Anda di halaman 1dari 9

136

PENGATURAN TENTANG HAK ASASI MANUSIA


BERDASARKAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945
SEBELUM DAN SETELAH AMANDEMEN*

Oleh :
Tenang Haryanto, Johannes Suhardjana, A. Komari,
Muhammad Fauzan, dan Manunggal Kusuma Wardaya
Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Abstract
The end of the government of Orde Baru that tends to be more authoritharian has emerged the
transformation almost in all government hierarchy. The most important transformation is in the
material contains or substantive of 1945 constitution, whether material that has been erased,
revised or new material. Material contain of the 1945 constitution is the result of the amendment
such as the Human Right. The regulation about human right before amendment 1945 constitution
regulated as right and duty of the republic citizen in Indonesia that contains the values of human
right and regulated in the article 27 to article 34. The regulation of human right after amendment
of 1945 constitution regulated in article 28A to 28J. The regulation about the human right based on
the Law Number 39 Year 1999 concerning the Human Right. It explain there is no right in Indonesia
that has the absolute power and unlimited. Human Right is not the right that has the absolute
characteristic. In the implementation, its limited by the right, morale, security and order of other
people. Because of that, in the human right also known the existence of human right duty.
Moreover, the implementation of the human right has been regulated in the 1945 Constitution.

Kata Kunci : Hak Asasi manusia, Amandemen UUD 1945

A. Pendahuluan Asasi Manusia) oleh negara-negara yang


Hak asasi adalah hak yang dimiliki tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa.1
manusia yang telah diperoleh dan dibawanya Di Indonesia, seperti juga di negara-
bersamaan dengan kelahiran atau kehadirannya negara yang lain, juga telah mencantumkan
di dalam kehidupan masya-rakat. Dianggap beberapa hak asasi di dalam undang-undang
bahwa beberapa hak itu dimilikinya tanpa dasarnya baik dalam Undang-Undang Dasar
perbedaan atas dasar bangsa, ras, agama, atau 1945, Konstitusi RIS, maupun Undang-Undang
kelamin, dan karena itu bersifat asasi serta dasar Sementara 1950. Hak-hak asasi yang
universal. Dasar dari semua hak asasi ialah tercantum dalam Undang-Undang Dasar 195
bahwa manusia harus memperoleh kesempatan (sebelum amandemen)tidak termuat dalam
untuk berkembeng sesuai dengan bakat dan suatu piagam yang terpisah tetapi tersebar
cita-citanya. Setelah dunia mengalami perang dalam beberapa pasal, terutama Pasal 27
yang melibatkan hampir seluruh dunia dan sampai Pasal 34.2
dimana hak-hak asasi diinjak-injak, timbul Hak-hak asasi dimuat terbatas
keinginan untuk merumuskan hak-hak asasi jumlahnyadan dirumuskan secara singkat, hal
manusia itu dalam suatu naskah internasional. ini tidak mengherankan, mengingat bahwa
Usaha ini pada tahun 1948 berhasil dengan naskah ini disusun pada akhir masa pendudukan
diterimanya Universal Declaration of Human
Rights (Pernyataan Sedunia tentang Hak-Hak
1
Miriam Budiardjo, 1980, Dasar-Dasar Ilmu Politik,
____________________________ Jakarta: Gramedia, hlm.120 Lihat juga Jimly
* Artikel ini merupakan artikel hasil penelitian dari Asshiddiqie., 2005, Konstitusi dan Konstitusionalisme
penelitian yang dilakukan dengan Anggaran DIPA Unsoed Indonesia, Jakarta: Konstitusi Press, hlm. 152-162
2
2008 Safroedin Bahar, 1996, Hak Asasi Manusia, Analisis
Komnas HAM dan Jajaran Hankam/ABRI, Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, hlm.2
Pengaturan Tentang HAM Berdasarkan UUD 1945 137
Sebelum dan Setelah Amandemen

