954-Research Results-1686-1-10-20180404
954-Research Results-1686-1-10-20180404
Analisis Figure of Speech dalam Terjemahan Puisi “My Mistress’ Eyes Are Nothing Like
The Sun” oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lancang Kuning
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hasil analisis gaya bahasa dalam terjemahan puisi
“My Mistress’ Eyes are Nothing Like the Sun” Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa
Inggris Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lancang Kuning dan kesulitan-
kesulitan yang ditemui mahasiswa selama proses menerjemahkan berlangsung. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif yang tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau mengubah
pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan hasil analisis pada terjemahan puisi “My
Mistress’ Eyes are Nothing Like the Sun”. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
memberikan tes menerjemahkan sebuah puisi yang berjudul “My Mistress’ Eyes are Nothing
Like the Sun” ke dalam Bahasa Indonesia. Hasil analisis data dapat mengidentifikasi jenis gaya
bahasa yang digunkan mahasiswa dalam terjemahan puisi tersebut. Adapun gaya bahasa yang
terdapat dalam hasil terjemahan mahasiswa antara lain adalah litotes, hiperbola, dan ironi. Selain
itu, kesulitan yang ditemui mahasiswa dalam menerjemahkan adalah unsur budaya dan
pemilihan padanan kata. Hasil penelitian yang ditemukan diharapkan dapat menjadi bahan kajian
untuk menerapkan metode dan sumber belajar yang tepat dalam proses pembelajaran
Translation.
The Analysis of Figure of Speech on Students’ Translation of “My Mistress’ Eyes Are
Nothing Like the Sun” of English Education Department of Education and Teachers
Training Faculty of University of Lancang Kuning
Abstract
This study aims at describing the figure of speech in the translation project of “My Mistress’
Eyes are nothing Like the Sun” done by the students of English Education Department of
Education and Teachers Training Faculty of Univesity of Lancang Kuning and the factors
influenced the students in translating it. The design of the study is descriptive qualitative which
had no changing of the variables, it described the result of translation on a poetry “My Mistress’
Eyes Are Nothing Like the Sun”. The technique of collecting the data has been done by giving
translation test to the students. The result shows that the figure of speeches used by the students
in translating the poetry are litotes, hyperbole, and irony. Besides that, the factors influence the
students in translating the poetry are the cultural aspects, background knowledge of the students,
and the use of equivalent words.
perkiraan pembaca yang menduga-duga Catullus. Ketujuh metode itu adalah sebagai
berdasarkan pengetahuannya tentang topik berikut :
bersangkutan dan gaya bahasa yang mereka
gunakan; (6) konvensi bahasa sasaran atau a. Terjemahan fonetik
pembaca berbeda dengan bahasa sumber; (7) Metode penerjemahan ini beusaha untuk
kebudayaan bahasa sasaran berbeda dengan menghasilkan kembali suara dari BSu ke
budaya bahasa sumber; (8) format atau setting dalam BSa. Dalam waktu bersamaan
bahasa sasaran berbeda dan juga sangat penerjemah mengalihkan makna puisi asal
dipengaruhi kebiasaan pada waktu BSu ke dalam BSa.
penerjemahan dilakukan; (9) apa yang b. Terjemahan literal
dijelaskan atau dibicarakan, dipastikan atau Metode ini adalah metode penerjemahan
dibuktikan tergantung pada referensi puisi dengan menekankan pada proses
penerjemah yang boleh jadi bebas dari teks penerjemahan yaitu penerjemahan kata per
sumber dan dugaan-dugaan pembaca; (10) kata ke dalam BSa. Namun, penerjemahan
pandangan-pandangan dan prasangka- literal ini mempunyai kelemahan-
prasangka penerjemah yang mungkin bersifat kelemahan yang fatal, yakni sering kali
pribadi, subjektif atau asumsi-asumsi makna hasil terjemahan tersebut tidak
penerjemah. Selain itu juga mungkin berhasil dihadirkan dalam BSu. Selain itu,
dipengaruhi oleh sosial dan budaya, politik, sruktur frase dan bentuk akan melenceng
etnis, kepercayaan atau agama, kelas sosial, jauh dalam BSu.
