Anda di halaman 1dari 7

Post Partum Blues: Pentingnya Dukungan Sosial Dan Kepuasan

Pernikahan Pada Ibu Primipara


Dila Oktaputrining, Susandi C., Suroso Suroso
Magister Profesi Psikologi,
Universitas 17 Agustus 1945, Surabaya
Email : dilaocs@gmail.com

Abstract.
The aim of this research to prove empirically whether there is (1) the relationship of social
support and marital satisfaction with post partum blues, (2) social support with post
partum blues, (3) marital satisfaction with post partum blues. The subjects of this study
were women aged 18-35 years and newly gave birth to the first child in healthy condition
in the district of Madiun with the age of 3-14 days old baby which amounted to 35
primiparous moms. Data collection for postpartum blues tendencies, social support, and
marital satisfaction in primiparous moms using the EPDS (Edinburgh Postnatal
Depression Scale) scale, the scale of social support and the third marriage satisfaction
scale of this scale have been tested for its validity and reliability. Sampling technique in
this research with saturated sampling technique. Data analysis method was done by using
multiple regression analysis technique which resulted from data analysis known (1) there
is relationship between social support and marriage satisfaction with post partum blues, F
= 9,319; (p) = 0,001 (p <0,01) (2) there is no correlation between social support with post
partum blue, t = 0,126 (p) = 0,901 (p> 0,05) (3) there is negative relation between
marriage satisfaction with post partum blues, t = -2.755 (p) = 0.010 (p <0.05).
Keyword: Marriage Satisfaction, Post Partum Blues, Social Support.

PENDAHULUAN Pada kelahiran pertama-nya


Melahirkan adalah proses seorang primipara mengalami perubahan
pengeluaran janin yang terjadi pada kondisi dimana perubahan peran dan
kehamilan dalam 37-42 minggu dan bertambahnya tanggung jawab yang
berlangsung selama 18 jam tanpa harus dilaksanakan di dalam
komplikasi dari ibu maupun janin (Rohan keluarganya. Dibutuhkan adanya
& Siyoto, 2013). Sebagian besar kaum penyesuaian diri dalam menghadapi
wanita menganggap bahwa kehamilan peran dan aktifitas baru sebagai seorang
adalah peristiwa kodrati yang harus ibu terutama pada minggu-minggu
dilalui tetapi sebagian wanita pertama setelah primipara melahirkan
menganggap sebagai peristiwa khusus anak. Primipara yang berhasil dalam
yang sangat menentukan kehidupan menyesuaikan diri dengan peran dan
selanjutnya (Iskandar, 2007). aktivitas barunya akan bersemangat
Kelahiran akan membawa mengasuh bayinya, namun sebagian
perubahan yang sangat besar bagi primipara yang kurang berhasil
seorang wanita, disamping perubahan menyesuaikan diri dengan baik akan
fisik juga terjadi perubahan pada kondisi mengalami perubahan emosi (Dahro,
psikis. Perubahan ini terlihat jelas pada 2012).
ibu yang telah melahirkan seorang anak Perubahan emosi yang terjadi
untuk pertama kalinya dengan kondisi seperti mengalami kesedihan atau
lengkap dan sehat di dunia yang biasa kemurungan, mudah cemas tanpa sebab,
dikenal dengan sebutan ibu primipara menangis tanpa sebab, tidak sabar, tidak
(Verney, 2006). percaya diri, sensitif atau mudah
tersinggung, serta merasa kurang
152

