Anda di halaman 1dari 257

TOKSIKOLOGI PENGANTAR

Tahoma Siregar, Msi., Apt.

1
Toksikologi Pengantar
• Toksikologi : Ilmu pengetahuan mengenai kerja
senyawa kimia yang merugikan terhadap organisme
hidup.
• Toksikologi adalah cabang dari Farmakologi
• Toksikologi : ilmu pengetahuan tentang interaksi antara
senyawa kimia dengan organisme hidup
• Toksikologi adalah ilmu tentang efek-efek merugikan zat
kimia pada organisme hidup.
• Setidaknya ada 100.000 zat kimia digunakan oleh
manusia. Tiap tahun juga disintesis zat kimia baru, bisa
1000 per tahun. Zat zat kimia ini disebut xenobiotic
(xeno=asing). Penilaian keamanan xenobiotic hampir
selalu merupakan perkiraan saja. 2
Toksikologi Pengantar
• Parasetamol telah digunakan berpuluh tahun,
setelah puluhan tahun, keracunan parasetamol
dapat terjadi kerusakan sel hati, dapat fatal efeknya.
• Selain oleh faktor dosis, keracunan juga dapat
terjadi berdasarkan kelainan genetik (primakuin,
INH, suksinilkolin) atau oleh defisiensi enzim pada
neonatus primer (kloramfenikol). Pemberian obat,
zat kimia baru dengan kombinasi, sulit diramalkan
toksisitasnya.

3
Keamana Zat Kimia
• Gejala toksik pertama ditentukan pada hewan coba
melalui penelitian toksisitas akut dan subkronik, untuk
memastikan kealinan yang dapat ditimbulkan. Uji ini
untuk meramalkan kemungkinan toksik pada manusia
dengan dosis yang lebih kecil, selanjutnya ditentukan
dosis terbesar dalam mg/kg bb/hari yang tidak
menimbulkan efek merugikan pada hewan coba / No
Effect Level/NEL atau No (Observed) effect Lefel /NOEL.
• NEL : Jumlah atau konsentrasi zat kimia dalam
penelitian/observasi yang tidak menimbulkan kelainan
buruk/perubahan morfologi atau fungsi organ,
pertumbuhan, perkembangan maupun lama hidup
hewn coba.
• Faktor keamanan dari manusia ke tikus sebesar 100.
(digunakan factor 10 x 10. 10 pertama perbedaan
manusia ke tikus, 10 kedua perbedaan antar manusia)4
Keamana Zat Kimia
• Bila NEL dibagi 100 diperoleh batas keamanan yang
disebut Acceptable Daily Intake (ADI)
NEL
• ADI = = mg/kgBB/hari
100
• ADI : dosis suatu zat kimia terbesar dalam
mg/kgBB/hari, yang dapat diberikan setiap hari
seumur hidup, diperkirakan tidak menimbulkan
efek kesehatan yang buruk pada manusia.

5
Klasifikasi keracunan
Menurut cara terjadinya keracunan :
• Self poisoning : pasien makan obat berlebihan dengan
pengetahuannya bahwa dosis obat ini tidak berbahaya,
pasien tidak bermaksud bunuh diri, menarik perhatian
linkungan saja
• Attempted suicide, pasien bermaksud bunuh diri, bisa
berakhir dengan kematian atau sembuh kembali bila
salah tafsir dosis dimakannya.
• Accidental poisoning. Keracunan karena kecelakaan,
tanpa factor sengaja sama sekali.
• Homicidal poisoning, keracunan akibat tindakan
kriminal yaitu seseorang dengan sengaja meracuni
orang lain. 6
Klasifikasi keracunan/toksikologi
Menurut mula waktu terjadinya keracunan/lama
waktu terpapar :
• Keracunan akut : lebih mudah dikenal, terjadi
mendadak setelah makan suatu obat/absorbsi zat
toksik.
• Keracunan kronik, diagnosa sulit karena gejalanya
timbul lama dan perlahan setelah terpajan. Gejala juga
dapat akut setelah diberi beberapa kali (untuk zat t1/2
panjang, diekskresi lebih dari 24 jam sehingga
terakumulasi). Efek toksik kronik, terpapar
lama/berulang, mencapai konsentrasi toksik, akhirnya
timbul keracunan. Toksisitas jangka waktu panjang,
contoh oleh kerja zat bersifat karsinogenik / mutagenik
7
Klasifikasi keracunan
Menurut organ yang terdampak
• Racun SSP, Racun Jantung, racun hati, racun ginjal,
dan lain-lain.
• Seringkali racun pada berbagai organ, contoh
karbon tetraklorida bersifat toksik terhadap hati,
ginjal dan jantung.
Menurut Jenis bahan kimia
• Golongan alcohol, fenol, logam berat, organoklorin
dll

8
Gejala dan diagnose keracunan
• Berdasarkan zat racun

9
Toksikologi Pengantar
• Bidang toksikologi
– Ahli toksikologi deskriptif, melakukan uji toksisitas untuk
memperoleh informasi yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi risiko akibat pajanan bahan kimia yang
terjadi pada manusia dan lingkungan.
– Ahli toksikologi mekanistik, menentukan bagaimana
bahan kimia memberikan efek membahayakan pada
organisme hidup.
– Ahli toksikologi regulasi, menilai apakah suatu obat atau
zat kimia lainnya mempunyai resiko cukup rendah,
untuk membenarkan obat dapat digunakan.
10
Toksikologi Pengantar
• Bidang toksikologi penting untuk kedokteran;
– Toksikologi forensik, menggabungkan kimia analitik dan
toksikologi dasar, menekankan aspek-aspek medikolegal
bahan kimia. Membantu dalam penyelidikan
postmortem untuk menentukan penyebab dan kondisi
kematian.
– Toksikologi klinis, menekankan penyakit yang disebabkan
oleh atau berhubungan khusus dengan zat toksik.

11
Toksikologi Pengantar
• Interaksi zat aktif dengan organisme hidup perlu
diperhatikan ;
– Kerja farmakon (senyawa aktif)-Farmakodinamik
atau toksodinamik
– Farmakokinetik / toksokinetik (pengaruh
organisme terhadap zat aktif)
• Senyawa pada dosis toksik----- Racun
• Setiap zat berpotensi racun, tergangtung dosis.
• Penentuan dosis/konsentrasi subtoksik penting,
guna menghindari eksposisi/pemaparan sehingga
kerusakan dapat dihindari. 12
Toksikologi Pengantar
• Risiko keracunan bergantung pada
– Sifat zat
– Kemungkinan kontak dengan zat racun
– Jumlah diabsorbsi—ditentukan cara terpapar
(oral, hirup, kulit, dll)
– Waktu kontak/lama kontak dengan zat racun

13
Toksikologi Pengantar
• Tugas ahli toksikologi
– Pencegahan
– Cara mengatasi / pengobatan

14
Toksikologi Pengantar
• Penggolongan toksikologi berdasarkan jenis zat dan
keadaan yang mengakibatkan kerja toksik ;
– Toksikologi obat
– Toksikologi zat aditif (menimbulkan ketergantungan)
– Toksikologi bahan makanan
– Toksikologi pestisida
– Toksikologi industri
– Toksikologi lingkungan
– Toksikologi aksidental
– Toksikologi perang
– Toksikologi sinar
15
Toksikologi Pengantar
• Toksikologi obat dan Kombinasi obat, mencakup;
– Kerja /efek tidak diinginkan
– Keracunan akut karena dosis berlebih
– Pengujian obat potensial menyebabkan toksik
dan toleransi pada fase pre klinik

16
Toksikologi Pengantar
• Toksikologi zat aditif
– Jumlah orang ketergantungan meningkat,
mengakibatkan dampak sosial politik
– Merokok-Menyebabkan kanker paru, gangguan
jantung dan peredaran darah
– Psikoaktif- Menyebabkan kebobrokan mental
– Contoh; Penyalagunaan marihuana, morfin,
Ekstasi/Metilendoksimetamfetamin/MDMA,
heroin, alkohol.

17
Toksikologi Pengantar
• Toksikologi bahan makanan
– Memeriksa bahan bahan makanan, mungkin ada
ada zat tambahan merugikan, misal ; bahan
pengawet, zat warna, bahan pengikat, korigensia
rasa, residu antibiotik
– Toksikologi kekurangan makanan (sering di
negara berkembang) atau kelebihan makanan
(sering penyebab kematian di negara maju)

18
Toksikologi Pengantar
Toksikologi Pestisida
• Pestisida yaitu pembasmi yang digunakan
pada pengganggu tanaman. Termasuk :
– Fungisida (cth; difekonazol, frofikenazol) ;
– Rodentisida/membunuh binatang pengerat spt tikus (cth
; senyawa arsen, thalium sulfat) dan
– Insektisida digunakan untuk membunuh serangga
(senyawa organoposafat : Cth; chlorpyrifos, diazinon,
dichlovis, malathion) , organoklorin (Cth; lindane,
chlordane dan DDT), karbamat (cth ; bendiokarbamat),
pirethrin/pirethroid sintetik (cth ; permethrin).
19
Toksikologi Pengantar
• Toksikologi pekerjaan
– Mencakup semua jenis keracunan dalam pekerjaan.
– Berhubungan dengan unsur kimia di tempat kerja.
– Melindungi keracunan / proteksi bagi pekerja,
dengan menentukan batas toleransi untuk tiap zat
beracun dalam ppm.
– Pekerja dapat terpapar saat sintesis, manufaktur,
pengemasan dan penggunaan di tempat kerja
– Penyakit yang sering terjadi akibat toksikologi
pekerjaan : penyakit kulit dan saluran pernapasan.
20
Toksikologi Pengantar
• Nilai ambang batas (threshold limit value /TLV), dalam bagian
per juta (part per million / ppm) atau mg/m3, ada 3 kategori
berdasarkan kondisi paparan ;
1. Threshold Limit Value-Time Weighted Average (TLV-TWA) adalah
konsentrasi untuk jam kerja normal 8 jam/hari atau 40 jam/
minggu tanpa membahayakan
2. Threshold Limit Value-Short Term Eksposure Limite (TLV-STEL)
adalah konsentrasi yang tidak dapat dilampaui selama 15 menit
perode paparan.
3. Threshold Limit Value-Ceiling (TLV-C) adalah konsentrasi yang
tidak dapat dilalui walaupun singkat.
• Pedoman ini selalu dievaluasi sesuai informasi yang terbaru.
• Sekitar 600 bahan kimia telah ditetapkan nilai ambang
batasnya.
• Tugas : Cari bahan kimia dengan batasan yang dijinkan dalam
ppm, termasuk cemaran pada Ranitidin, yaitu NDMA.
21
Nilai Ambang Batas (NAB) zat kimia di udara tempat kerja :
No. Bahan Kimia Nilai Ambang Batas Keterangan
(ppm)
1. Etanolamin 3 ppm -

2. Karbon Monoksida (CO) 25 ppm -

3. Benzen (Benzol) 10 ppm Zat kimia yang diperkirakan


karsinogen untuk manusia
4. Nitrogen dioksida 3 ppm Zat kimia yang belum cukup bukti
untuk diklasifikasikan karsinogen
terhadap
manusia ataupun binatang
5. Aseton 750 ppm Paparan singkat yang
diperkenankan : 1000 ppm

Sumber :
Badan Standardisasi Nasional (BSN), 2005, Standar Nasional Indonesia (SNI) : Nilai 22
Ambang Batas (NAB) Zat Kimia di Udara Tempat Kerja, SNI 19-0232-2005.
Toksikologi Pengantar
• Toksikologi lingkungan
– Mengkaji potensi dampak unsur kimia berbahaya
dalam bentuk polutan terhadap lingkungan dan
makhluk hidup.
– Lingkungan mencakup udara, tanah, air.
– Polutan adalah unsur yang terdapat dilingkungan
yang berdampak membahayakan organisme
hidup.
– Pencemaran lingkungan menyebabkan lesi toksik
pada manusia, perubahan biosfer atau
lingkungan luar. 23
Toksikologi lingkungan
• Pencemaran lingkuan : limbah plastik yang stabil,
limbah nuklir (aktif ratusan tahun), gas buang
kendaraan bermotor, gas cerobong industri, tinja,
detergen, bahan kimia rumah tangga, penebangan
hutan.
• Contoh pencemaran lingkungan (penelitian);
– Lumpur mencemari instalasi penjernihan air (membawa
logam berat).
– Limbah logam merkuri (Hg) dari Industri mencemari
perairan, yang dapat mencemari ikan.
• Ekotoksikologi : perluasan toksikologi lingkungan,
berhubungan dengan dampak terhadap populasi
organisme hidup atau terhadap ekosistem. 24
Toksikologi Pengantar
• Toksikologi aksidental, seperti ;
– Kecelakaan karena zat beracun, serta
penggunaannya untuk tujuan kriminal.
– Keracunan oleh bahan kimia rumah tangga dan
obat yang disimpan di tempat yang mudah
dicapai anak-anak
– Keracunan tidak disengaja
– Keracunan dengan maksud bunuh diri

25
Toksikologi Pengantar
• Kedokteran forensik, termasuk;
– Penentuan kadar alkohol dalam nafas atau dalam
darah
– Identifikasi zat dicurigai obat bius
– Identifikasi doping pada olahragawan
– Identifikasi zat pada mayat, dugaan pembunuhan
atau usaha pembunuhan.

26
Toksikologi Pengantar
• Toksikologi Perang, termasuk;
– Senjata nuklir, biologi dan kimia
– Penggunaan racun tanaman secara militer
– Gas air mata (untuk membubarkan demonstrasi)
• Toksikologi sinar, termasuk;
– Penggunaan reaktor nuklir
– Penggunaan isotop radioaktif dalam kedokteran
dan industri

27
Baca Bab Toksikologi di buku Farmakologi.
TERIMA KASIH

28
Tahoma Siregar
 Adverse effects
 Meneyebabkan beberapa perubahan dari keadaan
normal organisme
 Tergantung jumlah senyawa aktif pada tempat target
(target site) dengan waktu kontak cukup
 Racun
 Beberapa senyawa mampu menghasilkan respons
melukai/mencederai pada sistem biologik
 Organisme hidup
 Sekelompok binatang atau tanaman air pada suatu
tempat sasaran / target sites.
 Semua bahan adalah racun; Pada prinsipnya
tidak ada bahan yang tidak racun. Hanya
dosis yang membedakan racun dan obat
 Paracelsus (1493-1541)
Udara, air dan polutan
 Polutan udara adalah CO, oksida, nitrogen, SO2,
hidrokarbon, dan partikulat. Sumber utama dari alat
transportasi, proses industri, sumber tenaga listrik dan
pemanas rumah dan bangunan.
 Polutan bahan organik, hidrokarbon seperti benzo (a)
pyrene yang dihasilkan oleh pembakaran tidak
sempurna.
 Partikulat adalah campuran heterogen, sering kali
dalam bentuk asap. Partikulat penting sebagai
pembawa hidrokarbon yang diadsorbsi selain itu juga
penyebab iritasi pada sistem pernapasan
menimbulkan iritasi paru-paru seperti : peroxyacetyl
nitrat, acrolein, dan formaldehida
 Bahan kimia pertanian yang ditemukan dalam air :
insektisida seperti diklorinasi hidrokarbon,
organophosphates, dan carbamates.
 Diklorinasi senyawa hidrokarbon seperti : DDT, Chlordane,
dan dieldrin, sekarang angka kejadian keracuanan ini
berkurang karena dibatasi penggunaan di Amerika Serikat,
juga di Indonesia.
 Pesticidies lain termasuk herbicidies, fungisida,
nematocides, dan redonticides.
 Pupuk meskipun kurang berbahaya/beracun, namun
berkontribusi terhadap masalah lingkungan seperti sebagai
eutrofikasi (masalah lingkungan hidup oleh limbah fosfat,
khususnya dalam ekosistem air tawar). Dalam beberapa
kasus, titik sumber bahan kimia untuk pertanian adalah
pertanian/perkebunan . Pencemaran di sungai sering terjadi.
 Hydrokarbon Berat molekul rendah terhalogenasi
seperti kloroform, dichloroethane, dan karbon
tetraklorida dapat masuk ke saluran air sebagai
cemaran.
 Kontaminan pada makanan, kedelai, senyawa dalam
makanan diproses. Racun bakteri seperti eksotoksin
dari Clostridium botulinum. Cotoxins seperti ;
aflatoxins dari Aspergillus flavus. Residu pestisida dan
residu dari makanan hewan sebagai bahan tambahan
makanan seperti dietilstilbestrol dan antibiotik, untuk
avariety bahan kimia industri seperti
PCB/polychlorinated biphenyl compound dan
polyborminated bifenil (untuk buat plastik).
 Bahan kimia ditambahkan pada makanan sebagai
pengawet, diantaranya antibakeri, antifungi, atau
antioksidan; untuk mengubah karakteristik fisika, untuk
proses; untuk mengubah rasa; untuk mengubah warna dan
bau.
 bahan tambahan pada makanan mempunyai bukti
menyebabakan keracunan kronik.
 Banyak diketahui dari uji beberapa bahan – bahan tambahan
ketika dilakukan pengujian keracunan teramati relatif
sederhana dampaknya, bagaimanapun ringannya efek,
dalam jangka panjang kemudian bisa menjadi racun. Tabel
1.1 memberikan contoh bermacam-macam tipe zat
tambahan organik pada makanan.
 Zat anorganik, sangat penting seperti nitrat dan nitrit.
Tabel 1.1 contoh bahan kimia organik pada makanan
Fungsi Kelas Contoh
Pengawet Antioksidan Butilated hidroksianisol
Asam askorbat
Antifungi Metil p-asam benzoat
Propionat
Pembantu proses Anticaking Kalsium silikat
Sodium aluminosilikat
Pengemulsi Propilen glikol
Monogliserida
Khelatin EDTA
Sodium tartrat
Stabilisator Gum ghatti
Sodium alginat
Humektan Propilen glikol
Gliserol
Tabel 1.1 contoh bahan kimia organik pada makanan

