Anda di halaman 1dari 8

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

banyaknya jumlah tenaga kerja di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat,tetapi jumlah lapangan pekerjaan yang ada tidak dapat mengimbangi jumlah pencari kerja tersebut.salah satu penyebabnya adalah pembangunan di Indonesia dalam berbagai sektor banyak memerlukan tenaga kerja yang memerlukan tenaga kerja yang mempunyai keahlian dan keterampilan yang tinggi, sehingga tenaga kerja Indonesia yang belum mampu mengisi posisi tersebut.hal ini terbukti Negara kita masih menggunakan tenaga kerja asing,tercatat di depnaker.pada tahun 1999-2003 saja jumlah tenga kerja asing yang bekerja di Indonesia mencapai 111.891 orang ,sebagian besar menempati level menengah ke atas.UUd 1945 pasal 27 ayat 2 menetapkan bahwa: tiap tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.dengan demikian,semua warga Negara Indonesia yang mau dan mampu bekerja ,supaya dapat diberikan pekerjaan ,sekaligus dengan pekerjaan itumereka dapat hidup layaksebagai manusia yang mempunyai ha hakyang dilindungi oleh hukum.namun pasal tersebut merupakan hal yang berat dilaksanakan mengingat jumlah penduduk Indonesia dan pertumbuhan ekonomi yang sekarang ini kurang menggembirakan sekali.salah satu cara

yang di tempuh oleh pemerintahdalam mendayakan tenaga kerja di Indonesia yaitu melalu mengirimkan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri.apalagi sejak krisis ekonomi yang melanda Indonesia, jumlah tanaga kerja di Indonesia yang bekerja di luar negeri semakin meningkat.sebagian mereka dari kaum perempuan dan para pekerja yang bekerja di didang informal, yang mana tidak mempunyai pendidikan, wawasan dan pengetahuan yang cukup, kebanyakan dari mereka di rekrut oleh oknum/calo dari PJTKI (pengerah jasa tenaga kerja Indonesia), yang menjanjikan pekerjaan terhadap merekadengan prosedur yang cepat dan biaya yang murah.hal inilah yang memicu rentetan permasalahan yang di alami tenaga kerja Indonesia sebelum berangkat ketempat kerja bahkan sampai kembali ke tanah air.seperti yang sering kita dengar di media massa, ada tenaga kerja di luar negeri yang di perlakukan secara tidak manusiawi, seperti di pukul, di setrika,di setrum bahkan banyak para pekerja wanita kita di perkosa bahkan sampai meninggal dunia. namun, pelaku penganiaan tersebut masih bebas berkeliaran. seperti dalam sebulan terakhir ini,sejumlah penganiayaan pekerja Indonesia di malaysiakembali marak terjadi.namun hingga sekarang ini kasus kasus tersebut masih menggantung dan kerap menghadapi kendala,terlebih jika para pelaku bergerak bebas setelah memberikan uang jaminan.berita semacam ini tak henti-hentinya kita dengar. sangat ironis memang, karena

tenaga kerja Indonesia telah menyumbangkan devisa dengan jumlah yang tinggi kepada Negara dan jumlah tersebut akan semakin terus meningkat. tetapi disatu sisi ,masalah perlindungan hukum terhadap mereka baik sebelum pemberangkatan ,ditempat kerja,sampai kembali ke tanah air masih sangat rentan terhadap kejahatan. BAB II PERMASALAHAN
1.bagaimanakah peran pemerintah dalam melindungi tenaga kerja indonesia yang bekerja di luar negeri?

