Anda di halaman 1dari 22

1

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pelaksanaan (Actuating)

Di dalam suatu pelaksanaan terdapat suatu tindakan atau pelaksanaan dari

sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci, pelaksanaan

biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap. Secara sederhana

pelaksanaan dapat diartikan penerapan.

Actuating adalah bagian yang sangat penting dalam proses manajemen.

Berbeda dengan ketiga fungsi lain (planning, organizing dan controlling),

Actuating di anggap sebagai intisari manajemen karena secara khusus

berhubungan dengan orang-orang.

Menurut G R Terry yang mengutif dalam buku sukarna dalam buku


Principles of Management, penggerakan (actuating) ialah membangkitkan
dan mendorong semua anggota kelompok agar supaya berkehendak dan
berusaha dengan keras untuk mencapai tujuan dengan ikhlas serta serasi
dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian dari pihak pimpinan.1

Pelaksanaan/pengerakan (actuating) merupakan sebagai suatu pelaksanaan

untuk menjalankan, atau menggerakkan anggota, dan mendorong yang tidak lain

merupakan upaya mewujudkan rencana menjadi realisasi melalui berbagai

pengarahan dan motivasi supaya anggota atau karyawan tersebut dapat

melaksanakan kegiatan atau pekerjaannya secara optimal.2

1
Sukarna, Dasar-dasar Manajemen, (Jakarta: Mandar Maju, 2011)., hlm. 84
2
Ibid., hlm. 86

1
2

Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa pengarahan/pelaksanaan

(actuating) adalah salah satu tugas pemimpin organisasi untuk memberikan

motivasi, dorongan, dan memberikan keyakinan kepada bawahannya agar

bawahan tersebut bekerja secara ikhlas demi terwujudnya tujuan organisasi.

B. Ruang Lingkup Pelaksanaan (Actuating)

1. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan (Actuating)

Di dalam pelaksanaan terdapat prinsip-prinsip pelaksanaan, jika

prinsip-prinsip yang ada baik dan mengarah pada tujuan yang telah

diterapkan maka akan menghasilkan pelaksanaan yang baik pula di

dalam pelaksanaan tersebut.

Pengarahan merupakan aspek hubungan antar manusiawi dalam

kepemimpinan yang mengikat para bawahan untuk bersedia mengerti dan

menyumbangkan tenaga kerja efektif untuk mencapai tujuan. Dalam

manajemen, pengarahan ini bersifat sangat kompleks karena disamping

menyangkut manusia, juga meyangkut berbagai tingkah laku dari

manusia-manusia itu sendiri. Manusia dengan berbagai tingkah laku yang

berbeda-beda, memiliki pandangan serta pola hidup yang pila. Oleh

karena itu pengarahan yang dilakukan oleh pimpinan harus berpegang

pada beberapa prinsip yaitu:

a. Prinsip mengarah pada tujuan pokok dari pengarahan.


b. Prinsip keharmonisan dengan tujuan orang-orang bekerja untuk
dapat memenuhi kebutuhannya yang mungkin tidak mungkin sama
dengan tujuan organsasi.

2
3

c. Prinsip kesatuan komando.3


Dari penjelasan di atas dengan adanya prinsip-prinsip yang ada maka

akan mempermudah tercapainya tujuan yang sudah di terapkan dalam

pelaksanaan. Di dalam prinsip-prinsip pelaksanaan tergantung pada

pengarahannya yakni aspek hubungan antar manusiawi dalam

kepemimpinan yang mengikat para bawahan untuk bersedia mengerti dan

menyumbangkan tenaga kerja efektif untuk mempermudah mencapai

tujuan yang telah diterapkan.

2. Fungsi dan Tujuan Pelaksanaan (Actuating)

Fungsi penggerakan (actuating) merupakan bagian dari proses

pengarahan dari pimpinan kepada karyawan agar dapat mempunyai

prestasi kerja menggunakan potensi yang ada pada dirinya. Adapun

fungsi pokok penggerakan (actuating) di dalam manajemen adalah:

a. Mempengaruhi seseorang (orang-orang) supaya bersedia menjadi


pengikut
b. Menaklukan gaya tolak seseorang
c. Membuat seseorang atau orang-orang suka mengerjakan tugas
dengan lebih baik
d. Mendapatkan, memelihara dan memupuk kesetiaan pada pimpinan,
tugas daan organisasi tempat mereka bekerja
e. Menanamkan, memelihara dan memupuk rasa tanggung jawab
seseorang teerhadap Tuhan nya, Negara dan masyarakat.4
Tujuan penggerakan (actuating) dalam organisasi adalah usaha atau

tindakan dari pemimpin dalam rangka menimbulkan kemauan dan

3
Suhardi, Pengantar Manajemen dan Aplikasinya, (Yogyakarta, Gava Media, 2018).,
hlm.153
4
Andri & Endang, Pengantar Manajemen, (Yogyakarta: Mediatera, 2015)., hlm. 48