Fungsi Kelas Contoh


Modifikasi Bahan pemanis Sakarin
aroma dan sintetik Manitol
rasa Aspartam
Piperonal
Bahan pengaroma Vanilin
sintetik
Modifikasi Bahan celup sintetik Tartrazine (FD&C yellow 5)
warna Sunset yellow
Tabel 1.1 contoh bahan kimia organik pada makanan

Fungsi Kelas Contoh


Suplemen Vitamin Tiamin
nutrisi Vitamin D3
Asam amino Alanin
Asam aspartat
Bahan Manganis sulfat
anorganik Zinc sulfat
 Semua obat adalah racun pada dosis yang sama dan dapat
memiliki efek merusak pada manusia.
 Pada penyalahgunaan Obat, kedua fungsi diambil di tingkat
dosis obat atau lebih tinggi daripada yang dibutuhkan untuk
terapi. Beberapa obat dalam penyalahgunaan dapat
mempengaruhi fungsi saraf, seperti gangguan mood,
ketergantungan fisik, pada overdosis dapat kejadian fatal.
 Obat kerja pada depresan sistem saraf pusat (SSP) seperti
etanol, methaqualone (quaalude), dan secobarbital, CNS
perangsang seperti kokain, metamfetamin (stimulan), kafein
dan nikotin, opioid seperti heroin, morfin, dan meperidine
(demero) dan halusinogen seperti asam diethylamide lisergat
(LSD), phencyclidine (PCP), dan tetrahydrocannabinol (THC),
ganja.
 Banyak dari penyalahgunaan narkoba disintesis di laboratorium
dan tidak cukup dilengkapi dengan atau tanpa kontrol kualitas.
 struktur beberapa senyawa ditunjukkan pada Gambar, 1.3.
 Pada umumnya semua obat terapeutik bersifat racun,
beberapa dosis tertentu menghasilkan efek samping.
 Tingkat berbahayanya tergantung oleh beberapa
faktor masing-masing individu, termasuk respon
alamiah terhadap racun, dosis menghasilkan respon
racun dan hubungan antara dosis terapeutik dan dosis
racun.
 Tingkat toksik racun dipengaruhi dari semua factor
yang mempengaruhi toksisitas pada xenobiotik,
termasuk perbedaan perorangan (genetic), diet, usia
dan adanya senyawa kimia eksogen lain.
 Penggunaan obat sebagai terapeutik
dipertimbangkan mana lebih besar manfaat dari
kerugian. Belum adanya terapi yang lebih baik.
 Sitotoksik yang digunakan dalam perawatan kanker
semuanya mengandung sifat karsinogenik. Sebagai contoh
melpalen, Nitrogen, Adriamycin,antibiotic antitumor dan
Methotrexate, antimetabolit. Diethylstilbestrol (DES), suatu
obat yang dulu biasa digunakan telah diketahui
berhubungan dengan kanker serviks dan vagina pada wanita
yang dirawat.
 Nyeri sendi disertai kerusakan saraf optic (SMON-subacute
myelo-neuropati optic) yang dulu sering terjadi di Jepang
pada tahun 1960-an yang ternyata efek samping racun dari
Kloroquin (Enterovioform), suatu obat anti diare.
 Teratogenik biasanya juga disebabkan oleh obat dengan
talidomid, sebagai contoh yang paling populer.
 Efek pada kulit (dermatitis) adalah efek samping yang biasa
dari obat. Sebagi contoh pada kasus kortikosteroid yang
dioleskan secara topical.
 Sejumlah efek racun pada darah telah
didokumentasikan, termasuk agranulocytosis
disebabkan oleh chlorpromazine, anemia hemolitik
yang disebabkan oleh methyldopa, dan anemia
megaloblastik yang disebabkan oleh metotreksat.
Efek toksik pada mata juga telah dicatat, efek
retinotoxicity thioridazine pada penderita
glaukoma disebabkan oleh kortikosteroid sistemik.
 Harus ditekankan bahwa, pada umumnya
terapeutik dapat terjadi toksisitas, bila melebihi
ambang batas pemakaian.
 Sejumlah bahan kimia masuk ke dalam tubuh.
Biasanya diberikan dalam satuan mg zat kimia/kilo
gram bobot badan = mg/kg
 Dosis racun yang masuk ke organisme hidup,
tergantung atas ;
 Konsentrasi di lingkungan
 Sifat fiki racun
 Frekuensi terpapar
 Lama terpapar
 Rute terpapar
 Derajat dan spektrum respons tergantung pada
jumlah dosis racun dikonsumsi dan kondisi
organisme/orang yang terpapar.
 Perubahan dari keadaan normal, dapat terjadi pada
tingkat molekular, sellular, organ atau pada
organisme sebagai Simptom
 Lokal vs. Sistemik
 Reversibel vs ireversibel
 Graded vs quantal (mutu vs jumlah)
 Tingkat kerusakan vs semua atau tidak
 Dosis bertingkat diberikan pada suatu individu,
menghasilkan respons yang lebih besar bila dosis
ditingkatkan.
 Meningkatnya dosis racun demikian juga respons
 Dosis menentukan respon biological
 Jumlah dan lama pajanan mempengaruhi, Cth;
 Kadmium (Cd) dalam dosis tunggal besar
menginduksi gangguan saluran cerna.
 Cd dalam jumlah kecil dan berulang, dapat
mengakibatkan gangguan ginjal.
 Respons quantal dapat diartikan sebagai
gradient/kemiringan bila data dari populasi
digunakan
 Jika Mortality (kematian) adalah sebagai
respons, dosis menyatakan dimana 50 %
populasi mati dapat diperoleh dari kurva.
 Perbedaan diantara zat racun dapat
dibandingkan potensinya, dimana dosis sangat
kecil memberikan efek racun adalah sangat
poten.
Bahan kimia LD50 (mg/kg)

Etil alkohol 10.000

NaCl 4.000

Fero sulfat 1.500

Morfin sulfat 900

Striknin sulfat 150

Nikotin 1

Black widow 0,55

Kurare 0,5

Rattle snake 0,24

Dioxin (TCDD) 0,001

Toksin botulinum 0,0001


 Ingestion (Saluran gastrointestinal); oral, sub
lingual
 Inhalasi (Paru-paru)
 Dermal / Topikal (Kulit)
 Injeksi
 IV, IM,IP
 Keefektifan rute paparan : IV > Inhalasi > IP > IM >
Ingestion > Topikal
Akut < 24 jam biasanya 1 kali paparan
Subakut 1 bln dosis berulang
Subkronik 1-3 bln dosis berulang
Kronik > 3 bln dosis berulang

 Lama kontak berlebihan (over time), jumlah bahan


kimia dalam tubuh dapat meningkat, bila bahan
kimia mengalami redistribusi, atau bahan kimia
mengalami mekanisme pemindahan (removal) dan
perbaikan redistribusi yang mengakibatkan zat
meningkat.
 Setiap organisme dapat terpapar pada
toksikan/zat racun, Senyawa racun masuk ke
dalam tubuh dan kemudian mencapai tempat kerja
dalam bentuk senyawa aktif dan menyebabkan
efek merugikan / adverse effect.
 Tubuh memiliki alat pertahanan :
 Membran barier
▪ Difusi pasif dan difasilitasi, transport aktif
 Enzim biotransformasi, antioksidan
 Mekanisme eliminasi
 Kemampuan bahan kimia masuk ke darah (darah
dalam keseimbangan dengan jaringan)
 Inhalasi- gas mudah masuk ke aliran darah melalui
alveoli (Luas permukaan alveolar, kecepatan aliran
darah, dan kedekatan / proximity darah ke udara
alveolar)
 Ingestion–absorbsi melewati saluran GI stomach
(asam), usus halus (waktu kontak lama, area
permukaan luas—villi; senyawa base, dan memerlukan
transporter)
 1st pass Effect (hati dapat memodifikasi)
 Dermal – absorbsi melalui epidermis (stratum
corneum), kemudian dermis, lokasi dan kondisi kulit
 Darah membawa zat ke dan dari tempat kerjanya,
tempat depot, organ-organ transformasi dan
organ-organ eliminasi.
 Laju distribusi (kecepatan) tergantung kepada
 Aliran darah
 Karakteristik toksikan (afinitas pada jaringan, dan
koefisien partisi).
 Distribusi dapat mengubah over time, lama waktu
tinggal di organ/tubuh.
 Tersimpan/akumulasi di jaringan adipose —
senyawa sangat lipofilik (spt ; DDT) akan tersimpan
di lemak. Mobilisasi lemak cepat
(kelaparan/starvation) dapat menyebabkan
konsentrasi dalam darah tinggi dengan cepat.
 Storage di tulang—Bahan kimia analog/mirip
dengan Calsium-fluoride, lead, strontium
 Terikat pada protein plasma-dapat menggeser
senyawa endogen. Hanya bentuk bebas dapat
menyebabkan adverse effect atau ekskresi
 Tidak semua organ dipengaruhi secara sama
 Lebih banyak organ target yang mudah terserang
 Konsentrasi zat aktif lebih tinggi
 Liver---aliran darah cepat, reaksi oksidasi
 Ginjal—aliran darah cepat, bahan kimia pekat
 Paru- aliran darah cepat, dapat terpapar
 Neurons-tergantung oksigen, kerusakan ireversibel
 Miokardium—tergantung oksigen
 Sum-sum tulang, mukosa intestinal—cepat
disebarkan
 Adverse effect dapat terjadi pada tingkat molekul,
sel, organ, atau organisme
 Secara molekular, kimia dapat interaksi dengan
Protein-protein, Lipid DNA
 Secara sellular, kemikal dapat
 Interferensi dengan ikatan ligand-reseptor
 Interferensi dengan fungsi membran
 Interferensi dengan produksi energi sellular
 Berikatan dengan biomolekul
 Mengganggu homeostasis (Ca)
 Proses dimana zat kimia (senyawa awal)
dimodifikasi oleh organisme dengan reaksi
enzimatik
 Tujuan utama – membuat zat kimia lebih mudah
larut air dan mudah diekskresi
 Penurunan kelarutan pada lemak
▪ Penurunan jumlah target
 Meningkatkan ionisasi
▪ Meningkat laju ekskresi menurunkan toksisitas
 Bioaktivasi—Biotransformasi dapat dihasilkan oleh
terbentuknya metabolit reaktif
 Organ utama untuk biotransformasi
 Liver (high)
 Paru-paru, Ginjal, Usus (medium)
 Lainnya (low)
 Jalur biotransformasi
 Fase I : Membuat toksikan lebih larut air
 Fase II : konyugasi ( berhubungan dengan kelarutan zat
endogenous)
 Ekskresi urin
 Produk larut air dikeluarkan dari darah melalui ginjal dan
diekskresi ke dalam urin.
 Exhalation
 Senyawa mudah menguap diekshalasi melalui pernapasan
 Ekskresi biliary melalui ekskresi fecal
 Senyawa dapat diekstraksi oleh hati diekskresi ke dalam
empedu. Empedu dialirkan ke dalam usus halus dan
dieliminasi sebagai feses
 Milk (ASI)
 Sweat (keringat)
 Saliva
UJI TOKSISITAS AKUT

