tombol putih), bila keluar bunyi
tekan CE
Tekan tombol Det, lalu tekan 4, Enter Set Current (Curr, 60, Enter) sesuai dengan temperatur detektor
pada GC
7. Tunggu sampai temperatur kolom, injektor, dan detektor mencapai
b. Mematikan GC
1. Set temperatur kolom, injektor dan detektor pada temperatur 30 oC. 2. Nol-kan Current
(Curr, 0, Enter).
48
6. Cabut kabel listrik. 3.1.6 Pengamatan Tabel 3.1. Hasil Pengamatan Gas Chromatographi
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Konsentrasi Larutan Etanol 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Sampel 1 Sampel 2 t Retensi Air 1,480 1,480 1,465 1,525 1,537 1,555 1,605 1,648 1,688 1,795 1,910 1,500 1,633 Etanol 6,875 6,623 6,412 6,367 6,210 6,153 6,097 6,020 5,957 5,598 5,592 6,217 6.013 % Area Etanol 0,54 11,75 17,79 22,39 27,27 32, 24 38,29 45,93 54,93 67,22 95.91 24,09 45,97
49
50
120
Konsentrasi Etanol
100 80 60 40 20 0 0 10 20 30 40
% Area Etanol
y = 1.4299x R2 = 0.9779
50
60
70
80
51
Perhitungan konsentrasi sampel larutan etanol. Diketahui : x = % area sampel 1 larutan etanol = 24,09 % area sampel 2 larutan etanol = 45,97 Ditanya Jawab : y = konsentrasi sampel 1 dan 2 larutan etanol : y = 1,4299x Sampel 1 =1,4299. 24,09 = 34,45 %
3.1.7 Kesimpulan 1.
2. 3. 4.
Kromatografi gas dapat digunakan untuk menentukan kadar suatu Waktu retensi (tR) untuk air Waktu retensi (tR) untuk etanol Konsentrasi larutan etanol: = 34,54% = 65,73% = 1.480 - 1.190 menit = 5.592 - 6.875 menit
sampel berupa cair ataupun gas, baik murni ataupun dalam campurannya.
Sampel 1 Sampel 2
52
3.2 REFRAKTOMETER
53
3.2.2 Dasar Teori Refraktometer adalah alat untuk menentukan Indeks bias dari suatu sampel. Apabila suatu sinar zat (media) yang satu ke media yang lain dengan kerapatan yang berbeda, maka kecepatan sinar tersebut akan berubah, makin rapat media yang dilalui sinar, maka kecepatan sinar tersebut akan semakin rendah. Sinar yang datang dari media satu ke media lainnya yang tembus cahaya akan dibiaskan pada media tersebut. Harga indeks bias untuk setiap senyawa dipengaruhi oleh : 1. Temperatur 2. Tekanan Temperatur makin tinggi, harga indeks bias akan berkurang. Dan bila temperatur rendah, harga indeks bias akan bertambah. akan berkurang. Tekanan makin tinggi harga indeks bias akan bertambah. Dan bila tekanan rendah, harga indeks bias
3.2.3.2 Bahan : Aseton Etanol (CH3CH2OH) Metanol (CH3OH) 2-Octanon (C8H160) n-Heptano (C7H16) Tuluol (C7H8) Diathylamin(C4H11N)
54
3. Tempatkan refraktometer pada bidang horizontal dengan sinar yang cukup. 4. Buka prisma tempat meneteskan zat yang akan diperiksa.
5. Bersihkan dengan tissue yang sebelumnya telah dicelupkan pada aseton di
kedua muka prisma x. 6. Biarkan kedua muka prisma kering. 7. Teteskan zat yang akan diperiksa indeks biasnya pada muka prisma bagian bawah. 8. Katupkan kembali kedua prisma tersebut sehingga cairan yang akan diperiksa merata.
9. Amati gambar yang ada dengan melihat lensa sehingga diperoleh garis
bagian gelap dan terang tepat menyinggung titik diagonal, dengan cara memutar-mutar knop pengatur cahaya. 10. Baca harga indeks bias yang diperoleh sampai 4 desimal dibelakang koma dengan seksama. 11. Catat hasilnya pada lembar pengamatan.
12. Apabila pemeriksaan telah selesai, maka OFF-kan alat refraktometer.
13. Bersihkan kembali kedua prisma dengan menggunakan tissue yang dicelupkan pada aseton.
55
Indeks Bias 1,4109 1,3828 1,4890 1,3385 1,4681 1,3649 1,3254 1,3321
56
Tabel 3.3. Hasil Indeks Bias dari Literature [H. Perry, Robert. Perrys Chemical
Engineers Handbook (Edisi 6 dan 7)]. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 Sampel 2-Octanon n-Heptano Tuluol Diathylamin Gliserin Etanol Metanol Air Suhu 20 C 20 C 20 oC 20 oC 20 C 20 oC 20 oC 20 C
o o o o
Indeks Bias 1,4161 1.3880 1.4970 1.3860 1.4730 1.3620 1.3290 1.3330
3.2.6
Kesimpulan
2. 3. 4. 5. 6. 7.