gender, dan lain-lain. c. Terjemahan irama
Terjemahan dengan metode ini
A. Teknik Menerjemahkan Puisi menekankan pada penerjemahan yang
Puisi berasal dari bahasa Yunani yaitu berusaha memproduksi irama dalam BSu.
poet yang berarti mencipta (Supendi, 2008:8). Penerjemahan dengan metode ini
Menurut istilah, pengertian puisi mengalami mengacaukan makna dan memporak-
perubahan dalam beberapa aspek. Dahulu porandakan sturktur hasil terjemahan
orang Indonesia menganggap bahwa puisi dalam BSu.
adalah karya sastra yang terikat oleh banyak d. Terjemahan puisi ke prosa
baris dalam tiap bait, banyak kata dalam tiap Yaitu metode penerjemahan dengan
baris, rima dan irama (Wirjosoedarmo dalam menerjemahkan bentuk puisi ke dalam
Pradopo, 2009 :5) yang disebut dengan puisi bentuk prosa. Penerjemahan ini
lama. Contoh puisi lama yang mempunyai mempunyai beberapa kelemahan, yakni
aturan baku adalah pantun, syair dan hilangnya makna, musnahnya nilai
gurindam. komunikatif penyair dan pembaca serta
Puisi sebagai sebuah karya sastra hilangnya keindahan puisi.
mempunyai unsur-unsur pembangunnya. e. Terjemahan bersajak
Unsur-unsur tersebut dibagi menjadi dua Dalam metode penerjemahan bersajak ini,
bagian, yaitu unsur intrinsik dan unsur penerjemahan dilakukan dengan
ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur mengutamakan pemindahan rima akhir
yang membangun dari dalam, sedangkan unsur larik puisi ke dalam puisi terjemahannya.
ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di Walaupun secara fisik kelihatan sama,
luar karya sastra namun tetap mempengaruhi tetapi jika dilihat maknanya, belum tentu
karya sastra sebagai karya seni (Priyatni, hasil penerjemahan ini memuaskan.
2010). f. Terjemahan puisi bebas
Adapula Andcare Lefevere (dalam Penerjemahan ini memungkinkan
Suryawinata dan Hariyanto, 2007 :160) penerjemah untuk mendapatkan ketepatan
mencatat tujuh metode penerjemahan puisi padanan kata dalam BSa dengan baik, dan
yang biasa dilakukan penerjemah Inggris kadar kesastraannya pun bisa
untuk menerjemahkan puisi-puisi karya dipertanggungjawabkan. Di sisi lain,
masalah rima dan irama sering kali gaya bahasa klimaks, (13) gaya bahasa
diabaikan. antiklimaks, (14) gaya bahasa aposrof, (15)
g. Interpretasi gaya bahasa anastrof dan inversi, (16) gaya
Lefevere mengajukan dua jenis terjemahan bahasa apofasis dan preterisio, (17) gaya
yang masing-masing disebut sebagai versi bahasa histeron preteron, (18) gaya bahasa
dan imatasi. Suatu versi puisi dalam BSa hipalase, (19) gaya bahasa sinisme, dan (20)
mempunyai isi atau makna yang sama bila gaya bahasa sarkasme.
dibandingkan dengan puisi aslinya namun 2. Penilaian Terjemahan
bentuknya telah berbeda sama sekali. Nababan, Nuraeni, dan Sumardiono
Sedangkan imitasi puisi , penerjemah (2012) mengemukakan instrumen penilaian
betul-betul telah menuliskan puisinya kualitas terjemahan yang meliputi aspek
sendiri, tetapi dengan judul dan topik serta keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan.
titik tolak yang sama dengan puisi aslinya. Penilaian ini menggunakan skor atau skala 1
sampai dengan 3. Semakin berkualitas suatu
1.2 Figure of Speech / Gaya Bahasa terjemahan, semakin tinggi skor yang
Menurut Keraf (2006:113), “gaya bahasa diberikan.
dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan
pikiran melalui bahasa secara khas yang Tabel 1.1 Instrumen Penilai Keakuratan
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis Terjemahan
(pemakai bahasa)”. Dalam Tarigan (1985:5)
dinyatakan bahwa gaya bahasa adalah bahasa
indah yang dipergunakan untuk meningkatkan
efek dengan jalan memperkenalkan serta
membandingkan suatu benda atau hal tertentu
dengan benda atau hal lain yang lebih umum.