Tahoma Siregar MSi.,Apt


Toksisitas akut
• Efek akut adalah efek yang timbul segera setelah pemaparan singkat suatu
bahan kimia.
• Pemaparan akut dapat berupa pemaparan tunggal ataupun berulang
dalam waktu yang singkat (umumnya kurang dari 24 jam).
• Efek akut adalah efek yang umumnya teramati dalam waktu bilangan jam
hingga hari, namun dalam beberapa kasus, dalam 2 minggu pertama.
Pemaparan akut terhadap suatu zat yang cepat terabsorbsi mungkin saja
menimbulkan efek toksik yang segera, tetapi pemaparan akut juga dapat
menghasilkan efek tunda
• Efek kronik adalah efek yang muncul hanya setelah pemaparan berulang-
ulang terhadap suatu zat, dan berbagai senyawa memerlukan waktu
pemaparan kontinyu yang berbulan-bulan.
Uji Toksisitas
Hewan coba
• Respons percobaan hewan coba terhadap uji toksisitas
sangat berbeda, hewan coba lazim digunakan adalah
strain tikus putih, kadang mencit dan dapat juga spesies
yang lebih besar seperti babi, anjing, kera.
• Tikus putih biasanya, umur 2-3 bulan, 180-200 gram.
Harus diaklimatisasi di lab, sehat. Uji dapat dengan
syarat specific pathogen free/SPF atau Caesarean
Orginated Barrier Sustained Animals (COBS) sehingga
terjamin kesehatannya.
• Patologik tikus dan manusia, sangat berbeda, namun
dengan hewan coba yang besar, konsekuensi biaya juga
lebih tinggi.
Uji Toksisitas akut
Toksisitas Akut
• Dengan single dose experiments, dievaluasi 3-14
hari, tergantug gejala yang ditimbulkan.
• Batas dosis dipilih sehingga diperoleh kurva dosis
respons yang dapat berwujud respons bertahap,
(misal ; mengukur lamanya waktu tidur) atau
respons kuantal (misalnya; jumlah hewan mati dari
satu kelompok). Lazimnya penelitian dilakukan 4-6
kelompok, sedikitnya 4 ekor/kelompok.
Toksisitas Akut
Toksisitas Akut
• Peningkatan dosis bisa log interval atau anti log
interval. Misalnya;
• Kelompok, dosis
I. 10 mg/kgBB
II. 15 mg/kgBB
III. 22.5 mg/kgBB
IV. 33.75 mg/kgBB
Diharapkan respons 10-90% dari hewan coba
Perhitungan ED₅₀ dan LD ₅₀ didasarkan atas perhitungan
statistik.
Uji Toksisitas Akut
• Tujuan : Menetapkan LD50, menilai berbagai
gejala klinis, spektrum efek toksik dan
mekanisme kematian.
-Mekanisme kematian seperti: depresi napas,
paralisa, ataksia, konvulsi, koma, dan akhirnya
kematian.
• Toksisitas akut diamati kematian dalam 24 jam,
jumlah hewan terbatas, pemberian tunggal.
• Hewan coba : 2 roden (pengerat) dan satu non
roden. (seperti kera, anjing, mamalia lain yang
tidak mengerat)
Uji Toksisitas Akut
• Cara pemberian : sesuai dengan rencana pemberian
pada manusia.
• Metode : Metode yang lazim.
• Observasi : selama 24 jam, tanda-tanda kematian
• Pengamatan/observasi : pada fungsi vital organ,
gerak dan tingkah laku 3-14 hari, dilakukan autopsi
(makroskopik dan mikroskopik) serta histologik. Jika
hewan tidak di autopsi, dilihat apakah ada efek
pemulihan dari efek toksik.
Beda antara Jenis Uji Toksisitas Umum
• Sifat pemberian
• Lama pemberian / pemajanan
• Sasaran uji
• Luaran uji
Uji Toksisitas Akut
• Sifat pemberian : dosis tunggal
• Tujuan utama
– Potensi toksisitas akut (kuantitatif)
– Menilai berbagai gejala toksik yang timbul
(kualitatif).
– Adanya efek toksik yang khas (kualitatif)
– Mode of death (kualitatif)
Uji Toksisitas
• Median Lethal Dose (LD50)
• Median Toxic Dose (TD50)
• Besaran statistik→ dosis tunggal suatu senyawa
diperkirakan→ kematian/efek toksik 50% hewan uji.
• Metode:
– Grafik Lithfield & Wilcoxon
– Kertas grafik probit logaritma Miller dan Tainter
– Rerata bergerak
• No Effect Dose
• Minimum Lethal Dose
Tata laksana Uji Toksisitas Akut
• ≥ 2 jenis hewan, saran : >4 (roden+non)
• Jantan dan betina, satu galur, dewasa sehat, variasi
bobot ≤ 10%
• ≥ 4 kelompok + kontrol negatif (@ ≥5 ekor)
• Kisaran dosis diperkirakan → 10-90% mati
• ≥ 3 jalur/rute pemberian (WHO). Setidaknya 1
jalur/rute sesuai rencana pemberian pada manusia.
Tata laksana Uji Toksisitas Akut
• Pengamatan 24 jam (sampai dengan 14 hari)
• Kriteria pengamatan:
-Secara fisik terhadap gejala toksik
-Perubahan berat badan
-Jumlah hewan mati
-Histopatologi organ vital
• Hasil : spektrum efek toksik, LD50/TD50, potensi
toksisitas
Rancangan Percobaan
A. Pemilihan Spesies hewan
Secara umum dalam penentuan LD50 digunakan tikus dan mencit.
Hewan ini dipilih karena murah, mudah didapat, dan mudah
ditangani. Penentuan LD50 sebaiknya dilakukan pada kedua jenis
kelamin, juga pada hewan dewasa dan masih muda karena
kerentanannya berbeda.
B. Cara Pemberian
Diberikan melalui jalur yang biasa digunakan pada manusia. Jalur
oral paling sering digunakan.
Rute dermal dan inhalasi, sering digunakan, bukan hanya untuk zat
yang digunakan manusia lewat jalur itu, tetapi juga untuk menilai
bahayanya bagi kesehatan para personel yang menangani zat kimia
ini. Jalur parenteral terutama dipakai untuk menilai toksisitas akut
obat parenteral. Disamping itu, injeksi intravena dan intraperitoneal
biasanya segara diikuti dengan penyerapan yang lengkap atau hampir
lengkap: karenanya jenis pemberian ini juga dipakai bersamaan
dengan LD50 oral dan dermal untuk menilai laju dan luasnya
penyerapan lewat jalur oral dan dermal.
Rancangan Percobaan
C. Dosis dan Jumlah Hewan
Untuk menentukan LD-50 secara tepat, perlu dipilih suatu dosis yang akan
membunuh sekitar separuh jumlah hewan-hewan digunakan, dosis lain yang akan
membunuh lebih dari separuh (kalau bisa kurang dari 90%), dan dosis ketiga yang
akan membunuh kurang dari separuh (kalau bisa lebih dari 10%) dari hewan-
hewan. Sering digunakan empat dosis atau lebih dengan harapan bahwa sekurang-
kurangnya tiga diantaranya akan berada dalam rentang dosis yang dikehendaki.
Secara umum, LD50 akan lebih tepat bila digunakan lebih banyak hewan untuk tiap
dosis terutama bila rasio antara dosis yang berurutan lebih kecil.
Banyak peneliti menggunakan 40-50 hewan per LD50 dan memilih rasio 1,2-1,5.
Penggunaan 4 hewan untuk tiap dosis dan rasio sebesar 2,0 antara dosis yang
berurutan juga dapat dilakukan. menggunakan hanya 6 sampai 9 hewan untuk
setiap uji, juga .
D. Faktor Lingkungan
Kandang hewan dapat mempengaruhi LD50 suatu bahan kimia. Jenis kandang
(berlubang-lubang atau padat) dan jenis bahan alas kandang juga dapat
mempengaruhi reaksi hewan terhadap toksikan.
Suhu lingkungan dapat mempengaruhi efek toksik misalnya, toksisitas striknin,
nikotin, atropin, malation, dan sarin meningkat pada hewan yang terpajan suhu
tinggi. Tetapi, toksisitas paration dan insektisida organofosfat lainnya berkurang
pada hipotermia. Kelembaban relatif dapat meningkatkan toksisitas akut, sehingga
LD50 lebih rendah.
Pengamatan Dan Pemeriksaan
Sistem Tanda Toksis
Autonomik Membaran niktitans melemas, eksoftalmos, hipersekresi hidung, salivasi, iare, keluar
air seni, piloereksi
Perilaku Sedasi, gelisah, posisi duduk kepala ke atas, pandangan lurus,ke depan, kepala
tertunduk, depresi berat, sering menjilat-jilat tubuh, kuku siap mencakar, terengah-
engah, iritabilitas, sikap agresif, atau defensif, ketakutan, bingung, aktivitas yang
aneh
Sensorik Peka terhadap nyeri, righing reflex, refleks kornea, refleks labirin, refleks
penenmpatan, refleks tungkai belakang, peka terhadap bunyi dan sentuhan,
nistagmus, fonasi
Neuromuskuler Aktivasi meningkat atau berkurang, fasikulasi, tremor, konvulsi, ataksia, lemas, ekor
melengkung ke atas membentuk huruf S (tanda Straub), kelemahan tungkai belakang,
refleks nyeri dan refleks tungkai belakang (hilang atau berkurang), opistotonus, tonus
otot, kematian
Kardiovaskular Denyut jantung meningkat atau berkurang, sianosis, vasokonstriksi, vasodilasi,
perdarahan.
Pernapasan Hipopnea, dispnea, terengah-engah, apnea
Mata Midriasis, miosis, lakrimasi, ptosis, nistagmus, sikloplegia, refleks pupil.
G a s t r o i n t e s t i n a l , Salivasi, berdahak, diare, berak atau kencing berdarah, konstipasi, ingusan, muntah-
gastrourinary muntah, kencing, dan berak tidak terkendali.
Kulit Piloereksi, mengigil (wet dog shake), eritema, edema, nekrosis, bengkak.
Toxicity class (AIHA)
LD50 single oral dose on rat
1. Extremely toxic ≤ 1 mg/kg bw
2. Highly toxic 1<LD50≤500mg/kg bw
3. Moderately toxic 0,5<LD50≤1 g/kg bw
4. Slightly toxic 1<LD50≤ 5 g/kg bw
5. Practically non toxic 5<LD50≤ 15 g/kg bw
6. Relatively harmless > 15 g/kg bw
Derajat Toksisitas zat berhubungan dengan LD50
Derajat Kategori zat LD 50 (mg/kg bb)
toksisitas
6 Super toksik < 5 (TCDD)

5 Luar biasa toksik 5-50 (Pikrotoksin)

4 Sangat toksik 50-500 (fenobarbital)

3 Toksik sedang 500-5.000 (morfin sulfat)

2 Kurang toksik 5.000-15.000 (etanol)

1 Praktis tidak toksik >15.000


Kasus
• Dosis terapi Chloramphenicol 500 mg pada manusia.
• Informasi tambahan apa diperlukan untuk dilakukan
uji toksisitas?
– Tentulah perlu dipertanyakan seperti ;
• Dosis ini diberikan harian atau berapa kali
perhari ? atau per BB kah dosisnya?, untuk
orang Eropa / Asia kah?
• Berapa perkiraan dosis untuk tikus?
Konversi dosis antar spesies (berdasar luas permukaan
tubuh)Laurend D Bacharacah

Mencit Tikus Marmot Kelinci Anjing Manusia


20 g 200 g 400 g 1,5 kg 12 kg 70 kg
Mencit 1 7,0 12,25 27,8 124,2 387,9
20 g
Tikus 0,14 1,0 1,74 3,9 17,8 56,0
200g
Marmot 0,08 0,57 1,0 2,25 10,2 31,5
400 g
Kelinci 0,04 0,25 0,44 1,0 4,5 14,2
1,5 kg
Anjing 0,008 0,06 0,10 0,22 1,0 3,1
12 kg
Manusia 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,32 1,0
70 kg
Volume maksimum larutan sediaan uji yang dapat diberikan pada
beberapa spesies hewan coba (ml)

IV IM PO

Mencit 20-30 g O,5 0,05 1,0

Tikus 100 g 1,0 0,1 5,0

Kelinci 2,5 kg 5-10 0,5 20,0

Anjing 5 kg 10-20 20-50 100,0


Kasus
• ED50 obat X pada mencit 50 mg/kg BB
• Berapa dosis awal untuk dicoba pada manusia?
• Informasi tambahan diperlukan untuk dilakukan
sebelum uji klinik?
BB mencit : 20 g
fk mencit ke manusia = 387,9
ED 50 pada mencit = 20 g/1000 g x 50 mg = 1 mg.
Dosis untuk manusia dewasa :
= fk x dosis mencit
= 387,9 x 1 mg = 387,9 = 388 mg
Toksikan Pada SSP dapat terjadi akut
1.PESTISIDA
a.Senyawa organofosfat dan karbamat.
• Kedua jenis senyawa ini mengganggu fungsi sistem
saraf. Efek toksik timbul karena peningkatan
Asetilkolin dan penghambatan enzim asetilkolin
esterase (AChE) yang terdapat pada sinaps dalam
sistem saraf pusat maupun otonom serta pada
ujung saraf otot lurik. Sehingga terjadi eksitasi
saraf berlebihan.
Senyawa organofosfat dan karbamat
• Seseorang yang terpapar senyawa organofosfat dapat terjadi spektrum
efek klinis yang luas yang menunjukkan perangsangan berlebih terhadap
sistem kolinergik. Efek ini timbul dalam 3 kategori, yaitu :
1. Penghambatan AChE pada persambungan saraf otot yang menimbulkan
kejang otot karena kontraksi otot berlebihan, kelelahan, dan kadang
paralisis (efek nikotinik). Otot-otot yang mengalami keracunan akut
seperti ini terutama adalah otot-otot pernapasan karena paralisis
diafragma dan otot dada yang dapat menyebabkan kegagalan pernapasan
dan kematian.
2. Penghambatan sistem saraf otonom (reseptor muskarinik) yang
mengakibatkan nyeri lambung; diare; urinasi yang tidak disadari;
peningkatan sekresi sistem pernapasan, terisinya bronkiolus dengan
cairan; spasme otot halus dalam saluran pernapasan, menyebabkan
penyempitan jalan napas; dan penyempitan pupil (miosis) yang nyata.
3. Efek terhadap sistem saraf pusat (SSP) berupa tremor, bingung, bicara
kabur, kehilangan koordinasi, dan konvulsi pada pemaparan yang sangat
tinggi.
Pestisida karbamat
• Pestisida karbamat mirip dengan pestisida
organofosfat yang juga berikatan dengan sisi aktif
dari AChE, membentuk enzim yang terkarbamilasi.
Enzim terkarbamilasi ini, berbeda dengan enzim
terfosforilasi, cepat terhidrolisis dan tereaktivasi.
Tanda-tanda dan gejala-gejala keracunan karbamat
adalah khas penghambatan koline esterase,
seperti : pusing, mual dan muntah, keringat dingin,
penglihatan kabur, salivasi berlebihan, kelelahan,
nyeri dada, miosis, dan konvulsi pada kasus yang
parah.
DDT
• Terpapar DDT atau turunannya dapat menyebabkan respon toksik
akut. Setelah termakan, efek dini yang timbul adalah parestesia pada
lidah, bibir, dan wajah serta gangguan fungsi motorik yang
menyebabkan ataksia dan langkah yang tidak normal. Gejala-gejala
ini adalah khas yang diikuti dengan kantuk, pusing, muntah, sakit
kepala, dan kelelahan. Tremor, khususnya pada tangan, adalah gejala
umum keracunan DDT.
• Mula gejala bisa dalam waktu 30 menit setelah menelan dosis besar
atau bisa tertunda hingga 6 jam setelah dosis yang lebih kecil.
• Mekanisme efek toksik DDT berasal dari aksinya pada sistem saraf,
dengan cara memperlambat penutupan kanal natrium. Selain itu,
DDT mempengaruhi permeabilitas membran saraf terhadap ion
kalium dan menghambat ATPase yang berperan penting dalam
repolarisasi saaf.
Piretrin dan Piretroid
• Berasal dari Serbuk dari kembang piretrum (Chrysanthemum).
• Berdasarkan tanda-tanda toksisitas akut pada mamalia, piretroid
sintetik dapat dibedakan dalam 2 golongan.
• Piretroid jenis I menimbulkan tremor pada mencit dan tikus yang
mula-mula terlihat pada kaki, lalu menyebar ke seluruh tubuh.
Suhu tubuh meningkat drastis selama terjadinya tremor. Efek ini
mirip dengan efek yang ditimbulkan oleh DDT.
• Piretroid jenis II menimbulkan salivasi berlebihan yang diikuti
dengan berkembangnya tremor seluruh tubuh.
• Piretroid mempengaruhi kanal natrium dalam membran saraf dan
berikatan sangat kuat. Ikatan ini mengakibatkan hiperaktivitas
sistem saraf. Selain interaksi dengan kanal natrium Beberapa
piretroid berikatan dengan kompleks reseptor asam gama-amino
butirat (GABA), kanal klorida dalam SSP. Kerja lainnya
menghambat Ca2+, Mg2+-ATPase, mengakibatkan peningkatan
kadar kalsium intraseluler, pelepasan neurotransmiter, dan
depolarisasi pascasinaps.
2. TOKSIKAN ALAMI
a.Tubokurarin
• Berasal dari tumbuhan Chondrodendron
tomentosuni, merupakan racun mematikan dengan
bekerja memblok secara irreversibel sisi reseptor
ACh dari saraf motorik. Kurare dan obat-obat yang
serupa beraksi sebagai antagonis kompetitif dari
ACh pada membran pasca persambungan dari
serabut otot, mengurangi atau memblok aksi
transmiter dari ACh. Senyawa ini digunakan secara
farmakologik sebagai relaksan otot.
2. TOKSIKAN ALAMI
b.Toksin Botulinum
• Merupakan neurotoksin yang labil pada panas, dihasilkan oleh
mikroorganisme Clostridium botulinum. Toksin ini berikatan
ireversibel dengan ujung akson sehingga mencegah pelepasan
ACh. Botulisme, salah satu penyakit yang disebabkan oleh
bakteri pada makanan, terutama makanan kalengan yang
pengawetannya kurang sempurna, sehingga toksin ini dapat
tumbuh di dalamnya. Namun demikian, memasak makanan ini
sebelum dimakan akan menghancurkan toksin tersebut.
c.Tetrodotoksin
• Merupakan toksin dari ikan puffer (Tetraodontidae). Senyawa
ini memblok secara selektif kanal natrium sepanjang sel saraf
(akson), sehingga mencegah arus natrium masuk tetapi tidak
mempengaruhi arus kalsium keluar.
2. Toksikan alami
d.Batrakotoksin
• Merupakan racun yang digunakan pada ujung anak
panah dan ditemukan pada kulit dari kodok
Amerika Selatan Phyllobates aurotaenia. Aksi
batrakotoksin berlawanan dengan efek
totrodotoksin terhadap kanal natrium.
3.INHIBITOR TRANSPORT ELEKTRON
• Sistem transport elektron terdiri dari serangkaian
reaksi oksidasi reduksi dengan tahap akhir reduksi
oksigen (O2) menjadi air (H2O). Dalam proses
tersebut energi dalam bentuk ATP dihasilkan. Enzim
yang terlibat dalam respirasi seluler terdapat di
dalam mitokondria. Karena peranan kritis dari
respirasi seluler dan produksi ATP, maka zat kimia
yang menghambat atau menggagalkan respirasi
bisa menjadi toksikan akut ataupun kronik yang
sangat kuat.
3.INHIBITOR TRANSPORT ELEKTRON
a.Sianida
• Sianida adalah racun yang paling cepat bekerja di antara berbagai racun.
Zat ini cepat diabsorbsi melalui semua rute, termasuk kulit dan membran
mukosa, serta melalui inhalasi. Memakan sianida dalam jumlah yang sangat
kecil saja sudah dapat menyebabkan kematian dalam hitungan menit atau
jam, bergantung pada rute pemaparan. Inhalasi gas hidrogen sianida (HCN)
menyebabkan kematian dalam beberapa menit.
• Ahli kimia Karl Willem Scheele, penemu asam hidrosianat (asam prussad),
mati karena uapnya. Sianida adalah komponen umum dari racun tikus dan
hama lainnya, penyepuh perak dan logam, proses pemurnian bijih, larutan
pencuci foto, dan produk fumigasi. Sianida juga terdapat dalam biji-biji
buah apel, persik, prem, aprikot, ceri, dan almond dalam bentuk amigdalin,
suatu glikosida sianogenik. Sianida dapat lepas dari glukosida amigdalin
melalui aksi ß-glukosidase, yang terdapat dalam biji-bijian yang telah
dihancurkan tersebut dan dalam mikroflora usus mamalia.
Sianida
• Sumber lain yang potensial untuk keracunan sianida adalah obat
natrium nitroprusida, yang digunakan sebagai antihipertensi.
Overdosis dari obat ini dapat menyebabkan keracunan sianida.
• Sianida menimbulkan efek toksik dengan mengganggu transpor
elektron dalam rantai sitokrom mitokondria. Sistem ini terdiri dari 3
macam enzim, yaitu sitokrom c, a, dan a3. Sitokrom a dan a3
merupakan bagian dari kompleks multiprotein yang besar yang
dikenal sebagai sitokrom oksidase (Gbr. 2).
• Sianida berkompleks dengan heme dari sitokrom terminal, sehingga
mencegah ikatan heme dengan oksigen. Akibat penghambatan oleh
sianida ini, transfer elektron ke oksigen molekuler terhambat dan
menyebabkan kematian sel. Kematian karena keracunan sianida
disebabkan oleh penghentian pernapasan. Gejala-gejala yang terjadi
secara berentetan adalah salivasi, pusing, sakit kepala, palpitasi,
sesak napas, dan tidak sadar.
Gbr 2. Keracunan sianida dan pengobatannya
Sianida
• Khasnya sianida memiliki rasa pahit dan membakar; terdapat bau
almond.
• 20 - 40 % populasi secara genetik tidak mampu mendeteksi bau sianida.
• Pengobatan keracunan sianida yang dianjurkan (gbr. 2) terdiri dari 3
tahap.
– Tahap pertama, pemberian amil nitrat melalui inhalasi.
– Tahap kedua, pemberian intravena natrium nitrit. Zat-zat ini
mengoksidasi besi heme hemoglobin dari fero (+2) menjadi feri (+3);
pada tahap ini terbentuk pigmen coklat kehijauan hingga hitam yang
dikenal sebagai methemoglobin. Ion feri dari methemoglobin
bergabung dengan sianida dari plasma, menyebabkan disosiasi
sianida yang terikat dengan sitokrom oksidase.
– Tahap ketiga, penyuntikan natrium tiosulfat. Zat ini memberikan
substrat bagi enzim rhodanase (tiosulfat sulfur transferase) yang
mengkatalisis konversi sianida menjadi tiosianat, yaitu bentuk
nontoksik dan segera diekskresi.
3.INHIBITOR TRANSPORT ELEKTRON
b.Inhibitor-inhibitor Lain
1. Azida, seperti sianida, menghambat sitokrom oksidase dan
menghasilkan kerusakan biokimiawi yang sama.
2. Hidrogen sulfida juga menghambat sitokrom oksidase in
vitro dan diperkirakan memiliki mode aksi yang sama
dengan hidrogen sianida.
3. Karbon monooksida berikatan langsung dengan
hemoglobin, membentuk kompleks karboksihemoglobin
yang stabil, sehingga mencegah asosiasi oksigen molekuler
dengan hemoglobin.
Terima Kasih
Toksisitas
• Toksisitas dapat diklasifikasikan berdasarkan efek pada:
1. organ target ( seperti ; hati, paru-paru, ginjal, dll)
2. jenis respon (karsinogenik, dll.);
3. bahan toksik (pestisida, logam, dll).
• Efek toksikan /zat toksik berhubungan dengan
masa/lama pajanan. Efek akut adalah efek yang timbul
segera setelah pemaparan singkat suatu bahan kimia.
Pemaparan akut dapat berupa pemaparan
tunggal/sekali ataupun berulang dalam waktu yang
singkat (umumnya kurang dari 24 jam). Efek akut
adalah efek yang umumnya teramati dalam waktu
bilangan jam hingga hari, namun dalam beberapa kasus,
dalam 2 minggu pertama
Toksisitas Kronik