57
8. Air
1,3321
3.3 Penentuan Kadar Air pada BaCO3 dan CaCO3 dengan Cara Gravimetri
3.3.1 Tujuan
1. Dapat menentukan kadar air dari Barium Karbonat (BaCO3) dengan
3.3.2 Dasar Teori Pada umumnya benda atau zat padat yang ada di dunia ini terdapat kandungan air di dalamnya. Kandungan air itu dapat dihilangkan dengan pemanasan pada temperatur di atas 100 0C yang merupakan titik didih air. Kandungan air dapat ditentukan secara gravimetri. Gravimetri adalah metode analisa kuantitatif yang berdasarkan hasil pengukuran berat. Untuk menentukan kadar air, sejumlah cuplikan dipanaskan pada suhu 1050C - 110 0C sehingga airnya menguap. Karena air menguap, maka berat cuplikan berkurang, berkurangnya berat dari cuplikan akan menunjukan berat air yang semula ada dalam cuplikan. Penentuan kadar air secara gravimetri dengan cara ini dinamakan gravimetri cara penguapan.
58
3.3.3 Alat dan Bahan 3.3.3.1 Alat : Cawan porselen Spatula Penjepit cawan Oven dengan suhu 1100C Neraca analitik 3.3.3.2 Bahan : CaCO3 BaCO3 = 5 gram = 5 gram
3.3.4 Prosedur Percobaan 1. Panaskan cawan selama 2 jam pada temperatur 1050C 1100C dan setelah itu dinginkan dalam desikator selama 15 menit, kemudian timbang. 2. Timbang sampel pada cawan yang sudah konstan beratnya. 3. Panaskan cawan yang berisi sampel selama 2 jam, kemudian timbang.
Lakukan secara berulang-ulang hingga didapat berat konstan. 4. Hitung kadar air dalam sampel CaCO3 dan BaCO3.
3.3.5 Hasil Pengamatan 1. Sampel CaCO3 : Berat cawan konstan Berat sampel basah Berat cawan + sampel basah = 34.8028 gram = 5.0917 gram = 39.8945 gram
59
= 39.6143 gram
= 5.50 %
2. Sampel BaCO3 : Berat cawan konstan Berat sampel basah Berat cawan + sampel basah Berat cawan + sampel kering = 30.6705 gram = 5.0350 gram = 35.7055 gram = 35.0033 gram
60
= 13.95%
3.3.6
Kesimpulan
= 5.50 % = 13.95 %
61
3.4.2 Dasar Teori Pada waktu suhu kristal dinaikkan, atom-atomnya atau ion-ionnya bergetar dengan kuat. Akhirnya, pada suhu tertentu struktur kristal hancur oleh getaran kuat tersebut. Padatan berubah menjadi cairan, proses ini dinamakan meleleh. Titik leleh adalah titik puncak temperatur untuk melelehkan suatu unsur atau zat yang berbentuk padatan. Jika kalor ditambahkan pada campuran padatan, padatan berangsur-angsur berubah menjadi cair, sementara suhu tetap. Jika semua padatan telah meleleh, suhu mulai meningkat.
3.4.3 Alat dan Bahan 3.4.3.1 Alat : Melting Point Fisher Termometer Spatula
62
3.4.3.2 Bahan
letakan di tempat permukaan untuk selanjutnya diuji. 3. Naikkan temperatur mulai dari yang paling rendah sampai zat tersebut meleleh.
4. Amati perubahan zat tersebut, catat temperatur (0C) saat zat tersebut
meleleh, catat juga temperatur saat zat tersebut seluruhnya meleleh atau melebur.
5. Jika sudah, matikan alat Melting Point Fisher, dengan cara turunkan
63
2 3 4 5
Tabel 3.5. Hasil titik leleh dari Literature [R. Lide, David. 1992/1993. CRC
Handbook of Chemistry and Physics (Edisi 73)]. No 1 2 3 4 5 Nama Zat 4-Aminophenazone Catechol Thio Urea -nitroso- naphtol 1,10-Penantroline-mono hydrate Titik Leleh (C) 108 - 110 105 132 - 137 103 - 108 93 - 94
3.4.6 Kesimpulan Titik leleh dari hasil pengamatan, adalah 1 . 2 . 3 . 4 . 5 . 4-Aminophenazone Catechol Thio Urea a-nitroso-b naphtol 1,10-Penantroline-mono hydrate 110 115oC 80 100oC 130 142oC 105 110oC 95 96oC
64
3.5.1 Tujuan
1. Dapat menggunakan alat Gas Sorption Analyzer (Nova 1000). 2. Dapat menentukan specific surface area.
65
Alat Gas Sorption Analyzer (Nova 1000) digunakan untuk menentukan luas permukaan suatu zat yang berbentuk padat. Sebelum melakukan percobaaan serapan gas, permukaan zat padat haruslah dibebaskan dari bahan pencemar misalnya air dan minyak. Pembersihan (degassing) permukaan paling sering dilakukan dengan menempatkan suatu sampel dari zat padat itu dalam sebuah sel kaca dan memanaskannya di bawah vacum. Gambar 1.19. mengilustrasikan bagaimana sebuah partikel padat yang mengandung krak dan orifices (pori-pori) dari berbagai ukuran dan bentuk.