Tarigan membagi gaya bahasa menjadi
empat varian, yaitu gaya bahasa perbandingan
yang terdiri atas sebelas macam, gaya bahasa
pertentangan yang terdiri atas 21 macam, gaya
bahasa pertautan yang terdiri atas empat belas
macam, dan gaya bahasa perulangan yang
terdiri atas tiga belas macam. Tingkat keakuratan ditentukan dengan
Dalam kaitannya dengan gaya bahasa skala 1 sampai 3. Skala 1 menunjukkan bahwa
yang berlaku di Indonesia, gaya bahasa dapat terjemahan tidak akurat; skala 2 kurang akurat;
ditinjau dari bermacam-macam sudut pandang. dan skala 3 akurat. Indikator penilaian
Guntur Tarigan (2009: 5-6) membedakan gaya dicantumkan pada kolom parameter kualitatif.
bahasa menjadi empat, yaitu (1) gaya bahasa
perbandingan, (2) gaya bahasa pertentangan, Tabel 1.2 Instrumen Penilai Tingkat
(3) gaya bahasa pertautan, dan (4) gaya Keberterimaan Terjemahan
bahasa perulangan.
Tinjauan terhadap gaya bahasa dalam
pembahasan ini ditekankan pada gaya bahasa
pertentangan. Gaya bahasa pertentangan ini
dibedakan menjadi duapuluh macam, yaitu (1)
gaya bahasa hiperbola, (2) gaya bahasa litotes,
(3) gaya bahasa ironi, (4) gaya bahasa
oksimoron, (5) gaya bahasa Paronomasia, (6)
gaya bahasa paralepsis, (7) gaya bahasa
zeugma dan silepsis, (8) gaya bahasa satire, (9)
gaya bahasa inuendo, (10) gaya bahasa Tingkat keberterimaan ditentukan
antifrasis, (11) gaya bahasa paradoks, (12) dengan skala 1 sampai 3. Skala 1
menunjukkan bahwa terjemahan tidak
Lectura: Jurnal Pendidikan, Vol 9, No 1, Februari 2018
99
berterima; skala 2 kurang berterima; dan skala dan interpretasi yang terjadi. Data yang
3 berterima. Indikator penilaian dicantumkan dianalisis berasal dari hasil tes menerjemah.
pada kolom parameter kualitatif.
2.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Tabel 1.3 Instrumen Penilai Tingkat Penelitian ini telah dilakukan pada bulan
Keterbacaan Terjemahan Nopember tahun 2017. Tempat penelitian
adalah di program studi Pendidikan Bahasa
Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lancang Kuning,
Pekanbaru, Riau.
nafas kekasihku tak sewangi parfum. Pada Dalam ironi, pengujar menyampaikan
baris kesembilan dan kesepuluh: I love to hear sesuatu yang sebaliknya dari apa yang ingin
her speak, yet well I know that music hath a dikatakannya, jadi di sini terdapat satu
far more pleasing sound. 14 mahasiswa penanda dengan dua kemungkinan petanda.