Tahoma Siregar
Toksisitas kronik
• Toksisitas jangka lama, pemberian obat secara
berulang selama 1-3 bulan (percobaan sub akut), 3-
6 bulan percobaan kronik atau seumur hewan
(lifelong studies). Memperpanjang toksisitas kronik
lebih dari 6 bulan tidak memberikan efek manfaat
lebih baik, kecuali untuk uji karsinogenitas.
• Tujuan uji tokisistas kronik adalah menguji
keamanan obat.
• Data dari hewan ke manusia ditafsirkan/ekstrapolasi
tidak boleh dilakukan begitu saja, tanpa
mempertimbangkan berbagai faktor perbedaan
antara manusia dan hewan.
Toksisitas kronik
• Penilaian keamanan obat/zat kimia dengan tahapan
:
1. Menentukan LD50
2. Melakukan toksisitas sub akut dan kronik untuk
menentukan NOEL
3. Melakukan percobaaan karsinogenitas, teratogenitas,
dan mutagenitas.
• Fakta bahwa agen-agen dalam lingkungan
kemungkinan membawa bermacam-macam bentuk
penyakit, misal kanker telah diketahui sejak abad
ke-18
Sejarah penemuan dari antigen lingkungan yang
menyebabkan kanker pada manusia

Penyebab Organ Penemu Tahun


Tembakau Hidung Hill 1761
Jelaga Kantung kemaluan Pott 1775
Cangklong rokok Bibir Sommering 1795
Aspal batubara Kulit Volkman 1875
Pewarna/pencelup textil Kandung kemih Rehn 1895
Sinar x Kulit Van trieben 1902
Getah tembakau Lubang oral/nafas Abbe 1915
Lempeng Radioaktif Tulang Martland 1929
Sinar matahari Kulit Moleswath 1937
Asap rokok Paru-paru Mullen 1939
Asbes Paru-paru Wagner 1960
Kadmium Prostat Kipling-water 1967
Cara pemberian, dosis dan masa uji
• Sifat pemberian seperti pada pemberian jangka
pendek
• Kriteria dosis seperti juga di jangka pendek,
diberikan dosis berulang.
• Masa uji untuk hewan tikus 2 tahun, Anjing 7 tahun.
Tujuan utama uji toksisitas kronik
• Menentukan sifat toksisitas zat kimia dan
menetapkan NOEL (No observed effect level),
acceptable intake.
• Spektrum efek toksik terkait dengan organ
sasaran
• Hubungan dosis dengan spektrum efek toksik
• Reversibilitas spektrum efek toksik
Pengamatan dan pemeriksaan
• Bobot badan
• Konsumsi makanan
• Pemeriksaan laboratorium
• Pemeriksaan pasca kematian
Mekanisme terjadinya toksisitas obat
Mekanisme terjadinya toksisitas obat
• Reaksi toksik biasanya kelanjutan efek farmakodinamik.
Gejala toksik efek farmakodinamik berlebihan. Contoh :
– Obat jantung menghambat konduksi atrioventrikuler akan
menimbulkan blok AV pada keracunan.
– Obat hipnotip dapat menimbulkan koma.
– Kelainan disebabkan oleh antigen-antibody bermanifestasi
sebagai reaksi alergi.
– Gugus kimia tertentu menimbulkan reaski toksik yang sama.
– Zat pengisi laktosa dapat meningkatkan bioavailabilitas fenitoin,
dapat meningkatkan risiko keracunan fenitoin (ambang batas
sempit (10-20 μg/ml).
– Dekomposisi tetrasiklin menjadi epi-anhidrotetrasiklin (produk
jadi berwarna coklat), merusak ginjal-tidak boleh digunakan.
– Kerusakan jaringan Ginjal, hati, memudahkan terjadinya toksisitas.
Tata Laksana Uji Toksisitas Kronis (1)
§ 1 spesies atau lebih
§ Jantan / betina, satu galur, dewasa
§ Sehat, variasi bobot tidak boleh ≥10%
§ ≥3 kelompok + 1-2 kontrol negatif (@≥10 ekor)
§ Kisaran dosis diperkirakan …. tertinggi ada yang
toksik/mati, terendah tidak ada gejala, meliputi
dosis terapi
Tata Laksana Uji Toksisitas Kronis (2)
§ Sesuai rencana rute pemberian pada manusia
§ Sebagian dari setiap kelompok dikorbankan di
akhir uji
§ Sisanya (terutama dosis tertinggi & terendah)…..uji
reversibilitas (2-4 minggu).
Wujud Efek Toksik
• Perubahan biokimiawi, fungsional, &/ structural
(kualitatif & kuantitatif)
• Pemeriksaan & pengamatan:
–Gejala & tanda toksik, system hematologi, fungsi
organ secara biokimiawi, morfologi organ
(histopatologi), dan analisis urin
Pengamatan umum, uji lab klinik dan pemeriksaan
patologi, dalam toksisitas subronik/kronik
Organ/sistem Pengamatan Uji lab klinik pada darah Pemeriksaan patologi
Hati Perubahan warna SGOT, SGPT, fosfatase Hati
membrane mukosa, alkalin, kolesterol,
edema, asites protein total, albumin,
globulin
Sistem Saluran Diare, muntah, tinja, Na⁺, K⁺ Lambung, sal cerna,
cerna nafsu makan kandung empedu (jika ada),
kelenjar ludah, pankreas
Sistem Saluran Vol urin, konsistensi, Nitrogen urea. protein Ginjal, kandung kemih
Kemih warna total, albumin, globulin
Sistem Perubahan warna Vol sel darah merah, Hb, Limpa, timus, kel limfa,
hematopoetik membrane mukosa, eritrosit, leukosit, sum sum tulang
letargi, kelemahan trombosit, waktu
prorombin, waktu
protrombin parsial
teraktivasi/APTT
Pengamatan umum, uji lab klinik dan pemeriksaan
patologi, dalam toksisitas subronik/kronik
Organ/siste Pengamatan Uji lab klinik pada Pemeriksaan
m darah patologi
Sistem saraf Sikap tubuh, gerakan Otak, sum sum
respon, perilaku tulang belakang,
saraf
Mata Penampilan mata, Mata, saraf optik
pemeriksaan
oftalmologik
Sistem Frekuensi nafas, Paru, bronkus
pernapasan batuk, sekret
Sistem Kulit, bulu, berat Glukosa, Na. K, Tiroid, adrenal,
endokrin badan, sifat urin, tinja kolesterol pankreas
Sistem Penampilan dan Testis, ovarium,
reproduksi palpasi alat uterus, prostat
reproduksi
Manfaat Uji Toksisitas Berulang
• Dasar evaluasi batas aman
• Panduan perancangan uji toksisitas selanjutnya,
teratogenitas, dan farmakokinetika dosis berulang
terutama dalam pemilihan hewan uji dan peringkat
dosis)
• Panduan dalam menjalankan uji klinik (efek toksik
& berbagai tolak ukur klinis)
Toksisitas Kronis
• Data toksisitas jangka panjang perlu untuk obat
yang digunakan berulang
• Hewan : minimal 2 spesies, satu roden satu non
roden
• Lama pemberian :
Lama Pada Manusia Anjuran Lama Pada Hewan
< 4 minggu 3 bulan
> 4 minggu 6 bulan tidak termasuk karsinogenik
Cara pemberian obat : sesuai pemberian pada manusia
Pemberian pada manusia 7 hari / minggu
Dosis : sekurang-kurangnya 3 tingkatan dosis
Toks Kronik

1n (terendah):
Efek farmakologi dengan efek samping minimal

10 n (menengah)
Memperlihatkan efek toksik minimal
3 dosis
100 n (teringgi)
Memperlihatkan efek toksik, tetapi hanya,
mematikan sebagian kecil

Kelompok control (tanpa obat / placebo)


Melihat kelaia disebabka obat / hal lain

•Observasi = tingkah laku, pemeriksaan darah (hematology) urin, sistem


kardiovaskuler, dan lain-lain. Autopsy pada hewan mati / dibunuh.
Toks kronik-Toks khusus

Toksisitas kronik
• Hampir sama dengan sub akut, bedanya yaitu ;
waktu 1-2 tahun
Tosisitas khusus
• Uji toksisitas teratogenik (cacat terhadap bayi)
• Uji toksisitas karsinogenik (kanker), untuk zat
yang dicurigai menyebabkan kanker.
• Uji toksisitas mutagenik (kelainan gen)
• Uji toksisitas terhadap sistem reproduksi
Toksisitas Khusus

Lama penggunaan pada Lama uji toksisitas pada


manusia hewan

•Dosis tunggal / beberapa •Tidak kurang dari 3


dosis (1 hari) minggu
•Beberapa hari •2 bulan
•2 minggu •3 bulan
•3 minggu •6 bulan
•7/6 bulan •12 bulan non roden
8 bulan roden
Pemilihan Spesies
•Umur/usia : muda / sebelum dewasa
•Dewasa : sistem endokrin
•Kelamin : jantan / betina
•Bobot badan :
–Mencit 17-25 gram, Tikus 150-200 gram,
–Marmot 1,5-2 kg, Kelinci 1,8-2 kg,
–Kucing <2,5 kg. Merpati 100-200 gram
•Syarat : SPF, spesifik pathogen free
•Lingkungan : sanitasi, cahaya, suplai makanan /
minuman, kelembapan / temperatur
•Volume pemberian
Toksisitas Khusus-Kontrol

Selama uji dilakukan kontrol


• Kontrol negatif : hanya diberikan pembawa (plasebo)
Contohnya : larutan suspensi gom arab (tanpa zat aktif)
• Kontrol positif : diberikan pembanding
Contoh : Rancangan penelitian
• Kontrol negatif
• Uji dan kontrol positif diberi induktor (zat menginduksi
nyeri : fenilkuinon, asam asetat, prostaglandin) pada
mencit.
• Mencit mengalami reaksi geliat (menggesekkan perut
ke permukaan)
Contoh hasil pengamatan Geliat setelah pengobatan pada
hewan coba yang diinduksi

Kelompok Geliat

Kontrol negatif +++

Zat uji I +++

Zat uji II ++

Zat uji III +

Kontrol positif / +
pembanding
Kelompok Zat Perlu Diuji Toksisitasnya

Zat yang perlu diuji toksisitasnya (ada 7 kelompok)


1. Zat yang langsung diperlukan pada manusia
- Contoh, obat, zat-zat tambahan pada obat dan
makanan.
2. Zat yang digunakan secara luas
- Contoh, pestisida, bahan kimia dalam rumah tangga
3. Zat yang digunakan dalam industry, memasuki
lingkungan kerja / hidup
4. Zat diduga mempunyai toksisitas akut / kronik tinggi,
toksisitas tertunda, yang tahan lama dalam lingkungan
Kelompok Zat Perlu Diuji Toksisitasnya
5. Zat yang menghambat proses biotransformasi dari zat
xenobiotika karena zat tersebut memperpanjang masa
aktif
6. Zat yang resisiten terhadap metabolisme khususnya
oleh mikroflora yang akan tahan lama di dalam
lingkungan, Contoh: senyawa-senyawa yang
terhalogenasi (mendapatkan subtitusi F, Cl, Br, I).
7. Zat yang terakumulasi di dalam rantai makanan / yang
ditimbun dalam tubuh. Terakumulasi dalam makanan,
seperti merkuri pada ikan. Tertimbun dalam tubuh,
contoh DDT.
Teratogenik
• Dilakukan apabila potensi obat menimbulkan
kelainan cacat bawaan pada janin
• Data teratogenik perlu dilampirkan bila obat
digunakan wanita dalam masa reproduksi
• Hewan : 2 spesies roden dan non roden
• Kelinci, tikus, mencit (10-20 betina), sering
digunakan, karena berkembang biak cepat dan hasil
cepat didapat.
• Diberikan selama kehamilan. Dosis 3 variasi, masih
dapat ditolerir, toksik minimal dan dekat dengan
dosis terapi. Digunakan kelompok kontrol
Kasus 1