menyayangi bayinya. Perasaan-perasaan demikian gejala tersebut dapat hilang


ini biasanya muncul sementara waktu, secara perlahan karena proses adaptasi
yaitu sekitar dua hari hingga dua minggu yang baik serta dukungan dari keluarga
sejak kelahiran bayi atau biasa disebut yang cukup (Munawaroh, 2008).
dengan post partum blues. Masyarakat Penelitian yang telah dilakukan
umum menyebutnya dengan baby blues Jeli (2015) menunjukkan 70% primipara
atau maternity blues (Dahro, 2012). yang kurang memiliki dukungan sosial,
Hutagol (2010) menje-laskan post baik dalam bentuk dukungan emosional,
partum blues merupakan sindrom informasi, instrumental, penghargaan
gangguan mood ringan yang sering tidak dari suami, keluarga, tetangga, maupun
dipedulikan oleh ibu postpartum, tenaga kesehatan akan mengalami post
keluarganya atau petugas kesehatan. partum syndrome. Hal ini menunjukkan
Seringkali post partum blues betapa penting-nya dukungan sosial yang
berkembang menjadi depresi bahkan diberikan kepada ibu primipara untuk
psikosis, yang dapat berdampak buruk mengurangi dampak dari munculnya post
pada ibu yang mengalami masalah partum syndrome.
hubungan perkawinan dengan suami dan Suami merupakan du-kungan
perkembangan anaknya. pertama dan utama dalam memberikan
Seorang ibu yang mengalami dukungan sosial kepada istri sebelum
depresi karena post partum blues dapat pihak lain yang memberikan. Hal ini
memberikan dampak negatif pada anak karena suami adalah orang pertama yang
jika tidak segera ditangani. Dampak yang menyadari adanya perubahan fisik dan
muncul dari anak diantaranya muncul psikis diri pasangannya. Kepuasan dalam
masalah perilaku seperti masalah tidur, hubungan suami istri terhadap kebutuhan
tantrum, agresi dan hiperaktif, kemudian pasangannya terutama suami kepada istri
terganggunya perkembangan kognitif dapat membantu mempercepat
anak seperti lambat bicara dan berjalan penyesuaian diri terhadap peran barunya
dari usia anak pada umumnya serta sebagai ibu. Besarnya manfaat yang
mengalami kesulitan dalam belajar dirasakan individu terhadap hubungan
disekolah. Dampak yang lain untuk anak pernikahannya dan berpengaruh positif
adalah anak sulit bersosialisasi, sulit terhadap kesehatan psikologis inilah
beteman, dan cenderung bertindak kasar. yang dinamakan sebagai kepuasan
Dampak selan-jutnya muncul masalah pernikahan (Baumeisher, 2007).
emosional seperti merasa cemas dan Shirjang (2013) mengatakan
takut, lebih pasif, dan kurang independen bahwa wanita yang memiliki kepuasan
(Ariesta, 2015). dalam pernikahannya cenderung
Dampak-dampak yang akan memiliki tingkat depresi pasca kelahiran
muncul inilah menjadikan post partum yang rendah dikarenakan adanya
blues menjadi topik yang tidak henti- keharmonisan dan kemampuan
hentinya untuk diteliti. Angka kejadian komunikasi yang baik serta adanya saling
post partum blues di Asia cukup tinggi menghargai dan mengasihi sehingga para
dan sangat bervariasi antara 26-85%, suami mampu untuk memahami kondisi
sedangkan di Indonesia angka kejadian psikologis dari istri, terlebih pada
postpartum blues antara 50-70% dari seorang istri yang baru pertama
wanita pasca persalinan. Di Belanda melahirkan dengan kondisi bayi hidup
tahun 2001 diperkirakan 2-10% ibu dan sehat (primipara).
melahirkan mengidap gangguan ini. Secara keseluruhan dukungan
Diperkirakan 50-70% ibu melahirkan sosial dan kepuasan pernikahan menjadi
menunjukkan gejala-gejala awal faktor terpenting dalam munculnya post
kemunculan post partum blues, walau partum blues pada ibu primipara.