BAB III PEMBAHASAN


Nasib TKI di luar negeri tidak selalu sama. Bagi TKI yang berhasil, sanak keluarga dapat merasakan kebahagiaannya. Bukan saja uang kirimannya dapat dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bagi pendidikan,dan kesehatan. Mereka juga dapat membangun rumah gedung tembok indah. Tidak sedikit pula diantara mereka bangga ketika mereka mampu menghajikan kedua orang tuanya ke Mekkah. Namun, tidak sedikit jumlah TKI bernasib mengenaskan katika harus kembali dan diterima keluarga di tanah air. Jika jenazahnya dapat dipulangkan ke tanah air, kondisi fisik cedera atau lumpuh. Bahkan ada juga diantara mereka yang menderita gangguan mental berat (mental disorder). Penganiayaan dan pelecehan seksual yang dilakukan majikan atau oknum agen kerja menjadi penyebabnya fakta buruk TKI di luar negeri. Beberapa kasus antara lain, Yanti Irianti mati di Saudi Arabia. Dihadapkan pada regu tembak, ia mati karena dituduh membunuh majikannya. Kedua, Fitriani asal Probolinggo Jawa Timur ditemukan tewas Hongkong. Ia tewas sebagai akibat 20 tusukan di badannya. Terakhir, Edy Pribadi Santoso dari Cilacap, Jawa Tengah tewas karena jatuh terpeleset dari bangunan tinggi di Malaysia. Komitmen pemerintah Komitmen tinggi pemerintah telah diperlihatkan ketika ia meminta Departemen Luar Negeri melakukan protes nota diplomatik kepada negara negara yang

memperlakukan TKI tidak manusiawi. Baru-baru ini, Badawi dengan SBY telah melakukan konferensi pers bersama, tepatnya pada hari Jumat 11 Januari 2007 di Kuala Lumpur. Komitmen tersebut bukan sekedar karena TKI telah memberikan keuntungan berupa devisa luar negeri, lebih penting dari itu negara mempunyai kewajiban untuk memberikan perlindungan dan rasa aman bagi warga negara di dalam dan luar negeri. Wujud komitmen tersebut telah diperlihatkan melalui beberapa kesepakatan. Pertama, kedua negara sepakat untuk melakukan pengelolaan dan perlindungan yang baik bagi TKI. Sehingga manfaat yang diperoleh bagi kedua Negara dapat dicapai. Kedua, memaksimalkan upaya perlindungan dan pelayanan hukum bagi TKI. Terakhir, pemerintah Malaysia berjanji akan menindak tegas majikan yang melanggar hak-hak TKI. Komitmen pemerintah untuk meningkatkan perlindungan terhadap TKI telah diwujudkan melalui terbentuknya Badan Nasional Perlindungan dan Pengawasan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). Suatu institusi negara yang dipimpin oleh Jumhur Hidayat, belum lama didirikan pemerintah Indonesia. Tugas dan fungsi selain melakukan kordinasi dengan Menteri Tenaga Kerja juga dengan PJTKI, dalam melakukan pengawasan dan pengelolaan adminsitrasi dan perlindungan keselamatan TKI. Karena itu, sekiranya Ketua Himpunan Pengusaha Penempatan TKI (Himsataki), Yunus M. Yamani berpendapat bahwa penempatan TKI tahun ini kacau balau. Sehingga target pemerintah untuk menempatkan 750 ribu, dan hanya sekitar 550 ribu orang saja yang dapat diterima. Sehingga tidak terhindarkan jika devisa Negara yang mestinya dapat diterima sektar Rp 70 Trilyun berkurang sekitar 40 persen. Penurunan devisa negara disebabkan karena kurangnya kordinasi antara BNP2TKI dengan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan pemerintah terlalu banyak perhatiannya pada penempatan tenaga kerja government to government (Jawa Pos, 30 Desember 2007:3). Menteri Tenaga Kerja, daya tawar pemerintah mulai didengar pihak negara penerima. Sebagai buktinya, selain telah terjadi perbaikan MoU berkaitan dengan peningkatan gaji TKI di luar negeri dan penempatannya yang ditandatangani. Hanya saja, jaminan atas perlindungan Asuransi Kerja belum memperlihatkan penanganan yang handal. Beberapa jasa perusahaan jasa asuransi Indonesia belum mendapatkan pengakuan atau didaftar di negeri dimana TKI bekerja. Selagi penanganan TKI yang dilakukan masih sektoral, sulit bagi pemerintah atau institusi kerja untuk memperbaiki nasib TKI ke depan. Peningkatan Daya Tawar Diplomatik Atas kondisi buruk TKI di berbagai negara, khususnya Timur Tengah dan negeri Jiran seperti Malaysia dan Singapura menjadi sangat tepat untuk memerintahkan Deplu atau wakil-wakil diplomatik di negara terkait untuk membuat kebijakan khusus. Tidak saja untuk melakukan tindakan protes nota diplomatik, tetapi juga melakukan tindakan pembelaan hukum secara benar dan adil. Sesuai dengan konvensi ILO tentang hak-hak buruh yang harus diberikan bantuan hukum.