• Sediaan kapsul kombinasi dari ekstrak daun A dan


ekstrak buah B. Akan digunakan sebagai food
supplement.
• Bagaimana rancangan uji toksisitas kronik?
–Uji potensiasi
Beda Uji Toksisitas
Tunggal
• Beberapa fungsi vital
• Terkait penyebab kematian (spt gerak, perilaku, dan
pernafasan)
Berulang
• Semua organ & kelenjar
• Keterkaitan dengan dosis
• Reversibilitas
• 10% harapan hidup (subkronis) s.d. seumur hidup
Kasus 2
Senyawa baru, Zat X, akan digunakan sebagai
antidiabetika oral.
Dosis untuk tikus 5 mg/kgBB
• Bagaimana rancangan uji toksisitas subkronik,
toksisitas kronik?
Gejala dan Diagnosa Keracunan
• Semakin banyak jumlah golongan obat beredar,
makin beragam gejala keracunan/toksik.
• Suatu gejala sering spesifik seperti koma dapat
disebabkan : hipnotip, perangsang SSP, Salisilat,
antidepresi, dan lain lain.
• Anamnesis dapat membantu diagnosis, namun
harus selalu dicocokkan dengan tanda yang
ditemukan. Misalnya botol yang digenggam pasien,
belum tentu isi botol penyebab keracunan.
Sehingga perlu dikaji semua obat/zat yang potensial
penyebab keracunan (perlu diketahui efek
farmakodinamik semua penyebab potensial).
Gejala dan Diagnosa Keracunan
• Obat tertentu dapat menyebabkan gejala yang khas/pasti,
misalnya ;
– hipnotip menimbulkan koma dengan tonus & reflex otot
menurun seperti dampak anesthesia.
– Antikolinergik gejala khasnya ; midriasis, takikardi, kulit
merah dan panas.
– Lainya pelajari
• Penanganan pasien keracunan, penting adalah penilaian
klinis, walau sebab belum diketahui. Karena pengobatan
simptomatik sudah dapat dilakukan terhadap gejala-
gejalanya.
• Penting ditangani pada permulaan keracunan ialah derajat
kesadaran, respirasi, …
Gejala dan Diagnosa Keracunan
Kesadaran
• Penting untuk ukuran beratnya keracunan
• Makin dalam koma, makin berat keracunan, risiko kematian
meningkat. Derajat koma sebanding dengan kadar obat/zat
racun dalam darah.
• Derajat kesadaran dalam toksikologi : Tingkat -
I. Pasien mengantuk, masih mudah diajak bicara
II. Pasien dalam keadaan sopor, mudah dibangunkan. Misal
dengan suara keras.
III. Pasien dalam soporkoma, hanya dapat respon dengan
rangsangan maksimal, menekan sternum dengan kepalan
tangan.
IV. Pasien dalam keadaan koma. Tidak ada reaksi dengan dengan
rangsangan di atas, keadaan paling berat.
Gejala dan Diagnosa Keracunan
Respirasi
– Hambatan pusat napas seringkali penyebab kematian. Frekuensi
dan volume napas semenit harus diperhatikan. Volume semenit
diukur dengan Wright′s spirometer diletakkan di atas mulut dan
hidung pasien. Bila kurang 4 liter/menit diperlukan oksigen dan
respirator mekanik.
– Sekret juga bisa menghambat jalan napas, seperti keracunan
insektisida organopospat atau karbamat, harus segera
dibersihkan.
Tekanan darah
Kejang
– Petanda adanya perangsangan SSP (misal oleh amfetamin),
medulla spinalis (oleh striknin), hubungan saraf otot (oleh
insektisida organoposfat).
– Harus dibedakan dengan penyakit yang dapat meneybabkan
kejang seperti; epilepsy, kejang demam
Gejala dan Diagnosa Keracunan

• Pupil Refleks Ekstremitas


• Bising usus
• Jantung
• Lain-lain
Peran Data Laboratorium
• Diagnosis akhir ditentukan oleh pemeriksaan
analisis darah, urin atau muntahan, diare serta
kelainan sepesifik lain missal pada X-foto tulang dan
lain lain.
• Pemeriksaan tidak mudah, karena obat didalam
tubuh mengalami perubahan akibat proses
biotransformasi/metabolisme.
Terapi Intoksikasi
• Selain penanganan gejala/simtomatik.
• Sekitar 5% memerlukan hemodialysis.
• Antidotum hanya tersedia untuk kurang dari 2-3 %.
Misalnya pada keracunan Pb, As, Hg, sianida,
organoposfat, karbamat, derivate morfin dan
warfarin.
Terapi Intoksikasi
Keadaan darurat
• Pertimbangan pertama, apakah diperlukan tindakan segera pada
fungsi vital. Tindakan darurat meliputi ; penanganan gagal napas
dan syok, serta mencegah absorbsi racun.
Gagal Napas
• Gangguan napas/hambatan respirasi berakibat anoksia dan
gangguan keseimbangan asam basa.
• Sekresi saliva dan bronkus menyumbat jalan napas (cth ;
keracunan kolinergik). Pertolongan dengan bersihkan mulut dan
jalan napas, pasien selalu dibaringkan posisi miring kanan kiri
bergantian.
• Evaluasi napas dengan respirometer. Pengukuran pH, PCO₂, PO₂
dan standar bikarbonat dari darah dan arteri.
• Perangsang napas dapat diberikan dalam keadaan darurat yaitu
Niketamid, satu kali 2 ml.
Terapi Intoksikasi
Syok
• Syok oleh keracunan barbiturate karena depresi
jantung dan berkurangnya curah jantung. Obat
diberikan untuk mengatasi :
– Metaraminol 5 mg IM, bila perlu diulangi 2-3 kali dengan
interval 20 menit.
– Bila tidak tertangani berikan infus dekstran (BM 60-
70.000).
– Oksigen selalu diberikan.
– Hidrokortison 100 mg tiap 6 jam dapat diberikan untuk
kasus resisten
Terapi Intoksikasi
Pencegahan Absorbsi
• Keracunan melalui kulit, tidak boleh dibersihkan dengan pelarut
organik. Sabun dan air merupakan pembersih yang baik.
• Keracunan per inhalasi, pasien dipindahkan ke ruangan yang segar.
• Keracunan per oral / ditelan. Ada 3 jalan mengeluarkannya yaitu ;
– Menimbulkan muntah. Bila pasien sadar, dikorek dinding faring
belakang dengan spatel atau diberikan apomorfin 5-8 mg SC.
– Membilas lambung, tindakan medis ini dilakukan dalam 4 jam
setelah keracunan. dan
– Memberikan pencahar, meningkatkan peristaltic sehingga
absorbsi berkurang. Karbon aktif dapat berguna untuk
menyerab obat/racun dalam saluran cerna atau yang diekskresi
melalui empedu.
• Tindakan lain pelajari
TERIMA KASIH
Household Hazard
Zat/makanan berbahaya di Rumah tangga

Tahoma Siregar, MSi., Apt.


Keracunan makanan (Food Poisoning)
• Toksin botulinum adalah head labile protein ,
dimana dapat dirusak dengan mendidihkan 100° C
selama 1 menit atau memanaskan air 80° C selama
10 menit. Racun Botulinum disebabkan oleh
eksotoksin yang dihasilkan dari pertumbuhan
anaerobic Clostridium botulinum dan spesies terkait
pada pH di atas 4,6 dan temperatur di atas 3° C .
Pertumbuhan seringkali terjadi pada proses
pembuatan makanan tanpa tambahan asam.
• Racun botulinum menghentikan pelepasan
neurotransmitter asetilkolin dari ujung akson di
sambungan neuromuscular sehingga
mengakibatkan penyakit botulisme.
Keracunan makanan (Food Poisoning)
• Tujuh tipe toksin antigenik yang terjadi yaitu A, B, C,
D, E, F, dan G. Tipe A, B dan E adalah sangat
penting.
• Makanan yang sering tercemar botulism adalah
daging , ikan dan sayur-sayuran, dan buah buahan.
Infeksi Botulism dapat terjadi pada saat memberi
makan bayi. Infeksi Botulism juga dapat didapat dari
buah segar atau sayuran atau makan–makanan lain
yang mengandung spora. Produksi eksotoksin
botulism di dalam lipatan usus juga dapat terjadi.
Keracunan makanan (Food Poisoning)
Keracunan makanan (Food Poisoning)
• Dosis fatal makanan terkontaminasi mungkin 0,1 ml
toxin. Toxin botulinus menyebabkan paralisis otot
oleh penghambatan transfer/hantaran impuls saraf.
• Patologik lain , kongesti dan perdarahan pada
semua organ yang terutama pada SSP. Perubahan
atau dampak degeneratif terjadi pada liver dan
ginjal.
Keracunan makanan (Food Poisoning)
Temuan klinis / Clinical findings
• Keracunan akut adalah muntah, double vision , dan
paralisis otot rangka. Keracunan pada orang dewasa,
gejala mulai 8 jam – 8 hari setelah terpapar, dengan
mual dan muntah dan kadang–kadang diare dan
abdominal stress , ptosis, diartria, pandangan kabur /
blurred, lemah/weakness, paralisis otot pernapasan
dan quadriplegia/lumpuh. Simptom gastrointestinal
mungkin tidak ada. Toxin tidak dapat diindentifikasi
pada makanan , darah , feses , kandungan stomach
atau jaringan.
• Pada infants, paralisis progresif dapat terjadi pada
pernapasan. Paralisis meningkat secara gradual 3 – 4
minggu.
Keracunan makanan (Food Poisoning)
Pencegahan
• Temperatur 115° C /120 ° C dibutuhkan untuk
merusak spora C. botulinum. Temperatur ini hanya
dapat di peroleh dengan pressure cooking.
Mendidihkan atau pressure cook makanan selama
15 menit aman untuk dikonsumsi. Jika terjadi
keracunan pada tiap orang , obati setiap orang yang
diduga mengkonsumsi makanan, jangan tunggu
gejala sampai berkembang.
Pengobatan
Tindakan kedaruratan / Emergency measures
• Segera diatasi yang diduga keracunan makanan ,
keluarkan toxin dengan emesis menggunakan
sodium bikarbonat atau actived charcoal jika
pasien asimptomatik ; membebaskan jalan nafas ,
dikuti dengan katartika/pengososngan usus
dengan phosposoda (Sodium dihydrogen Phosphate
dehydrate dan disodium phosphate dodecahydrate),
30 – 60 ml diencerkan 1 : 4
• Ambil darah untuk menentukan toxin dalam serum
• Beritahukan dinkes/Kemenkes/ PIO & makanan
BPOM
Keracunan makanan (Food Poisoning)
Antidot
• Berikan antitoksin botulinus tipe A, B, C
• Dosis 1 vial IV tiap 4 jam sampai simptom tidak
progress, sampai tidak teramati toxin dalam serum.
Sensitivitas serum harus diuji dengan
menginjeksikan 0,1 ml 1 : 10 larutan antitoxin.
Tindakan umum / General measures
• Pernapasan diperbaiki
• Prognosis, sekitar 50% keracunan berat botulism
meninggal
Bacterial Food Poisoning
• Keracunan bakteri makanan disebabkan toxin
selama pertumbuhan Staphylococci atau organisme
lain ( lihat Tabel ) pada makan yang disimpan pada
temperatur panas / hangat.
Tabel bacterial food poisoning
Sumber Masa Durasi Kejadian / Peristiwa
inkubasi ( hari )
( jam )
1. Staphylococcus 1–6 1–2 Kontaminasi carier
2. Clostridium perfringens 8 – 22 1–2 Pertumbuhan spora
3. Bacillus cereus 1 – 16 1 Pertumbuhan spora
4. Vibrio 4 – 96 1–7 Kontaminasi air laut
Parahaemolyticus
5. Vibrio Cholerae
6. Shigella flexneri
7. Salmonella spp
8. Campylobacter jejuni
9. E. Coli 3-8 hari
Escherichia coli enterohemorragic
• E. coli adalah bakteri yang hidup dalam usus manusia. E coli non
patogen.
• E. coli patogen yaitu ;
– Enterophatogenik Escherichia coli (EPEC),
– E. coli enteroinvasif (EIEC),
– Shiga toxin-producing ecoli atau STET/VTEC/EHEC (wabah di Jerman
2011).
– Enteroaggregative coli (EAEC),
– Enteroinvasiv coli (EEIEC) dan
– E. coli enterotoksigenik (ETEC).
• E. coli baru patogen ditemukan 0157:H7, 0111:H-, 026:H11, 04:H-,
011: H-, 045:H2, 0103:H2, 0104:H2, 0111:H8 dan 0145:H-.
• Wabah tahun 2011 di Jerman dan Eropa oleh E. coli 0104:H4.
Bakteri ini menghasilkan toksin shiga yang juga dihasilkan oleh
bakteri Shigella dysentriae.
• Toksin yang dihasilkan menyerang organ lain seperti ginjal dan
otak.
Faktor risiko Eschericia coli
Antara lain ;
• Usia. Anak-anak, ibu hamil dan lansia lebih rentan
hingga dapat komplikasi lebih serius.
• Sistem imun yang lemah. Seperti Penderita AIDS
dan pasien yang kemoterapi lebih rentan.
• Penurunan asam dalam perut. Obat penurun asam
lambung/sakit maag seperti esomepraazol,
pantoprazole, lansoprazol dan omeprazole
berpotensi meningkatkan risiko infeksi E. coli.
Escherichia coli enterohemorragic
• Gejala yang ditimbulkan ; sakit perut sangat parah
(kejang otot lambung), demam, muntah-muntah,
diare berdarah, bisa menimbulkan komplikasi
seperti hemolytic uremic syndrome (ditandai
anemia dan gagal ginjal akut) serta thrombotic
thrombocytopenic purpura (gangguan
penggumpalan darah di usus halus).
• Bakteri ini dapat dibunuh pada suhu 650 C selama
30 menit atau lebih.
Antibiotika atasi E. coli
• Antibiotika yang biasa / dapat digunakan untuk
pengobatan infeksi E. coli adalah ampisilin,
karbenisilin, sefalotin, kloramfenikol, gentamisin,
kanamisin, asam nalidiksad, norfloksasin,
tertrasiklin, tikarsilin, tobramisin, trimethoprim-
sulfametoksazol. Pola resistensi dipertimbangkan.
• Shiga toxin-producing ecoli atau STET/VTEC/EHEC. Tidak
boleh diberi antibiotik, sebab dapat meningkatkan produksi
racun shiga.
Bacterial Food Poisoning
• Makanan sering bertanggung jawab pada tipe
keracunan daging , daging lidah, sosis / sausage,
daging kering, produk ikan, susu dan produk susu
(termasuk kream), telur dan sayuran.
• Keracunan bakteri makanan biasanya
pertumbuhannya terbatas, bakteri tidak terus
bertambah pada flora normal bakteri tubuh. Laju
kematian berkisar 1%.
Bacterial Food Poisoning
Temuan klinis
• Manifestasi akut keracunan bakteri makanan adalah
muntah dan diare.
• Simptom dan gejala : mual dan muntah, diare, keram
abdomen atau nyeri dan lemah / weaknes terjadi;
inkubasi tergantung jenis organisme ( lihat tabel ),
simptom biasanya progress 12 – 24 jam dan kemudian
nyeri abdomen menurun dan tenesmus/rasa tak tuntas
BAB mungkin berat. Lesu/prostration, demam ringan,
dehidrasi dan shock kadang – kadang terjadi.
• Pemeriksaan laboratorium
• Jumlah darah, mungkin gangguan hemokonsentrasi
Bacterial Food Poisoning
Pencegahan
• Jika makanan mengandung daging , susu atau
produk susu , ikan atau telur tidak dimakan segera
setelah dimasak , sebaiknya simpan segera di
refrigerator, makanan laut tidak bisa dimakan
langsung setelah disimpan. Makanan laut harus
dibersihkan dari kontaminan air laut setelah itu
dimasak.
• Makanan tidak boleh dikerjakan/disentuh oleh
seseorang yang infeksi kulit atau mata sampai dia
sembuh.
Bacterial Food Poisoning
Pengobatan
• Tindakan kedaruratan : kontrol muntah berat
dengan pemberian klorpromazin 25 – 100mg secara
rektal atau IM atau antiemetik lain, ulangi tiap 4
jam jika perlu.
• Tindakan umum : tempatkan pasien pada bed rest,
tidak memberi apa – apa melalui mulut sampai
muntah terhenti 4 jam, kemudian beri larutan bila
mana 12 – 24 jam sebelum memulai diet regular.
Prognosis
• Jika pasien hidup 48 jam umumnya dapat sembuh
Chemical Food Poisoning
• Makanan seperti jus, buah atau sawerkraut
(makanan fermentasi) yang disimpan pada wadah
yang di lapisi dengan Cu, Zn atau antimony/Sb.
Toksisitas menyebabkan iritasi gastritis dengan
manifestasi mual, muntah dan diare. Penyakit
biasanya hilang 24, 48 jam. Jika diperlukan atropin
0,5mg dan bismuth subkarbonat 5 g mungkin diberi
secara oral untuk mengurangi distrees abdominal.
Keracunan makanan dapat juga terjadi bila
makanan mengandung pengawet seperti sodium
nitrit.
Bahan kimia lain
Larutan pemutih / Bleaching Solutions
• Larutan bleaching, larutan sodium hipoklorit 3 – 6%
dalam air. Larutan yang digunakan untuk klorinasi
kolam renang mengandung 20% sodium hipoklorit.
Laruatan ini sangat korosif seperti NaOH.
Bahan kimia lain
Larutan pemutih / Bleaching Solutions
• Setelah kontak dengan asam lambung akan
melepaskan asam hipoklorous secara ekstrim
mengiritasi kulit dan membran mukosa dan segera
di inaktivasi di serum darah dan toksisitas
sistemiknya rendah. Pemberian buffer dengan
antacid menurunkan efek iritasi. Jangan
menggunakan antidot asam pada pengobatan
keracunan sodium hipoklorit. Dosis fatal pada anak
– anak 30 ml jika emesis terjadi.
Bahan kimia lain
Larutan pemutih / Bleaching Solutions
Pengobatan
–Bersihkan larutan bleaching dari kulit
–Encerkan dan decompose larutan bleaching
yang ditelan dengan memberi susu , ice
cream atau telur yang dikocok
–Antacid MgOH dan AlOH berguna seperti
susu
• Sabun dan detergen
SOLVENT/Pelarut

Tahoma Siregar, MSi., Apt.