bala tentara Jepang dan dalam suasana yang sebelum dan sesudah amandemen Undang-
mendesak.3 Hal tersebut mengakibatkan tidak Undang Dasar 1945?
cukup waktu untuk membicarakan hak asasi
secara mendalam sekali, sedangkan kehadiran C. Metode Penelitian
tentara Jepang di Indonesia tidak menciptakan Metode pendekatan yang digunakan
iklim yang menguntungkan untuk merumuskan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif
hak-hak asasi secara lengkap. dengan fokus pada pendekatan perundang-
Selain daripada itu, diantara tokoh-tokoh undangan (statute approach). Spesifikasi
masyarakat juga berbeda pendapat mengenai penelitian ini adalah deskritif denga sumber
peranan hak-hak asasi di dalam negara data utama berupa data sekunder. Data
demokratis. Para tokoh tersebut diantaranya sekunder berupa peraturan perundang-
adalah Ir. Sukarno, dan Drs. Moh. Hatta yang undangan, buku dan sumber lain diinventarisir
masing-masing mempunyai argumen masing- dan dipelajari, kemudian dicatat berdasarkan
masing bagi perlu tidaknya pengaturan hak-hak relevansinya dengan obyek permasalahan. Data
asasi dalam undang-undang dasar. Oleh karena yang diperoleh kemudian dianalisis dengan
itu, dapat dimengerti mengapa hak-hak asasi menggunakan analisis kualitatif.
tidak lengkap dimuat dalam Undang-Undang
Dasar 1945 (sebelum amandemen), karena D. Pembahasan
Undang-Undang Dasar 1945 tersebut dibuat Hukum dasar tertulis sebagai dasar bagi
beberapa tahun sebelum pernyataan hak-hak penyelenggaraan kenegaraan di Indonesia ada-
asasi dideklarasikan oleh PBB pada tanggal 10 lah Undang-Undang Dasar 1945 yang mencakup
Desember 1948.4 Pembukaan dan Batang Tubuh. Mengenai hal
Perkembangan sejarah ketatanegaraan ini, Mukthi Fadjar berpendapat sebagai berikut:
menghendaki, bahwa dengan tumbangnya Undang-Undang Dasar 1945 adalah hukum
rezim pemerintahan Orde Baru yang cenderung dasar tertulis yang berlaku di Indonesia
otoriter telah mengakibatkan perubahan ham- yang meliputi atau mencakup Pembukaan
dan Batang Tubuh Undang-Undang Dasar
pir seluruh tatanan bernegara. Perubahan yang 1945. Apabila dikaji kedua komponen ter-
sangat penting diantaranya adalah terhadap sebut dengan pendekatan filosofis (onto-
materi muatan atau substansi Undang-Undang logis), historis-sosiologis, sistematis dan
Dasar 1945, baik materi yang dihapus, direvisi, yuridis-fungsional, menunjukkan adanya
maupun ditambah materi yang betul-betul komitmen kemanusiaan yang tinggi dari
bangs Indonesia meskipun belum diideali-
baru. Materi muatan Undang-Undang Dasar sasi dan disistematisasi secara lengkap
1945 hasil amandemen yang merupakan materi dalam daftar hak-hak asasi manusia
baru, diantaranya adalah tentang Pemilihan seper-ti halnya piagam HAM sedunia
Umum, Mahkamah Konstitusi, Dewan Perwakil- beserta konvenannya. Hal ini bisa
an Daerah, Pertahanan dan Keamanan, serta dimengerti karena Undang-Undang Dasar
1945 kehadirannya lebih dahulu daripada
Hak Asasi Manusia. deklarasi hak asasi manusia.5

B. Perumusan Masalah Pengaturan hak asasi manusia ber-


Berdasarkan pendahuluan di atas, maka dasarkan Undang-Undang Dasar 1945 dapat
dapat dirumuskan permasalahan berupa bagai- dilihat dari ketentuan dalam Pembukaan dan
manakah pengaturan tentang hak asasi manusia pasal-pasal dalam Batang Tubuh setelah
amandemen.

3 5
Masyhur Effendi, 1994, Haka Asasi Manusia dalam Hukum Mukthi Fadjar, 2004, Tipe Negara Hukum, Malang:
Nasional dan Internasional, Jakarta: Ghalia Indonesia, Bayumedia Publishing, hlm. 90. Lihat juga Padmo
hlm.19 Wahjono, 1983, Indonesia Negara Berdasar Hukum,
4
Ibid, hlm.127 Jakarta: Ghalia Indonesia, hlm.54
138 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 8 No. 2 Mei 2008

