Publication L0BTW1
Publication L0BTW1
November 2020
dengan strategis analisis data kualitatif dengan open, axial 3) Kondisi institutional features dari BPIP didorong untuk
dan selective coding. Selain pendekatan dan metode membangun bentuk kerjasama yang kolaboratif dan
penelitian ilmiah, model ini juga disusun berdasarkan terintegrasi, sehingga kekuatan highly centralize -BPIP
kaidah metode yuridis normatif dengan sebagai poros kerjasama K/L di pusat dan daerah menjadi
mempertimbangkan bahan hukum primer yang berkaitan hal strategis untuk dilakukan. BPIP perlu mengadopsi
dengan hubungan dan pembagian kewenangan instansi asymmetrical power yang formal untuk mengatur pola
pemerintah dalam penguatan ideologi Pancasila. kerjasama di masing-masing K/L, karena tugasnya
Metode kualitatif pada kajian ini melakukan kontak atau merupakan amanat dari undang-undang, Hal ini diperlukan
hubungan langsung dengan objek yang akan dikaji, sebagai daya flexibilitas BPIP untuk membangun kolaborasi
sehingga dapat menemukan dan mengelaborasi data serta dari perbedaan karakteristik institusi di setiap K/L.
informasi lebih mendalam. Terdapat dua metode 4) Pada pendekatan network management, BPIP bertindak
digunakan dalam kajian ini adalah focus group discussion sebagai pemimpin dari jaringan kerjasama yang dibangun.
dan in-depth interview. Dengan demikian, siapapun lembaga yang bekerjasama
dengan BPIP dalam penguatan ideologi Pancasila, maka BPIP
akan bertindak sebagai pengarah (conductor) semua
Terdapat empat pendekatan yang diacu dalam anggota yang masuk dalam jaringan kerjasama BPIP
membangun analisa network governance yaitu: 1) Actors, tersebut.
interdependency, and frames, 2) Interactions and
complexity, 3) Institutional features, dan 4) Network
Management. Karakteristik kerjasama yang dielaborasi
PEMETAAN KONDISI DAN
berdasarkan keempat pendekatan tersebut akan
memberikan panduan pembentukan model pola jaringan REKOMENDASI MODEL JARINGAN
dalam membentuk kerjasama BPIP dengan Mitra (K/L). LNG UNTUK PANDUAN
Sesuai dengan teori yang digunakan, terdapat tiga model KERJASAMA BPIP
pola Jaringan yang ditawarkan yaitu, 1) Share Network
Governance; 2) Lead Network Governance; dan 3)
Network Administrative Governance. Model pola jaringan Dilihat dari aktor yang terlibat dalam kerja sama untuk
yang tepat diadopsi oleh oleh BPIP untuk memperkuat pembinaan Ideologi Pancasila serta peranan tiap-tiap aktor
Kerjasama dengan K/L dalam hal penanaman ideologi dalam kerja sama tersebut dengan jumlah peserta yang
Pancasila adalah model lead network governance (LNG), relatif sedang yakni melibatkan 18 K/L maka tergolong
sehingga BPIP berperan untuk mengorkestrasi aktualisasi dalam kategori moderat. Selama ini, eksekusi kerja sama
kerja sama pembinaan Pancasila. Kecenderungan model yang dilakukan K/L dengan BPIP cenderung kurang efektif,
LNG yang memperlihatkan karakteristik dalam karena interaksi dan koordinasi yang dilakukan keduanya
pengelolaan model jaringan kerjasama BPIP didasari oleh masih minim. Masing-masing K/L masih berfokus pada
empat alasan utama, yaitu: programnya sendiri sehingga belum ada pengembangan
kerjasama secara terkoordinasi. Oleh karena itu, perlu
1) Kondisi aktor yang terlibat, ketergantungan antar aktor adanya aktualisasi penguatan peran BPIP agar kerja sama
dan bentuk yang pola jaringan, memperlihatkan yang sudah terbentuk dapat berjalan sesuai dengan
kecenderungan yang “moderate”. Hal ini mengartikan kesepakatan yang dibuat.