Memang buruh migran tergolong yang rentan perlindungan atas hak-hak dasarnya. Kecuali itu, Sekretaris Jenderal PBB pada bulan Desember tahun1990 telah mengadopsi Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak-Hak Buruh Pekerja Migran dan anggota keluarganya (dalam kondisi TKI punya kasus hukum mereka selain punya hak keseteraaan untuk memproses secara hukum (pasal 18), juga tidak menjadi subyek hukum yang dapat diusir dari suatu tempat (pasal 22), mereka juga memiliki hak ikut serta dalam perserikatan buruh (pasal 28) dan memperoleh jaminan sosial yang layak (pasal 28). Lambatnya proses pertolongan yang dapat dilakukan pihak wakil-wakil diplomatik RI yang ada di negara-negara tampaknya tidak dapat sepenuhnya disalahkan pada mereka. Di satu pihak, ketidak mampuan mereka memberikan pertolongan oleh karena terbatasnya kewenangan mereka terkait dengan urusan kedaulatan hukum domestik yang tidak mudah diintervensi oleh aparat pemerintah di kedutaan. Di Keduataan RI di setiap negara pada umumnya tidak memiliki SDM yang memiliki pengetahuan Hukum Ketenagakerjaan. Di pihak lain, jarak tempuh antara kantor Keduataan RI dengan tempat peristiwa terjadi terkadang tidak mudah dipantau. Hampir merata, masyarakat di negaranegara seperti timur Tengah dan juga di masyarakat Melayu tergolong masyarakat yang bergengsi Mereka sangat tertutup untuk dapat mengemukakan aib ketika ada suatu keluarga melakukan tindakan melanggar susila. Tidak sedikit kasus kesusilaan yang dilakukan anggota keluarga majikan di Timur Tengah, juga di negeri jiran, Malaysia dan juga Singapura terjadi tanpa proses hukum. Julukan Indon atau TKI/TKW, kususnya yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga hampir diidentikan dengan status budak. Sehingga perlakukan majikan yang berlebihan tidak dapat diproses secara hukum. Dalam berbagai peristiwa tragis, TKI/TKW loncat untuk melarikan diri atau bunuh diri dari lantai atas karena perlakuan majikan yang keterlaluan. Ketika majikan memperlakukan tidak manusiawi, maka ketiadaan dokumen hukum menempatkan posisi TKI terampas hak-haknya secara wajar. Seperti di Malaysia, dokumen hukum berupa Pasport milik TKI harus diserahkan kepada majikan. Lemahnya posisi hukum TKI juga tidak dapat diubah oleh karena ketentuan tersebut merupakan ketentuan dari UU yang berlaku di Malaysia. Situasi ini, tidak menutup diri mereka untuk berbuata nekad, termasuk melawan hukum. Perbaikan TKI di luar negeri tidaklah cukup dengan kesepakatan kepala negara semata, dan atau dengan membuat nota kesepahaman MoU, lebih penting dari itu adalah mengkatkan daya tawar diplomatik Indonesia di depan negara-negara tetangga. Tindakan tersebut, tidak sekedar dilakukan dengan mempersiapkan SDM sebagai TKI profesional yang mengetahi hak-hak dasarnya, melinkan juga melakukan konsolidasi dan kordinasi internal, terutama antara Menakertrans, diwakili oleh BNP2TKI, Departemen Luar Negeri dan menteri Hukum dan HAM. Jika selama ini di Keduataan Besar, atau di agen-agen Diplomatik lainnya tidak cukup berperan dalam pembelaan hak-hak TKI di luar negeri, maka sudah sepantasnya presiden SBY memikirkan pentingnya atase hukum dan HAM yang memahami secara kompehensif tentang tindakan advokasi bagi TKI di luar negeri.