menerjemahkannya menjadi meskipun suara Ironi mengandung antonimi atau oposisi antara
musik usang lebih baik tapi aku senang kedua tataran isi. Ironi juga mengandung
mendengarkan celotehannya. Pada baris kesenjangan yang cukup kuat antara makna
kesebelas dan duabelas: I grant I never saw a harfiah dan makna kiasan. Maka di dalam ironi
goddess go, my mistress when she walks terdapat keharusan yang sering bertumpu pada
treads on the ground. 11 mahasiswa makna inversi semantis, baik secara
menerjemahkannya menjadi langkah keseluruhan maupun sebahagian. Hal ini
kekasihku tak seanggun bidadari. menjadi ciri ironi. Apabila dilihat dari wilayah
maknanya, ironi tidak banyak berbeda dengan
2. Hiperbola majas pertentangan lainnya. Namun dalam
Hiperbola adalah gaya bahasa ironi salah satu bentuk (penanda) tidak hadir,
perbandingan yang melebih-lebihkan, bahkan jadi bersifat implisit. Perlu diingat bahwa
dari kenyataan sebenarnya. Hiperbola pemahaman ironi sangat tergantung dari
merupakan suatu gaya bahasa yang konteks (bahkan beberapa ahli bahasa
menyatakan bahwa suatu hal memiliki sifat membedakan ironi dari majas lainnya, karena
yang melebihi sifat dan kenyataan yang hal tersebut). Apabila konteks tidak
sesungguhnya. mendukung ironi, maka ujaran yang
Gaya bahasa ini ditemukan dalam mengandung ejekan dapat menjadi pujian.
terjemahan puisi tersebut pada baris kelima Pada hasil terjemahan mahasiswa pada
dan keenam: I have seen roses damasked, red puisi “my mistress’ eyes are nothing like the
and white. But no such roses see I in her sun” didapati gaya bahasa ini pada baris akhir:
cheeks. Di mana hasil terjemahan 4 mahasiswa as any she belied with false compare. Di mana
menyebutkan bahwa warna merona pipi sang ada 4 mahasiswa yang menyebutkan
kekasih lebih indah dari bunga mawar. Pada maknanya sebagai suatu ironi. Ujaran yang
baris ketujuh dan kedelapan: And in some pada awalnya digunakan untuk merendahkan
perfumes is there more delight, than in the objek yang diceritakan dalam puisi tersebut
breath that from my mistress reeks. Ditemukan memiliki tujuan untuk memuji si objek yang
3 mahasiswa yang hasil terjemahannya diceritakan dalam puisi tersebut. Dijelaskan
menyebutkan bahwa bau nafas sang kekasih bahwa penulis akhirnya mengungkapkan
jauh lebih wangi dari bau parfum. Pada baris bahwa meskipun ia telah menjelek-jelekkan
kesembilan dan kesepuluh: I love to hear her sang kekasih pada akhirnya ia menyadari
speak, yet well I know that music hath a far bahwa kekasihnya tidak bisa dibandingkan
more pleasing sound. Hasil terjemahan 2 dengan apapun di dunia ini.
mahasiswa menyebutkan bahwa celotehan
sang kekasih lebih enak didengar daripada 3.2 Pembahasan
suara musik. Pada baris kesebelas dan 3.2.1 Gaya Bahasa yang Digunakan
keduabelas: I grant I never saw a goddess go, Mahasiswa Dalam Menerjemahkan
my mistress when she walks treads on the Puisi merupakan sebuah karya sastra yang
ground. 5 mahasiswa menyebutkan bahwa mengandung unsur intrinsik dan unsur
sang kekasih menyerupai bidadari saat ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur
berjalan. Kemudian di baris ketigabelas: as yang membangun dari dalam, sedangkan unsur
any she belied with false compare. Hasil ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di
terjemahan seorang mahasiswa menyebutkan luar karya sastra namun tetap mempengaruhi
bahwa cintanya begitu istimewa untuk sang karya sastra sebagai karya seni (Priyatni,
kekasih tersebut. 2010). Dalam menerjemahkan sebuah puisi,
3. Ironi tidak bisa dipungkiri bahwa dua unsur tersebut
harus benar-benar mendapatkan perhatian
yang seksama. Gaya bahasa merupakan bahasa objek dalam puisi, namun pada kenyataannya
indah yang dipergunakan untuk meningkatkan ia memiliki tujuan lain yaitu si penulis
efek dengan jalan memperkenalkan serta mengungkapkan bahwa si kekasih sejatinya
membandingkan suatu benda atau hal tertentu merupakan sosok yang unik yang tidak bisa
dengan benda atau hal lain yang lebih umum. dibandingkan dengan apapun. Keraf (dalam
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Ratna 2014:439-447) menyatakan bahwa
sebelumnya, Sugianto Mas, (2008:47) dalam ironi, pengujar menyampaikan sesuatu
menyebutkan bahwa pengiasan dan gaya yang sebaliknya dari apa yang ingin
bahasa merupakan unsur puisi yang dikatakannya, jadi di sini terdapat satu
sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari unsur- penanda dengan dua kemungkinan petanda.