bahwa jumlah aktor yang terlibat berada pada kuantitas
yang sedang ke banyak. Selain itu, resistensi K/L yang Dilihat dari dimensi interaction and complexity, pola
terlibat relatif kecil, keterlibatan aktor lain terbuka, aktor interaksi, pola pengambilan keputusan, pola koordinasi, dan
(K/L) menekankan bahwa BPIP hendaknya berperan pemantauan dan evaluasi program dalam penyelenggaraan
sebagai leader yang menghidupkan Pembinaan Ideologi program-program pembinaan Ideologi Pancasila dilakukan
Pancasila. secara vertikal (vertical: strong with lead position). Secara
umum, interaksi yang sudah berjalan cukup minim atau
2) BPIP memegang peranan kunci dalam pola jaringan terbatas. K/L yang telah melakukan kerja sama dengan BPIP
kerjasama yang dibangun. Selain itu, substansi rencana cenderung kurang pro-aktif atau menunggu inisiatif dari
strategis dari BPIP mengamanatkan suatu hal yang BPIP untuk memulai interaksi. Untuk itu, diperlukan
mendasar untuk diadopsi oleh berbagai K/L guna koordinasi yang lebih intensif dari aktor terkait, baik dari
membangun budaya bangsa sesuai dengan nilai-nilai perencanaan maupun pelaksanaan, sehingga
Pancasila. Dengan demikian, interaksi dan kompleksitas ketergantungan antar aktor dalam pembinaan Ideologi
harus menekankan tiga hal yaitu, pola interaksi, pola Pancasila dapat terfasilitasi.
pengambilan keputusan antara BPIP dengan K/L, dan pola
koordinasi (perencanaan-evaluasi). Dilihat dari institutional features, Secara umum, aturan
main yang melandasi kerja sama antara BPIP dengan K/L
Policy Brief – Pedoman Kerjasama BPIP dengan Lembaga Tinggi Negara, Kementerian/Lembaga, dan Pemda
2
Universitas Indonesia – Center for Study of Governance and Administrative Reform (UI-CSGAR)
K/L belum memiliki garis yang jelas karena belum adanya menyarankan agar BPIP dapat berkoordinasi langsung
perjanjian kerjasama antar K/L dengan BPIP. Namun, dengan Unit Kerja di masing-masing K/L Mitra. Selain itu
terdapat usulan yang berkaitan dengan area-lingkup BPIP juga harus didukung dengan sumberdaya anggaran
kerjasama kelembagaan antara BPIP dengan K/L yaitu BPIP yang baik untuk mengoptimalkan kerjasama penguatan
sebagai leading sector perlu menyediakan konten pembinaan Ideologi Pancasila dengan
pembinaan ideologi. Sementara itu, K/L merupakan Kementerian/Lembaga Mitra.
pengguna dari konten dari BPIP. Pola interaksi yang diharapkan dengan adanya pelembagaan
Poin yang perlu ditekankan oleh BPIP adalah memperkuat melalui pelibatan Kemenko PMK, yang menempatkan peran
posisi secara internal maupun konsepsional sekaligus BPIP sebagai koordinator dari kerjasama kelembagaan
memperkuat kerja sama baik dengan K/L maupun dengan tersebut. Dalam kerangka ini, BPIP dapat mengoptimalkan
pusat kajian. Sejalan dengan hal tersebut arena kerjasama otoritas dan dukungan Menteri Koordinator Pembangunan
kelembagaan yang ditangani oleh BPIP yaitu pada Manusia dan Kebudayaan (PMK) untuk mengundang semua
konseptualisasi atau dengan kata lain perencanaan dan K/L yang berada dalam lingkup bidang urusan
evaluasi, yang sifatnya lebih ke dalam tataran strategis pemerintahannya untuk membahas arah ke depan agar BPIP
sedangkan untuk implementasi dilakukan oleh dapat berperan optimal mendukung semua program
Kemendikbud (K/L). Artinya BPIP dalam hal ini menjadi pembinaan Ideologi Pancasila di setiap K/L.