ISSN cetak : 1411-6073


ISSN online : 2579-6321 Psikodimensia, Vol. 16; No. 2, Tahun 2017
153

Penelitian ini bertujuan untuk paling bawah mendaptkan nilai 0. Nilai


membuktikan secara empiris, hubungan maksimal dari skala ini adalah 30.
antara dukungan sosial dan kepuasan Apabila nilai yang didapat lebih dari 8
pernikahan dengan kecenderungan post maka kemungkinan ibu mengalami post
partum blues. Diperkirakan bahwa partum blues.
dukungan sosial dan kepuasan Skala dukungan sosial yang
pernikahan mampu menurunkan digunakan dalam peneli-tian ini disusun
terjadinya post partum blues pada ibu berdasarkan aspek-aspek dari Cohen
primipara. (2000) yaitu dukungan emosional,
dukungan penghargaan, dukungan
METODE instrumental dan dukungan informasi.
Subjek yang digunakan dalam Kemudian dari aspek-aspek tersebut
penelitian ini adalah semua wanita yang digunakan sebagai dasar penyusunan
berusia 18-35 tahun dan telah melahiran aitem skala dukungan sosial yang terdiri
anak pertama dalam kondisi mampu dari 31 aitem dengan 16 aitem pernyataan
bertahan hidup didunia (primipara) di favorable dan 15 aitem unfavorable.
wilayah kabupaten Madiun dengan usia Skala dalam penelitian ini menggunakan
bayi 3-14 hari berjumlah 35 ibu tipe skala likert dengan 4 kategori respon
primipara. Subjek didapat dari 4 yang terdiri dari sangat sesuai (SS),
puskesmas dan 1 rumah sakit bersalin di sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat
daerah kabupaten Madiun dengan rincian tidak sesuai (STS). Skor aitem bergerak
jumlah subjek dari tiap-tiap puskesmas dari 1 sampai 4. Kriteria pemilihan aitem
yaitu R.S Bersalin Al-Hasanah 3 subjek, berdasarkan korelasi aitem total
Puskermas Mojopurno 10 subjek, menggunakan batasan (rix) ≥ 0,3
Puskesmas Wungu 8 subjek, Puskesmas sehingga didapat daya beda aitem yang
Dagangan 8 subjek, Puskesmas bergerak dari 0,309 sampai 0,806 dengan
Kebonsari 6 subjek. koefisien reliabilitas (rx) = 0,918.
Alat ukur Post Partum Blues yang Skala untuk kepuasan pernikahan
diberikan kepada ibu primipara adalah disusun berdasar-kan teori aspek
skala Edinburgh Postnatal Depression kepuasan pernikahan dari Yusnidar
Scale (EPDS) yang mana apabila (2015) diantaranya ada aspek keintiman,
mendapatkan skor 8-12 pada skala EPDS keselarasan, kehidupan seksual, resolusi
maka ibu primipara mengalami konflik, dan religiusitas. Kelima aspek
kecenderungan post partum blues. Skala tersebut kemudian dikembangkan
EPDS ini diadaptasi dari Gondo (2010) menjadi 30 aitem, terdiri dari 18 aitem
mengacu pada aspek-aspek ciri dari favorable dan 12 aitem unfavorable.
depresi menurut DSM-V diantaranya Mengguna-kan skala likert dengan 4
aspek emosional, aspek motivasi, aspek kategori pilihan. Indeks daya beda aitem
motorik, dan aspek kognitif. Skala ini yang dihasilkan bergerak dari 0,368
telah teruji secara validitas dengan nilai sampai 0,815 dengan (rx) 0,933.
koefisien korelasinya sebesar 0,361 Pengujian hipotesis dilakukan
sampai 0,463 dan reliabilitasnya (rx)= dengan mengguna-kan teknik analisis
0,861. Cara penilaian dari EPDS untuk regresi ganda. Syarat yang harus
pertanyaan nomer 1, 2, dan 4 mendapat dipenuhi untuk menggunakan analisis
nilai 0,1,2, atau dengan kotak paling atas regresi, terlebih dahulu dilaksanakan uji
mendapatkan nilai 0 dan kotak paling asumsi yang distribusi hasil datanya
bawah mendapatkan nilai 3. Pertanyaan berkategori normal, hubungan antar
nomer 3,5 sampai 10 merupakan variabel yang diukur bersifat linier serta
penilaian terbalik, dengan kotak paling tidak memiliki korelasi antar variabel
atas mendapatkan nilai 3 dan kotak bebas (multikolinier).

ISSN cetak : 1411-6073


ISSN online : 2579-6321 Psikodimensia, Vol. 16; No. 2, Tahun 2017
154

akan meminimalisir dampak dari


HASIL munculnya gejala post partum blues. Hal
Hasil perolehan uji asumsi dan uji ini sesuai dengan penelitian yang
regresi yang telah diproses dengan dilakukan oleh Nurbaeti (2002) bahwa
menggunakan aplikasi SPSS ( Statistical dukungan sosial dan kepuasan
Pruduct and Service Solution) 17.0 for pernikahan memiliki hubungan yang
windows yaitu didapatkan bahwa hasil uji bermakna dengan post partum blues
normalitas dengan meng-gunakan teknik dengan nilai signifikan (p < 0,01)
Kolmogorov-Smirnov, data penelitian ini sedangkan kepuasan perkawinan bernilai
memenuhi distribusi normal (p>0,05). (p=0,001, F=5,85). Nurbaeti (2002)
Hubungan antara variabel yang diukur menjelaskan bahwa ketika dukungan
dengan test for linearity menunjukkan sosial dan kepuasan pernikahan mampu
semua variabel independen berkorelasi diterima dengan layak oleh seorang
linier dengan variabel dependen istri/ibu maka istri mampu untuk
(p<0,05). Sedangkan untuk uji mengatasi kesedihan dan kelelahan
multikolinier ditemukan bahwa antar akibat proses melahirkan baik dengan
variabel bebas tidak multikolinier. operasi maupun dengan normal.
Hasil dari analisis regresi ganda Dukungan sosial memiliki nilai
berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa yang positif namun tidak signifikan pada
antara dukungan sosial dan kepuasaan post partum blues, hal ini disebabkan
pernikahan dengan kecenderungan post dukungan suami tidak menjadi indikator
partum blues diperoleh nilai F sebesar dari dukungan sosial, sementara
9,319; (p) = 0,001 (p<0,01) yang berarti dukungan yang paling diharapkan oleh
ada hubungan yang sangat signifikan ibu primipara adalah dukungan yang
antara dukungan sosial dan kepuasan berasal dari suami. Sylvia (2006)
pernikahan dengan kecenderungan post menjelaskan bahwa perhatian dari
partum blues. Dukungan sosial dengan lingkungan terdekat seperti suami dan
kecenderungan post partum blues keluarga dapat berpengaruh terhadap
ditemukan nilai t sebesar 0,126 dan terjadinya syndrome post partum blues.
korelasi parsial = 0,022 dengan Dukungan yang diberikan berupa
signifikansi 0,901 (p>0,05) artinya ada perhatian, komunikasi dan hubungan
hubungan positif yang tidak signifikan emosional yang hangat sangat penting
antara dukungan sosial dengan untuk mengurangi gejala munculnya post
kecenderungan post partum blues. partum blues. Dorongan moral dari
Sedangkan untuk kepuasaan pernikahan teman-teman yang sudah pernah bersalin
dengan kecenderungan post partum blues juga dapat membantu memulihkan rasa
ditemukan nilai t sebesar -2,755 dan sakit yang diderita oleh ibu primipara
korelasi parsial = -0,438 dengan pasca melahirkan.
signifikansi 0,010 (p<0,05) artinya ada Menurut Shirjang dkk (2013)
hubungan negatif antara kepuasan kepuasan pernikahan menjadi faktor
pernikahan dengan post partum blues. utama dalam membantu seorang ibu
melewati proses adaptasi dalam proses
DISKUSI pasca melahirkan. Seorang suami yang
Hasil penelitian ini secara umum memberikan perhatiannya dengan
telah menjawab permasalahan sebelum- membantu merawat bayi, memandikan,
nya bahwa apakah ada hubungan antara dll serta ikut bangun dimalam hari
dukungan sosial dan kepuasan mampu membantu pencegahan dari
pernikahan dengan post partum blues. timbulnya gejala post partum blues.
Semakin adanya dukungan sosial dan Pada penelitian ini 51% responden
kepuasaan yang selalu diberikan maka mengalami post partum blues dengan

ISSN cetak : 1411-6073


ISSN online : 2579-6321 Psikodimensia, Vol. 16; No. 2, Tahun 2017
155

dukungan sosial tinggi. Serupa dengan dilakukan oleh Fatimah (2009)