3
4

membuat bawahan tahu pekerjaannya, sehingga secara sadar

menjalankan tugasnya sesuai dengan rencana yang telah di tetapkan

sebelumnya. Adapun tujuan dari penggerakan (actuating) adalah:

a. Memberikan semangat, motivasi, inspirasi, atau dorongan sehingga


timbul kesadaran dan kemauan para petugas untuk bekerja dengan
baik.
b. Pemberiaan bimbingan lewat contoh-contoh tindakan atau teladan,
yang meliputi beberapa tindakan seperti: pengambilan keputusan,
mengadakan komunikasi agar ada bahasa yang sama antara pemimpin
dan bawahan, memilih orang-orang yang menjadi angggota kelompok,
dan memperbaiki sikap, pengetahuan, dan keterampilan bawahan
dalam pelaksanaan tugas harus diberikan dengan jelas dan tegas agar
terlaksana dengan baik dan terarah pada tujuan yang telah ditetapkan.
c. Pengarahan yang dilakukan dengan memberikan petunjuk-petunjuk
yang benar, jelas, dan tegas. Segala saran-saran dan perintah atau
intruksi kepada bawahan dalam pelaksanaan.5

Di dalam pelaksanaan sangat berperan penting juga yang namanya

fungsi dan tujuan dari pelaksanaan. Fungsi penggerakan (actuating)

yakni bagian dari proses pengarahan dari pimpinan kepada karyawan

agar dapat mempunyai prestasi kerja menggunakan potensi yang ada

pada dirinya. Sedangkan Tujuan penggerakan (actuating) dalam

organisasi adalah usaha atau tindakan dari pemimpin dalam rangka

menimbulkan kemauan dan membuat bawahan tahu pekerjaannya.

5
Ibid., hlm. 49

4
5

3. Langkah-Langkah Dalam Pelaksanaan (Actuating)

Menurut Rusli Syarif, dalam peningkatan produktivitas terpadu (PPT) ada

beberapa poin yang menjadi kunci dalam kegiatan pelaksanaan yaitu:

a. Penugasan/intruksi/komando
merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer yang
menyebabkan orang lain bertindak, yang meliputi:
1) Mengambil keputusan.
2) Mengadakan komunikasi agar ada saling pegertian antara manajer
dan bawahan.
3) Memberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan
supaya mereka bertindak.
4) Memilih orang-orang yang menjadi anggota.
5) Memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka
terampil dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b. Koordinasi/Coordinating.
Coordinating merupakan sinkronisasi yang teratur dari usaha-usaha
individu yang berhubungan dengan jumlah, waktu, dan tujuan mereka,
sehingga dapat diambil tindakan yang serempak menuju sasaran yang
telah ditetapkan.6
c. Motivasi/Motivating.
Motivating berasal dari kata latin, yaitu Mavere yang berarti pemberian
inspirasi, semangat dan dorongan . menurut Malayau S.P. motivasi
adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja
seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan
terintegrasi dengan segala daya upaya untuk mencapai tujuan.
d. Pimpin/arahan/awasi/Directing.
Directing merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan untuk
membimbing, mengarahkan, mengatur segala kegiatan yang telah di
beri tugas dalam melaksanakan sesuatu kegiatan usaha.7
Menurut Munir dan Wahyu Ilaihi di dalam proses actuating ada beberapa

langkah-langkah dalam pelaksanaan (actuating) yaitu:

a. Pemberian Motivasi
Salah satu karakteristik utama yang harus dimiliki oleh seorang
pemimpin adalah kemampuannya untuk memotivasi yang lain dalam
mencapai tujuan atau misi organisasi. Kemampuan, keterampilan
dan kecakapan karyawan sangat diperlukan dalam sebuah

6
Rusli Syarif, Peningkatan Produktivitas Terpadu, (Bandung: Angkasa, 2011)., hlm. 108
7
R. Supomo. Pengantar Manajemen, (Bandung: Yrama Widia, 2018)., hlm. 73

5
6

perusahaan tetapi yang terpenting adalah keinginan dan kemauan


untuk bekerja giat demi mencapai hasil yang optimal.
b. Pembimbingan
Proses actuating atau penggerakan anggota untuk melaksanakan
tugas-tugas yang telah dikoordinasikan pada setiap bidang
dibutuhkan suatu arahan atau bimbingan. Hal dimaksudkan untuk
membimbing para anggota yang terkait guna mencapai sasaran dan
tujuan yang telah dirumuskan.
c. Koordinasi
Penjalinan hubungan atau koordinasi dibutuhkan untuk menjamin
terwujudnya harmonisasi di dalam suatu kegiatan. Dengan menjalin
hubungan, dimana para pengurus atau anggota yang ditempatkan
dalam berbagai bidang dihubungkan satu sama lain dalam rangka
mencapai tujuan.
d. Komunikasi
Komunikasi dibutuhkan untuk timbal balik antara pimpinan dengan
para pelaksana kegiatan yang artinya kinerja komunikasi sangat
penting dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapai.8

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tercapainya suatu tujuan

bukan hanya tergantung kepada planning dan organizing yang baik, melainkan

juga tergantung kepada penggerakan dan pengawasan. Perencanaan dan

pengorganisasian hanyalah merupakan landasan yang kuat untuk adanya

penggerakan yang terarah kepada sasaran yang dituju penggerakan tanpa planning

tidak akan berjalan efektif karena dalam perencanaan itulah di tentukan tujuan,

standard, metode kerja, prosedur dan program. Serta tidak kalah penting juga

dengan langkah-langkah yang baik, jika dalam pelaksanaan tersebut terdapat

langkah-langkah yang baik maka akan mencapai tujuan dengan baik pula.

8
Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kencana Prenda Media Group,
2009)., hlm. 78

6
7

C. Kegiatan Ekstrakurikuler

1. Pengertian Kegiatan Ekstakurikuler

Di dalam kegiatan ekstrakurikuler sangat dibutuhkan adanya minat

serta bakat untuk meningkatkan kualitas pada diri masing-masing dan

untuk mengembangkan potensi dan juga kebutuhan pada peserta didik.

Berkaitan dengan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, banyak


pengertian menurut para ahli. Menurut menurut Wiyani, Kegiatan
ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan diluar jam pelajaran
yang ditunjukkan untuk membantu peserta didik, sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat dan minat mereka melalui kegiatan khusus
diselenggarakan oleh peserta didik dan atau lembaga pendidikan
yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah.9

Kegiatan ekstrakurikuler sangat membantu dalam memperluas

pengetahuan lebih memahami berbagai keterkaitan, penyaluran bakat dan

minat serta meningkatkan dan mengembangkan kualitas pada diri peserta

didik.

Senada dengan pengertian diatas, Eka Prihatin menjelaskan bahwa


kegiatan ekstakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan diluar jam
pelajaran biasanya dan pada waktu libur sekolah yang dilakukan baik
di sekolah maupun diluar sekolah dengan tujuan untuk memperluas
pengetahuan siswa, mengenal hubungan antara bebagai mata
pelajaran, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi upaya
pembinaan manusia Indonesia seutuhnya.10
Selanjutnya pengertian lain dari kegiatan ekstrakurikuler adalah

kegiatan pendidikan di luar jam pelajaran biasa yang dilakukan

disekolah/luar sekolah untuk membantu mengembangkan peserta didik

9
Noor Yanti dkk, Pelaksanaan Kegiatan Ektrakurikuler Dalam Rangka Pengembangan
Nilai-Nilai Karakter Siswa Untuk Menjadi Warga Yang Baik di SMA KORPRI Banjarmasin, Vol.
6, Nomor 11, Mei 2016. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan., hlm. 965.
10
Eka Prihatin, Manajemen Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2011)., hlm. 180

7
8

sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat mereka melalui kegiatan

secara khusus diselenggarakan oleh pendidik atau tenaga pendidikan

yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah secara

berkala dn terprogram.11 Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dengan

berbagai aktivitas yang mempunyai kaitan yang secara langsung maupun

tidak dengan kurikulum yang telah ditetapkan sekolah sehingga dengan

kegiatan ekstrakurikuler ini dapat mencapai tujuan lembaga sekolah.

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang baik dan penting

karena memberikan nilai tambah bagi para siswa dan dapat menjadi

barometer perkembangan/kemajuan sekolah yang sering diamati oleh

orang tua siswa maupun masyarakat.12 Kegiatan ekstrakurikuler

dijadikan sebagai bahan penilaian langsung oleh masyarakat pada

umumnya yang melihat dari aspek berjalannya kegiatan ekstrakurikuler

dalam mengembangkan minat dan bakat siswa.

Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian

kegiatan ekstrakurikuler adalah berbagai kegiatan yang dilakukan di luar

jam pelajaran pada umumnya biasanya dilaksanakan pada hari

tertetu/libur dengan memiliki berbagai tujuan diantaranya untuk

mengembangkan pengetahuan yang berkaitan dengan mata pelajaran

serta dapat dijadikan suatu ukuran keberhasilan/perkembangan

11
Suwardi dan Daryanto, Manajemen Peserta Didik, Cet. I, (Yogyakarta: Gaya Media,
2017)., hlm. 136
12
Ibid., hlm. 185

8
9

pendidikan sekolah yang sering di amati oleh orang tua siswa dan

masyarakat pada umumnya.

2. Tujuan dan Fungsi Kegiatan Ekstrakurikuer

Adapun fungsi dan tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler disekolah

menurut Direktorat Pendidikan Menegah Kejuruan yang di kutip oleh Eka

Prihatin, adalah:

a. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan siswa


beraspek kognitif, efektif dan psikomotorik.
b. Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan
pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif
c. Dapat mengatahui, mengenal serta membedakan antara hubungan satu
pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.13
Adapun fungsi kegiatan ekstrakurikuler yaitu:
a. Pengembangan, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai
dengan potensi, bakat dan minat mereka.
b. Sosial, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan
kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik.
c. Rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan suasana rileks, mengembirakan dan menyenangkan
bagi peserta didik untuk menunjang proses perkembangan
d. Persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan persiapan karir peserta didik.

Menurut Permendikbud RI Nomor 62 Tahun 2014 tentang kegiatan

ekstrakurikuler ayat (2) yaitu:

Kegiatan ekstrakurikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk


mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian,

13
Ibid., hlm.183

9
10

kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam rangka


mendukung pencapain tujuan pendidikan nasional.14

Dari penjelasan diatas tujuan dan fungsi yang ada diharapkan bisa

berjalan sesuai dengan apa yang sudah direncanakan dan dapat mencapai

target serta hasil yang baik, tanpa adanya tujuan dan fungsi kegiatan tidak

dapat berjalan seperti yang diharapkan.

3. Macam-Macam Kegiatan Ekstrakurikuer

Menurut Depdikbud dalam buku Suryosubroto jenis kegiatan

ekstrakurikuler yaitu:

a. Lomba Karya Ilmu Pengetahuan Remaja (LKIPR)


Adalah ajang kompetisi ilmiah, kompetisi ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan dan awasan mereka dalam menganalisis
permasalahan dalam mencari solusi yang tepat melalui penelitian ilmiah
dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Pramuka
Pramuka adalah semua anggota gerakan pramuka indonesia yang terdiri
dari berbagai tingkatan, mulai dari pramuka siaga penggalang penegak
dan pandega. Pramuka singkatan dari praja muda karana, yang artinya
rakyat muda yang suka berkarya.
c. PMR/UKS, PMR (Palang merah remaja)
Adalah wadah pembinaan dan pengembangan anggota remaja PMI,
yang selanjutnya di PMR serta bertujuan membangun dan
mengembangkan karakter kepalang merahan agar siap menjadi relawan
PMI pada masa depan. Sedangkan UKS (unit kesehatan sekolah) adalah
program pemerintah untuk meningkatkan pelayanan kesehatan,
pendidikan kesehatan dan pembinaan lingkungan sekolah sehat atau
kemampuan hidup sehat bagi warga sekolah.
d. Kesenian tradisional/modern
Adalah sebagai ciri khas budaya suatu bangsa serta sebuah unsur seni
yang menjadi bagian hidup pada masyarakat dalam sebuah
suku/bangsa/kauh/puak tertentu. Selain itu dapat juga didefinisikan
dengan sebuah karya yang memiliki nilai estetika dan keteguhan
terhadap tradisi.

14
Ibid., hlm. 965

10
11

e. Cinta alam dan lingkungan hidup


yaitu mengajak kita untuk selalu menjaga alam dan lingkungan tempat
kita berpijak yaitu bumi.
f. Jurnalistik mempunyai arti catatan harian atau catatan mengenai
kejadian sehari-hari, dapat juga diartikan sebagai surat kabar.15

Dari berbagai penjelasan mengenai macam-macam kegiatan

ekstrakurikuler maka akan menambah wawasan, pengetahuan, ilmu serta banyak

lagi yang dapat menambah kualitas yang ada pada diri kita.

D. Tahfidz Juz Amma

1. Pengertian Tahfidz Juz Amma

Kata hafalan berasal dari arti hafal bahasa arab yang artinya memelihara,

menjaga dan menghafal. Tahfidz (hafalan) secara bahasa (etimologi) adalah

lawan dari lupa, yaitu ingat dan sekiti lupa. Dalam kamus besar bahasa

indonesia disebutkan bahwa kata lafal berarti “telah masuk ingatan (tentang

pelajaran) dan dapat mengucapkan kembali diluar kepala (tanpa melihat

buku). Menghafal (kata keja) berarti berusaha meresapkan kedalam pikiran

agar selalu ingat.”

Tahfidz adalah proses menghafal sesuatu kedalam ingatan sehingga dapat

diucapkan diluar kepala dengan metode tertentu. Sedangkan Juz Amma

adalah juz ke-30 atau terakhir dari kitab suci al-Qur’an. Ciri utama surah

15
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah. (Jakarta: Rineka Cipta, 2009).,
hlm. 290

11
12

surahnya adalah singkat-singkat terdiri dari 37 surat-surat pendek 564 ayat,

berurutan dari surat An-Naba hingga surat An-Nas.16

2. Hukum Menghafal Al-Qur’an/Juz Amma

Para Ulama dan Abdul Abas Ahmad bin Muhammad Al-jurjani, berkata

dalam kitab al-Shafi’i bahwa hukum menghafal mengikuti nabi Muhammad

SAW adalah fardu kifayah. Dalam arti bahwa umat islam harus ada (bahkan

harus banyak) yang hafal mengikuti nabi Muhammad SAW untuk menjaga

mutawatir. Apabila hal ini tidak dilakukan maka seluruh umat islam ikut

menanggung dosa.

Pada kitab al-burhan fi Ulum Al-Qur’an Iman Badrudin Muhammad bin

Abdullahal-Zarkashi menyatakan bahwa menghafal al-Qur’an hukumnya

fardu kifayah, fardu kifayah sebagaimana yang di maksud para ulama yaitu

apabila suatu pekerjaan atau suatu wilayah tidak ada yang mengerjakan maka

semua orang yang berada di wilayah tersebut akan berdosa semua. Karena

tidak melaksanakan perbuatan tersebut. Sedangkan menghafal sebagian al-

Qur’an seperti Al-Fatihah, atau lainnya adalah fardu ’ayn. Hal ini

mengingatkan tidaklah seseorang sholat tanpa membaca Al-Fatihah. 17

16
Ali Muhsin dan Zainul Arifin, Pengaruh Hafalan Juz Amma di Madrasah Diniyah
Taffaquh Fiddin Darul Ulum Terhadap Hasil Belajar Al-Qur’an dan Hadis di MTsN Rejoso
Peterongan 1, Vol. 1, No.2, Desember 2017, Jurnal pendidikan islam., hlm. 279
17
Ibid., hlm. 280

12
13

3. Faidah-Faidah Bagi Penghafal Al-Qur’an/Juz Amma

Ada beberapa faidah yang didapatkan oleh para penghafal al-Qur’an,

diantara faidah-faidah tersebut, sebagai berikut:18

a. Allah swt mencintai para penghafal al-qur’an

Rasulullah SAW bersabda “Sesunguhnya Allah ta’ala memiliki

ahli-ahli dari golongan manusia, lalu ditanyakan siapakah ahli Allah

dari mereka ? “beliau menjawab, “yaitu ahlul Qur’an (orang-orang

yang hafal al-Qur’an dan mengamalkannya), mereka adalah ahli

Allah (wali-wali Allah) dan memiliki kedudukan khusus di sisi-Nya.”

(HR. Ahmad dalam musnadnya dengan sanad yang hasan).

Para ahli Allah adalah golongan manusia yang paling dicintai

Allah SWT. Allah mencintai mereka karena mencintai kalam-Nya,

senantiasa menyertai dan membacanya pada siang dan malam hari

serta mereka menghafalkannya dalam dada mereka.

b. Allah SWT menolong para penghafal al-Qur’an

Sesunguhnya Allah SWT bersama para penghafal al-Qur’an. Dia

senantiasa mengulurkan bantuan dan pertolongan kepada mereka.

c. Al-Qur’an memacu semangat dan membuat lebih giat beraktivitas

Al-Qur’an merupakan kitab yang indah. Setiap kali orang muslim

membacanya, niscaya akan bertambah semangat. Ketika sholat dia, dia

termasuk di antara orang-orang yang paling dahulu masuk masjid.

d. Allah SWT memberkahi para penghafal al-Qur’an

18
Yahya Abdul Fattah Az-Zawawi, Revolusi menghafal Al-Qur’an, (Surakarta: Insan
Kamil, 2011)., hlm. 31-39

13
14

Sesunguhnya Allah SWT memberkahi setiap waktu dan keperluan

para penghafal al-Qur’an. Ketika mereka sibuk dengan al-Qur’an siang

dan malam hari, Allah SWT akan memberkahi waktu demi waktu yang

mereka lalui, meskipun mereka sibuk dengan menghafal, membaca,

dan murajaah (mengulang) al-Qur’an.

e. Selalu menemani al-Qur’an merupakan salah satu sebab mendapat

pemahaman yang benar

Sesunguhnya al-Qur’an adalah kitab Allah SWT. Setiap kali orang

muslim membacanya, mencintai dan menghafalkannya maka Allah

SWT akan mengarunikan kepadanya pemahaman yang benar.

f. Doa ahli al-Qur’an (orang yang hafal al-Qur’an) tidak tertolak

Seorang yang banyak berzikir kepada Allah SWT tidak tertolak,

sedang orang-orang yang hafal al-Qur’an, mereka adalah orang yang

paling banyak berzikir kepada Allah.

g. Orang yang hafal al-Qur’an adalah orang yang memiliki perkataan

baik

Perkataan Rasulullah SAW memiliki pengaruh yang besar dalam

hati, perkataan yang menggugah semangat (motivasi), indah dan

menarik. Itu semua karena akhlak beliau adalah al-Qur’an.

14
15

4. Syarat-Syarat Bagi Penghafal Al-Qur’an/Juz Amma

Syarat- syarat yang ada harus dimiliki oleh seorang calon penghafal al-

Qur’an yang berhubungan dengan naluri insaniyah semata yaitu:19

a. Niat yang ikhlas

Niat yang ihlas dan matang sangat diperlukan bagi seorang calon

penghafal al-Qur’an, sebab jika sudah ada niat tersebut berarti sudah

ada niat dan kemauan yang tertanam dalam hati maka kesulitan

apapun dapat dilalui dan ditangulangi.

b. Menjauhi sifat mazmumah

Sifat mazmumah adalah suatu sifat tercela yang harus dijauhi oleh

setiap muslim,, terutama dalam menghafal al-Qur’an. Karena al-

Qur’an adalah kitab suci umat islam yang tidak boleh dinodai oleh

siapapun dan oleh apapun. Contoh sifat tercela tersebut adalah

khianat, pemarah, iri hati, membicarakan aib orang, dusta berbohong,

riyah, takabur, sombong dan lain sebagainya.

c. Izin dari orang tua/wali/suami bagi wanita yang sudah menikah

Izin dari mereka merupakan menentukan keberhasilan dalam

menghafal al-Qur’an. Karena jika tidak ada kerelaan dari mereka akan

membawah pengaruh batin yang kuat sehingga menghafal menjadi

bambang dan kacau pikirannya. Seorang penghafal harus memiliki

kelonggaran dan kebebasan waktu sehingga ia merasa bebas dari

19
Ibid., hlm. 280-282

15
16

tekanan yang menyesakkan dadanya. Dari pengertian orang

tua/wali/suami maka proses menghafal menjadi lancar.

d. Memiliki keteguhan dan kesabaran

Dalam menghafal al-Qur’an akan banyak sekali ditemui berbagai

macam kendala, mungkin jenuh, mungkin gangguan lingkungan

sekitar yang bising dan gaduh, mungkin juga menghadapi ayat-ayat al-

Qur’an yang sulit dihafal dan lain sebagainya. Untuk itu perlu adanya

keteguhan dan kesabaran dalam hati untuk menghafal al-Qur’an.

e. Istiqamah

Yang dimaksud istiqamah adalah konsisten terhadap hafalannya,

senantiasa menjaga efisiensi waktu, seroang penghafal al-Qur’an akan

menghargai waktu dimanapun dan kapanpun saja waktu luang.20

4. Metode Meghafal Al-Qur’an/Juz Amma

Banyak sekali metode-metode yang dikembangkan untuk mencari

alternatif dalam menghafal al-Qur’an dan bisa memberikan bantuan dalam

kepayahannya menghafal al-Qur’an metode-metode21 tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Metode Wahdah

Metode wahdah yaitu menghafal al-Qur’an satu persatu ayat-ayat

yang hendak dihafal. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat biasa

dibaca sebanyak sepuluh kali atau lebih. Sehingga mampu membentuk

20
Ibid., hlm. 282
21
Ibid., hlm. 282-283

16
17

pola bayangan. Setelah benar-benar lancar barulah diteruskan ke ayat

selanjutnya dengan cara yang sama.

b. Metode Khitabah

Khitabah artinya menulis. Penghafal terlebih dahulu menulis ayat-ayat

yang akan dihafalnya pada secarik kertas. Kemudian ayat tersebut

dibaca hingga lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalnya.

Menghafalnya bisa dengan metode wahdah menulisnya sehingga ia

dapat sambil memperhatikan dan sambil menghafalnya dalam hati.

c. Metode Sima’i

Sima’i artinya mendengar, yaitu mendengarkan suatu bacaan untuk

dihafalkan. Metode ini sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai

daya ingat yang ekstra. Terutama bagi penghafal tuna netra atau anak-

anak yang masih kecil yang belum mengenal baca tulis al-Qur’an

(BTA). Metode ini dilakukan dengan dua alternatif: mendengarkan

dari guru yang membimbingnya terutama bagi tuna netra atau anak-

anak, atau merekam terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafal sesuai

dengan kebutuhan dan kemampuannya.

d. Metode Gabungan

Metode ini adalah gabungan metode wahdah dan khitabah yakni

penghafal menghafalkan ayat-ayat sampai hafal betul. Kemudian

setelah selesai menghafal mencoba menuliskan ayat tersebut di kertas.

Jika ia mampu memproduksi kembali ayat-ayat tersebut dalam tulisan

berarti ia bisa melanjutkan ayat seterusnya.

17
18

e. Metode Jamak

Adalah cara menghafal yang dilakukan secara kolektif atau bersama-

sama dipimpin oleh seorang instruktur. Pertama instruktur

membacakan ayat satu ayat atau beberapa ayat dan siswa bisa

menirukan secara bersama-sama.

Sedangkan metode menghafal al-Qur’an ada dua macam yaitu:

a. Metode Tahfidz

Ia adalah menhgafal materi baru yang belum pernah dihafal dan

diperdengarkan kepada guru. Metode ini dipakai setiap kali

bimbingan. Siswa harus mendengarkan hafalannya kepada guru,

kemudian guru membacakan materi baru kepada siswa atau siswa

membaca semdiri dihadapan guru dengan melihat al-Qur’an yang

kemudian dihafalkan dengan pengarahan guru.22

b. Metode Takriri

Ia adalah mengulangi materi hafalan yang sudah diperdengarkan

kepada guru pelaksanaan metode ini adalah setiap kali masuk. Siswa

memperdengarkan hafalan ulang kepada guru dan guru tidak memberi

materi baru kepadaa siswa. Sedangkan guru hanya mentashih hafalan

dan bacaan yang kurang benar.23

Pada dasarnya metode di atas baik sekali untuk dijadikan pedoman

menghafal al-Qur’an, baik salah satu diantaranya atau dipakai semua sebagai

22
Muhaimin Zen, Tata Cara Atau Problematika Menghafal Al-Qur’an, (Yogyakarta:
Angkasa, 2011)., hlm. 249
23
Ibid., hlm. 250

18
19

alternatif atau selingan darimengerjakan pekerjaaan yang berkesan monoton,

sehingga demikian akan menghilangkan kejenuhan dalam proses menghafal

al-Qur’an.

5. Faktor Pendukung dan Penghambat Menghafal Al-Qur’an/Juz Amma

a. Faktor Pendukung

Ada beberapa faktor yang mendukung dalam proses menghafal al-

Qur’an diantaranya sebagai berikut:24

1) Faktor kesehatan

Kesehatan adalah faktor yang sangat penting bagi setiap

orang. Jika tubuh sehat dalam kegiatan apapun akan lebih mudah

dan cepat tanpa adanya hambatan, dan batas waktu menghafal akan

jadi lebih cepat.

2) Faktor psikologis

Kesehatan yang diperlukan orang tidak hanya dari lahiriah

namun juga dari kesehatan psikologis. Sebab, jika secara

psikologis terganggu, maka akan sangat menghambat dalam hal

apapun, misalnya meghafal. Orang yang menghafal membutuhkan

ketenangan jiwa baik dari segi pikirian maupun hati. Bila banyak

sesuatu yang dipikirkan akan mempersulit dan menjadi tidak

tenang dalam menghafal.

3) Faktor kecerdasan

24
Wiwi Alawiyah Wahid, Panduan Menghafal Al-Qur’an super kilat, (Yogyakarta:
DIVA Press, 2015.)., hlm. 239-142

19
20

Setiap orang mempunyai kecerdasan yang berbeda-beda.

Sehingga cukup mempegaruhi terhadap proses hafalan yang

dijalani. Meskipun demikian, bukan berarti kurangnya kecerdasan

menjadi alasan untuk tidak semangat dalam menghafalkan al-

Qur’an.

4) Faktor motivasi

Orang yang menghfalkan al-Qur’an, pastinya sangat

membutuhkan motivasi dari orang-orang terdekat, kedua orang tua,

keluarga, sanak kerabat. Dengan adanya motivasi, ia akan lebih

semangat dalam menghafal al-Qur’an.

5) Faktor usia

Usia bisa menjadi salah satu faktor penghambat bagi orang

yang hendak menghafalkan al-Qur’an. Jika usia penghafal sudah

memasuki masa-masa dewasa atau berumur, maka akan banyak

kesulitan. Selain itu otak orang dewasa tidak sejernih otak orang

yang masih muda, dan sudah banyak memikirkan hal-hal lain.

Menurut Raghib As-Sirjani, ada beberapa faktor pendukung

lainnya dalam menghafal al-Qur’an, yaitu:25

a) Membuat perencanaan yang jelas


b) Bergabung dalam sebuah kelompok penghafal al-Qur’an
c) Membawa al-Qur’an kecil dalam saku
d) Mendengarkn bacaan imam sholat baik-baik
e) Mulai dari juz-juz al-Qur’an yang mudah dihafal

25
Raghib As-Sirjani, Cara Cerdas Hafal Al-Qur’an, (Solo: AQWAM, 2007)., hlm. 85

20
21

f) Gunakan satu mushaf al-Qur’an dalam menghafal


g) Membagi-bagi yang panjang
h) Memperhatikan ayat-ayat mustayabihat
i) Mengikuti perlombaan menghafal al-Qur’an

b. Faktor Penghambat

1) Malas, tidak sabar, dan berputus asa

Malas adalah kesalahan jamak dan sering terjadi. Tidak

terkecuali dalam menghafal al-Qur’an. Karena setiap hari kita

bergelut dengan rutinitas yang sama, tidak aneh jika seseorang

dilanda kebosanan. Walaupun al-Qur’an adalah kalam yang tidak

menimbulkan kebosanan dalam membaca dan mendengarkannya,

tetapi bagi sebagian orang yang belum merasakan nikmatnya al-

Qur’an, hal ini sering terjadi. Rasa bosan ini akan menimbulkan

kemalasan dalam diri untuk menghafal al-Qur’an atau muraja’ah

al-Qur’an.

Dalam bahasan diatas dapat disimpulkan malas adalah hal

yang wajar namun kita harus bisa mengontrol dan mengatur diri

kita untuk tidak mengikuti rasa malas itu sehingga kita bisa

terhindar dari ketidaksabaran serta tidak mudah putuas asa.

2) Tidak bisa mengatur waktu

Masalah ini telah banyak dibahas oleh para ahli, tetapi masih

banyak yang melalaikannya. Oleh karena itu, kita harus selalu

ingat akan hal ini. Selayaknya kita ingat akan ajaran al-Qur’an dan

sunnah nabi yang mengajari kita dalam hal mengatur waktu dan

21
22

memanfaatkannya sebaik-baiknya. Kesibukan itu pasti ada tapi

yang terpenting adalah bagaimana seseorang bisa mengatur waktu

sehingga semua kewajibannya bisa dilaksanakan.

3) Sering lupa

Lupa adalah sifat yang biasa pada diri manusia. Maka dari itu

janganlah kita terlalu mempermasalahkan hal tersebut. Hal

terpenting adalah bagaimana kita bisa menjaga dan membuat

hafalan kita yang hilang itu bisa kembali hafal lagi, yaitu dengan

rajin-rajin muraja’ah dan juga berintrospeksi diri untuk melihat

kesalahan apa serta hal apa yang perlu kita lakukan demi hafalan

kita terjaga dengan baik.

4) Goyangnya rasa percaya diri

Rasa takut dan kebimbangan bersekutu dan membentuk sebuah

kekuatan yang mengekang kemajuan melalui ilustrasi negatif. Oleh

karena itu kita harus membuang rasa takut, sehingga rasa takut

akan hilang dan tidak mengerogoti potensi kita. Faktor penghambat

dalam menghafal al-Qur’an akan selalu ada, maka yang paling

utama adalah kita dapat mengontrol diri agar tidak terlena dan

hilang rasa semangat dalam mengulang dan menghafal al-Qur’an.26

26
Abdullah Al-Mulham, Menjadi Hafidz Al-Qur’an dengan Otak Kanan, (Jakarta:
Pustaka Ikadi, 2013)., hlm. 144

22

Anda mungkin juga menyukai