pemangku kepentingan utama yang dapat mengevaluasi Hal penting lainnya yang perlu digarisbawahi adalah dalam
terhadap keberhasilan program pembinaan yang dilakukan pola interaksinya, perlu menyepakati ada shared outcome
di K/L. (tujuan bersama) secara jelas. Shared outcome dan
Berkaitan dengan pola interaksi yang belum kuat, selama kesepakatan antar Lembaga ini menjadi hal penting dalam
ini pola interaksi yang dijalankan oleh BPIP belum memiliki melakukan kerjasama kelembagaan antara BPIP dan
pola kerja yang terarah. Oleh karena itu, sulit untuk lembaga lain. Peran BPIP dalam hal ini dapat memastikan
mengatur pembagian tugas dari para aktor terlibat. Usulan ideologi Pancasila dapat diamalkan dan dilaksanakan
yang diberikan untuk mengefektifkan kerja sama sehingga dapat menjadi aktualisasi Pancasila itu sendiri.
kelembagaan adalah dengan pembuatan satu Instruksi K/L bersepakat bahwa harus ada Perjanjian Kerja Sama yang
Presiden (Inpres) yang di dalamnya menggambarkan tugas, dilakukan antara BPIP dengan masing-masing
tanggungjawab, dan prioritas masing-masing K/L dalam Kementerian/Lembaga mitra. Hal ini dilakukan agar ruang
menyelenggarakan program pembinaan ideologi Pancasila. lingkup kerjasama harus terdefinisi secara jelas dan detail
Secara umum pola kerjasama dalam eksekusi program agar masing-masing Kementerian/Lembaga mitra dapat
dalam rangka penguatan nilai-nilai Pancasila adalah menjalankan kerjasama dengan optimal. Kemudian
menyisipkan nilai-nilai Pancasila kepada program masing- dibutuhkan pedoman-pedoman untuk menjalankan
masing K/L sesuai dengan tugas dan fungsinya. Hubungan kerjasama. Misalnya pada bidang kependidikan, BPIP harus
kerjasama antara BPIP dan masing-masing membuat pedoman kerjasama agar ada standarisasi dan
Kementerian/Lembaga yang belum dilakukan secara keseragaman bahan ajar dalam melakukan pembinaan
spesifik dan terkoordinasi membuat berbagai usulan dan Ideologi Pancasila.
harapan disampaikan oleh para pemangku kepentingan.
Model pengelolaan yang diharapkan yaitu dapat dilakukan
dengan dua cara: Pertama, BPIP menyiapkan muatan STRATEGI MODEL JARINGAN
materi yang akan dititipkan di masing-masing K/L. KELEMBAGAAN: REKOMENDASI
Penguatan ideologi Pancasila di daerah 3T dengan modul-
modul untuk anak, orang tua, dan guru. Kedua, BPIP
sebagai inisiator program dan K/L terlibat dalam program Untuk dapat merealisasikan model jaringan lead network
yang diinisiasi oleh BPIP. governance secara efektif dalam tata kelola hubungan K/L
dengan BPIP, diperlukan berbagai strategi yang dapat
Perspektif Institutionalis Analysis dilakukan oleh BPIP didasari oleh identifikasi faktor-faktor
yang menentukan keberhasilan model kelembagaan sebagai
BPIP perlu menegaskan secara kelembagaan peran dan berikut:
posisinya sebagai leading sector dalam kerjasama dengan
masing-masing K/L mitra. BPIP hendaknya membuat 1. Terkait dengan aspek Aktor: keterlibatan aktor
standar dan pedoman tentang penguatan pembinaan dengan jumlah partisipan yang tergolong moderat
Ideologi Pancasila agar K/L mitra dapat menjalankan memerlukan strategi khusus. Dengan capaian kinerja
perannya dengan optimal dengan berpedoman pada yang dinilai masih kurang optimal, BPIP perlu
kebijakan BPIP tersebut. Selanjutnya, K/L mitra menyusun strategi dengan melibatkan Kementerian
Policy Brief – Pedoman Kerjasama BPIP dengan Lembaga Tinggi Negara, Kementerian/Lembaga, dan Pemda
4
Universitas Indonesia – Center for Study of Governance and Administrative Reform (UI-CSGAR)
Koordinator Pemberdayaan Manusia dan 3. Strategi terkait aspek institusional, BPIP harus
Kebudayaan untuk mendorong seluruh K/L melakukan pembenahan kelembagaan secara internal
melakukan diskusi bersama dengan BPIP untuk dengan melakukan evaluasi terhadap pencapaian
meraih dukungan agar kedepannya BPIP dapat kinerja dalam kerjasama pembinaan Ideologi
mendukung seluruh pembinaan Ideologi Pancasila. Pancasila. Hal ini dilakukan agar memiliki posisi yang
BPIP juga perlu mengadakan pertemuan secara rutin cukup kuat untuk mengkoordinir atau mengendalikan
yang melibatkan K/L dalam melaksanakan arah pembinaan Ideologi Pancasila oleh K/L yang
pembinaan Pancasila. Forum koordinasi ini sekaligus terlibat. BPIP perlu membuat pengukuran
menjadi salah satu alternatif untuk melakukan keberhasilan, memetakan target setiap tahun hingga
monitoring. melakukan evaluasi dalam hubungan kerjasama. BPIP
juga perlu membuat pedoman kerja sama untuk
2. Strategi terkait dengan aspek proses dengan memberikan trust K/L dalam menjalankan kerja sama.
identifikasi masalah berupa aturan yang belum Kemudian, dalam melembagakan BPIP sebagai
mampu mengukur efektivitas keberhasilan program leading sector maka diperlukan payung hukum yang
kerja sama dalam rangka pembinaan Ideologi kuat agar BPIP dapat menjadi pusat dari koordinasi
Pancasila dapat dilakukan oleh BPIP sebagai leading penguatan pembinaan Ideologi Pancasila. Selain itu,
sector dengan menginisiasi pembentukan BPIP juga perlu didukung dengan sumberdaya baik
instrumen/payung hukum yang lebih kuat untuk sumber daya manusia maupun sumber daya anggaran
mendukung pengkoordinasian pembinaan ideologi untuk dapat memimpin kerja sama penguatan
Pancasila di lingkungan K/L. Adapun payung hukum pembinaan Ideologi Pancasila.
tersebut dapat berupa Perpres, Keppres, Inpres, dan
SKB Menteri. BPIP perlu segera menyusun dan 4. Selain itu, orkestrasi kerjasama BPIP dengan Mitra
mengesahkan Perjanjian Kerja Sama dengan masing- (K/L/Daerah) secara operasional dapat difokuskan
masing K/L yang telah memiliki Nota Kesepahaman. menjadi lima fokus strategi, yaitu 1) strategi
Kemudian, BPIP perlu membuat timetable jadwal membentuk Panduan atau Pedoman sebagai aturan
program-program kerja sama dengan K/L sehingga main Kerjasama, 2) mengoptimalkan peras sebagai
BPIP juga dapat dengan mudah monitoring capaian konduktor datau leading sector, 3) menerapkan
program-program yang dijalankan. Selain itu, perlu proses perencanaan dna evaluasi yang terkoordinasi
adanya pembuatan tim kerjasama antara BPIP dengan Mitra (K/L/Permda), 4) Mengatur ulang peran
dengan K/L terkait untuk memastikan agar unit-unit dan fungsi Kelembagaan secara internal organisasi
teknis masing-masing K/L memiliki komitmen dalam BPIP, dan 5) Optimalisasi peran Kementerian
melaksanakan kerjasama. Koordinator.
Policy Brief – Pedoman Kerjasama BPIP dengan Lembaga Tinggi Negara, Kementerian/Lembaga, dan Pemda
5