Anda di halaman 1dari 28
Yh A KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI Para Pejabat Eselon I! di Lingkungan Kantor Pusat DJBC Para Kepala Kantor Wilayah DJBC Para Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Para Kepala Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea dan Cukai Para Kepala Balai Pengujian dan Identifikasi Barang Para Kepala Pangkalan Sarana Operasi SURAT EDARAN NOMOR SE-11/8C/2014 TENTANG PERCERAIAN PEGAWAI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI uMUM 4. Bahwa pengurusan perceraian tethadap Pegawai Negeri Sipil telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990, Surat Edaran Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 08/SE/1983 Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil, Surat Edaran Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 48/SE/1990 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983, dan peraturan pelaksanaan lainnya 2, Bahwa dalam pelaksanaan pengurusan perceraian Pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, masih terdapat ketidaksesuaian dengan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990, Surat Edaran Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 08/SE/1983 Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil, Surat Edaran Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 48/SE/1990 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983, dan peraturan pelaksanaan lainnya. 3. Berdasarkan hal tersebut di atas maka dipandang perlu untuk melakukan penegasan Kembali tentang pelaksanaan pengurusan perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil sebagalmana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990, Surat Edaran Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 08/SE/1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil, Surat Edaran Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 48/SE/1990 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983, dan peraturan pelaksanaan lainnya, B. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dan Tujuan penyusunan Surat Edaran ini yaitu 1. memberikan petunjuk teknis pengurusan perceraian bagi setiap Pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukal yang akan melakukan perceraian; 2, memberikan petunjuk teknis bagi setiap Atasan di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang menangani permintaan Izin/Keterangan Perceraian yang diajukan oleh Pegawai yang menjadi bawahannya; dan 3. memberikan petunjuk teknis bagi setiap pejabat di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berwenang dalam pemberian atau penolakan Izin Perceraian atau Surat Keterangan untuk Melakukan Perceraian. ©. RUANG LINGKUP Ruang lingkup yang diatur dalam Surat Edaran ini yaitu: 1. Kewaliban Pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang melakukan perceraian; 2. Kewaliban Atasan di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang menerima Permintaan izin Perceraian atau Surat Keterangan untuk Melakukan Perceralan; dan 3. Kewaiiban Pejabat yang berwenang ¢i lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang menerima permintaan lzin Perceraian atau Surat Keterangan untuk Melakukan Perceraian, D. DASAR 1, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan; 2, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1980; 4, Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS; 5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 74/KMK.01/2012 tentang Penunjukan Para Pejabat di Lingkungan Kementerian Keuangan yang Diberi Kuasa Untuk dan Atas Nama Menteri Keuangan Menandatangani SuraU/Keputusan Mutasi Kepegawaian dan lain sebagainya di Bidang Kepegawaian; 6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 582/KMK.01/UP.11//2006 tentang Pendelegasian Sebagian Wewenang Kepada Para Pejabat Eselon | di Lingkungan Departemen Keuangan untuk Memberikan atau Menolak Izin Perceraian dan Surat Keterangan untuk Melakukan Perceraian serta Memberikan atau Menolak Izin Beristri Lebih dari Seorang; 7. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor 62/8/2014 tentang Penunjukan Para Pejabat di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang Diberi Kuasa Untuk dan Atas Nama Direktur Jenderal Bea dan Cukai Memberikan atau Menolak Izin Perceraian dan Surat Keterangan untuk Melakukan Perceraian serfa Memberikan atau Menolak Izin Beristri Lebih dari Seorang; 8, Surat Edaran Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 08/SE/1983 tentang izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipii; dan 8, Surat Edaran Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 48/SE/1990 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983. E, PENGERTIAN 1, Pegawal adalah Calon Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Negeri Sipit di lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai 2, Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai ‘Suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dan dicatat menurut peraturan perundang- undangan yang berlaku. 3. Perceraian adalah putusnya perkawinan yang disebabkan oleh keputusan pengaditan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap yang dibuktikan dengan akta cerai. 4. Atasan adalah pejabat yang membawahi Pegawai dalam lingkungannya masing-masing, 5. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang memiliki kewenangan dalam memberikan atau menolak Izin Perceraian atau Surat Kelerangan untuk Melakukan Perceraian, yaitu: a. Mentori Keuangan/Pejabat di Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan untuk Pegawai berpangkat Penata Muda (golongan Illa) ke atas; b. Untuk dan atas nama Direktur Jenderal Bea dan Cukai 1) Sekretaris Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk Pegawai berpangkat Pengatur Tk.I (golongan lid) ke bawah di lingkungan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea ‘dan Cukai, 2) Kepala Kantor Wilayah Diroktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk Pegawai berpangkat Pengatur Tk.! (golongan lid) ke bawah di lingkungan wilayan kerja masing-masing, termasuk unit pelaksana teknis Balai Pengujian Identifikasi Barang dan Pangkalan Sarana Operas di ingkungan kerjanya; 3) Kepala Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai untuk Pegawai berpangkat Pengatur Tk.I (golongan Id) ke bawah di lingkungan wilayah kerja Kantor Pelayanan Utama masing-masing, termasuk unit pelaksana teknis Balai Pengujian Identifkasi Barang dan Pangkalan Sarana Operasi di lingkungan kerjanya. 6. Anak adalah anak kandung yang dilahirkan dari perkawinan yang sah, anak yang disahkan, atau anak angkat. 7. Gaji adalah penghasilan Pegawai Negeri Sipil yang terditi dari: a. Gaji Pokok; b. Tunjangan Keluarga; ¢. Tunjangan Jabatan (ka ada); 4. Tunjangan perbaikan penghasilan; e ‘Tunjangan lain yang berhak diterimanya berdasarkan Peraturan Perundang- undangan yang berlaku. Contoh : Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara, Tunjangan Kegiatan Tambahan, setelah dipotong iuran waiib. F. IZIN PERCERAIAN lzin Perceraian wajib dimiliki Pegawai yang mengajukan gugatan perceraian dengan prosedur pengurusan sebagai berikut: 1. Pegawai yang mengajukan gugatan perceraian a. Sebelum terjadinya perceraian: 1) mengajukan Surat Permintaan Izin untuk Melakukan Perceraian yang dibuat menurut lampiran | Surat Edaran ini sebelum terjadinya perceraian, dengan memuat salah satu atau lebih alasan-alasan perceraian sebagai berikut a) salah satu pihak berbuat zina; b) salah satu pihak menjadi pemabuk, pemadat, atau penjudi yang sukar disembuhkat ©) salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut- turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuan/kemauannya; ‘¢) salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat secara terus-menerus setelah perkawinan berlangsung; ©) salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain; danvatau )antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan untuk hicup rukun lagi dalam rumah tangga. 2) Surat Permintaan Izin Untuk Melakukan Perceraian dimaksud angka 1) di atas, harus dilengkapi dokumen-dokumen sebagaimana terlampir dalam lampiran I ‘Surat Edaran ini dengan menyesuaikan alasan-alasan perceraian. 3) Permintaan izin Perceraian ditujukan dan disampaikan secara hierarki kepada Pejabat yang berwenang dengan memperhatikan waktu yang cukup. 4) Memenuhi panggilan untuk dirukunkan kembali dan dimintal keterangan oleh Atasan, 5) Menorima keputusan pemberian atau penolakan iin Perceralan yang ditetapkan oleh Pejabat yang berwenang, 6) Pegawai ager memperhatikan terpenuhinya Izin Perceralan sebelum melakukan perceraian mengingat pelanggaran atas hal ini dikenakan salah satu hukuman disiplin tingkat berat. Setelah terjadinya perceraian: 1) Menyampaikan Laporan Perceraian yang dibuat menurut lampiran Ill Surat Edaran ini selambat-lamoatnya 1 (satu) bulan sejak terjadinya perceraian (diterimanya Akta cerai) dengan melampirkan akta cerai sejumlah 4 (empat) rangkap, yaitu ) 1 (satu) rangkap untuk Pejabat yang berwenang yang disampaikan melalui saluran hierarki; b) 1 (Satu) rangkap untuk Kepala Badan Kepegawalan Negara, yang disampalkan melalui Pejabat yang berwenang atau Pejabal lain yang dlitunjuk olehnya; ©) 1 (Satu) rangkap untuk Atasan langsung Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, serendah-rendahnya pejabat eselon IV atau yang selingkat dengan itu; dan ¢) 1 (Satu) rangkap untuk arsip. 2) Pegawai agar memperhatikan jangka waktu penyampaian Laporan Perceraian sebagaimana dimaksud angka 1) di atas mengingat pelanggaran atas hal ini dikenakan salah satu hukuman disiplin lingkat berat. 2. Atasan yang Menerima Permintaan lzin Perceraian a ‘Sebelum terjadinya perceraian: 1) Menerima dan meneliti Surat Permintaan Izin untuk Melakukan Perceraian beserta alasan dan lampiran persyaratan, 2) Melakukan usaha merukunkan kembali suami dan istri dengan pemanggilan tertulis atau isan dan membuat Laporan Usaha Merukunkan Kembali yang dibuat menurut lampiran IV Surat Edaran ini 3) Apabila usaha merukunkan kembali tidak berhasil maka Atasan melakukan Pemenggilan tertuis terhadap suami dan istri termasuk pihak lain apabila dipandang perlu untuk dimintai keterangan yang dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan. 4) Meminta surat pernyataan kesediaan memberikan bagian gaii kepada bekas istri dan anak-anak apabila Surat Permintaan Izin untuk Melakukan Perceraian

Anda mungkin juga menyukai