penelitian yang dilakukan Fitriana (2015) memperkuat hasil dari penelitian ini
bahwa hasil penelitiannya terkait dengan bahwa kepuasan pernikahan yang
dukungan sosial dan post partum blues ditunjukkan terhadap perilaku suami
yaitu mayoritas 35% responden yang sering membantu istri dalam
penelitiannya yang mendapatkan merawat bayi, menemani istri menyusui,
dukungan sosial tinggi mengalami post membantu mengangkat bayi ke tempat
partum blues. Hal ini disebabkan karena tidur, mengganti popok, mencuci pakaian
sebagian responden kurang mendapatkan bayi dan istri yang kotor dll sangat
dukungan sosial yang berasal dari membantu untuk terciptanya suasana
suaminya sehingga ibu yang baru positif ketika istri merasakan hari-hari
melahirkan masih rentan mengalami post melelahkan pada awal pasca melahirkan.
partum blues walaupun dukungan sosial Oleh sebab itu sikap positif dari pasangan
dari berbagai kalangan yang diterimanya akan memberikan kekuatan tersendiri
tergolong tinggi. bagi ibu pasca melahirkan terutama pada
Hasil wawancara yang telah kelahiran anak pertama.
dilakukan oleh peneliti terhadap Sari (2015) mengatakan dukungan
beberapa responden yang mengalami suami yang terwujud dalam kepuasan
post partum blues dengan dukungan pernikahan ditunjukkan dengan suami
sosial tinggi yaitu subjek mengaku memberikan dukungan finansial maupun
bahwa perhatian dari keluarga terutama nonfinansial mampu mempengaruhi
berasal dari ibu yang terlalu berlebihan kondisi dari seorang ibu pasca
membuat subjek merasa makin tertekan melahirkan. Hal ini dikarenakan sifat
dan tidak nyaman untuk bisa merawat suami yang penyanyang dan penyabar
bayinya sendiri sehingga subjek merasa serta mampu memenuhi kebutuhan istri,
bahwa peran dalam mengasuh bayinya membuat istri merasa tidak sendiri dalam
kurang. Sedangkan rata-rata responden mengurus bayi, sehingga muncul
mengaku bahwa suaminya bekerja keluar perasaan dicintai dan dihargai dari dalam
negeri ada beberapa yang keluar pulau istri.
dan keluar kota sehingga intensitas Marmer (2016) suami adalah
bertemu dengan suami hanya setiap sosok yang memiliki potensi besar
tahun sekali atau ketika libur panjang sebagai sumber dukungan sosial dan
bagi yang diluar kota. Sehingga senantiasa tersedia untuk memberi
responden merasa kurang memiliki bantuan dan dukungan ketika individu
perhatian khusus dari suaminya. Hal membutuhkan. Kepuasan pernikahan
inilah yang menyebabkan kecenderungan merupakan sumber terpenting dari suatu
post partum blues tetap tinggi walaupun dukungan, karena dalam kepuasan
memiliki dukungan sosial yang tinggi pernikahan terdapat keintiman suatu
pula. Selain itu aspek dari dukungan hubungan, keselaran dalam persamaan
sosial dalam penelitian ini hanya meliputi persepsi, dll yang hanya bisa didapatkan
dukungan dari orangtua, bapak/ibu dari suami. Kepuasan pernikahan
mertua, saudara kandung, saudara ipar tersebut didapat dari dukungan yang
serta teman dan para tetangga lingkungan diberikan oleh suami selama masa
sekitar. kehamilan, melahirkan hingga merawat
Ingela (1999) mengatakan bahwa anak (Xie, dkk., 2009). Jika primipara
dukungan suami merupakan salah satu memiliki interaksi yang baik dengan
bentuk interaksi sosial yang di dalamnya suami, maka primipara akan mampu
terdapat hubungan yang saling merasakan bantuan yang diberikan oleh
memberikan dan menerima bantuan yang suami. Namun jika primipara memiliki
bersifat nyata. Penelitian yang telah interaksi yang kurang baik dengan suami,

ISSN cetak : 1411-6073


ISSN online : 2579-6321 Psikodimensia, Vol. 16; No. 2, Tahun 2017
156

maka primipara akan cukup sulit untuk and social scientist. New York:
menghadapi gejala depresi yang dialami Oxford University Pres
pasca melahirkan, karena tidak ada
dukungan yang diterimanya dari orang Dahro, A. (2012). Buku Psikologi
terdekat, yaitu suami (Marmer, 2016). Kebidanan analisis perilaku
wanita untuk kesehatan. Salemba
SIMPULAN Medika: Jakarta
Hasil penelitian ini secara umum
menunjukkan ada hubungan antara Fatimah, S. (2009). Hubungan Dukungan
dukungan sosial dan kepuasan Suami Dengan Kejadian
pernikahan terhadap kecenderungan post Postpartum Blues Pada Ibu
partum blues pada ibu primipara. Dengan Primipara Di Ruang Bugenvile
demikian disarankan untuk subjek agar RSUD Tugurejo Semarang.
selalu mengkomunikasikan kondisi diri Artikel Riset Keperawatan :
yang dialami pasca melahirkan kepada Universitas Diponegoro
keluarga terutama kepada suami Semarang.
sehingga dapat meminimalisir kejadian
post partum blues dengan tingkat yang Fitriana, L.A, & Nurbaeti, S. (2015).
lebih tinggi. Suami agar memberikan Gambaran Kejadian Post Partum
dukungan fisik maupun psikis terhadap Blues pada Ibu Nifas
ibu yang baru melahirkan sehingga ibu Berdasarkan Karakteristik di
mampu beradaptasi dengan fase-fase Rumah Sakit Umum Tingkat IV
perubahan peran yang dialami, sehingga Sariningsih Kota Bandung.
terhindari dari munculnya postpartum Jurnal Pendidikan Keperawatan
blues atau masalah kejiwaan lainnya. Indonesia Vol.1, No.

DAFTAR PUSTAKA Gondo, Hk. (2010). Skrining Edinburgh


Postnatal Depression Scale
Ariesta, A. (2015). Dampak Negatif (Epds) Pada Post Partum Blues.
Baby Blues pada Anak. Jurnal Obstetri & Ginekologi.
http://lifestyle.okezone.com/read Fakultas Kedokteran Universitas
/2015/08/03/196/1189846/damp Wijaya Kusuma Surabaya.
ak-negatif-baby-blues-pada-
anak. Diunduh tanggal 4 Agustus Hutagol, E. T. (2010). Efektifitas
2017. Intervensi Edukasi Pada Depresi
Postpartum. Fakultas Ilmu
Baumeister, R.F., DeWall, C.N., Keperawatan. Universitas
Kathleen D.V., & Liqing, Z. Indonesia: Depok, Jakarta.
(2007). “How Emotion Shapes
Behavior : Feedback, Ingela, S. (1999). The Experience Of
Anticipation, and Reflection, Social Support In Patients
Rather than Direct Causation”. Suffering From Treatment
Personality and Social Refractory Depression A Pilot
Psychology Review. Study Archieves Of Psyciatric
Nurshing. Philadelpia: Lippircot.
Cohen,S., Underwood,L.G., dan
Gottlieb,B.H. (2000). Social Iskandar, S.S. (2007). Post Partum Blues.
support measurement and www.Mitrakeluarga.Com.
interventions: Guide for health Diakses Tanggal 20 April 2017.

ISSN cetak : 1411-6073


ISSN online : 2579-6321 Psikodimensia, Vol. 16; No. 2, Tahun 2017
157

Jeli, I.A. (2015). Hubungan Dukungan Rohan Hh & Siyoto S. (2013). Buku Ajar
Sosial Dengan Post Partum Kesehatan Reproduksi.
Blues Pada Ibu Postpartum Di Yogyakarta: Nuhamedika.
Puskesmas Rambangaru
Kecematan Haharu Kabupaten Sari, D.M, Eko H. (2015). Dukungan
Sumba Timur Provinsi Nusa Sosial Suami Pada Ibu Dengan
Tenggara Timur. Pendidikan Depresi Postpartum Pasca
Dokter Ugm: Jogjakarta. Melahirkan Anak Pertama.
Jurnal Psikologi Vol 3. No-1.
Marmer, L.W.,& Ariana A.D,. (2016).
Persepsi terhadap Dukungan Shirjang, L.,& Maryam G. (2013).
Suami pada Primipara yang Relationship between social
Mengalami Depresi Pasca adjustment and marital
Melahirkan. Jurnal Psikologi satisfaction with postpartum
Klinis dan Kesehatan Mental: depression. American Journal of
Vol 5 No. 1. Sustainable Cities and Society
Issue 2, Vol. 1.
Munawaroh, H. (2008). Hubungan
Paritas Dengan Kemampuan Sylvia,De. (2006). Depresi Pasca
Mekanisme Koping Dalam Persalinan. Jakarta: Fk UI.
Menghadapi Postpartum Blues
Pada Ibu Post Sectio Caesaria Verney. (2006). Buku Ajar Asuhan
Di Bangsal Mawar 1 Rsud Dr. Kebidanan. Jakarta: Egc.
Moewardi Surakarta. Fakultas
Ilmu Kesehatan: Universitas Xie, Ri., He, G., Koszycki, D., Walker,
Muhammadiyah Surakarta. M., & Wen, S.W. (2009).
Prenatal Social Support,
Nurbaeti, I. (2002). Analisis hubungan Postnatal Social Support, and
antara karakteristik ibu, kondisi Depresi pasca melahirkan. Ann
bayi baru lahir, dukungan sosial Epidemiol, 19:637-643.
dan kepuasan perkawinan
dengan depresi postpartum di Yusnidar. (2015). Hubungan Antara
RSAB Harapan Rita Jakarta, Komunikasi Interpresonal Dan
Agustus 2002. Perpustakaan Kepuasan Pernikahan Dengan
Universitas Indonesia.
Kebahagiaan Wanita Karir.
Fakultas Psikologi. Ugm:
Yogyakarta

Lampiran 1. Hasil Uji Regresi Ganda

Hubungan antar Variabel F t r p


DS dan KP −→ PPS 9,319 0,001
DS −→ PPS 0,126 0,022 0,901
KP −→ PPS -2,755 -0,438 0,010

ISSN cetak : 1411-6073


ISSN online : 2579-6321 Psikodimensia, Vol. 16; No. 2, Tahun 2017

Anda mungkin juga menyukai