SOLVENT

• Pelarut organik dan uapnya yang biasa


ditemui di lingkungan Industri modern dan
digunakan di bidang manufaktur dan di
lingkungan rumah.
• Kita dapat merasakan efek merugikan sebagai
akibat dari paparan bahan seperti uap bensin,
semprotan aerosol, dan penghilang cat.
Hidrokarbon Alifatik
• Metana dan etana adalah gas-gas dalam gas alam,
biasanya tidak menyababkan efek sistemik, tetapi
asfiksia ketika konsentrasi cukup tinggi akan
mengurangi kadar oksigen dalam udara yang
dihirup.
• Propana dan butana (botol gas) adalah cairan yang
sangat mudah menguap, dan uapnya yang terhirup
menyebabkan depresi pada sistem saraf pusat
(SSP), sehingga pusing dan kehilangan koordinasi.
Hidrokarbon Alifatik
• Produk komersial dan pelarut mengandung campuran
hidrokarbon yang lebih tinggi serta molekul berat
seperti : pentana, heksana, heptana, dan oktan yang
termasuk rantai lurus dan senyawa rantai cabang. Bila
terhirup uap dari produk yang mengandung
hidrokarbon ini menghasilkan depresi SSP.
• Bensin dan minyak tanah adalah campuran hidrokarbon
yang mengandung kedua hidrokarbon aromatik dan
alifatik. Dalam pemaparan normal, seperti uap yang
dihadapi oleh petugas SPBU, efek toksik biasanya tidak
terjadi. Bila memasuki paru-paru jumlah besar, lapisan
tipis paru paru bisa rusak, menyebabkan edema dan
perdarahan akibat kerusakan membran paru. Untuk
alasan ini, ada baiknya untuk tidak memaksakan
muntah.
Hidrokarbon alifatik terhalogenasi
• Memiliki sifat pelarut yang sangat baik, sifat mudah
terbakar yang rendah, dan sifat kimia yang relative
stabil, hidrokarbon alifatik adalah salah satu
senyawa yang paling banyak digunakan sebagai
pelarut industri.
• Hidrokarbon terhalogenasi cenderung baik diserap
melalui kulit, paru-paru dan saluran pencernaan.
Fisiologis umum yang terkait dengan senyawa ini
adalah depresi SSP. Hidrokarbon juga dapat
dikaitkan dengan kerusakan pada jantung, hati,
dan / atau ginjal, setidaknya pada senyawa vinil
klorida, bersifat karsinogenik pada manusia.
Kloroform (CHCl3)
• Kloroform (CHCl3) pernah digunakan secara luas
sebagai anestesi klinis tetapi karena kerusakan hati dan
untuk tingkat sensitisasi jantung lebih rendah, maka
tidak lagi digunakan untuk tujuan ini.
• CHCL3 secara luas digunakan dalam industri dan di
laboratorium sebagai perantara kimia dan pelarut.
• Kloroform telah ditetapkan sebagai karsinogen pada
hewan laboratorium, penggunaannya tidak lagi
diperbolehkan sebagai komponen dalam obat-obatan.
Konsentrasi tinggi kloroform atau paparan berulang
dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal.
Kloroform dimetabolisme oleh isozim sitokrom P450
untuk menghasilkan kloromethanol, yang cepat dan
spontan terdeklorinasi untuk menghasilkan HCL dan
senyawa beracun fosgen.
Karbon tetraklorida (CCl4)
• Karbon tetraklorida (CCl4) banyak digunakan
sebagai bahan kimia dry cleaning, komponen
degreasing, dan pemadam kebakaran. Pernah
digunakan sebagai obat klinis untuk mengendalikan
cacing tambang.
• Berdasarkan regulasi dari FDA ,sekarang terlarang
untuk penggunaan dalam industry dan
laboratorium.
• Karbon tetraklorida memiliki sifat anestetik mirip
dengan kloroform, tapi kurang kuat. Selain itu,
menyebabkan kelainan hati dan toksisitas ginjal,
dan bahkan dalam konsentrasi rendah
menyebabkan degenerasi lemak di hati.
METHYLENE CHLORIDE (CH2Cl2)
• METHYLENE CHLORIDE (CH2Cl2) adalah bahan yang sering
digunakan untuk penghilang cat dan sebagai pelarut dalam
produk aerosol. Karena volatilitas ekstrim nya, konsentrasi
tinggi dapat terjadi dengan mudah di daerah yang
ventilasinya buruk. Setelah inhalasi, metilen klorida
dimetabolisme oleh enzin sitokrom P450 menjadi CO2 dan
CO. Kadar signifikan COHb dapat terjadi karena CO mengikat
hemoglobin dalam darah.
• Seperti hidrokarbon terhalogenasi berbobot molekul rendah
lainnya, metilen klorida adalah depresan SSP. Tanda-tanda
awal terhirup via inhalasi adalah pusing dan mati rasa; gejala
lain adalah kesemutan dari ekstremitas fatigue, dan mual.
Eksposur parah atau berkepanjangan dapat menyebabkan
depresi pernafasan dan kematian. Jika kadar COHb tinggi,
gejala keracunan CO akut akan juga terjadi.
MEHYL CHLORIDE (CH3Cl )
• MEHYL CHLORIDE (CH3Cl ) adalah gas tidak
berwarna yang di pergunakan sebagai zat kimia
perantara terutama dalam reaksi metilasi.
Terkadang di pergunakan sebagai zat penyembur
dalam polystyrene dan polyurethane. Setelah
terpapar acute, pasien merasa sesak napas,
menyebabkan mual, sakit perut, dan diare.
• Bila terpapar skala industry secara kronis,akan
menyebabkan gangguan penglihatan, kebingungan,
slurred speech (bicara cadel) dan staggering gait
(gaya berjalan uang mengejutkan).
TRICHLOROETHYLENE(CL2=CHCl) dan
TETRACHLOROETHYLENE (CCL2 =CCL2)
• TRICHLOROETHYLENE(CL2=CHCl) dan
TETRACHLOROETHYLENE (CCL2 =CCL2).
• Keduanya digunakan secara luas sebagai pelarut
industri dan dalam industri dry-cleaning. Paparan
yang berlebihan secara inhalasi menghasilkan
depresi SSP, kebingungan, inkoordinasi, mual, dan
iritasi mata dan hidung. Pada konsentrasi tinggi,
senyawa ini dapat berakibat fatal.
VINYL CHLORIDE (CH2 = CHCl)/MONOCHLOROETHYLENE
• VINYL CHLORIDE (CH2 = CHCl)/MONOCHLOROETHYLENE
adalah gas tidak berwarna yang sangat mudah terbakar dan
meledak dan biasanya disimpan sebagai cairan tekanan
udara rendah. Dalam bentuk ini, mudah berpolimerisasi pada
suhu 40-70⁰ C, untuk membentuk polyvinylchloride (PVC).
Studi epidemiologi dari pembersih autoclave pada peralatan
mengandung PVC menunjukkan tingginya insiden tumor,
angiosarcoma pada hati. Jalur utama penyerapan vinil klorida
adalah melalui paru-paru, meskipun beberapa penetrasi
melalui kulit dapat terjadi. Metabolisme vinil klorida
terhadap metabolit reaktif terjadi melalui enzim P450
hepatik.
• Epoksida, meskipun menjadi karsinogen utama, mengikat
secara kovalen dengan DNA, RNA, dan protein, dan
chloroecetaldehyde dikenal sebagai mutagen . Detoksikasi
metabolit ini terjadi terutama oleh konjugasi dengan
glutathione.
ALKOHOL
• Alkohol alifatik memiliki aplikasi luas sebagai
pelarut industry. Derivate senyawa ini seperti
etanol memiliki efek fisiologis dan toksisitas rendah
yang mengakibatkan penggunaannya sebagai
minuman beralkohol. Alkohol lainnya, terutama
metanol, dengan sifat toksisitas cukup tinggi.
• Metanol (CH3OH, Methyl alkohol atau alkohol
kayu) adalah pelarut komersial banyak digunakan
dan merupakan pelarut dalam cat, pernis, dan
shellacs.
Alkohol
• Gejala keracunan metanol (dapat bertahan 6-18 jam)
karena metabolisme metanol yang tertahan
menghasilkan zat beracun yaitu ; formaldehid dan
asam format. Gejala awal adalah CNS minor, keracunan
mirip dengan etil alkohol, diikuti oleh rasa kantuk
ringan, Dalam kasus yang parah, dengan ditandai
dengan fitur delirium. Kematian dapat terjadi cepat
atau terjadi berjam-jam setelah onset koma.
• Tindakan langsung yang dapat dilakukan adalah
dehidrogenasi alkohol dan dengan demikian
mengurangi konversi metanol menjadi formaldehida.
Diikuti dengan hemodialisis untuk menghilangkan
metanol, asam format, dan formaldehid.
Isopropil alkohol
• Isopropil alkohol sering digunakan dalam industri
dan dalam pengobatan sebagai obat gosok.
• Di rumah tangga, isopropil alkohol dapat
ditemukan dalam lotion aftershave/setelah
bercukur, dan larutan pembersih jendela.
• Seperti halnya metanol, isopropil alkohol lebih
beracun dari etanol tetapi kurang beracun dari
metanol.
• Tanda-tanda dan gejala keracunan mirip dengan
keracunan etanol, konsumsi akut dapat
mengakibatkan gangguan pernapasan dan koma,
dapat terjadi dalam beberapa jam.
GLIKOL DAN TURUNANNYA
• Glikol (Gambar ppt di bawah) umumnya digunakan
sebagai penukar panas, formulasi antibeku, cairan
hidrolik, pelarut untuk obat-obatan, bahan
tambahan makanan, dan kosmetik. Karena
volatilitasnya yang rendah, glikol memiliki sedikit
uap berbahaya pada suhu biasa (suhu normal).
• ETILEN GLIKOL merupakan komponen utama dalam
bahan antibeku. Hasil prosesnya meyebabkan
keracunan dalam pencernaan yang serius dan
dramatis. etilenglikol dapat diabsorbsi.
• Efeknya konsumsi etilenglikol ; mual, koma, kejang,
gagal pernapasan, dan gagal jantung
Etilen glikol
• Keracunan dari Etilen Glikol, dapat dari metabolitnya yaitu :
aldehid, glikolat, glioksalat,oksalat, dan laktat.
• Gagal ginjal akut yang disebabkan oleh pengendapan kristal
kalsium oksalat dalam tubulus ginjal dan asidosis berakibat
pada pembentukan aldehid, glikolat, dan laktat. Hipokalsemia
juga terjadi sebagai hasil dari khelasi kalsium oleh oksalat.
Paling beracun pada kerusakan ginjal dan asidosis adalah
Glikolat dan oksalat.
• Metabolisme etilenglikol tergantung pada hubungan antara
organ hati dan adanya enzim alkohol dehydrogenase.
• Etilen glikol dimetabolisme menjadi glikolaldehida oleh
alkoholdehidrogenase, kemudian glikolaldehida mengalami
oksidasi menjadi glikolat, glioksilat dan oksalat.
Antidot Etilen glikol - Fomepizol
• Fomepizol (4-methylpyrazole) adalah penghambat alcohol
dehidrogenase, penangkal keracunan oleh etilenglikol, methanol
juga.
• Diberikan IV, sendiri atau dengan hemodialisis.
• Kerja. Fomepizol menghambat metabolisme etilenglikol menjadi
metabolit toksik (lihat ppt di atas)
• Indikasi : antidotum untuk keracunan etilenglikol (FDA setujui
1997). Juga digunakan untuk keracunan methanol. Kerja
inhibitor kompetitif enzim alcohol dehidogenase di hati.
Sehingga memperlambat produksi metabolit toksik. Semakin
cepat diberikan saat ada gejala toksik, semakin besar peluang
pulih, lambatnya pemberian antidote memungkinkan metabolit
makin berbahaya.
• ES : sakit kepala, mual
• Terdistribusi cepat, Vd 0,6-1,2 L/kg
Antidot Etilen glikol - Etanol
• Etanol dapat juga sebagai antidote etilen glikol,
dengan kerja bersaing mendapatkan alcohol
dehidrogenase ADH). Alkohol 100 kali memiliki
afinitas terhadap ADH. Etanol memperlambat
pemecahan etilen glikol menjadi glikoaldehid
sehingga mencegah lebih lanjut menjadi asam
oksalat dan efek nefrotoksik. Etanol diberikan IV
sebagai larutan 4-10% dalam dekstrose 5%., dapat
juga oral.
PROPILENGLIKOL
• PROPILENGLIKOL relatif tidak beracun dan
digunakan dalam kosmetik, makanan, dan sebagai
pelarut untuk obat-obatan tertentu; misalnya,
adalah komponen utama dari komposisi pelarut
untuk intravena (IV) sediaan fenitoin dan, jika
disuntikkan terlalu cepat, dapat menyebabkan
aritmia jantung. Sebagian besar berat molekul
glikol yang lebih tinggi juga memiliki toksisitas yang
sangat rendah.
GLIKOL ETER
• GLIKOL ETER, Larut air dan larut dengan pelarut
organik, dan dengan demikian banyak digunakan
dalam kombinasi minyak – air.
• Toksisitas yang berasal dari senyawa ini umumnya
terjadi jika uap terhirup. Dampak yang telah
diketahui adalah menyebabkan depresi sumsum
tulang dan kerusakan ginjal.
HIDROKARBON AROMATIK ATAU
AROMATIC HYDROCARBONS
• BENZENE, bentuk paling sederhana dari
hidrokarbon aromatik, memiliki sifat pelarut yang
sangat baik dan volatilitas yang tinggi. karena cepat
menguap, telah menjadi pelarut pilihan di industri
tertentu seperti pencetakan. di samping itu, telah
digunakan secara luas sebagai bahan awal untuk
sintesis berbagai produk aromatik.
• Benzena adalah tonik untuk jaringan hematopoietik
dan dikenal untuk peneyabab leukemia.
HIDROKARBON AROMATIK ATAU
AROMATIC HYDROCARBONS
• TOLUENE adalah cairan tidak berwarna digunakan
sebagai pelarut dalam industri kimia, karet, cat, dan
farmasi. Volatilitasnya jauh lebih rendah dari benzena.
• Toluena termasuk narkotika; Gejala akut dari inhalasi
termasuk euforia, kegembiraan, pusing, sakit kepala,
dan mual. Toksisitas akut ekstrim dapat mengakibatkan
koma dan bahkan kematian.
• Toluena adalah pelarut untuk lem, sering merupakan
salah satu pelarut yang terkait dengan "sniffing lem
(Kasus Orang mengendus lem)“.
• Paparan kronis toluena, tidak memiliki efek hematologi
seperti terkena paparan benzena.
HIDROKARBON AROMATIK ATAU
AROMATIC HYDROCARBONS
• Xylene adalah hidrokarbon aromatik lain yang
banyak digunakan sebagai pelarut untuk cat,
pestisida, perekat, dan di industri pelapisan kertas.
• Inhalasi xylene dapat menyebabkan pusing,
kegembiraan, mengantuk, dan kurangnya
koordinasi.
Materi berikutnya Medicinal poisons
• Analgesik, Antipiretik dan Antinflamatory Agent
• Anaestetics
• Deppresants ( depressant non barbiturate , anti epilepsy ,
depresan narkotik dan antagonis , antihistamine dan obat
sejenis, fenotiazin dan derifat , depressan selektif )
• Obat mempengaruhi SSO
• Drugs effecting the autonomic nervous sistem
• Antiseptics
• Cardiovascular Drugs
• Antiinvective drugs
• Stimulans, Anti depresan dan psychotomimetik agents
• Irritants dan rubefacients
• Katartika
• Obat – Obat endokrin
TERIMA KASIH
Intoksikasi Logam Berat dan Kelator