Mencermati hal di atas, pemikiran HAM dang-undang berikut sanksi hukuman terhadap
sejak awal pergerakan kemerdekaan hingga pelanggar-nya.6 Dari ketiga bentuk hukum di
saat ini mendapat pengakuan dalam bentuk atas, tampaknya ketiga-tiganya dipergunakan
hukum tertulis yang dituangkan dalam berbagai olehpemerintah Indonesia dalam menguraikan
peraturan perundang-undangan yang berpuncak rincian HAM.
pada konstitusi sebagai peraturan perundang- UUD 1945 yang pada awalnya hanya
undangan tertinggi di Indonesia. Hal ini memuat 6 pasal yang mengatur tentang HAM,
ternyata dalam sejarah perjalanan bangsa kemudian mengalami perubahan-perubahan
Indonesia yang telah melewati kurun waktu yang sangat signifikan yang kemudian di-
berlakunya tiga konstitusi, yakni UUD 1945, tuangkan dalam Perubahan Kedua UUD 1945
Konstitusi RIS 1949 dan UUDS 1950, yang ke- pada Bulan Agustus Tahun 2000. Sebenarnya,
semuanya memuat ketentuan-ketentuan HAM di sebelum Perubahan Kedua dilakukan, telah ter-
bidang sipil, politik, ekonomi, sosial dan dapat beberapa peraturan perundang-undangan
budaya. yang dapat dikatakan sebagai pembuka ter-
Meskipun UUD 1945 memuat ketentuan- jadinya perubahan. Ketentuan itu antara lain
ketentuan tentang HAM yang mencakup bidang Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 Tentang
bidang sipil, politik, ekonomi, sosial dan Hak Asasi Manusia, Ketetapan MPR Nomor
budaya, namun pengaturan itu dianggap belum IV/MPR/1999 Tentang GBHN, serta Undang-
rinci. Oleh karena itu, kemudian timbul per- Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak
tanyaan dalam bentuk hukum apakah rincian Asasi Manusia.
HAM itu harus ditetapkan. Melalui Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/
Ismail Suny, sebagaimana dikutip oleh 1999 Tentang GBHN, MPR telah menetapkan
Bagir Manan, berpendapat bahwa terdapat tiga politik hukum yang harus dilaksanakan oleh
kemungkinan bentuk hukum yang dapat pihak eksekutif yang mencakup substansi
menampung rincian HAM itu, yaitu Pertama, hukum, struktur hukum dan budaya hukum.
menjadikannya bagian integral dari UUD 1945, Kesemuanya tercantum dalam visi, misi dan
yaitu dengan cara melakukan amandemen- arah kebijakan. Berkaitan dengan substansi
amandemen pada UUD 1945, sebagai yang hukum, Ketetapan MPR tersebut menggariskan
ditempuh dengan Piagam Hak-Hak Warganegara bahwa penataan sistem hukum nasional di-
(The Bill of Rights), yang merupakan aman- lakukan secara menyeluruh dan terpadu dengan
demen I-X pada Konstitusi Amerika Serikat. menghormati hukum agama dan hukum adat
Cara semacam ini akan menjamin tetap serta memperbaharui perundang-undangan
terpeliharanya UUD 1945 sebagai naskah his- yang dinilai diskriminatif. Selain itu, pemerin-
toris dimana dalam the body of the cons- tah didorong untuk segera melakukan retifikasi
titution tidak diadakan perubahan-perubahan, konvensi internasional terutama di bidang HAM
tetapi hanya tambahan-tambahan. Prosedurnya dalam bentuk Undang-undang. Dengan kata
menurut hukum konstitusi diatur pada Pasal 37. lain, Ketetapan ini telah menegaskan bahwa
Kedua, menetapkan dalam Ketetapan jenis peraturan perundang-undangan untuk
Majelis Permusyawaratan Rakyat. Keberatan- retifikasi adalah Undang-undang, dan tidak
nya, suatu Ketetapan Majelis Permusyawaratan boleh dalam jenis lain, misalnya Keputusan
Rakyat pada umumnya tidak mengatur ancaman Presiden.
hukuman bagi pelanggarnyadalam precise Kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
detail, tetapi hanya garis-garis besar haluan pemerintah berkaitan denganbidang struktur
negara, sekedar “a declaration of general hukum adalah penegakan hukum untuk men-
principles”, tanpa akibat hukum sama sekali.
Ketiga, mengundangkannya dalam suatu un--
6
Bagir Manan, 2001, Perkembangan Pemikiran dan
Pengaturan Hak Asasi Manusia di Indonesia, Bandung:
Alumni, hlm. 81
Pengaturan Tentang HAM Berdasarkan UUD 1945 139
Sebelum dan Setelah Amandemen

jamin HAM serta penyelesaian proses peradilan banyak negara di dunia yang memasukkan
terhadap pelanggaran HAM yang belum di- bagian khusus dan tersendiri mengenai HAM
tangani secara tuntas. Sedangkan dalam kaitan dalam konstitusinya.
dengan budaya hukum, pemerintah wajib Rujukan yang melatarbelakangi perumus-
berperan aktif untuk meningkatkan pemahaman an Bab XA (Hak Asasi Manusia) UUD 1945 adalah
dan penyadaran HAM dalam seluruh aspek Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998. Ketetap-
kehidupan. an MPR tersebut kemudian melahirkan Undang-
Pada pembahasan Rancangan UUD yang Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak
dilakukan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus Asasi Manusia. Semangat keduanya, baik itu
1945 Soekarno sebagai Ketua Panitia Perancang Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998, maupun
UUD telah menyatakan kehendak bahwa Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 adalah
dikemudian hari akan dibuat suatu UUD baru, sama yakni menganut pendirian bahwa hak
karena UUD yang dibuat adalah UUD sementara asasi manusia bukan tanpa batas. Dikatakan
atau yang ia namakan sebagai UUD kilat. Dari pula bahwa semangat yang sama juga terdapat
hal itu, tampak kearifan dari pembentuk UUD dalam pengaturan tentang hak asasi dalam UUD
1945 yang menyadari bahwa UUD tersebut tidak 1945, yaitu bahwa hak asasi manusia bukanlah
lengkap sehingga membuka peluang untuk sebebas-bebasnya melainkan dimungkinkan un-
diadakan perubahan atau penyempurnaan yang tuk dibatasi sejauh pembatasan itu ditetapkan
kemudian diatur dalam Pasal 37. dengan undang-undang. Semangat inilah yang
Salah satu ketidakberhasilan Undang- melahirkan Pasal 28 J UUD 1945. Pembatasan
Undang Dasar 1945 sebagai dasar pelaksana sebagaimana tertuang dalam Pasal 28 J itu
prinsip-prinsip demokrasi dan negara berdasar- mencakup sejak Pasal 28 A sampai dengan Pasal
kan atas hukum antara lain disebabkan adanya 28 I UUD 1945. Oleh karenanya, hal yang perlu
kekosongan materi muatan, misalnya tentang ditekankan di sini bahwa hak-hak asasi manusia
HAM. Wacana tentang perlunya HAM dimasuk- yang diatur dalam UUD 1945 tidak ada yang
kan ke dalam UUD berkembang ketika kesadar- bersifa mutlak, termasuk hak asasi yang diatur
an akan pentingnya jaminan perlindungan HAM dalam Pasal 28 I ayat (1) UUD 1945.
semakin meningkat menyusul tumbangnya Jika ditarik dari perspektif original intent
rejim otoriter. Pandangan kritis terhadap UUD pembentuk UUD 1945, bahwa seluruh hak asasi
1945, yang dahulu ditabukan, sejak masa re- manusia yang tercantum dalam Bab XA UUD
formasi membenarkan pendapat bahwa UUD 1945 keberlakuannya dapat dibatasi. Original
tersebut tidak secara eksplisit mengatur intent pembentuk UUD 1945 yang menyatakan
masalah HAM. Bahkan beberapa pakar secara bahwa hak asasi manusia dapat dibatasi juga
tegas menyetakan bahwa Undang-Undang Dasar diperkuat oleh penempatan Pasal 28 J sebagai
1945tidak mengenal HAM karena dirumuskan pasal penutup dari seluruh ketentuan yang
sebelum adanya Deklarasi Universal HAM. mengatur tentang hak asasi manusia dalam Bab
Hasil amandemen UUD 1945 memberikan XA UUD 1945 tersebut. Secara penafsiran
suatu titik terang bahwa Indonesia semakin sistematis (sistematische interpretatie), hak
memperhatikan dan menjunjung nilai-nilai Hak asasi manusia yang diatur dalam Pasal 28 A
Asasi Manusia (HAM) yang selama ini kurang sampai dengan Pasal 28 I UUD 1945 tunduk
memperoleh perhatian dari Pemerintah. Aman- pada pembatasan yang diatur dalam Pasal 28 J
demen kedua bahkan telah menelurkan satu UUD 1945.
Bab khusus mengenai Hak Asasi Manusia yaitu Sistematika pengaturan mengenai hak
Bab XA. Apabila ditelaah menggunakan per- asasi manusia dalam UUD 1945 ini sejalan pula
bandingan konstitusi dengan negara-negara dengan sistematika pengaturan dalam Universal
lain, hal ini merupakan prestasi tersendiri bagi Declaration of Human Rights yang juga
perjuangan HAM di Indonesia, sebab tidak menempatkan pasal tentang pembatasan hak
140 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 8 No. 2 Mei 2008

asasi manusia sebagai pasal penutup, yaitu Manusia) sebagai berikut : “Melakukan hak-
Pasal 29 ayat (2) yang menegaskan : hak dan kebebasan-kebebasan yang di-
In the exercise of his rights and terangkan dalam bagian ini hanya dapat
freedoms, everyone shallbe subject only dibatasi dengan peraturan-peraturan un-
to such limitations as are determined by dang-undang semata-mata untuk menjamin
law solely for the purpose of securing
due recognition and respect for the pengakuan dan penghormatan yang tak
rights and freedoms of others and of boleh tiada terhadap hak-hak serta ke-
meeting the just requirements of bebasan-kebebasan orang lain, dan untuk
morality, public order, and the general memenuhi syarat-syarat yang adil untuk
welfare in a democratic society. ketenteraman, kesusilaan, dan kesejah-
Apabila dilihat dari sejarah perkembang- teraan dalam suatu masyarakat yang
an konstitualisme Indonesia, sebagaimana ter- demokratis”
cermin dalam konstitusi-konstitusi yang pernah 4. UUD 1945 pasca Perubahan, melalui Pasal
berlaku, yakni UUD 1945 sebelum amandemen, 28 J nampaknya melanjutkan paham kons-
Konstitusi RIS 1949, UUDS 1950, dan UUD 1945 titusi (konstitusionalisme) yang dianut oleh
sesudah amandemen, tampak adanya kecen- konstitusi Indonesia sebelumnya, yakni
derungan untuk tidak memutlakkan hak asasi melakukan pembatasan tentang hak asasi
manusia, dalam arti bahwa dalam hal-hal manusia sebagaimana telah diuraikan di
tertentu, atas perintah konstitusi, hak asasi atas.
manusia dapat dibatasi oleh suatu undang- Sejalan dengan pandangan konstitusional-
undang. Adapun penjelasannya adalah : isme Indonesia tentang HAM sebagaimana telah
1. UUD 1945 sebelum Perubahan bahkan tidak diuraikan di atas, ketika kemudian dikeluarkan
memuat secara eksplisit dan lengkap peng- Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 Tentang
aturan tentang hak asasi manusia, termasuk Hak Asasi Manusia, yang kemudian dijabarkan
tentang hak untuk hidup, meskipun dalam lebih lanjut dalam UU HAM, kedua produk
Alinea ke-4 memuat apa yang kemudian hukum ini tampak sebagai kelanjutan sekaligus
disebut sebagai Pancasila yang salah penegasan bahwa pandangan konstitusionalisme
satunya adalah sila “Kemanusiaan yang adil Indonesia tidaklah berubah karena ternyata
dan beradab”. keduanya juga memuat pembatasan terhadap
2. Pasal 32 ayat (1) Konstitusi RIS 1949 me- hak asasi manusia. Sebagai contoh yaitu adanya
muat ketentuan tentang pembatasan “Hak- pembatasan mengenai hak untuk hidup (right
hak dan Kebebasan-kebebasan Dasar Manu- to life):
sia” sebagai berikut : “Peraturan-peraturan 1. Tap MPR Nomor XVII/MPR/1998 memuat
undang-undang tentang melakukan hak-hak “Pandangan dan Sikap Bangsa Terhadap
kebebasan-kebebasanyang diterangkan da- Hak Asasi Manusia” yang bersumber dari
lam bagian ini, jika perlu, akan menetap- ajaran, nilai moral universal, dan nilai
kan batas-batas hak-hak dan kebebasan luhur budaya bangsa, serta berdasarkan
itu, akan tetapi hanyalah semata-mata un- pada Pancasila dan UUD 1945. Dalam Pasal
tuk menjamin pengakuan dan penghormat- 1 Piagam Hak Asasi Manusia dimuat keten-
an yang tak boleh tiada terhadap hak=hak tuan tentang hak untuk hidup yang ber-
serta kebebasan-kebebasan orang lain, dan bunyi, “Setiap orang berhak untuk hidup,
untuk memenuhi syarat-syarat yang adil mempertahankan hidup dan kehidupan-
untuk ketenteraman, kesusilaan, dan ke- nya”, namun dalam Pasal 36-nya juga di-
sejahteraan umum dalam suatu muat pembatasan terhadap hak asasi
persekutuan yang demokrasi”. manusia termasuk hak untuk hidup sebagai
3. Pasal 33 UUDS 1950 juga membatasi HAM berikut, “Di dalam menjalankan hak dan
(Hak-hak dan Kebebasan-kebebasan Dasar kebebasannya setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan-pembatasan yang di-
Pengaturan Tentang HAM Berdasarkan UUD 1945 141
Sebelum dan Setelah Amandemen

tetapkan oleh Undang-undang dangan ketentuan hak asasi manusia diluar dari pasal
maksud semata-mata untuk menjamin pe- tersebut, seperti misalnya kebebasan beragama
ngakuan serta penghormatan atas hak dan (Pasal 28 E), hak untuk berkomunikasi (Pasal 28
kebebasan orang lain, dan untuk memenuhi F), ataupun hak atas harta benda (Pasal 28
tuntutan yang adil sesuai dengan per- G)sudah pasti dapat pula dibatasi, dengan
timbangan moral, keamanan, dan ketertib- catatan sepanjang hal tersebut sesuai dengan
an umum dalam suatu masyarakat demo- pembatasan-pembatasan yang telah ditetapkan
kratis” oleh undang-undang.
2. UU HAM dalam Pasal 9 ayat (1) dimuat Ketentuan HAM dalam UUD 1945 yang
ketentuan tentang hak untuk hidup dan menjadi basic law adalah norma tertinggi yang
dalam Pasal 4 ditentukan bahwa hak untuk harus dipatuhi oleh negara. Karena letaknya
hidup termasuk hak asasi manusia yang dalam konstitusi, maka ketentuan-ketentuan
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa- mengenai HAM harus dihormati dan dijamin
pun dan oleh siapapun. Namun, Penjelasan pelaksanaannya oleh negara.7 Karena itulah
Pasal 9 UU HAM menyatakan bahwa hak Pasal 28 I ayat (4) UUD 1945 menegaskan
untuk hidup dapat dibatasi dalam dua hal, bahwa perlindungan, pemajuan, penegakkan,
yaitu dalam hal aborsi untuk kepentingan dan pemenuhan HAM adalah tanggung jawab
hidup ibunya dan dalam hal pidana mati negara terutama pemerintah.
berdasarkan putusan pengadilan. Selain itu, Walaupun telah ada Undang-Undang
Pasal 73 UU HAM juga memuat ketentuan Nomor 39 Tahun 1999 Tentang HAM yang
mengenai pembatasan terhadap hak asasi didasari oleh TAP MPR No. XVII Tahun 1998,
manusia sebagai berikut, “Hak dan namun dimasukkannya HAM ke dalam konstitusi
kebebasan yang diatur dalam undang- diharapkan akan semakin memperkuat komit-
undang ini hanya dapat dibatasi oleh dan men untuk pemajuan dan perlindungan HAMdi
berdasarkan undang-undang, semata-mata Indonesia, karena akan menjadikannya sebagai
untuk menjamin pengakuan dan peng- hak yang dilindungi secara konstitusional. Pesan
hormatan terhadap hak asasi manusia serta ini kemudian ditangkap oleh Panitia Ad Hoc
kebebasan dasar orang lain, kesusilaan, (PAH) I dan direkomendasikan kepada Sidang
ketertiban umum, dan kepentingan bang- Tahunan MPR Tahun 2000 agar dimasukkan ke
sa”. dalam Amandemen ke-2 UUD 1945. Pasal-Pasal
Dalam Pasal 28 I ayat (1) UUD 1945, tentang HAM dimasukkan ke dalam Bab X A dari
terdapat sejumlah hak yang secara harfiah Pasal 28 A sampai dengan Pasal 28 J. Walaupun
dirumuskan sebagai “hak yang tidak dapat pencantuman pasal-pasal tersebut dinilai po-
dikurangi dalam keadaan apapun”, termasuk di sitif dari berbagai segi, namun dalam beberapa
dalamnya hak untuk hidup dan hak untuk tidak hal perlu dikritisi karena dianggap mengandung
dituntut berdasarkan hukum yang berlaku kelemahan baik dari segi perumusan, struktur,
surut. Dalam konteks ini, dapat ditafsirkan dan sistematikanya. Misalnya, pengelompokkan
bahwa Pasal 28 I ayat (1) haruslah dibaca hak-hak tidak beraturan yang pada gilirannya
bersama-sama dengan Pasal 28 J ayat (2), menunjukkan bahwa para perumus kurang
sehingga hak untuk tidak dituntut berdasarkan memahami jenis dan pengelompokkan HAM
hukum yang berlaku surut tidaklah bersifat yang lazim dalam instrumen hukum HAM
mutlak. internasional. Dari segi substansinya tampak
Oleh karena hak-hak yang diatur dalam
Pasal 28 J ayat (1) UUD 1945 yaitu yang ter-
masuk dalam rumusan “ hak yang tidak dapat 7
Satya Arinanto, 2003, Hak Asasi Manusia Dalam Transisi
dikurangidalam keadaan apapun” dapat di- Politik Indonesia, Jakarta: FH-UI, hlm.17. Lihat juga T.
Mulya Lubis, 1993, Hak-Hak Asasi Manusia Dalam
batasi, maka secara prima facie berbagai Masyarakat Dunia: Isu dan Tindakan, Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, hlm. 14
142 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 8 No. 2 Mei 2008

kental dengan nuansa politis sehingga dapat lain menyatakan bahwa pembentukan undang-
mengurangi makna dari HAM itu sendiri. undang materi khusus tentang HAM perlu
Beberapa ahli hukum bahkan ber- dilakukan mengingat Ketetapan MPR tidak
pendapat bahwa Pasal 28 I Perubahan Kedua ini berlaku operasional dan berbagai undang-
merupakan constitutional constraint (hambatan undang yang ada belum seluruhnya menampung
konstitusional) bagi penegakkan HAM di In- materi HAM. Selain itu, undang-undang
donesia. Hal ini ditandai dengan tidak diakuinya tersebut akan berfungsi sebagai undang-undang
asas hukum berlaku surut bagi pelanggaran payung (umbrella act) terhadap peraturan
berat terhadap HAM yang digolongkan ke dalam perundang-undangan di bidang HAM yang sudah
kejahatan terhadap kemanusiaan.8 Namun, di ada selama ini.
pihak lain terdapat pendapat bahwa Pasal 28I Dari sudut ilmu perundang-undangan,
tersebut dapat diterobos melalui Pasal 28J. kritik terhadap Undang-undang Nomor 39 Tahun
Ketentuan dalam Pasal 28 J tidak dapat di- 1999 ini mencakup antara lain:9
gunakan karena pada dasarnya pembentuk 1. Terdapat ketentuan yang tidak memuat
pasal ini menderogasi (mengingkari) ketentuan norma atau kaidah, dan hal ini ditunjukkan
yang dibuatnya sendiri. dengan adanya Bab mengenai asas-asas
Pengaturan hak asasi manusia di Indo- dasar. Asas-asas dasar pada prinsipnya bukan
nesia berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, merupakan kaidah atau norma hukum. Jadi,
yang menegaskan bahwa untuk menegakkan asas tidak perlu secara eksplisit dimuat
dan melindungi hak asasi manusia sesuai dalam undang-undang melainkan akan
dengan prinsip negara hukum yang demokratis, menjiwai pasal-pasal yang ada dalam UU
maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, bersangkutan.
diatur dan dituangkan dalam peraturan per- 2. Penyimpangan terhadap asas bahwa hukum
undang-undangan, adalah dengan menetapkan tidak berlaku surut seharusnya tidak di-
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang letakkan pada bagian Penjelasan, melainkan
Hak Asasi Manusia (meskipun dibentuk sebelum pada bagian Batang Tubuh UU. Hal ini
amandemen terhadap Pasal 28 Undang-Undang disebabkan Penjelasan tidak memuat norma
Dasar 1945). atau kaidah. Atau dengan kata lain, Pen-
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 jelasan tidak berfungsi untuk menciptakan
Tentang Hak Asasi Manusia yang diundangkan kaidah hukum.
pada tanggal 23 September 1999 dipandang Berkaitan dengan substansi atau materi
sebagai salah satu peraturan pelaksana dari yang diatur, pengelompokkan HAM terdiri atas
Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 Tentang hak untuk hidup, hak berkeluarga dan me-
Hak Asasi Manusia, hal ini terlihat dalam salah lanjutkan keturunan, hak mengembangkan diri,
satu dasar hukumnya yang mencantumkan hak memperoleh keadilan, hak atas kebebasan
ketetapan tersebut. pribadi, hak atas rasa aman, hak atas kesejah-
Pada saat Undang-Undang Nomor 39 teraan, hak turut serta dalam pemerintahan,
Tahun 1999 ini sedang didiskusikan terdapat hak wanita, dan hak anak. Sama halnya dengan
beberapa pendapat yang terbagi dalam dua Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998, Undang-
ketegori besar, yakni pendapat yang menyata- Undang Nomor 39 Tahun 1999 tidak secara
kan bahwa pada dasarnya ketentuan mengenai tegas menyatakan alasan kategorisasi HAM. Pa-
HAM tersebar dalam berbagai undang-undang, da bagian Penjelasan hanya disebutkan bahwa
dan oleh karena itu tidak perlu dibuat satu penyusunan Undang-undang Nomor 39 Tahun
undang-undng khusus tentang HAM. Pendapat 1999 berpedoman pada Konvensi PBB Tentang
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi ter-
8
Sumali, 2003, Reduksi Kekuasaan Eksekutif di Bidang
Peraturan Pengganti Undang-Undang, Malang: Univer-
9
sitas Muhammadiyah Malang, hlm.24. Ibid, hlm. 90
Pengaturan Tentang HAM Berdasarkan UUD 1945 143
Sebelum dan Setelah Amandemen