Bila sudah bersih, sampel itu dibawa ke suhu tetap dengan memakai eksternal bath. Kemudian sejumlah kecil gas (adsortif) diakui pada langkahlangkah ke dalam kamar sampel yang telah di evakuasi. Molekul-molekul absorbate cepat mendapatkan jalannya ke permukaan dari setiap pori pada zat padat (adsorbent), molekul ini dapat melekat/tertancap pada permukaan. Molekul yang tertancap di permukaan itu disebut teradsorpsi. Kekuatan dengan mana molekul yang teradsorpsi itu berinteraksi dengan permukaan tersebut, apakah proses adsorpsi itu akan dipertimbangkan sifat fisik atau kimianya. Adsopsi fisik adalah jenis adsorpsi yang paling umum. Karena lebih banyak molekul-molekul adsorbate cenderung membentuk lapisan tipis yang
66
menyelimuti seluruh permukaan adsorbent. Berdasarkan teori dari Brunaueur, Emmet, dan Teller (BET), dapatlah ditaksirkan jumlah molekul yang diperlukan untuk menyelimuti permukaan adsorbent dengan monolayer dengan molekul yang teradsorpsi (lihat gambar 1.20.)
Tambahan lanjutan dari molekul gas diluar pembentukan monolayer mendatangkan gradual stacking banyak lapisan (multi layer) di bagian atas masing-masing lainnya. Pembentukan multi layer terjadi secara paralel dengan kondensasi kapiler (lihat gambar 1.21.)
67
Sebagaimana 1.22.).
tekanan-tekanan
adsorpsi
kesetimbangan
mendekati
kejenuhan, pori-pori itu menjadi benar-benar terisi dengan adsorpsi (lihat gambar
Bertentangan
dengan
adsorpsi
fisik,
adsorpsi
kimia
melibatkan
pembentukan ikatan-ikatan kimia yang kuat antar molekul adsorpsi dan lokasilokasi permukaan spesifik yang dikenal sebagai situs-situs aktif kimiawinya.
3.5.3 Alat dan Bahan 3.5.3.1 Alat : Gas Sorption Analyzer ( Nova 1000) Neraca Analitik Spatula
68
3.5.3.1.2 Bahan
3.5.4 Prosedur Percobaan 1. Masukkan stecker listrik Nova 1000, pompa vacum dan printer.
2. Buka kran gas N2 dan atur pada tekanan 10 psig (70 kpa). 3. ON-kan Power alat Nova 1000 dan pompa vacum.
4. Biarkan alat sampai layar LCD menampilkan menu utama. Menu utama terdiri dari : 1. Analysize set up 2. Analysize sampel 3. Outgas station 4. Print result 5. Calibration 6. Option
7. Repeat analysize 5. Sambil menunggu alat warning up, timbang sampel yang akan dianalisis
ke dalam sample cell yang sudah disediakan, lalu catat berat sampel yang sudah ditimbang.
6. Setelah sampel siap, lakukan outgassing dengan cara menekan pilihan No.
69
1. Vacum outgass 2. Flow outgass Pilih 1. Vacum outgass, Nova 1000 akan melakukan proses pressurizing terlebih dahulu, setelah selesai akan keluar perintah untuk memasang sample cell.
8. Pasang sample cell tanpa filler rodnya, dan pasang heating mantelnya.
utama, tekan lagi pilihan No. 3 Outgass Station lalu pilih Load outgasser akan keluar tampilan proses outgassing sedang berlangsung, lalu set temperature pemanasan outgassing. 10. Lakukan outgassing selama 2 jam.
11. Setelah 2 jam, tekan angka 0 untuk keluar dari proses outgassing akan
keluar perintah untuk mengeluarkan sample cell, turunkan temperature ke 30 lalu biarkan temperature turun sampai temperature ruang, baru keluarkan sampel yang sudah di outgassing. Tutup sample cell yang berisi sampel menggunakan filler rodnya.
12. Setelah mengeluarkan sample cell tekan ENTER dan biarkan sampai
utama. Akan keluar perintah untuk memasang sample cell beserta filler rodnya.
70
14. Pasang sample cell yang berisi sampel yang sudah di outgassing beserta
ID, pusser ID, Nomor sampel, berat sampel, dll (isi parameter tersebut). Untuk sampel ID dan user ID gunakan 02.
16. Setelah parameter diisi semua, akan keluar perintah analisis. Tekan 1=Yes
sample cell, tabung nitrogen cair, lalu tutup kembali semua dowels.
19. Matikan alat dan pompa vacuum. 20. Tutup kran gas N2.
3.5.6 Kesimpulan Spesific Surface Area untuk sample ID no. 3 = 13,2411 m2/g Spesific Surface Area untuk sample ID no. 4 = 11,6554 m2/g
71