Tahoma Siregar, MSi., Apt


Intoksikasi Logam Berat dan Kelator
• Manusia selalu terpajan (exposed) logam berat di lingkungan
hidupnya, kontaminasi logam dalam makanan dan minuman
(termasuk lepasnya logam dari alat makan-minum tak disengaja)
dapat menyebabkan keracunan. Sumber toksik logam lainnya,
dalam pertambangan (dunia kerja), kandungan logam dalam
pestisida, obat, pembakaran batu bara, tambahan Pb tertraetil
pada bensin, dan peningkatan pemakaian logam dalam industry.
• Logam berat tidak mengalami metabolisme dalam tubuh,
menyebabkan toksik dengan bergabung ke satu atau beberapa
gugus ligan (yang esensial bagi fungsi fisiologis normal) dalam
tubuh.
• Ligan ialah suatu molekul yang mengikat molekul lain. Iigan
memberi atau menerima electron untuk membentuk ikatan
kovalen.
• Khelator/chelating agent adalah zat yang dirancang berkompetisi
dengan logam berat, sehingga meningkatkan ekskresi logam berat
dan mencegah atau menghilangkan efek toksiknya.
Intoksikasi Logam Berat dan Kelator
• Logam berat dapat bereaksi membentuk ikatan
koordinat dengan ligan dalam tubuh yang
berbentuk –OH, -COO-, -OPO3H-, -C=O, -SH, -S-S-,
NH2 dan NH.
• Antagonis logam berat membentuk kompleks
dengan logam berat, sehingga menggeser atau
mencegah ikatan logam dengan ligan tubuh.
• Stabilitas kelat tergantung sifat kimia golongan
ligan. Timbal/Pb dan merkuri/Hg afinitasnya lebih
besar terhadap ligan yang mengandung sulfur dan
nitrogen dari pada terhadap ligan yang
mengandung oksigen. Sebaliknya untuk sifat
Calsium.
Intoksikasi Logam Berat dan Kelator
• Efektifitas kelator untuk pengobatan kercunan logam
berat bergantung factor;
1. Afinitas relatif kelator terhadap logam berat dan logam
esensial dalam tubuh
2. Distribusi kelator dan logam dalam tubuh
3. Kemampuan kelator untuk mengeluarkan logam dari
tubuh.
• Kelator ideal sebaiknya memiliki sifat :
1. Larut dalam air
2. Resisten terhadap biotransformasi
3. Mampu mencapai/terdistribusi sampai pada tempat
penyimpanan logam
4. Kelat yang terbentuk mudah disekresi
5. Harus aktif pada pH cairan tubuh
Intoksikasi logam berat dan kelator
Keracunan logam
Beberapa logam Dapat terjadi oleh ;
penting •Makanan-Minuman
untuk kehidupan •Pertambangan
seperti besi •Pemurnian
•Penggunaan logam berat
•dll

Kelator (CaNa₂EDTA,
Dimerkaprol, Penislamin, asam
2,3-dimerkaptosuksinat,
deferoksamin, asam
dietilentriaminpenta-asetat. Penyakit
Untuk mengikat logam dan
mempermudah ekskresi
Logam diperlukan tubuh
a. Esensial:
Makro: Ca, Na, K, Mg
Mikro: Cu, Zn, Fe, Mn, Co, Mo, Se.
b. Non-esensial (toksik): Hg, Pb, Cd, As
• Logam bentuk kimianya dapat berubah akibat
pengaruh fisikakimia, biologis atau akibat aktivitas
manusia (manusia menaikkan kadar logam di tempat
aktivitas manusia).
• Toksisitasnya berubah drastis bila bentuk kimianya
berubah. Cth : Merkuri anorganik bersifat toksik pada
ginjal. Metil merkuri (organic) bersifat lipofilik dapat
melintasi sawar darah otak, toksik pada SSP.
Timbal/Lead (Pb)
Sumber Toksik :
• Paparan dari lingkungan di udara (pemakaian
bensin yang mengandung Pb/Tetra etil timbal)
• Timbal digunakan dalam produksi baterai dan
kabel listrik, insektisida.
• Merkuri digunakan dalam industry kloralkali
sebagai katoda dalam elektrolisis garam dalam air
untuk meghasilkan klorin dan NaOH.
• Solder
• Pelapis PVC (pipa)
• Produksi cat
• air dan makanan
Timbal tidak memiliki manfaat di tubuh manusia.
Tempat kerja
Enzim
• Logam kerja utamanya menghambat enzim. Cth;
– Logam menghambat gugus SH suatu enzim.
– Logam menggusur kofaktor. Cth. Pb menggusur
Zink dalam enzim yang bergantung pada adanya
Zink, misalnya asam δ-aminolevulinathidratase
(ALAD).
• Menghambat sintesis enzim. Cth : nikel dan platina
menghambat asam δ-aminolevulinat sintetase (ALAS).
Mengganggu hem yang penting bagi hemoglobin dan
sitokrom.
• Enzim dapat dilindungi dari logam dengan memberi zat
pengkhelat, misalnya Dimerkaprol (BAL) yang
membentuk ikatan yang stabil dengan logam.
Efek toksik logam, secara umum :
• Karsinogen ; Arsen, kromium, nikel, Berilium,
cadmium, Cisplatin
• Fungsi imun. Penghambatan fungsi imun.
Menginduksi hipersensitifitas (berilium, kromium,
nikel, emas, merkuri, platina dan zirconium), lihat
tabel di bawah.
• Susunan Saraf Pusat. Bentuk kimia menentukan
mudah masuk/mempengaruhi Susunan Saraf (SS).
Logam merkuri dan metil merkuri mudah memasuki
dan menginduksi toksik pada SS. Logam lain yang
neurotoksik : tembaga, trietiltin, emas, litium dan
mangan.
Efek toksik logam, secara umum :
• Ginjal. Cd mempengaruhi tubulus proksimal ginjal.
Kromium, platina dan merkuri anorganik
menginduksi kerusakan ginjal terutama tubulus
proksimal.
• Sistem Pernapasan. Logam menyebabkan iritasi dan
radang saluran napas
Reaksi hipersensitif terhadap logam
Logam Jenis Tampilan klinis Mekanisme rekasi
rekasi

Platina I Asma, IgE bereaksi dengan


konjungtivitis, antigen dalam sel
urtikaria, mast/basophil dan
anafilaksis melepaskan amin
vasorekatif
Emas II Trombositopenia IgG mengikat
Garam komplemen dan antigen
organik dalam sel….kerusakan
sel
Reaksi hipersensitif terhadap logam
Logam Jenis Tampilan klinis Mekanisme reaksi
reaksi

Uap III Glomerulonefritis Antigen, antibody dan


merkuri , proteinuria endapan komplemen
pada permukaan epitel
dasar glomerolus
Kromium, IV Dermatitis kontak Sel T yang sensitive
nikel, bereaksi dengan
berilium, Pembentukan antigen dan
zirkonium granuloma menyebabkan reaksi
hipersensitif tertunda.
Reaksi hipersensitif terhadap logam
Logam Jenis Tampilan klinis Mekanisme rekasi
reaksi
Platina I Asma, konjungtivitis, IgE bereaksi dengan antigen
urtikaria, anafilaksis dalam sel mast/basophil dan
melepaskan amin vasorekatif

Emas II Trombositopenia IgG mengikat komplemen dan


Garam antigen dalam sel….kerusakan sel
organik
Uap III Glomerulonefritis, Antigen, antibody dan endapan
merkuri proteinuria komplemen pada permukaan
epitel dasar glomerolus
Kromium, IV Dermatitis kontak Sel T yang sensitive bereaksi
nikel, dengan antigen dan
menyebabkan reaksi hipersensitif
berilium, Pembentukan tertunda.
zirkonium granuloma
Timbal/Lead (Pb, Timah hitam)
• Keracunan Pb adalah salah satu penyakit lingkungan
yang berhubungan dengan kerja.
• Dahulu Pb digunakan untuk produksi Pb tetraetil yang
ditambahkan pada bensin sebanyak 1 ml/L bensin
sebagai antiknock. Saat ini penggunaaannya
dikurangi/stop?
• Kadar Pb dalam tanah 5-25 mg/kg, dalam air tanah 1-
10 μg/l, kadar di air permukaan alam lebih rendah.
Kadar di udara <1 μg/m³, kadar Pb di udara pinggir
jalan dan daerah kerja bisa lebih tinggi.
• Makanan dan minuman bersifat asam, seperti air
tomat, air buah, minuman kola, air apel dan asinan
dapat melarutkan Pb yang terdapat pada lapisan
mangkuk, panci.
Timbal/Lead (Pb, Timah hitam)
• Orang dewasa dapat terjadi keracunan Pb pada
tempat kerja:
– Polisi lalulintas
– Sopir, kondektur
– Pekerja perbaikan jalan
– Pekerja pabrik listrik
– Pekerja pertambangan
– Baterai/aki dan percetakan
– Cat yang mengandung Pb (Pb karbonat berwarna
putih, Pb oksida berwarna merah)
Timbal
Farmakokinetika
Absorbsi
• Absorbsi Pb terutama melalui saluran cerna dan saluran
napas. Kekurangan zat besi dilaporkan meningkatkan
absorbsi Pb melalui saluran cerna.
• Pb anorganik diserap melalui :
– saluran nafas (debu mengandung Pb) dan saluran
cerna.
– Melalui Kulit, tidak diserap secara baik, tetapi Pb
organik diserap dengan baik (misalnya antiknock
gasoline yang mengandung timbal).
• Saluran cerna adalah jalan masuk utama Pb pada
paparan non industri .
Farmakokinetika Pb
Pb Plasenta

Darah Ekskresi:
Usus (Pb-eritrosit) Jaringan Urin (90%),
Sal Napas t1/2 empedu,
20-30 Kulit
Lunak ;
Hari, bisa Keras (keringat),
1-2 bulan Sum-sum Rambut,
Tulang,
tulang, Kuku, dan
gigi
otak, Hati Air susu
t1/2 :
Ginjal,
Puluhan
gonad
tahun(10
t1/2 : 1-2
-30)
bulan
Farmakokinetika Timbal
Distribusi
• Faktor yang mempengaruhi distribusi kalsium juga
mempengaruhi distribusi Pb. Asupan posfat tinggi
mempermudah penimbunan Pb dalam tulang dan
mengurangi Pb dalam jaringan lunak. Jika posfat cukup,
vitamin D mempermudah penimbunan Pb dalam tulang.
• Hormon paratiroid dan dihidrotakisterol memobilisasi Pb dari
tulang, meningkatkan kadar Pb dalam darah dan ekskresinya
dalam urin. Pb juga ditemukan dalam ASI, keringat, rambut,
kuku.
• Setelah diserab, Pb terikat ke eritrosit dan awalnya
didistribusikan secara luas ke jaringan lunak seperti; sumsum
tulang, otak, ginjal, hati, otot dan gonad; kemudian ke
permukaan tulang subperiosteal; lalu ke matriks tulang. Pb
juga menembus plasenta sehingga potensial berbahaya pada
janin.
Farmakokinetika Timbal
• Kinetika klirens Pb di tubuh mengikuti model
multikompartemen (disebagian besar darah dan
jaringan lunak, dengan t½ 1-2bulan dan di kerangka
tubuh, dengan t½ hingga puluhan tahun).
Farmakokinetika Timbal
Ekskresi
• Lebih dari 90% dieliminasi dari urin, sisanya
diekskresi melalui empedu, kulit, rambut, kuku,
keringat dan air susu.
• Pb yang tidak disekresi disimpan di kerangka tubuh.
• Pelepasan secara perlahan dari kerangka tubuh
dapat meningkatkan kadar dalam darah selama
bertahun-tahun setelah paparan terhenti.
• Keadaan seseorang dengan hipertiroid
menyebabkan intoksikasi Pb nyata.
Farmakodinamik Pb
• Kelebihan timbal di dalam tubuh memberikan
efek toksik, minimal melalui 3 mekanisme,
yaitu:
–Aktivitas hambatan enzim, kadang sebagai
konsekuensi ikatan pada gugus sulfhidril
–Dengan mempengaruhi aksi kation esensial,
terutama kalsium, zat besi dan seng
–Dengan mengubah struktur reseptor serta
membran sel
Farmakodinamik Pb/Toksisitas Pb
A. Sistem Saraf
• SSP janin, anak merupakan target yang sangat
spesifik bagi efek toksik timbal.
• Konsentrasi Pb 15 µg/dl dalam darah
menyebabkan gangguan subklinis fungsi
neurokognitif pada anak kecil. Kemampuan
mendengar juga mengalami penurunan. Orang
dewasa kurang sensitif terhadap SSP timbal.
Farmakodinamik Pb
A. Sistem Saraf
• Pb [30 µg/dl] dalam darah : perubahan perilaku dan
neurokognitif agak tersamar, tanda & gejala ; cepat
marah, kelelahan, gangguan koordinasi visual motorik,
penurunan libido, anoreksia, gangguan tidur, dan
kelambatan waktu reaksi, sakit kepala, artralgia dan
myalgia juga sering dikeluhkan. Tremor tidak sering.
• Pb [100 µg/dl] : Ensefalopati, terjadi kerusakan pada
arteriol dan kapiler yang mengakibatkan edema otak,
diikuti peningkatan tekanan intra kranial dan
menimbulkan ataksia, kehilangan kesadaran, konvulsi
dan kematian. Juga terjadi neuropati perifer.
Farmakodinamik Pb
A. Sistem Saraf
• Pada anak kadar 40-50 µg/dl dapat menunjukkan
hiperaktifitas, berkurangnya focus perhatian,
menurun IQ.
• Sindrom klinis pada anak dapat terlihat pada Pb
darah sebesar 70 µg/dl, (spt kerusakan arterial,
edema otak).
Farmakodinamik Pb
B. Darah/sistemhematopoietik
• Pb dapat menimbulkan anemia baik normositik,
mikrositik atau hipokromik.
• Pb mempengaruhi sintesis Hem (disintesis dari glisin
dan suksinil koenzim A/KoA dengan piridoksal posfat
sebagai kofaktor) dengan cara menyakatkan
penggabungan zat besi ke dalam protoporphyrin IX,
menghambat fungsi enzim pada alur sintesis Hem,
termasuk (aminolevulinic acid dehydrase dan
ferrochelatase).
• Pb juga penyebab anemia melalui kenaikan fragilitas
membran eritrosit dan penurunan waktu kelangsungan
hidup sel darah merah. Pada paparan tinggi terjadi
hemolisis.
Farmakodinamik Pb

C. Ginjal
• Paparan Pb dosis tinggi kronis, [Pb] > 80 µg/dl
selama beberapa bulan atau tahun, dapat
mengakibatkan fibrosis dan nefrosklerosis
interstisial pada ginjal.
Farmakodinamik Pb
D. Organ Reproduksi
• Pb [12-17 µg/dl] pada wanita hamil dapat
berpengaruh pada perkembangan neurologist dan
janin dalam kandungan dan fungsi kognitif si anak
selanjutnya. Peningkatan angka keguguran,
penurunan masa kehamilan.
• Pada pria, Pb > [40 µg/dl] dalam darah dihubungkan
dengan penurunan atau kelainan produksi sperma.
Wanita Terpapar Timbal (Pb) dan Risiko Pada Kehamilan