hadap wanita, Konvensi PBB tentang hak-hak Tahun 1999 Tentang Hak Asasi mencakup
anak, serta berbagai instrumen hukum inter- hak-hak sebagai berikut :
nasional lainnya yang mengatur tentang HAM. 1) Hak untuk hidup;
Meskipun tidak dikelompokkan secara tegas, 2) Hak berkeluarga dan melanjutkan
pada dasarnya materi HAM telah mencakup keturunan;
HAM di bidang sipil, politik, ekonomi, sosial dan 3) Hak mengembangkan diri;
budaya. 4) Hak memperoleh keadilan;
Masih berkaitan dengan substansi undang- 5) Hak atas kebebasan pribadi;
undang, tampaknya Undang-Undang Nomor 39 6) Hak atas rasa aman;
Tahun 1999 ini membaurkan asas-asas dasar 7) Hak atas kesejahteraan;
dengan ketentuan mengenai HAM itu sendiri. 8) Hak turut serta dalam pemerintahan;
Apabila diteliti lebih lanjut, pasal-pasal yang 9) Hak wanita;
memuat asas-asas dasar justru mengatur HAM, 10) Hak anak.
isalnya Pasal 4 yang mengatur tentang hak-hak
yang bersifat non-derogable, hak setiap orang 2. Saran
untuk diakui sebagai pribadi di bidang hukum Pengaturan tentang hak asasi manusia
yang berhak untuk mendapat bantuan dan setelah amandemen UUD 1945 diatur secara
perlindungan yang adil dari pengadilan yang rinci dalam Pasal 28 A sampai dengan 28 J.
objektif dan tidak berpihak (Pasal 5 ayat (1) Berdasarkan ketentuan tersebut, bahwasannya
dan (2), Pasal 5 ayat (3) yang mengharuskan tidak ada satupun hak asasi manusia di Indo-
adanya perlindungan HAM yang lebih terhadap nesia yang bersifat mutlak dan tanpa batas,.
kelompok yang rentan. Namun, satu hal yang Hak asasi manusia bukanlah hak yang absolute.
perlu dihargai dari Undang-Undang Nomor 39 dalam pelaksanaannya dibatasi oleh hak orang
Tahun 1999 ini adalah penempatan pengatiran lain, moral, keamanan, dan ketertiban. Oleh
mengenai HAM anak dan HAM wanita yang karena itu, dalam hak asasi manusia dikenal
dilakukan secara terpisah. Penempatan ini juga adanya kewajiban dasar mnusia. Dengan
tampaknya sejalan dengan perkembangan yang demikian, pelaksanaan hak asasi seseorang dan
terjadi di dunia internasional, yang dibuktikan segenap elemen masyarakat hendaknya dapat
dengan adanya instrumen hukum internasional menghormati hak asasi orang lain, sebagimana
yang terpisah bagi anak dan wanita. telah diatur dalam UUD 1945.

E. Penutup Daftar Pustaka


1. Simpulan Buku
b. Pengaturan tentang hak asasi manusia
Arinanto, Satya. 2003. Hak Asasi Manusia
sebelum amandemen UUD 1945 diatur Dalam Transisi Politik Indonesia, Jakarta:
sebagai hak dan kewajiban warga negara FH-UI;
Republik Indonesia yang di dalamnya Asshiddiqie, Jimly. 2005. Konstitusi dan
terkandung nilai-nilai hak asasi manusia Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta:
dan diatur dalam Pasal 27 sampai dengan Konstitusi Press;
Pasal 34. Bahar, Safroedin. 1996. Hak Asasi Manusia,
c. Pengaturan hak asasi manusia setelah Analisis Komnas HAM dan Jajaran
amandemen Undang-Undang Dasar 1945 Hankam/ABRI. Jakarta: Pustaka Sinar
mengalami perubahan, yaitu diatur dalam Harapan;
Pasal 28 A sampai dengan Pasal 28 J. Budiardjo, Miriam. 1980. Dasar-Dasar Ilmu
d. Pengaturan tentang hak asasi manusia Politik. Jakarta: Gramedia;
berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Effendi, Masyhur. 1994. Haka Asasi Manusia
dalam Hukum Nasional dan Internasional.
Jakarta: Ghalia Indonesia
144 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 8 No. 2 Mei 2008

Fadjar, Mukthi, 2004, Tipe Negara Hukum,


Malang: Bayumedia Publishing
Lubis, T. Mulya. 1993. Hak-Hak Asasi Manusia
Dalam Masyarakat Dunia: Isu dan Tindak-
an. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia;
Manan, Bagir. 2001. Perkembangan Pemikiran
dan Pengaturan Hak Asasi Manusia di
Indonesia. Bandung: Alumni;
Sumali. 2003. Reduksi Kekuasaan Eksekutif di
Bidang Peraturan Pengganti Undang-
Undang. Malang: Universitas Muhamma-
diyah Malang;
Wahjono, Padmo. 1983. Indonesia Negara
Berdasar Hukum. Jakarta: Ghalia
Indonesia;

Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945;
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia.

Anda mungkin juga menyukai