unsur lainnya. Dalam menerjemahkan puisi Ironi mengandung antonimi atau oposisi antara
tersebut secara keseluruhan mahasiswa sangat kedua tataran isi. Ironi juga mengandung
cermat dalam hal penggunaan gaya bahasa. kesenjangan yang cukup kuat antara makna
Meski demikian, sejumlah mahasiswa masih harfiah dan makna kiasan.
mengalami kesulitan dalam memilih kata yang
tepat. 3.2.2 Kesulitan-Kesulitan Mahasiwa dalam
Figure of speech yang digunakan oleh Menerjemah
mahasiswa dalam menerjemahkan puisi Dalam menerjemahkan karya sastra
tersebut adalah gaya bahasa perbandingan. berupa puisi dengan judul “My Mistress Eyes’
Dalam hasil terjemahan puisi tersebut, terlihat are Nothing Like the Sun”, pada umumnya
bahwa mahasiswa membandingkan objek yang mahasiswa menemukan beberapa kendala
diceritakan oleh si penulis dengan beberapa antara lain; 1). Budaya, gaya bahasa
hal. Adapun figure of speech perbandingan mengandung budaya setempat dan bukan
yang digunakan adalah litotes, hiperbola, dan merupakan satu unsur bahasa yang teratur.
Ironi. Sehingga mahasiswa yang memiliki latar
Litotes digunakan mahasiswa dalam belakang budaya yang jelas-jelas berbeda
menerjemahkan sebagaian besar isi puisi dengan penulis puisi tersebut memiliki
tersebut. Litotes merupakan gaya bahasa kesulitan yang besar ketika menerjemahkan
perbandingan yang digunakan untuk puisi tersebut, 2). Padanan kata, puisi pada
membandingkan sesuatu dengan hal lain umumnya merupakan karya sastra yang
dengan cara merendahkan diri menurut Keraf penulisannya menggunakan makna kias atau
(dalam Ratna 2014:439-447). Figure of speech tidak sebenarnya sehingga dalam hal ini
ini digunakan untuk membandingkan tokoh si mahasiswa merasa kesulitan dalam
kekasih yang tidak sebaik, seindah, secantik, menemukan padanan kata yang sesuai yang
dan serupawan hal lain. dapat menggambarkan maksud sesungguhnya
Selanjutnya, figure of speech hiperbola dari si penulis.
juga ditemukan dalam beberapa baris hasil
terjemahan mahasiswa. Hiperbola merupakan 4. KESIMPULAN DAN SARAN
figure of speech yang melebihi sifat dan 4.1 Kesimpulan
kenyataan yang sesungguhnya menurut Keraf Dari hasil penelitian yang diperoleh, dapat
(dalam Ratna 2014:439-447). Dalam puisi ini, disimpulkan bahwa:
sebagian kecil mahasiswa menggunakan 1. Mahasiswa Program Pendidikan Bahasa
hiperbola untuk menyatakan bahwa si kekasih Inggris Tahun Ketiga Fakultas Keguruan
memiliki suatu hal yang luar biasa indah, dan Ilmu Pengetahuan (FKIP) Universitas
cantik, dan baik melebihi segalanya. Lancang Kuning tahun 2017/2018
Figure of speech yang terakhir adalah memiliki kemampuan menerjemah karya
ironi. Penggunaan gaya bahasa ironi dalam sastra dalam hal ini puisi “My Mistress’
terjemahan puisi tersebut oleh mahasiswa Eyes are Nothing Like the Sun” yang
terdapat pada baris akhir puisi. Di mana pada baik.
hasil terjemahan ini menyebutkan bahwa 2. Hasil analisa figure of speech terjemahan
meskipun penulis berusaha merendahkan si puisi yang telah dilakukan oleh