Pb terdapat dlm cat besi,


bensin, aki, tinta, dll

28
Farmakodinamik Pb
F. Sistem kardiovaskular
• Pb [7 µg/dl] dalam darah diasosiasikan dengan
peningkatan resiko hipertensi.
G. Karsinogenitas
Telah teramati pada hewan.
Bentuk utama intoksikasi timbal
A. Keracunan timbal anorganik
1. Akut (ditandai kadar > 0.72 ppm dalam darah)
– Keracunan Pb anorganik akut sudah jarang terjadi sekarang.
Pemakaian sudah dihindari di masyarakat.
– Pb masuk lewat inhalasi, Senyawa Pb larut dalam asam atau
inhalasi uap Pb. Efek astringen menimbulkan rasa haus dan
rasa logam. Gejala lain; mual, muntah, tinja warna hitam
karena Pb sulfide, dapat disertai diare atau konstipasi.
Gejala berat : ensefalopati atau kolik, anemia hemolitik dan
peningkatan aminotransferase hati.
– Pb anorganik menyebabkan parestesia, nyeri dan
kelemahan otot, anemia berat dan hemoglobiuria karena
hemolysis darah, dapat terjadi kerusakan ginjal, kematian
dapat terjadi 1-2 hari.
Bentuk utama intoksikasi timbal
A. Keracunan timbal
2. Kronis, gejala ada 6 sindrom;
– Sindrom abdominal. Dimulai mual, muntah, sakit kepala. Ca
gulokonas IV dianjurkan untuk mengurangi nyeri abdominal
– Sindrom neuromuscular/lead plasy.
– Sindrom SSP. Gejala kekakuan, ataksia, vertigo, insomnia,
gelisah dan iritabilitas
– Sindrom hematologi. Gejala anemia
– Sindrom renal
– Sindrom lainnya
• Gejala ; keluhan anoreksia, lelah dan malaise, keluhan
neurologist, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, lekas marah atau
depresi, lemah, atralgia atau mialgia dan gejala gastrointestinal.
• Diagnosis harus ditegaskan melalui pengukuran Pb dalam darah.
Nilai Pb darah 0.1-0,4 ppm. Gejala Pb jelas terlihat bila >0,8 ppm.
Diatas 0.4 ppp tanpa gejala atau hanya turun aktivitas.
Bentuk utama intoksikasi timbal
B. Keracunan Pb organik (organo timbal)
• Biasanya disebabkan oleh Pb tetraetil atau tetrametil yang
digunakan sebagai antiknock pada beberapa macam bensin,
Bensin mengandung Pb tidak dijual lagi di USA, dibeberapa
Negara masih digunakan.
• Di Jakarta bensin sudah tidak mengandung Pb harusnya,
sebab banyak kendaraan dan penduduk padat ?.
• Pb organik lebih cepat menguap dan larut dalam lemak.
Cepat diserap melalui kulit dan saluran nafas.
• Gejala pada SSP : insomnia, mimpi buruk, anoreksia, mual,
diare, sakit kepala, lemah otot dan isntabilitas emosional.
• Keracunan parah : insomnia, halusinasi, delirium, gemetar,
kejang dan kematian.
• Sumber paparan Pb organik : Saat pembersihan tangki bensin
atau menghirup bensin yang mengandung Pb.
Pengobatan keracunan Pb
A. Pengobatan keracunan Pb anorganik meliputi ;
– Penghentian paparan dengan segera
– Perawatan suportif dan penggunaan terapi kelasi.
– Keseimbangan cairana dan elektolit dipertahankan.
– Pemberian antikejang untuk serangan tiba-tiba.
– Edema serebral dapat diperbaiki dengan pengobatan
kortikosteroid (deksametason) dan mannitol.
• Calsium disodium Edetat (CaNa2EDTA) diberikan dosis 50-75
mg/kgBB/hari, IM atau melalui infus kontinyu yang dibagi
dalam dua atau tiga kali pemberian, selama 5 hari. Diikuti
dengan pengobatan Dimercaprol 4 mg/kgBB. Interval
pemberian CaNa₂EDTA dan pemberian dimercaprol/BAL IM
setelah 4 jam. Pengulangan pemberin CaNa₂EDTA setelah
dihentikan 2 hari. Dan dapat dengan D-penisilamin 250 mg PO,
4 kali, 5 hari
Pengobatan keracunan Pb
B. Pengobatan keracunan Pb organik
–Pengobatan awal dengan dekontaminasi
kulit dan mencegah paparan lebih lanjut
–Pengobatan kejang dengan antikejang
(diazepam)
–Kelasi bila dalam darah konsentrasinya
tinggi. Spt ppt di atas.
Tabel 1. Toksik senyawa arsen, timbal dan merkuri tertentu
Lo- Bentuk Jalur Distrbusi Efek klinis Aspek penting Metabolisme
gam yang masuk absorbsi utama dari mekanisme dan
tubuh utama eliminasi

Pb Oksida GI, Jaringan Defisit SSP, Inhibisi enzim Ginjal


dan Respira- lunak; neuropati mempengaruhi (mayor);
torik redistribusi perifer, kation esensial; Air susu
garam ke kerangka anemia, mengubah (minor)
timbal (>90% beban neprofati; struktur
anorga- tubuh hipertensi(?) membran
nik dewasa)

Organik Kulit, Jaringan Ensefalopati Dealkilasi Urin dan


(tetraetil GI, lunak, hepatik (cepat), feses
Respira- khususnya Trialkiletabolit (mayor)
lead) torik hati, SSP (lambat), Keringat
Disosiasi (minor)
timbal
Tabel 1. Toksik senyawa arsen, timbal dan merkuri tertentu
Lo- Bentuk Jalur Distrbusi Efek klinis Aspek Metabolisme
gam yang absorbsi utama penting dari dan eliminasi
masuk utama mekanisme
tubuh
As Garam GI, Jaringan Kardiovaskular Inhibisi Metilasi.
Arsen respiratorik lunak ; renyatan, enzim Ginjal
an- (semua (tinggi aritmia, melalui (mayor);
organik permukaan dalam SSP, pelekatan keringat dan
mukosa), hati,ginjal), ensefalopati; sulfhidril, feses (minor)
Kulit kulit, neuropati mempengaru
rambut, perifer. hi posforilasi
kuku Gastroenteritis; okasidatif
Pansitopenia;
Kanker
Tabel 1. Toksik senyawa arsen, timbal dan merkuri tertentu
Mer Elemental Saluran Jaringan SSP perilaku Inhibisi Hg elemen
kuri merkuri napas lunak, (erethism), enzim; dikonversi
(Hg) khususnya gingivostomatit Mengubah menjadi
ginjal, SSP is, neuropati membran Hg2+. Urin
perifer, (mayor),
acrodynia; Feses
pneumonitis (minor)
(dosis tinggi)
Anorganik GI, Jaringan Acute tubular Inhibisi Urin
Hg+ Kulit lunak, necrosis; enzim;
(kurang (minor) khususnya gastroenteritis; mengubah
toksik);
ginjal SSP membran
Hg2+ (lebih
toksik)

Organik; GI, Jaringan SSP; cacat lahir Inhibisi Dealkilasi


Alkil, aril Kulit, lunak enzim; feses
Respirato Mengubah (mayor);
rik struktur Urin (minor)
(minor) neuron
ARSENIK
• Arsenik secara komersial ditemukan dalam
pembuatan, al ;
– semikonduktor,
– pengawet kayu,
– herbisida,
– pengering kapas,
– kaca,
– insektisida
• Air tanah di beberapa belahan dunia dapat
mengandung As yang merembes dari endapan
mineral.
As

Bentuk:
• garam As2O3 Toksik
• asam arsenat H4AsO4 Toksik
• Oksida As2O5 Toksik
• Garam komplek PbHAs5O4 Kurang toksik
• Organik As Ikatan kovalen dengan rantai karbon alifatik

Bentuk Trivalen dan pentavalen


• Gas arsin AsH3 Paling toksik
Farmakokinetika As
• Komposisi arsenik dapat larut diserap dengan
sempurna melalui saluran nafas dan saluran cerna
(lihat tabel 1).
• Penyerapan melalui kulit terbatas.
Farmakokinetika As
• Arsenik anorganik yang terserap mengalami metilasi
dalam hati (terutama) menjadi asam
monometilarsenik dan asam dimetilarsenik yang
dieksresi melalui urin.
• Arsenik berikatan dengan gugus sulfhidril yang
terdapat dalam jaringan keratin. Kadar arsenik
terdapat pada kuku, rambut, kulit yang dapat
meningkat walaupun paparan telah terhenti dan
kadar dalam urin telah normal.
• Arsenik yang terdapat dalam rambut dan kuku
akibat endapan eksternal tidak dapat dibedakan
dari arsenik yang masuk lewat internal.
ARSENIK (As)
Farmakodinamika
• Senyawa As menghasilkan efek toksik melalui
inhibisi reaksi enzim dalam berbagai macam sistem.
Pengikatan gugus sulfhidril (arsenik trivalent) atau
subtitusi posfat (arsenik pentavalent). AS3+ lebih
toksik dari AS5+ (arsenat).
• Gas arsenik dioksidasi in vivo dan menimbulkan
efek hemolitik yang berhubungan dengan deplesi
glutation eitrosit. Juga merusak respirasi sel
jaringan lain.
• Arsenik dikenal sebagai karsinogen dan
diasosiasikan dengan kanker paru, kulit dan
kandung kemih.
Bentuk Utama Intoksikasi Arsenik
A. Keracunan Arsenik anorganik akut
• Banyak sistem yang terpengaruh dalam waktu
beberapa menit sampai beberapa jam setelah
terpapar dosis tinggi (sepuluh-ratusan mg)
senyawa arsenik anorganik yang dapat larut.
• Tanda dan gejala awal pada saluran cerna; mual,
muntah, diare dan nyeri abdomen. Kapiler bocor
dan hilangnya cairan gastrointestinal menyebabkan
hipotensi, renyatan dan kematian. Toksisitas
kardiopulmonar meliputi kardiomiopati kongestif,
edema paru dan aritmia ventrikel. Efek pada SSP
termasuk delirium, ensefalopati dan koma.
Keracunan Arsenik anorganik akut
• Beberapa bulan setelah keracunan akut,
transverase white striae (garis Aldrich-Mess) dapat
tampak pada kuku. Arsenik hilang cepat dari darah.
Kadar arsenik dalam darah hendaknya tidak
digunakan untuk tujuan diagnosis.
Arsenic has been
known through
the ages as the
“king of poisons”

EHP Volume 113, Number 6, June 2005

45
Keracunan Arsen

46
Keracunan Arsenik anorganik akut
• Pengobatan dilandasi pada
– dekontaminasi isi perut,
– perawatan suportif, dan
– kelasi (dilakukan dengan pemberian dimercaprol
segera 3-5 mg/kg setiap 4-6 jam IM). Efikasi
dimercaprol paling tinggi jika diberikan dalam
beberapa menit sampai beberapa jam setelah
paparan. Succimer juga dapat digunakan.
B. Keracunan arsenic anorganik kronis
• Menunjukan sejumlah tanda dan gejala
multisitemik. Waktu muncul gejala sesuai toleransi
individu dan dosis.
• Gejala kelelahan, penurunan berat badan dan
kelemahan terjadi bersamaan dengan anemia,
keluhan gastrointestinal non spesifik.
• Efek paling khas adalah perubahan kulit, biasanya
setelah beberapa tahun dan meliputi pola
hiperpigmentasi dan hiperkeratosis tetes hujan
yang menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
Kanker paru, kulit, hati, ginjal atau kandung kemih
dapat terjadi.
MERKURI
• Merkuri metalik, satu-satunya logam cair (liquid).
• Bentuk Hg yaitu; uap Hg (unsur Hg), garam Hg dan Hg
organic. Unsur Hg ialah Hg anorganik paling mudah
menguap. Garam Hg : monovalent Hg₂Cl₂, dan divalen
HgCl₂. Hg organic ; Garam alkil merkuri, seperti ; metil
merkuri sangat toksik, digunakan sebagai fungisida.
• Pada awal tahun 1950 an, epidemik cacat lahir dan
penyakit neurologist terjadi di desa nelayan di
Minamata (Jepang). Senyawa penyebabnya ditemukan
metilmerkuri yang terbentuk dalam air laut melalui aksi
metabolik organisme air tehadap merkuri elemental
yang dibuang dari pabrik disekitarnya. Selain itu juga
oleh garam merkuri anorganik dan senyawa arilmerkuri
yang memberikan pola toksisitas yang relatif unik.
Minamata disease

Mode of the Disease


MERKURI
Penggunaan merkuri pada ;
• Produksi elektrolitik klorin dan soda kaustik;
pembuatan alat listrik, thermometer, cat dan
• Produksi pigmen; amalgam gigi dan
• Pemurnian emas.
• Penggunaannya dalam farmaseutika kadang
masih digunakan dalam antiseptik topikal,
obat tradisional dan kosmetika.
MERKURI (Hg)
Farmakokinetika
• Absorbsi merkuri tergantung pada bentuk kimia dari
logam tersebut (tabel 1).
• Penyerapan melalui kulit terbatas
• Distribusi ke jaringan dalam beberapa jam dengan
konsentrasi tertinggi di ginjal
• Ekskresi melalui urin. Sebagian kecil tertinggal di
ginjal dan otak selama bertahun-tahun.
Metilmerkuri dikeluarkan melalui feses (sirkulasi
enterohepatik). Merkuri berikatan dengan sulfhidril,
sisanya terdapat pada rambut dan kuku.
Faktor bahaya dan gejala klinis toksisitas merkuri
Berbahaya karena: mudah larut dalam lemak dan air,
dapat menembus membran sel saraf pusat, mudah
teroksidasi sehingga bersifat korosif dan merusak
ginjal.
Gejala klinis:
• Gangguan saraf sensoris
• Gangguan saraf motorik: lemah, tremor
• Gangguan lain: mental, sakit kepala, hipersalivasi
Bentuk utama intoksikasi merkuri
• Merkuri berinteraksi dengan gugus sulfhidril in vivo,
dan menghambat enzim serta mengubah membran
sel.
• Pola intoksikasi merkuri tergantung bentuk kimia
logam, jalur paparan dan tingkat keparahan dari
paparan.
A. Akut
• Inhalasi uap akut : pneumonitis dan edema paru
non kardiogenik, gingivostomatitis dan gangguan
sistem saraf. Efek perdarahan gastroenteritis, diikuti
nekrosis tubulus dalam beberapa jam-hari (terjadi
oleh Garam merkuri).
Bentuk utama intoksikasi merkuri
B. Kronis
• Inhalasi uap merkuri : tremor, gangguan
neuropsikiatris dan gingivostomatitis. Akrodinia
dijumpai terutama pada anak ditandai eritema,
nyeri pada kaki dan tangan dan dapat diasosiasikan
dengan hipertensi, diaforesis, anoreksia, insomnia,
iritabilitas atau apati, dan bercak-bercak (ruam)
merah di kulit yang membengkak.
• Intoksikasi, pada SSP. Dimetilmerkuri bentuk toksik
organomerkuri yang dapat mematikan dalam
jumlah yang sedikit.
Bahaya toksisitas merkuri
Bahaya toksisitas merkuri

Gejala minamata disease congenital:


- serebralpasy
- gangguan saraf
- pertumbuhan terhambat
Pengobatan keracunan MERKURI
A. Paparan akut
• Perawatan pendukung
• Kelasi dengan dimercaprol atau succimer, dapat juga
dengan acid dimercaptopropanesulfonic parenteral
(DMPS, unithiol, dimaval), BAL, N-asetylat, N-asetyl
penisilamin, bentuk alkil sulit diobati
B. Paparan Kronis
• Succimer, D-penicillamine dan DMPS akan
meningkatkan eksresi merkuri dalam urin.
• Dimercaprol hendaknya tidak digunakan pada merkuri
metalik atau organik karena dimercaprol
mendistribusikan kembali merkuri ke SSP dan lokasi
jaringan lain.
Kadmium (Cd)
• Kadmium sering digunakan sebagai
pigmen/pewarna dalam keramik, penyepuhan
listrik, pembuatan aloi dan baterai alkali. Bisa
ditemukan pada tanaman yang tempat tumbuh
tercemar Cd.
• Cd²⁺ lebih toksik dari cd bila berikatan dengan
protein (cth; metalotienein) dalam tubuh.
• Di ginjal Cd dapat diubah menjadi Cd²⁺. Toksik pada
ginjal.
Kadmium (Cd)
• Defisiensi protein, Vitamin C dan Vit D
meningkatkan toksisitas logam (termasuk Cd,
timbal).
• Efek toksik : mengakibatkan iritasi lokal, bila
termakan bisa terjadi mual, muntah dan nyeri
perut. Bila dihirup dapat terjadi pneumonia dan
edema paru paru.
• T₁/₂ Cd panjang: 30 tahun. Kadar toksik pada ginjal,
bila kadar dalam ginjal mencapai 200 Ug/g.
Toksik logam lainnya
• Toksik Fe, Nikel (karsinogen), Selenium (rambut
rontok, rusak kuku, karies gigi, perlambatan
pertumbuhan, nekrosis hati, pembesaran limpa dan
pancreas, anemia, gangguan reproduksi), dll
• Fe esenisal, kekurangan terjadi anemia. Kelebihan
Fe diendapkan sebagai hemosiderin terutama
dalam hati, dan meyebabkan gangguan fungsi hati.
Iron Posoning (Fe)
• Manajemen keracunan Iron termasuk gastric
lavage dengan normal saline.
Toksik logam lainnya
• Kobalt komponen Vit B12 yang dibutuhkan dalam
perkembangan eritrosit. Kekurangan vitamin ini
menyebabkan anemia pernisiosa.
• Asupan Co berlebih menyebabkan polisitemia,
produksi eritrosit berlebih dan kardiomiopati.
• Cu terkumpul di otak, hati, ginjaldan kornea.
Kelebihan akan termanifestasi pada organ tersebut.

• Coba cari dan kerjakan toksik logam lainnya


TERIMA KASIH
Cover Photo: Copyright Eugene Smith
Ban Hg—Wg Basel Action Network
68
www.ban.org/Ban-Hg-Wg
69

Anda mungkin juga menyukai