Perjanjian Bilateral Khusus Berdasarkan fakta bahwa PRT merupakan aset nasional yang mendatangkan devisa negara, maka upaya pemerintah harus semakin meningkat. Upaya-upaya harus semakin konkrit, tidak berlebihan jika ada usulan PRT diganti menjadi pekerja profesional (Domestic Workers Professionalism). Penertiban agen-agen pekerja mutlak harus dilakukan. Pelanggaran dan kejahatan mafia jual beli anak dan wanita umumnya dimulai dari agen-agen perantara PM yang umumnya beroprasi di wilayah perbatasan. Perjanjian bilateral khusus PRT, dalam MoU harus semakin eksplisit. Oleh karena status hukum PRT belum merupakan konsep hukum, pemerintah RI perlu melakukan perjanjian bilateral khusus. Penandatanganan MoU oleh Pemerintah Indonesia, diwakili Departemen Luar Negeri, Duta Besar dan Departemen Tenaga Kerja, Departemen Kesra, dengan Pemerintah Malaysia, Singapura dan negaranegara Timur Tengah menjadi sangat penting dalam menetapkan obyek PRT secara eksplisit. Sebab, draft MoU yang dengan tegas menempatkan status hukum PRT dapat menjadi instrumen hukum yang mengikat negara-negara pengirim dan penerima. Menempatkan tugas dan kewenangan Duta Besar dan Konsul Jenderal khususnya Atase Perdagangan sebagai saluran diplomatik merupakan tuntutan utama. Pecantuman PRT dalam MoU tersebut menjadi sangat penting. Mereka tidak tergolong subjek hukum yang diatur dalam UU Perburuhan Malaysia, namun justru diatur secara khusus dalam MoU menjadi keniscayaan yang harus diperjuangkan oleh diplomat-diplomat RI. Dengan meningkatkan perjanjian bilateral secara khusus, perlakuan majikan di negara-negara Timur Tengah akan dapat mencegah perlakuan majikan terhadap PRT dalam sistem perbudakan. Diluar upaya pencegahan dan penanganan PM migran, perlu juga diperjuangkan institusi yang otoritatif untuk menerima pengaduan. Tidak kalah pentingnya untuk mengusulkan pembentukan Komisi HAM Regional. Institusi HAM Regional ASEAN berfungsi menyelenggarakan penegakkan HAM Regional bagi negara-negara anggota ASEAN. Termasuk hak-hak dasar dan tempat pengaduan PM. Melalui Forum Negara-negara ASEAN yang dipelopori oleh Menlu RI, dalam meningkatkan kerjasama dalam kebudayaan, ekonomi, dan keamanan merupakan momentum penting. Dengan berdirinya Institusi penegakan HAM tingkat Regional, diharapkan semua hak-hak warga negara termasuk kasus PRT dapat diselesaikan melalui institusi tersebut, disaat penyelesaian diplomatik gagal. Penulis ; Jawahir Thontowi, SH., Ph.D. http://jawahirthontowi.wordpress.com

BAB IV PENUTUP
melihat dari permasalahan yang terjadi pada kasus tenaga kerja yang berada diluar negeri sebaiknya penangananya lebih di perbaiki lagi tetapi, Perbaikan TKI di luar negeri tidaklah cukup dengan kesepakatan kepala negara semata, dan atau dengan membuat nota kesepahaman MoU, lebih penting dari itu adalah mengkatkan daya tawar diplomatik Indonesia di depan negara-negara tetangga. Tindakan tersebut, tidak sekedar dilakukan dengan mempersiapkan SDM sebagai TKI profesional yang mengetahi hak-hak dasarnya, melainkan juga melakukan konsolidasi dan kordinasi internal, terutama antara Menakertrans, diwakili oleh BNP2TKI, Departemen Luar Negeri dan menteri Hukum dan HAM dan selain dari itu peran pertanggung jawaban sangat di perlukan mungkin dengan pemerintah bias lebih memantau lagi cara perekrutan TKI dan juga pemerintah memiliki atau membuat badan yang bisa menjadikan TKI diluar negeri menjadi aman , selain itu juga para calo / oknum dari PJTKI (pengerah jasa tenaga kerja Indonesia) tidak sembarang saja menerima calon tenaga kerja munkin dengan cara penyeleksian yang lenaga kerja lebih ketat lagi seperti tida menerima calon tenaga kerja di bawah umur,calon tenaga kerja tidak pernah tersangkut masalah hukum dsb.

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

BAB II PERMASALAHAN
1.apakah solusi pemerintah untuk menangani para pekerja PT.freeport Indonesia yang menuntut kenaikan gaji?

BAB III PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai