Anda di halaman 1dari 245

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/363095003

Pengantar Ilmu Ekonomi

Book · June 2022

CITATIONS READS

2 9,116

14 authors, including:

Muhammad Syaiful Darwin Damanik


Sembilanbelas November University Universitas Simalungun Pematang Siantar
16 PUBLICATIONS 10 CITATIONS 65 PUBLICATIONS 255 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

Feliks Arfid Guampe Mario Valentinus Poluakan


Universitas Kristen Tentena, Indonesia, Tentena Indian Institute of Technology Guwahati
9 PUBLICATIONS 42 CITATIONS 3 PUBLICATIONS 14 CITATIONS

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Darwin Damanik on 30 August 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


COVER
BOOK CHAPTER

PENGANTAR ILMU EKONOMI


UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta
Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4
Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf
a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral
dan hak ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23,
Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap:
i Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau
produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual
yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan
informasi aktual;
ii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait
hanya untuk kepentingan penelitian ilmu
pengetahuan;
iii Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait
hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali
pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan
Pengumuman sebagai bahan ajar; dan
iv Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan
pengembangan ilmu pengetahuan yang
memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak
Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku
Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga
Penyiaran.

Sanksi Pelanggaran Pasal 113


1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan
pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa
izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan
pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d,
huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
PENGANTAR ILMU EKONOMI
Muhammad Syaiful, S.Pd., M.E.
Darwin Damanik, S.E., M.S.E.
Elsa Christin Saragih, S.P., M.P.
Fitriani S.Pd., M.Ak.
Dr. Hari Nugroho, S.E., M.M., M.S.E.
Dr. Feliks Arfid Guampe, S.E., M.Si.
Hikmah, S.P., M.Si.
Mario Valentinus Poluakan, S.E., M.Sc.
Terezia Valency Pattimahu, S.E., M.Si.
Acai Sudirman, S.E., M.M.
Dr. Nurjanna Ladjin, S.E., M.Si.
Sumario, S.Pd.
Eranus Yoga Kundhani, S.E., M.Si.
Irwan Moridu, S.E., M.M., CRA., CSF.

Editor:
Harini Fajar Ningrum, M.M.

Penerbit

CV. MEDIA SAINS INDONESIA


Melong Asih Regency B40 - Cijerah
Kota Bandung - Jawa Barat
www.penerbit.medsan.co.id

Anggota IKAPI
No. 370/JBA/2020
PENGANTAR ILMU EKONOMI

Muhammad Syaiful, S.Pd., M.E.


Darwin Damanik, S.E., M.S.E.
Elsa Christin Saragih, S.P., M.P.
Fitriani S.Pd., M.Ak.
Dr. Hari Nugroho, S.E., M.M., M.S.E.
Dr. Feliks Arfid Guampe, S.E., M.Si.
Hikmah, S.P., M.Si.
Mario Valentinus Poluakan, S.E., M.Sc.
Terezia Valency Pattimahu, S.E., M.Si.
Acai Sudirman, S.E., M.M.
Dr. Nurjanna Ladjin, S.E., M.Si.
Sumario, S.Pd.
Eranus Yoga Kundhani, S.E., M.Si.
Irwan Moridu, S.E., M.M., CRA., CSF.
Editor :
Harini Fajar Ningrum, M.M.
Tata Letak :
Mega Restiana Zendrato
Desain Cover :
Syahrul Nugraha
Ukuran :
A5 Unesco: 15,5 x 23 cm
Halaman :
vi, 232
ISBN :
978-623-362-554-8
Terbit Pada :
Juni 2022

Hak Cipta 2022 @ Media Sains Indonesia dan Penulis

Hak cipta dilindungi Undang-Undang. Dilarang keras menerjemahkan,


memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit atau Penulis.

PENERBIT MEDIA SAINS INDONESIA


(CV. MEDIA SAINS INDONESIA)
Melong Asih Regency B40 - Cijerah
Kota Bandung - Jawa Barat
www.penerbit.medsan.co.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME, karena atas limpahan


ramah dan karunia-Nya, sehingga buku ini selesai
disusun dan berhasil diterbitkan. Kehadiran Buku
Pengantar Ilmu Ekonomi ini disusun oleh para akademisi
dan praktisi dalam bentuk buku kolaborasi. Walaupun
masih jauh dari kesempurnaan, tetapi kami
mengharapkan buku ini dapat menjadi referensi atau
bahan bacaan dalam menambah khasanah keilmuan
khususnya mengenai Pengantar Ilmu Ekonomi.

Sistematika penulisan buku ini diuraikan dalam empat


belas bab yang memuat tentang Konsep Dasar Ekonomi
Mikro, Konsep Dasar Ekonomi Makro, Pasar Faktor
Produksi, Pasar Oligopoli, Teori Permintaan dan
Penawaran, Inflasi, Utilitas, Memaksimumkan Laba,
Kebijakan Pemerintah, Kebijakan Ekonomi, Kebijakan
Fiskal, Kebijakan Moneter, Mengukur Pendapatan
Nasional, dan bab terakhir yaitu Perdagangan
Internasional.

Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah


memberikan kontribusi dalam seluruh rangkaian
penyusunan sampai penerbitan buku ini. Secara khusus,
terima kasih kepada Media Sains Indonesia sebagai
inisiator book chapter ini. Buku ini tentunya masih
banyak kekurangan dan keterbatasan, saran dari
pembaca sekalian sangat berarti demi perbaikan karya
selanjutnya. Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi
para pembaca.

Mei, 2022

Editor

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................i
DAFTAR ISI .....................................................................ii
1 KONSEP DASAR EKONOMI MIKRO ........................1
Pendahuluan ..........................................................1
Masalah, Kegiatan, dan Pelaku Ekonomi ................3
Pengertian Ekonomi Mikro ......................................8
Ruang Lingkup Ekonomi Mikro ..............................9
Analisis Ekonomi Mikro ........................................11
2 KONSEP DASAR EKONOMI MAKRO ....................15
Pendahuluan ........................................................15
Definisi dan Ruang Lingkup Ekonomi Makro ........16
Perkembangan Teori Ekonomi Makro....................22
Hubungan antara Variabel Ekonomi Makro ..........25
3 PASAR FAKTOR PRODUKSI ..................................29
Konsep-Konsep Dasar
dalam Menganalisis Pasar Faktor Produksi...........30
Faktor-Faktor Penentu Permintaan
terhadap Faktor Produksi .....................................32
Pasar Faktor Produksi Tanah................................33
Pasar Faktor Produksi Tenaga Kerja .....................36
Pasar Produksi Modal ...........................................39
4 PASAR OLIGOPOLI ...............................................45
Pasar Oligopoli ......................................................45
Asumsi dalam Oligopoli ........................................49
Faktor-Faktor Penyebab Terbentuknya
Pasar Oligopoli ......................................................50

ii
Karakteristik Pasar Oligopoli.................................51
Jenis-Jenis Pasar Oligopoli ...................................52
Hambatan dalam Persaingan Oligopoli..................52
Kelebihan dan Kekurangan Pasar Oligopoli ..........53
Analisis Perilaku Produsen Oligopoli
dalam Memaksimumkan Profit .............................55
Penetapan Harga dalam Pasar Oligopoli ................56
5 TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN ...............61
Pendahuluan ........................................................61
Teori Permintaan ..................................................62
Teori Penawaran ...................................................70
Keseimbangan ......................................................76
6 INFLASI ................................................................81
Pengertian Inflasi ..................................................81
Jenis-Jenis Inflasi .................................................82
Indikator Inflasi ....................................................85
Pandangan Para Ahli Tentang Inflasi ....................87
Uang dan Inflasi ...................................................89
Biaya Sosial Inflasi................................................90
7 UTILITAS ..............................................................95
Fungsi Utilitas ......................................................95
Jenis-Jenis Utilitas ...............................................96
Pendekatan Utilitas...............................................96
Biaya Utilitas ........................................................97
Teori Keputusan ...................................................97
Teori Utility ...........................................................99
Sikap Pengambil Keputusan ............................... 100

iii
Persamaan Fungsi Utility ....................................103
Prosedur untuk Menentukan Nilai Utilitas ..........104
8 MEMAKSIMUMKAN LABA ...................................109
Konsep Dasar Memaksimumkan Laba ................110
Konsep Marginal Rule .........................................112
Profit Maximization
pada Struktur Pasar Monopoli ............................ 114
Profit Maximization
pada Struktur Pasar Persaingan Sempurna ........117
9 KEBIJAKAN PEMERINTAH .................................125
Pengertian Kebijakan ..........................................125
Tahapan Pembuatan Kebijakan .......................... 127
Pengertian Kebijakan Pemerintah .......................128
Tujuan Kebijakan Pemerintah............................. 128
Ciri Umum Kebijakan Pemerintah.......................129
Unsur-Unsur Kebijakan Pemerintah ...................129
Jenis Kebijakan Pemerintah ............................... 130
Kebijakan Moneter ..............................................132
Kebijakan Fiskal .................................................134
Kebijakan Keuangan Internasional .....................135
10 KEBIJAKAN EKONOMI .......................................139
Pendahuluan ......................................................139
Liberalisasi Perdagangan ....................................140
Keseimbangan Moneter dan Fiskal .....................142
Perekonomian Terbuka .......................................144
Keunggulan dan Kelemahan
Perekonomian Terbuka .......................................147
Pentingnya Perdagangan Internasional ...............149

iv
11 KEBIJAKAN FISKAL ............................................153
Pendahuluan ......................................................153
Pengertian Kebijakan Fiskal ................................ 154
Tujuan Kebijakan Fiskal .....................................156
Jenis Kebijakan Fiskal ........................................157
Instrumen Kebijakan Fiskal ................................ 162
Fungsi Kebijakan Fiskal......................................167
Pengaruh Kebijakan Fiskal
terhadap Pertumbuhan Ekonomi ........................168
12 KEBIJAKAN MONETER .......................................173
Pendahuluan ......................................................173
Gambaran Umum Kebijakan Moneter .................174
Kebijakan Moneter
dan Siklus Kegiatan Ekonomi ............................. 174
Kebijakan Moneter sebagai Salah Satu Bagian
dari Kebijakan Ekonomi Makro ........................... 176
Sasaran Kebijakan Moneter ................................ 179
Kebijakan Moneter di Indonesia
dalam Sudut Pandang Kausalitas
(Comperative 3 fase) ............................................181
Kebijakan Moneter
dalam Aspek Kebijakan Harga ............................ 195
13 MENGUKUR PENDAPATAN NASIONAL ...............201
Pendapatan Nasional ..........................................201
Perekonomian Dua Sektor ..................................206
Perekonomian Tiga Sektor ..................................210
Perekonomian Empat Sektor............................... 213

v
14 PERDAGANGAN INTERNASIONAL ......................219
Pengertian Perdagangan Internasional ................219
Teori Perdagangan Internasional ......................... 221
Penyebab Terjadinya
Perdagangan Internasional .................................224
Manfaat Perdagangan Internasional ....................226
Kebijakan Perdagangan Internasional .................228
Dampak Positif dan Negatif
Perdagangan Internasional .................................228

vi
1
KONSEP DASAR EKONOMI MIKRO

Muhammad Syaiful, S.Pd., M.E.


Universitas Sembilanbelas November Kolaka

Pendahuluan
Pada bab 1 ini akan dibahas mengenai konsep dasar
ekonomi mikro. Namun sebelum masuk pada
pembahasan tersebut, dirasa perlu untuk membahas
sedikit mengenai ilmu ekonomi secara umum terlebih
dahulu. Tujuannya agar pembaca dapat mengetahui
pengertian ilmu ekonomi itu seperti apa sebelum
membahas lebih spesifik tentang konsep dasar ekonomi
mikro.
Ilmu ekonomi merupakan salah satu ilmu tertua yang ada
di dunia. Ilmu ekonomi ini merupakan bagian ilmu yang
masuk dalam rumpun ilmu-ilmu sosial. Ilmu ekonomi
merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana
upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan. Salah satu
tokoh besar dalam ilmu ekonomi ini adalah Adam Smith.
Sejak diluncurkannya buku fenomenal yang berjudul “An
Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of Nations”
yang ditulis oleh Adam Smith, maka sejak saat itu ilmu
ekonomi mulai ditetapkan sebagai suatu disiplin ilmu
baru.
Kata ekonomi itu sendiri berasal dari suku kata bahasa
yunani yakni oikos yang berarti rumah tangga atau
keluarga dan nomos yang berarti hukum atau aturan yang
berlaku, sehingga ilmu ekonomi dikatakan sebagai aturan
rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan. Para ahli

1
KONSEP DASAR EKONOMI MIKRO

bidang ekonomi banyak yang memberikan definisi terkait


dengan ilmu ekonomi. Para ahli tersebut antara lain:
1. Adam Smith, mengemukakan bahwa ilmu ekonomi
ini merupakan ilmu yang mempelajari perilaku
manusia untuk memenuhi kebutuhannya dalam
mengalokasikan sumberdaya yang terbatas (Dinar &
Hasan, 2018).
2. Alfred Marshall, mengatakan ilmu ekonomi itu kajian
terkait dengan penyelidikan aktivitas sosial dan
individu serta kecakapan dalam menggunakan
kebutuhan materi (Parera, 2021).
3. Sadono Sukirno, mengartikan ilmu ekonomi sebagai
ilmu yang menganalisa kegiatan individu,
masyarakat, maupun perusahaan dalam produksi
dan konsumsi suatu barang/jasa (Sukirno, 2005).
4. Paul A. Samuelson, mengatakan bahwa ilmu
ekonomi adalah suatu studi tentang perilaku
masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya yang
langka untuk memproduksi komoditi yang akan
didistribusikan (Sinaga et al, 2021).
5. Walter Nicholson, ilmu ekonomi mempelajari
bagaimana manusia memenuhi kebutuhannya dan
juga ilmu ekonomi masuk kedalam ilmu sosial (Arwin,
2020).
Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para
ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu ekonomi
merupakan sebuah ilmu yang mengkaji tentang
bagaimana upaya manusia untuk dapat memenuhi
kebutuhannya yang tidak terbatas sedangkan alat
pemuas kebutuhan jumlahnya terbatas. Pada gambar 1.1
terlihat bahwa ilmu ekonomi ini terbagi menjadi 3
kelompok yaitu ekonomi deskriptif, ekonomi teori, serta
ekonomi terapan.

2
KONSEP DASAR EKONOMI MIKRO

Gambar 1.1. Pembagian Ilmu Ekonomi


(Priyono, 2016)
Kelompok pembagian ekonomi yang pertama yaitu
ekonomi deskriptif. Definisi dari ekonomi deskriptif ini
yaitu bagian ilmu ekonomi yang menggambarkan situasi
ekonomi sebuah negara sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya. Kelompok selanjutnya adalah ekonomi teori
yang mengkaji bagaimana keterkaitan antar variabel
ekonomi dari sudut pandang ekonomi mikro maupun
ekonomi makro. Kelompok terakhir yaitu ekonomi
terapan, yakni suatu bagian dari ilmu ekonomi yang
berkaitan dengan kebijakan yang perlu diambil oleh
pemerintah guna menyelesaikan persoalan ekonomi yang
ada (Firmansyah et al, 2022). Berdasarkan gambar 1.1
kita mengetahui bahwa ekonomi mikro adalah bagian dari
ekonomi teori yang merupakan salah satu kelompok
bagian dari ilmu ekonomi.
Masalah, Kegiatan, dan Pelaku Ekonomi
Dalam ilmu ekonomi yang menjadi pokok permasalahan
adalah adanya kelangkaan (scarcity) sumber daya
sedangkan kebutuhan manusia sifatnya tidak terbatas.
Untuk itu perlu adanya kebijaksanaan dari individu,
masyarakat, serta perusahaan dalam pengambilan
keputusan terbaik untuk melakukan kegiatan ekonomi.
Sehingga dapat dikatakan bahwa analisis ekonomi
digunakan untuk menjawab persoalan tentang bagaimana
cara menggunakan sumberdaya yang terbatas itu untuk

3
KONSEP DASAR EKONOMI MIKRO

memberikan kepuasan maksimal kepada penggunanya.


Pada akhirnya ini memunculkan 3 persoalan ekonomi
yang dihadapi individu, masyarakat, maupun
perusahaan. Persoalan ekonomi yang dimaksud yaitu:
1. Apa yang harus diproduksi dan jumlahnya berapa
banyak? (What)
Hal ini berkaitan dengan barang atau jasa apa yang
perlu diproduksi, berapa jumlah barang/jasa yang
perlu diproduksi agar kebutuhan masyarakat dapat
terpenuhi, dan kapan waktu yang tepat untuk
memproduksi suatu barang/jasa. Apakah produsen
perlu memproduksi barang X lebih banyak daripada
barang Y, atau malah sebaliknya. Sehingga
diperlukan pengambilan keputusan yang terbaik dari
berbagai kemungkinan yang ada.
2. Bagaimana cara untuk memproduksi? (How)
Pada saat keputusan telah diambil tentang barang/
jasa apa yang harus diproduksi, jumlahnya berapa,
dan waktunya kapan, maka pertanyaan berikutnya
adalah bagaimana cara untuk memproduksinya. Hal
ini bergantung pada kondisi pasar apakah akan
menggunakan modal lebih besar daripada tenaga
kerja atau sebaliknya, serta teknologi apa yang akan
digunakan dalam proses produksi.
3. Untuk siapa barang/jasa diproduksi? (For Whom)
Persoalan terakhir adalah untuk siapa barang/jasa
tersebut diproduksi. Keputusan terkait persoalan ini
dapat dimulai dengan melihat kondisi masyarakat
dari sisi pendapatan. Secara garis besar golongan
masyarakat terbagi menjadi 3 yaitu masyarakat
berpenghasilan tinggi, masyarakat berpenghasilan
sedang, dan masyarakat berpenghasilan rendah.
Secara psikologis masyarakat yang penghasilannya
tinggi cenderung membeli barang dengan melihat
kualitasnya sekalipun harganya mahal. Masyarakat
yang berpenghasilan sedang cenderung akan
mengambil barang yang harganya tidak terlalu mahal.
Sedangkan masyarakat dengan penghasilan rendah

4
KONSEP DASAR EKONOMI MIKRO

cenderung tidak memperhatikan kualitas barang atau


jasa, yang terpenting adalah harganya murah.
Dalam keseharian tentunya banyak kegiatan ekonomi
yang kita lihat dan lakukan baik sebagai produsen,
konsumen, atau distributor. Dalam ilmu ekonomi,
kegiatan ekonomi diartikan sebagai aktivitas yang
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan memperoleh
kemakmuran. Berikut penjelasan terkait 3 jenis kegiatan
ekonomi yang ada yaitu:
1. Produksi.
Produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan
atau menambah nilai guna suatu barang/jasa. Dalam
prosesnya produsen memerlukan faktor-faktor
produksi agar mampu menghasilkan barang/jasa
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Faktor
produksi yang dimaksud yaitu sumber daya alam,
sumber daya manusia, modal, dan kewirausahaan.
2. Konsumsi.
Konsumsi merupakan kegiatan menghabiskan atau
mengurangi nilai guna suatu barang/jasa. Konsumsi
tidak hanya sebatas makan dan minum, tetapi segala
aktivitas yang mengurangi nilai guna suatu
barang/jasa juga termasuk dalam kegiatan konsumsi.
3. Distribusi.
Distribusi merupakan kegiatan menyalurkan
barang/jasa yang dihasilkan oleh produsen kepada
pengguna barang/jasa yaitu konsumen.
Sebagaimana telah diketahui bahwa kelangkaan
merupakan sumber pokok masalah dalam ekonomi yang
mesti ditemukan solusinya melalui tindakan dan perilaku
para pelaku ekonomi itu sendiri. Pada umumnya ada
empat kelompok pelaku ekonomi seperti yang tampak
pada gambar 1.4 yaitu rumah tangga konsumen
/keluarga, rumah tangga produsen/perusahaan, rumah
tangga pemerintah, dan masyarakat luar negeri (Sardjono,
2017). Seluruh pelaku ekonomi tersebut tentunya

5
KONSEP DASAR EKONOMI MIKRO

memiliki aktivitas ekonomi yang berbeda. Untuk lebih


jelasnya kita lihat ulasan singkat dibawah ini:
1. Rumah Tangga Konsumen/Keluarga.
Pelaku ekonomi pada kelompok ini yaitu para individu
atau kelompok. Pada dasarnya kegiatan atau aktivitas
yang mereka lakukan adalah sebagai penyedia faktor
produksi yang dibutuhkan oleh rumah tangga
produsen/perusahaan. Kelompok ini dapat
memperoleh upah, laba, sewa, dan bunga dari hasil
menjual atau menyewakan faktor produksi yang
mereka miliki. Selain itu kelompok ini juga mesti
membayar pajak, membeli barang/ jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan, serta memanfaatkan
barang/jasa umum yang disediakan pemerintah.
2. Rumah Tangga Produsen/Perusahaan
Pelaku ekonomi pada kelompok ini biasanya
berbentuk perseroan terbatas, perusahaan
perseorangan, firma, perusahaan negara, dll. Peran
atau kegiatan yang dilakukan oleh rumah tangga
produsen/perusahaan ini antara lain membeli atau
menyewa sumber daya/faktor produksi yang
disediakan oleh rumah tangga konsumen,
menghasilkan barang/jasa yang akan digunakan oleh
konsumen, pemerintah, bahkan perusahaan lainnya.
Selain itu perusahaan juga melakukan pembayaran
pajak dan menggunakan barang/jasa publik dari
pemerintah.

Gambar 1.2 Interaksi Pelaku Ekonomi 2 Sektor


(Sumber: Parera, 2021)

6
KONSEP DASAR EKONOMI MIKRO

3. Rumah Tangga Pemerintah


Kegiatan yang dilakukan pemerintah sebagai salah
satu pelaku ekonomi adalah membuat perekonomian
menjadi terjaga dan stabil, membeli sumberdaya,
barang/jasa, rumah-rumah tangga konsumen dan
produsen, serta mendapatkan hasil pajak dari 2
kelompok pelaku ekonomi yang lain.

Gambar 1.3 Interaksi Pelaku Ekonomi 3 Sektor


(Sumber: www.bospedia.com)
4. Masyarakat Luar Negeri
Kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat
luar negeri sebagai pelaku ekonomi berbentuk
kegiatan ekspor-impor. Aliran uang ke dalam negeri
diperoleh dari aktivitas ekspor ke negara lain sehingga
akan menambah cadangan devisa suatu negara,
begitu pula sebaliknya aliran uang keluar terjadi saat
kegiatan impor dilakukan dan ini menyebabkan
berkurangnya cadangan devisa negara.

7
KONSEP DASAR EKONOMI MIKRO

Gambar 1.4 Interaksi Pelaku Ekonomi 4 Sektor


(Sumber: www.bospedia.com)
Pengertian Ekonomi Mikro
Ekonomi mikro (mikro=kecil) merupakan bagian dari ilmu
ekonomi yang mengkaji kegiatan ekonomi dalam cakupan
yang kecil. Teori ekonomi mikro ini dikembangkan pada
sekitar abad ke 18 dan abad 19 oleh para ahli ekonomi
klasik. Ekonomi mikro ini merupakan bagian dari ilmu
ekonomi yang mempelajari tentang konsumen dan
perusahaan (Kurniawan, 2015). Beberapa ahli ekonomi
mikro juga memberikan pandangannya terhadap definisi
ekonomi mikro, antara lain:
1. Marry A. Marchant dan William M. Snell
mengatakan bahwa kajian ekonomi mikro yaitu
bagaimana pengambilan keputusan proses ekonomi
oleh individu, rumah tangga, dan perusahaan.
2. Adam Smith mengungkapkan bahwa ekonomi mikro
ini melihat bagaimana pertimbangan rasional pelaku
ekonomi dalam pengambilan keputusan.
3. Gregory Mankiw melihat ekonomi mikro sebagai ilmu
tentang bagaimana peran para pelaku ekonomi dalam
membuat keputusan serta bagaimana interaksi
mereka didalam suatu pasar.
4. David A. Moss mengatakan bahwa ekonomi mikro
merupakan ilmu yang menganalisis keputusan pelaku

8
KONSEP DASAR EKONOMI MIKRO

ekonomi yang meliputi faktor, biaya, hingga


manfaatnya.
5. Sadono Sukirno menyatakan bahwa ekonomi mikro
ini adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku
konsumen dan produsen serta penentuan keputusan
yang diambil.
6. Marshall dan Pigou memberikan pengertian ekonomi
mikro sebagai ilmu tentang tingkat mobilitas dalam
suatu pasar sehingga ilmu ini dapat membuat pelaku
ekonomi mampu beradaptasi terhadap perubahan-
perubahan yang terdapat di pasar (Sudarmanto et al,
2021).
Ruang Lingkup Ekonomi Mikro
Produsen dan konsumen merupakan bagian penting dari
ruang lingkup ekonomi mikro. Sehingga ruang lingkup
ekonomi mikro meliputi:
1. Interaksi dalam Pasar Barang.
Pasar merupakan tempat dimana penjual dan pembeli
bertemu untuk melakukan transaksi jual beli
barang/jasa. Melalui interaksi tersebut terjadi tarik
menarik antara permintaan dan penawaran
barang/jasa dalam menciptakan harga keseimbangan
atau biasa disebut harga pasar.
2. Perilaku Penjual dan Pembeli.
Dalam ekonomi mikro perlu dipahami bahwa penjual
dan pembeli dalam kegiatan jual beli pasti menganut
sifat rasional. Penjual tentunya menginginkan
keuntungan yang besar dan maksimal, sedangkan
pembeli tentunya menginginkan kepuasan maksimal
dalam arti dapat memperoleh barang/jasa dengan
jumlah yang sedikit lebih banyak, kualitas yang baik,
serta harga yang relatif murah.
3. Interaksi Pasar Faktor Produksi.
Interaksi ini terjadi antara penjual dan pembeli.
Dalam pasar faktor produksi individu berperan
sebagai penyedia faktor-faktor produksi seperti
sumberdaya, modal, tenaga kerja, dan kewirausahaan

9
KONSEP DASAR EKONOMI MIKRO

sedangkan perusahaan/ penjual berperan sebagai


pengguna faktor produksi untuk dapat memproduksi
barang/jasa. Hasil produksi yang berupa barang/jasa
tersebut kemudian akan dibeli kembali oleh individu
untuk memenuhi kebutuhannya.
4. Teori Nilai Guna.
Teori ini mempelajari tentang bagaimana konsumen
dapat memperoleh kepuasan saat menggunakan
suatu barang dan juga bagaimana suatu barang
menghasilkan kegunaan bagi penggunanya.
5. Teori Struktur Pasar.
Teori ini muncul untuk menjelaskan pengelompokan
pasar yang dilihat dari jumlah perusahaan, karakter,
atau jenis produk. Selain itu, fleksibilitas produsen
untuk keluar masuk pasar juga bagian dari kajian
teori ini. Berdasarkan bentuknya pasar terbagi
menjadi beberapa jenis yaitu:
a. Pasar persaingan sempurna
b. Pasar monopoli
c. Pasar oligopoli
d. Pasar persaingan monopolistik
e. Pasar monopsoni
f. Pasar oligopsoni.
6. Elastisitas Harga
Dalam ekonomi mikro elastisitas harga juga penting
untuk dikaji. Hal ini berguna untuk mengetahui
bagaimana harga suatu produk tercipta di pasar.
Elastisitas harga juga digunakan untuk melihat
sejauh mana perubahan jumlah permintaan atau
penawaran barang/jasa saat adanya perubahan
harga.
7. Industri
Mikro ekonomi juga membahas tentang bagaimana
terbentuknya arus perputaran barang dan jasa.
Menganalisis barang produksi dan pelaku kegiatan

10
KONSEP DASAR EKONOMI MIKRO

ekonomi (produsen, konsumen, distributor) dalam


pengambilan keputusan ekonomi.
8. Pasar Input
Kajian mengenai pasar input ini meliputi bagaimana
produsen dapat menghasilkan barang atau jasa yang
berkualitas dan memiliki nilai jual tinggi dengan
bahan produksi yang dibeli dengan biaya yang
semurah mungkin (Sudarmanto et al, 2021).
Dalam kajian ekonomi mikro dipelajari perilaku atau
aktivitas individu, baik itu individu orang, perusahaan,
rumah tangga, dan juga individu industri (Nuraini, 2016).
Beberapa aktivitas yang dalam ekonomi mikro yaitu:
1. Mempelajari bagaimana perilaku orang sebagai
produsen, konsumen, serta pemilik sumber ekonomi.
2. Mempelajari bagaimana arus barang/jasa yang
dihasilkan produsen bisa sampai kepada konsumen.
3. Mempelajari bagaimana proses pembentukan harga
suatu barang/jasa.
4. Mempelajari bagaimana produsen menentukan
berapa banyak barang/jasa yang perlu dihasilkan
untuk memperoleh keuntungan yang maksimal.
5. Mempelajari bagaimana upaya konsumen
mengalokasikan pendapatannya yang terbatas untuk
memperoleh barang/jasa yang dibutuhkan dan
mendapatkan kepuasan maksimum (Firmansyah et
al, 2022).
Analisis Ekonomi Mikro
Analisis ekonomi mikro dikelompokkan menjadi beberapa
teori yang secara umum dikaji dalam lingkup mikro. Teori-
teori yang dimaksud antara lain:
1. Teori Harga
Teori ini menjelaskan bagaimana permintaan dan
penawaran barang/jasa bergerak untuk membentuk
harga keseimbangan pasar dimana jumlah barang
yang diminta dan ditawarkan sama dalam satu
tingkat harga tertentu. Dalam kehidupan nyata ini

11
KONSEP DASAR EKONOMI MIKRO

terlihat Ketika terjadi tawar menawar antara penjual


dan juga pembeli (Sudarmanto et al, 2021).
2. Teori Produksi
Teori produksi ini digunakan saat akan melakukan
analisa terhadap berapa banyak biaya yang harus
digunakan dalam proses produksi barang/jasa agar
dapat memperoleh keuntungan maksimum. Sehingga
teori ini sangat terkait dengan biaya produksi dan
kombinasi terbaik yang diambil dalam memproduksi
barang/jasa.
3. Teori Konsumsi
Teori konsumsi merupakan teori dalam ekonomi
mikro yang melihat berbagai perilaku para konsumen
dalam rangka memenuhi kebutuhannya.
Pengambilan keputusan terkait uang, tenaga, serta
waktu juga menjadi kajian dalam teori ini.
4. Teori Distribusi
Dalam ekonomi mikro teori distribusi tidak hanya
sebatas bagaimana barang/jasa yang dihasilkan
produsen sampai kepada konsumen. Teori distribusi
juga membahas mengenai tingkat upah para tenaga
kerja, profit yang diperoleh, serta tingkat bunga yang
dibayarkan kepada pemodal.

12
KONSEP DASAR EKONOMI MIKRO

Daftar Pustaka
Arwin, A. (2020). Buku Ajar Pengantar Ekonomi Mikro.
Cendekia Publisher.
Dinar, M., & Hasan, M. (2018). Pengantar Ekonomi: Teori
dan Aplikasi. Makassar: CV. Nur Lina Bekerjasama
dengan Pustaka Taman Ilmu.
Firmansyah, H., Aswanto, A., Kartini, E., Syaiful, M.,
Wardhana, A., Pratiwi, R., ... & Ladjin, N. (2022).
Pengantar Ilmu Perekonomian, Investasi, dan
Keuangan. Media Sains Indonesia.
Kurniawan, P., & Budhi, M. K. S. (2015). Pengantar
Ekonomi Mikro dan Makro. Penerbit Andi.
Nuraini, I. (2016). Pengantar Ekonomi Mikro. UMMPress.
Parera, A. (2021). Pengantar Ilmu Ekonomi. Bumi Aksara.
Priyono, P., & Chandra, T. (2016). Esensi Ekonomi Makro.
Surabaya: Zifatama Publisher.
Sardjono, S. (2017). Ekonomi Mikro-Teori dan Aplikasi.
Penerbit Andi.
Sinaga, R., Syamsuri, S., Teniro, A., Hasan, M., Priadi, A.,
Lukitaningtias, F., ... & Mardah, S. (2021). Pengantar
Ilmu Ekonomi (Teori dan Konsep). Media Sains
Indonesia.
Sudarmanto, E., Syaiful, M., Fazira, N., Hasan, M.,
Muhammad, A., Faried, A. I., ... & Purba, B. (2021).
Teori Ekonomi: Mikro dan Makro. Yayasan Kita
Menulis.
Sukirno, S. (2005). Ekonomi Mikro Teori Pengantar,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sumber Internet:
https://www.bospedia.com/2021/08/materi-model-
diagram-interaksi-pelaku-ekonomi.html

13
KONSEP DASAR EKONOMI MIKRO

Profil Penulis
Muhammad Syaiful
Semasa di sekolah menengah atas penulis
mengambil jurusan ilmu pengetahuan sosial.
Penulis kemudian melanjutkan studi pendidikan
ke Perguruan Tinggi dan berhasil menyelesaikan
studi S1 di prodi Pendidikan Ekonomi
Universitas Halu Oleo pada tahun 2014. Dua tahun kemudian,
penulis menyelesaikan studi S2 di prodi Ilmu Ekonomi pada
Universitas Halu Oleo tahun 2016.
Penulis memiliki ketertarikan terhadap ekonomi kerakyatan.
Beberapa tulisan penulis terkait ekonomi kerakyatan terkhusus
perkoperasian telah dimuat di media online dan juga artikel
ilmiah telah termuat di jurnal nasional. Selain meneliti, penulis
juga mulai aktif menulis buku terkait dengan bidang yang
ditekuni baik berupa monograf maupun book chapter. Penulis
berharap dapat terus berkarya melalui tulisan sehingga dapat
berkontribusi nyata terhadap penyebaran ilmu pengetahuan.
Email Penulis: muhammadsyaifuul@gmail.com

14
2
KONSEP DASAR
EKONOMI MAKRO

Darwin Damanik, S.E., M.S.E.


Universitas Simalungun

Pendahuluan
Pada hakikatnya teori ekonomi modern terbagi dalam dua
cabang, yaitu teori harga (price theory) dan teori
pendapatan (income theory). Istilah lain yang umum
digunakan teori harga adalah “Ekonomi Mikro” sedangkan
teori pendapatan digunakan “Ekonomi Makro”. Ekonomi
Makro adalah cabang dari teori ekonomi modern yang
paling muda usianya, dibandingkan dengan ekonomi
mikro.
Ekonomi makro memperhatikan aspek-aspek yang
menyeluruh dari kegiatan ekonomi. Apabila yang
dibicarakan adalah produsen maka yang diperhatikan
adalah mengenai produsen dalam keseluruhan ekonomi.
Apabila yang diperhatikan adalah tingkah laku konsumen
maka yang dianalisis adalah tingkah laku keseluruhan
konsumen dalam menggunakan pendapatannya untuk
membeli barang dan jasa yang dihasilkan dalam
perekonomian.
Dalam perkembangannya, meskipun ekonomi makro
merupakan bidang pembelajaran yang luas, ada dua area
penelitian yang menjadi ciri khas disiplin ini: kegiatan
untuk mempelajari sebab dan akibat dari fluktuasi
penerimaan negara jangka pendek (siklus bisnis), dan
kegiatan untuk mempelajari faktor penentu dari

15
KONSEP DASAR EKONOMI MAKRO

pertumbuhan ekonomi jangka panjang (peningkatan


pendapatan nasional). Model makroekonomi yang ada dan
prediksi-prediksi yang ada jamak digunakan oleh
pemerintah dan korporasi besar untuk membantu
pengembangan dan evaluasi kebijakan ekonomi dan
strategi bisnis.
Pada bab ini, kita akan membahas konsep dasar ekonomi
makro dari defenisi, ruang lingkup, perkembangan hingga
hubungan variabel ekonomi makro. Semua ini merupakan
bagian kesatuan yang sering dibahas dalam materi umum
ekonomi makro.
Definisi dan Ruang Lingkup Ekonomi Makro
Ilmu ekonomi merupakan ilmu pengetahuan yang
dinamis, setiap waktu berubah sesuai dengan
permasalahan ekonomi itu sendiri yang cenderung
mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan
tersebut terjadi, baik di lingkungan keilmuan,
perekonomian setiap waktu, dan dalam masyarakat
secara keseluruhan (Nasrullah, 2007).
Ilmu ekonomi adalah suatu studi mengenai individu-
individu dan masyarakat dalam membuat pilihan dengan
menggunakan sumber daya yang terbatas jumlahnya
untuk menghasilkan berbagai jenis dan jasa dan
mendistribusikannya untuk kebutuhan konsumsi
(sekarang dan di masa datang) kepada berbagai individu
dan golongan masyarakat (Samuelson, 1992).
Ilmu ekonomi makro didefenisikan sebagai cabang ilmu
yang mempelajari studi tentang ekonomi secara
keseluruhan, ekonomi makro menjelaskan perubahan
ekonomi yang mempengaruhi rumah tangga, perusahaan,
dan pasar.
Makro ekonomi dapat digunakan untuk menganalisis cara
terbaik untuk mempengaruhi target-target kebijaksanaan
seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, tenaga kerja, dan
keseimbangan neraca pembayaran yang
berkesinambungan (Silalahi et al, 2014).

16
KONSEP DASAR EKONOMI MAKRO

Ruang lingkup pembahasan ekonomi makro, yaitu


sebagai berikut:
1. Masalah pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi
kenaikan produk nasional bruto (gross national
product) atau pendapatan nasional riil. Pertumbuhan
ekonomi merupakan terminologi untuk menyatakan
ekspansi kapasitas produksi suatu perekonomian.
Aspek ini mampu menginformasikan perkembangan
kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan
barang dan jasa yang diproduksi pelaku ekonomi
bertambah, dengan demikian perekonomian suatu
negara tumbuh atau berkembang apabila terjadi
pertambahan Gross National Product. Dan
pertumbuhan ekonomi dapat terjadi apabila
pendapatan perkapita dengan memperhitungkan
adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan
perubahan fundamental dalam struktur ekonomi
suatu negara dan pemerataan penduduk suatu
negara. Maka rumus untuk menghitung
pertumbuhan ekonomi di suatu negara, dengan
rumus sebagai berikut:
GNP riil - GNP riil-1
Pertumbuhan Ekonomi=
GNP riil-1
Kemudian untuk menghitung tingkat pertambahan
kemakmuran masyarakat dengan cara menghitung
pendapatan perkapita masyarakat maka rumus
sebagai berikut:
GNP riil
Pendapatan Perkapita=
Jumlah Penduduk

Pembangunan ekonomi tidak lepas dari pertumbuhan


ekonomi, pembangunan ekonomi mendorong
pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya pertumbuhan
ekonomi memperlancar proses pembangunan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah proses
kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian
yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan

17
KONSEP DASAR EKONOMI MAKRO

nasional. Suatu negara dikatakan mengalami apabila


terjadi peningkatan Gross National Product (GNP) riil
di negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi
merupakan indikasi keberhasilan pembangunan
ekonomi.
2. Masalah pengangguran
Pengangguran dapat didefenisikan sebagai orang yang
masuk dalam angkatan kerja (15 tahun sampai 64
tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum
mendapatkannya. Dalam perekonomian negara maju
dan berkembang (BPS, 2010), jenis-jenis
pengangguran yaitu:
a. Pengangguran Friksional (Frictional
Unemployment) adalah pengangguran yang
sifatnya sementara yang disebabkan adanya
kendala waktu, informasi, dan kondisi geografis
antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran
pekerjaan.
b. Pengangguran Struktural (Structural
Unemployment) adalah keadaan dimana
menganggur yang mencari lapangan pekerjaan
tidak mampu memenuhi persyaratan yang
ditentukan pembuka lapangan pekerjaan.
Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah
akan meningkatkan kebutuhan akan sumber
daya manusia yang memiliki kualitas lebih baik
dari sebelumnya.
c. Pengangguran Musiman (Seasonal
Unemployment) adalah pengangguran yang
disebabkan oleh fluktuasi kegiatan ekonomi
jangka pendek yang menyebabkan seorang harus
menganggur, seperti petani yang menanti musim
tanam.
d. Pengangguran Siklikal adalah pengangguran yang
menganggur akibat dari imbas naik turunnya
siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja
lebih rendah daripada penawaran kerja.

18
KONSEP DASAR EKONOMI MAKRO

Terjadinya pengangguran diakibatkan oleh kurangnya


pengeluaran agregat salah satu indikator kurangnya
pengeluaran agregat adalah penurunan tingkat
konsumsi-konsumsi suatu masyarakat. Perusahaan
baik dagang, manufaktur dan jasa akan mencari laba
yang optimal agar perusahaan tersebut terus berjalan.
Kemampuan menghasilkan laba harus didorong
permintaan ke atas barang dan jasa di pasar, semakin
tinggi permintaan ke atas barang dan jasa di pasar
berarti masyarakat berkemampuan untuk
mengkonsumsi atas barang dan jasa. Kenaikan
permintaan di pasar akan menambah produksi
perusahaan sehingga penggunaan menambah tenaga
kerja. Penambahan tenaga kerja untuk menghasilkan
produk dan jasa akan mengurangi pengangguran
dalam perekonomian, sebaliknya penurunan tingkat
konsumsi masyarakat, akan menurunkan permintaan
keatas barang dan jasa di pasar, perusahaan sebagai
penghasil barang dan jasa akan melakukan efisiensi
dengan cara melakukan pengurangan pemakaian
tenaga kerja, ketika kondisi ini terus berlanjut, maka
akan terjadi pengangguran.
3. Masalah inflasi
Inflasi dapat diartikan sebagai meningkatnya harga-
harga secara umum dan terus-menerus, kenaikan
harga dari satu atau dua harga barang saja tidak
dapat disebut inflasi bila kenaikan itu meluas (atau
mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya
dan kebalikan dari inflasi disebut deflasi (Silalahi et
al, 2014).
Inflasi atau deflasi yang rendah, mapan, dan terduga
bukanlah masalah, namun lonjakan inflasi yang tidak
terduga atau periode deflasi menyebabkan masalah
dan biaya yang besar. Inflasi atau deflasi yang tidak
terduga menyebabkan: redistribusi pendapatan,
redistribusi kekayaan, menurunkan PDB riil dan
lapangan pekerjaan, dan mengalihkan sumber daya
dari aktivitas produksi (Parkin, 2018).

19
KONSEP DASAR EKONOMI MAKRO

Manfaat untuk menentukan tingkat inflasi adalah


untuk mengetahui kenaikan dan penurunan
(perubahan) berbagai tingkat harga dari tahun ke
tahun. Untuk menentuka inflasi perlu mengetahui
informasi Indeks Harga Konsumen (IHK) dari tahun ke
tahun. Menurut Samuelson (2004), formula tingkat
inflasi yaitu:
(IHK - IHK-1)
Inflasi = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
IHK -1
Dimana:
IHK : Indeks Harga Konsumen saat ini
IHK-1 : Indeks Harga Konsumen sebelumnya
Dalam penyusunan Indeks Harga Konsumen (IHK)
meliputi tiga tahap, yaitu:
a. Tahap pertama, memilih keranjang IHK (CPI
basket)
b. Tahap kedua, mengadakan survei harga bulanan
c. Tahap ketiga, menghitung IHK.
Inflasi dapat terjadi karena berbagai hal sebagai
berikut:
a. Ketidakseimbangan pengeluaran agregat
dibandingkan dengan kemampuan perusahaan
dalam menyediakan barang-barang.
b. Tuntutan kenaikan upah oleh pekerja yang
menyebabkan harga pokok barang bertambah.
c. Kenaikan harga-harga barang yang diimpor.
d. Pengeluaran uang yang bertambah secara
berlebihan tanpa diikuti oleh pertambahan
produksi dan penawaran barang.
e. Kekacauan politik dan ekonomi.
4. Masalah neraca pembayaran
Neraca pembayaran merupakan suatu ikhtisar yang
meringkas transaksi-transaksi antara penduduk

20
KONSEP DASAR EKONOMI MAKRO

suatu negara dengan penduduk negara lain selama


jangka waktu tertentu. Neraca pembayaran
memberikan informasi penting mengenai hubungan
ekonomi diantara satu negara dengan negara lain.
Menurut Sukirno (2004), neraca pembayaran
merupakan data yang memberikan gambaran tentang
lalu lintas pembayaran dan perdagangan dari satu
negara ke negara lain dalam periode waktu tertentu.
Neraca pembayaran mencakup pembelian dan
penjualan barang dan jasa, hibah dari individu dan
pemerintah asing, dan transaksi financial. Umumnya
neraca pembayaran terdiri atas neraca transaksi
berjalan dan neraca lalu lintas modal dan financial
dan item-tem finansial.
Transaksi dalam neraca pembayaran dapat dibedakan
dua macam transaksi, yaitu:
a. Transaksi debit, yaitu transaksi yang
menyebabkan mengalirnya arus uang (devisa) dari
dalam negeri ke luar negeri. Transaksi ini disebut
transaksi negatif (-), yaitu transaksi yang
menyebabkan berkurangnya posisi cadangan
devisa.
b. Transaksi kredit, yaitu transaksi yang
menyebabkan mengalirnya arus uang (devisa) dari
luar negeri ke dalam negeri. Transaksi ini disebut
juga transaksi positif (+), yaitu transaksi yang
menyebabkan bertambahnya posisi cadangan
devisa negara.
Neraca pembayaran yang defisit dapat menimbulkan
akibat sebagai berikut:
a. Penurunan kegiatan ekonomi dalam negeri karena
penggunaan barang impor
b. Harga valuta asing meningkat
c. Harga barang impor bertambah mahal
d. Kegairahan pengusaha berkurang dalam
penanaman modal dan membangun usaha baru.

21
KONSEP DASAR EKONOMI MAKRO

Menurut Rahardja (2010), ada beberapa aspek yang


dianalisis teori ekonomi makro, antara lain sebagai
berikut:
1. Penentuan tingkat kegiatan perekonomian negara
Dalam hal ini teori ekonomi makro menganalisis
mengenai sampai sejauh mana suatu perekonomian
akan menghasilkan barang dan jasa. Tingkat kegiatan
perekonomian ini ditentukan oleh pengeluaran
agregat dalam perekonomian yang meliputi: (1).
Pengeluaran rumah tangga atau konsumsi rumah
tangga, (2). Pengeluaran pemerintah, (3). Pengeluaran
perusahaan atau investasi, serta (4). Ekspor dan
impor. Analisis dalam teori ekonomi makro juga
memperhatikan perubahan harga-harga dan
pengaruh perubahan jumlah uang beredar terhadap
pengeluaran agregat.
2. Pengeluaran agregat
Masalah akan timbul bila pengeluaran agregat tidak
mencapai tingkat yang ideal. Idealnya, pengeluaran
agregat mencapai tingkat yang diperlukan untuk
mewujudkan kesempatan kerja penuh tanpa
menimbulkan inflasi meskipun dalam praktiknya
tujuan ini sulit dicapai.
3. Mengatasi pengangguran dan inflasi
Perekonomian tidak dapat secara otomatis mengatasi
masalah pengangguran dan inflasi. Tindakan
pemerintah diperlukan untuk mengatasi kedua
masalah itu, yakni serangkaian kebijakan, berupa
kebijakan moneter dan kebijakan fiskal.
Perkembangan Teori Ekonomi Makro
Titik awal perkembangan ekonomi modern dimulai pada
saat Adam Smith (1772-1790), sejak ditulisnya sebuah
buku berjudul “An Inquiry Into The Mature and Causes of
the Wealth of Nation”. Adam Smith merintis pemikiran
baru tentang analisis ilmu ekonomi dengan

22
KONSEP DASAR EKONOMI MAKRO

melepaskannya dari belenggu teori moral dan teologis.


Dalam arti untuk memecahkan masalah-masalah
ekonomi diperlukan dasar-dasar ilmiah, karena
permasalahan ekonomi akan teratasi jika ekonomi
dikembalikan kepada kondisi keseimbangan. Lebih lanjut
Adam Smith mengatakan bahwa seperti alam semesta
yang berjalan serba teratur, sistem ekonomi pun akan
mampu memulihkan dirinya sendiri (self adjustment)
karena ada kekuatan pengatur yang disebut sebagai
tangan-tangan tak terlihat (invisible hand). Dalam bahasa
yang sederhana tangan gaib tersebut adalah mekanisme
alokasi sumber daya ekonomi berlandaskan interaksi
kekuatan permintaan dan penawaran. Akan tetapi teori
tersebut tidak mampu mengatasi macetnya
perkembangan ekonomi dunia yang mengalami depresi
pada tahun 1930 atau biasa disebut dengan peristiwa
“The Great Depression”.
Dari peristiwa inilah, muncul revolusi Keynes dengan
ditandai terbitnya buku “The General Theory of
Employment, Interest and Money” pada tahun 1936, karya
John Maynard Keynes. Dalam bukunya tersebut, Keynes
melontarkan pendapat untuk memperbaiki keadaan
depresi ekonomi yang berlangsung di banyak negara
dunia. Teori umum yang diungkapkan oleh Keynes terdiri
dari dua hal pokok, yakni:
1. Kritik terhadap kelemahan teori klasik yang mengenai
asumsi pasar dan terlalu ditekankannya masalah
ekonomi pada sisi penawaran.
2. Usulan untuk pemulihan perekonomian dengan
memasukan peran pemerintah dalam perekonomian
sebagai langkah untuk menstimulir sisi permintaan.
Kedua pokok pikiran Keynes inilah yang kemudian
membawa pembaruan dalam ilmu ekonomi, meliputi:
1. Mulai diperhatikannya dimensi global atau agregat
dalam analisis ilmu ekonomi.
2. Dimasukannya peranan pemerintah ke dalam analisis
ilmu ekonomi sehingga hal ini telah menimbulkan
asumsi terhadap pentingnya peranan analis
kebijakan.

23
KONSEP DASAR EKONOMI MAKRO

3. Diperlukannya analisis kebijakan, maka diperlukan


pula studi-studi empiris terkait dalam hal kebijakan
ekonomi makro.
Tradisi teori ekonomi makro bersumber dari Keynes.
Tradisi kajian ini timbul sebagai reaksi-reaksi terhadap
kegagalan tradisi ekonomi Adam Smith dalam
menjelaskan timbulnya resesi, pengangguran,
kemiskinan, dan masalah kegagalan proses
pembangunan ekonomi. Dalam tradisi ini, kedudukan
negara/pemerintah sebagai regulator perekonomian
justru ditonjolkan. Kajian ekonomi saat ini terutama
dilakukan pada tingkat negara dan juga sangat
didominasi oleh kebijakan yang dibuat negara. (Karya dan
Syamsuddin, 2016).
Ada beberapa hal yang tidak bisa dijawab dengan analisis
mikroekonomi, yaitu:
1. Faktor-faktor apakah yang menentukan tingkat
kegiatan ekonomi suatu negara?
2. Mengapa setiap negara menghadapi masalah
pengangguran, yang adakalanya semakin lama
semakin buruk keadaannya.
3. Mengapa harus terjadi kenaikan harga-harga yang
sering diikuti dengan masalah pengangguran yang
cukup serius?
4. Mengapa berbagai perekonomian tidak mengalami
pertumbuhan yang sama cepatnya?
Analisis-analisis dalam teori mikroekonomi pada
umumnya meliputi bagian-bagian kecil dari keseluruhan
kegiatan perekonomian. Dalam teori mikro ekonomi yang
dianalisis adalah kegiatan seseorang konsumen, suatu
perusahaan atau suatu pasar. Sedangkan analisis-
analisis dalam teori makroekonomi lebih global atau lebih
menyeluruh sifatnya. Dalam makro ekonomi yang
diperhatikan adalah tindakan konsumen secara
keseluruhan, kegiatan-kegiatan keseluruhan pengusaha
dan perubahan-perubahan keseluruhan kegiatan
ekonomi. Atas dasar corak analisis yang berbeda ini ahli-
ahli ekonomi membedakan teori-teori dasar dalam ilmu
ekonomi kepada teori mikro dan makro.

24
KONSEP DASAR EKONOMI MAKRO

Di samping perbedaan di atas, yang penting lagi mikro


ekonomi dan makro ekonomi berbeda dalam ruang
lingkup dan titik berat (fokus) analisisnya. Mikro ekonomi
lebih menitiberatkan kepada analisis mengenai masalah
membuat pilihan untuk mewujudkan efisiensi dalam
penggunaan sumber-sumber daya (resources) dan untuk
mencapai kepuasan maksimum. Sedangkan analisis-
analisis dalam makro ekonomi menerangkan bagaimana
segi permintaan dan penawaraan menentukan tingkat
kegiatan dalam perekonomian, masalah-masalah utama
yang sering dihadapi dalam setiap perekonomian dan
peranan kebijakan dan campur tangan pemerintah untuk
mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi.
Hubungan antara Variabel Ekonomi Makro
Ekonomi makro yang merupakan bagian dari ilmu
ekonomi yang mempelajari masalah ekonomi secara
keseluruhan (agregat). Istilah agregat yaitu menonjolkan
bahwa yang menjadi pusat perhatian dari ekonomi makro
adalah variabel-variabel ekonomi secara totalitas seperti
pendapatan nasional, konsumsi, tabungan, investasi,
pengangguran, inflasi. Sehingga variabel-variabel ekonomi
keberadaannya sangat komplek.
Secara umum hubungan antar variabel terdiri dari empat
tipe, yaitu:
1. Hubungan perilaku, merupakan gambaran hubungan
satu variabel atau beberapa variabel.
2. Hubungan identitas, merupakan hubungan defesional
yang tepat sama antara satu variabel dengan satu
atau beberapa variabel lain.
3. Hubungan teknologi, menggambarkan hubungan
antara variabel yang disebabkan oleh sifat fisik dari
variabel tersebut.
4. Hubungan kelembagaan, yaitu hubungan yang terjadi
karena pengaruh tindakan suatu lembaga.

25
KONSEP DASAR EKONOMI MAKRO

Daftar Pustaka
Karya, Detri dan Syamri Syamsuddin. (2016). Makro
Ekonomi: Pengantar untuk Manajemen. Jakarta:
Rajawali Pers.
Nasrullah, Yazid. (2007). Peran Filsafat Ilmu Terhadap
Ilmu Ekonomi dan Pengembangan Para Sarjananya.
UNISIA, Volume XXX Nomor 65.
Nursalam. (2016). Buku Ajar Makroekonomi. Yogyakarta:
Deepublish.
Parkin, Michael. (2018). Ekonomi (Buku 2: Makro).
Jakarta: Salemba Empat.
Samuelson, Paul A & William D Nordhaus. (1992).
Economics, 14 th Edition. New York: McGraw – Hill.
Silalahi, Remus., J.A Purba., Darwin Damanik.,
Muhammad Fahmi. (2014). Pengantar Ekonomi
Makro. Bandung: Citapustaka media.
Sukirno, Sadono. (2004). Pengantar Teori Makro Ekonomi.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.

26
KONSEP DASAR EKONOMI MAKRO

Profil Penulis
Darwin Damanik
Penulis lahir di Jakarta, 28 Desember 1981.
Mengenyam pendidikan SD sampai SMA di
Jakarta. Ia menyelesaikan studi S1 – Ilmu
Ekonomi Studi Pembangunan di Fakultas
Ekonomi Universitas Lampung dengan konsentrasi Ekonomi
Moneter pada tahun 2005. Selanjutnya, Ia merampungkan
studi S2 - Ilmu Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia dengan konsentrasi Ekonomi Moneter pada tahun
2008. Saat ini, ia tengah menempuh studi S3 - Ilmu Ekonomi di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
dengan konsentrasi Ekonomi Regional. Aktivitasnya selain
sebagai Dosen di Prodi Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi Universitas Simalungun, juga sebagai konsultan /
tenaga ahli di beberapa kegiatan pemerintah kabupaten/kota di
Provinsi Sumatera Utara. Penulis juga aktif dalam menulis
buku-buku ekonomi, menulis paper yang dipublikasikan jurnal
nasional dan internasional, dan juga mengikuti pertemuan
ilmiah baik seminar nasional maupun internasional. Di
kampusnya, penulis mengampu mata kuliah Ekonomi Makro,
Ekonomi Pembangunan, Metodologi Penelitian, dan
Perekonomian Indonesia.
Email Penulis: darwin.damanik@gmail.com

27
28
3
PASAR FAKTOR PRODUKSI

Elsa Christin Saragih, S.P., M.P.


Program Studi Agribisnis
Universitas Kristen Wira Wacana Sumba

Dalam siklus kegiatan ekonomi proses produksi


merupakan suatu kegiatan penting, selain distribusi dan
konsumsi. Tujuan aktivitas produksi adalah untuk
menciptakan barang ataupun jasa untuk memenuhi
kebutuhan konsumen. Perusahaan dalam proses
produksinya membutuhkan dukungan berbagai faktor
dalam aktivitasnya yang disebut sebagai faktor produksi.
Jadi, faktor produksi bisa dimaknai sebagai semua benda
yang mampu membantu melancarkan proses produksi
perusahaan.
Menurut Rahardja (2008), terdapat tiga faktor produksi
yang dibutuhkan produsen dalam memproduksi barang
dan jasa, yaitu:
1. Tenaga kerja, dengan balas jasa berupa upah atau gaji
(wage/salary)
2. Barang modal (mesin dan tanah), dengan balas jasa
berupa sewa (rent)
3. Uang, dengan balas jasa berupa bunga (interest)
Penyediaan kebutuhan faktor produksi oleh perusahaan
dilakukan melalui proses jual-beli, sehingga terbentuklah
pasar faktor produksi. Pasar faktor produksi dapat
diartikan sebagai suatu pasar yang mempertemukan
antara penjual dan pembeli faktor produksi. Penjualnya
adalah siapa saja yang memiliki faktor produksi (tanah,

29
PASAR FAKTOR PRODUKSI

tenaga kerja maupun barang modal), sedangkan


pembelinya adalah perusahaan yang melakukan
produksi. Pasar faktor produksi disebut juga sebagai
pasar input, karena semua faktor produksi yang diperjual
belikan di dalam pasar tersebut merupakan input untuk
melakukan proses produksi bagi perusahaan.
Dalam pasar faktor produksi terdapat beberapa ciri-ciri
yang membedakannya dari pasar barang (output). Ciri-ciri
tersebut diantaranya:
1. Pasar ini tidak berwujud fisik, melainkan berwujud
kegiatan.
2. Permintaan berasal dari rumah tangga produsen
dalam hal ini perusahaan yang melakukan kegiatan
produksi
3. Penawaran berasal masyarakat konsumen yang
memiliki faktor produksi, atau dari produsen yang
menghasilkan faktor produksi
4. Pembelian yang dilakukan oleh perusahaan biasanya
dalam partai besar, tujuannya untuk mengamankan
persedian faktor produksinya.
Konsep-Konsep Dasar dalam Menganalisis Pasar
Faktor Produksi
1. Faktor produksi sebagai permintaan turunan (derived
demand)
Pada pasar faktor produksi permintaan terhadap
suatu barang faktor produksi biasanya sangat
tergantung terhadap barang lain maka permintaan ini
disebut sebagai permintaan turunan (derived
demand). Sebagai contoh, permintaan terhadap faktor
produksi tenaga kerja tergantung kepada tinggi
rendahnya permintaan terhadap barang dan jasa hasil
produksi. Apabila permintaan barang dan jasa di
pasar meninggkat (tinggi) maka permintaan terhadap
tenaga kerja yang dipakai dalam proses produksi juga
akan meningkat. Selanjutnya, apabila semakin besar
permintaan terhadap jasa gedung perkantoran, maka

30
PASAR FAKTOR PRODUKSI

permintaan terhadap faktor produksi tanah juga akan


meningkat.
2. Hubungan antara faktor produksi (substitusi atau
komplemen)
Faktor produksi bisa saja memiliki hubungi yang
saling menggantikan (substitusi) ataupun saling
melengkapi. Hubungan tersebut dapat mempengaruhi
permintahan terhadap masing-masing barang faktor
produksi. Dalam perkembangan teknologi di masa
sekarang, banyak mesin yang diciptakan untuk
membantu proses produksi. Mesin merupakan
substitusi tenaga kerja apabila penambahan
penggunaan mesin berdampak menggantikan dan
mengurangi penggunaan tenaga kerja manusia.
Namun, hubungan antar mesin dan tenaga kerja
manusia bisa juga bersifat komplementer, ketika
penambahan penggunaan mesin justru menambah
penggunaan tenaga kerja.
3. Hukum pertambahan hasil yang semakin menurun
(the law of diminishing return)
Pada proses produksi sama dengan yang terjadi pada
proses konsumsi, penambahan penggunaan faktor
produksi yang awalnya memberikan tambahan hasil
yang besar, namun semakin lama penambahan
penggunaannya akan memberikan manfaat yang
menurun.
4. Efek substitusi dan efek output (substitution and
output effect)
Dalam analisis efek substitusi, pada pasar faktor
produksi jika harga satu faktor produksi meningkat,
maka penggunaan input tersebut akan dikurangi
untuk menekan biaya. Di sisi lain perusahaan akan
menggunakan lebih banyak faktor produksi yang lain
yang memiliki harga yang relatif lebih murah untuk
menjaga tingkat produksinya (output). Untuk analisis
efek output atau efek skala produksi, suatu produksi
dikatakan normal ketika dilakukan penambahan
skala produksi mengakibatkan peningkatan

31
PASAR FAKTOR PRODUKSI

penggunaan faktor produksi tersebut. Sebaliknya


apabila penambahan skala produksi justru berakibat
mengurangi penggunaan faktor produksi, berarti
faktor produksi tersebut adalah inferior.
Faktor-Faktor Penentu Permintaan terhadap Faktor
Produksi
Ada 5 (lima) faktor yang dapat mempengaruhi permintaan
perusahaan terhadap faktor produksi, yaitu sebagai
berikut:
1. Harga Faktor Produksi
Harga pada pasar produksi berupa sewa untuk tanah
dan barang modal atau upah dan gaji yang diberikan
kepada tenaga kerja. Jika sifat faktor produksi
normal, semakin murah harga yang ditawarkan, maka
jumlah yang diminta juga akan semakin besar. Dalam
kasus khusus (barang inferior), apabila harga faktor
produksiya turun justru akan menurunkan jumlah
yang diminta. Sebaliknya, ketika harga barang
tersebut naik justru permintaannya semakin
meningkat.
2. Permintaan Output
Besarnya permintaan terhadap faktor produksi (input)
akan semakin meningkat apabila skala produksi
perusahaan semakin besar. Akan terjadi sebaliknya
apabila input berupa barang inferior.
3. Permintaan terhadap Faktor Produksi Lain
Dalam hal ini permintaan terhadap faktor produksi
akan saling mempengaruhi tergantung kepada
hubungannya. Untuk hubungan faktor produksi yang
substitusi, apabila permintaan terhadap mesin
meningkat maka permintaan terhadap tenaga kerja
akan menurun. Namun bila hubungan keduanya
adalah komplemen, maka naiknya permintaan
terhadap mesin akan meningkatkan permintaan
terhadap tenaga kerja juga.

32
PASAR FAKTOR PRODUKSI

4. Harga Faktor Produksi yang Lain


Sifat hubungan antara barang faktor produksi sangat
mempengaruhi perubahan harga suatu faktor
produksi terhadap permintaan terhadap faktor
produksi lainnya. Untuk hubungan faktor produksi
yang saling substitusi maka permintaan terhadap
suatu faktor produksi akan meningkat apabila harga
faktor produksi substitusinya semakin mahal.
Sedangkan untuk hubungan komplementer,
permintaan terhadap faktor produksi akan menurun
ketika harga faktor produksi komplemennya semakin
mahal.
5. Kemajuan Teknologi
Terdapat dualisme dampak kemajuan teknologi
terhadap permintaan faktor produksi, artinya dapat
mengurangi atau menambah permintaan terhadap
faktor produksi. Misalnya, ketika kemajuan teknologi
dapat meningkatkan produktivitas maka permintaan
terhadap faktor produksi tersebut akan meningkat.
Namun di lain pihak apabila hubungannya substitusi,
permintaan terhadap tenaga kerja akan menurun.
Pasar Faktor Produksi Tanah
Faktor produksi tanah adalah semua kekayaan alam yang
terkandung dalam tanah, lautan, dan udara atau sering
disebut sumber daya alam (natural resources). Dalam
produksi suatu barang tanah merupakan sumberdaya
alam yang memiliki peranan yang sangat penting karena
merupakan tempat dan asal dari sumber daya alam
lainnya. Hampir semua kegiatan produksi yang dilakukan
perusahaan menggunakan tanah, setidaknya tanah
digunakan sebagai tempat berdirinya perusahaan
tersebut. Dalam pembahasan faktor produksi sumber
daya alam lebih ditekankan kepada istilah faktor produksi
tanah. Harga dan jumlah permintaan terhadap tanah
berbeda-beda tergantung perbedaan lokasi/letak,
kesuburan, dan banyaknya bentang tanah yang akan
digunakan.

33
PASAR FAKTOR PRODUKSI

Seiring perkembangan industri yang semakin cepat,


kebutuhan terhadap faktor produksi tanah juga semakin
meningkat. Sementara di sisi lain persediaan tanah yang
terbatas dan cenderung tetap, sementara permintaan
yang selalu bertambah. Hal ini berdampak terhadap
semakin tingginya harga ataupun sewa tanah.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan itu, terdapat
karakteristik tanah yang tidak ada pada faktor produksi
lainnya, antara lain:
1. Ketersediaan tanah yang tetap dan cenderung
terbatas
2. Letaknya tidak bisa dipindahkan
3. Tidak ada biaya produksi untuk tanah
Pasar tanah didefenisikan sebagai pasar yang
mempertemukan permintaan dan penawaran faktor
produksi tanah untuk melaksanakan transaksi jual-beli
tanah. Harga tanah pada pasar ini akan terbentuk apabila
terjadi keseimbanagan antara penawaran dan permintaan
terhadap tanah tersebut. Jumlah tanah terbatas sehingga
penawarannya tetap, sedangkan permintaan akan tanah
cenderung meningkat dari waktu ke waktu, terutama
untuk kriteria tanah yang subur. Karena itu kurva
penawaran tanah bersifat inelastik sempurna (berbentuk
garis lurus). Bila ditunjukkan dengan grafik akan tampak
seperti pada gambar berikut ini.

Gambar 3.1 Pergeseran kurva penawaran dan permintaan


pada faktor produksi tanah

34
PASAR FAKTOR PRODUKSI

Berdasarkan gambar 3.1 kurva S merupakan kurva


penawaran faktor produksi tanah yang bersifat inelastis
sempurna, sedangkan kurva D1, D2 dan D3 adalah kurva
permintaan terhadap tanah. Dari kurva terlihat bahwa
bergesernya kurva D1 ke D2 dan ke D3 maka harga tanah
akan mengalami kenaikan. Apabila permintaan faktor
produksi tanah terus meningkat, maka harga pasar tanah
juga akan terus meningkat.
Balas jasa atau pendapatan yang diterima oleh pemilik
tanah disebut juga sebagai sewa tanah. Pengertian sewa
dalam hal ini berbeda dengan pengertian sewa secara
umum. Berikut ini beberapa teori yang menjelaskan
mengenai sewa tanah (Dinar & M. Hasan, 2018).
1. Teori sewa tanah Kaum Physiokrat
Menurut kaum Physiokrat tanah memiliki kesuburan
yang asli yang menimbulkan adanya sewa tanah.
Kesuburan tanah yang asli menghasilkan hasil bersih
(product net) yang dibagi sebagian kepada pemilik
tanah sebagai sewa tanah.
2. Teori sewa tanah David Ricardo
Menurut Ricardo sewa tanah timbul karena
keterbatasan tanah yang subur. Tanah yang subur
akan memberi keuntungan yang lebih karena tidak
perlu terlalu diolah sehingga biaya pengolahan tanah
bisa dikurangi. Sewa tanah yang diberikan kepada
pemilik tanah merupakan sebagian dari perbedaan
keuntungan tersebut. Jadi sewa tanah ini merupakan
sewa yang diferensiil; karena dihasilkan dari
perbedaanletak dan kesuburan tanah yang dipakai
untuk produksi.
3. Teori sewa tanah Von Thunen
Menurut Thunen teori sewa tanah David Ricardo
memiliki kekurangan sehingga disempurnakan oleh
Thunen yaitu dengan memasukkan pengaruh jarak
tanah dari pasar. Menurut teori Thunen tanah subur
yang jaraknya dekat dengan pasar akan beda
harganya dengan yang jauh dari pasar, karena
semakin jauh jaraknya dari pasar maka biaya
transportasinya juga akan semakin mahal.

35
PASAR FAKTOR PRODUKSI

Pasar Faktor Produksi Tenaga Kerja


Sebagai salah satu faktor produksi dalam perusahaan,
tenaga kerja dikombinasikan dengan faktor produksi lain
untuk dapat menghasilkan out put berupa barang
ataupun jasa. Tenaga kerja merupakan faktor produksi
primer, karena tanpa tenaga kerja proses produksi tidak
akan bisa berjalan. Pasar tenaga kerja dapat didefinisikan
sebagai pasar yang mempertemukan antara permintaan
dan penawaran tenaga kerja yang diperlukan untuk
kepentingan kegiatan produksi. Biasanya jumlah tenaga
kerja yang diperlukan tergantung skala usaha
perusahaan, dan dari pasar ini akan muncul harga tenaga
kerja yang biasa disebut sebagai upah atau gaji yang
ditentukan dari keseimbangan antara permintaan dan
penawaran di pasar tenaga kerja.
Permintaan tenaga kerja datang dari rumah tangga
perusahaan. Permintaan perusahaan terhadap tenaga
kerja berbeda dengan permintaan konsumen terhadap
barang dan jasa. Suatu barang atau jasa dibeli oleh
seseorang karena barang tersebut memberikan mafaat
(utility) kepada si pembeli. Sedangkan, perusahaan
mempekerjakan tenaga kerja untuk bekerja memproduksi
barang atau jasa yang nantinya akan dijual kepada
konsumen. Permintaan masyarakat terhadap hasil
produksi suatu perusahaan sangat menentukan jumlah
permintaan terhadap tenaga kerjanya. Oleh karena itu
permintaan terhadap tenaga kerja merupakan permintaan
turunan (derived demand), artinya permintaan
perusahaan terhadap tenaga kerja tergantung besarnya
permintaan masyarakat terhadap hasil produksinya.
Dengan demikian perusahaan harus menjaga permintaan
masyarakat terhadap hasil produksinya stabil atau
bahkan meningkat agar bisa mempertahankan tenaga
kerja yang dimilikinya.
Penawaran tenaga kerja adalah total keinginan kerja (jam
kerja) yang bisa diberikan oleh individu yang ingin bekerja
(angkatan kerja) yang ada dalam pasar (Rahardja &
Mandala M, 2008). Keputusan seseorang untuk bekerja
terkait dengan seberapa banyak waktu yang ingin dia
alokasikan untuk bekerja dan tidak bekerja. Ketika

36
PASAR FAKTOR PRODUKSI

seseorang bekerja maka akan kehilangan waktu untuk


tidak bekerja (leisure time) yang bisa digunakannya untuk
menambah utilitas hidup. Biaya ekonomi dari kehilangan
waktu tersebut disebut biaya ekonomi (opportunity cost)
dari bekerja. Sebaliknya ketika kesempatan untuk kerja
tidak diperoleh maka akan kehilangan pendapatan. Pada
awalnya, adanya tambahan upah ketika bekerja akan
meningkatkan alokasi waktu untuk bekerja, namun
sampai titik upah tertentu seseorang akan merasa bahwa
utilitas hidupnya menurun karena sebagian besar
waktunya dipakai untuk bekerja. Akhirnya dia merasa
biaya kesempatan untuk bekerja sangat mahal sehingga
dia memutuskan untuk mengurangi jam kerja.
Hubungan antara permintaan dan penawaran faktor
produksi tenaga kerja bisa kita lihat seperti pada gambar
berikut.

Gambar 3.2 Pergeseran kurva penawaran dan permintaan


pada pasar faktor tenaga kerja
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa kurva
penawaran tenaga kerja selalu bertambah seiring dengan
meningkatnya laju pertumbuhan penduduk. Hal tersebut
terlihat pada pergeseran kurva dari S S menjadi S 1S1.
Seiring perkembangan jaman banyak ditemukan teknologi
baru yang bisa menggantikan tenaga kerja manusia.
Kondisi tersebut pada kurva permintaan tenaga kerja
mengakibatkan pertambahan penawarannya lebih besar
daripada permintaan, sehingga tingkat upah yang

37
PASAR FAKTOR PRODUKSI

diberikan kepada tenaga kerja mengalami penurunan dari


W menjadi W1.
Kualifikasi ketenagakerjaan pada pasar tenaga kerja
dapat dilihat dari beberapa segi diantaranya:
1. Tenaga kerja menurut jenis kelaminnya.
Tenaga kerja menurut jenis kelamin dibagi atas
tenaga kerja pria dan tenaga kerja wanita.
Pengelompokan tenaga kerja ini atas dasar agar ada
kesesuain antara tenaga yang diperluakan dengan
jenis pekerjaan.
2. Tenaga kerja menurut kualitasnya
Tenaga kerja menurut kualitasnya dibagi menjadi:
a. Tenaga kerja ahli (terdidik) yaitu tenaga kerja yang
diperoleh melalui seleksi dari jenjang pendidikan.
b. Tenaga kerja terlatih (terampil) yaitu tenaga kerja
yang memiliki keterampilan yang diperoleh
berdasarkan pengalaman kerja ataupun melalui
kursus-kursus yang diikutinya.
c. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terampil
yaitu tenaga kerja yang biasanya hanya
mengandalkan kekuatan fisik, dan tidak terdidik
maupun tidak terampil.
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa imbalan jasa yang
diberikan perusahaan kepada tenaga kerja disebut upah
ataupun gaji. Upah yang diberikan sesuai dari
keseimbanagan permintaan dan penawaran tenaga kerja.
Namun besaran upah tenaga kerja tersebut nilainya juga
tergantung pada:
1. Mutu tenaga kerja yang tergantung kepada tingkat
keahlian dan keterampilan pekerja. Biasanya semakin
tinggi tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki
tenaga kerja, maka akan semakin tinggi juga harga
atau upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja
tersebut.
2. Besarnya daya beli perusahaan terhadap tenaga kerja.
Apabila suatu perusahaan memiliki kemampuan daya

38
PASAR FAKTOR PRODUKSI

beli yang tinggi, maka harga ataupun upah yang


ditentukan oleh perusahaan tersebut juga akan
semakin tinggi.
3. Tingkat kehidupan masyarakat disekitar tenaga kerja.
Apabila tenaga kerja tersebut hidup di sekitar
masyarakat yang tingkat kehidupannya tinggi, maka
biaya hidup tenaga kerja cenderung lebih tinggi juga.
Hal ini mengakibatkan harga ataupun upah tenaga
kerja menjadi tinggi demi memenuhi kebutuhan
hidupnya.
4. Campur tangan pemerintah. Pemerintah dalam hal
harga atau upah tenaga kerja memberikan campur
tangannya dalam bentuk menetapkan undang-
undang atau peraturan yang terkait dengan
penetapan tingkat upah pekerja. Seperti dengan
penentuan adanya UMR (Upah Minimum Regional),
yang mengatur ketentuan upah minimal yang harus
dibayarkan perusahaan kepada tenaga kerja per
bulan. Dengan adanya aturan mengenai UMR ini
secara otomatis peusahaan arus membayarkan upah
tenaga kerja sekurang-kuranya senilai UMR dan tidak
boleh dibawahnya.
Pasar Produksi Modal
Dalam pengertian sehari-hari modal adalah barang yang
mampu memberikan pendapatan pada seseorang tanpa ia
harus bekerja. Sedangkan dalam ilmu ekonomi modal
adalah semua produk yang dapat digunakan untuk
memproduksi atau menghasilkan produk selanjutnya.
Pengertian barang modal dalam hal ini bukan hanya
berupa bahan, mesin-mesin ataupun peralatan saja,
tetapi termasuk juga sejumlah uang yang dapat dipakai
untuk membeli barang-barang modal. Modal yang berupa
uang bisa berasal dari tabungan maupun pinjaman yang
selanjutnya digunakan untuk investasi dalam
perusahaan.

39
PASAR FAKTOR PRODUKSI

Faktor produksi modal dapat diklasifikasikan sebagai


berikut:
1. Modal menurut sifatnya
a. Modal lancar, yaitu modal habis pakai yang hanya
dapat digunakan satu kali dalam proses produksi.
Contohnya: bahan mentah ataupun bahan baku
b. Modal tetap, yaitu modal yang tidak habis pakai
yang dapat dipergunakan lebih dari satu kali
dalam proses produksi. Contohnya: peralatan dan
mesin-mesin.
2. Modal menurut bentuknya
a. Modal abstrak, yaitu modal yang tidak berwujud
atau tidak dapat dilihat fisiknya, akan tetapi
sangat menentukan hasil produksi. Contohnya:
keahlian dan keterampilan tenaga kerja.
b. Modal konkrit, yaitu barang modal yang wujud
fisiknya dapat dilihat dan disentuh. Contohnya:
bahan mentah, bahan baku, mesin dan peralatan.
3. Modal menurut fungsinya
a. Modal individu, yaitu modal yang dimiliki individu
(perorangan) dan menjadi sumber pendapatannya
sekalipun pemiliknya tidak turut serta dalam
proses produksi.
b. Modal masyarakat, yaitu modal yang digunakan
secara umum oleh masyarakat dalam kegiatannya
menghasilkan barang ataupun jasa.
Pasar faktor produksi modal merupakan pasar tempat
bertemunya penjual dan pembeli barang-barang mmodal
yang dibutuhkan dalam produksi. Apabila menggunakan
istilah penawaran dan permintaan, pasar faktor produksi
modal didefenisiskan sebagai suatu pasar yang
mempertemukan penawaran dan permintaan terhadap
barang-barang modal. Pasar faktor produksi disini dapat
berupa pasar barang modal yang memperjualbelikan
barang-barang modal seperti contohnya bahan mentah
ataupun bahan baku, bahan pembantu, mesin dan

40
PASAR FAKTOR PRODUKSI

peralatan produksi, serta pasar modal yang


memperjualbelikan modal uang.
Permintaan barang modal berasal dari perusahaan
sebagai produsen yang membutuhkan barang modal
untuk berproduksi. Berikut ini beberapa faktor yang
mempengaruhi kekuatan permintaan barang modal,
antara lain:
1. Besarnya jumlah permintaan masyarakat sebagai
konsumen terhadap produk yang dihasilkan oleh
perusahaan bersangkutan.
2. Tergantung kepada motivasi pengusaha untuk
memperluas ataupun meningkatkan skala
produksinya. Semakin tinggi motivasi perusahaan
sebagai produsen untuk meningkatkan skala
produksinya, maka permintaannya terhadap barang
modal juga akan semakin meningkat.
Penawaran terhadap faktor produksi modal berasal dari
masyarakat (baik secara individu maupun kelompok) yang
memiliki barang modal tersebut. Untuk penawaran
barang modal juga ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya, natara lain:
1. Ditemukannya sumber produksi baru yang dapat
menghasilkan barang modal, sehingga jumlah
penawaran bisa berubah.
2. Masyarakat berhasil dalam memproduksi ataupun
mengahsilkan barang modal sendiri.
3. Adanya perubahan penawaran dan permintaan
barang modal yang pada dasarnya akan memberikan
pengaruh terhadap keseimbangan pasar, sehingga
secara otomatis terjadi perubahan harga barang
modal tersebut di pasar.

41
PASAR FAKTOR PRODUKSI

Kurva permintaan dan penawaran yang terjadi pada pasar


faktor produksi tampak pada gambar berikut.

Gambar 3.1 Kurva penawaran dan permintaan pada pasar


faktor produksi modal

Daftar Pustaka
Mankiw, N. Gregory. (2018). Pengantar Ekonomi Mikro
(Edisi 7). Jakarta: Salemba Empat.
Nopirin. (2000). Pengantar Ilmu Ekonomi Makro & Mikro.
Yogyakarta: BPFE UGM.
Pindiyck, Robert S & Daniel L. Rubinfeld. (2018)
MIKROEKONOMI Edisi Kedelapan. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Rahardja, Prathama & Mandala Manurung. (2008).
Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi &
Makroekonomi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomu Universitas Indonesia.

42
PASAR FAKTOR PRODUKSI

Profil Penulis
Elsa Christin Saragih
Penulis merupakan dosen Program Studi
Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Kristen Wira Wacana Sumba
(Unkriswina). Sebelumnya penulis menempuh
Pendidikan Sarjana di Jurusan SOsial Ekonomi Pertanian
(Agribisnis), Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran
Bandung dan Pendidikan Pascasarjana di Magister Ilmu
Pertanian Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Penulis
memiliki kepakaran di bidang Ekonomi Pertanian. Selama 3
tahun mengajar mata kuliah yang diampu merupakan mata
kuliah yang berkaitan dengan kepakaran penulis, yaitu
Pengantar Ilmu Ekonomika, Ekonomi Pertanian, Ekonomi
Mikro, Ekonomi Makra dan Studi Kelayakan Bisnis. Dan untuk
mewujudkan karir sebagai dosen profesional, penulis pun aktif
melakukan penelitian di bidang kepakaran tersebut. Beberapa
penelitian yang telah dilakukan sudah di publikasikan pada
jurnal nasional terakreditasi. Sebagai peneliti, penulis juga
mulai aktif menulis buku dengan harapan bisa memberikan
kontribusi positif bagi dunia pendidikan juga bagi bangsa dan
negara tercinta ini. Penulis juga memiliki pengalaman dalam
mempresentasikan hasil penelitian dalam konferensi
internasional yang bertemakan International Conference on
Climate Change (ICCC) pada tahun 2020 di Kupang-NTT dan
International Conference on Climate Change and Culture
(ICCCC) pada tahun 2021 di Waingapu-NTT.
Email Penulis: elsacsaragih@unkriswina.ac.id

43
44
4
PASAR OLIGOPOLI

Fitriani S.Pd., M.Ak.


Universitas Muhammadiyah Luwuk

Pasar Oligopoli
Transaksi jual beli di pasar sering kita jumpai. Transaksi
penjualan ini termasuk dalam kegiatan ekonomi. Namun
kebutuhan yang mendorong munculnya transaksi jual
beli antara pelaku pasar dan konsumen tidaklah sama,
dan sebagian penjual dan produsen berusaha memenuhi
kebutuhannya. Karena jumlah pemasok dan produsen
yang sedikit, persaingan dapat terjadi dan menimbulkan
persaingan tidak sehat. Persaingan tidak sehat ini akan
membuat aktivitas pasar tidak seimbang.
Hanya satu atau beberapa produsen yang akan
diuntungkan Apalagi jumlah konsumen atau pembeli di
pasar ini tidak ada bandingannya, cenderung memiliki
banyak konsumen. Persaingan tidak seimbang ini sering
disebut sebagai pasar oligopolistik atau persaingan tidak
sempurna. Teori oligopoli memiliki cerita yang cukup
panjang. Istilah oligopol Pertama kali digunakan dalam
karyanya pada tahun 1916, yaitu "Utopia" 11 dalam
karyanya. Pasar. Oligoolythoria diformalkan sebagai
"Research sur Pripipls Mathematiques de la thorie des
Riches" melalui karyanya untuk pertama kalinya dari
Curchot Augustin pada tahun 1838. Setelah 50 tahun,
teori Belland telah ditolak.
Meski dikritik keras, teori Cournot masih menjadi patokan
bagi teori oligopoli lainnya. Pasar Oligopoli merupakan
suatu pasar dimana masih ada beberapa penghasil yang

45
PASAR OLIGOPOLI

membentuk barang-barang yang saling bersaingan. Ini


adalah sifat primer menurut pasar oligopoli.
Perusahaan yang beroperasi di pasar oligopolistik
membentuk produk yang homogen, namun bisa
menghipnotis harga pasar yang berlaku & hanya
memperhatikan harga jumlah produk yg diproduksi atau
dijual. Sebaliknya, pertimbangkan aspek lain, tindakan
yang diambil bersaing dengan setiap kebijakan yang
diterapkan perusahaan. Contohnya Industri termasuk
oligopoli, adalah industri semen dan otomotif Indonesia.
Di pasar ini, penetapan harga tergantung pada sejumlah
kecil pemain, tetapi pada banyak pemain. Sebagai
pemimpin harga, beberapa pemain ini dapat membuat
skema berikut:
1. Perusahaan oligopoli menghasilkan monopoli dan
berkolusi serta bekerja sama untuk mendapatkan
keuntungan dari monopoli tersebut
2. Pelaku oligopoli bersaing memperebutkan harga,
sehingga harga dan keuntungan akan sama seperti di
pasar persaingan Harga dan keuntungan oligopoli
akan berada antara harga di pasar monopoli dan
pasar kompetitif
3. Harga dan keuntungan oligopoli tidak terbatas.
Tujuan pasar oligopoli memberikan kebebasan kepada
konsumen untuk memilih produk yang mereka inginkan.
Dengan cara ini produsen meningkatkan kualitas produk
yang mereka jual untuk memenuhi kebutuhan
konsumen. Ini menjadi tantangan bagi produsen, Untuk
bertahan dan terus meningkatkan produk yang mereka
jual, produsen terus melakukan riset pasar dan
menciptakan produk yang baik dari pendahulunya,
sehingga konsumen menjadi tertarik dan membeli produk
tersebut. Bisnis umumnya terlihat lebih sulit, tetapi
menjadi produsen oligopolistik bisa lebih
menguntungkan, terutama dalam hal strategi pemasaran
yang diterapkan.

46
PASAR OLIGOPOLI

Berikut ini ciri pasar oligopoli:


1. Ada dua perusahaan atau lebih
Jika jumlah perusahaan dan produsen kurang dari
10%, Oligopoli baru dapat diwujudkan. Fitur ini
menyediakan kompetisi perdagangan yang sempurna
karena produk hanya diketahui di produsen dan
pasar perusahaan dengan "nama" atau merek banyak
orang. Oleh karena itu, negara adalah hukum kontrak
yang seharusnya tidak dijalankan di dunia pasar, Ini
terjadi untuk menghindari oligopoli ini, dan
pertumbuhan ekonomi dioperasikan dengan baik di
pasar, dan produsen yang lebih tua dan produsen
baru dapat bersaing dengan persaingan yang sehat.
2. Produk yang dijual umumnya bersifat homogen
Produsen biasanya memproduksi dan menjual hanya
satu produk. Dengan kata lain, tidak begitu sulit bagi
konsumen untuk mendapatkan produk yang
homogen, karena produk dari satu produk ke produk
lainnya atau produk yang saling menggantikan. Ada
beberapa produk homogen atau alternatif di
Indonesia, seperti tembakau. Hal tersebut terlihat
ketika ada jenis rokok yang kurang laku di pasaran
dan digantikan dengan produk yang sama (rokok),
tetapi dengan variasi yang berbeda.
3. Harga barang relatif sama
Harga produk yang relative sama ini merupakan ciri
ketiga oligopoli. Secara umum, harga barang dan jasa
di pasar oligopolistik ini tidak berbeda jauh atau
hampir sama. Dalam hal ini, kira-kira harga yang
sama berarti tidak ada perbedaan yang signifikan
terhadap harga produk yang dijual dari satu produsen
ke produsen lainnya. Karena jumlah produsen kecil,
harganya hampir sama. Pada umumnya, ketika harga
suatu produk dari satu produsen naik, begitu pula
produk dari produsen lain. Karena itu, melihat harga
satu jenis rokok, harganya tidak terlalu jauh.

47
PASAR OLIGOPOLI

4. Membutuhkan strategi pemasaran yang matang


Strategi pemasaran matang adalah fitur oligopoli
keempat. Di pasar, kompetisi pasar oligopoli menjadi
lebih ketat karena produsen yang bermain sangat
kecil. Oleh karena itu, untuk produsen yang dibahas
di pasar oligopoli, memiliki strategi pemasaran yang
matang untuk bersaing dengan produsen lain. Jika
pabrikan atau perusahaan tidak memenuhi rencana
strategis maka akan kehilangan daya saing mereka
dengan perusahaan lain. Strategi yang salah dapat
menyebabkan konsumen menarik produk lain, dan
barang atau jasa tidak dijual.
5. Kebijakan salah satu perusahaan secara signifikan
mempengaruhi produsen lainnya.
Adanya pengaruh terhadap produsen lain oleh
kebijakan produsen utama merupakan ciri oligopoli.
Dalam pasar oligopolistik, produsen utama adalah
pembuat kebijakan. Sederhananya, ketika produsen
utama menetapkan harga produk, produsen lain
mengikuti harga yang ditetapkan oleh produsen
utama. Perubahan fungsi produk serta harga dapat
memengaruhi produsen lain.
Oleh karena itu, produsen "biasa" dari pasar
oligopolistik perlu dipersiapkan dengan baik untuk
mengikuti perubahan kebijakan yang berasal dari
produsen utama. Jika pabrikan "biasa" tidak dapat
bersaing dengan pabrikan besar, mereka bisa kalah
dalam persaingan. Dalam oligopoli, setiap perusahaan
diposisikan sebagai bagian dari permainan pasar dan
keuntungan dari tindakan pesaingnya, sehingga
dapat dieksekusi untuk semua promosi, iklan,
peluncuran produk baru, perubahan harga, dan
sebagainya. Menjauhkan konsumen dari pasar
Praktek oligopoli umumnya diterapkan sebagai upaya
untuk menjaga perusahaan potensial di pasar.
Perusahaan membuat oligopoli sebagai salah satu
upaya untuk menikmati laba normal di bawah level
maksimum, dengan menetapkan harga jual terbatas.

48
PASAR OLIGOPOLI

Asumsi dalam Oligopoli


Beberapa asumsi yang terdapat pada pasar oligopoli
antara lain:
1. Perusahaan memiliki hak sebagai penentu harga.
Selain sebagai penentu harga, suatu perusahaan juga
dapat mempengaruhi penetapan harga perusahaan
lain.
2. Penjual bertindak secara strategic.
3. Kemungkinan masuk pasar bervariasi namun
kemungkinan lebih sulit.
4. Pembeli sebagai price taker, yaitu pembeli tidak dapat
mempengaruhi harga pasar

Pilihan harga di pasar oligopolistik tergantung pada


Perusahaan dan pesaing lain. Kurva permintaan yang
terkait dengan perusahaan oligopolistik berada pada jalur
ABD2. Jika perusahaan P1 menaikkan harga di atas harga
P1, pesaing tidak akan mengikutinya. Misalnya, jika
perusahaan menaikkan harga sebesar 10% (P3),
Perusahaan akan kehilangan permintaan lebih dari 10%
(Q1 ke Q2). Sebaliknya, jika perusahaan menurunkan
harga di bawah P1, misal P2, maka beberapa pesaing akan
mengikuti (BD2) tetapi karena perusahaan lain,
perubahan permintaan akan besar (Q1 ke Q2).
Pemotongan harga akan terus berlanjut. Kurva
pendapatan marjinal yang relevan adalah garis ACDE dan
harga keseimbangan pasar adalah P1.

49
PASAR OLIGOPOLI

Faktor-Faktor Penyebab Terbentuknya Pasar Oligopoli


Ada dua faktor penting yang menyebabkan terbentuknya
pasar oligopolistic:
1. Efisiensi Skala Besar
Dalam duni nyata, perusahaan-perusahaan yg
bergerak pada industri kendaraan beroda empat,
semen, kertas, pupuk & alat-alat mesin biasanya
berstruktur oligopoli. Teknologi padat modal (capital
intensive) yg diperlukan pada proses produksi
mengakibatkan efisiensi (Biaya minimum) baru
tercapai jika hasil diproduksi pada skala sangat besar.
Dalam industri kendaraan beroda empat, satu jenis,
skala efisiensi baru tercapai apabila produksi
kendaraan beroda empat minimal 50.000 hingga
100.000 unit per tahun. Jika perusahaan
menghasilkan 3 jenis kendaraan beroda empat saja,
hasil minimal seluruhnya antara 200.000-300.000
unit per tahun. Selanjutnya jika porto produksi per
kendaraan beroda empat puluhan juta rupiah, maka
dana yg diperlukan buat menghasilkan sebesar
ratusan miliyar rupiah per tahun. Apabila dihitung
menggunakan biaya investasi awal, maka perusahaan
yg ingin memasuki industri kendaraan beroda empat
wajib menyiapkan dana triliunan rupiah. Keadaan
tersebut merupakan hambatan untuk masuk bagi
perusahaan pesaing, Tidak mengherankan jika dalam
pasar oligopoli hanya terdapat sedikit produsen.
2. Kompleksitas Manajemen
Berbeda dengan ketiga struktur pasar lainnya
(persaingan sempurna, monopoli, persaingan
monopoli), struktur pasar oligopolistik dicirikan oleh
persaingan harga dan persaingan non-harga.
Perusahaan juga perlu mempertimbangkan dengan
matang setiap keputusan agar tidak memancing
reaksi negatif dari para pesaingnya. Oleh karena itu,
dalam industri oligopoli, sumber daya keuangan yang
besar saja tidak cukup modal untuk bertahan dalam
industri. Perusahaan juga perlu memiliki
keterampilan manajemen yang baik untuk bertahan

50
PASAR OLIGOPOLI

dalam struktur industri yang kompleks dan


kompetitif. Tidak banyak perusahaan yang memiliki
kemampuan ini, sehingga pada akhirnya hanya ada
sedikit produsen di pasar oligopolistik.
Karakteristik Pasar Oligopoli
1. Menghasilkan standar atau gaya barang dagangan
yang berbeda.
2. Kemampuan untuk menetapkan harga bisa lemah
atau sangat kuat. Jika produsen oligopolistik tidak
bekerja sama di pasar (non-kooperatif), kemampuan
mereka untuk menetapkan harga sangat terbatas
(lemah), Tetapi ketika produsen oligopolistik berkolusi
dalam penetapan harga, kekuatan penetapan harga
mereka sangat kuat, yang setara dengan monopoli.
3. Pada umumnya perusahaan oligopolistik perlu
melakukan promosi. Iklan selalu dibutuhkan oleh
produsen oligopolistik yang memproduksi berbagai
jenis barang. Promosi yang sangat agresif ini memiliki
dua tujuan: menarik pembeli baru dan
mempertahankan pembeli lama.
4. Hambatan untuk masuk dalam industri cukup
tangguh.
5. Terdapat banyak pembeli di pasar.
Pasar oligopolistik dicirikan oleh multi-dominasi.
Mungkin ada banyak UKM, tetapi hanya perusahaan
besar yang memiliki kesempatan untuk menjawab. Hal ini
menyebabkan konsentrasi industri yang tinggi, termasuk
hanya 2-10 perusahaan dengan pangsa pasar yang besar.
Contoh: Industri bensin adalah oligopoli di Amerika
Serikat. The didominasi oleh beberapa perusahaan besar
seperti Exon, Car, Chevron dan Texaco. Namun, perlu
diingat bahwa ada banyak UKM di pasar. Penyebab paling
terkenal dari konsentrasi di pasar oligopolistik adalah:
1. Skala ekonomi yang ada dalam produksi komoditas
tertentu,
2. Siklus bisnis yang menghilangkan pesaing yang lemah
3. Keuntungan dari penggabungan perusahaan

51
PASAR OLIGOPOLI

4. Hambatan lain seperti pengembangan teknologi dan


periklanan.
Laba berdasarkan perusahaan-perusahaan pada oligopoli
dipengaruhi persis pada cara yg sama menggunakan
bentuk-bentuk pasar lainnya berdasarkan Jumlah
optimal di mana pendapatan marjinal sama dengan biaya
marjinal, harga dipengaruhi oleh biaya unit untuk kurva
permintaan dan kurva biaya total rata-rata. Namun,
keputusan ini dapat dibuat dengan kurva permintaan
yang miring. Selain itu, dalam oligopoli, semua
perusahaan berperilaku seolah-olah mereka telah
menciptakan monopoli, dan hasilnya dibagi di antara
perusahaan-perusahaan tersebut.
Jenis-Jenis Pasar Oligopoli
Pasar oligopoli dapat dibedakan menjadi dua jenis,
berdasarkan produk yang diperdagangkan:
1. Pasar Oligopoli Murni (Pure Oligopoly)
Jenis ini merupakan praktik oligopolistik dimana
komoditas yang diperdagangkan adalah komoditas
yang sama. Misalnya, praktik oligopolistik produk air
mineral
2. Pasar Oligopoli dengan Pembedaan (Differentiated
Oligopoly)
Pasar ini adalah suatu bentuk praktek oligopoli
dimana barang yg diperdagangkan bisa dibedakan,
contohnya pasar sepeda motor pada Indonesia yg
dikuasai sang beberapa merek populer misalnya
Honda, Yamaha & Suzuki.
Hambatan dalam Persaingan Oligopoli
Biasanya perusahaan yg bermain pada persaingan
oligopoli merupakan perusahaan yg sudah mapan, baik
berdasarkan segi pengalaman, modal, asal daya (insan &
bahan baku) dan teknologi. Oleh lantaran itu, untuk
persaingan oligopoli bagi perusahaan baru sulit untuk
memasukinya, terutama dalam persaingan yang
didalamnya masih ada kesepakatan. hambatan itu
diantaranya adalah sebagai berikut:

52
PASAR OLIGOPOLI

1. Skala Ekonomis
Perusahaan yang lebih lama produksi dan beroprasi
cukup untuk mengurangi biaya manufaktur mereka
dan untuk menambah produksi yang ada sehingga
mereka relatif terjual, sehingga ada peluang untuk
menikmati skala ekonomi.
2. Ongkos Produksi yang Berbeda
Perusahaan dapat menekan biaya produksi dengan
membuka kapasitas baru dari pada terus
menggunakan yang lama, tetapi perusahaan baru
harus menanggung segala macam biaya yang tidak
terkait langsung dengan produksi.Lakukan (misalnya,
karyawan pelatihan menjadi spesialis).
3. Keistimewaan Hasil Produksi
Perusahaan yang sudah berdiri sejak lama dan sama
dengan produk yang dihasilkannya, sehingga produk
tersebut dikenal secara umum dan menghasilkan
konsumen yang loyal terhadap produk tersebut.
karena produk yang diproduksi sangat kompleks,
perusahaan baru perlu berhati-hati dan memakan
waktu, sedangkan perusahaan lama menerima begitu
saja. Fitur lainnya adalah bahwa perusahaan yang
lebih tua bekerja dengan cara yang sama, tetapi
memproduksi produk yang disesuaikan dengan
tingkat penggunaan. Sebagai contoh, pabrikan
prosesor ternama, INTEL, sebelumnya bersaing
dengan Cyrix dan AMD untuk mengandalkan
produknya, yakni Intel Pentium (14). Namun, banyak
pengguna komputer (PC) hanya membutuhkan
prosesor biasa, karena mereka hanya perlu
melakukan operasi / program normal seperti
pemrosesan data, spreadsheet, slideshow, dll, dan
biasanya diproses oleh Cyrix dan AMD.
Kelebihan dan Kekurangan Pasar Oligopoli
Pasar oligopolistik memiliki kekuatan dan kelemahannya
sendiri. Keuntungan dari pasar oligopolistik adalah
memfasilitasi pengembangan dan inovasi teknologi.
Struktur pasar ini memberikan dorongan terbesar untuk

53
PASAR OLIGOPOLI

pengembangan dan inovasi teknologi, karena perusahaan


menghasilkan lebih banyak keuntungan dari biasanya.
Hal ini menimbulkan ancaman besar bagi posisi
perusahaan dalam industri. Sulit untuk mendapatkan
lebih banyak keuntungan dari perusahaan yang baru
mengenal pasar ini. Dalam jangka panjang, keuntungan
yang lebih normal sudah cukup bagi perusahaan untuk
memperoleh dana yang cukup untuk penelitian,
pengembangan teknologi, dan inovasi. terdapat beberapa
penjual karena biaya investasi yang tinggi, penjual dapat
mengendalikan harga tertentu ketika ada sedikit penjual,
konsumen mendapatkan keuntungan dari produksi yang
lebih efisien ketika ada persaingan harga, persaingan
antar perusahaan adalah harga Kualitas produk.
kekurangan dari pasar ini adalah penggunaan sumber
daya yang tidak efisien. Penggunaan sumber daya yang
efisien dicapai jika biaya marjinal sama dengan harga.
Secara umum, ini tidak terjadi di pasar oligopolistik.
Namun, dari perspektif skala ekonomi, perusahaan
oligopolistik dapat memproduksi barang dengan biaya
lebih rendah dari pada perusahaan persaingan sempurna.
Ada hambatan kuat untuk memasuki pasar oligopolistik,
persaingan harga bisa terjadi, produsen bisa bekerja sama
dan pada akhirnya merugikan konsumen, sehingga
menyulitkan pesaing baru untuk masuk ke pasar jika ada
perusahaan yang telah mematenkan produk.
Dampak Positif dan Dampak Negatif dari Pasar Oligopoli:
1. Terdapat sedikit penjual karena dibutuhkan investasi
yang besar untuk masuk kedalam pasar.
2. Jumlah penjual yang sedikit membuat penjual dapat
mengendalikan harga dalam tingkat tertentu.
3. Bila terjadi perang harga, konsumen akan
diuntungkan.

54
PASAR OLIGOPOLI

Analisis Perilaku Produsen Oligopoli dalam


Memaksimumkan Profit
Sikap produsen oligopolistik lebih sulit dari pada
menjelaskan sikap produsen dalam bentuk struktur pasar
lainnya. Perusahaan berperilaku berbeda ketika hanya
ada 3 perusahaan di pasar dan ketika hanya ada 9
perusahaan. Perilaku perusahaan berbeda apakah
disepakati (kolusi) atau tidak. Begitu pula jika produk
yang mereka produksi berbeda warna (differentiated
product) atau produk yang sama. Karena perbedaan ini,
tidak mungkin melakukan analisis umum untuk
menjelaskan tindakan yang diambil untuk
memaksimalkan keuntungan produsen di pasar
oligopolistic.
Dalam pasar oligopoly paling tidak dapat dibedakan dua
keadaan yang mempengaruhi analisis terhadap perilaku
perusahaan dalam memaksimumkan profit.
1. Tidak terdapat kerjasama diantara perusahaan-
perusahaan yang terdapat di dalam pasar oligopoli.
2. Perusahaan-perusahaan didalam pasar oligopoli secra
diam-diam menjalin kerjasama didalam menentukan
harga dan tingkat output yang harus dijual.
Ada dua macam bentuk hubungan antara perusahaan-
perusahaan yang terdapat di dalam pasar oligopoli yaitu
sebagai berikut:
1. Oligopoli dengan kesepakatan (Collusive Oligopoly)
Perjanjian antar perusahaan dalam pasar oligopolistik
biasanya berupa perjanjian harga dan produksi yang
bertujuan untuk menghindari persaingan harga yang
merugikan semua perusahaan dalam kondisi
tertentu. Jenis kontrak ini biasanya mengatur jumlah
produksi yang dapat diproduksi oleh setiap
perusahaan dengan harga yang sama. Pengaturan
produksi dapat berbentuk keseimbangan. Artinya,
distribusi produksi sesuai dengan jumlah permintaan
pasar yang berlaku dengan jumlah perusahaan yang
memproduksi produk yang sama.

55
PASAR OLIGOPOLI

2. Oligopoli tanpa kesepakatan (Non-Collusive Oligopoly)


Persaingan antar perusahaan dalam pasar
oligopolistik umumnya berupa perbedaan harga dan
jumlah produk yang dihasilkan. Perbedaan harga dan
produksi (yang bisa positif dan saling
menguntungkan) diterapkan untuk menarik lebih
banyak pembeli (menurut pesaing) dari sebelumnya.
Dalam pasar yang sangat kompetitif ini, beberapa hal
dapat terjadi dari segi tingkat harga dan volume produksi
(produk yang dihasilkan relatif sama) yaitu:
1. Jika suatu perusahaan ingin meningkatkan produksi
sehingga harga jual suatu produk relatif lebih murah
dari pesaingnya, biasanya pesaing mengikuti langkah
tersebut dengan menurunkan harga jual produk
tersebut.
2. Jika satu perusahaan mulai menurunkan harga jual
suatu produk tanpa meningkatkan produksi untuk
tujuan menguasai pangsa pasar, perusahaan lain
akan mengikuti dan menurunkan harga, atau dengan
begitu, kita menjual banyak produk pasar.
3. Jika satu perusahaan menaikkan harga jual suatu
produk dengan menurunkan harga secara langsung
atau mengurangi produksi, relatif tidak mungkin
perusahaan lain akan mengikutinya.
Penetapan Harga dalam Pasar Oligopoli
Dalam pasar oligopoly ketika penetapan harga produsen
harus mulai dari penetapan harga produk baru hingga
penetapan harga pada produk lama. Selain itu produsen
juga perlu memiliki strategi yang tepat dalam
memasarkan produknya agar dapat memperoleh
keuntungan di pasar. Saat menetapkan harga, penting
untuk mempertimbangkan apakah persaingan akan
berubah. Produsen dalam suatu perusahaan perlu
mengetahui bagaimana pesaing mereka menggunakan
penetapan harga karena semua mempengaruhi apakah
perusahaan tersebut mengikuti atau menyimpang dari
aturan industri.

56
PASAR OLIGOPOLI

Banyak produsen dalam suatu perusahaan cenderung


menggunakan promosi untuk menarik lebih banyak
konsumen. Metode periklanan dipilih oleh produsen
karena sangat efektif dalam meningkatkan jumlah
konsumen dan mendatangkan keuntungan yang besar
bagi perusahaan. Dengan cara ini konsumen tidak hanya
menentukan harga tetapi juga desain, kualitas produk,
lokasi strategis, dan ketersediaan kredit. Pasar
oligopolistik, fluktuasi harga oleh anggota oligopolistik
menimbulkan reaksi dari anggota lain, karena penjual
dapat kehilangan pasar karena harga berubah. Oleh
karena itu, sebagian besar perusahaan di pasar
oligopolistik menghindari fluktuasi harga.
Harga yang sempurna adalah harga yang memanfaatkan
sebaik-baiknya sumber daya yang ada dan memberikan
kesejahteraan yang tinggi kepada konsumen dan
produsen. Harga yang sempurna adalah harga yang tidak
terlalu tinggi bagi konsumen atau terlalu murah bagi
produsen ini yang disebut harga yang tepat. Dalam
struktur pasar persaingan sempurna perusahaan tidak
menetapkan harga produknya, tetapi masing-masing
produsen bertindak sebagai penerima harga. Harga listrik
pasar masih berorientasi pada permintaan konsumen
Saat menentukan harga produsen perlu mengoptimalkan
keuntungan mereka. Laba di sini berarti pendapatan (R)
dikurangi biaya (C). Oleh karena itu, untuk mendapatkan
keuntungan yang maksimal dari produksi suatu
perusahaan, biaya akhir atau harga pokok produksi harus
sama dengan pendapatan penjualan akhir. Jika MR>MC,
Anda dapat meningkatkan keuntungan hanya dengan
meningkatkan jumlah penjualan, tetapi jika MC>MR,
Anda dapat mengurangi kerugian dengan mengurangi
volume produksi.
Sebagian besar penetapan harga dilakukan dalam
lingkungan pasar yang murni kompetitif atau
monopolistik. Dalam pasar persaingan tidak sempurna,
produsen pemimpin pasar bertanggung jawab atas
penetapan harga dan membutuhkan gambaran yang jelas
tentang persaingan. Jika produsen sudah memahami
tujuan penetapan harga mereka dengan senang hati akan

57
PASAR OLIGOPOLI

menetapkan harga dasar untuk produk baru di pasar.


Produk baru di tetapkan mahal untuk menangkap pasar
di mana kurva permintaan relatif tidak elastis ketika
produsen membutuhkan keuntungan cepat. Jika
persaingan dengan produk baru kehilangan
kecemerlangannya, produsen tidak punya pilihan selain
segera menurunkan harga.
Tujuan Penetapan Harga yang terpenting dalam
perusahaan adalah:
1. Penetapan harga untuk mencapai suatu target return
on investment (pengembalian atas investasi)
2. Keseimbangan antara harga dan margin
3. Penetapan harga bertujuan untuk mencapai target
market share (penguasaan bagian pasar)
4. Penetapan harga untuk mengatasi dan mencegah
persaingan
5. Penetapan harga bertujuan untuk memaksimumkan
keuntungan.
Penting untuk disadari bahwa keputusan harga untuk
suatu produk itu tidak hanya berkaitan dengan
lingkungan pasar saja tapi juga berkaitan dengan
perusahaan. Karena penetapan harga adalah suatu alat
untuk mencapai tujuan.

58
PASAR OLIGOPOLI

Daftar Pustaka
Endang S, Dkk, 2003. Ekonomi Mikro Pengantar,
Penerbit: Bagian Penerbitan STIE YKPN, Yogyakarta.
Indrastuti. 2007. Pasar Oligopoly. Jakarta: Sinar Grafika
Jakarta.
Nopirin, 2000. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan
Mikro, Penerbit: BPFE, Yogyakarta.
Nuraini, Ida, 2005. Pengantar Ekonomi Mikro, Cetakan ke
empatPenerbit: UMM Pres, Malang.
Rahardja, Prathama, and Mandala Manurung. Pengantar
Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi dan Makroekonomi).
Depok: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2008.
Ritonga M.T dan Yoga Firdaus. 2007. Ekonomi Untuk SMA
Kelas X. Jakarta: Phibeta Aneka Gamma.
Rosyidi, Suherman, Pengantar Teori Ekonomi
(Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro Dan
Makro), Cetakan ke empat, Penerbit: Duta Jasa,
Surabaya, 1991.
Sadono, Sukirno. 2010. Makroekonomi. Teori Pengantar.
Edisi Ketiga. PT. Raja Grasindo Perseda. Jakarta.
Sukirno, Sadono.2010. Teori Pengantar Mikro Ekonomi.
Edisi Ketiga. Jakarta: Rajawali Pers.
Wilson bangun. Teori Ekonomi Mikro. Bandung. Refika
Aditama. 2007

59
PASAR OLIGOPOLI

Profil Penulis
Fitriani
Penulis Lahir pada Tanggal 24 maret 1993 di
Luwuk, Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah
adalah Dosen di Universitas Muhammadiyah
Luwuk Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program
Studi Akuntansi. Menamatkan Pendidikan
Sarjana Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Negeri Gorontalo Pada Tahun 2014, dan Program
Magister Pada Universitas Muslim Indonesia Makassar Pada
Tahun 2017. Aktif Menulis Artikel dan Berbagai karya ilmiah
dapat dilihat pada Google Scholar. Pernah Menjadi Relawan Di
Yayasan kasih Kanker Indonesia Cabang Makassar tahun 2015-
2017.
Email Penulis: nengfitry6@gmail.com

60
5
TEORI PERMINTAAN
DAN PENAWARAN

Dr. Hari Nugroho, S.E., M.M., M.S.E.


Universitas Pertamina

Pendahuluan
Ketika terjadi perang di belahan bumi, maka harga
minyak mentah akan merangkak naik di hampir seluruh
dunia. Ketika panen padi terancam gagal karena imbas
cuaca yang tidak sesuai harapan, maka harga beras akan
melonjak naik. Ketika banyak orang membutuhkan
minyak goreng untuk keperluan hidup sehari-hari tapi
minyak goreng langka, maka harga minyak goreng akan
meningkat tinggi. Kejadian-kejadian tersebut
menunjukkan kerja mekanisme yang sering disebut
sebagai permintaan dan penawaran (demand dan supply).
Ada beberapa jenis pasar yang lazim ditemukan di
berbagai belahan bumi ini. Masing-masing pasar tersebut
memiliki karakteristik dan asumsi yang berbeda-beda.
Pasar energi dan turunannya di Indonesia memiliki
karakteristik monopoli dan oligopoli. Pasar jasa
telekomunikasi juga merupakan contoh dari pasar
oligopoli dimana ada beberapa penjual jasa yang besar
dengan banyak konsumen atau pelanggannya. Perbedaan
karakteristik dan asumsi tersebut akan membedakan
permintaan dan penawaran pada masing-masing pasar
tersebut.

61
TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN

Teori permintaan dan teori penawaran dapat menjelaskan


karakteristik dari barang atau jasa dalam suatu pasar.
Teori permintaan akan menjelaskan mengenai
karakteristik dari para pembeli di pasar tersebut
sedangkan teori penawaran menerangkan bagaimana
para penjual merespon permintaan pembeli atau
bagaimana penjual menawarkan barang atau jasanya.
Teori permintaan dan teori penawaran juga dapat
menjelaskan karakteristik pasar tempat barang atau jasa
dijual.
Untuk memudahkan pemahaman mengenai bagaimana
mekanisme permintaan dan penawaran bekerja, kita akan
menggunakan asumsi pasar persaingan sempurna
(perfectly competitive market) dimana terdapat banyak
penjual dan pembeli sehingga penjual dan pembeli tidak
dapat mempengaruhi harga (price takers). Penggunaan
asumsi pasar persaingan sempurna bertujuan untuk
menyederhanakan dan memudahkan pemahaman
mengenai mekanisme permintaan dan penawaran. Pasar
persaingan sempurna adalah jenis pasar yang paling
mudah untuk dianalisis karena setiap pihak yang terlibat
di pasar tersebut akan “menerima” harga seperti yang
diberikan oleh kondisi pasar.
Teori Permintaan
Semakin tinggi harga suatu barang, jika semua faktor lain
tetap sama (ceteris paribus), maka semakin sedikit
kuantitas yang diminta dari barang tersebut. Dengan kata
lain, semakin tinggi harganya, semakin rendah kuantitas
atau jumlah yang diminta. Kuantitas yang diminta dari
setiap barang adalah jumlah barang yang dibeli pembeli
mau dan mampu membeli. Seperti yang akan kita lihat,
banyak hal menentukan kuantitas yang diminta dari
barang apa pun, tetapi dalam analisis tentang cara kerja
pasar, satu determinan memainkan peran sentral, yaitu
harga barang.
Harga adalah nilai yang dilekatkan kepada barang atau
jasa atau sejumlah pengorbanan yang harus dilakukan
untuk mendapatkan barang atau jasa tersebut.
Hubungan antara harga dan kuantitas yang diminta ini

62
TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN

berlaku untuk sebagian besar barang dalam


perekonomian dan, pada kenyataannya, sangat meresap
sehingga para ekonom menyebutnya hukum permintaan
(law of demand) yaitu: hal-hal lain sama (ceteris paribus),
ketika harga suatu barang naik, kuantitasnya barang
yang diminta turun, dan ketika harga turun, jumlah yang
diminta naik.
Untuk memudahkan ilustrasi, kita buat tabel permintaan
atau sering disebut juga demand schedule. Ica, seorang
mahasiswi, mengkonsumsi mie instan sebagai makanan
pokok anak kosan. Ketika harga per bungkus Rp.2.000,
Ica akan mengkonsumsi sebanyak 15 bungkus per
minggu. Jika harga naik menjadi Rp.2.800, Ica akan
mengkonsumsi 10 bungkus sedangkan ketika harga naik
menjadi Rp.3.500, Ica hanya akan mengkonsumsi 5
bungkus per minggu. Dengan harga sebesar Rp.5.000, Ica
akan berhenti mengkonsumsi mie instan dan berencana
mengkonsumsi bubur ayam sebagai penggantinya.
Data diatas dapat kita tampilkan dalam tabel permintaan
sebagai berikut:
Tabel 5.1
Kurva Permintaan Mie Instan – Ica

Harga Jumlah Permintaan Ica


Rp.2.000 15
Rp.2.800 10
Rp.3.500 5
Rp.5.000 0
Tabel 5.1 merupakan tabel permintaan yang
menunjukkan hubungan antara harga suatu barang dan
kuantitasnya dituntut, dengan memegang konstan segala
sesuatu yang lain (ceteris paribus), yang mempengaruhi
seberapa banyak konsumen yang baik ingin membeli.

63
TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN

Gambar 5.1
Kurva Permintaan
Grafik pada gambar 5.1 menggunakan angka-angka dari
tabel 5.1 untuk menggambarkan hukum permintaan.
Berdasarkan kesepakatan, harga mie instan berada pada
sumbu vertikal yang dilambangkan dengan huruf “P”
(Price) dan jumlah (kuantitas) yang dilambangkan dengan
huruf “Q” (Quantity), bungkus mie instan yang diminta
berada pada sumbu mendatar (horizontal). Garis miring
ke bawah yang menghubungkan harga dan kuantitas
yang diminta disebut kurva permintaan atau demand
curve.
Kurva permintaan pada gambar 5.1 menunjukan kurva
permintaan akan barang dari seorang individu. Untuk
menganalisis bagaimana pasar bekerja, kita perlu
menentukan permintaan pasar, jumlah semua
permintaan individu akan barang atau jasa tertentu.
Jumlah seluruh permintaan individu disebut permintaan
pasar atau permintaan agregat (aggregate demand).

64
TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN

Tabel 5.2
Kurva Permintaan Mie Instan - Abdul
Harga Ica Abdul Permintaan
Pasar
Rp.2.000 15 10 25
Rp.2.800 10 8 18
Rp.3.500 5 5 10
Rp.5.000 0 2 2

Kurva Permintaan Kurva Permintaan Kurva Permintaan


Ica Abdul Pasar
Gambar 5.2
Kurva Permintaan Agregat
Kurva permintaan dapat mengalami setidaknya dua hal
berikut ini:
1. Pergerakan di sepanjang kurva
Pergerakan disepanjang kurva permintaan (movement
along demand curve) diakibatkan oleh perubahan
harga. Dalam gambar 5.3, ketika harga Rp.2.000
maka jumlah yang diminta adalah 15 bungkus atau
berada di titik A. Tetapi ketika harga naik menjadi
Rp.3.500, maka permintaan akan turun menjadi
hanya 5 bungkus saja atau berada di titik C.
Perpindahan dari titik A ke titik C atau ke titik lainnya
adalah pergerakan di sepanjang kurva permintaan.
Perpindahan titik-titik ini mengikuti perubahan
harga.

65
TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN

Gambar 5.3
Pergerakan di sepanjang kurva permintaan
2. Pergeseran kurva
Asumsi kurva permintaan adalah menganggap hal-hal
lain konstan (ceteris paribus), hal ini tidak berarti
asumsi tersebut stabil dari waktu ke waktu. Jika
sesuatu terjadi dan dapat mengubah jumlah yang
diminta pada setiap tingkat harga tertentu maka
kurva permintaan akan bergeser (shift of demand
curve). Sebagai contoh, hasil penelitian terkini
menyimpulkan bahwa orang yang rutin makan mie
instan akan lebih sehat maka penemuan itu akan
meningkatkan permintaan mie instan. Pada setiap
tingkat harga, pembeli sekarang ingin membeli mie
instan dalam jumlah yang lebih besar dan kurva
permintaan mie instan akan bergeser (shift).
Ada banyak variabel yang dapat menggeser kurva
permintaan. Berikut adalah yang paling penting:
a. Pendapatan (income)
Ketika orang kehilangan pekerjaan atau
mendapatkan income yang lebih rendah, maka
orang akan mengurangi permintaan akan barang
dan jasa pada setiap tingkat harga. Pendapatan

66
TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN

(income) yang rendah berarti jumlah barang dan


jasa yang bisa dibeli juga lebih rendah. Asumsi
yang digunakan untuk hubungan ini adalah
barang bersifat normal.
Berkaitan dengan pendapatan, barang dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1) Barang Normal
Barang normal adalah barang yang akan naik
permintaannya ketika pendapatan orang
meningkat, dengan asumsi hal-hal lain tetap.
Faktor yang
menyebabkan terjadinya peningkatan
permintaan adalah kenaikan pendapatan
akan menambah kemampuan untuk membeli
barang lebih banyak dan peningkatan
pendapatan memungkinkan seseorang untuk
meningkatkan standar hidupnya.
2) Barang Inferior
Barang inferior adalah barang yang akan
turun permintaannya ketika pendapatan
orang meningkat, dengan asumsi hal-hal lain
tetap. Jika pendapatan masyarakat
meningkat maka barang inferior ini akan
ditinggalkan. Contoh yang umum di Indonesia
adalah jagung, ketela, umbi dan lain-lain.
Pada golongan masyarakat yang
berpendapatan rendah, masyarakat dapat
mengkonsumsi jagung, ketela umbi dan lain-
lain sebagai pengganti beras. Akan tetapi pada
saat pendapatan masyarakat tersebut
meningkat maka jagung, ketela, umbi dan
lain-lain akan mereka tinggalkan dan berganti
untuk mengkonsumsi beras.
b. Harga barang terkait
Barang-barang lain turut mempengaruhi jumlah
permintaan akan suatu barang. Contoh yang
paling sering kita temui adalah antara teh dan

67
TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN

kopi, es kirm dan yogurt, mentega dan margarin


dan sebagainya. Dalam hal hubungan antar satu
barang dengan barang lainnya, barang-barang
lain dapat dibedakan menjadi:
1) Barang Substitusi
Barang substitusi adalah dua buah barang
yang ketika kenaikan harga salah satu barang
akan memicu kenaikan permintaan barang
yang lainnya. Contoh ketika harga beras naik,
orang akan menaikkan permintaan akan ubi
atau jagung karena ubi atau jagung bisa
menggantikan beras. Ketika harga laptop
naik, permintaan komputer tablet akan
meningkat karena laptop dan komputer tablet
adalah contoh barang substitusi. Fungsi
keduanya mirip sehingga bisa saling
menggantikan.
2) Barang Komplemen
Barang komplemen atau barang pelengkap
adalah dua buah barang yang ketika harga
salah satu barang naik akan membuat
permintaan barang lainnya menurun. Contoh
dalam kehidupan sehari-hari adalah antara
BBM dan mobil. Ketika harga BBM naik,
orang akan cenderung menunda pembelian
mobil sehingga permintaan mobil akan turun.
Orang akan mencari pilihan moda
transportasi lain untuk mengkompensasi
kenaikan harga BBM. Contoh lain adalah kopi
dan gula, apabila harga gula naik, orang akan
mengurangi permintaan kopi karena orang
akan mengkonsumsi kopi dengan gula.
c. Selera (taste)
Ketika selera orang berubah maka permintaan
akan barang tersebut juga akan berubah. Contoh:
ketika selera orang akan gawai, Blackberry,
berubah ke gawai berbasis Android, maka

68
TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN

permintaan akan gawai Blackberry mengalami


penurunan.
d. Harapan/keyakinan
Harapan ini terkait dengan persepsi konsumen
mengenai kenaikan atau penurunan harga. Ketika
konsumen memiliki keyakinan atau harapan
bahwa harga akan terus turun, maka konsumen
akan tidak terburu-buru melakukan pembelian.
Hal yang sebaliknya juga berlaku, ketika
konsumen meyakini bahwa harga suatu barang
akan naik maka mereka akan segera melakukan
pembelian sebelum harga benar-benar naik.
e. Jumlah pembeli
Jumlah pembeli jelas akan berpengaruh terhadap
permintaan karena jika, misalnya, pembeli akan
suatu barang berkurang maka pada setiap tingkat
harga, kuantitas yang diminta akan bergeser
menjadi lebih sedikit (kurva bergeser ke sebelah
kiri).

Gambar 5.4
Pergesaran (shift) kurva permintaan

69
TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN

Kurva permintaan menunjukkan apa yang terjadi pada


jumlah barang yang diminta ketika harganya berubah-
ubah, dengan tetap mempertahankan semua variabel lain
yang mempengaruhi pembeli (ceteris paribus). Ketika
salah satu dari variabel lain ini berubah, kurva
permintaan bergeser. Kurva bergeser ketika ada
perubahan dalam variabel relevan yang tidak diukur pada
keduanya sumbu. Karena harga berada pada sumbu
vertikal, perubahan harga menunjukkan pergerakan
sepanjang kurva permintaan. Sebaliknya, pendapatan,
harga barang-barang terkait, selera, harapan, dan jumlah
pembeli tidak diukur pada kedua sumbu, jadi perubahan
salah satu variabel ini menggeser kurva permintaan.
Teori Penawaran
Kuantitas yang ditawarkan dari setiap barang atau jasa
adalah jumlah yang penjual mau dan mampu menjual.
Ada banyak faktor penentu kuantitas yang ditawarkan,
tetapi sekali lagi, harga memainkan peran khusus dalam
analisis ini. Ketika harga es mie instan, dari contoh
sebelumnya, tinggi, penjualan mie instan akan
menguntungkan dan kuantitas yang ditawarkan besar.
Produsen mie instan akan bekerja berjam-jam, membeli
banyak mesin pembuat mie instan dan mempekerjakan
banyak pekerja. Sebaliknya, ketika harga mie instan
rendah, bisnis menjadi kurang menguntungkan, sehingga
produsen akan mengurangi produksi mie instan. Dengan
harga murah, beberapa produsen bahkan mungkin
memilih untuk tutup dan jumlah yang mereka tawarkan
turun ke nol. Hubungan antara harga dan kuantitas yang
ditawarkan ini disebut hukum penawaran (law of supply):
hal-hal lain sama (ceteris paribus), ketika harga suatu
barang naik, kuantitasnya barang yang ditawarkan juga
naik, dan ketika harga turun, jumlah yang ditawarkan
turun juga.
Untuk memudahkan ilustrasi, kita buat tabel penawaran
atau sering disebut juga supply schedule. Badu, seorang
produsen mie instan, memproduksi mie instan sebagai
untuk dijual ke pasar. Ketika harga per bungkus
Rp.2.000, Badu tidak akan memproduksi sama sekali
karena bisnis jadi tidak menguntungkan. Jika harga naik

70
TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN

menjadi Rp.2.800, Badu akan memproduksi 10 bungkus


mie instan sedangkan ketika harga naik menjadi
Rp.3.500, Badu akan memproduksi 20 bungkus per
minggu. Pada tingkat harga yang lebih tinggi, yaitu
sebesar Rp.5.000, Badu akan memproduksi mie instan
lebih banyak lagi. Bisnis mie instan pada tingkat harga
Rp.5.000 per bungkus jelas menguntungkan bagi Badu.
Tabel 5.3
Kurva Penawaran Mie Instan – Badu

Harga Jumlah Penawaran


Rp.2.000 0
Rp.2.800 10
Rp.3.500 20
Rp.5.000 25

Gambar 5.5
Kurva Penawaran

71
TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN

Grafik pada gambar 5.5 menggunakan angka-angka dari


tabel 5.3 untuk menggambarkan hukum penawaran.
Berdasarkan kesepakatan, harga mie instan berada pada
sumbu vertikal yang dilambangkan dengan huruf “P”
(Price) dan jumlah (kuantitas) yang dilambangkan dengan
huruf “Q” (Quantity), bungkus mie instan yang diminta
berada pada sumbu mendatar (horizontal). Garis miring
ke atas yang menghubungkan harga dan kuantitas yang
diminta disebut kurva penawaran atau supply curve.
Kurva penawaran pada gambar 5.5 menunjukan kurva
penawaran akan barang dari seorang produsen. Untuk
menganalisis bagaimana pasar bekerja, kita perlu
menentukan penawaran pasar, jumlah semua penawaran
individu akan barang atau jasa tertentu. Jumlah seluruh
penawaran individu produsen disebut penawaran pasar
atau penawaran agregat (aggregate supply).
Tabel 5.2
Kurva Penawaran Mie Instan

Harga Badu Hamdan Penawaran


Pasar
Rp.2.000 0 0 0
Rp.2.800 10 8 18
Rp.3.500 20 15 35
Rp.5.000 25 30 55

Kurva Penawaran Kurva Penawaran Kurva Penawaran


Badu Hamdan Pasar
Gambar 5.2

72
TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN

Kurva Permintaan Agregat


Kurva penawaran dapat mengalami setidaknya dua hal
berikut ini:
1. Pergerakan di sepanjang kurva
Pergerakan disepanjang kurva penawaran (movement
along supply curve) diakibatkan oleh perubahan
harga. Dalam gambar 5.6, ketika harga Rp.2.000
maka jumlah yang ditawarkan adalah 0 bungkus atau
berada di titik A. Tetapi ketika harga naik menjadi
Rp.3.500, maka penawaran akan naik menjadi 20
bungkus atau berada di titik C. Perpindahan dari titik
A ke titik C atau ke titik lainnya adalah pergerakan di
sepanjang kurva penawaran. Perpindahan titik-titik
ini mengikuti perubahan harga.

Gambar 5.6
Pergerakan di sepanjang kurva
2. Pergeseran kurva
Seperti halnya kurva permintaan, kurva penawaran
juga menganggap hal-hal lain konstan (ceteris
paribus). Tetapi sesuatu dapat terjadi dan dapat
mengubah jumlah yang ditawarkan pada setiap

73
TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN

tingkat harga tertentu sehinggakurva penawaran


akan bergeser (shift of supply curve). Sebagai contoh,
hasil penelitian terkini menyimpulkan bahwa orang
yang rutin makan mie instan akan lebih sehat maka
penemuan itu akan meningkatkan permintaan mie
instan. Pada setiap tingkat harga, pembeli sekarang
ingin membeli mie instan dalam jumlah yang lebih
besar dan kurva permintaan mie instan akan bergeser
(shift).
Ada banyak variabel yang dapat menggeser kurva
penawaran. Berikut adalah faktor-faktor yang paling
penting:
a. Harga bahan baku
Harga bahan baku atau input price dapat
menggeser kurva penawaran karena jika terjadi
kenaikan input price maka biaya memproduksi
barang akan menjadi lebih mahal. Hal ini berarti
produsen akan mengurangi produksinya pada
setiap tingkat harga sehingga kurva penawaran
akan bergeser. Tanpa adanya kenaikan
produktivitas dan efisiensi, kenaikan harga dari
bahan baku akan mengakibatkan kenaikan biaya
produksi. Kenaikan harga untuk memperoleh
bahan baku dapat dipastikan akan mengurangi
keuntungan produsen, sehingga penawaran pun
akan berkurang. Bahkan tidak menutup
kemungkinan jika biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh faktor produksi lebih tinggi dari
keuntungannya maka produsen tersebut akan
menutup usahanya.
b. Teknologi
Dengan ditemukannya teknologi baru maka biaya
untuk memproduksi barang akan menjadi lebih
murah. Hal ini diterjemahkan oleh para produsen
dengan cara meningkatkan jumlah yang
ditawarkan. Kemajuan teknologi bahkan mampu
untuk mengurangi biaya produksi, mempertinggi
produktivitas, meningkatkan mutu serta
menciptakan barang baru.

74
TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN

c. Ekspektasi
Ekspektasi atau harapan ini terkait erat dengan
asumsi atau persepsi produsen akan harga jual
barang. Jika produsen menganggap akan terjadi
kenaikan harga barang dalam waktu dekat, maka
ia akan berusaha menahan produksi atau
menyimpan sebagian hasil produksinya sekarang
untuk kemudian dijual pada saat harga tinggi.
d. Jumlah penjual
Jika jumlah penjual atau produsen berkurang
maka secara otomatis jumlah penawaran pada
setiap tingkat harga juga akan berkurang
sehingga kurva penawaran akan bergeser.

Gambar 5.7
Pergeseran Kurva Penawaran (shift of supply curve)
Kurva penawaran menunjukkan apa yang terjadi pada
jumlah barang yang ditawarkan ketika harganya berubah-
ubah, dengan tetap mempertahankan semua variabel lain
yang mempengaruhi penjual (ceteris paribus. Ketika salah
satu dari variabel lain ini berubah, kurva penawaran
bergeser. Harga berada pada sumbu vertikal, jadi
perubahan harga menunjukkan pergerakan sepanjang
kurva penawaran. Sebaliknya, karena harga input,

75
TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN

teknologi, ekspektasi, dan jumlah penjual adalah tidak


diukur pada kedua sumbu, perubahan pada salah satu
variabel ini menggeser kurva penawaran.
Keseimbangan
Definisi kata ekuilibrium adalah situasi di mana berbagai
kekuatan berada dalam keseimbangan dan ini juga
menggambarkan keseimbangan pasar. Pada harga
keseimbangan, jumlah barang yang ingin dan mampu
dibeli oleh pembeli dengan tepat menyeimbangkan jumlah
yang ingin dan mampu dijual oleh penjual. Harga
keseimbangan disebut juga harga kliring pasar (market
clearing price) karena, pada harga ini, semua orang di
pasar telah puas: Pembeli telah membeli semua yang ingin
mereka beli, dan penjual telah menjual semua yang ingin
mereka jual. Tindakan pembeli dan penjual secara alami
menggerakkan pasar menuju keseimbangan. rium
penawaran dan permintaan.

Gambar 5.8
Keseimbangan Pasar
Pada keseimbangan pasar, ada tiga hal yang mungkin
terjadi, yaitu:
1. Kelebihan permintaan
Jumlah permintaan masyarakat atas suatu produk
telah melebihi jumlah produk yang ditawarkan oleh
produsen (penjual). Dengan menggunakan contoh

76
TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN

permintaan dan penawaran mie instan diatas,


penjelasan secara grafik seperti pada gambar berikut.

Gambar 5.9.
Excess Demand
Pada tingkat harga Rp.2.500, jumlah yang diminta
adalah 20 bungkus padahal produsen hanya
menyanggupi 8 bungkus saja sehingga terjadi excess
demand sebesar 20 – 8 = 12 bungkus.
2. Keseimbangan
Jumlah permintaan masyarakat atas suatu produk
adalah sama dengan jumlah produk yang ditawarkan
oleh produsen (penjual).
3. Kelebihan penawaran
Jumlah produk yang ditawarkan oleh produsen
(penjual) telah melebihi jumlah permintaan
masyarakat atas suatu produk. Dengan
menggunakan contoh permintaan dan penawaran mie
instan diatas, penjelasan secara grafik seperti pada
gambar berikut.

77
TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN

Gambar 5.10
Excess Supply
Pada tingkat harga Rp.3.500, pembeli hanya akan
membeli sebanyak 10 bungkus sedangkan produsen
bersedia memproduksi dan menjual sebanyak 35
bungkus. Pada tingkat harga Rp.3.500 ini, terdapat excess
supply sebanyak 35 – 10 = 25 bungkus.
Jadi, terlepas dari apakah harga terlalu tinggi atau terlalu
rendah, aktivitas dari banyak pembeli dan penjual secara
otomatis mendorong harga pasar ke arah harga
keseimbangan. Setelah pasar mencapai ekuilibriumnya,
semua pembeli dan penjual puas, dan tidak ada tekanan
ke atas atau ke bawah pada harga. Seberapa cepat
keseimbangan tercapai bervariasi dari pasar ke pasar
tergantung tentang seberapa cepat harga menyesuaikan.
Di sebagian besar pasar bebas, surplus dan shortage
adalah hanya sementara karena harga akhirnya bergerak
menuju tingkat ekuilibriumnya.

78
TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN

Daftar Pustaka
Budiono, (1994). Pengantar Ilmu Ekonomi Jilid 1
(Ekonomi Mikro). Yogyakarta: BPFE UGM Gilarso.
Mankiw, N., G., (2012). Principles of Economics, 6 th
Edition. Mason, OH: South-Western Cengage
Learning.
Sukirno, S. (2016). Pengantar Teori Mikro Ekonomi.
Jakarta: PT Raja Grafindo.

79
TEORI PERMINTAAN DAN PENAWARAN

Profil Penulis
Hari Nugroho
Penulis menamatkan studi S1 di Universitas
Pelita Harapan, Karawaci, Tangerang dalam
jurusan Akuntansi (S.E.) tahun 2006. Penulis
lalu melanjutkan studi pascasarjana S2 ke
Universitas Bina Nusantara dan lulus pada
tahun 2008 dengan konsentrasi dalam manajemen keuangan
(M.M.). Penulis kemudian melanjutkan studi S2 di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) dan lulus
pada tahun 2011 dengan konsentrasi ekonomi internasional
(M.S.E.). Pendidikan terakhir penulis adalah lulus dari Program
Pascasarjana Ilmu Ekonomi S3 dari FEB UI dengan spesialisasi
ekonomi makro pada tahun 2018 (Dr.).
Penulis memiliki ketertarikan dalam bidang ekonomi energi dan
ekonomi makro. Beberapa penelitian yang telah dilakukan
diterbitkan di beberapa jurnal nasional terakreditasi. Selain
sebagai peneliti, penulis juga aktif menulis buku dalam topik
matematika ekonomi, ekonomi energi dan ekonometri dengan
harapan dapat memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan
negara yang sangat tercinta ini. Penulis saat ini aktif sebagai
dosen pada jurusan Ekonomi di Universitas Pertamina. Penulis
menyenangi olahraga alam bebas, traveling dan membaca buku.
Email Penulis: hari.nugroho@yahoo.com

80
6
INFLASI

Dr. Feliks Arfid Guampe, S.E., M.Si.


Universitas Kristen Tentena

Pengertian Inflasi
Salah satu bahasan pokok penting dalam ilmu ekonomi
adalah inflasi. Inflasi sering digolongkan sebagai salah
satu masalah dalam perekonomian. Mungkin sebagian
orang beranggapan bahwa kenaikan harga yang terjadi
tidak menjadi masalah karena pada periode inflasi
pendapatannya ikut bertambah. Namun demikian,
anggapan tersebut tidak semudah yang dibayangkan
karena dalam kenyataannya dalam periode inflasi,
pendapatan dan tingkat harga tidak naik pada tingkat
yang sama dan tidak terjadi secara bersama-sama. Pada
periode inflasi sebagian kecil orang mungkin menerima
manfaat di mana pendapatannya naik lebih cepat
dibandingkan harga. Namun pada sisi yang lain sebagian
besar orang menderita selama periode inflasi karena
harga-harga meningkat dengan cepat dibandingkan
dengan pendapatannya.
Sebelumnya Anda tentu telah memahami bahwa harga
barang dan jasa ditentukan oleh interaksi pasar atau
ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Selanjutnya,
Anda mungkin bertanya: “apakah kenaikan harga minyak
goreng secara nasional dapat dikatakan sebagai inflasi?”
atau “apakah peningkatan harga sembako saat lebaran
dapat dikatakan inflasi?”. Jawabannya adalah tidak
semua peningkatan harga dapat dikatakan sebagai inflasi.

81
INFLASI

Oleh karena itu apa yang dimaksud dengan inflasi itu?


Inflasi adalah peningkatan tingkat harga secara
keseluruhan yang terjadi secara serentak dan terus
berlanjut dari waktu ke waktu (Case & Fair, 2007). Nanga
(2001) mendefinisikan inflasi sebagai suatu gejala di mana
tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus
menerus. Lalu bagaimana dengan situasi sebaliknya?
Kondisi demikian disebut dengan deflasi. Deflasi adalah
penurunan tingkat harga secara keseluruhan dan terjadi
secara terus menerus. Selain inflasi dan deflasi, di dalam
ekonomi juga dikenal istilah lain yakni stagflasi. Stagflasi
adalah kondisi di mana stagnasi dan inflasi terjadi secara
bersamaan. Keadaan di mana tingkat pertumbuhan
ekonomi berada pada angka 0 persen per tahun disebut
dengan stagnasi. Pada kondisi ini jumlah output produksi
nasional tidak bertambah atau bahkan turun. Kondisi
stagnasi ini terjadi secara bersama-sama dengan
kenaikan harga barang dan jasa secara umum (inflasi).
Jenis-Jenis Inflasi
Jenis-jenis inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa
macam:
1. Demand-pull Inflation
Demand-pull inflaton atau juga disebut inflasi tarikan
permintaan adalah inflasi yang disebabkan oleh
kenaikan permintaan agregat (AD). Peningkatan
permintaan agregat tersebut terlalu tinggi sehingga
tidak sebanding dengan penawaran agregat (AS).
Penjelasan secara rinci dapat dilihat pada gambar 6.1
berikut ini:

82
INFLASI

Gambar 6.1. Inflasi dari sisi permintaan


Pada gambar 6.1 terlihat bahwa perekonomian yang
normal atau seimbang berada pada titik
keseimbangan E0. Inflasi terjadi ketika terjadi
pergeseran permintaan agregat dari AD0 ke AD1 secara
signifikan. Pergeseran kurva AD tersebut mendorong
naiknya tingkat harga dari P0 ke P1. Walaupun terjadi
peningkatan perekonomian dari E0 ke E1 dan tingkat
output dari Y0 ke Y1 namun tidak sebanding dengan
peningkatan permintaan.
2. Cost-push inflaition
Inflasi juga dapat disebabkan oleh peningkatan atau
dorongan biaya (Cost-push inflaition) yang berarti
bahwa inflasi ini berangkat dari isi penawaran. Inflasi
ini terjadi karena adanya kenaikan biaya produksi
yang pesat, sedangkan tingkat produktivitas dan
efisiensinya rendah. Kondisi tersebut menyebabkan
produsen mengurangi penawaran barang dan jasa di
pasar. Pengurangan penawaran ini akan
menyebabkan peningkatan harga barang dan jasa.

83
INFLASI

Gambar 6.2. Inflasi dari sisi penawaran


Gambar 6.2 menunjukkan bahwa titik perekonomian
yang normal atau seimbang berada pada titik
keseimbangan E0. Inflasi terjadi ketika terjadi
produsen mengurangi penawarannya di pasar karena
kenaikan biaya produksi sehingga kurva penawaran
agregat bergeser dari dari AS0 ke AS1. Kondisi tersebut
menyebabkan titik keseimbangan perekonomian
bergeser dari E0 ke E1. Pergeseran tersebut
menyebabkan kenaikan tingkat harga dari P0 ke P1
dan sebaliknya tingkat ouput turun dari Y0 ke Y0.
3. Stuctural inflation
Inflasi ini terjadi karena adanya masalah-masalah
struktural yang menyebabkan penawaran dalam
perekonomian kurang atau tidak sejalan dengan
peningkatan jumlah permintaan.
Berdasarkan tingkat keparahannya, inflasi digolongkan
ke dalam beberapa bagian: 1) inflasi ringan yakni inflasi
yang terjadi ketika tingkat kenaikan harga di bawah 10 %.
2) inflasi sedang terjadi ketika harga barang dan jasa
umum naik 10-30%. 3) Inflasi berat terjadi ketika harga
barang dan jasa umum naik 30-100%. 4) Hiperinflasi

84
INFLASI

adalah tingkat inflasi yang sangat tinggi atau lebih dari 50


% setiap bulan atau di atas 100 % setahun.
Indikator Inflasi
Untuk mengetahui laju inflasi selama periode tertentu
pada bagian ini akan diuraikan beberapa indikatornya
menurut Rahardja & Manurung, (2015); Nanga (2001):
1. Consumer Price Indeks atau CPI (Indeks Harga
Konsumen)
Indeks harga konsumen (IHK) merupakan indeks
tingkat harga barang dan jasa yang harus dibeli
konsumen dalam kurun waktu tertentu. Angka ini
diperoleh melalui perhitungan harga barang dan jasa
utama yang dikonsumsi masyarakat seperti makanan,
pakaian, perumahan, transportasi, kesehatan,
pendidikan dan lain sebagainya. Perhitungan
terhadap harga barang tersebut ditentukan
berdasarkan bobot masing-masing barang
berdasarkan pentingnya secara ekonomi. Komoditi
dan jasa yang paling penting memiliki bobot paling
tinggi.
Bagaimana keterkaitan antara inflasi dan IHK?.
Jawabannya adalah perhitungan terhadap IHK
dilakukan dengan mempertimbangkan
perkembangan tingkat inflasi regional. Jika angka IHK
semakin besar dari tahun sebelumnya maka dapat
dikatakan telah terjadi inflasi. Apabila kita ingin
mengetahui berapa persentase kenaikan IHK
sekaligus inflasi misal dari tahun 2020-2021 maka
rumus perhitungannya sebagai berikut:

(IHK - IHK -1)


Inflasi = X 100%
IHK -1

Inflasi 2021 = (IHK2021 - IHK 2020)


X 100%
IHK 2020

85
INFLASI

2. Producer Price Indeks atau PPI (Indeks harga


Produsen)
Indeks harga produsen atau IPH adalah indeks dari
harga bahan-bahan baku, produk antara, dan
peralatan modal serta teknologi seperti mesin yang
dibeli oleh sektor bisnis atau perusahaan. Bahan
baku yang dimaksud di sini adalah barang setengah
jadi. Untuk mengetahui perhitungan inflasi
berdasarkan IPH ini sama dengan cara perhitungan
IHK:
(IHP - IHP -1)
Inflasi = X 100%
IHP -1
3. GDP deflator (Indeks Harga Implisit)
Perhitungan laju inflasi menggunakan IHK dan IHP
sangat bermanfaat namun memiliki keterbatasan. IHK
dan IHP merupakan indikator yang hanya dapat
dilakukan terhadap beberapa produk barang dan jasa
di beberapa kota saja. Indeks tersebut dikatakan
terbatas karena dalam perekonomian satu negara
terdiri dari banyak sekali jenis barang dan jasa yang
tersebar di seluruh penjuru negeri. Oleh karena itu
untuk mengetahui gambaran inflasi yang terjadi di
dalam perekonomian satu negara digunakanlah
indeks harga implisit atau juga dikenal dengan GDP
deflator. GDP deflator merupakan indeks
perbandingan atau rasio GDP nominal dan GDP riil
dikalikan dengan 100. GDP riil adalah nilai berbagai
macam barang dan jasa yang dihasilkan dalam satu
perekonomian, dengan penilaian output
menggunakan tahun dasar (GDP konstan). DGP
nominal merupakan perhitungan GDP menggunakan
harga berlaku sehingga sering disebut dengan GDP
atas dasar harga berlaku. Perhitungan inflasi
menggunakan indeks GDP deflator adalah sebagai
berikut:
(IHI - IHI -1)
Inflasi = X 100%
IHI -1

86
INFLASI

Pandangan Para Ahli Tentang Inflasi


Kita perlu mengetahui beberapa teori atau padangan para
ahli terkait dengan inflasi berikut ini:
1. Pandangan Klasik dan Moneteris
Teori klasik tentang inflasi dititik beratkan pada teori
kuantitas uang yang berarti bahwa inflasi terjadi
karena pertumbuhan jumlah uang beredar,
pertumbuhan output dan perputaran uang yang
terlampau cepat. Teori ini didasarkan pada dua
asumsi yaitu kecepatan perputaran uang adalah
konstan dan perekonomian berada pada tingkat
kesempatan kerja penuh sehingga pertumbuhan
output tetap. Oleh karena itu ketika terjadi kenaikan
pada jumlah uang beredar maka tingkat harga juga
akan ikut meningkat. Dengan demikian penyebab
utama inflasi menurut kaum klasik adalah kenaikan
pada jumlah uang beredar. Teori klasik di dukung
oleh kaum moneteris yang melihat inflasi sebagai
fenomena moneter. Namun yang berbeda dari
pandangan moneteris adalah pertumbuhan jumlah
uang beredar akan mempengaruhi tingkat output dan
kesempatan kerja.
2. Pandangan Keynes
Keynes kurang setuju terhadap pandangan kaum
klasik dan moneteris. Menurut Keynes, kecepatan
perputaran uang tidak konstan melainkan berubah-
ubah. Oleh karena itu, ketika terjadi kenaikan jumlah
uang beredar belum tentu menyebabkan perubahan
pada tingkat harga. Keynes juga memiliki pandangan
bahwa inflasi tidak sepenuhnya murni sebagai
fenomena moneter. Perbedaan lain antara klasik dan
Keynes adalah perekonomian tidak selalu berada pada
kesempatan kerja penuh karena pengangguran dapat
saja terjadi dalam jangka waktu yang lama dan
bahkan tidak terbatas. Pada situasi perekonomian
yang di dalamnya terdapat pengangguran, ketika
terjadi kenaikan jumlah uang yang beredar akan
mendorong kenaikan tingkat harga maupun jumlah
ouput. Pada kondisi jumlah output meningkat,

87
INFLASI

kenaikan tingkat harga akan lebih kecil daripada


peningkatan jumlah uang beredar. Keynes
berpandangan bahwa jumlah uang beredar hanya
salah satu penentu tingkat harga karena terdapat
beberapa faktor lainnya seperti pengeluaran
konsumsi rumah tangga (C), investasi (I), pengeluaran
pemerintah (G), dan pajak (T). Pada akhirnya kaum
Keynesian juga menyimpulkan bahwa inflasi
disebabkan oleh pertumbuhan jumlah uang beredar
yang tinggi sehingga mendorong tingkat harga naik
secara terus menerus.
3. Pandangan ekspektasi rasional dan ekonomi sisi
penawaran
Aliran ekspektasi rasional (rational expectation /
Ratex) memiliki asumsi yang sama dengan kaum
klasik bahwa inflasi adalah fenomena moneter.
Perubahan terhadap jumlah uang beredar hanya akan
berdampak pada tingkat harga dan tidak pada ouput
dan kesempatan kerja. Dengan demikian, jumlah
uang beredar merupakan kunci dari stabilitas harga
(Nanga, 2001). Aliran ekonom sisi penawaran juga
berpandangan bahwa inflasi adalah fenomena
moneter. Usulan aliran ini untuk mengatasi inflasi
adalah pembatasan moneter dan pengurangan atau
penurunan tarif pajak. Pengurangan tersebut akan
mendorong pertumbuhan penawaran agregat dan
pada akhirnya menekan laju inflasi.
4. Pandangan kaum strukturalis
Aliran ini lahir dari beberapa ekonom Amerika Latin
yang memandang penyebab inflasi dari sisi struktural
dan kelembagaan. Terdapat beberapa kendala-
kendala dalam perekonomian negara yang
menyebabkan timbulnya inflasi, secara khusus di
negara-negara sedang berkembang (Nanga, 2001): 1)
kendala penawaran pangan yang inelastis. Kendala di
negara sedang berkembang ini terjadi karena sektor
pangan dikuasai oleh pertanian non kapitalis dan
petani subsisten. 2) kendala devisa. Kondisi ini terjadi
karena penerimaan devisa lebih rendah dibandingkan

88
INFLASI

dengan barang kebutuhan impor dampak dari


kebutuhan percepatan pembangunan, pertumbuhan
penduduk dan lain-lain. 3) kendala fiskal yang
disebabkan oleh tidak cukupnya sumberdaya
keuangan dalam negeri. Keuangan dalam negeri yang
tidak mencukupi menghambat pengeluaran
pemerintah untuk mendorong pembangunan. Untuk
mengatasi hal tersebut tidak jarang kita temui negara-
negara sedang berkembang menerapkan kebijakan
defisit anggaran di mana tingkat kredit membengkak
yang selanjutnya menjadi cikal bakal inflasi.
Uang dan Inflasi
Inflasi adalah satu fenomena ekonomi yang tidak terlepas
dari sektor moneter (uang). Teori kuantitas uang
mengatakan bahwa pertumbuhan jumlah uang beredar
adalah faktor utama yang mempengaruhi tingkat inflasi
(Mankiw, 2007). Teori tersebut menunjukkan bahwa
hubungan antara jumlah uang beredar dan tingkat inflasi
adalah positif. Ketika jumlah uang beredar tinggi maka
tingkat inflasi juga akan naik dan ketika jumlah uang
beredar turun maka tingkat inflasi juga akan turun.
Pada bagian sebelumnya telah diperkenalkan jenis inflasi
demend-pull. Inflasi ini terjadi karena meningkatnya
jumlah penawaran uang sehingga menggeser kurva AD ke
sisi kanan yang selanjutnya ikut mendorong kenaikan
tingkat harga. Kenaikan tingkat harga ini akan
menyebabkan permintaan uang juga ikut naik. Kondisi
tersebut akan terus berlanjut ketika penawaran uang
tidak berubah terhadap peningkatan jumlah uang yang
diminta, naiknya tingkat bunga dan pada akhirnya
menurunkan belanja investasi. Keadaan tersebut
menciptakan ekuilibrium baru dengan meningkatnya
pengeluaran pemerintah, investasi yang rendah, tingkat
bunga tinggi, dan tingkat harga yang tinggi.

89
INFLASI

Biaya Sosial Inflasi


Inflasi tidak dapat secara mutlak dikonotasikan sebagai
satu fenomena ekonomi yang buruk. Buktinya, dalam
perekonomian dibutuhkan inflasi yang tidak melebihi 10
%. Kenaikan harga akan memicu para produsen untuk
menaikkan output produksinya dan selanjutnya
mendorong pertumbuhan penawaran agregat. Namun
demikian, ketika inflasi telah ≥ 10% maka akan
menyebabkan masalah-masalah sosial seperti berikut ini:
1. Mengubah distribusi pendapatan
Dampak sosial dari inflasi yang akan dirasakan oleh
masyarakat luas adalah berubahnya distribusi
pendapatan. Besar kecilnya kerugian akibat inflasi
dapat dilihat secara sederhana dari tingkat
pendapatan terhadap tingkat harga. Pada umumnya
pada periode inflasi tingkat harga barang dan jasa
naik lebih cepat dibandingkan dengan pendapatan
masyarakat. Oleh karena itu, inflasi dapat
menyebabkan redistribusi pendapatan di mana
terdapat sebagian kelompok masyarakat yang dapat
menaikkan pendapatan riilnya sedangkan sebagian
besar kelompok lainnya mengalami penurunan
pendapatan riil.
2. Tingkat kesejahteraan masyarakat turun
Bagaimana inflasi berimplikasi pada tingkat
kesejahteraan masyarakat? Sebagaimana
pemahaman umum bahwa ukuran tingkat
kesejahteraan dapat dilihat dari pendapatan dan
kemampuan daya beli masyarakat. Inflasi dapat
menyebabkan semakin rendahnya daya beli
masyarakat. Sebagian besar masyarakat tentu
merasakan dampak dari inflasi baik masyarakat
berpendapatan tetap seperti pegawai negeri sipil,
pensiunan dan lebih lagi masyarakat dengan
pendapatan tidak tetap. Dengan pendapatan tetap
misalnya Rp. 1.000.000 per bulan, sebelum inflasi
dapat memperoleh 125 kg beras (harga beras misalnya
Rp. 8.000 per kg). Setelah terjadi inflasi misal 20% per
tahun maka pendapatan tersebut hanya mampu

90
INFLASI

membeli 104 kg beras per bulan pada tahun pertama.


Pada tahun ke tiga daya beli pendapatan Rp.
1.000.000 hanya sebesar 72 kg beras. Dengan
demikian, inflasi yang semakin tinggi dari waktu ke
waktu akan mempercepat penurunan kesejahteraan
masyarakat.
3. Efek debitur dan kreditur
Inflasi juga akan berdampak pada kreditur dan
debitur. Pada contoh kasus utang jangka panjang
misalnya, kesepakatan tingkat bunga nominal
biasanya ditentukan berdasarkan inflasi yang
diharapkan ketika kesepakatan dibuat. Jika dalam
perjalanannya, tingkat inflasi berubah maka
pengembalian riil yang dibayar debitur kepada
kreditur akan mengalami perubahan dari rencana
sebelumnya. Ketika inflasi lebih tinggi dari
perhitungan inflasi saat kesepakatan pinjaman di
buat maka debitur akan untung dan kreditur
mengalami kerugian karena debitur membayar utang
dengan nilai yang lebih rendah. Sedangkan ketika
tingkat inflasi lebih rendah dari saat kesepakatan di
buat maka kreditur akan untung sedangkan debitur
merugi karena pengembalian utang akan lebih tinggi.
Misalnya debitur meminjam uang sebesar Rp.
1.000.000 kepada kreditur dengan kesepakatan
antisipasi kenaikan inflasi 10% maka kreditur
menetapkan bunga sebesar 15%. Selisih antara
tingkat inflasi dengan tingkat bunga pinjaman disebut
tingkat bunga riil. Dengan kesepakatan tersebut maka
pada akhir tahun debitur harus melunasi utang
sebesar Rp. 1.150.000. Bagaimana jika inflasi
ternyata naik 20% dan bukan 10%?, pada kondisi ini
kreditur akan dirugikan sebesar 5% tingkat
pengembalian riil atau tingkat pengembalian riil
negatif sebesar 5%.
4. Terganggunya stabilitas ekonomi
Dampak sosial ekonomi lainnya yang ditimbulkan
akibat inflasi adalah lingkungan yang tidak stabil.
Inflasi dapat menyebabkan panic buying di mana

91
INFLASI

masyarakat melakukan pembelian besar-besaran


terhadap barang dan jasa. Perilaku ini pada akhirnya
dapat mendorong kelangkaan, mendorong harga
barang dan jasa lebih tinggi dan dapat memicu
masalah sosial lainnya.
5. Pertumbuhan ekonomi melambat
Inflasi yang tidak dapat diantisipasi akan
meningkatkan risiko investasi. Peningkatan
ketidakpastian perekonomian dan lingkungan
investasi membuat investor enggan untuk
menanamkan modalnya dan bahkan ragu melalukan
komitmen investasi jangka panjang. Kondisi tersebut
menyebabkan penurunan investasi dan selanjutnya
menurunkan laju pertumbuhan ekonomi.

Daftar Pustaka
Case, K. E., & Fair, R. C. (2007). Prinsip-Prinsip Ekonomi.
Penerbit Erlangga.
Mankiw, N. G. (2007). MAKROEKONOMI. Erlangga.
Nanga, M. (2001). Makro Ekonomi Teori, Masalah, dan
Kebijakan. Jakarta: Rajawali Pers.
Rahardja, P., & Manurung, M. (2015). Pengantar Ilmu
Ekonomi (Mikroekonomi dan Makroekonomi). Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

92
INFLASI

Profil Penulis
Feliks Arfid Guampe
Penulis adalah putra daerah Sulawesi Tengah
yang lahir pada 08 Januari 1990. Menyelesaikan
pendidikan S1 di bidang Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Kristen Satya Wacana, tahun 2012. Pada tahun
2013 memperoleh gelar Magister Sains Studi Pembangunan di
Program Pascasarjana Universitas Kristen Satya Wacana –
Salatiga, Jawa Tengah. Penulis berkat beasiswa dari
Kementerian Keuangan Republik Indonesia melalui program
beasiswa BUDI-DN LPDP dapat Meraih gelar Doktor Pendidikan
Ekonomi di Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar,
tahun 2021. Penulis merupakan Dosen tetap di Fakultas
Ekonomi Universitas Kristen Tentena (UNKRIT) di kabupaten
Poso Provinsi Sulawesi Tengah sejak tahun 2015 sampai
sekarang.
Penulis memiliki kepakaran di bidang ekonomi pembangunan,
pembangunan perdesaan dan ekonomi pertanian. Oleh karena
itu penulis aktif dalam melakukan berbagai penelitian serta
publikasi jurnal nasional maupun internasional serta menulis
buku terkait dengan bidang kepakaran tersebut. Buku yang
ditulis dan telah dipublikasikan adalah buku berjudul
Dinamika Usaha Tani perkebunan, buku berjudul Literasi dan
Perilaku Sosial Ekonomi Petani Perdesaan serta beberapa book
chapter.
Email Penulis: feliksguampe@gmail.com

93
94
7
UTILITAS

Hikmah, S.P., M.Si.


Universitas Gajah Putih

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dalam konteks


umum pengertian utilitas adalah faedah atau manfaat.
Sedangkan pada ilmu ekonomi, utilitas adalah istilah yang
diturunkan dari konsep pemanfaatan. Mengacu pada
kepuasan konsumen saat mengkonsumsi barang atau
jasa. Kegunaan teori utilitas dalam bidang ekonomi
pertama kali dicanangkan pada abad ke-18 oleh Daniel
Bernoulli, seorang matematikawan Swiss. Mulai saat itu,
teori ekonomi selalu mengalami perkembangan dna
mengarah ke berbagai jenis penggunaan ekonomi.
Disebutkan juga dalam teori ekonomi, berdasarkan
pilihan rasional, biasanya konsumen akan berusaha
meningkatkan dan memaksimalkan utilitasnya. Namun,
secara praktek, sulit untuk mengukur utilitas konsumen
karena sifatnya sangat relatif. Dari penjelasan di atas,
maka bisa kita simpulkan bahwa utilitas adalah
kemampuan suatu produk atau komoditas dalam
memuaskan keinginan manusia. Sehingga, utilitas juga
disebut sebagai segala sesuai yang memuaskan komoditas
produk atau layanan.
Fungsi Utilitas
Sederhananya. Fungsi utilitas adalah mengukur seberapa
besar manfaat atau kepuasan yang dialami oleh
konsumen ketika mereka menggunakan suatu barang
atau jasa. Dari situ, konsumen bisa memberikan
penilaian terhadap produk tersebut dan berbagai

95
UTILITAS

pengalaman mereka. Sehingga, jika nilai utilitas tinggi


maka bisa dikatakan bahwa nilai kepuasan konsumen
akan suatu produk tinggi. Hal ini menjadikan value yang
dimiliki oleh perusahaan juga meningkat, dan sebaliknya.
Jenis-Jenis Utilitas
Dalam teorinya, utilitas memiliki berbagai jenis. Adapun
jenis-jenis utilitas adalah sebagai berikut:
1. Utilitas waktu (time utility)
Utilitas waktu berorientasi pada ketersediaan produk.
Sehingga, konsumen bisa membelinya kapan saja
sesuai kebutuhan mereka. Suatu perusahaan dapat
memaksimalkan utilitas ini dengan menyesuaikan
proses produksi. Mulai dari perencanaan hingga
pengiriman.
2. Utilitas kepemilikan (possession utility)
Utilitas kepemilikan dikaitkan dengan kepuasan
konsumen ketika memiliki suatu produk. Misalnya,
memiliki mobil sering dianggap sebagai utilitas tinggi.
Selain itu, akses kemudahan dalam memiliki produk
juga berpengaruh pada peningkatan utilitas.
3. Utilitas tempat (place utility)
Utilitas tempat adalah tentang ketersediaan produk
secara fisik dan bagaimana hal itu bisa diakses oleh
konsumen. Misalnya, lokasi toko yang mudah
dijangkau.
4. Utilitas bentuk (form utility)
Seperti namanya, jenis utilitas ini mengacu pada
seberapa baik kualitas dan bentuk produk yang
digunakan oleh para konsumen. Apakah produk
tersebut bisa memberikan solusi kepada mereka.
Pendekatan Utilitas
Selain dibagi menjadi beberapa jenis, utilitas juga
memiliki dua pendekatan, yaitu kardinal dan ordinal.
Berikut masing-masing penjelasannya.

96
UTILITAS

1. Kardinal (cardinal utility)


Kardinal pada utilitas adalah suatu pendekatan
terhadap manfaat atau kegunaan yang tidak dapat
diukur, namun bisa dibandingkan antara satu produk
dengan lainnya. Sehingga, pendekatan ini bersifat
kualitatif. Misalnya, Anda lebih puas jika bisa
membeli dua roti dengan uang Rp50 ribu. Sedangkan,
Deni lebih puas bila uang Rp50 ribu tersebut untuk
membeli dua roti dan dua minuman. Dengan kata
lain, kepuasan yang didapat ditentukan sendiri oleh
konsumen tanpa adanya pengukuran nilai.
2. Ordinal (ordinal utility)
Berbanding terbalik dengan kardinal, pendekatan
ordinal pada utilitas adalah suatu pendekatan
terhadap manfaat yang bisa diukur melalui angka
secara sistematis. Sehingga pendekatan ini bersifat
kuantitatif. Dalam mengukurnya, ekonom akan
menggunakan satuan “util”. Misalnya, Ali memahami
bahwa makan nasi goreng akan menghasilkan 10 util,
sedangkan makan ikan bakar akan menghasilkan 15
util. Maka makan ikan bakar bisa lebih memuaskan.
Biaya Utilitas
Melalui perkembang bidang ekonomi, saat ini kita
mengenal adanya biaya utilitas atau utility cost. Apa itu?
Biaya utilitas adalah biaya yang dikeluarkan oleh
seseorang atau perusahaan berkaitan dengan biaya
listrik, air, telephone, internet dan sebagainya. Biaya ini
dibagi menjadi dua jenis yaitu tetap dan variabel. Biaya
utilitas adalah tetap apabila penggunaannya tidak
berpengaruh pada tagihan. Misalnya, biaya paket bulanan
internet. Sedangkan, bersifat variabel bila besarnya
tagihan dipengaruhi oleh penggunaan.
Teori Keputusan
Teori keputusan adalah konsep mengenai pengambilan
keputusan berdasarkan alternatif terbaik dari beberapa
alternatif yang ada pada saat keaadaan yang tidak pasti.
Kegunaan teori keputusan adalah untuk membantu
memecahkan masalah dengan menentukan tindakan

97
UTILITAS

yang akan dipilih melalui pemilihan berbagai alternatif


yang tersedia. Dalam memilih suatu keputusan minimal
terdapat dua alternatif yang diberikan, dan pengambil
keputusan harus memilih satu alternatif berdasarkan
kriteria tertentu diantara alternatif lainnya.
Kategori dalam Proses Pengambilan Keputusan
Terdapat empat kategori dalam proses pengambilan
keputusan, yaitu:
1. Keputusan dalam keadaan terdapat kepastian
(certainty).
Keputusan pada kategori ini adalah keputusan yang
sebelumnya sudah terdapat informasi lengkap.
Metode yang digunakan untuk memecahkan
permasalahan tersebut adalah dengan linear
programming.
2. Keputusan dalam keadaan ketidakpastian
(uncertainty).
Keputusan pada kategori ini, berkebalikan dengan
jenis sebelumnya. Keputusan ini terjadi jika terdapat
informasi tambahan dan terdapat nilai probability
yang dibuat sendiri. Metode yang digunakan untuk
memecahkan permasalahan tersebut adalah dengan
analisis keputusan dalam keadaan ketidakpastian.
3. Keputusan dalam keadaan terdapat risiko (risk).
Keputusan yang terdapat risiko jika informasi yang
diperoleh tidak lengkap dengan diketahui nilai
probabilitas. Metode yang digunakan untuk
memecahkan masalah yang digunakan adalah dengan
model keputusan probabilistic.
4. Keputusan dalam keadaan terdapat konflik (conflict).
Keputusan dalam keadaan terdapat konflik adalah
adanya situasi kompetitif (persaingan) yang terjadi
diantara dua pengambil keputusan atau lebih. Metode
yang digunakan untuk memecahkan permasalahan
tersebut adalah game theory (teori permainan)

98
UTILITAS

Teori Utility
Pada permulaan abad ke – 18, ahli matematika Daniel
Bernoulli telah mempelopori perkembangan suatu ukuran
utilitas. Bernoulli mengusulkan bahwa nilai sebenarnya
(true worth) kekayaan seseorang merupakan logaritma
sejumlah uang. Selanjutnya konsep utilitas
dikembangkan lagi oleh Von Neumann dan Morgenstern
pada tahun1974, mereka mengusulkan bahwa kurva
utilitas dapat dibuat untuk setiap individu, asalkan
asumsi tertentu tentang preferensi individu tersebut
berlaku.
Utlitas merupakan preferensi atau nilai guna pengambil
keputusan dengan mempertimbangkan faktor risiko
berupa angka yang mewakili nilai pay off sebenarnya
berdasarkan keputusan. Angka utilitas terbesar mewakili
alternatif yang paling disukai, sedangkan angka utilitas
terkecil menunjukkan alternatif yang paling tidak disukai
(Supranto: 2005: 374).
Misalkan, himpunan X = {x, y, z,.} diartikan sebagai
kumpulan alternatif keputusan, di mana jika x, y ϵ X maka
tepat satu dari dua pernyataan berikut benar:
1. x < y
2. x > y
dengan < menyatakan kurang disukai, sedangkan >
menyatakan lebih disukai.
Asumsi Teori Utilitas
Asumsi utilitas setiap pengambil keputusan dapat
berbeda – beda, dan mewakili salah satu dari lima kategori
berikut, yaitu:
1. Peringkat Preferensi
Asumsi peringkat preferensi merupakan asumsi
utilitas pengambil keputusan yang mengacu pada
struktur dari keputusan dengan jumlah alternatif
terbatas. Misalnya, terdapat alternatif x dan y, maka
asumsi utilitas pengambil keputusan adalah x < y
atau x > y.

99
UTILITAS

2. Transitivitas Preferensi
Asumsi transitivitas preferensi merupakan asumsi
utilitas pengambil keputusan dengan tidak
menganggap keberadaan alternatif dari setiap
alternatif tertentu dalam situasi yang dihadapi.
Misalnya, apabila terdapat tiga alternatif x, y, dan z ,
dimana x < y, dan y < z, maka x < z.
3. Asumsi Kontinuitas
Asumsi kontinuitas merupakan asumsi utilitas
pengambil keputusan yang mempunyai hasil terbaik
dan terburuk sebagai hadiah, bahwa perorangan
(individu) menganggap sama preferensinya dengan
hasil yang sedang atau cukup saja atau di antara
kedua hasil yang ekstrim tersebut.
4. Asumsi substitutabilitas
Asumsi substitutabilitas merupakan asumsi utilitas
pengambil keputusan yang memungkinkan adanya
revisi / perbaikan dengan penggantian (substitusi)
suatu hasil dengan hasil lainnya, asalkan terdapat
kesamaan.
5. Asumsi Peningkatan Preferensi
Asumsi peningkatan preferensi merupakan asumsi
utilitas pengambil keputusan yang mempunyai hasil
yang sama dan untuk keputusan yang mempunyai
probabilitas terbesar untuk hasil yang lebih
diinginkan maka harus lebih disukai. Jadi, preferensi
perjudian antara dua hasil yang sama meningkat
dengan probabilitas untuk memperoleh hasil yang
lebih baik.
Sikap Pengambil Keputusan
1. Sikap Penggemar Risiko
Sikap penggemar risiko adalah sikap pengambil
keputusan dengan menetapkan nilai ekuivalen
tetapnya atas suatu kejadian tidak pasti akan lebih
besar daripada nilai ekspektasi dari suatu kejadian.

100
UTILITAS

Pada kasus undian, seseorang yang termasuk dalam


tipe penggemar risiko akan termotivasi untuk
mendapatkan hadiah yang lebih besar. Namun hal
ini diikuti dengan risiko yang besar.

Gambar 1 Diagram Sikap Penggemar Risiko


Pada kasus undian, orang yang memiliki undian
seperti pada gambar 3.1, konsekuensi kehilangan
uang Rp. 100.000 mungkin tidak terlalu berbeda
dengan kehilangan Rp. 70.000. Karena masih
terdapat kemungkinan tidak mengeluarkan uang.
Kurva utilitas bagi penggemar risiko adalah:

Gambar 2 Kurva Utilitas Bagi Penggemar Risiko

101
UTILITAS

2. Sikap Netral
Sikap netral adalah sikap pengambil keputusan di
antara dua keadaan ekstrim penggemar risiko dan
penghindar risiko. Sikap ini ditunjukan dengan
menetapkan nilai ekuivalen tetap terhadap suatu
permasalahan sama dengan nilai ekspektasinya.

Gambar 3 Diagram Pohon Sikap Netral


Pada kasus undian, orang yang memiliki sikap netral
akan bersedia menjual undian tersebut sebesar Rp
500.000,- orang tersebut juga mengetahui nilai
ekspektasi lotere tersebut adalah Rp 500.000,-. Ini
terlihat bahwa orang tersebut bersikap netral terhadap
risiko. Kurva utilitas bagi sikap netral adalah:

Gambar 4 Kurva Utilitas Sikap Netral


3. Sikap Penghindar Risiko
Sikap penghindar risiko adalah sikap pengambil
keputusan dengan menetatpkan nilai ekuivalen tetap
dari suatu kejadian tidak pasti lebih rendah dari nilai
harapan kejadian tersebut.

102
UTILITAS

Gambar 5 Diagram Pohon Sikap Penghindar Risiko


Bagi penghindar risioko, orang tersebut akan bersedia
menjual undian tersebut dengan harga Rp 30.000,-,
meskipun dia mengetahui nilai ekspektasi adalah Rp
500.000,- . Namun menurutnya dengan menjual
loteresebesar Rp 30.000,- mengalami kerugian
sebesar Rp 20.000,- lebih baik dibandingkan dengan
tidak mendapatkan apa – apa. Kurva sikap
penghindar risiko:

Gambar 6 Kurva Utilitas Sikap Penghindar Risiko


Persamaan Fungsi Utility
Menurut Mangkusubroto (1987 :124), jika u(x)
menyatakan fungsi utility untuk nilai x, x0 menyatakan
batas bawah fungsi utility, dan c adalah parameter, secara
umum fungsi utility dalam bentuk eksponensial
didefinisikan:

103
UTILITAS

Sedangkan untuk pengambil keputusan yang bersikap


netral, maka fungsi utilitynya dinyatakan dalam
persamaan:

Fungsi utility bagi pengambil keputusan dengan sikap


penghindar risiko, netral maupun penggemar risiko,
tergantung pada nilai c parameternya.
Prosedur untuk Menentukan Nilai Utilitas
Penentuan awal nilai utilitas untuk hasil terbaik dan
terburuk sepenuhnya sembarangan (completely
arbitrary), sehingga setiap bilangan (sumber) dapat
dipergunakan (Supranto, 2005 : 384). Berikut adalah
prosedur untuk menentukan nilai utilitas:
1. Semua hasil yang diperoleh dibuat peringkatnya.
Suatu penandaan (designation) harus dipergunakan
untuk menunjukkan urutan preferensi berupa
subscript atau indeks. Preferensi ditulis secara
menurun dari tinggi ke rendah.
2. Utilitas untuk hasil terbaik dan terjelek ditentukan
secara sembarangan, misalnya terbaik 100 terjelek 0
atau terbaik 1 terjelek 0, bisa berapa saja asalkan nilai
ekstrim.
3. Perumusan lotere referensi. Probabilitas p untuk
memenangkan lotere preferensi diperlakukan seperti
variabel.
4. Untuk hasil antara (intermediate out come), pengambil
keputusan menetapkan suatu nilai p yang membuat
dia untuk tidak berbeda antara hasil itu sendiri
dengan lotere referensi. Jadi, untuk hasil H k,
probabilitas pk ditentukan bahwa hasil dalam lotere
referensi dianggap sama dengan Hk.
Utilitas Hk ditentukan, sama dengan harapan utilitasnya
untuk lotere referensi.

104
UTILITAS

Daftar Pustaka
Dominick Salvatoe, Eugene A. Diulio, Principles of
Economics, Schaum's Outlines, Second Edition,
McGraw Hill Inc., New York 1995.
Dominick Salvatore, Teori Mikroekonomi, Seri Buku
Schaum, Edisi Ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta
1992.
Engel, James F, BlackWell Roger D, Miniard Paul W. 1994.
Perilaku Konsumen. Jakarta. Binarupa Aksara.
Eugene Silberberg, The Structure of Economic, Third
Edition, McGraw Hill, Boston 2001.
Feldstein PJ. Health Care Economics. Toronto: John Wiley
& Sons, Inc; 1979.
Jaya, W.K. 2001. Ekonomi Industri. Edisi Kedua. Badan
Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.
Hal R. Varian, Microeconomic Analysis, Third Edition, W.
W. Norton & Company, New York 1992.
Karl E. Case, Ray C. Fair, Prinsip-Prinsip Ekonomi Mikro,
Edisi Ketujuh, Indeks, Jakarta 2007.
Michael Baye, Managerial Economics and Business
Strategy, McGraw - Hill, Singapura 2010.
Michael Parkin, Economics, sevent edition, Pearson,
Addison, Wesley 2005.
Gregory Mankiw, Principles of Economic, 3rd Edition,
Cengage Learning Asia, Singapore 2004.
Pindyck and Daniel L. Rubinfeld, Mikroekonomi, Jilid 1
dan Jilid 2, Edisi Keenam, PT. Indeks, Jakarta 2009.
[RPR Bab 3,4,5] 3.
Richard Lipsey, Christopher T.S Ragan an Paul A. Storer,
Economics, 13th ed, Addison-Wesley, 2008.
Robert S. Pindyck and Daniel L. Rubinfeld,
Microeconomics, Sixth Edition, Pearson Prentice Hall,
New Jersey 2005. 2. Robert S.

105
UTILITAS

Sudarman A, Algifari. Ekonomi Mikro-Makro: Teori, Soal


dan Jawaban. 4th, editor. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta; 2013.
Santerre RE, Neun SP. The Demand for Medical Insurance:
Traditional and Managed Care Coverage, 2004.
Said Kelana, Teori Ekonomi Mikro, RajaGrafindo Perkasa,
Jakarta.
Samuelson dan Nordhaus. (2004). “Ilmu Makro Ekonmi.
Jakarta: PT. Media Global Edukasi.
Stoner, Alfred dan Douglas C., Hague “Teori Ekonomi”.
Jakarta: PT. Galia Indonesia
Tjiptoherjanto P, Soesetyo B. Ekonomi Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta; 2002.
Walter Nicholson, Microeconomic Theory, Basic Principles
and Extensions, Ninth Edition, Thomson South
Western, Ohio 2005.
Williamson, O. (2000). The new institutional economics:
taking stock, looking a head. Journal of Economics
Literature, 38, pp.595-613.

106
UTILITAS

Profil Penulis
Hikmah
Penulis Lahir di Aceh Tengah, Aceh, Pada Tanggal
29 September 1988. Anak dari Bapak Drs
Budiman dan Ibu Sukiyah, Amd. Diangkat
pertama sekali menjadi dosen tetap di Universitas
Gajah Putih pada Program Studi Agribisnis pada
tahun 2015. Meraih gelar sarjana pada tahun 2011 di
Universitas Syiah Kuala (USK) Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian. Gelar Magister di Universitas Syiah Kuala (USK) pada
Program Studi Ilmu Ekonomi dan menyelesaikan studi pada
tahun 2014.
Penulis juga aktif menulis di jurnal-jurnal ilmiah dan telah
menerbitkan buku ilmiah dengan judul Dasar-Dasar
Manajemen dan Kewirausahaan. Paradigma Agribisnis,
Manajemen Agribisnis, Monograf Wine Coffee, Optimalisasi
Tebu
Email Penulis: hikmahwantemas@gmail.com

107
108
8
MEMAKSIMUMKAN LABA

Mario Valentinus Poluakan, S.E., M.Sc.


Universitas Katolik De La Salle Manado

Setelah mempelajari konsep dasar ekonomi mikro


termasuk konsep biaya produksi dan struktur pasar, kita
akan melakukan analisa Teknik memaksimumkan laba.
Konsep biaya produksi yang terdiri dari biaya total (Total
Cost/TC), biaya marjinal (Marginal Cost/MC), analisis
penerimaan total (Total Revenue/TR) dan penerimaan
marjinal (Marginal Revenue/MR) sangat penting dalam
teknik memaksimumkan laba. Konsep biaya ini akan
membentuk kerangka hubungan antara beberapa variable
misalnya harga, kuantitas (Q) dan biaya. Dari hubungan
ketiga variable inilah, kita akan membangun konsep
memaksimumkan laba.
Konsep memaksimumkan laba pada struktur pasar
monopoli dan persaingan sempurna berbeda. Ciri setiap
struktur pasar yang berbeda, akan menentukan perilaku
produsen atau organisasi bisnis. Misalnya dalam
penentuan harga, di pasar monopoli, produsen bertindak
sebagai penentu harga (price maker), Pada struktur pasar
persaingan sempurna, produsen tidak menentukan harga
sendiri, melainkan mengikuti mekanisme pasar (price
taker). Dalam bab ini, focus kita adalah bagaimana Teknik
memaksimumkan laba dengan analisis biaya produksi
dikaitkan dengan struktur pasar di mana
organisasi/produsen berada.

109
MEMAKSIMUMKAN LABA

Konsep Dasar Memaksimumkan Laba


Memaksimumkan laba atau keuntungan (profit
maximizing) adalah tujuan organisasi bisnis pada semua
struktur pasar (monopoli maupun persaingan sempurna).
Laba, keuntungan, profit adalah istilah yang dalam ranah
ilmu ekonomi mirip. Dalam konsep akuntansi, profit atau
keuntungan didefinisikan lebih teknis sebagai
pendapatan dikurangi seluruh biaya, termasuk beban
pajak. Para pemilik perusahaan maupun manajemen
senantiasa berorientasi pada profit atau laba untuk
keberlangsungan entitas bisnis yang dimiliki atau
dikelola.
Ilmu ekonomi secara sederhana mendefinisikan profit
sebagai selisih dari penerimaan total (Total Revenue/TR)
dan biaya total (Total Cost/TC). Perhatikan bahwa dalam
ilmu ekonomi, biaya dapat dikategorikan menjadi biaya
implisit dan biaya eksplisit. Dalam ilmu ekonomi juga,
biaya dapat dikategorikan biaya tetap (Fixed Cost/FC) dan
biaya tidak tetap (Variable Cost/VC). Perhitungan biaya
total mengakomodasi semua jenis biaya tersebut. Dalam
bab ini, walaupun kita menggunakan konsep-konsep
biaya produksi, kita tidak membahas secara spesifik
terkait biaya produksi dan analisisnya karena fokus kita
pada teknik memaksimumkan keuntungan.
Untuk melanjutkan pembahasan terkait
memaksimumkan laba, kita harus mendefinisikan konsep
tersebut. Ada beberapa variable yang terlibat dalam
perhitungan keuntungan yaitu:
1. Input
Variabel input akan mempengaruhi besaran output.
Jumlah input yang digunakan menentukan biaya
produksi (cost). Biaya produksi (tetap maupun
variable) besarannya ditentukan oleh kuantitas dan
kualitas input produksi.
2. Output
Kuantitas output juga akan menentukan tingkat
penerimaan (revenue), karena akan dikalikan dengan
harga (price).

110
MEMAKSIMUMKAN LABA

3. Harga
Penentuan tingkat harga yang ditetapkan untuk
satuan produk yang dijual akan menentukan tingkat
penerimaan.
Secara sederhana, dapat didefinisikan bahwa
memaksimumkan laba adalah proses dimana entitas atau
organisasi bisnis melakukan penyesuaian tingkat input,
output dan harga untuk mencapai laba tertinggi. Perlu
diingat bahwa komponen waktu juga berpengaruh dalam
proses ini. Ilmu ekonomi mengkategorikan waktu ke
dalam jangka pendek (short term) dan jangka panjang
(long term).
Deskripsi di atas dapat kita tulis dalam fungsi matematis
sederhana seperti berikut.
Karena
𝑇𝐶 = 𝑇𝐹𝐶 + 𝑇𝑉𝐶
dan
𝑇𝑅 = 𝑝𝑄
maka dapat juga ditulis:
𝜋 = 𝑝𝑄 − (𝑇𝐹𝐶 + 𝑇𝑉𝐶)

atau dalam bentuk sederhana:


𝝅 = 𝑻𝑹 − 𝑻𝑪

Dimana:
𝜋 = laba/keuntungan
𝑝 = tingkat harga
𝑄 = tingkat output
𝑇𝑉𝐶 = biaya variable total
𝑇𝐹𝐶 = biaya tetap total
Konsep ini juga bisa dijelaskan dengan menggunakan
grafik kurva TR, TC dan laba. Bila kita amati pada axis
horizontal (sumbu output), penambahan output akan
meningkatkan laba sampai tingkat laba maksimum yaitu

111
MEMAKSIMUMKAN LABA

pada garis BC atau titik A. Melewati titik A, penambahan


output justru akan menurunkan profit.

Gambar 1. Laba Maksimum


Dalam gambar 1, nampak selisih B dan C. Titik C
menunjukkan penerimaan (TR) dalam kondisi tertinggi,
sementara titik B menujukkan tingkat biaya (TC)
terendah. Sepanjang kedua kurva tersebut ditunjukkan
berbagai kombinasi biaya dan penerimaan dalam satu
periode produksi. Selisih atau laba produsen dapat
tercapai saat biaya minimum dan penerimaan
maksimum sehingga output optimal (titik A). Dengan
kata lain, titik A adalah titik dimana laba maksimum
(profit maximizing point).
Konsep Marginal Rule
Dalam aturan marjinal (marginal rule), untuk
memaksimumkan laba, kita harus menentukan tingkat
output dimana biaya marjinal sama dengan penerimaan
marjinal, atau MR = MC. Dalam pasar persaingan
sempurna, dimana produsen sebagai price taker, MR
diasosiasikan dengan harga (p). Biaya marjinal (MC) akan
bervariasi, tergantung output (Q). Singkatnya, profit/laba
maksimum terjadi pada tingkat output (Q) berada pada
titik dimana MC sama persis dengan harga atau MC = p.

112
MEMAKSIMUMKAN LABA

Gambar 2.
Bila kita mengubah Q, maka laba berubah karena TR dan
TC juga berubah. Pernyataan ini bisa diformulasikan
sebagai berikut:
𝝅 = 𝑻𝑹 − 𝑻𝑪

Bila diturunkan secara parsial, kita akan mendapatkan


nilai marjinal dari TR dan TC
𝜕𝜋 𝜕𝑇𝑅 𝜕𝑇𝐶
= − =0
𝜕𝑄 𝜕𝑄 𝜕𝑄

dapat juga dituliskan:


𝑴𝑹 − 𝑴𝑪 = 𝟎

atau
𝝏𝑻𝑹 𝝏𝑻𝑪
=
𝝏𝑸 𝝏𝑸

𝑴𝑹 = 𝑴𝑪

Persamaan ini membuktikan bila laba maksimum dan


kerugian minimum akan dicapai saat tingkat Q dimana
MR = MC.

113
MEMAKSIMUMKAN LABA

Profit Maximization pada Struktur Pasar Monopoli


Secara sederhana, produsen pada pasar monopoli
mendapatkan laba bila penerimaan total lebih tinggi dari
biaya total. Prinsip ini juga berlaku sama pada pasar
persaingan sempurna. Perbedaan yang paling mencolok,
karena produsen pada pasar monopoli adalah produsen
tunggal, maka kuantitas produk akan sangat menentukan
harga jual. Produsen pada pasar monopoli dapat
menaikan atau menurunkan harga tergantung kuantitas
produk dan biaya produksi atau disebut sebagai price
maker.
Hubungan produksi dan harga membentuk kurva
permintaan. Semakin banyak produk yang dihasilkan dan
dijual dipasaran, semakin murah harga yang dapat
ditentukan oleh produsen. Namun, sebagai monopolis
yang juga ingin mencapai laba semaksimal mungkin,
produsen juga harus berpikir untuk meningkatkan
penerimaan. Untuk meningkatkan penerimaan, produsen
harus menjaga agar harga dan produk yang dijual harus
seimbang, setidaknya harus diatas biaya total.

Q TR Q TC

80

60

40

20

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gambar 3. Laba Maksimum


Pada gambar 3 (penggambaran kalkulasi pada table 1),
kita amati bila produsen memproduksi lebih dari 8
satuan, berpotensi mengalami kerugian karena biaya total
lebih besar dari penerimaan total (TC>TR).

114
MEMAKSIMUMKAN LABA

Keuntungan perusahaan monopoli pada gambar di atas


ditunjukkan dengan bantuan kurva TR dan TC. Analisis
dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Pada tingkat Q=1 dan Q=8, laba adalah minimal, yaitu
1;
2. Laba dapat diperoleh bila TR-TC>0, atau bilamana Q
sebesar 1 sampai 8;
3. Bila Q<1 atau Q>8, maka produsen akan rugi karena
TR-TC<0;
4. Selisih antara TR dan TC paling tinggi adalah saat Q=4
dan Q=5 atau disebut laba maksimum.
Konsep MR = MC di atas dalam struktur pasar monopoli
dapat membantu untuk proses penentuan keuntungan
perusahaan. Untuk lebih jelas, mari kita lihat table
hipotetis di bawah ini.

Table 1. Perhitungan Biaya Marjinal dan Laba Maksimal

Q TR MR AR TC MC AC TR-TC MR-MC

1 6 - 6 5 - 5 1 -

2 12 6 6 8 3 4 4 3

3 18 6 6 12 4 4 6 2

4 24 6 6 17 5 4.25 7 1

5 30 6 6 23 6 4.6 7 0

6 36 6 6 30 7 5 6 -1

7 42 6 6 38 8 5.43 4 -2

8 48 6 6 47 9 5.87 1 -3

9 54 6 6 57 10 6.33 -3 -4

10 60 6 6 68 11 6.8 -8 -5

Dalam kenyataan, sering sulit bagi produsen dalam pasar


monopoli untuk menganalisis TR dan TC. Sebagai

115
MEMAKSIMUMKAN LABA

alternatif, maka dapat dihitung perubahan produksi dan


pengaruhnya terhadap biaya marjinal dan penerimaan
marjinal. Setiap perubahan akan lebih mudah dianalisis
ketimbang harus menganalisis angka (produksi dan
harga) sewaktu yang sering fluktuatif.
Bila menggunakan formulasi MR=MC, maka dapat dilihat
pada gambar 4.

Q MR Q MC

12

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gambar 4. MR, MC dan Laba Maksimum


Secara sederhana, dapat diamati laba maksimum terjadi
saat kurva MR berpotongan dengan MC atau MR=MC.
Perpotongan ini terjadi saat Q=5. Sepanjang produksi
dilakukan pada MR>MC, maka produsen masih akan
mendapatkan laba dengan terus meningkatkan produksi
sampai MR=MC.

116
MEMAKSIMUMKAN LABA

Q MR Q MC Q AC

12

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gambar 5. Pembentukan Laba


Pada gambar 5, pembentukan laba terjadi saat tingkat
produksi 1 sampai 5, hingga saat MR=MC. Biaya rata-rata
(AC) akan cenderung minimal saat tingkat produks 2
hingga 3.
Profit Maximization pada Struktur Pasar Persaingan
Sempurna
Karakteristik pasar persaingan sempurna adalah
produsen harus menerima harga produk yang sesuai
dengan mekanisme pasar (price taker). Pada pasar
persaingan sempurna, konsumen bebas menentukan
produk yang akan dibeli baik pada tingkat harga ataupun
kuantitas tertentu. Singkatnya, perusahaan akan dapat
meningkatkan penerimaan total, bila semakin banyak
produk yang terjual. Oleh karena itu, penentuan laba
maksimal sangat dipengaruhi oleh tingkat atau volume
produksi.
Pada table di bawah disajikan data hipotetis yang
menggambarkan kenaikan tingkat produksi pada harga
yang sama dan berpotensi pada peningkatan penerimaan
total (TR). Berdasarkan kalkulasi ini, kita dapat
menentukan pada tingkat produksi berapa akan tercapai
laba maksimum.

117
MEMAKSIMUMKAN LABA

Table 2.
Perhitungan Komponen Biaya, Penerimaan dan Keuntungan
Q P TR TC ATC TVC AVC TR-TC MC MR

0 12 0 15 - 0.00 - -15 - -
1 12 12 25 25.00 10.00 10.00 -13 10 12
2 12 24 33 16.50 18.00 9.00 -9 8 12
3 12 36 40 13.33 25.00 8.33 -4 7 12
4 12 48 46 11.50 31.00 7.75 2 6 12
5 12 60 54 10.80 39.00 7.80 6 8 12
6 12 72 63 10.50 48.00 8.00 9 9 12
7 12 84 73 10.43 58.00 8.29 11 10 12
8 12 96 85 10.63 70.00 8.75 11 12 12
9 12 108 98 10.89 83.00 9.22 10 13 12
10 12 120 113 11.30 98.00 9.80 7 15 12
11 12 132 132 12.00 115.00 10.45 0 19 12

Pada contoh kalkulasi di atas, laba maksimum tercapai


saat tingkat produksi sebesar 7 satuan dan harga 12
satuan. Setelah tingkat produksi mencapai 8 dengan
tingkat harga sama, maka laba mulai menurun. Hal ini
tampak pada kolom TR-TC. Pada table juga nampak,
bahwa tingkat produksi minimum adalah 4 satuan,
karena kurang dari itu, produsen berpotensi merugi
(ditandai dengan TR-TC=-4). Begitupun sebaliknya,
peningkatkan produksi terus menerus melebihi 9 satuan
akan berpotensi merugi. Hal ini disebabkan semakin
tingginya biaya total. Dari sini kita dapat berkesimpulan,
laba atau rugi sangat dipengaruhi oleh kuantitas produksi
dengan asumsi tingkat harga yang sama.
Laba maksimum terjadi saat selisih TR dan TC tertinggi
pada tingkat produksi sebesar 8. Produsen harus
berproduksi diantara kedua interseksi TR dan TC. Bila
produsen memproduksi kurang dari 4 dan lebih dari 11,
maka produsen akan merugi. Oleh karena itu produsen
dalam pasar persaingan sempurna harus menstabilkan
produksi mendekati titik laba maksimum karena
produsen tidak bisa menentukan harga jual sendiri.

118
MEMAKSIMUMKAN LABA

TR TC TVC TR-TC

140
120
100
80
60
40
20
0
-20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

-40

Gambar 6. Penentuan Laba Maksimum


Dalam praktek, produsen seringkali kesulitan
menentukan total biaya untuk semua tingkat produksi.
Sulit memprediksikan biaya, bila terjadi perubahan
(kenaikan atau penurunan) tingkat produksi. Dalam
pendekatan yang lebih praktis, produsen dapat melihat
bagaimana perubahan tingkat produksi dan pengaruhnya
terhadap penerimaan marjinal dan biaya marjinal.
Dalam pasar persaingan sempurna harga sama dengan
penerimaan marjinal (MR = p), atau harga tidak berubah
berapapun tingkat produksi (lihat table 2). Praktisnya,
harga di pasar persaingan sempurna tidak dipengaruhi
oleh berapapun tingkat produksi oleh produsen
(perubahan kuantitas produksi setiap produsen tidak
banyak mempengaruhi permintaan dan penawaran di
pasar karena banyak produsen lain sebagai pesaing).

119
MEMAKSIMUMKAN LABA

MC - MR -

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Gambar 7. Marginal Cost dan Marginal Revenue


Bila produsen memproduksi saat MR>MC, perusahaan
masih dapat meningkatkan laba denga meningkatkan
produksi sehingga tercapai MR=MC. Karena produsen
beroperasi pada pasar persaingan sempurna, maka
tingkat produksi harus dilakukan pada titik dimana harga
sama dengan penerimaan marjinal dan biaya marjinal
atau P=MR=MC agar tercapai laba maksimum.
Lebih detil, kita amati gambar 7 (kurva MR, MC dan AC)
di bawah. Perusahaan harus menjaga agar penerimaan
marjinal (MR) atau harga (p) lebih tinggi dari biaya rata-
rata (AC) agar tetap mendapatkan laba.

AC - MC - MR -

30,00

25,00

20,00

15,00

10,00

5,00

0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Gambar 8. Laba dan Rugi dengan Biaya Rata-rata

120
MEMAKSIMUMKAN LABA

Dengan demikian kita dapat berkesimpulan bahwa:


1. p > AC produsen mendapatkan laba
2. p = AC produsen mendapatkan laba 0
3. p < AC produsen merugi
Dalam jangka pendek, produsen harus menjaga agar
biaya rata-rata selalu lebih rendah dari harga.
Pembahasan selanjutnya, apakah bila produsen
mengalami rugi harus serta merta menghentikan
bisnisnya atau tetap beroperasi? Gambar 8 menunjukkan
hubungan antara biaya marjinal, biaya rata-rata dan
biaya variable rata-rata (Average Variable Cost/AVC).
Dalam kurva tersebut ditunjukkan interseksi antara MC
dan AVC serta MC dan AC.
Interseksi AC dan MC disebut dengan zero profit point atau
titik dimana tidak ada laba. Laba dapat diperoleh bila
produksi di atas 7 satuan. Bila perusahaan berproduksi
sebanyak antara 5 – 7 satuan sebetulnya perusahaan
mengalami kerugian, namun perusahaan masih dapat
beroperasi karena masih dapat menutupi biaya variable.
Hal ini berlaku untuk jangka pendek.

AC - AVC - MC -

30,00

25,00

20,00

15,00

10,00

5,00

0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Gambar 9. Hubungan AC, MC dan AVC

121
MEMAKSIMUMKAN LABA

Pada tingkat produksi 5 satuan, perusahaan mengalami


rugi dan harus menutup operasional karena tidak bisa
menutupi biaya variable. Dengan tingkat produksi kurang
dari 5 satuan, biaya marjinal akan lebih rendah dari biaya
variable (shutdown point).

Daftar Pustaka
Browning, E., & Zupan, M. (2015). Microeconomics: Theory
& Applications. New Jersey: Wiley.
Kreps, D. (2013). Microeconomics Foundations 1: Choice
and Competitive Markets. New Jersey: Princeton
University Press.
Osborne, M., & Rubinstein, A. (2020). Models in
Microeconomic Theory. Cambridge: Open Book
Publishers.
Perloff, J. (2022). Microeconomics: Theory and Applications
with Calculus. Essex: Pearson.
Rahardja, P., & Manurung, M. (2006). Teori Ekonomi Mikro,
Suatu Pengantar. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Samuelson, P., & Nordhaus, W. (2012). Economics. New
York: McGraw Hill.
Sukirno, S. (2016). Mikroekonomi, Teori Pengantar.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Taylor, T., & Greenlaw, S. (2022, April 6). opentextbc.
Diambil kembali dari
https://opentextbc.ca/principlesofeconomics/:
https://opentextbc.ca/principlesofeconomics/chapte
r/8-2-how-perfectly-competitive-firms-make-output-
decisions/

122
MEMAKSIMUMKAN LABA

Profil Penulis
Mario Valentinus Poluakan
Penulis menyelesaikan Pendidikan S1 pada
program studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas
Ekonomi Universitas Atma Jaya Yogyakarta tahun
2007. Program Pascasarjana di Magister Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta dan berhasil diselesaikan pada tahun 2010.
Setelah menyelesaikan studi, penulis bekerja sebagai
profesional di beberapa perusahaan multinasional yang
bergerak di industri keuangan. Dalam beberapa pekerjaan
professional, penulis sering menjadi instruktur dan pelatih.
Ketertarikan pada bidang pendidikan mengantarkan penulis
menjadi dosen di Fakultas Pertanian, Universitas Katolik De La
Salle Manado. Selain itu penulis banyak bekerja sebagai
konsultan dan pendamping mitra untuk beberapa proyek dari
Canadian Global Affairs, British Council dan Cargill.
Penulis banyak memiliki minat dan ketertarikan dalam bidang
analisis kuantitatif untuk ekonomika pertanian. Penulis
menekuni beberapa bidang seperti mikroeknometrika,
pemrograman linear, model stokastik, sains data,
agribisnis/pertanian presisi, dan pemodelan agribisnis
kuantitatif.
Email Penulis:
mpoluakan@unikadelasalle.ac.id/mpoluakan@ukdlsm.ac.id

123
124
9
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Terezia Valency Pattimahu, S.E., M.Si.


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pattimura

Pengertian Kebijakan
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang
menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan
suatu pekerjaan hanya menjadi pedoman tindakan yang
paling mungkin memperoleh hasil., kepemimpinan dan
cara bertindak. Istilah ini dapat diterapkan dalam
pemerintahan yang diinginkan, organisasi dan kelompok
sector swasta serta individu. Kebijakan berbeda dengan
peraturan dan hukum, jika hukum dapat memaksakan
atau melarang suatu perilaku, kebijakan hanya menjadi
pedoman tindakan yang paling mungkin memperoleh
hasil yang diinginkan.
Menurut Irfan Islamy (2003) kebijaksanaan berasal dari
kata “wisdom” adalah tindakan yang memerlukan
pertmbangan-pertimbangan yang lebih jauh dan
mendalam, sementara kebijakan adalah tidakan yang
mencakup aturan-aturan yang terdapat didalam suatu
kebijaksanaan.
M Soly Lubis (2007) mengatakan bahwa wisdom dalam
arti kebijaksanaan atau kearifan adalah pemikiran
pertimbangan yang mendalam untuk menjadi dasar bagi
perumusan kebijakan. Kebijakan adalah seperangkat
keputusan yang diambil oleh pelaku=pelaku politik dalam
rangka memilih tujuan dan cara untuk pencapaian
tujuan.

125
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Keban (2008) melihat kebijkasanaan sebagai suatu


keputusan yang memperbolehkan sesuatu yang
sebenarnya dilarang atau sebaliknya berdasarkan alasan-
alasan tertentu seperti pertiambangan kemanusiaan,
keadaan darurat dsb, sedangan kebijakan menunjukkan
adanya serangkaian alternative yang dipilih berdasarkan
prinsip-prinsip tertentu.
Menurut Carl Friedrich, kebijakan adalah suatu tindakan
yang mengarah pada tujuan seseorang, kelompok atau
pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan
dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya
mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau
mewujudkan sasaran yang diinginkan.
Menurut Anderson (1979) menyatakan bahwa kebijakan
merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang
ditetapkan oleh suatu actor atau sejumlah actor dalam
mengatasi suatu masalah.
Konsep kebijakan ini mempunyai implikasi yaitu:
1. Titik perhatian dalam membicarakan kebijakan
berorientasi pada maksud dan tujuan, bukan sesuatu
yang terjadi begitu saja melainkan sudah
direncanakan oleh semua pihak yang terlibat.
2. Suatu kebijakan tidak berdiri sendiri tetapi berkaitan
dengan kebijakan lainnya dalam masyarakat.
3. Kebijakan adalah apa yang sebenarnya dilakukan oleh
pemerintah dan bukan apa yang diinginkan oleh
pemerintah.
4. Kebijakan dapat bersifat positif dan negative
5. Kebijakan harus berdasarkan hukum sehingga
memiliki kewenangan masyarakat untuk
mematuhinya.
Kebijakan pemerintah pada hakekatnya merupakan
kebijakan yang ditujukan untuk public dalam pengertian
yang seluas-luasnya (Negara, masyarakat dalam berbagai
status serta untuk kepentingan umum) baik itu dilakukan
secara langsung maupun tak langsung yang tercermin

126
KEBIJAKAN PEMERINTAH

dalan dimensi kehidupan public, oleh karena itu sering


disebut sebagai kebijakan publik
Kebijakan dalam pengertian pilihan untuk melakukan
atau untuk tidak untuk melakukan mengandung makna
adanya kehendak untuk melakukan atau tidak
melakukan kehendak mana dinyatakan dalam
berdasarkan otoritas yang dimiliki untuk melakukan dan
jika diperlukan melakukan pemaksaan. Pernyataan
kehendak oleh otoritas dikaitkan dengan konsep
pemerintah yang memberikan pengertian atas kebijakan
yang dilakukan oleh pemerintah yang disebut sebagai
kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah dapat
berkonotasi kebijakan negara ketika pemerintah yang
melakukan adalah diarahkan pada pemerintah Negara.
Kalau kebijakan pemerintah dipahami dari saran yang
akan dicapai atau diatur dimana sasarannya adalah
public tidak saja dalam pengertian Negara akan tetapi
dalam pengertian masyarakat dan kepentingan umum
maka kebijakan pemerintah dikategorikan sebagai
kebijakan publik.
Tahapan Pembuatan Kebijakan
Berikut ini adalah tahapan pembuatan kebijakan adalah
sebagai berikut:
1. Penyusunan agenda adalah sebuah fase dan proses
yang sangat strategis dalam realitas kebijakan public.
Dalam proses inilah ada ruang untuk memaknai apa
yang disebut sebagai masalah public dan agenda
public perlu diperhitungkan. Terdapat beberapa
kriteria suatu masalah public dan menentukan
rancangan prioritas.
2. Formulasi kebijakan: masalah yang sudah masuk
dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para
pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi
didefenisikan untuk kemudian dicari pemecahan
masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut
berasal dari berbagai alternative atau pilihan
kebijakan yang ada.

127
KEBIJAKAN PEMERINTAH

3. Legitimasi kebijakan: memberikan otorisasi pada


proses dasar pemerintahan. Jika tindakan legitimasi
dalam suatu masyarakat diatur oleh kedaulatan
rakyat, warga negara akan mengikuti arahan
pemerintah.
4. Evaluasi: kegiatan yang menyangkut estimasi atau
penilaian kebijakan yang mencakup substansi,
implementasi dan dampak. Secara umum suatu
kebijakan pemerintaha aakan dievaluasi dalam
jangka waktu tertentu mengenai pencapaian yang
ada.
Pengertian Kebijakan Pemerintah
Secara terminology, kebijakan pemerintah merupakan
seperangkat alat yang bersifat otoritatif dan bernilai bagi
publik di suatu daerah tertentu. Terdapat dua sudut
pandang yang dapat digunakan untuk memahami suatu
kebijakan publik. Dua hal tersebut berupa kebijakan
publik sebagai sesuatu yang dipahami dan kebijakan
publik sebagai sesuatu yang mudah diukur dalam hal ini
yang dimaksud dengan kebijakan public sebagai sesuatu
yang mudah dipahami adalah seperangkat aturan yang
diformulasikan untuk mencapai tujuan nasional.
Sementara itu yang dimaksud dengan kebijakan public
sebagai sesuatu yang mudah diukur adalah suatu aturan
dari pemerintah bersama rakyat yang memiliki ukuran
yang jelas saat mencapai suatu tujuan tertentu. Seperti
yang telah disebutkan sebelumnya tujuan publik tak lain
untuk menghadirkan sebuah pemecahan masalah yang
dihadapi oleh suatu negara.
Tujuan Kebijakan Pemerintah
Ada beberapa tujuan kebijakan pemerintah antara lain:
1. Tujuan ilmiah yaitu tujuan kebijakan publik untuk
mengembangkan pengetahuan ilmiah, sebab
kebijakan publik takan pernah terlepas dari suatu
penelitian ilmiah yang menghasilkan suatu
rekomendasi kebijakan
2. Tujuan professional yaitu untuk menetapkan
peengetahuan ilmiah di bidang tertentu untuk

128
KEBIJAKAN PEMERINTAH

memecahkan permasalahan publik. Maka dari itu


kebijakan publik atau pemerintah yang berkualitas
tersebut aan selalu berpedoman pada penelitian
ilmiah dari para ahli di bidangnya.
3. Tujuan politik yaitu tujuan kebijakan pemerintah
untuk mendapatkan legitimasi dari publik terhadap
suatu pemerintahan tertentu. Kekuasaan akan
mendapatkan kekuatan di kala dampak positif dari
suatu kebijakan public tertentu semakin meluas.
Suatu tujuan kebijakan pemerintah akan
terselenggara dengan baik apabila telah melalui
beberapa tahapan pembentukannya (Wiliam Dunn).
Ciri Umum Kebijakan Pemerintah
1. Setiap kebijakan harus memiliki tujuan artinya
pembuatan suatu kebijakan tidak boleh sekedar asal
aatau hanya karena ada kesempatan membuatnya.
Tanpa tujuan tidak perlu ada kebijakan
2. Suatu kebijakan tidak berdiri sendiri terpisah dari
kebijakan lain, akan tetapi berkaitan dengan
kebijakan lainnya. Orientasi kebijakan adalah
implementasi, interpretasi dan penegakan hokum.
3. Kebijakan adalah apa yang dilakukan oleh pemerintah
bukan apa yang masih ingin atau dikehendaki untuk
dilakukan oleh pemerintah
4. Kebijakan dapat berbenttuk negative atau larangaan
dan dapat juga dalam bentuk pengarahan untuk
melaksanakan atau menganjurkan sesuatu
5. Kebijaksanaan harus berdasarkan hukum
Unsur-Unsur Kebijakan Pemerintah
Komposisi sebuah kebijakan dapat dilihat dari struktur
kebijaknnya. Dilihat dari struktur kebijakan terdapat lima
unsur dalam kebijakan pemerintah antara lain;
1. Tujuan kebijakan
Merupakan unsur pertama dari sebuah kebijakan,
akan tetapi tidak semua kebijakan mempunyai uraian
yang sama mengenai pencapaian tujuannya.

129
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Perbedaan terdapat pada jangka waktu pencapaian


tujuan, posisi, gambaran dan orientasi serta
dukungannya. Kriteria tujuan yang baik adalah
diinginkan untuk dicapai, rasionalitas atau realistis,
jelas dan berorientasi kedepan.
2. Masalah
Masalah merupakan unsur yang sangat penting
dalam kebijakan. Kesalahan dalam menentukan
masalah yang tepat, dapat menimbulkan kegagalan
total dalam seluruh proses kebijakan.
3. Tuntutan
Dapat sersifat moderat atau radikal. Tuntutan
muncul karena dua sebab, yaitu terabaikannya
kepentingan suatu golongan dalam proses perumusan
kebijakan dan munculnya kebutuhan baru yang
menyusul setelah tujuan atau masalahnya sebelum
terpecahkan,
4. Dampak atau Outcome
Dampak merupakan tujuan lanjutan yang muncul
sebagau pengaruh dari pencapaian suatu tujuan.
Salah satu contohnya dalam kebijakan ekonomi
adalah kebijakan investasi, perpajakan, pengeluatan
pemerintah atau pengurangan terhadap pendapatan
masyarakat secara menyeluruh.
5. Sarana atau alat kebijakan
Sarana dalam perumusan kebijakan public adalah
kekuasaaan, insentif, pengembangan kemampuan,
simbolis, dan perubahan kebijakan itu sendiri.
Jenis Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah dapat dikategorikan kedalam
beberapa jenis yaitu:
1. Kebijakan Substantif. Kebijakan yang menyangkut
apa yang akan dilakukan oleh pemerintah.
2. Kebijakan Prosuderal, kebijakan mengenai bagaimana
kebijakan substantive dapat dijalankan,

130
KEBIJAKAN PEMERINTAH

3. Kebijakan Distributif, kebijakan yang mangatur


distribusi pelayanan atau kemanfaatan pada
masyarakat
4. Kebijakan Regulatori. Kebijakan yang berupa
pembatasan atau larangan terhadap perilaku individu
atau kelompok masyarakat
5. Kebijakan Redistributif. Kebijakan yang mengatur
alokasi kekayaan, pendapatan, kepemilikan diantara
berbagai kelompok masyarakat
6. Kebijakan Material. Kebijakan yang memberi
keuntungan sumberdaya konkret pada kelompok
sasaran
7. Kebijakan Simbolis. Kebijakan yang memberikan
manfaat simbolis pada kelompok sasaran
8. Kebijakan yang berhubungan dengan barang umum.
Kebijakan yang bertujuan untuk mengatur
pemberian barang atau pelayanan public.
9. Kebijakan barang privat. Kebijakan yang mengatur
penyediaan barang atau pelayanan untuk pasar
bebas.
10. Kebijakan pemerintah di bidang ekonomi
Tujuannya untuk mengatur sistim perekonomian
suatu negara sehingga dapat mencapai kemakmuran.
Kebijakan ekonomi secara umum mencakup pasar,
tenaga kerja, otonomi daerah serta intervensi
pemerintah dalam menentukan perekonomian suatu
negara. Pemerintah memiliki peran yang cukup
penting dalam kegiatan ekonomi adalah menetapkan
sejumlah kebijakan-kebijakan di bidang ekonomi.
Kebijakan ekonomi yang ditetapkan oleh pemerintah
tersebut memiliki tujuan akhir yaitu kemakmuran
rakyat seperti termuat dalam pasal 33 UUD 1945.

131
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Selain menentukan kebijakan ekonomi ada sejumlah


kegiatan ekonomi lainnya yang dilakukan oleh
pemerintah yakni:
a. Menarik pajak langsung dan tak langsung
b. Membelanjakan penerimaan negara untuk
membeli barang-barang kebutuhan pemerintah
c. Meminjam uang dari luar negeri
d. Menyewa tenaga kerja’
e. Menyediakan kebutuhan uang kartal bagi
masyarakat
f. Kegiatan ekonomi yang dilakuka sector
pemerintah juga meilputi produksi, konsumsi,
distribusi dan regulator.
Menurut Cucu Risa Asmarani dalam bukunya pelaku
ekonomi dalam kegiatan ekonomi, ada banyak kebijakan
dan pemerintah di bidang ekonomi dan dikelompokkan
dalam beberapa kelompok.
Adapun kebijakan pemerintah dibidang ekonomi yaitu
kebijakan fiscal, kebijakan moneter, kebijakan keuangan
internasional dan kebijakan perdagangan internasional.
Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang diambil oleh
pemerintah dalam rangka menunjang aktivitas ekonomi
melalui berbagai hal yang berkaitan dengan penetapan
jumlah uang yang beredar dalam masyarakat. Tujuan
utama kebijakan ini adalah untuk menjaga kestabilan
keetersediaan uang negara mempengaruhi aktifitas
ekonomi, seperti inflasi, suku bunga bank dan lainnya.
Persediaan uang negara mempengaruhi aktivitas ekoomi,
seperti inflasi, suku bunga bank dan sebagainya Nopirin
(1997).
Penanggung jawwab dan pelaksana kebijakan moneter di
Indonesia yaitu Bank Indonesia selaku bank sentral di
Indonesia. Hal ini didasari pada undang-undang nomor 23
tahun 1999 mengenai kebijakan moneter Bank Indonesia.
Sebagaimana dijelaskan dalam undang-undang nomor

132
KEBIJAKAN PEMERINTAH

3 tahun 2004 tentang kebijakan moneter Bank Indonesia.


Dibawah ini berbagai tujuan kebijakan moneter adalah
berikut ini:
1. Menjaga stabilitas ekonomi suatu negara harus
berjalan dengan terkontrol dan berkelanjutan. Hal ini
dapat diwujudkan melalui keseimbangan arus barang
dan jasa dengan peredaran uang. oleh karena itu
tujuan kebijakan moneter adalah menjaga stabilitas
ekonomi melalui pengaturan dan penetapan terkait
peredaran uang di masyarakat.
2. Mengendalikan Inflasi.agar inflasi dapat ditekan maka
Bank Indonesia menetapkan kebijakan yang
bertujuan untuk mengurangi uang yang beredar di
masyarakat dan menjaga kestabilan uang di bank.
3. Melindungi stabilitas harga barang di pasar. Tujuan
kebijakan moneter diharapkan mampu melindungi
stabilitas harga pasar, ketika harga stabil maka
menumbuhkan rasa masyarakat terhadap tingkat
harga sekarang dan di masa mendatang, sehingga
tingkat daya beli antar periode tetap sama. Kestabilan
harga ini bias diatur melalui keseimbangan peredara
uang, permintaan barang dan produksi barang.
4. Menjaga keseimbangan neraca pembayaran
internasional. Kebjakan moneter tidak hanya
berpengaruh terhadap aktifitas ekonomi dalam negeri
saja, namun juga luar negeri. \salah satu tujuan
kebijakan moneter adalah menjaga keseimbangan
neraca pembayaran internasional, hal iini dapat
diwujudkan melalui kestabilan jumlah barang ekspor
dan impor sama besarnya, oleh sebab itu pemerintah
sering melakukan devaluasi dalam hal ini.
5. Mendorong Pertumbuhan Ekonomi. Seluruh dampak
atas kebijakan moneter diharapkan mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi, sebab demi
mencapai tujuan tersebut diperlukan berbagai
kesuksesan tiap komponen seperti tersedia lapangan
pekerjaan, control tingkat inflasi, aktifitas produksi
dan permintaan barang dan lain sebagainya.

133
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Jenis-jenis kebijakan moneter adalah:


1. Kebijakan Moneter Ekspansif
Kebijakan yang melakukan pengelolaan dan
pengaturan peredaran uang dalam aktifitas ekonomi.
Tujuan utama untuk meningkatkan peredaran uang
di masyarakat sehingga roda perekonomian
meningkat.
2. Kebijakan Moneter Kontraktif
Kebijakan yang diambil sebagai langkah mengurangi
peredaran uang di masyarakat saat terjadi inflasi, hal
ini dilakukan melaui peningkatan suku bunga bank,
penjualan obligasi dan meningkatkan persyaratan
cadangan untuk bank.
Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiscal adalah kebijakan pemerintah yang
dilakukan untuk menjaga pemasukan dan pengeluaran
negara tetap stabil sehingga perekonomian negara bias
bertumbuh baik/ Kebijakan tentang perpajakan,
penerimaan, utang piutang dan belanja pemerintah
dengan tujuan ekonomi tertentu (Boediono, 1997)
Tujuan kebijakan fiskal. Adalah
1. Menjaga dan mengembangkan perekonomian negara.
Kebijakan ini diharapkan mampu mempengaruhi
seluruh sector ekonomi negara mulai dari sector
korporat, sehingga usaha mikro.
2. Menjaga stabilitas harga barang. Kebijakan ini
dilakukan demi menjaga harga barang tetap
terjangkau bagi masyarakat dan terhindar dari
fluktuasi, sehingga tidak ada monopoli, penimbunan
dan lain sebagainya.
3. Mendorong investasi. Kebijakan fiskal dapat
menciptakan iklim investasi yang baik bagi pelaku
pasar modal terutama investor, sehingga negara bisa
memperoleh lebih banyak pendapatan dan pajak
usaha.

134
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Jenis Kebijakan fiscal.


Dari segi teoritis terbagi atas 3 yaitu kebijakan
1. Fiscal fungsional
2. Kebijakan fiscal terenca
3. Kebijakan fiscal incidental.
Dari segi penerapan terdapat 2 jenis yaitu:
1. Kebijakan fiscal ekspansif
2. Kebijakan fiscal kontraktif
Dari segi neraca pembayaran, ada beberapa jenis
kebijakan fiscal adalah;
1. Kebijakan fiscal seimbang
2. Kebijakan fsikal surplus
3. Kebijakan fiscal deficit
4. Kebijakan fiscal dinamis
Kebijakan Keuangan Internasional
Merupakan kebijakan suatu negara yang dapat
mempengaruhi perekonomian internasional, salah
satunya adalah hubungan dagang antar negara.
Keuangan internasional membahas ddinamika sisti
keuangan global, sistim moneter internasional, neraca
pembayaran, nilai tukar, investasi aing langsung dan
hubungannya dengan perdagangan internasional.
Cakupan kebijakan keuangan internasional meliputi
kebijakan perdagangan internasional, kebijakan
pembayaran internasional, kebijakan bantuan luar negeri.

135
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Daftar Pustaka
Undang -Undang nomor 3 Tahun 2004, Tentang Bank
Indonesia
Undang-Undang nomor 23 Tahun 2009, Tentang
Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2007.
Anderson, James. (1979). Pulic Policy Making (Second ed)
New York. Holt, \renehart and Wiston, New York
Boediono, (1997), Ekonomi Internasional, Yogyakarta,
BPFE
Friedrich Carl, (1963), Man and His Government, New
York: Mc GrawHill.
Irfan Islamy, (2003), Prinsip-Prinsip Perumusan
Kebijaksanaan Negara, Bumi Aksara
Keban, Yeremias T, (2008). Good Governance dan
Capacity Building sebagai Indikator Utama Dan Fokus
Penialaian Kerja Pemerintahan, Yogyakarta
M Soly Lubis, (2007). Ilmu Negara, Mandar Maju,
Bandung
Nopirin, (1997), Ekonomi Internasional, Edisi 3 BPFE
Yogyakarta

136
KEBIJAKAN PEMERINTAH

Profil Penulis
Terezia Valency Pattimahu
Ketertarikan penulis terhadap ilmu-ilmus sosial.
Hal tersebut membuat penulis memilih untuk
masuk ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 1
Ambon dan berhasil lulus pada tahun 1989.
Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi
dan berhasil menyelesaikan studi S1 di JURUSAN EKONOMI
PEMBANGUNAN UNIVERSITAS PATTIMURA pada tahun 1994.
Kemudian Tahun 2000 diterima sebagai Tenaga Pengajar pada
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PATTIMURA, kemudian,
penulis diberi kesempatan untuk menyelesaikan studi S2 di
prodi PERENCANAAN DN PEMBANGUNAN WILAYAH PROGRAM
PASCA SARJANA UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO
pada tahun 2005.
Penulis memiliki kepakaran dibidang perencanaan dan
pembangunan wilayah. Dan untuk mewujudkan karir sebagai
dosen profesional, penulis pun aktif sebagai peneliti dibidang
kepakarannya tersebut. Beberapa penelitian yang telah
dilakukan didanai oleh internal perguruan tinggi dan juga
Kemenristek DIKTI. Selain peneliti, penulis juga aktif menulis
buku dengan harapan dapat memberikan kontribusi positif bagi
bangsa dan negara yang sangat tercinta ini.
Email Penulis: lency24.valency@gmail.com

137
138
10
KEBIJAKAN EKONOMI

Acai Sudirman, S.E., M.M.


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sultan Agung

Pendahuluan
Semua negara yang ada di dunia ini tentunya ingin
membahagiakan dan mensejahterakan rakyatnya melalui
kebijakan-kebijakan pembangunan yang dirancang dan
dilaksanakan oleh pemerintahan negara tersebut. Agar
apa yang dicita-citakan oleh suatu negara bisa terwujud,
tentunya kebijakan pembangunan yang dilaksanakan
harus terencana, terstruktur dan menyeluruh serta
menerapkan strategi-strategi yang dapat mendukung dan
mendorong terlaksananya kebijakan pembangunan
tersebut secara optimal. Salah satu upaya untuk
mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan suatu
negara, yaitu melalui kegiatan pembangunan ekonomi.
Menurut Todaro & Smith (2003) sebagaimana dikutip oleh
(Arsyad, 2014), pembangunan ekonomi suatu negara
dinyatakan berhasil dilihat dari 3 (tiga) nilai utama yang
meliputi: 1) masyarakat mempunyai kemampuan yang
berkembang dalam pemenuhan kebutuhan pokoknya, 2)
rasa harga diri yang meningkat, dan 3) adanya
peningkatan kemampuan masyarakat dalam menentukan
pilihan. Dalam mewujudkan tiga nilai utama tersebut di
atas tentunya tidaklah mudah, karena diperlukan
strategi-strategi yang efektif, efisien dan optimal.
Perancangan dan penerapan strategi kebijakan ekonomi
memiliki fungsi dalam memilih faktor atau unsur yang
dapat dijadikan faktor atau unsur utama dalam
menjalankan proses pembangunan. Bila negara ini dapat

139
KEBIJAKAN EKONOMI

disamakan dengan sebuah organisasi, maka strategi


organisasi dapat diartikan sebagai suatu pernyataan
tentang apa yang ingin dituju dan apa yang akan
dilakukan untuk mewujudkan keinginan organisasi
tersebut (Arifin, 2013). Dengan demikian, istilah strategi
pembangunan ekonomi nasional merupakan langkah-
langkah yang akan dituju oleh suatu negara dan
bagaimana tindakan-tindakan yang akan dilakukan
untuk mewujudkan tujuan negara tersebut, yang meliputi
kebijakan, program maupun kegiatan-kegiatan dalam
melaksanakan apa yang telah direncanakan dalam
pembangunan. Indonesia, Negara tercinta kita ini
merupakan contoh negara berkembang yang fokus
terhadap penataan dan pembangunan ekonominya.
(Sukirno, 2007), menyatakan bahwa Pembangunan
ekonomi adalah upaya merubah suatu kondisi dari
terbelakang menjadi lebih maju, sehingga dapat
terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Agar pembangunan ekonomi nasional dapat terlaksana
mengacu pada apa yang diidam-idamkan oleh pemimpin
bangsa kita, maka diperlukan perumusan strategi
pembangunan ekonomi nasional yang matang dan dapat
mengimplementasikan tujuan dan sasaran pembangunan
nasional berdasarkan pada penetapan visi & misi negara
ini (Purba, Rahmadana, et al., 2021).
Liberalisasi Perdagangan
Menurut sejumlah ahli jika perekonomian dunia ingin
makmur dalam suasana yang berubah seperti sekarang
ini maka perdagangan harus memainkan peranan vital.
Richard Rosecrance memaparkan betapa besar kekuatan
yang dapat diwujudkan suatu bangsa melalui
kemampuan dagangnya. Kegiatan perdagangan mampu
menggantikan ekspansi wilayah dan perang militer
sebagai kunci pokok menuju kesejahteraan dan
pencapaian kekuasaan internasional. Intinya manfaat
perdagangan dan kerjasama internasional dewasa ini jauh
melampaui manfaat persaingan militer dan perluasan
wilayah. Menurut Feridhanusetyawan dan Pangestu
(2003), Indonesia telah menerapkan liberalisasi
perdagangan sejak tahun 1980 yang ditandai dengan ikut

140
KEBIJAKAN EKONOMI

sertanya Indonesia dalam Asia Free Trade Area (AFTA),


Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), dan World
Trade Organization (WTO). Liberalisasi perdagangan atau
perdagangan bebas (free trade) merupakan kondisi di
mana suatu negara melakukan perdagangan antarnegara
tanpa hambatan apapun. Proses menuju kondisi
perdagangan bebas inilah yang disebut dengan liberalisasi
perdagangan (Arifin, dkk, 2007). Terjadinya liberalisasi
perdagangan dilatarbelakangi oleh teori keunggulan
komparatif dan teori endowments. Teori keunggulan
komparatif yang dikemukakan oleh David Ricardo
menyatakan bahwa dalam kondisi perdagangan bebas,
jika ada dua Negara yang melakukan perdagangan dan
salah satu Negara kurang efisien dalam memproduksi
barang, maka masih dimungkinkan kedua Negara
tersebut melakukan perdagangan (Salvatore, 2014).
Sedangkan teori faktor endowments yang dikemukakan
oleh Heckscher – Ohlin menyatakan bahwa adanya
perbedaan endowment menyebabkan suatu Negara
melakukan perdagangan internasional. Perdagangan
internasional terjadi karena adanya perbedaan
opportunity cost suatu produk antara satu Negara dengan
Negara lain. Negara yang memiliki banyak faktor produksi
dan biaya produksi yang murah akan lebih banyak
memproduksi dan mengekspor ke negara lain. Sebaliknya,
Negara yang memiliki sedikit faktor produksi dan biaya
produksi yang mahal akan lebih banyak mengimpor dari
negara lain (Salvatore, 2014).
Yang dimaksud dengan kebijakan liberalisasi dalam hal
ini adalah suatu kebijakan yang diambil oleh suatu negara
yang mencerminkan pergerakan ke arah yang lebih netral,
liberal dan terbuka. Perubahan ke arah yang lebih netral
tersebut meliputi penyamaan intensif di antara sektor-
sektor perdagangan. Suatu kebijakan dianggap sebagai
kebijakan liberalisasi apabila tingkat intervensi secara
keseluruhan semakin berkurang. Kebijakan liberalisasi
dapat tercapai melalui pengurangan hambatan dalam
perdagangan atau pemberlakuan subsidi impor (Purba,
Purba, et al., 2021). Liberalisasi perdagangan adalah
fenomena dunia. Hampir seluruh negara sebagai anggota

141
KEBIJAKAN EKONOMI

masyarakat internasional masuk dalam blok-blok


perdagangan bebas ataupun menjalin hubungan bilateral
untuk menjalankan perjanjian perdagangan bebas. Blok-
blok perdagangan bebas (free trade area – FTA) adalah
kesepakatan liberalisasi perdagangan yang dibentuk oleh
beberapa negara.
Dorongan utama adanya hubungan bilateral maupun
blokblok perdagangan bebas adalah pembebasan tarif
perdagangan antar negaranegara yang terlibat di dalam
kerjasama tersebut (Purba, Purba, et al., 2021). Kerjasama
FTA adalah embrio dari terbentuknya integrasi ekonomi
antar negara-negara yang terlibat. Beberapa FTA yang
telah berjalan yaitu North American Free Trade Area
(NAFTA), African Free Trade Zone (AFTZ) dan South Asia
Free Trade Agreement (SAFTA). Uni Eropa adalah salah
satu contoh evolusi dari PTA menuju FTA dan kemudian
integrasi ekonomi terjadi. Liberalisasi perdagangan dapat
terwujud di dalam tiga bentuk kerjasama internasional.
Pertama, adalah pada perjanjian bilateral, yaitu perjanjian
perdagangan yang dilakukan oleh dua negara, Kedua
adalah kerjasama regional, yaitu negara-negara dalam
suatu kelompok negara yang dibentuk dari persamaan
geografi, bahasa, sejarah dan lainnya. Ketiga adalah
perjanjian perdagangan multilateral, yaitu perjanjian
perdagangan yang dilakukan oleh banyak negara.
Keseimbangan Moneter dan Fiskal
Keseimbangan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal
merupakan suatu rangkaian sistem keuangan yang saling
kait-mengait, kedua kebijakan ini akan mengontrol laju
pergerakan keuangan secara makro, terlepas dari sifat
kedua kebijakan yang dapat sejalan atau saling
bertentangan, namun kedua kebijakan memiliki tujuan
yang sama yaitu mencapai kestabilan perekonomian
negara. Keseimbangan kebijakan moneter dan kebijakan
fiskal telah memiliki payung hukum yang sah di
Indonesia, semua aturan kegiatan kebijakan tersebut
didasarkan pada Undang-Undang No.17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, hal ini menandakan bahwa
keseimbangan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal
merupakan tugas dan tanggung jawab bagi negara yang

142
KEBIJAKAN EKONOMI

legal, sekaligus menjadi dasar tata kelola anggaran


keuangan yang taat asas. Pada Pasal 21 mewajibkan
adanya menyelaraskan tujuan antara Bank Sentral
(Kebijakan Moneter) dan Pemerintah Pusat (Kebijakan
Fiskal) dalam mencapai kestabilan keuangan dan
ekonomi (internal) dan kestabilan neraca pembayaran
(eksternal). Keseimbangan kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal yang terdapat pada Pasal 21 telah
mengatur berbagai aspek antara lain, disiplin fiskal bagi
pemerintah pusat dan daerah dengan batas maksimum
defisit fiskal (dibawah 3% dari PDB dan PDRB sesuai
dengan Maastricht Treaty untuk masuk dalam European
Monetary Union) dan pinjaman pemerintah pusat dan
daerah (di bawah threshold 6% dari PDB dan PDRB),
sementara Pasal 23 melindungi secara prudensial dan
mewajibkan pinjaman luar negeri yang harus mendapat
persetujuan parlemen. (Undang-Undang Republik
Indonesia).
Disisi lain, berdasarkan teori ekonomi terkait
keseimbangan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal
telah menjadi perdebatan, kaum Klasik berpandangan
bahwa konsep kebijakan moneter dan kebijakan fiskal
bukan merupakan jalan keluar untuk meningkatkan
aktivitas sektor riil, hal ini ditentang oleh pandangan
kaum Keynesian, yang menganggap bahwa dengan
pelonggaran moneter dan stimulus fiskal akan
meningkatkan output riil, karena terjadi peningkatan
permintaan agregat dalam kondisi kekakuan harga dan
kurangnya lapangan pekerjaan. Keseimbangan kebijakan
moneter dan kebijakan fiskal dalam proses pergerakan
permintaan agregat terjadi melalui pelonggaran kebijakan
moneter berupa penurunan tingkat suku bunga,
penurunan suku bunga ini menjadikan perbankan lebih
mudah dalam menyalurkan kredit karena biaya
pendanaan menjadi lebih murah (cost of fund), sehingga
dapat meningkatkan aktivitas konsumsi dan investasi
(Siregar et al., 2020). Konsep ini cenderung digunakan
ketika terjadi krisis keuangan guna memenuhi
kekurangan likuiditas di pasar keuangan, termasuk
perbankan yang kehilangan kepercayaan dari masyarakat
sehingga berdampak beberapa elemen makro ekonomi

143
KEBIJAKAN EKONOMI

(risiko sistemik), termasuk perilaku diversifikasi aset


nyata menjadi aset asing yang memengaruhi tingkat
inflasi dan capital outflow negara (Purba, Purba, et al.,
2021).
Kaum Klasik berpandangan bahwa stimulus fiskal
memberikan pengaruh positif pada perekonomian karena
sifatnya yang netral terhadap output riil, konsep ini
tekankan oleh kaum klasik dengan melihat bahwa
pemotongan pajak dapat memberikan pengaruh pada
defisit anggaran, sehingga konsep ini mewajibkan untuk
dapat segera ditingkatkan dalam jangka panjang, yang
selanjutnya akan direspon oleh masyarakat dengan
perilaku mengurangi pengeluaran untuk memenuhi
kewajibannya. Efek Ricardian equivalence terjadi dimana
pengeluaran masyarakat dapat menutupi pengeluaran
pemerintah sehingga konsep ini tidak memberikan
dampak pada output. Kaum Klasik juga berpandangan
bahwa kebijakan moneter tidak dapat mengatur
peningkatan nilai nominal terhadap output riil dalam
permintaan agregat, meskipun pelonggaran moneter
(penurunan suku bunga atau penawaran uang) telah
dilakukan karena kecenderungan harga akan terus
meningkat. Keseimbangan kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal akan tercapai melalui hubungan antara
kebijakan moneter akomodatif dengan kebijakan fiskal
ekspansif akan memberikan efek multiplier, baik untuk
pengeluaran pemerintah dan transfer pada perekonomian.
Efek multiplier ini sangat sedikit terjadi di negara Eropa,
bahkan di beberapa negara lainnya efek multiplier ini
cenderung berdampak negatif. Sementara untuk
kebijakan moneter menunjukkan bahwa pengaruh
kebijakan ini cenderung lebih lambat dibandingkan
kebijakan fiskal dalam memengaruhi aktivitas
perekonomian, hal ini dikarenakan kebijakan moneter
cenderung untuk menjaga tingkat inflasi dan kesenjangan
output (Afwa et al., 2021).
Perekonomian Terbuka
Praktik perekonomian terbuka telah lama dilakukan oleh
para pedagang sejak zaman dulu dengan melakukan
kegiatan jual beli barang antar wilayah meskipun sarana

144
KEBIJAKAN EKONOMI

dan prasarana saat itu belum maju seperti sekarang ini.


Kegiatan ekspor dan impor memiliki peranan penting
dalam perekonomian suatu negara dewasa ini yang salah
satu penyebabnya karena perbedaan sumber daya dan
perbedaan kepentingan antar negara yang satu dengan
negara yang lainnya. Manfaat yang diperoleh dengan
perekonomian terbuka yaitu semakin tersebarnya pasar
yang berskala lebih luas dan terdiversifikasi, khususnya
bagi produk-produk manufaktur dan produk yang
memiliki nilai tambah, serta terjadinya relokasi industri
dari negara maju ke negara berkembang karena faktor
upah buruh di negara berkembang yang relatif masih
rendah (Purba, Purba, et al., 2021). Karakteristik dari
perekonomian terbuka adalah ditandai dengan dua
aktivitas utama yang dilakukan yaitu aktivitas ekspor dan
aktivitas impor. Dengan dua aktivitas tersebut, tentunya
akan memengaruhi tingkat keseimbangan pendapatan
nasional suatu negara. Dan dengan kedua aktivitas
tersebut, maka suatu negara telah melakukan kegiatan
ekonomi dengan negara lain (berupa ekspor dan impor),
maka negara tersebut sudah mempraktekkan model
perekonomian terbuka. Aktivitas ekspor dan impor suatu
negara dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu:
(1) perdagangan barang dan jasa; serta (2)
keuangan/modal. Sedangkan tingkat keterbukaan
perekonomian sebuah negara dapat diukur dengan
parameter rasio ekspor impor terhadap gross national
product (GNP) atau gross domestic product (GDP).
Perekonomian terbuka sering disebut juga dengan
kegiatan ekonomi empat sektor, yaitu kegiatan ekonomi
yang melibatkan pelaku-pelaku ekonomi di dalam negeri
serta masyarakat ekonomi di luar negeri yang meliputi
sektor rumah tangga, sektor perusahaan, sektor
pemerintah, dan sektor luar negeri. Dari keempat sektor
tersebut terdapat hubungan yang saling terkait, yaitu:
1. Rumah tangga
a. Hubungan dengan perusahaan. Dimulai dari
rumah tangga menawarkan tenaga kerja (sumber
daya manusia - SDM) yang dimilikinya kepada
perusahaan yang dipertemukan pada pasar

145
KEBIJAKAN EKONOMI

tenaga kerja, maka rumah tangga akan


mendapatkan penghasilan yang terdiri dari sewa,
bunga, upah dan profit yang dipertemukan dalam
pasar uang & lembaga keuangan.
b. Hubungan dengan Pemerintah. Dalam hubungan
ini rumah tangga menyetorkan sejumlah uang
berupa pajak kepada pemerintah dan rumah
tangga akan menerima imbalan secara tidak
langsung yang berupa gaji, bunga, penghasilan
non balas jasa dari pemerintah sebagai bentuk
hasil dari pajak.
c. Hubungan dengan negara lain. Untuk dapat
berhubungan dengan negara lain rumah tangga
harus melakukan aktivitas transaksi produk
barang/jasa di pasar luar negeri berupa aktivitas
ekspor. Namun rumah tangga juga dapat
mengimpor barang dan jasa dari luar negeri untuk
memenuhi berbagai kebutuhannya.
2. Perusahaan
Perusahaan merupakan gabungan unit kegiatan yang
menghasilkan produk barang atau jasa.
a. Hubungan dengan rumah tangga. Perusahaan
menghasilkan produk-produk berupa barang dan
jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat. Lalu
Perusahaan mendapatkan penghasilan dari
penjualan produknya. Interaksi tersebut
dipertemukan dalam pasar barang. Pasar Barang
adalah pasar yang mempertemukan penawaran
dan permintaan barang dan jasa. Pasar barang
sering diistilahkan dengan sektor riil.
b. Hubungan dengan Pemerintah. Perusahaan
membayar pajak kepada pemerintah dan
perusahaan menjual produk dan jasa kepada
pemerintah melalui pasar barang.
c. Hubungan dengan Dunia Internasional.
Perusahaan melakukan impor atas produk barang
maupun jasa dari luar negeri melalui pasar
barang dan pasar luar negeri. Dari hasil penjualan

146
KEBIJAKAN EKONOMI

tersebut perusahaan mendapatkan


laba/keuntungan.
3. Pemerintah
Bertindak sebagai pembuat dan pengatur kebijakan
masyarakat dan bisnis.
a. Hubungan dengan Rumah tangga. Pemerintah
menerima setoran pajak rumah tangga untuk
kebutuhan operasional, pembangunan, dan lain-
lain untuk membangun negara.
b. Hubungan dengan Perusahaan. Pemerintah
mendapatkan penerimaan pajak dari perusahaan
dan pemerintah juga membeli produk dari
perusahaan berdasarkan dana anggaran belanja
yang ada.
4. Negara-negara lain
a. Hubungan dengan Rumah tangga. Negara-negara
lain (dunia internasional) menyediakan barang
dan jasa untuk kepentingan rumah tangga yang
dilakukan di pasar luar negeri, dari pasar luar
negeri masuk ke dalam pasar barang dalam negeri
sehingga produk yang dihasilkan dapat dibeli oleh
rumah tangga. Sehingga dari transaksi jual beli
tersebut negara lain mendapatkan
laba/keuntungan.
b. Hubungan dengan Perusahaan. Dunia
internasional (negara lain) mengekspor produknya
kepada bisnis-bisnis perusahaan. Aliran barang
dan jasanya juga melalui pasar luar negeri lalu
masuk ke pasar barang, dan dari proses tersebut
akan dihasilkan suatu laba.
Keunggulan dan Kelemahan Perekonomian Terbuka
Telah diketahui bahwa perekonomian terbuka adalah
sistem perekonomian yang berinteraksi dengan dunia luar
melalui perdagangan internasional, pergerakan modal,
transfer informasi dan pengetahuan teknis, dan migrasi
tenaga kerja. Jadi sebuah negara yang mengadopsi
ekonomi terbuka, pengeluaran negara itu pada tahun

147
KEBIJAKAN EKONOMI

tertentu tidak perlu sama dengan output barang dan jasa.


Suatu negara dapat menghabiskan lebih banyak uang
daripada yang dihasilkannya dengan meminjam dari luar
negeri, atau dapat menghabiskan lebih sedikit dari yang
dihasilkannya dan meminjamkan kepada orang asing (di
luar negeri). Interaksi dan kolaborasi dengan luar negeri
mendorong pertumbuhan, memungkinkan akses ke
produk barang/jasa yang lebih murah, akses teknologi
yang lebih baik dan tidak dikucilkan dari kehidupan
berbangsa. Yang terakhir adalah sangat penting ketika
sebuah negara sedang menghadapi bencana alam atau
sosial, yang mana membutuhkan uluran bantuan dari
negara lainnya, yang sulit ditemukan terjadi pada sistem
perekonomian tertutup (Ayesha et al., 2021).
Dalam ekonomi terbuka, orang dapat bertukar barang dan
jasa, memulai atau memperluas bisnis mereka melintasi
batas dan menikmati biaya yang lebih rendah. Pelanggan
memiliki akses ke berbagai produk yang masih mungkin.
Ekonomi terbuka membuat berbagai negara saling
bergantung, sehingga juga sangat rentan terhadap efek
penularan akibat krisis ekonomi. Sebagai misal, krisis
ekonomi yang terjadi di suatu negara akan dapat
menyebar ke negara lain yang mengadopsi ekonomi
terbuka. Jalur transmisi yang digunakan dapat melalui
saluran perdagangan internasional ataupun saluran
portofolio keuangan. Dalam perdagangan internasional
ekonomi terbuka memungkinkan sebuah negara
tergantung kepada negara lain, baik sebagai pasar
maupun sebagai pemasok. Misalnya, Indonesia sangat
tergantung kepada Uni Eropa sebagai pasar sawit karena
ekspor ke wilayah ini cukup substansial. Sehingga, ketika
ada larangan dari Uni Eropa terhadap sawit asal
Indonesia, tentunya sektor sawit akan cenderung
tertekan. Peningkatan besar-besaran dalam aliran modal
internasional juga telah menghasilkan masalah di bidang
keuangan seperti hutang yang terus membesar, terutama
yang dialami oleh negara-negara berkembang yang
mengakibatkan ketidakmampuan mereka untuk
membayar utang-utangnya. Sedangkan utang adalah
salah satu sumber kesulitan ekonomi yang dapat memicu
timbulnya krisis.

148
KEBIJAKAN EKONOMI

Pentingnya Perdagangan Internasional


Perdagangan internasional memberikan manfaat dan arti
yang sangat penting bagi negara yang berkembang.
Kegiatan tersebut memberi arti dalam hal melakukan
pembangunan di beberapa sektor, mengembangkan
pengetahuan dan menambah pengalaman yang
memungkinkan pembangunan serta memberikan sarana
untuk melaksanakannya. Menurut Haberler dalam
(Jhingan, 2018) untuk pembangunan di negara yang
kurang berkembang, perdagangan internasional dapat
memberikan kontribusi/sumbangan diharapkan
sumbangan tersebut dapat memperbaiki penyimpangan
yang tidak mendasar atau marginal adalah kebijaksanaan
yang terbaik dilihat dari sudut pembangunan ekonomi.
Ketergantungan suatu negara terhadap perdagangan
internasional yaitu sebagai mesin penggerak
perekonomian suatu negara memberikan pengaruh yang
cukup besar.
Menurut Salvatore dalam (Safitriani, 2014), perdagangan
internasional merupakan salah satu aktivitas
perekonomian di mana aktivitas tersebut meliputi aliran
modal, baik yang sifatnya masuk maupun keluar, dari
suatu negara ketika terjadi aktivitas perdagangan
internasional berupa kegiatan ekspor dan impor maka
besar kemungkinan terjadi perpindahan faktor-faktor
produksi dari negara eksportir ke negara importir yang
disebabkan oleh perbedaan biaya dalam proses
perdagangan internasional. Manfaat lain dari
perdagangan internasional tersebut akan meningkatkan
kesejahteraan yang lebih besar serta mampu
mengefisiensikan perekonomian (Fakhrudin, 2008).
Banyak negara yang berhutang akhirnya mencapai
surplus ketika melunasi sebagian utang mereka. Pada
abad yang baru ini, pola surplus perdagangan telah
memperkuat banyak negara berkembang meski tidak
berlaku untuk semua. Negara-negara berkembang telah
berupaya untuk menghindari terulangnya kembali
kondisi di Amerika Latin pada tahun 1980-an, Afrika sub-
Sahara pada tahun 1980-an dan 1990-an, dan Asia Timur
pada tahun 1997-1998. Penurunan drastis pendapatan

149
KEBIJAKAN EKONOMI

ekspor selama krisis keuangan 2008 sekilas telah


memperlihatkan bahaya tersebut, meski perekonomian
global segera pulih dari ketidakseimbangannya. Pola ini
juga membawa resiko; contohnya, hal ini berarti bahwa
negara-negara berkembang secara efektif mengekspor
modal dan membuat perekonomiannya rentan terhadap
koreksi tajam ketika defisit neraca pembayaran AS yang
sangat besar dan kronis mulai pulih kembali, (Todaro and
Smith, 2011).
Namun perdagangan dan keuangan internasional harus
kita pahami dalam perspektif yang luas, jauh lebih luas
dari sekadar arus sumber daya keuangan dan komoditi
antar negara. Dengan membuka perekonomian dan
masyarakat mereka terhadap perniagaan dan
perdagangan global, serta dengan berorientasi ke luar, ke
bangsa-bangsa lainnya di dunia, negara-negara
berkembang tidak hanya mengundang masuknya transfer
barang, jasa, dan sumber daya keuangan internasional,
tetapi juga pengaruh pembangunan atau anti
pembangunan yang terkandung di dalam transfer
teknologi produksi; pola konsumsi; tatanan kelembagaan
dan organisasional; sistem kesehatan dan sosial; serta
tatanan nilai, gagasan, dan gaya hidup yang lebih umum
dari negara-negara maju. Dampak dari transfer teknologi
produksi, ekonomi, sosial. Dan budaya terhadap karakter
proses pembangunan bisa sejalan atau tidak sejalan
dengan tujuan pembangunan yang lebih luas. Berbagai
dampak ini tergantung pada sifat struktur politik, sosial,
dan kelembagaan dari negara penerima transfer dan
prioritas pembangunannya.

150
KEBIJAKAN EKONOMI

Daftar Pustaka
Afwa, A. et al. (2021) ‘Raising the Tourism Industry as an
Economic Driver’, in Proceedings of the 2nd Annual
Conference on Blended Learning, Educational
Technology and Innovation (ACBLETI 2020) Raising,
pp. 118–123.
Arifin, B. (2013) Ekonomi pembangunan pertanian. PT
Penerbit IPB Press.
Arsyad, L. (2014) Konsep dan pengukuran pembangunan
ekonomi, Lincolin Arsyad. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Ayesha, I. et al. (2021) ‘Behavior of Female Entrepreneurs
in Tempe Small Micro Enterprises in Tasikmalaya
Regency , West Java as Proof of Gender Equality
Against AEC’, in Proceedings of the 2nd Annual
Conference on Blended Learning, Educational
Technology and Innovation (ACBLETI 2020), pp. 124–
130.
Feridhanusetyawan, T dan Marie Pangestu. (2003)
Indonesian Trade Liberalization: Estimating The
Gains. Bulletin of Indonesian Economic Studies, 39(1).
Arifin, S., Ediana RAE, D dan Joseph, C.P.R. (2007)
“Kerjasama Perdagangan Internasional: Peluang dan
Tantangan Bagi Indonesia” Jakarta: Elek Media
Komputindo.
Salvatore, D. (2014) Ekonomi internasional. Sembilan.
Jakarta: Salemba Empat.
Jhingan, M. (2018) Ekonomi Pembangunan dan
Perencanaan. Pertama. Depok: Rajawali Pers.
Fakhrudin, U. (2008) ‘Kebijakan Hambatan Perdagangan
Atas Produk Ekspor Indonesia di Negara Mitra
Dagang’, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan.
Available at:
https://www.kemendag.go.id/files/pdf/2014/11/19
/1416393847.pdf.
Purba, B., Purba, D. S., et al. (2021) Ekonomi
Internasional, Yayasan Kita Menulis.

151
KEBIJAKAN EKONOMI

Purba, B., Rahmadana, M. F., et al. (2021) Ekonomi


Pembangunan, Yayasan Kita Menulis.
Satyarini, R. (2001) ‘Bisnis Internasional Dan Perusahaan
Multinasional’ ,BINA EKONOMI/Februari 2001’.
Siregar, R. T. et al. (2020) ‘The Impact of GRDP and RWP
on Regional Minimum Wage’, 13(2), pp. 292–306.
Todaro, M. P. and Smith, S. C. (2011) Pembangunan
Ekonomi. Kesebelas. Edited by A. Maulana. Jakarta:
Erlangga.

Profil Penulis
Acai Sudirman
Lahir di Lubuk Pakam, 15 Maret 1989, lulus dari
Jurusan Sarjana Manajemen dari Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Sultan Agung pada tahun 2016.
Gelar Magister Manajemen diperoleh dari program
Magister Manajemen Fakultas Pascasarjana
Universitas HKBP Nommensen Medan dengan konsentrasi
Manajemen Pemasaran dan lulus pada tahun 2018. Saat ini
aktif mengajar pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sultan Agung
pada Program Studi Manajemen. Selain sebagai dosen, penulis
mengisi waktu sehari-hari dengan menulis dan telah menulis
buku lebih dari 80-an dengan topik manajemen dan bisnis.
Selain aktif menulis buku, penulis juga mulai belajar menjadi
editor buku. Penulis menargetkan di akhir tahun 2022 bisa
menghasilkan sebanyak 100 buku, baik sebagai penulis
maupun sebagai editor. Motto penulis “Talk Less Do More”.
Email: acaivenly@gmail.com

152
11
KEBIJAKAN FISKAL

Dr. Nurjanna Ladjin, S.E., M.Si.


Universitas Muhammadiyah Luwuk

Pendahuluan
Dalam teori Keynes, filosofi munculnya kebijakan fiskal
sebagai reaksi terjadinya depresi besar (great depression)
yang melanda perekonomian Amerika pada tahun 1930-
an. Keynes mengkritik pendapat teori ekonomi klasik yang
menyatakan dalam suatu perekonomian akan selalu
mencapai full employment secara otomatis sehingga setiap
tambahan belanja pemerintah akan menyebabkan
turunnya pengeluaran swasta (crowding out) dalam
jumlah yang sama. Atau dengan kata lain setiap
tambahan belanja pemerintah tersebut tidak akan
mengubah Gross Domestic Product (pendapatan agregat).
Pada waktu tertentu GDP akan berada di bawah atau
diatas tingkat full employment, tetapi akan kembali ke
tingkat full employment semula. Keynes mengemukakan
bahwa sistem pasar bebas (laissez faire) tidak dapat
meenjadikan penyesuaian-penyesuaian menuju kondisi
full employment. Untuk mencapai kondisi tersebut,
diperlukan campur tangan pemerintah dalam bentuk
berbagai kebijakan, salah satu perwujudannya adalah
kebijakan fiskal dan moneter.
Menurut Keynes, setiap tambahan belanja pemerintah
tidak hanya merelokasi sumber daya dari sektor swasta
kepada pemerintah, tetapi juga disertai dengan adanya
dampak pengganda fiskal (multiplier effect) atas belanja
pemerintah tersebut (Mankiw, 2013). Teori angka

153
KEBIJAKAN FISKAL

pengganda fiskal yang dikemukakan oleh Keynes didasari


oleh pemikiran bahwa ekspansi fiskal dapat menyebabkan
dampak pengganda pada permintaan agregat yaitu
kemampuan penawaran agregat dalam merespon
kenaikan permintaan agregat, sehingga kenaikan harga
tidak akan terjadi. (Abimanyu, 2005)
Penerapan kebijakan fiskal di Indonesia ada sejak zaman
kolonial Belanda, melalui Indische Comptabiliteitswet
pada tahun 1944. Undang-undang perbendaharaan
negara tersebut kemudian diadaptasi pemerintah
Indonesia untuk menyusun kebijakan fiskal di Indonesia.
Kebijakan fiskal di Indonesia yang tercermin dari APBN
mengatur tentang inflasi agar tidak terjadi krisis moneter,
pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang
signifikan dan merata. Pertumbuhan ekonomi sangat
berpengaruh pada kebijakan fiskal yang terwujud dalam
APBN. Pertumbuhan ekonomi atau peningkatan
output perekenomian menurut Solow dipengaruhi oleh
tabungan, pertumbuhan populasi, dan kemajuan
teknologi. Tabungan merupakan instrumen yang
dipengaruhi oleh kebijakan fiskal (penerimaan pajak dan
belanja negara mempengaruhi tabungan nasional). Secara
tidak langusung kebijakan fiskal ikut mengambil peran
dalam pertumbuhan ekonomi. Keputusan pemerintah
tentang kebijakan fiskal dapat mengubah ouput dalam
perekonomian, baik bertambah maupun berkurang. Oleh
karena itu, kebijakan fiskal merupakan salah satu
instrumen stabilisasi pemerintah.
Pengertian Kebijakan Fiskal
Fiskal berasal dari Bahasa Latin “fiscus” yang artinya
pemegang kekuasaan keuangan pada zaman Romawi
Kuno. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fiskal
merupakan segala hal yang berkaitan dengan urusan
pajak atau pendapatan negara.
Menurut Dornbusch et.al. (2011) kebijakan fiskal adalah
kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan tingkat
belanja dan transfer pemerintah serta struktur
perpajakan.

154
KEBIJAKAN FISKAL

Hubbard et.al (2012), kebijakan fiskal merupakan


kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk mengatur
perubahan tentang pajak, belanja dan transfer
pemerintah dengan tujuan untuk mempengaruhi kondisi
makroekonomi.
Menurut bappenas.go.id, kebijakan fiskal merupakan
kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan penerimaan
dan belanja negara untuk mencapai tujuan-tujuan
pemerintah, misalnya penurunan angka
disparitas/ketimpangan dan kemiskinan serta
peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Rahayu (2014) menyatakan bahwa kebijakan fiskal adalah
kebijakan penyesuaian dibidang pengeluaran dan
penerimaan pemerintah untuk memperbaiki kondisi
pekonomani. Atau, kebijakan fiskal merupakan suatu
kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi
perekonomian yang lebih baik dengan jalan mengubah
penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
Sudirman (2011) menyatakan kebijakan fiskal adalah
penyesuaian dalam pendapatan dan pengeluaran
pemerintah sebagaimana ditetapkan dalam anggaran
pendapatan dan belanja negara yang disingkat
APBNuntuk mencapai kestabilan ekonomi yang
dikehendaki pada umumnya ditetapkan dalam rencana
pembangunan.
Amiruddin (2016), Kebijakan fiskal merujuk pada
kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan
ekonomi suatu negara melalui pengeluaran (belanja) dan
pendapatan (pajak). Kebijakan fiskal berbeda dengan
kebijakan moneter yang bertujuan menstabilkan
perekonomian tingkat bunga dan jumlah uang yang
beredar. Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pajak
dan pengeluaran pemerintah.
Mankiw (2013) dalam teori ekonomi mendefinisikan
kebijakan fiskal sebagai aktivitas pemerintah terkait
upaya (mengumpulkan) penerimaan negara dan
membelanjakannya.

155
KEBIJAKAN FISKAL

Abimanyu (2005) menyatakan bahwa kebijakan stimulus


fiskal sendiri dapat diartikan sebagai kebijakan fiskal
yang dilakukan secara ekspansif melalui kebijakan
anggaran yang longgar (loose budget policy), yang
ditujukan untuk mendorong perekonomian
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), menyatakan bahwa
kebijakan fiskal merupakan kebijakan tentang
perpajakan, penerimaan, utang piutang, dan belanja
pemerintah dengan tujuan ekonomi tertentu.
Tujuan Kebijakan Fiskal
Tujuan dari kebijakan fiskal adalah sebagai berikut:
1. Menjaga dan Mengembangkan Perekonomian Negara
Penerapan kebijakan fiskal diharapkan mampu
mempengaruhi seluruh sektor ekonomi negara dan
memperbaiki masalah di dalamnya, mulai dari sektor
korporat, perbankan, hingga usaha mikro.
2. Meningkatkan Kualitas SDM
Tujuan kebijakan fiskal adalah meningkatkan
kualitas SDM masyarakat, terutama dari segi
teknologi dan perekonomian. Apabila kualitas SDM
meningkat, harapannya SDM tersebut punya
kapabilitas bersaing di dunia kerja nasional dan
internasional, sehingga bisa meningkat kesejahteraan
hidupnya.
3. Menjaga Stabilitas Harga Barang
Ada banyak faktor yang mempengaruhi harga barang
dalam pasar, mulai dari faktor positif seperti
meningkatnya demand sampai faktor negatif seperti
terjadinya penimbunan dan monopoli. Salah satu
tujuan kebijakan fiskal di Indonesia adalah demi
menjaga harga barang tetap terjangkau bagi
masyarakat dan terhindar dari fluktuasi karena pihak
tidak bertanggungjawab.
4. Mendorong Investasi
Tujuan kebijakan fiskal yang terakhir adalah untuk
menciptakan iklim investasi lebih baik bagi pelaku

156
KEBIJAKAN FISKAL

pasar modal, utamanya investor. Sehingga negara


bisa memperoleh lebih banyak pendapatan dari pajak
usaha.
Tujuan dari kebijakan fiskal Menurut John F. Due, Y.
tujuan kebijakan fiscal adalah:
1. Meningkatkan produksi nasional (PDB) dan
pertumbuhan ekonomi atau memperbaiki kondisi
perekonomian.
2. Memperluas lapangan kerja dan mengurangi
pengangguran atau mengusahakan kesempatan kerja
(mengurangi pengangguran), dan menjaga kestabilan
harga-harga di pasar secara umum.
3. Menstabilkan harga-harga barang secara umum,
khususnya untuk mengatasi inflasi.
Kebijakan fiskal membawa pengaruh bagi perekonomian.
Adapun pengaruh-pengaruhnya, antara lain:
1. Pemerintah menggunakan instrument kebijakan
fiskal untuk mencapai tujuan-tujuan seperti inflasi
yang rendah dan tingkat pengangguran yang rendah.
2. Bedasarkan teori Keynesian, kenaikan belanja
pemerintah sehingga APBN mengalami defifit dapat
digunakan untuk merangsang daya beli masyarakat
(AD = C + G + I + X – M) dan mengurangi pengangguran
pada saat terjadi resesi/depresi ekonomi.
Jenis Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah yang
terbagi menjadi beberapa kategori. Selengkapnya tentang
jenis kebijakan fiskal adalah sebagai berikut:
1. Dari Segi Teoretis
Dari segi teoretis, jenis kebijakan fiskal di Indonesia
terbagi 3, yaitu:
a. Kebijakan Fiskal Fungsional
Kebijakan fiskal fungsional adalah kebijakan yang
diambil pemerintah untuk meningkatkan kualitas
ekonomi makro dalam jangka panjang. Contoh:

157
KEBIJAKAN FISKAL

pemberian beasiswa kuliah, bantuan pendanaan


start-up, dan sebagainya.
b. Kebijakan Fiskal Disengaja/Terencana
Kebijakan fiskal disengaja adalah kebijakan
manipulasi anggaran negara. Fungsi kebijakan
fiskal satu ini adalah untuk menghadapi masalah
tertentu, misalnya pandemi dan krisis ekonomi.
Contoh kebijakan fiskal disengaja adalah alokasi
APBN bagi sektor kesehatan di masa pandemi dan
relaksasi pajak usaha.
c. Kebijakan Fiskal Tak Disengaja/Insidental
Kebijakan fiskal tak disengaja yaitu kebijakan
berupa penetapan keputusan/aturan untuk
melindung stabilitas ekonomi sektor non-
pemerintah, contohnya penetapan harga eceran
tertinggi.
2. Dari Segi Penerapan
Kebijakan fiskal dilihat dari segi penerapan, terdiri
dari:
a. Kebijakan Fiskal Ekspansif
Kebijakan fiskal ekspansif merupakan kebijakan
pemerintah pada saat kondisi pekonomian
melemah dengan menaikkan anggaran belanja
serta menurunkan atau meniadakan pajak bagi
sektor tertentu. Fungsi kebijakan fiskal ekspansif
adalah demi meningkatkan daya beli barang,
sehingga perusahaan tetap bisa melakukan
produksi tanpa memecat pekerja.
Kebijakan Fiskal Ekspansif adalah suatu
kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan
kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik
dengan jalan mengubah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah, pada saat munculnya
kontraksional gap. Konstraksional gap adalah
suatu kondisi dimana output potensial (YF) lebih
tinggi dibandingkan dengan output Actual ( Y 1).
Pada saat terjadi kontraksional gap ini kondisi

158
KEBIJAKAN FISKAL

perekonomian ditandai oleh tingginya tingkat


pengangguran dimana Uactual > Ualamiah
Kebijakan ekspansif dilakukan dengan cara
menaikkan pengeluaran pemerintah (G) atau
menurunkan pajak (T) untuk meningkatkan
output (Y), adapun mekanisme peningkatan
pengeluaran pemerintah ataupun penurunan
pajak (T) terhadap output adalah sebagai berikut,
pada grafik (2.1) maka dapat dijelaskan bahwa
disaat pengeluaran pemerintah (∆G) naik atau
selisih pajak (∆T) turun maka akan menggeser
kurva pengeluaran agregat keatas sehingga
pendapatan akan naik dari (Y1) menjadi (Yf).

Gambar 1. Kurva Kebijakan Ekspansif


b. Kebijakan Fiskal Kontraktif
Jenis kebijakan fiskal dari segi penerapan
berikutnya adalah kebijakan fiskal kontraktif,
kebijakan menurunkan belanja pemerintah dan
menaikkan pajak. Fungsi kebijakan fiskal satu ini
adalah untuk mencegah inflasi dan mengurangi
rasio gini.

159
KEBIJAKAN FISKAL

Kebijakan Fiskal Kontraktif adalah kebijakan


pemerintah dengan cara menurunkan belanja
negara dan menaikkan tingkat pajak. Kebijakan
ini bertujuan untuk menurunkan daya beli
masyarakat dan mengatasi inflasi. kebijakan
pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih
besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik
anggaran surplus dilaksanakan ketika
perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang
mulai memanas (overheating) untuk menurunkan
tekanan permintaan. pada saat munculnya
ekpansionary gap. Ekspansionary gap adalah
suatu kondisi dimana output potensial (Yf) lebih
kecil dibandingkan dengan output Actual ( Y 1).
Adapun mekanisme penurunan pengeluaran
pemerintah (G) ataupun kenaikan pajak (T)
terhadap output (Y) adalah sebagai berikut, secara
grafik kebijakan fiskal kontraktif diagram sebagai
berikut:

Gambar 2. Kurva Kebijakan Kontraktif

160
KEBIJAKAN FISKAL

Pada Gambar 2 dapat dijelaskan bahwa disaat


pengeluaran pemerintah (∆G) turun atau selisih
pajak (∆T) naik maka akan menggeser kurva
pengeluaran agregat kebawah sehingga
Pendapatan akan turun dari (Y1) menjadi (Yf)
3. Dari Segi Neraca Pembayaran
Kebijakan fiskal dari segi neraca pembayaran, terdiri
dari 4, yaitu:
a. Kebijakan Fiskal Seimbang
Kebijakan fiskal seimbang digunakan untuk
menjaga keseimbangan pemasukan dan
pengeluaran negara. Fungsi kebijakan fiskal ini
adalah agar negara tidak punya terlalu banyak
hutang. Meski terdengar positif, regulasi fiskal
seimbang memiliki risiko besar, karena tidak
semua negara punya kemampuan memenuhi
seluruh kebutuhan warganya.
b. Kebijakan Fiskal Surplus
Pengertian kebijakan fiskal surplus adalah jenis
kebijakan fiskal yang diambil ketika pemasukan
lebih banyak dari pengeluaran. Fungsi kebijakan
fiskal surplus adalah demi mencegah terjadinya
inflasi.
c. Kebijakan Fiskal Defisit
Kebalikan dari jenis kebijakan fiskal surplus,
kebijakan fiskal defisit adalah regulasi fiskal guna
mengatasi kekurangan pemasukan dibanding
pengeluaran. Salah satu contoh kebijakan fiskal
defisit adalah utang luar negeri.
d. Kebijakan Fiskal Dinamis
Jenis kebijakan fiskal terakhir dari segi penerapan
adalah regulasi fiskal dinamis, yaitu kebijakan
ekonomi yang diambil sewaktu-waktu saat negara
membutuhkan.

161
KEBIJAKAN FISKAL

Instrumen Kebijakan Fiskal


Instrumen kebijakan fiskal adalah sektor-sektor yang
dimanfaatkan pemerintah guna menjaga stabilitas
ekonomi makro negara. Lebih detail tentang instrumen
kebijakan fiskal di Indonesia di antaranya:
1. Anggaran Belanja Seimbang
Anggaran belanja seimbang merujuk pada anggaran
yang disesuaikan dengan keadaan atau kondisi
perekonomian. Hal ini bertujuan agar dalam jangka
panjang, Anggaran dapat menjadi berimbang. Apabila
terjadi ketidakstabilan ekonomi anggaran defisit akan
digunakan, sementara anggaran surplus akan
digunakan dalam masa inflasi.
2. Stabilitas Anggaran Otomotis
Stabilitas Anggaran Otomatis menekankan pada
pengeluaran pemerintah yang bermanfaat dan
memiliki biaya relatif dari berbagai program kegiatan.
3. Pengelolaan Anggaran
Hubungan belanja pemerintah dengan penerimaan
pajak secara langsung digunakan untuk memperkecil
ketidakstabilan ekonomi dengan menyesuaikan
anggaran
4. Pembiayaan Fungsional.
Pembiayaan fungsional merujuk pada pengeluaran
pemerintah yang diatur untuk menghindari pengaruh
langsung terhadap pendapatan nasional dengan
tujuan utamanya untuk meningkatkan kesempatan
kerja.
Secara praktikal, instrument kebijakan keuangan negara
(fiskal) dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:
(Undang-Undang No.17 Tahun 2013)
1. Pendapatan Negara
Pendapatan Negara merupakan uang yang masuk ke
kas negara. Secara garis besar sumber utama
pendapatan negara adalah penerimaan pajak,
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) serta Hibah,

162
KEBIJAKAN FISKAL

dari ketiga sumber ini yang umum dijadikan sebagai


instrument aktif adalah Penerimaan Pajak.
Penerimaan pajak merupakan sumber utama
penerimaan negara. Penerimaan pajak sendiri dapat
dikategorikan menjadi dua jenis yakni Pajak Dalam
Negeri dan Pajak Perdagangan Internasional. Lebih
lanjut Pajak Dalam Negeri dibagi menjadi beberapa
jenis yakni Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah (PPn dan PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB), Cukai serta Pajak Lainnya. Adapun Pajak
Perdagangan Internasional terdiri dari Bea Masuk dan
Bea Keluar. Pada tahun 2017, Pajak Dalam Negeri
menyumbangkan 78,3 persen dari total penerimaan
negara.
Secara umum, kinerja penerimaan pajak suatu negara
diukur dengan membandingkan dengan ukuran
perekonomian suatu negara yang tercermin dalam
Produk Domestik Bruto, yang dikenal dengan Tax
Ratio. Tax Ratio yang optimal akan membantu
mendorong pembangunan negara tanpa membebani
perekonomian secara keseluruhan. Pajak sebaiknya
dapat pula mendorong perekonomian secara
keseluruhan, kemampuan pajak untuk mendorong
perekonomian ini disebut tax buoyancy.
Salah satu sumber pendapatan negara lainnya adalah
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Secara
umum, PNBPterdiri atas Penerimaan Sumber Daya
Alam (SDA)—yang terdiri dari sumber daya alam
migas dan sumber daya alam non-migas—, Bagian
Laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN)—yang
dispesifikasi berdasarkan BUMN perbankan dan non-
perbankan—, Pendapatan dari Badan Layanan
Umum—seperti Rumah Sakit, Universitas dan lain-
lain— serta Pendapatan PNBP lainnya—seperti
pembayaran denda tilang, hasil lelang barang sitaan
dan lain sebagainya. Berdasarkan data historis, PNBP
umumnya merupakan penyumbang penerimaan
terbesar kedua setelah pajak

163
KEBIJAKAN FISKAL

Pendapatan negara lainnya adalah hibah, yakni


pemberian secara sukarela dari suatu pihak pada
Negara. Pendapatan hibah dalam praktiknya memiliki
pangsa yang rendah terhadap Penerimaan Negara
secara keseluruhan. Hal ini wajar terjadi bagi negara
yang relatif telah maju. Umumnya negara-negara
Dunia Ketiga, memiliki postur penerimaan dengan
hibah menjadi salah satu komponen terbesarnya.
Pada dasarnya, dalam sistem pemungutan pajak,
Indonesia mengadopsi sistem self-assesment system.
Sistem ini sangat bergantung pada ketaatan Wajib
Pajak (compliance) dalam melaporkan pajaknya. Oleh
karenanya penting bagi pemerintah untuk
meningkatkan compliance dari Wajib Pajak. Salah
satu metode yang umum dilakukan oleh pemerintah
adalah dengen memberikan insentif perpajakan.
Selain itu pada tahun 2016, salah satu bagian dari
reformasi perpajakan pemerintah memberlakukan tax
amnesty yang bertujuan untuk meningkatkan
penerimaan negara lewat peningkatan compliance
serta kualitas pendataan.
2. Belanja Negara
Belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat
yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan
bersih. Secara umum terdapat 2 jenis belanja negara
yakni belanja Pemerintah Pusat dan Belanja
Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD).
Belanja Pemerintah Pusat umumnya dibagi menjadi
dua kategori yakni Belanja Berdasarkan
Organisasinya dan Belanja Berdasarkan Fungsi.
Apabila dilihat berdasarkan organisasinya
maka belanja Pemerintah Pusat dapat dibagi
menjadi Belanja Kementerian dan Lembaga
(K/L) dan Belanja Non-Kementerian Lembaga
(seperti subsidi dan pembayaran bunga utang).
Berdasarkan fungsinya Belanja Pemerintah Pusat
dapat dibagi menjadi Pelayanan Umum, Pertahanan,
Ketertiban dan Keamanan, Ekonomi, Lingkungan
Hidup, Perumahan dan Fasilitas Umum, Kesehatan,

164
KEBIJAKAN FISKAL

Pariwisata dan Budaya, Agama, Pendidikan, serta


Kependudukan dan Perlindungan Sosial.
Berdasarkan jenisnya, belanja negara dapat dipecah
menjadi Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja
Modal, Pembayaran Bunga Utang, Subsidi, Belanja
Hibah, Belanja Bantuan Sosial, serta Belanja Lain-
Lain.
Belanja Transfer ke Daerah dan Dana
Desa merupakan implikasi dari otonomi daerah.
Dalam praktiknya, terdapat perbedaan kapabilitas
fiskal baik antara pusat dan daerah
(ketidakseimbangan vertikal) dan antara daerah
dengan daerah lainnya (ketidakseimbangan
horizontal). Pemberiaan TKDD ini juga bertujuan
untuk memampukan pemerintah daerah dalam
melaksanakan tugasnya di daerah—konsep ini
dikenal sebagai fiscal imbalances.
Lebih lanjut TKDD dapat dibagi menjadi beberapa
jenis yakni, Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi
Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana
Otonomi Khusus dan Penyeimbang, Dana Insentif
Daerah, serta Dana Desa. Pengalokasian TKDD ini
umumnya dihitung berdasarkan formula tertentu
yang telah ditetapkan berdasarkan Undang-Undang.
Dalam praktiknya selama ini, akuntabilitas
pelaksanaan TKDD masih relatif rendah meskipun
telah mengalami peningkatan.
Belanja negara merupakan bentuk komitmen
pemerintah terhadap perekonomian secara
keseluruhan. Besaran belanja negara terhadap
perekonomian merupakan kontribusi pemerintah
terhadap pertumbuhan. Oleh karenanya, belanja
negara diharapkan dapat dijadikan instrument
untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan,
seperti mengurangi kemiskinan, mengurangi
ketimpangan, meningkatkan pertumbuhan dan lain
sebagainya.

165
KEBIJAKAN FISKAL

Meskipun Belanja Negara dapat dijadikan


instrument mencapai tujuan pembangunan, akan
tetapi sustainibilitas belanja harus tetap
diperhatikan. Apabila belanja negara menjadi lebih
besar dibandingkan dengan Penerimaan Negara,
maka terjadi defisit. Besaran defisit ini harus dijaga
agar tidak menimbulkan instabilitas. Berdasarkan
UU No. 17 Tahun 2003, defisit anggaran harus dijaga
dibawah level 3 persen. Melalui Undang-Undang ini,
besaran defisit dapat terjaga
kesinambungannya. Kebijakan ini bukan tanpa
kelemahan, karena implikasi dari kebijakan ini
adalah anggaran pemerintah menjadi pro-siklikal,
yang berarti mengikuti siklus perekonomian. Apabila
perekonomian sedang dalam resesi, maka
pemerintah tidak mampu mengambil andil besar
dalam menyokong perekonomian.
3. Pembiayaan
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu
dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran
berikutnya. Pembiayaan merupakan implikasi yang
terjadi ketika Belanja Negara lebih besar
dibandingkan Penerimaan Negara (berdasarkan UU
no Tahun 2013 pasal 12 ayat 3). Secara garis besar,
Pembiayaan terdiri atas Pembiayaan Utang,
Pembiayaan Investasi, Pemberian Pinjaman,
Kewajiban Penjaminan, dan Pembiayaan Lainnya
Pembiayaan Utang dapat dilakukan dengan
menerbitkan Surat Berharga Negara dan melakukan
Pinjaman. Selanjutnya, Pinjaman dapat datang dari
sumber dalam negeri dan sumber luar negeri.
Pemerintah senantiasa menjaga kualitas kreditnya
agar mendapatkan pembiayaan utang yang optimal.
Merupakan pembiayaan yang diterima atau diberikan
pemerintah kepada lembaga-lembaga tertentu.
Pembiayaan investasi umumnya diberikan kepada
Badan Usaha Milik Negara dan Badan Layanan Umum

166
KEBIJAKAN FISKAL

sebagai bentuk penyertaan modal pemerintah.


Pemerintah akan mendapatkan penerimaan kembali
atas investasi yang telah dilakukannya ini.
Pemerintah pusat dapat memberikan pinjaman
kepada BUMN dan Pemerintah Daerah. Saldo
Pemberian Pinjaman mencatat besaran pinjaman
yang diberikan pemerintah kepada BUMN dan
Pemerintah Daerah.
Fungsi Kebijakan Fiskal
Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Pasal 3
Ayat 4 Tentang Keuangan Negara, fungsi kebijakan fiskal
terdiri dari:
1. Fungsi Otoritas
Kebijakan fiskal berfungsi ketika anggaran negara
dijadikan pedoman untuk mencari pendapatan dan
belanja untuk tahun yang bersangkutan.
2. Fungsi Perencanaan
Kebijakan fiskal berfungsi apabila anggaran negara
dijadikan sebagai dasar atau pedoman bagi
manajemen dalam perencanaan anggaran tahun yang
bersangkutan.
3. Fungsi Pengawasan
Kebijakan fiskal berfungsi ketika anggaran negara
menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
4. Fungsi Alokasi
Kebijakan fiskal berfungsi ketika anggaran negara
dialokasikan untuk tujuan mengurangi tingkat
pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta
menambah efisiensi dan efektivitas perekonomian
negara.
5. Fungsi Stabilisasi
Kebijakan fiskal berfungsi ketika anggaran
pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan

167
KEBIJAKAN FISKAL

mengupayakan keseimbangan fundamental


perekonomian.
6. Fungsi Distribusi
Kebijakan fiskal berfungsi ketika kebijakan negara
membuat kebijakan anggaran dengan adil dan rasa
kepatutan.
Pengaruh Kebijakan Fiskal terhadap Pertumbuhan
Ekonomi
Kebijakan fiskal merupakan suatu upaya yang dilakukan
pemerintah dibidang perpajakan dan anggaran belanja
negara untuk mempengaruhi pengeluaran agregat
perekonomian.
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir sekarang ini,
pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan fiskal
ekspansif secara konsisten dengan tujuan untuk
menciptakan akselerasi pembangunan nasional serta
menjaga momentum pertumbuhan ekonomi agar tumbuh
tetap tinggi dan berkesinambungan.
Program pembangunan nasional yang didukung
pertumbuhan ekonomi yang tinggi menjadi modal penting
bagi Pemerintah dalam upaya pengentasan kemiskinan
dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Sejatinya, kebijakan fiskal ekspansif merupakan strategi
yang dijalankan Pemerintah untuk menghindari
opportunity loss sejalan dengan semakin tingginya
pencapaian berbagai sasaran dan target pembangunan
nasional. Untuk mendukung implementasi kebijakan
fiskal yang ekspansif yang terarah dan terukur,
Pemerintah mengimplementasikan anggaran defisit yang
didasari dengan penguatan pengelolaan kebijakan fiskal
yang sehat dan berkesinambungan. Meskipun Pemerintah
menerapkan kebijakan anggaran defisit, namun kebijakan
ini tetap dilakukan dengan upaya pengendalian (risk
treatments) atas berbagai risiko yang berpotensi
menciptakan deviasi pada kinerja APBN. Upaya
pengendalian risiko dalam APBN, tercermin dari
perkembangan tingkat defisit yang diupayakan berada
dalam trend yang terus menurun. Pada tahun 2015

168
KEBIJAKAN FISKAL

misalnya, defisit ditetapkan sebesar 2,59 persen terhadap


PDB dan terus menurun menjadi sebesar 1,76 persen
terhadap PDB pada tahun 2020. Sejalan dengan trend
penurunan angka defisit tersebut, pembiayaan anggaran
dari tahun ke tahun juga diupayakan secara persentase
terus mengalami penurunan. Meskipun defisit dan
pembiayaan anggaran bergerak dalam tren yang semakin
menurun sebagai upaya pengendalian, namun ini untuk
diupayakan tanpa mengurangi pencapaian sasaran dan
target pembangunan nasional yang telah ditetapkan
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
(KEM PPKF, 2021)

Gambar 3. Keseimbangan Primer dan Defisit terhadap PDB


Sumber: KEM PPKF, 2021
Selain itu, upaya peningkatan mitigasi dan pengendalian
terhadap berbagai risiko dalam APBN, pada tahun 2021
Pemerintah juga akan melakukan penguatan terhadap
penerapan manajemen risiko fiskal yang berstandar
internasional. Tujuan Penguatan manajemen risiko fiskal
untuk mendukung perwujudan transparansi fiskal serta
meningkatkan efektivitas dalam kebijakan
kesinambungan APBN. Praktik penguatan manajemen
risiko fiskal akan dilakukan pada berbagai eksposur risiko
baik yang menciptakan dampak langsung kepada APBN
maupun dampak tidak langsung. Kebijakan fiskal
ekspansif yang diterapkan Pemerintah pada tahun 2021
juga akan dilakukan secara terarah dan terukur sebagai

169
KEBIJAKAN FISKAL

instrumen stimulus bagi perekonomian di tengah potensi


masih tingginya dampak dan risiko pandemi COVID-19
bagi APBN, masyarakat dan perekonomian nasional.
Selain itu, kebijakan fiskal ekspansif konsolidatif juga
akan dijalankan untuk mendukung pencapaian berbagai
sasaran dan target pembangunan nasional dengan tetap
mengedepankan pengelolaan fiskal yang fleksibel dan
berkelanjutan. Hal tersebut akan ditempuh melalui
beberapa langkah yaitu: 1) Mengendalikan defisit
anggaran pada kisaran 3,21-4,17 persen. 2) Menjaga rasio
utang terhadap PDB (debt to GDP ratio) pada kisaran
36,67-37,97 persen.3) Mendorong negatif keseimbangan
primer (primary balance) menurun. (KEM PPKF, 2021)

170
KEBIJAKAN FISKAL

Daftar Pustaka
Abimanyu, Anggito. 2005. Kebijakan Fiskal dan
Efektivitas Stimulus Fiskal di Indonesia: Aplikasi
Model Makro MODFI dan CGE INDORANI. Jurnal
Ekonomi Indonesia, 1, 1 (36- 48).
Amiruddin. 2016. Pengaruh Persepsi Masyarakat
terhadap Pajak Penerangan jalan di Kecamatan
Baiturrahman Kota Banda Aceh, Jurnal Visioner &
Strategis, Volume 5 Nomor 1, Maret 2016, h. 85.
Ani Sri Rahayu, 2014. Pengantar Kebijakan Fiskal. Bumi
Aksara, Jakarta. Edisi. 1, Cetakan. 2.
Mankiw, N. G. 2013. Macroeconomics Eight Edition. New
York: Worth Publishers.
Badan Kebijakan Fiskal Republik Indonesia. 2021.
Kerangka Ekonomi Makro Dan Pokok Pokok
Kebijakan Fiskal Tahun 2021.
I Wayan Sudirman. 2011. Kebijakan Fiskal dan Moneter:
Teori dan Empirikal. Kencana, Jakarta.
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/08/12/kebij
akan-fiskal-adalah. Diakses tanggal 6 Maret 2022
https://fiskal.kemenkeu.go.id/files/kemppkf/file/kem_p
pkf_2021.pdf. Diakses tanggal 4 April 2022
https://frconsultantindonesia.com/id/pengertian-
kebijakan-fiskal-dan-tujuannya/. Diakses tanggal 4
April 2022
https://satudata.bappenas.go.id/ensiklopedia/index.php
/2018/11/02/kebijakan-keuangan-negara-fiskal/.
Diakses tanggal 7 April 2022

171
KEBIJAKAN FISKAL

Profil Penulis
Nurjanna Ladjin
Penulis adalah Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Luwuk Banggai.
Menyelesaikan studi sarjana di Fakultas Ekonomi
Universitas Tadulako Palu Tahun 1999, Magister
Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas
Diponegoro Semarang Tahun 2008, Program Doktor Ilmu
Ekonomi Universitas Brawijaya Malang Tahun 2019. Penulis
aktif diberbagai organisasi dan mengikuti Seminar nasional dan
internasional serta menulis beberapa Buku.
Email: annaladjin@yahoo.com

172
12
KEBIJAKAN MONETER

Sumario, S.Pd.
SMA-IT ALGHOFAR

Pendahuluan
Kebijakan moneter mempengaruhi keseimbangan
ekonomi lainya. Pengaruhnya dimulai dari perubahan
jumlah uang beredar yang kemudian mempengaruhi
harga barang dan jasa. Perubahan harga akan
mempengaruhi produksi yang kemudian mempengaruhi
pendapatan masyarakat pengaruh ini diharapkan dapat
meningkatkan perekonomian nasional. Oleh karena itu,
kebijakan moneter merupakan suatu kebijakan yang
penting di samping kebijakan fiscal dan kebijakan lainnya
dalam perekonomian.
Jumlah uang beredar di luar kendali dapat menimbulkan
konsekuensi atau pengaruh yang buruk bagi
perekonomian secara keseluruhan. Pengaruh yang buruk
ini dapat dilihat pada kururang terkendalinya
perkembangan variable – variable ekonomi utama seperti
tingkat produksi dan harga. Peningkatan jumlah uang
beredar yang berlebihan dapat mendorong peningkatan
harga melebihi tingkat yang diharapkan sehingga akan
menganggu pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya,
peningkatan jumlah uang beredar yang sangat rendah
akan menciptakan kelesuan ekonomi. Kondisi ini
mendorong pemerintah atau otoritas moneter
mengedalikan jumlah uang beredar dalam perekonomian.
Kegiatan pengendalian jumlah uang beredar lazim disebut
dengan kebijakan moneter.

173
KEBIJAKAN MONETER

Gambaran Umum Kebijakan Moneter


Kebijakan moneter merupakan kebijakan otoritas moneter
atau bank sentral dalm bentuk pengendalian besaran
moneter untuk mencapai perkembangan keggiatan
perekonomian yang diinginkan dalam praktek
Perkembagan kegiatan ekonomi tersebut meruapakan
suatu stabilitas ekonomi makro yang antara laian
dicerminkan oleh stabilitas harga (rendahya laju inflasi).
Membaiknya perkembangan output rill (pertumbuhan
ekonomi). Serta cukup luasnya lapangan kesempatan
kerja yang tersedia.
Kebijkan moneter yang disebutkan di atas merupakan
bagian integral dari kebijkan ekonomi makro, yang pada
umumnya dilakukan dengan mempertimbnagkan siklus
kegiatan ekonomi. Sifat perekonomian suatu negara
tertutup atau negara terbuka, serta factor – factor
fundamental ekonomi lainya. Dalam pelaksanaanya,
strategi kebijkan moneter dilakukan berbeda – berbeda
dari suatu negara dengan negara lain, sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai dan mekanisme transmisi yang
diyakini berlaku pada perekonomian yang bersangkutan.
Berdasarkan strategi dan trasnmisi yang dipilih, maka
dirumuskan kerangka operasional kebijakan moneter.
Kebijakan Moneter dan Siklus Kegiatan Ekonomi
Perkembangan ekonomi suatu negara mengalami pasang
surut atau mengalami siklus yang pada periode tertentu
tumbuh pesat dan pada periode lain tumbuh melambat.
Untuk perekonomian agar dapat berlangsung dengan baik
dan stabil, pemerintah atau otoritas moneter melakukan
langkah yang dikenal dengan kebijakan ekonomi makro
ini mengelola sisi permintaan dan sisi penawaran suatu
perekonomian agar mengarah pada kondisi keseimbangan
dengan tungkat pertumbuhan ekonomi yang
berkesinambungan.
Kebiajakan moneter diterapkan sejalan dengan siklus
ekonomi yang berkembang pesat atau boom atau saat
siklus ekonomi yang melambat atau depression atau
slump. Dengan demikian, dikenal ada dua kebijakan
moneter, yaitu kebijakan moneter yang eksponsif dan

174
KEBIJAKAN MONETER

kontraktif. Kebijakan moneter yang kontraktif adalah


kebijakan moneter yang ditunjukan untuk memperlambat
kegiatan ekonomi, misalnya dengan mengurangi jumlah
uang yang beredar. Efektivitas kebijakan tersebut
tergantung pada hubungan antara uang beredar dan
variabel ekonomi utama seperti output dan inflasi perlu
diteliti hubungan antara uang beredar, inflasi, dan output
dalam jangka panjang. Mungkin dalam jangka panjang,
kebijakan moneter hanya berdampak kepada inflasi dan
tidak ada pengaruhnya terhadap kegiatan ekonomi.
Sebaliknya dalam jangka pendek kebijakan moneter yang
ekspansif dapat mendoring kegiatan ekonomi yang sedang
mengalami resesi berkepanjangan. Kebijakan moneter
yang kontraktif dapat memperlambat laju inflasi yang
umumnya terjadi pada saat kegiatan perkenomian sedang
mengalami Boom. Kebijakan ini dapat dijelaskan melalaui
siklus ekonomi.

Gambar 1: siklus kegiatan ekonomi


Sumber: Wikipedia.com
Pada fase kondisi ekonomi yang mengalami resesi seperti
perekonomian yang berubah dari titik A ke titik B,
pemerintah dapat memperpendek fase resesi dengan
kebijakan moneter yang ekspansif sehingga perekonomian
menjadi lebih cepat mengalami pemulihan atau recovery.
Sebaliknya, perekonomian yang mengalami
perkembangan sangat pesat hingga perekonomian
memanas, pemerintah dapat melaksanakan kebijakan
moneter yang kontraktif seperti membelokkan titik C
menjadi titik D. kebijakan moneter secara aktif yang
bersifat memperlunak perkembangan kegiatan ekonomi

175
KEBIJAKAN MONETER

yang cenderung menuju ttik balik eskterm dikenal dengan


kebijakan moneter melawan siklus atau Counter sylical
monetary policy. Dengan penerapan kebijakan ini,
perekonomian tertinggal dari gejolak structural walaupun
prediksi siklus sangat sulit dilakukan sehingga kalau
salah prediksi kemudian salah menerapkan kebijkan
moneter, akan menimbulkan kesalahan dalam
menentukan respon kebijakan moneter (Abdulrrahman,
2001)
Sejalan dengan kebijakan di atas pendapat lain
mengatakan bahwa seyigyanya bank sentral
melaksanakan kebijakan moneter secara pasif. Usaha –
usaha meluknakan fluktuasi perekonomian hendaknya
dihindari dari kebijakan hendaknya diarahkan agar siklus
ekonomi berjalan dengan wajar. Kebijakan moneter yang
mengakomodasi fluktuasi perekonomian ini dikenal
sebagai Accomodative monetary policy. dengan dasar
perbedaan respon kebijakan moneter yang mungkin
dilakukan dengan menggunakan pola atau kaidah rules
tertentu yang dirumuskan secara permanen dalam kurun
waktu tertentu atau dengan menggunkan kehendak atau
discretion kewenangan untuk bertindak secara aktif guna
untuk mempengaruhi naik turunnya kegaiatan ekonnomi
rill yang terjadi (Perry Warijoyo, 2003)
Kebijakan Moneter Sebagai Salah Satu Bagian dari
Kebijakan Ekonomi Makro
Seperti yang telah diuaraikan dalam bab sebelumnya
kebijakan moneter merupakan salah satu bagian dari
kebijakan ekonomi makro sehingga sasaran kebijakan
moneter yang ditunjukan dengan mewujudkan
tercapainya sasaran ekonomi makro. Dengan pengaturan
jumlah uang beredar oleh otoritas moneter sebagai salah
satu kebijkaan moneter sehingga terjadi perubahan suku
bunga uang, maka pertumbuhan ekonomi dan
pemerataan pendapatan, kesempatan kerja, kesatabilan
harga serta keseimbangan makro dapat terwujud.
Tercapainya sasaran ekonomi makro merupakan
keberhasilan suatu transmisi atau proses suatu impak
kebijakan sehingga kebijakan moneter di Indonesia,
undang – undang Nomor 7 Tahun 1992 tentnag

176
KEBIJAKAN MONETER

perbangkan Bab II pasal 29 ayat 1a yng disempurnakan


dengan undang – undang nomor 10 Tahun 1998 memuat
tentang kebijakan moneter yang diperlukan untuk
penetapan kebijakan ekonomi makro. Dewan moneter
dapat menerima Bank Indonesia Sebagai Bank sentral
untuk menyampaikan laporannya tentang hasil
pemeriksaannya terhadap bank karena bank merupakan
lembaga yang melaksanakan kebijakan moneter,
walaupun kemudian mulai awal tahun 2000 dewan
moneter tidak ada lagi.
Di samping berhasilnya kebijakan moneter secara
spesifik, keberhasilanya kebijakan fiscal juga sangat
penting dlam mengoptimalkan sasaran ekonomi makro,
dan kedua kebijkan itu dapat diterapkan serempak.
Kebijakan moneter dan sector rill yang optimalitasnya
terlihat dari fase transmisi terhadap perubahan pasar
barang dan jasa serta pasar uang yang kemusian akan
memperlihatkan optimalisasinya terhadap sasaran
perekonomian. Dengan kata lain, melalui kebijakan
moneter dan fiscal diharapkan secara serempak dapat
dicapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
penurunan tingkat pengguran. Inflasi yang rendah, dan
neraca pembayaran yang seimbang. Tidak jarang untuk
mencapai sasaran dengan masing – masing kebikan
tersebut membawa dampak yang kontradiktif satu sama
lain sehingga sulit mencaapi sasaran yang optimal contoh
jika bank sentral menetapkan kebijakan moneter yang
ekspansif yaitu meningkatkan jumlah uang beredar,
keseimbangan itu dapat membawa dampak yang kurang
baik terhadap kestabilan harga dan keseimbangan neraca
pembayaran dapat tercapai namun dapat membawa
dampak yang kurang baik terhadap pertumbuhan
ekonomi dan penggauran. Dengan adanya dampak
tersebut bank sentral dihadapkan kepada pilihan dalam
menentukan salah satu sasaran dari dua sasaran yang
ingin dicapai dalam menetapkan kebijakan
moneter.kebijakan moneter dengan menggunakan
sasaran atau intermediate targets tingkat suku bunga
yang ideal adalah mendorong pertumbuhan investasi
namun juga menimbulkan dampak inflasi jika pada suatu
saat, suku bunga uang menununjukan kenaikan hingga

177
KEBIJAKAN MONETER

melampaui angka yang ditetapkan, maka bank sentral


akan segera melakukan kebijakan ekspansi moneter
sehingga tingkat suku bunga uang menjadi turun kembali
pada tingkat suku bunga yang ditetapkan. Perlu diketahui
bahwa penentuan kebijakan monetary aggregate sebagai
sasaran antara memungkinkan akan terjadi gejolak
permintaan terhadap uang yang tidak dapat diimbangi
oleh penawaran akan uang. Sifat kebijakan moneter pada
dasarnya dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
1. Kebijakan moneter yang longgar atau easy monetary
policy
2. Kebijakan moneter yang ketat atau tight monetary
policy
Kebijkan moneter yang longgar umumnya diguankan
untuk mengatasi kelesuan perekonomian di dalam negeri
yaitu dengan menambah uang yang beredar (dalam
ekonomi tertutup) karena diaharapkan kegaiatan
perekonomian dapat terdorong (terutama perekonomian
dalam keadaan belum mencapai kapasitas penuh). Jika
kebijakan moneter yang longgar diterapkan dalam suatu
neagara dengan ekonomi terbuka dan dengan system
devisa bebas, akan terjadi kesulitan pada neraca
pembayaran karena peningkatan jumlah uang beredar
akan menyebabkan meningkatnya inflasi di dalam negeri
yang kemudian akan menurunkan daya saing produk
dalam negeri terhadap produk impor sehingga
menurunnya ekspor dan bersamaan dengan itu terjadi
aliran modal ke luar negeri. Dengan turunnya ekspor dan
mengalirnya impor serta meningkatkan aliran modal ke
luar negeri menyebabkan turunya cadangan devisa.
Berbeada halnya dengan kebiajkan moneter yang ketat
pada umumnya digunakan untuk mengatasi gejolak
harga di dalam negeri karena jumlah uang beredar yang
tidak berubah atau berkurang akan dapat menagatasi
kesulitan neraca pembayaran dan menurunkan inflasi
(terutama dalam perekonomian yang belum berada pada
kapasitas penuh). Jiak kebijakan moneter yang longer
diterapkan dalam suatu negara, akan meningkatkan
kemampuan daya saing produk dalam negeri terhadap
produk impor serta terjadinya aliran modal yang masuk

178
KEBIJAKAN MONETER

ke dalam negeri, dengan turunya impor dan mengalirnya


ekspor serta meningkatkan aliran modal masuk
menyebabkan naiknya cadangan devisa.dilema yang
terjadi dalam memilih salah satu dari dua kebijkan
tersebut akan muncul bagi negara yang seklaigus
mengahadapi kelesuan perekonomian dalam negeri dan
mengalami tekanan yang berat pada neraca
pembayaranya. Kebijakan moneter yang longgar
dilakukan untuk mengatasi kelesua ekonomi dalam negeri
dikhawtirkan akan menyulitkan neraca pembayaran atau
sebaliknya dengan kebijakan moneter yang ketat
digunakan. Jika terjadi kelesuan ekonomi dalam negeri
yang perlu diatasi terlebih dahulu oleh pemerintah adalah
denagan menempuh kebijkan moneter yang longgar.
Dengan dasar prioritas masalah ekonomi secara
keseluruhan, maka kebijakan moneter merupakan bagian
dari kebijakan ekonomi makro (Sudirman, 2011)
Sasaran Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter yang diterapkan dalam suatu negara
untuk mencapai sasaran tertentu yaitu sasaran antara
Intermiediate targets dan dengan target tersebut dapat
dicapai sasaran akhir atau ultimate targets. Sasaran akhir
merupakan sasaran tertentu yang dirasakan oleh
masyarakat yang mana merasakan dalam kondisi naiknya
pendapatan masyarakat. Umumnya kesehjahteraan
masyarakat ditentukan oleh beberapa atau seperangkat
variabel ekonomi dan non ekonomi. Dalam kajian
bahasan ini hanya diuraikan hubungan antar variabel
ekonomi dalam suatu model ekonomi. Yaitu fungsi
kesehjahteraan atau social Welfare funetion yaitu
W= f (E, Y, P, B…)
Di mana:
W = kesehjateraan social
E = kesempatan kerja
Y = pertumbuhan ekonomi
P = kesatabilan harga
B = keseimbangan neraca pembayaran

179
KEBIJAKAN MONETER

…. Variabel lainnya
Dari model dia tas yang merupakan sasaran akhir
kebijakan pembangunan, kebijakan moneter juga searah
dengan kebijakan itu dan bahkan dengan kebijakan
moneter optimalisasi fungsi di atas, kenungkinan variabel
– variabel itu dipengaruhi oleh variabel – variabel lainnya
yang menjadi variabel endogen, sehingga variabel tersebut
sering bersifat dinamis karena tergantung dari perubahan
prioritas pembangunan dan perubahan struktur ekonomi.
Variabel sasaran atau variabel endogen merupakan fungsi
dari variabel ekonomi lainnya, baik variabel lain itu
bersifat endogen karena mungkin juga dipengaruhi oleh
variabel lain maupun bersifat eksogen, sering saling
terkait satu sama lainya secara simultan. Variabel
endogen itu sebenarnya meruapakan indicator ekonomi
karena menghubungkan antara peranti atau instrument
dengan sasaran akhir peranti atau instrument kebijakan
moneter meruapakan variabel eksogen, baik besarnya
maupun alur waktunya yang diawasi oleh pengambil
kebijakan moneter.
Perlu ditambahkan bahwa prioritas sasaran kebijakan
moneter seperti itu akan bervariasi di suatu negara
disbanding dengan negara lainnya dan dari kurun waktu
tertentu ke kurun waktu lainnya karena tergantung pada
masalah ekonomi yang sedang diahadapi oleh suatu
negara serta sasaran yang akan dicapai dalam waktu
panjang. Indonesia dalam tahun 1990-an dengan
kebijakan moneter yang diterapkan bersama – sama
dengan kebijakan ekonomi lainnya dimaksudkan untuk
mempertahankan keseimbangan ekonomi lainnya
dimaksudkan untuk mempertahankan keseimbangan
neraca pembayaran yang kemudian disusul dengan
kebijakan memobilisasi dana masyarakat, peningkatan
produksi dan kesempatan kerja pemeliharaan stabilitas
tingkat dan kesempatan kerja, pemeliharaan stabilitas
tingkat harga dan pengembangan lembaga – lembaga
intermediate keuangan. Prioiritas ini berbeda dengan
prioritas sasaran pada kurun waktu pertenganhan tahun
1979 – an sampai dengan awal tahun 1980 an, di mana
yang menjadi prioritas utama adalah mengurangi laju

180
KEBIJAKAN MONETER

inflasi yang terjadi karena pengaruh ekonomi luar negeri


akibat boom oil fari contoh di atas sangat jelas bahwa
dalam kurun waktu tertentu prioritas kebijakan ekonomi
sangat terbatas. (Sudirman, 2011, p. 71)
Kebijakan Moneter di Indonesia dalam Sudut Pandang
Kausalitas (Comperative 3 fase)
Dalam perkembagan sejarah peradaban manusia,
peranan uang diarasakan sangat penting. Hampir tidak
ada satupun bagian dari kehidupan ekonomi manusia
tidak terkait dengan keberadaan uang. Pengalaman
menunjukan bahwa jumlah uang beredar di luar kendali
dapat menimbulkan konsekuensi atau pengaruh buruk
dari kurang terkendalinya perkembagan jumlah uang
beredar tersebut antara lain dapat dilihat dari kurang
terkendalinya perkembangan variabel – variabel ekonomi
utama, yaitu tingkat produksi (output) dan harga.
(Ascarya, 2002)
Peningkatan jumlah uang beredar yang berlebihan dapat
mendorong peningkatan harga melebihi tingkat yang
diahrapkan sehingga dalam jangka panjanag dapat
menganggu pertumbuhan ekonomi. sebaliknya apabila
peningkatan jumlah uang beredar sangat rendah, maka
keleluasaan ekonomi akan terjadi. Apabila hal ini terjadi
terus menerus kemakmuran masyarakat secara
keseluruhan pada giliranya akan mengalami penurunan.
Kondisi tersebut antara lain melatar belakangi upaya –
upaya yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas
monerter suatu negara mengendalikan jumlah uang
beredar dalam perekonomian kegiatan pengendalian
jumlah uang beredar tersebut lazimnya disebut dengan
kebijakan moneter, yang pada dasarnya merupakan salah
satu bagian intergral dari kebijakan ekonomi makro yang
ditempuh oleh otoritas moneter (Ascarya, 2002, p. 10)
1. Kebijakan moneter dan siklus Kegiatan Ekonomi
dalam sudut pandang
Perkembangan ekonomi suatu negara tentu
mengalami pasang surut (siklus) yang berada pada
periode tertentu perekonomian tumbuh pesat dan
pada periode lain tumbuh melambat. Untuk

181
KEBIJAKAN MONETER

mengelola dan mempengaruhi perkembangan


perekonomian agar dapat berlangsung dengan baik
dan stabil, pemerintah atau otoritas moneter biasanya
melakukan langkah – langkah yang dikenal dengan
kebijakan ekonomi makro. Inti dari kebiajakn tersebut
pada dasarnya adalah pengelolaan sisi permintaan
dan sisi penawaran suatu perekonomian agar
mengarah pada kondisi keseimbangan dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang berkesinmbungan.
Kebijakan ekonomi sebagai salah satu dari kebijakan
ekonomi makro pada umumnya diterapkan sejalan
dengan buisnees Cyle siklus kegiatan ekonomi. Dalam
hal ini kebujakan moneter yang diterapkan pada
kondisi dimana perekonomian sedang mengalami
depression atau slump perkembangan yang melambat
dalam kajian literature dikenak dengan dua jenis
kebijakan moneter, sebagaimana yang diuraikan di
bab sebelumnya. (Sugiyono, 2005)
2. Kebijakan moneter di indonesia dalam perekenomina
terbuka
Dalam era perekenomian global yang terjadi sejak
beberapa dasawarsa yang hingga saat ini, interaksi
ekonomi antarnegara merupakan salah satu aspek
yang tidak terpisahkan dari perkembangan ekonomi
suatu negara yang semakin terbuka. Terlebih dari,
kepesatan perkembangan teknologi informasi,
komunikasi dan transportasi, serta kebijakan
perdangan dalam dasawarsa terakhir telah
mendorong pesatnya keterbukaan ekonomi dan
ketergantungan antar negara. Sebagai contoh
hubungan perdangan antara indonesia dengan jepang
saat ini jauh lebih erat dibandingkan dengan
hubungan perdagangan yang terjadi pada masa awal
kemerdekaan.
Dengan semakin besarnya keterkaitan antar negara,
maka semakin terbuka perekonomian negara yang
bersangkutan. Keternukaan ekonomi tersebut
berdampak pada peningkatan transaksi perdangan
antar negara. Sebuah negara yang tidak dapat

182
KEBIJAKAN MONETER

memenuhi kebutuhan akan barang dan jasa tertentu


dapat membeli (mengimpor) barang dan jasa tersebut
dari negara lain. Di sisi lain yang membutuhkannya.
Perkembangan perdangan internasional umumnya
diikuti pula oleh perkembangan keuangan
internasional
Keterbukaan ekonomi suatu negara akan membawa
konsekuensi pada perencanaan dan pelaksaanaan
kebijakan ekonomi makro, termasuk kebijakan
moneternya. Hal ini mengingat semakin besar
transaksi perdangan dan keuangan internasional
yang dilakukan oleh suatu negara maka semakin
besar foreign capital flows ‘’aliran dana luar negeri
tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi jumlah
uang yang beredar dalam perekonomian. Dalam hal
terjadi capital inflows aliran dana luar negeri masuk,
maka akan terjadi pengurangan jumlah uang beredar.
Dengan demikian. Kebijakan moneter perlu diarahkan
agar jumlah uang beredar sesuai dengan kebutuhan
perekonomian.
Dalam hal terjadi aliran dana luar negeri masuk yang
besar maka bank sentral dapat melakukan kontraksi
moneter untuk mengurangi jumlah uang beredar.
Sebaliknya jika terjadi aliran dana luar negeri keluar
yang besar maka bank sentral dapat melakukan
ekspansi moneter untuk menambah jumlah uang
yang beredar kontraksi atau eksapansi moneter akan
dapat meningkatkan atau menurunkan interest and
differential perbedaan suku bunga dalam luar negeri
yang pada gilirannya akan mendorong aliran dana
dari dan ke luar negeri. Kondisi ini dapat mengurangi
efektivitas kebijakan moneter yang independe
monetary policy ‘’ kebijakan moneter yang
independen. Sementara itu mobilitas dana dari dan ke
luar negeri dipengaruhi oleh system nilai tukar dan
system devisa yang dianut suatu negara. Dengan
demikian, sampai sejauh mana pelaksanaan
kebiajkan moneter dapat dilakukan secara indepeden
tergantung pada system nilai tukar dan system devisa
yang dipilih.

183
KEBIJAKAN MONETER

Besarnya kebijakan moneter tercermin pada


kemampuannya dalam mempengaruhi stabilitas
harga, pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan
kerja, dan keseimbangan neraca pembayaran. Semua
pengaruh ini sering dipakai sebagai sasaran akhir
yang ideal, walaupun pencapainnya secara
bersamaan sangat jarang karena masing – masing
sasaran akhir itu mengandung unsur kontradiktif.
Misalnya usaha mending tingkat pertumbuhan
ekonomi dan memperluas kesempatan kerja dampak
berdampak negative terhadap kesatabilan harga dan
keseimbangan neraca pembayaran. Dalam jangka
panjang kebijakan moneter bersifat netral sehingga
hanya dapat mempengaruhi harga barang dan jasa.
Oleh karena itu dengan Undang – undang no 03 tahun
2004 tentang bank sentral memiliki satu sasaran
akhir atau sasaran tunggal, yaitu menciptakan
stabilitas harga sehingga dapat tercapai dan
memelihara kesatabilan rupiah sasaran tunggal ini
dapat dicapai oleh bank sentral dengan pendekatan
harga atau price based structure. Pendekatan harga
bernggapan bahwa dengan pengendalian tingkat
harga secara efektif akan dapat mengendalikan
perekonomian. Sebaliknya, jika sasarannya tidak
tunggal atau multipose, pendekatan yang dilakukan
adalah pendekatan kuantitas atau quantity – based
structure. Pendekatan kuantitas beranggapan bahwa
pengendalian besaran moneter akan dapat
mengendalikan stabilitas perekonomian. Yang perlu
diperhatikan bahwa tidak hanya melalui satu jalur
tertentu saja suatu kebijakan akan mempengaruhi
sasarannya kerangka kebijakan moneter dengan
pendekatan harga terdiri dari beberapa bagian atau
tahapan yaitu:
a. Instrument
1) Dengan cara langsung dan
2) Dengan cara tidak langsung
b. Sasaran operasional melalui tingkat bunga pasar
uang antar bank

184
KEBIJAKAN MONETER

c. Sasaran akhir: stabilitas harga


Kebijakan moneter dengan pendekatan kuantitas
terdiri dari beberapa bagian atau tahapan yaitu
1) Instrument
a) Dengan cara langsung
b) Dengan cara tidak langsung
2) Sasaran operasional, melalui monetary base:
a) Penentuan uang primer
b) Reserve bank
c) Sasaran antara, melalui agregat moneter
d) Uang beredar dalam arti M1 dan M2
e) Kredit perbangkan
f) Suku bunga uang dan
g) Sasaran akhir
 Stabilitas harga
 Pertumbuhan ekonomi
 Keseimbangan neraca pembayaran
Pendekatan yang ditetapkan dalam kebijakan moneter
dapat dibagi menjadi dua yaitu 1) kebijakan moneter
yang ketat atau tight money policy karena jumlah
uang beredar dianggap lebih besar dari jumlah yang
ditetapkan dan 2) kebijakan moneter yang longgar
atau easy money policy dengan anggapan sebaliknya.
Dampak dari kebijakan moneter tidak segera dapat
diketahui, maka supaya dapat meyimpulkan
keberhasilannya dapat dilihat dari indicator tertentu.
Oleh karena itu, indicator tertentu ini dipakai sebagai
sasaran antara atau intermediate targer dengan
sebelumnya memerlukan sasaran operasional
kuantitas. Untuk mencapai sasaran operasional
dilakukan kebijakan langsung atau tidak langsung.
Pengendalian harga dan kuantitas simapanan dan
kredit yang ada pada system perbankan atau pada
institusi keuangan selain bank digunakan secara

185
KEBIJAKAN MONETER

langsung, misalnya dengan penetuan atau batasan


kredit yang secara tidak langsung mempengaruhi
kredit perbangkan kemudian mempengaruhi jumlah
uang beredar. Untuk mempermudah pemahaman
tentang pelaksanaan kebijakan moneter di indonesia
kebijakan dan pelaksanaan kebijakan moneter dapat
dikelompokan ke dalam beberapa fase yaitu kebijakan
moneter sebelum tahun 1983, selama tahun 1984 –
1996, selama tahun 1997 – 2003 dan selama tahun
2004 hingga saat ini
3. Kebijakan Moneter sebelum Tahun 1983
Untuk pertama kalinya, pemerintah indonesia
mendirikan bank sirkulasi yang berbentuk bank
miliik negara bernama bank negara indonesia dan
bank rakyat indonesia pada tahun 1946. Kedua bank
tersebut dan bersama dengan beberapa bank swasta
ditugaskan menukar uan belanda dan jepang denagn
amta uang dalam negeri yang waktu itu mata uang
dalam negeri yang waktu itu mata uang dalam negeri
bukan hanya rupiah, tetapi berbagai mata uang.
Kurang lebih tiga tahun kemudian, tugas itu
diserahkan kepada De Javasche bank yang kemudian
De javacshes Bank menjadi sentral sewaktu.
Indonesia menjadi replublik indonesia serikat dan
kemudian setelah indonesia menjadi negara
kesatuan, desember 1951 De javasche bank
dinasionalisasikan dan tetap jadi bank sentral
indonesia.
Tahun 1953 pemerintah indonesia mengeluarkan UU
No. 11 Tahun 1953 tentang pokok – pokok Bank
indonesia sebagai pengganti Javasche Bank Wet
tahun 1922 dengan dasar undang – undang ini
dibentuklah dewan moneter dengan menteri
keuangan seabagai ketua nya. Dengan undang –
undang tersebut bank indonesia dituntut lebih
banyak aktif menata dan mengembangkan
perekonomian nasional yang pada waktu adalah
menyatukan mata uang yang berbeda – beda di
masing daerah di indonesia menjadi satu mata uang
yaitu rupiah dengan tetap terpeliharanya kesatuan

186
KEBIJAKAN MONETER

dan persatuan. Dengan kebijakan fiscal yang


ekspansive yaitu melalui devisit anggaran pemerintah
(karena pemabangunan proyek mercusuar dan
pengeluaran untuk militer yang berlebihan)
cenderung menimbulkan ketimpangan dalam
pelaksanaan kebijakan moneter yang tercermin dari
peningkatan percetakan uang yang berlebiihan untuk
pembiayaan deficit pemerintah. Pelaksanaan
kebijakan ini karena tekanan politik yang dapat
menyebabkan melonjaknya jumlah uang beredar jauh
melebihi daru kebutuhan riil perekonomian sehingga
mendorong naik nya harga – harga barang dan jasa
secara tajam sehingga laju inflasi mencapai 60% atau
terjadi hyperinflation pada tahun 1965.
Melihat kondisi di atas, semestinya kebijakan fiscal
mampu mengendalikan deficit anggaran pada batas –
batas yang wajar dengan pengeluaran anggaran yang
harus seefektif dan mampu mendorong kegiatan
ekonomi rill di balik kebijakan moneter hanya
ditunjukan pada pengendalian inflasi. Dengan itu,
kebijakan fiscal dan moneter harus bersinergi tetap
berpegang pada prinsip – prinsip independesi dari
masing – masing instansi penataan ekonomi di sector
perbangkan dimantapkan denagn terbitnya UU No 03
Tahun 1968 tentang bank sentral. Dalam undang –
undang tersebut, dengan jelas tugas Bank Indonesia
yaitu:
a. Membantu pemerintah menagtur, menjaga, dan
memelihara stabilitas nilai rupiah, serta
b. Mendorong kelancaran produksi dan
pembangunan dan memperluas kesempatan kerja
guna meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Kebijakan moneter dirumuskan oleh dewan moneter
dan kemudian bank indonesia yang melaksankannya.
Pada awal decade tahun 1970 an penadapatan negara
dari minyak meningkat sangat pesat sehingga mampu
membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan di
sisi fiscal. Dalam kondisi tersebut kebijakan fiscal
telah memungkinkan mendorong ekonomi rill. Pada

187
KEBIJAKAN MONETER

tahun 1974 pemerintah mulai menetapkan kredit


selektif daru sisi moneter agar jumlah uang beredar
dapat dikendalikan sehingga tidak menimbulkan
inflasi. Kredit yang boleh dikeluarkan oleh bank atau
disebut dengan penentuan ekspansi aktiva neto. Bank
Indonesia menghitung jumlah uang beredar (dengan
adanya ekspansive kredit) yang sesuai dengan
perkiraan laju inflasi dan pertumbuhan output. Dari
pengalaman pelaksanaan kebijakan moneter dan
kebijakan ekonomi makro di atas, laju pertumbuhan
ekspor minyak indonesia telah mendominasi
pertumbuhan ekonomi dan keuangan indonesia lebih
dari satu decade. Dalam tahun 1983 peranan dalam
sector minyak menacapai 20% dari produksi nasional
kotor atau groos national product atau GNP indonesia
70% dari total nilai ekspor serta 65% dari total
pendapatan pemerintah meningkatkan nilai ekspor
minyak tersebut telah mengakibatkan meningkatnya
laju inflasi seperti inflasi tahun 1973 setinggi 33%.
Dalam rangka menekan laju inflasi mulai tahun 1974
bank sentral telah menetapkan kebijkan pagu kredit
atau kredit celling kepada setiap bank di indonesia
sebagai salah satu upaya pokok dalam menurunkan
pertambahan uang beredar di masyrakat. Pemberian
kredit yang dilakukan oleh bank indonesia sebelum
tahun 1983 adalah pemberian kredit kepada sector
ekonomi yang diperioritaskan dalam program
pemerintahan dan menetapkan suku bunga pinjaman
dan suku bunga simpanan deposito. Besarnya
ekspansiv pertambahan jumlah uang beredar yang
besarnya konsisten dengan perkiraan pertumbuhan
ekonomi serta laju inflasi yang diingikan dengan
mempertimbangkan proyeksi keseimbangan neraca
pembayaran.
Kebijakan di bidang perkreditan pada dasarnya
menekankan pada penghapusan pagu aktiva neto
perbangkan dan pemberian kebebasan kepada bank –
bank pemerintah untuk menetapkan sendiri kebijkan
perkreditannya serta mengurangi penyediaan kredit
likuiditas bank indonesia dengan tetap
mempertahankan asas – asas pemberian pinjaman

188
KEBIJAKAN MONETER

yang sehat. Perlu dibandingkan bahwa sebelum 1 juni


1983 pemberian kredit perbangkan diatur dengan
bermacam – macam ketentuan misalnya tentang tata
cara pemberian kredit perbangkan, seperti
pembiayaan oleh bank – bank, bagian pembiyaan
sendiri oleh nasabah, suku bunga, strudi kelayakan,
dan ketentuan mengenai laporan keuangnya.
(Sudirman, 2011, pp. 141 -144)
4. Kebijakan moneter dalam fase 1984 – 1996
Dengan merosot nya harga minyak di pasar dunia
mulai tahun 1980 an sebagai akibat adanya resesi
dunia menyebabkan terbatasnya penerimaan negara.
Dominasi pemerintah dalam menopang peningkatan
kegiatan ekonomi tidak lagi dapat dipertahankan.
Oleh karena itu pemerintah menempuh serangkaian
kebijakan reformasi dibidang ekonomi untuk
mengatasi ancaman kemungkinan krisis karena
merosotnya harga minyak tersebut.pada tanggal 1
juni 1963 pemerintah mengeluarkan kebijakn
deregulasi perbankan sebagai tanda dimulainya era
liberalisasi di sector perbangkan sebagai tanda
dimulainya era liberalisasi di sector perbangkan
khususnya dan sector keuangan pada umumnya.juli
1983 Bank indonesia tidak melakukan pengaturan
terhadap jumlah uang beredar dengan cara langsung
baik dengan menetapkan pagu aktiva netto,kredit
likuiditas, maupun penagturan suku bunga. Bank
indonesia lebih mengutamakan penagturan jumlah
uang beredar dengan cara tidak langsung, melalui:
a. Penetapan cadangan wajib bank atau minimum
reserve requitment bank
b. Operasi pasar terbuka atau open market opration
c. fasilitas diskonto atau discount window
d. Pengarahan atau moral suaion
Dalam menghadapi persaingan global, pemerintah
megelurkan paket kebijakan 27 Oktober 1988 yang
merupakan penyempurnaan kebijkan di bidang
keuangan moneter dan perbankan. Dalam upaya

189
KEBIJAKAN MONETER

meningaktkan efektivitas pengendalian moneter,


diturunkan reserve requitment dari 15% menjadi 2%.
Dibidang perbangkan dilonggarkannya izin pendirian
bank baru dan bank campuran. Kebijkan moneter
tersebut dapat dikendalikan sehingga tujuan bank
indonesia dicapai sebagaimana diharapakan. Dapat
ditambahkan system pengendalian uang beredar
dapat dilakukan berdasarkan proyeksi jumlah uang
beredar dan pengendalian operasi pasar terbuka
proyeksi uang beredar dilakukan dengan cara:
a. Proyeksi Permintaan akan Uang
Permintaan masyarakat akan uang dalam kurun
waktu yang cukup panjang adalah relative stabil
sehingga dapat diperkirakan oleh otoritas
moneter. Semakin tinggi monetisasi suatu
perekonomian, peranan uang sebagai alat
transaksi akan semakin besar sehingga koefisien
variabel pertumbuhan ekonomi dalam persaaman
permintaan akan uang akan semakin besar.
Semakin berkembangnya pasar uang dalam suatu
perkenmomian akan semakin besar pengaruh
suku bunga terhadap permintaan masyarakat
akan uang. Semakin banyak jenis dan kualitas
finansial asset akan lebih mudah masyarakat
mengubah bentuk uang yang dipeganganya yaitu
dari uang kartal atau giral menjadi uang kuasi
atau sebaliknya. (Bahroen, 2003)
b. Proyeksi jumlah uang beredar
Jumlah uang beredar atau penawaran uang dapat
direncanakan oleh otoritas moneter untuk
mengimbangi permintaan akan uang oleh
masyarakat sehingga dapat diwujudkan
keseimbangan moneter. Proyeksi penawaran
terhadap uang dapat diperinci menurut factor –
factor yang mempengaruhinya seperti
1) Aktiva luar negeri atau net foreign assets atau
NFA

190
KEBIJAKAN MONETER

2) Aktiva dalam negeri atau net domestic credit


atau NDC
3) Aktiva bersih lainnya atau net other
investment atau Nol
Proyeksi tentang pengaruh NFA terhadap jumlah uang
beredar berdasakan pada perkiraan neraca
pembayaran yang dimaksud dengan perkiraan neraca
pembayaran adalah suatu perkiraan tentang
cadangan devisa yang tercatat dalam neraca
pembayaran suatu negara. Surplus neraca akan
menambah jumlah uang beredar atau sebaliknya.
Proyeksi tentang NGG didasrkan kepada transaksi
pemerintah, jika terjadi pengeluaran yang lebih besar
dari penerimaan pemerintah, jika terjadi pengeluaran
yang lebih besar dari penerimaan pemerintah akan
menambah jumlah uang yang beredar atau
sebaliknya. Proyeksi NDC pada otoritas moneter
berbeda adalah berbeda dengan proyeksi NDC pada
system moneter. Pada otoritas moneter, kredit
diberikan oleh Bank Indonesia misalnya berupa kredit
likuiditas maupun kredit langsung yang besarnya
tergantung kepada kebijakan Bank Indonesia. Pada
system moneter, kredit diberikan kepada Bank – Bank
pencipta uang giral atau BPUG yang besarnya
tergantung kemampuan BPUG dalam menghimpun
dana. (Sudirman, 2011, pp. 157 -158)
5. Kebijakan Moneter Selama Tahun 1997 – 2003
Bank Indonesia Menilai bahwa perkembangan
berbagai indicator moneter selama tahun 2003 masih
terkendali yang dicerminkan oleh nilai tukar rupiah
yang condong dan stabil yaitu Rp 8.300 per desember
2003 menurun dari Rp 10.400 per januari 2003,inflasi
terkendali dan menurun menjadi 5,33% per desember
2003 yang menurun dari 15,13% per januari 2003,
uang primer yang indikatif dan suku bunga yang
menurun menjadi 8,3% untuk suku bunga sertifikat
bank indonesia per desember 2003 dari sebelumnya
berkisar 20.21% perjanuari 2003 menguatnya nilai
rupiah terjadi karena keberhasilan campur tangan

191
KEBIJAKAN MONETER

bank indonesia dalam pasar valuta asing walupun


terjadi kenaikan inflasi pada saat tertentu yang
disebabkan oleh factor musim,namun mulai pada
tahun 2002 tingkat inflasi kumulatif condong
menurun sebagaimana dalam bulan desember 2003.
Akhir tahun 2002 hingga awal tahun 2003 sektor
industry pariwisata diperkirankan turun secara
siginifikan sebagai ilustrasi pasca ledakan bom pada
tanggal 12 Oktober 2002 di Legion kuta bali arus
wisatawan mancanegara keluar dari bali pada tanggal
13 oktober 2002 sebesar 7,249 orang. Hari – hari
berikut nya wiastawan mancanegara yang keluar dari
bal masih cukup tinggi dan baru stabil rendah setelah
10 hari kejadian. Penurunan ini diperkirakan pada
hunian atau accupency hotel menjadi 15%, akhir
tahun 2002, posisi uang primer atau base money
mengalami peningkatan walaupun masih jauh dari
target yaitu 7,13% pada akhir tahun 2002 dan akhir
tahun 2003 menjadi lebih indikatif. Peningktan based
money disebabkan oleh kebijkan operasi pasar
terbuka atau OPT yang ekspansive dan beberapa hari
besar serta meningkatnya cadangan devisa atau net
internasional reserve (NIR). Likuiditas perekonomian
mengalami pertumbuhan terlihat dari pertumbuhan
uang beredar dalam arti sempit atau MI sebesar 10%
akibat tahun 2003 atau dalam arti luas atau M2
sebesar 11% akhir tahun 2003. (Sudirman, 2011, pp.
164-168)
6. Konstelasi kebijakan moneter dalam fase 2004 – 2011
Bank sentral diubah menjadi undang – undang nomor
23 tahun 1999 tentang bank sentral undang – undang
yang terakhir ini menempatkan bank indonesia
memiliki tujuan yang llebih focus, yaitu mencapai dan
memelihara kesatabilan nilai rupiah. Rerorientasi
sasaran Bank Indonesia yaitu menstabilkan nilai
rupiah merupakan bagian dari kebijakan pemulihan
dan reformasi perekonomian untuk keluar drai krisis
ekonomi yang tengah melanda indonesia
melaksanakan 3 tugas antara lain:

192
KEBIJAKAN MONETER

a. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan


moneter
b. Mengatur dan menjaga kelancaran system
pembayran
c. Menagtur dan mengawasi system perbangkan
Ketiga tugas berkaitan dengan upaya pencapain
kesatabilan rupiah. Misalnya, efektivitas pelaksanaan
tugas kebijakan moneter memerlukan dukungan
system pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan
andal tergantung kepada system perbangkan yang
sehat. System perbangkan yang sehat mendukung
efektifitas pelaksanaan pengendalian moneter
mengingat mekanisme transmisi kebijakan moneter
menuju kepada kegiatan sector riil melalui system
perbankan. Dalam menetapkan kebiajakan moneter,
sasaran moneter ditetapkan oleh Bank Indonesia dan
dikendalikan dengan cara:
a. Penetapan cadangan wajib bank minimum reserve
requirement Bank
b. Operasi pasar terbuka atau open market operation
c. Penetepan tingkat diskonto atau discount window
d. Pengaturan kredit atau pembayaran
Strategi kebijikan moneter dimulai dengan penetapan
langkah yang berupa pengendalian jumlah uang
beredar pengendalian suku bunga uang dalam rangka
mencapai sasaran akhir berupa kesatabilan nilai mata
unag dan pertumbuhan ekonomi. Akhir – akhir ini
semakin banyak bank sentral memusatkan sasaranya
pada stabilitas harga atau inflasi karena secara
empiris dalam teori moneter membuktikan bahwa
dalam jangka menengah dan panjang inflasi adalah
suatu fenomena moneter atau inflation is a monetary
phenomenon. Dengan dasar ini menurut UU No 23.
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia tujuan bank
indonesia (Sudirman, 2011, pp. 176-177). yaitu
mencapai dan menjaga kesatabilan nilai rupiah dalam
arti kesstabilan inflasi dan kurs mata uang. Untuk

193
KEBIJAKAN MONETER

mencapai laju inflasi yang rendah, bank indonesia


secara periodic memantau perkembangan berbagai
variabel ekonomi rill, moneter, dan keuangan dengan
cara:
a. Pemantauan terhadap variabel ekonomi rill
dilakukan dari sisi penawaran seluruh sector
ekonomi
b. Pemantauan terhadap ekonomi moneter
dilakukan dengan menentukan jalanya
mekanisme transmisi kebijakan moneter ke sector
rill, yang umumnya berjalan melalui jalur uang,
kredit, suku bunga, nilai tukar, harga assets, dan
jalur ekspektasi nilai
c. Pemantauan terhadap sector keuangan
mencangkup perkembangan dana perbangkan,
kredit dan pembaiyaan lain, kondisi kesehatan
perbankan dan pasar modal
Devisa yang ada di bank indonesia merupakan
gambaran kemampuan bank indonesia dalam
menjaga stabilitas nilai rupiah terhadap mata uang
asing. Dengan system nilai tukar, jumlah devisa
menjadi terpengaruh sehingga system devisa dapat
dibedakan menjadi:
a. System devisa yang ada di bank indonesia
mengikuti Undang – undang 32 tahun 1964
bahwa setiap devisa yang diterima baik dari hasil
ekspor maupun dari lain sector wajib diserahkan
kepada negara cq bank indonesia atau bank –
bank yang ditunjuk. Setiap pengunaan harus
mendapat ijin dari bank indonesia
b. System devisa semi control diterapkan
berdasarkan perpu Nomor 64 tahun 1970 yang
menggantikan Undang – undang Nomor 32 Tahun
1964. Devisa dari ekspor wajib diserahkan kepada
negara dan penggunaanya harus mendapat ijin
dari bank indonesia sementara yang bersumber
dari sector lain dapat secara bebas diperoleh dan
digunakan

194
KEBIJAKAN MONETER

c. System devisa bebas diterapkan berdasarkan PP


Nomor 1 Tahun 1982 yang menyatakan bahwa
setiap penduduk dapat dengan bebas memiliki
dan menggunakan devisa. Dengan PP ini tidak ada
kewajiaban melapor ke Bank indonesia sehingga
sulit diarahkan Undang – undang Nomor 24
Tahun 1999 mengukuhkan system devisa bebas
di indonesia. (Abimanyu, 2003)
Kebijakan Moneter dalam Aspek Kebijakan Harga
Inflation targeting merupakan kerangak kerja Bank
Indonesia dalam mencapai memelihara kesatabilan harga
dengan menentukan sasaran kebijkan moneter secara
eksplisit dengan berdasarkan pada proyeksi dan target
inflasi (mengikuti selandia baru 1990). Impilikasinya
kerangka kerja inflation targeting adalah:
1. Bank indonesia menyatakan bahwa tujuan akhir
kebijkan moneter adalah mencapai dan menjaga
inflasi yang rendah.
2. Mengumumkan target inflasi kepada public karena
bank indonesia akan mengacu kepada target tersebut
dan bank sentral bertanggung jawab jika target
tersebut tidak tercapai.
Prinsip yang mendasari kerangka kerja tersebut adalah
sasarn akhir kebijkan moneter hanyalah mencapai dan
memelihara laju inflasi yang rendah dan stabil dengan
beberap asumsi antara lain adalah:
1. Laju inflasi yang tinggi adalah suatu bentuk biaya
yang harus ditanggung oleh perekonomian berupa
pertumbuhan ekonomi yang rendah dan menurunnya
nilai rill dan pendapatan nasional.
2. Kebijikan moneter melalui pengendalian uang beredar
tidak dapat mempengaruhi pertumbuhan output rill
dalam jangka Panjang.
3. Bertujuan stabilisasi dan menurunkan inflasi dalam
jangka Panjang.

195
KEBIJAKAN MONETER

Syarat – syarat agar berhasil melaksanakan inflation


targeting antara lain adalah:
1. Bank indonesia harus mandiri terutama dalam
melaksanakan kebijkan moneter
2. Kebijakan nilai tukar akan mengambang
3. Keberadaan indicator harga adalah relevan dengan
sasaran kebijakan
4. Metodologi proyeksi inflasi yang baik
5. Tidak ada dominasi sector fiscal
Konsep dasar kerja tersebut antara lain:
1. Sasaran Inflasi
Dimulai dengan penetapan dan diumumkannya
sasaran inflasi yang ingin dicapai oleh bank sentral
penetapan itu didasarkan dengan pertimbangan
berbagai factor dan perkembangan ekonomi makro
teruatama kerugian social antara inflasi dan
pertumbuhan ekonomi. Penentuan inflasi harus dapat
digunakan sebagai ukuran atau anchor dari
pelaksanaan kebijakan moneter bank sentral dan
penetapan itu dalam jangka panjang
2. Kebijakan moneter Forward looking
Kebijkan moneter awal bersifat antisipatif atau bukan
reaktif karena adanya tenggang waktu antara
pengaruh kebijakan moneter dan inflasi. Seberapa
lama tingkat inflasi tertentu ditetapkan adalah
tergantung pada tenggang waktu tersebut
3. Transparansi
Kunci sukses penerapan inflation targeting oleh bank
sentral adalah transparan sehingga ekspektasi inflasi
masyarakat terbentuk adalah sesuai dengan yang
diinginkan oleh bank sentral. Bentuk transparansi
tersebut adalah penjelasan bank sentral kepada
public secara periodic tentang perkembangan
ekonomi terkini, proyeksi inflasi, kebijakan yang
diambil untuk menjaga tetap pada jalurnya.

196
KEBIJAKAN MONETER

4. Akuntabilitas dan kredibilitas


Dengan mengumumkan target inflasi kepada public
berarti melekat akuntabilitas karena bank sentral
mempertanggungjawabkan target tersebut.
Kredibilitas bank sentral tergantung kepada
komitmen bank sentral dalam mencapai target inflasi
yang ditetapkan sehingga penerapan target dilakukan
dengan diabangunnya mekanisme pengambilan
keputusan dengan mengandalkan hasil evaluasi dan
penyusunan scenario proyeksi ke depan berdasarkan
model – model ekonomi
Secara teoritis, pengertian inflasi merujuk pada
perubahan tungkat harga umum (barang dan jasa)
yang terjadi secara terus menerus. Data
perkembangan harga barang didasarkan pada
cakupan barang dan jasa dalam komponen
pembentukan PDB, indek harga perdagangan besar
atau indek harga konsumen. Sasaran laju inflasi
ditetapkan atas dasar tahun kalender dengan
memerhatikan perkembangan dan prospek ekonomi
makro. (Sudirman, 2011, pp. 178 - 180)

197
KEBIJAKAN MONETER

Daftar Pustaka
Abdulrrahman, E. (2001). Memahami pemikiran
Pengelolaan Sumber Pendapatan Daeran dalam
Manajemen Otonomi Daerah, Birokrasi Ekonomi
Sosial . Jakarta: Lemabaga Studi Komunikasi
Pembaguanan Indonesia (LKSPI) .
Abimanyu. (2003). Exit Strategy dan pokok - pokok
kebijakan Fiskal . Jakarta:
http://www.kompas.com/Kompas
Cetak/0305/10/ekonomi/304476htm .
Ascarya. (2002). Instrument -instrument Pengendalian
Moneter . Jakarta : PPSK Bank Indonesia .
Bahroen, S. B. (2003). Organisasi Bank Indonesia .
Jakarta : Pusat Pendidikan dan Studi Bank
kesentralan .
Perry Warijoyo, S. (2003). Kebijakan Moneter di Indonesia
. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi
Kebanksentralan (PPSK).
Sudirman, P. I. (2011). Kebijakan Fiskal dan Moneter .
Jakarta: Kharisma Putra Utama.
Sugiyono. (2005). Kelembagaan Bank Indonesia. Jakarta:
Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK)
Bank Indonesia

198
KEBIJAKAN MONETER

Profil Penulis
Sumario
Lahir di bandung 02 maret 1991 dan sekarang
menetap di kota bandung. Menyelesaikan
pendidikan dasar di SDN Griba 23 kota bandung
pada tahun 2003.dan melanjutkan pendidikan di
SMP PASUNDAN 2 KOTA BANDUNG lulus pada
tahun 2006 dan SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG sampai
pada tahun 2009. Setelah itu ia tempuh selanjut nya
pendidikan starata 1 prodi pendidikan pancasila dan
kewarganegaraan di kampus STKIP BANTEN. Hingga lulus pada
tahun 2015 lalu di tahun 2015 sampai tahun 2017 ia kembali
melanjutkan study starata 1 nya kembali di prodi manajemen
sumber daya manusia di kampus STIE BINA BANGSA.
Terpanggil dari rasa ingin tahu nya. pria yang sering disapa
Mario ini selain aktif sebagai tenaga pengajar di berbagai
institusi pendidikan khusus nya di kota bandung. Mario pun
sangat memiliki hobi menulis. Dari hobi nya tersebut di
beberapa termin waktu yang lalu ia pernah menjadi juara 1
lomba essay kepramukaan yang dilakanakan di unila lampung
selain itu banyak juga beberapa journal yang telah ia publish.
Selain hobi sebagai penulis pria yang biasa dipanggil dengan
sebutan sumario ini dia pun berprofesi pula di bidang
pendidikan, aktivitas mengajar nya dia mulai dari tahun 2013
berawal dari kiprah nya di kota serang, dan pada tahun 2017 ia
memulai karier nya kembali di dunia pendidikan dengan
mengajar di SMA PASUNDAN 5,dan SMPIT AL-GHOFAR sebagai
guru mata pelajaran pendidikan Pancasila dan
kewarganegaarn, tak hanya itu beliau pun sangat aktif di
berbagai bidang traning dari mulai, public speaking,motivator,
dan author. Sampai dengan saat ini. Motto yang selalu beliau
hadirkan dalam perjuangan nya itu adalah……’’ jadikanlah
hambatan itu sebagai vitamin di dalam diri kita’’
Email Penulis: ozorario24@gmail.com

199
200
13
MENGUKUR
PENDAPATAN NASIONAL

Eranus Yoga Kundhani, S.E., M.Si.


Universitas Kristen Satya Wacana

Pendapatan Nasional
Salah satu alat untuk mengukur kinerja perekonomian
adalah Pendapatan Nasional. Pendapatan Nasional
merupakan total nilai pasar dari seluruh barang dan jasa
akhir yang diproduksi di suatu negara pada periode waktu
tertentu. Pada definisi konsep ini ada beberapa kata
kunci.
1. Total nilai pasar, adalah jumlah dari berbagai jenis
produk menjadi satu ukuran nilai kegiatan ekonomi,
yakni dengan menggunakan harga pasar. Dengan
kata lain, masing-masing barang dan jasa dikalikan
dengan harganya masing-masing, kemudian
dijumlahkan menjadi total nilai pasar.
2. Seluruh barang dan jasa, adalah semua barang dan
jasa yang diproduksi dalam perekonomian suatu
negara dan dijual secara legal di pasar. Legal yang
dimaksudkan disini adalah memenuhi peraturan
perundangan yang berlaku di sebuah negara.
3. Barang dan jasa. Ada perbedaan antara barang dan
jasa, barang sifatnya tangible dan ketika barang
diproduksi tidak bisa langsung dikonsumsi, artinya
ada jeda waktu antara waktu produksi dan waktu
konsumsi. Sedangkan jasa bersifat intangible dan
ketika jasa diproduksi bisa langsung dikonsumi,

201
MENGUKUR PENDAPATAN NASIONAL

artinya tidak ada jeda waktu antara waktu produksi


dan waktu konsumsi.
4. Barang dan jasa akhir, adalah nilai akhir dari barang
jadi atau nilai barang dan jasa yang siap dikonsumsi.
Nilai akhir ini diperoleh dari nilai tambah barang
tersebut. Ketika barang dan jasa diproduksi, tentunya
akan mengalami perubahan (utamanya pada barang),
sebagai contoh: dari bahan mentah menjadi bahan
baku, dari bahan baku menjadi barang jadi. Setiap
tahapan tersebut, akan memberi nilai tambah.
Penjumlahan nilai tambah dari masing-masing
tahapan tersebut akan menjadi nilai akhir dari
sebuah barang.
5. Yang diproduksi, dimaknai bahwa barang dan jasa
yang dihitung adalah barang dan jasa yang diproduksi
pada tahun yang bersangkutan, bukan yang
diproduksi pada masa lalu, maupun yang akan
diproduksi pada masa yang akan datang.
6. Suatu negara, merujuk pada batas-batas wilayah
geografis suatu negara.
7. Periode waktu tertentu, pada perhitungan pendapatan
nasional waktu yang biasanya dipakai adalah satu
tahun.
Bagi banyak negara, perhitungan Pendapatan Nasional
memiliki beberapa manfaat, diantaranya, yang pertama,
dengan menghitung Pendapatan Nasional, maka negara
dapat menilai kinerja perekonomiannya dengan lebih
baik, tentu ini dari sisi kuantitatif. Kedua, negara dapat
mengetahui kondisi perekonomiannya tiap tahun, yakni
dengan cara membandingkan Pendapatan Nasional dari
tahun ke tahun. Ketiga, dengan menghitung Pendapatan
Nasional, sebuah negara dapat mengetahui posisi
negaranya dibandingkan negara lain, pada tahun yang
sama. Keempat, Pendapatan Nasional yang dihitung tiap
tahun, dapat menjadi landasan bagi perumusan
kebijakan ekonomi untuk tahun berikutnya.

202
MENGUKUR PENDAPATAN NASIONAL

Dalam menghitung Pendapatan Nasional ada beberapa


hal yang perlu diperhatikan. Pertama, bahwa perhitungan
Pendapatan Nasional menggunakan satuan moneter
negara yang bersangkutan. Sebagai contoh, Indonesia
menggunakan satuan moneter Rupiah dalam menghitung
Pendapatan Nasionalnya. Kedua, dihindarinya
perhitungan ganda, yakni antara barang setengah jadi
atau barang antara dengan barang jadi atau barang akhir.
Barang setengah jadi atau barang antara, adalah barang
yang sudah melalui proses produksi namun belum siap
pakai. Sedangkan barang jadi atau barang akhir,
merupakan barang yang sudah melalui proses produksi
dan siap pakai untuk memenuhi kebutuhan. Ketiga, oleh
karenanya perlu hati-hati dalam menggunakan nilai
tambah dan nilai akhir dalam perhitungan Pendapatan
Nasional.
Berikut ini adalah kegiatan atau transaksi yang tidak
dimasukkan dalam perhitungan Pendapatan Nasional:
1. Kegiatan ilegal.
Kegiatan ilegal yang dimaksud adalah kegiatan yang
tidak memenuhi peraturan perundangan yang
berlaku di sebuah negara.
2. Pasar gelap atau black market.
3. Transaksi keuangan yang terdiri dari
a. Pembayaran transfer kepada publik (public
transfer payments).
b. Pembayaran transfer kepada individu (private
transfer payments).
Dalam pemahaman ilmu ekonomi, pembayaran
transfer baik kepada publik maupun individu
merupakan redistribusi pendapatan dalam sistem
pasar. Pembayaran ini dianggap tidak lengkap, karena
tidak secara langsung menyerap sumber daya atau
membuat output. Artinya, bahwa pembayaran
transfer dilakukan tanpa ada pertukaran dengan
barang atau jasa.

203
MENGUKUR PENDAPATAN NASIONAL

4. Transaksi pasar saham.


Transaksi dalam pasar saham merupakan
perpindahan kepemilikan atas saham sebuah
perusahaan. Nilai transaksi saham yang dihitung
dalam perhitungan Pendapatan Nasional adalah nilai
saham ketika pertama kali masuk ke pasar saham.
5. Penjualan barang bekas.
Penjualan barang bekas, juga merupakan bentuk dari
perpindahan kepemilikan atas suatu barang.
Pendapatan Nasional dapat dibedakan menjadi dua,
yakni:
1. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product).
Pendapatan nasional yang dihitung berdasarkan
output yang dihasilkan dalam batas wilayah geografis
suatu negara, baik yang dihasilkan oleh warga negara
tersebut maupun warga negara asing yang tinggal di
negara tersebut.
2. Produk Nasional Bruto (Gross National Product).
Pendapatan nasional yang dihitung berdasarkan
output yang dihasilkan oleh warga negara dengan
kebangsaan atau kewarganegaraan suatu negara
tertentu tanpa memandang tempat atau negara
dimana output tersebut dihasilkan.
Produk Nasional Bruto (PNB) berbeda dengan Produk
Domestik Bruto (PDB), karena PNB memasukkan output
yang dihasilkan warga negara yang tinggal di luar negeri
dan mengecualikan output yang dihasilkan warga negara
asing yang dihasilkan di dalam negeri.
Baik PDB maupun PNB, keduanya dapat dihitung baik
secara nominal maupun riil. PDB nominal dan PNB
nominal, akan dihitung berdasarkan harga yang berlaku
pada tahun tersebut. Sedangkan PDB riil dan PNB riil,
akan dihitung berdasarkan harga konstan atau harga
tahun dasar (basis). Untuk memudahkan pemahaman,
perhatikan tabel berikut:

204
MENGUKUR PENDAPATAN NASIONAL

Tabel 13.1 Ilustrasi PDB nominal dan PDB riil

Harga per
Jumlah PDB
Tahun unit PDB riil
output nominal
output

2019 8 10 80 80

2020 9 15 135 90

2021 10 20 200 100

Pada tabel 13.1, digunakan PDB sebagai contoh ilustrasi.


Ilustrasi tersebut mengasumsikan bahwa di sebuah
negara hanya ada satu produk saja dan tahun 2019
merupakan tahun dasar. PDB nominal tahun 2019
diperoleh dari jumlah output tahun 2019 dikalikan
dengan harga tahun 2019, begitu pula dengan PDB
nominal untuk tahun 2020 dan 2021. Berbeda dengan
PDB nominal, PDB riil dihitung berdasarkan harga
konstan atau harga tahun dasar. Oleh karenanya PDB riil
tahun 2019, 2020 dan 2021 akan menggunakan harga
tahun 2019. Nilai PDB nominal dan PDB riil untuk tahun
2019 sama, karena tahun 2019 diasumsikan sebagai
tahun dasar.
Nilai PDB nominal dan PDB riil (pada tabel 13.1) berbeda,
karena harga yang dipakai juga berbeda. PDB nominal
dan PDB riil digunakan untuk menghitung Deflator PDB.
Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga
dari semua barang jadi dan jasa. Deflator PDB, bersama
dengan Indeks Harga Konsumen (IHK), sering digunakan
untuk mengukur tingkat inflasi di suatu negara. Deflator
PDB dihitung dengan menggunakan rumus.
Deflator PDB = (PDB Nominal : PDB Riil) x 100 (13.1)
Pendapatan Nasional dapat dihitung dengan dua
pendekatan. Pertama, pendekatan pendapatan,
pendekatan ini menghitung Pendapatan Nasional dengan
cara menjumlahkan semua pendapatan yang diterima
atas faktor produksi yang digunakan dalam proses
produksi. Pendapatan tersebut dapat berupa upah (wage),
sewa (rent), bunga (interest) dan keuntungan (profit/ π).

205
MENGUKUR PENDAPATAN NASIONAL

Kedua, pendekatan pengeluaran, pendekatan ini


menghitung Pendapatan Nasional dengan cara
menjumlahkan semua pengeluaran yang dilakukan oleh
para pelaku ekonomi dalam perekonomian. Pengeluaran
berupa pengeluaran konsumsi (C) oleh pelaku rumah
tangga, pengeluaran investasi (I) oleh pelaku perusahaan,
pengeluaran pemerintah (G) dan pengeluaran ekspor neto
(ekspor dikurangi impor). Kedua pendekatan ini bisa
digambarkan sebagai berikut:

Gambar 13.1 Pendekatan Perhitungan Pendapatan Nasional


Perekonomian Dua Sektor
Perekonomian dua sektor juga dikenal sebagai
perekonomian sederhana, karena melibatkan hanya dua
pelaku, yakni rumah tangga-rumah tangga dan
perusahaan-perusahaan. Hubungan kedua pelaku
ekonomi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

206
MENGUKUR PENDAPATAN NASIONAL

Gambar 13.2 Perekonomian Dua Sektor


Gambar 13.2 menunjukkan bahwa rumah tangga-rumah
tangga menyediakan faktor produksi berupa Sumber Daya
Alam, Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Buatan
Manusia (modal, peralatan, mesin, bangunan, teknologi,
dll), yang dibutuhkan oleh perusahan-perusahaan. Ketika
perusahaan-perusahaan sudah mendapatkan faktor
produksi melalui pasar faktor produksi, maka ada balas
jasa bagi rumah tangga-rumah tangga, berupa
pendapatan, dalam bentuk upah, sewa, bunga dan
keuntungan. Faktor produksi digunakan perusahaan-
perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa yang
dibutuhkan rumah tangga-rumah tangga melalui pasar
barang dan jasa. Rumah tangga-rumah tangga membayar
sejumlah dana, yang disebut sebagai pengeluaran
konsumsi, untuk memperoleh barang dan jasa yang
dibutuhkan. Proses mengalirnya dana dari perusahaan-
perusahaan ke rumah tangga-rumah tangga yang disebut
pendapatan, merupakan pengeluaran bagi perusahaan-
perusahaan. Sedangkan mengalirnya dana dari rumah
tangga-rumah tangga ke perusahaan-perusahaan dalam
bentuk pengeluaran konsumsi, adalah penerimaan bagi
perusahaan-perusahaan. Aliran yang berputar dari satu
pelaku ke pelaku dalam perekonomian inilah yang
kemudian disebut sebagai arus perputaran pendapatan

207
MENGUKUR PENDAPATAN NASIONAL

dan pengeluaran. Pemahaman diatas menjadi dasar


untuk menghitung Pendapatan Nasional pada
perekonomian dua sektor. Dengan menggunakan prinsip
keseimbangan, bahwa pendapatan sama dengan
pengeluaran, maka perhitungan Pendapatan Nasional
keseimbangan dua sektor dirumuskan sebagai berikut:
YEq = C + I (13.2)
Dimana:
C = a + bYd, I = Io
Keterangan notasi:
YEq = Pendapatan Nasional keseimbangan
C = Pengeluaran konsumsi rumah tangga
a = Konsumsi otonom
b = Marginal Propensity to Consume (MPC)
Yd = Pendapatan disposable (Yd = Y - T)
I = Pengeluaran investasi perusahaan
Io = Pengeluaran investasi sektor bisnis yang bersifat
otonom (secara singkat: investasi otonom)
Rumusan dasar (13.2) dapat dijabarkan sebagai berikut:
Y=C+I
Y = a + bYd + Io
Karena perekonomian dua sektor belum ada peran
pemerintah, T = 0, maka Yd = Y
Y = a + bY + Io
Y - bY = a + Io
(1 - b)Y = a + Io
1
YEq = (a + Io)
(1 - b)

208
MENGUKUR PENDAPATAN NASIONAL

Berikut ini adalah contoh perhitungan Pendapatan


Nasional keseimbangan untuk perekonomian dua sektor.
Diketahui:
C = 250 + 0,5Yd, I = 100
Pertanyaan:
Berapa nilai YEq, C dan S?
Jawab:
YEq = C + I
Y = 250 + 0,5Yd + 100
Ingat, untuk perekonomian 2 sektor, Yd = Y
maka Y = 250 + 0,5Y + 100
Y - 0,5Y = 350
(1 - 0,5)Y = 350
Y = 350/0,5
YEq = 700
C = 250 + 0,5Y
Jika Y = 700
maka,
C = 250 + 0,5(700)
C = 250 + 350
C = 600
S=Y-C
S = Y - (250 + 0,5Y)
S = -250 + 0,5Y
Jika Y = 700
maka,
S = -250 + 0,5(700)
S = -250 + 350
S = 100

209
MENGUKUR PENDAPATAN NASIONAL

Perekonomian Tiga Sektor


Perekonomian tiga sektor juga dikenal sebagai
perekonomian tertutup, didalamnya melibatkan tiga
pelaku, yakni rumah tangga-rumah tangga, perusahaan-
perusahaan dan pemerintah. Hubungan ketiga pelaku
ekonomi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 13.3 Perekonomian Tiga Sektor


Pada perekonomian tiga sektor, pemerintah sebagai
pelaku ketiga melakukan kegiatan pemungutan pajak
kepada rumah tangga-rumah tangga, perusahaan-
perusahaan, pasar faktor produksi dan pasar barang dan
jasa. Penerimaan dari pajak digunakan oleh pemerintah
untuk melakukan pembiayaan rutin maupun pembiayaan
pembangunan, yang kemudian disebut sebagai
pengeluaran pemerintah.
Menggunakan prinsip keseimbangan, bahwa pendapatan
sama dengan pengeluaran, maka perhitungan
Pendapatan Nasional keseimbangan tiga sektor
dirumuskan sebagai berikut:
YEq = C + I + G (13.3)

210
MENGUKUR PENDAPATAN NASIONAL

Dimana:
C = a + bYd, I = Io, G = Go, T = To
Keterangan notasi:
YEq = Pendapatan Nasional keseimbangan
C = Pengeluaran konsumsi rumah tangga
a = Konsumsi otonom
b = Marginal Propensity to Consume (MPC)
Yd = Pendapatan disposable (Yd = Y - T)
I = Pengeluaran investasi perusahaan
Io = Pengeluaran investasi sektor bisnis yang bersifat
otonom (secara singkat: investasi otonom)
G = Pengeluaran pemerintah
Go = Pengeluaran Pemerintah yang bersifat otonom
T = Pajak
To = Pajak yang bersifat otonom
Rumusan dasar (13.3) dapat dijabarkan sebagai berikut:
YEq = C + I + G
Y = a + bYd + Io + Go
Y = a + b(Y - T) + Io + Go
Y = a + b(Y - To) + Io + Go
Y = a + bY - bTo + Io + Go
Y - bY = a - bTo + Io + Go
(1 - b)Y = a - bTo + Io + Go
1
YEq = (a - bTo + Io + Go)
(1 - b)

211
MENGUKUR PENDAPATAN NASIONAL

Berikut ini adalah contoh perhitungan Pendapatan


Nasional keseimbangan untuk perekonomian tiga sektor.
Diketahui:
C = 250 + 0,5Yd, I = 100, G = 75, T = 50
Pertanyaan:
Berapa nilai YEq, C dan S?
Jawab:
YEq = C + I + G
Y = 250 + 0,5Yd + 100 + 75
Y = 425 + 0,5(Y - 50)
Y = 425 + 0,5Y - 25
Y - 0,5Y = 425 - 25
(1 - 0,5)Y = 400
Y = 400/0,5
YEq = 800
C = 250 + 0,5Yd
Jika Y = 800
maka,
C = 250 + 0,5(800 - 50)
C = 250 + 0,5(750)
C = 250 + 375
C = 625
S = -250 + 0,5Yd
Jika Y = 800
maka,
S = -250 + 0,5(800 - 50)
S = -250 + 375
S = 125

212
MENGUKUR PENDAPATAN NASIONAL

Perekonomian Empat Sektor


Perekonomian empat sektor juga dikenal sebagai
perekonomian terbuka, yang didalamnya melibatkan
empat pelaku, yakni rumah tangga-rumah tangga,
perusahaan-perusahaan, pemerintah dan masyarakat
luar negeri. Hubungan keempat pelaku ekonomi tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 13.4 Perekonomian Empat Sektor


Pada perekonomian empat sektor, masyarakat luar negeri
sebagai pelaku keempat, melakukan kegiatan ekspor dan
impor dengan negara melalui perusahaan-perusahaan.
Menggunakan prinsip keseimbangan, bahwa pendapatan
sama dengan pengeluaran, maka perhitungan
Pendapatan Nasional keseimbangan empat sektor
dirumuskan sebagai berikut:
YEq = C + I + G + X - M (13.4)
Dimana:
C = a + bYd, I = Io, G = Go, T = To, X = Xo dan M = Mo
Keterangan notasi:
YEq = Pendapatan Nasional keseimbangan
C = Pengeluaran konsumsi rumah tangga
a = Konsumsi otonom
b = Marginal Propensity to Consume (MPC)

213
MENGUKUR PENDAPATAN NASIONAL

Yd = Pendapatan disposable (Yd = Y - T)


I = Pengeluaran investasi perusahaan
Io = Pengeluaran investasi sektor bisnis yang bersifat
otonom (secara singkat: investasi otonom)
G = Pengeluaran pemerintah
Go = Pengeluaran Pemerintah yang bersifat otonom
T = Pajak
To = Pajak yang bersifat otonom
Rumusan dasar (13.4) dapat dijabarkan sebagai berikut:
YEq = C + I + G + Xo - Mo
Y = a + bYd + Io + Go + Xo - Mo
Y = a + b(Y - T) + Io + Go + Xo - Mo
Y = a + b(Y - To) + Io + Go + Xo - Mo
Y = a + bY - bTo + Io + Go + Xo - Mo
Y - bY = a - bTo + Io + Go + Xo - Mo
(1 - b)Y = a - bTo + Io + Go + Xo - Mo
1
YEq = (a - bTo + Io + Go + Xo - Mo)
(1 - b)

Berikut ini adalah contoh perhitungan Pendapatan


Nasional keseimbangan untuk perekonomian empat
sektor.
Diketahui:
C = 250 + 0,5Yd, I = 100, G = 75, T = 50, X = 50, M = 25

Pertanyaan:
Berapa nilai YEq, C dan S?

214
MENGUKUR PENDAPATAN NASIONAL

Jawab:
YEq = C + I + G + X - M
Y = 250 + 0,5Yd + 100 + 75 + 50 - 25
Y = 450 + 0,5(Y - 50)
Y = 450 + 0,5Y - 25
Y - 0,5Y = 450 - 25
(1 - 0,5)Y = 425
Y = 425/0,5
YEq = 850

C = 250 + 0,5Yd
Jika Y = 850
maka,
C = 250 + 0,5(850-50)
C = 250 + 0,5(800)
C = 250 + 400
C = 650

S = -250 + 0,5Yd
Jika Y = 850
maka,
S = -250 + 0,5(850 - 50)
S = -250 + 400
S = 150

215
MENGUKUR PENDAPATAN NASIONAL

Daftar Pustaka
Mankiw, N. G. (2019). Macroeconomics. 10th Edition. New
York, NY: Worth Publishers/ Macmillan Learning.
McConnell, C. R., Brue, S. L., & Flynn, S. M. (2021).
Macroeconomics. New York, NY: McGraw-Hill
Education.
Nanga, M. (2005). Makroekonomi: Teori, Masalah, &
Kebijakan. Raja Grafindo Persada.
Samuelson, P. A. dan Nordhaus, W. D. (2010). Economics.
19th Edition. New York: McGraw-Hill/Irwin.
Sukirno, S. (2019). Makroekonomi: Teori Pengantar. Edisi
25. Rajawali Press.

216
MENGUKUR PENDAPATAN NASIONAL

Profil Penulis
Eranus Yoga Kundhani
Penulis menyelesaikan studi S1 pada Program
Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Satya
Wacana pada tahun 1999. Selanjutnya penulis
direkrut menjadi dosen pada Program Studi Ilmu
Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi
Universitas Kristen Satya Wacana. Ketertarikan pada bidang
Ekonomi Pembangunan, mendorong penulis melanjutkan studi
pada Program Studi S2 Studi Pembangunan, Fakultas
Interdisiplin, Universitas Kristen Satya Wacana, di tahun 2015.
Saat ini penulis sedang menempuh studi S3 pada Program Studi
Doktor Studi Pembangunan, Fakultas Interdisiplin, Universitas
Kristen Satya Wacana.
Penulis memiliki kepakaran di bidang Ekonomi Makro, Ekonomi
Pembangunan, dan Ekonomi Publik dan Kebijakan Fiskal.
Sebagai dosen profesional, penulis tidak hanya melakukan
pendidikan dan pengajaran, pengabdian kepada masyarakat,
namun juga aktif melakukan penelitian dan publikasi dalam
bidang yang ditekuni. Beberapa penelitian yang telah dilakukan
didanai oleh internal perguruan tinggi, pemerintah kabupaten/
kota, lembaga donor baik dalam negeri maupun negeri, serta
Kemenristek DIKTI. Selain itu, penulis juga aktif menulis buku
dengan harapan dapat memberikan kontribusi positif bagi
pengembangan ilmu pengetahuan bangsa dan negara
Indonesia.
Email Penulis: eranus.kundhani@uksw.edu

217
218
14
PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Irwan Moridu, S.E., M.M., CRA., CSF.


Universitas Muhammadiyah Luwuk

Pengertian Perdagangan Internasional


Saat ini tidak ada negara yang bisa hidup sendiri tanpa
kontak dengan negara lain. Setiap negara di dunia selalu
berhubungan dengan negara tersebut lainnya dengan
cara yang berbeda. Hubungannya adalah tidak hanya oleh
pemerintah, tetapi juga oleh bisnis dan individu.
Hubungan antar perusahaan, khususnya retail.
Transaksi dengan pihak dari beberapa negara disebut
ekonomi internasional (perdagangan internasional) atau
bisnis internasional (international business). Terutama
terlibat dalam perdagangan atau bisnis internasional
melalui transaksi penjualan dan transaksi penjualan
internasional ini menunjukan kegiatan impor/ekspor.
Jenis jual beli ini disebut aktivitas penjualan kegiatan
ekspor dan pembelian disebut impor. Penjual disebut
eksportir, pembeli disebut importir. Singkatnya, kegiatan
ini disebut impor/ekspor.
Kata ekspor merupakan tindakan dari sudut pandang
orang indonesia. Barang impor dikirim dari daerah pabean
indonesia di sisi lain, mengimpor barang dari luar negeri
ke bea cukai negara indonesia. Kegiatan jual beli dan
ekspor dari sudut pandang perusahaan impor adalah
kontrak yang timbul dari kontrak penjualan suatu
perusahaan hal itu terikat pada kontrak.

219
PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai


suatu transaksi perdagangan antar subyek ekonomi
nasional perekonomian negara lain baik dari segi barang
maupun jasa. Bagaimana tentang pelaku ekonomi yang
dimaksud adalah penduduk warga negara negara biasa,
perusahaan ekspor, perusahaan impor, perusahaan
industri, badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha
Milik Negara dilihat dari neraca perdagangan (Sobri,
2001).
Menurut (Mankiw, 2008) dunia yang didasarkan pada
keunggulan komparatif artinya perdagangan ini
bermanfaat karena mendorong semua negara untuk
melakukannya dengan spekulasi. Perdagangan
internasional juga didefinisikan sebagai proses
pertukaran - pertukaran berdasarkan kehendak sukarela
masing-masing pihak dia harus memiliki kebebasan
untuk memutuskan apakah dia menginginkannya
ataukah akan berdagang. Transaksi hanya terjadi ketika
tidak ada orang yang hadir sebagai penerima, tidak ada
pihak lain orang yang merugi, manfaat perdagangan
internasional ini disebut profit perdagangan atau
keuntungan perdagangan.
Pada dasarnya perdagangan internasional tentang
penawaran (ekspor) dan permintaan (impor) antar negara.
Dan saat mengekspor, negara menerima mata uang asing
sebagai pembayaran. Kegiatan pertukaran ini untuk
menggalang dana untuk kegiatan impor. Ekspor barang
dan diimpor ke negara lain dan sebaliknya (Budiono,
1999).
Perdagangan internasional adalah proses pembelian dan
penjualan barang dan layanan yang disediakan antara
pengguna ekonomi, pengguna ekonomi ini terdiri dari:
perusahaan impor / ekspor, perusahaan industri,
perusahaan negara sendiri. Masalah perdagangan
internasional lebih rumit dari perdagangan domestik hal
ini mungkin karena perdagangan internasional tidak
mungkin pemerintah campur tangan karena hanya akan
mempengaruhi satu sisi yang mungkin akan stabil.
Namun pada kenyataannya campur tangan pemerintah
dapat menjadi kendala perdagangan seperti tarif dan

220
PERDAGANGAN INTERNASIONAL

kuota barang impor. Kesulitan lain akan ada perbedaan


budaya, bahasa, mata uang, hukum, dll.
Impor dan ekspor merupakan prestasi penjual dalam
upaya pengiriman barang untuk pembeli di negara lain.
Ekspor dilakukan oleh penjual indonesia, impor, di sisi
lain, dilakukan oleh penjual luar negeri. Oleh karena itu,
ekspor dan impor pengiriman dari penjual ke pembeli
antar negara yang berbeda. Ini adalah elemen pertama
dari pelaksanaan kontrak penjualan antar perusahaan.
Dari sisi lain, faktor kedua adalah pembayaran dan faktor
ini biasanya dilakukan dengan valuta asing, yaitu alat
pembayaran luar negeri. Kontrak impor / ekspor serta
kontrak kerangka kerja berkaitan dengan hak dan
kewajiban para pihak yang terlibat. Eksportir wajib
menyerahkan barang kepada importir dan berhak
menerimanya pembayaran dari importir. Importir wajib
membayar adalah eksportir dan berhak menerima barang
dari eksportir.
Masalah mungkin terjadi dari masing-masing pihak hanya
ingin menikmati haknya sehingga akan memenuhi setiap
kewajiban. Perjanjian impor/ekspor pada dasarnya sama
jual beli biasanya terjadi dalam satu negara. Tetapi
beberapa hal, termasuk pembeli dan penjual, membuat
perbedaan antara ekspor dan impor perdagangan barang
dari satu negara, dipisahkan oleh perbatasan negara lain
tunduk pada berbagai peraturan seperti Bea cukai, dan di
sana berbagai perbedaan dalam bahasa, mata uang,
praktik perdagangan, dan hukum.
Teori Perdagangan Internasional
Konsep perdagangan internasional lahir sejak abad ke-17
dan ke-18 dalam kaitannya dengan perdagangan hukum
internasional yang melahirkan filsafat ekonomi disebut
merkantilisme. Merkantilis berpendapat bahwa satu-
satunya cara bagi sebuah negara untuk menjadi kaya dan
berkuasa adalah melalui perdagangan.
Ekspor sebanyak-banyaknya, jangan impor sebanyak-
banyaknya (Salvatore, 1997). Selain itu, beberapa teori
tentang perdagangan telah muncul secara internasional:

221
PERDAGANGAN INTERNASIONAL

1. Teori Keunggulan Mutlak


Teori keunggulan mutlak pertama kali dikemukakan
oleh adam. perdagangan bilateral keuntungan
mutlak, yaitu negara lebih efisien daripada negara lain
namun, bahan baku kurang efisien dibandingkan di
negara lain jika anda ingin menghasilkan produk lain,
kedua Negara untung dengan melakukan masing-
masing mengkhususkan diri dan menghasilkan
produk dengan manfaat tukarkan nilai absolut dan
itu dengan barang lain dengan kerugian. Tentu saja
(Salvatore, 1997). Melalui proses ini, kedua sumber
daya Negara dapat digunakan paling efisien. Gunakan
Produksi juga akan meningkat.
2. Teori keunggulan komparatif
Menurut prinsip bukunya david ricardo 1817 ekonomi
politik dan pajak (Salvatore, 1997), negara ini tidak
lebih efisien daripada (atau memiliki) kerugian absolut
dengan negara-negara lain dari dua produksi) bahan
baku, masih berdasarkan itu transaksi yang
menguntungkan kedua belah pihak. Negara perlu
berspesialisasi dalam pembuatan dan ekspor bahan
baku dan impor dengan kehilangan absolut kecil
bahan baku dengan kehilangan absolut.
3. Teori bagian dari faktor-faktor produksi
Teori komponen faktor konten ini juga disebut teori
saat ini. Hipotesis (ho) memiliki teori dua kondisi
penting sebagai dasar untuk munculnya perdagangan
internasional, yaitu ketersediaan faktor produksi dan
intensitas sesuai dengan penggunaan faktor-faktor
produksi atau faktor produksi pengadilan, negara
akan bertindak negara-negara lain, negara-negara
relatif kelebihan dengan kata lain, keuntungan dari
manfaat teknologi dan faktor produksi. Fondasi
manfaat perbandingan adalah sebagai berikut:
a. Kepemilikan faktor dasar, yaitu faktor produksi
b. Faktor kekuatan, yaitu teknologi yang digunakan
dalam proses produksi, kekuatan tenaga kerja

222
PERDAGANGAN INTERNASIONAL

atau intensitas modal. Analisis hipotesis ho


adalah sebagai berikut:
1) Harga atau biaya produksi artikel ditentukan
oleh angka-angka atau proporsi tingkat
produksi masing-masing negara.
2) Keunggulan komparatif dari jenis produk yang
unik setiap negara ditentukan oleh struktur
dan rasio faktor produksinya.
3) Setiap negara cenderung melakukan
spesialisasi produksi dan ekspor barang-
barang tertentu untuk negara tersebut ini
memiliki jumlah faktor produksi yang relatif
besar dan dapat dibeli dengan harga murah.
4) Jika tidak, setiap negara mengimpor barang
aman karena negara tersebut memiliki faktor
produksi relatif ini kecil dan mahal untuk
diproduksi.
4. Teori keunggulan kompetitif
Menurut Michael (Porter,1990) Keunggulan kompetitif
negara adalah kurangnya korelasi langsung antara
dua faktor (terhubung ke sumber daya alam yang
tinggi dan sumber daya manusia yang tinggi negara
yang murah daya saing perdagangan. Porter
menunjukkan bahwa ada empat atribut utama
menentukan mengapa industri tertentu bisa ketika
keberhasilan internasional tercapai, keempat atribut
adalah sebagai berikut:
a. Kondisi faktor produksi
b. Kondisi Permintaan dan Persyaratan Kualitas
Domestik
c. Mendukung keberadaan industri
d. Struktur strategi kompetitif dan struktur
perusahaan domestik
Negara keberhasilan umum tingkat internasional
kontak menggunakan situasi faktor produksi yang
baik persyaratan berkualitas tinggi, industri maju

223
PERDAGANGAN INTERNASIONAL

atau hilir persaingan - persaingan di kompetisi masa


depan. Keunggulan kompetitif ini biasanya tidak
didukung oleh atribut yang banyak. Keunggulan
karena keempat atribut secara aktif berinteraksi di
dalam negeri kesuksesan. Selain empat atribut di
atas, peran pemerintah ini adalah variabel penting.
5. Teori Transaksi Penawaran Dan Permintaan
Dasar-dasar Teori Permintaan dan Teori Penawaran
Perdagangan internasional adalah perdagangan
bilateral. Hal ini disebabkan oleh perbedaan antara
penawaran dan permintaan. Faktor penyebab
terjadinya transaksi Pasar internasional adalah
karena tuntutan yang berbeda Penawaran negara.
Perbedaan ini terjadi karena alasan berikut:
a. Tidak semua Negara dapat memiliki dan
memproduksi barang-barang tersebut
Diperdagangkan karena tidak ada faktor alam
nasional Dukungan untuk lokasi geografis dan
b. Perbedaan kemampuan negara dalam menyerap
bahan baku tentu saja pada tingkat yang lebih
efisien.
Penyebab Terjadinya Perdagangan Internasional
Menurut Setiawan dan Lestari (2011), faktor penyebab
perdagangan internasional diantaranya menjadi berikut:
1. Revolusi liputan dan transportasi
Ditandai menggunakan berkembangnya era liputan
teknologi, pemakaian sistem berbasis personal
komputer dan kemajuan pada bidang liputan,
penggunaan satelit dan digitalisasi pemrosesan data
berkembangnya alat-alat komunikasi dan masih
banyak lagi.
2. Interpendensi kebutuhan
Masing-masing negaa mempunyai keunggulan dan
kelebihan pada masing-masing aspek, sanggup dilihat
menurut asal daya alam, manusia, dan teknologi.
Semuanya itu akan berdampak dalam

224
PERDAGANGAN INTERNASIONAL

ketergantungan antar negara yang satu menggunakan


yang lainnya.
3. Liberalisasi ekonomi
Kebebasan pada melakukan transaksi dan melakukan
kerja sama mempunyai akibat bahwa masing-masing
negara akan mencari peluang menggunakan
berinteraksi melalui perdagangan anata negara.
4. Asas keunggulan komparatif
Keunikan suatu negara tercermin menurut apa yang
dimiliki sang Negara tadi yang nir dimiliki sang negara
lain. Hal ini akan membuat negara mempunyai
kenunggulan yang bisa diandalkan menjadi asal
pendapatan bagi negara tadi.
5. Kebutuhan devisa
Perdagangan internasional jua ditentukan sang faktor
kebutuhan akan devisa suatu negara. Dalam
memenuhi segala kebutuhannya setiap negara wajib
mempunyai cadangan devisa yang dipakai pada
melakukan pembangunan, galat satu asal devisa
merupakan pemasukan menurut perdagangan
internasional.
Masih dari Setiawan dan Lestari (2011), adapun beberapa
faktor pendorong perdagangan internasional diantaranya:
1. Perbedaan Sumber Daya Alam
2. Teknologi
3. Perbedaan Kapasitas Produksi
4. Efisiensi Biaya
5. Perbedaan Selera.
Sukirno (2009) menyebutkan terdapat delapan faktor
yang mendorong terjadinya perdagangan internasional,
diantaranya menjadi berikut:
1. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa pada
negeri

225
PERDAGANGAN INTERNASIONAL

2. Keinginan memperoleh laba dan menaikkan


pendapatan negara
3. Adanya disparitas kemampuan dominasi ilmu
pengetahuan dan teknologi pada mengelola asal daya
ekonomi
4. Adanya kelebihan produk pada negeri shingga perlu
pasar baru
5. Adanya disparitas keadaan misalnya asal daya alam,
iklim, tenaga kerja, budaya dan jumlah penduduk
yang mengakibatkan adanya disparitas output
produksi dan adanya keterbatasan produksi.
6. Adanya kecenderungan kesukaan terhadap suatu
barang
7. Keinginan membuka kerja sama, interaksi politik dan
dukungan menurut negara lain
8. Terjadinya era globalisasi sebagai akibatnya nir satu
negara pun pada global bisa hayati sendiri.
Manfaat Perdagangan Internasional
Setiap negara yang berdagang dengan negara lain pasti
akan melakukannya ini membawa manfaat berikut untuk
negara: (Setiawan dan Lestari, 2011)
1. Meningkatkan hubungan persahabatan antar negara
perdagangan antar negara dapat membangun
hubungan persahabatan. Jika hubungan ini terjalin
dengan baik, dapat meningkatkan hubungan
persahabatan antara negara-negara ini. Antar negara
bisa lebih mengenal satu sama lain saling membantu
ketika berjuang untuk saling memuaskan
membutuhkan.
2. Dapat memenuhi kebutuhan negara mana pun dalam
perdagangan internasional, negara masuk cacat
dalam pembuatan barang dapat dikompensasikan
dengan impor barang dari negara-negara
berpenghasilan surplus. Di sisi lain, negara-negara
penghasil surplus dapat mengekspor barang ke
negara-negara yang kekurangan pasokan. Dengan

226
PERDAGANGAN INTERNASIONAL

cara ini, kita dapat memenuhi kebutuhan masing-


masing negara.
3. Memaksimalkan produksi produk salah satu tujuan
negara perdagangan internasional adalah
memperluas pasar luar negeri. Ketika pasar luar
negeri menjadi lebih luas, setiap Negara berencana
untuk meningkatkan produksi dalam negeri. Untuk
alasan ini, pengusaha didorong untuk memproduksi
lebih banyak barang memperbaiki.
4. Memajukan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi perdagangan antar negara memungkinkan
Negara pelajari teknologi produksi yang lebih efisien.
Perdagangan luar negeri mengizinkan negara untuk
mengimpor mesin dan peralatan teknologi modern
untuk menerapkan teknologi produksi dan metode
produksi lebih baik. Dengan demikian, teknologi yang
lebih modern dapat meningkatkan produktivitas dan
dapat mengadakan spesialisasi produksi.
5. Setiap negara dapat mengadakan spesialisasi
produksi perdagangan internasional dapat mendorong
setiap negara sumber daya alam, tenaga kerja modal
dan keahlian secara maksimal. Suatu negara yang
memiliki produk unggulan, dapat bersaing dengan
produk dari luar negeri.
6. Perluasan lapangan kerja ketika pasar luar negeri
berkembang, produksi juga meningkat. Peningkatan
produksi meningkatkan kebutuhan pekerja
perusahaan menciptakan lapangan kerja baru dan
mengurangi pengangguran. Menurut apa yang
dikatakan di atas, menjelaskan beberapa manfaatnya.
Perdagangan internasional antara lain:
a. Terutama dengan eksportir produsen.
b. Peningkatan pada sisi ekspor akan meningkatkan
produksi akibatnya, peluang kerja baru tersedia.
c. Barang dikirim dan kemudian diposting modal
dalam negeri
d. Adanya alih teknologi dari dalam negeri ke dalam
negeri

227
PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Kebijakan Perdagangan Internasional


Menurut Nopirin (1999), kebijakan perdagangan
internasional adalah tindakan atau kebijakan ekonomi
pemerintah langsung atau secara tidak langsung
mempengaruhi komposisi, orientasi dan bentuk
perdagangan internasional. Langkah-langkah kebijakan
perdagangan internasional:
1. Kebijakan perdagangan internasional
Kebijakan perdagangan internasional mencakup
langkah-langkah rekening cek pemerintah Dari
neraca pembayaran, khususnya yang berkaitan
dengan ekspor Impor barang atau jasa. Misalnya, tarif
impor, bilateral Perjanjian perdagangan, dll.
2. Kebijakan pembayaran internasional.
Akun modal (modal Rekening) neraca pembayaran.
Contohnya adalah Pemantauan perdagangan valas
(manajemen mata uang) atau Manajemen lalu lintas
jangka panjang.
3. Kebijakan bantuan luar negeri.
Tindakan atau kebijakan pemerintah terkait dengan
Bantuan (subsidi), pinjaman (loan), bantuan tujuan
Rehabilitasi dan pembangunan dan dukungan
dukungan militer Negara-negara lain.
Dampak Positif dan Negatif Perdagangan Internasional
1. Dampak Positif
Negara pengekspor juga pengimpor menerima laba
berdasarkan adanya perdagangan internasional.
Negara pengekspor memperoleh pasar dan negara
pengimpor memperoleh kemudahan buat menerima
barang yang diharapkan. Adanya perdagangan
internasional jua membawa efek yang cukup luas bagi
perekonomian suatu negara. antara lain efek positif
perdagangan internasional (Ekananda, 2014)

228
PERDAGANGAN INTERNASIONAL

a. Mempererat persahabatan antar bangsa.


Perdagangan antar Negara menciptakan tiap
negara memiliki rasa saling membutuhkan dan
rasa perlunya persahabatan negara-negara yang
bersangkutan.
b. Menambah kemakmuran negara. Perdagangan
internasional bisa menaikan perdagangan
masing-masing.
c. Menambah kesempatan kerja. Dengan adanya
perdagangan antar negara, negara pengimpor
menerima manfaat, yaitu nir perlu menghasilkan
barang yang diharapkan sebagai akibatnya asal
daya yang dimiliki bisa dipakai buat hal-hal yang
lebih menguntungkan.
d. Mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Perdagangan internasional mendorong
pembuat buat menaikkan mutu hasil
produksinya.
e. Sumber pemasukan kas negara. Perdagangan
internasional bisa menaikkan asal devisa negara.
bahkan, masih banyak negara yang
mengandalkan asal pendapatan berdasarkan
pajak impor dan ekspor.
f. Menciptakan efisiensi dan spesialisasi,
perdagangan internasional membentuk
spesialisasi produk. Negara-negara yang
melakukan perdagangan internasional tidak perlu
menghasilkan seluruh barang yang diharapkan.
g. Memungkinkan konsumsi yang lebih luas bagi
penduduk suatu Negara menggunakan
perdagangan internasional, rakyat negaranya bisa
menikmati barang-barang yang berkualitas tinggi
yang nir diproduksi pada dalam negeri.
h. Memperoleh devisa. Dengan ekspor barang atau
jasa kita akan memperoleh devisa.
i. Memperoleh kesempatan kerja. Kegiatan produksi
selalu membuka kesempatan kerja, terlebih bila

229
PERDAGANGAN INTERNASIONAL

produksi barang buat diekspor kesempatan kerja


akan semakin luas.
j. Menstabilkan harga. apabila harga suatu
komoditas didalam negeri tinggi.
2. Dampak Negatif
Kehadiran perdagangan internasional mempengaruhi
negara Negara di dunia. Karena dampak buruk dari
perdagangan internasional (Ekananda, 2014).
a. Semakin rendah komunitas, pelepasan ciri khas
produk domestik dan kalah karena kehilangan
kualitas produk.
b. Ketergantungan negara-negara maju yang
menghasilkan produk, angka yang lebih tinggi,
kualitas dan teknologi telah dikalahkan demikian
pula, itu diproduksi di negara ini.
c. Banyak industri kecil tidak bisa bersaing untuk
menjadi yang lebih baik, ini karena tidak dapat
menggunakan produk impor.
d. Ada persaingan yang tidak sehat dan perdagangan
internasional, praktik dumping, bea masuk dan
spesial.
e. Ada pola konsumsi masyarakat yang meniru
konsumsi pemerintah menjadi lebih canggih
mengubah perilaku konsumen penduduk negara
impor produk berteknologi tinggi. Hasil polanya
kurangnya tabungan masyarakat untuk
konsumsi dan investasi.

230
PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Daftar Pustaka
Boediono, (1999). Teori Pertumbuhan Ekonomi, BPFE UGM
Yogyakarta
Ekananda Mahyus. (2014). Ekonomi Internasional.
Jakarta: Erlangga
Mankiw N, Gregory. (2008). Principles of Microeconomics,
Fifth Edition, South Western Cengage Learning
Nopirin. (1999). Ekonomi Internasional. Edisi Ke-3.FEB
UGM. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta
Porter, Michael E. (1990). The Competitive Advantage of
Nations. The MacMillan Press Ltd
Salvatore, Dominick, (1997). Ekonomi Internasional. Ahli
bahasa Drs. Haris Munandar. Edisi Kelima, Jakarta:
PT. Erlangga
Sobri. (2001). Ekonomi Internasional: Teori Masalah dan
Kebijaksanaannya. BPFE-UI: Yogyakarta
Sadono Sukirno, (2009). Makro Ekonomi Teori Pengantar,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Setiawan, Heri. Lestari, Sari. (2011). Perdagangan
Internasional. Yogyakarta: Pustaka Nusantara

231
PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Profil Penulis
Irwan Moridu
Lahir pada tahun 1987 di Luwuk, Kabupaten
Banggai, Sulawesi Tengah adalah dosen tetap di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Manajemen Universitas Muhammadiyah Luwuk.
Menamatkan Pendidikan Sarjana Pada Fakultas
Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Luwuk tahun 2012 dan
Program Magister Dalam Bidang Ilmu Manajemen di Universitas
Muslim Indonesia Makassar pada tahun 2015.
Penulis pernah 2 kali mendapatkan hibah dari penelitian dosen
pemula yang didanai oleh Kemenristek Dikti yaitu tahun 2017
dan 2018, serta hibah Pengabdian Kepada Masyarakat pada
tahun 2019. Penulis memiliki kepakaran dalam bidang
manajemen khususnya keuangan dan fokus dalam penulisan
buku serta artikel ilmiah baik nasional maupun internasional.
Email Penulis: irwanmoridu@gmail.com

232
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai