Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“ PERKEMBANGAN PERSEPTUAL “
Di susun guna melengkapi tugas Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik
Dosen Pengampu : Suhadah,S.Pd,M.Pd
Dela Aulia Putri ( 200080 )
Badriah ( 200068 )

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PGSD
UNIVERSITAS PRIMA GRAHA
SERANG – BANTEN
2022 / 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
menjadikan manusia sebagai makhluk sempurna yang dilengkapi dengan akal
pikiran, supaya manusia mampu memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Kemudian shalawat beserta salam penulis sampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW selaku utusan Allah SWT yang bertugas untuk menyampaikan
risalah-Nya sebagai petunjuk dan peringatan untuk manusia.
Penulisan makalah ini menjadi suatu bahan bagi penulis untuk memenuhi
tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Secara umum makalah ini
memuat materi tentang Perkembangan Fisik dan Perkembangan Perseptual Anak
Usia Sekolah Dasar serta Implikasi bagi Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah
Dasar. Tim penulis telah berusaha maksimal membuat makalah ini, walaupun
masih ada kekurangan. Pada kesempatan ini, penulis tidak lupa menyampaikan
rasa terima kasih dan kepada pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian
makalah ini terutama kepada:
1. Ibu Suhadah,S.Pd,M.Pd selaku dosen pembimbing yang senantiasa
memberikan arahan dalam proses perkuliahan
2. teman-teman dalam kelompok yang sudah bekerja keras mengerjakan
tugas ini serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga bimbingan dan bantuan yang telah diberikan, menjadi amal
kebaikan disisi Allah SWT. Penulis mengharapkan kritikan dan saran demi
kemajuan penulis dimasa depan. Semoga makalah dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak, baik yang terkait secara langsung maupun tidak langsung.
Akhir kata, semoga Allah SWT. selalu memberikan kekuatan dan
memberkahi semua amal baik yang telah kita perbuat. Amin.

Serang , Maret 2022

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI
COVER ………………………………………………………………………. 1
KATA PEGANTAR .........................................................................................
2
DAFTAR ISI .....................................................................................................
3
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….
4
A. Latar Belakang ............................................................................................
5
B. Rumusan Masalah .......................................................................................
5
C. Tujuan Penulisan .........................................................................................
5
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………
6
A. Perkembangan Fisik ...............................................................................
6/10
B. Perkembangan Perseptual ....................................................................
10/12
C. Implikasi bagi Penyelenggaraan Pendidikan di SD ..............................
12/15
BAB III PENUTUP………………………………………………………….
16
A. Kesimpulan ...............................................................................................
16
B. Saran ......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan anak merupakan sesuatu yang kompleks. Artinya ada banyak
faktor yang berpengaruh dan saling berhubungan dalam proses perkembangan
anak. Baik unsur-unsur bawaan maupun unsur-unsur pengalaman yang didapat
dalam interaksi lingkungan. Yang keduanya (unsur bawaan dan lingkungan)
memiliki pengaruh tertentu terhadap proses perkembangan anak tersebut.

Secara fisik anak pada usia SD memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda
dengan kondisi fisik sebelum dan sesudahnya. Karakteristik perkembangan fisik
ini perlu dipelajari dan dipahami oleh para guru (calon guru) SD karena akan
memiliki implikasi tertentu bagi penyelenggaran pendidikan. Dalam hal ini
diasumsikan bahwa aktivitas-aktivitas anak, termasuk aktivitas belajar dan
aktivitas-aktivitas mental lainnya, akan banyak dipengaruhi oleh kondisi fisiknya.
Selain itu, juga diyakini bahwa pertumbuhan fisik anak dapat memberi pengaruh
terhadap perkembangan kepribadian anak secara keseluruhan.

Dalam makalah ini, penyaji lebih memfokuskan dalam pembahasan


perkembangan fisik dan perkembangan perseptual anak usia SD serta implikasi
bagi penyelenggaraan pendidikan di SD.

4
Dengan bekal pemahaman tentang perkembangan anak usia SD, guru
diharapkan dapat mengaplikasikan pemahaman tersebut dalam menyelenggarakan
proses pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan anak SD.

Perkembangan anak penting dijadikan perhatian yang khusus bagi orangtua.


Sebab, proses tumbuh kembang anak akan mempengaruhi kehidupan mereka pada
masa yang akan datang.

Jika perkembangan anak luput dari perhatian orang tua (tanpa arahan dan
pendampingan orang tua), maka anak akan tumbuh seadanya sesuai dengan yang
hadir dan menghampiri mereka.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat
diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah perkembangan fisik anak usia SD ?
2. Bagaimanakah perkembangan perseptual anak usia SD ?
3. Bagaimanakah implikasinya bagi penyelenggaraan pendidikan di
SD ?
C. Tujuan Penulisan
Beranjak dari rumusan masalah di atas, maka diperoleh tujuan dari
penulisan makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui perkembangan fisik anak usia SD.
2. Untuk mengetahui perkembangan perseptual anak usia SD.
3. Untuk mengetahui implikasinya bagi penyelenggaraan pendidikan
di SD

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Fisik
Anak sekolah dasar di Indonesia pada umumnya berada pada rentang usia
sekitar 6-12 tahun. Dalam psikologi perkembangan, rentang usia tersebut
lazimnya disebut sebagai masa anak (middle and late chilhood), yaitu suatu fase
antara masa kanak-kanak (early chilhood) dan masa remaja (adolescene). Sebutan
lain yang sering digunakan adalah masa usia sekolah. Sebutan ini mungkin
diberikan karena anak pada usia ini mulai memasuki dunia pendidikan formal,
yaitu sekolah.
Pembahasan mengenai perkembangan fisik anak SD ini mencakup aspek
tinggi dan berat badan, serta proporsi tubuh dan dampak-dampak psikologis yang
dapat ditimbulkannya. Perkembangan fisik anak SD ini mencakup aspek-aspek
sebagai berikut :
1. Tinggi dan Berat Badan
Menurut Khairanis (2000 : 36) Perkembangan fisik anak usia SD bila
dibanding dengan masa usia remaja dan usia dini cenderung lebih lambat
dan bersifat konsisten. Perkembangan ini berlangsung sampai terjadinya
perubahan besar pada awal pubertas. Rata-rata anak usia SD mengalami
penambahan berat badan sekitar 2,5-3,5 kg, dan penambahan tinggi badan
5-7 cm pertahun.

6
Menurut Mussen, Conger & Kagan dalam Mubin (2006 : 91) sampai
dengan usia sekitar 6 tahun terlihat bahwa badan anak bagian atas
berkembang lebih lambat dari pada bagian bawah. Anggota-anggota badan
relatif lebih pendek, kepala dan perut relatif lebih besar. Selama masa
akhir masa anak-anak, tinggi bertumbuh sekitar 5 hingga 6 % dan berat
bertambah sekitar 10 % setiap tahun. Pada usia 6 tahun tinggi rata-rata
anak adalah 46 inci dengan berat 22,5 kg. Kemudian pada usia 12 tahun
tnggi anak mencapai 60 inci dan berat 40 hingga42,5 kg.
Jadi, perkembangan tinggi dan berat badan anak usia SD cenderung
lebih lambat dan bersifat konsisten. Pada masa ini peningkatan berat badan
anak lebih banyak dari pada panjang badannya. Peningkatan berat badan
anak selama masa ini terjadi terutama karena bertambahnya ukuran sistem
rangka dan otot, serta ukuran beberapa organ tubuh lainnya.
2. Proporsi dan Bentuk Tubuh
Menurut Khairanis (2000 : 36) “anak SD kelas-kelas awal umumnya
masih memiliki proporsi tubuh yang kurang seimbang.
Kekurangseimbangan ini sedikit demi sedikit berkurang sampai terlihat
perbedaannya ketika anak mencapai kelas 5 atau 6. Pada kelas-kelas akhir
SD, lazimnya proporsi tubuh anak sudah mendekati keseimbangan”.
Sementara itu, menurut Desmita (2009 : 77) Seiring dengan
pertambahan tinggi dan berat badan, percepatan pertumbuhan pada masa
pubertas juga terjadi pada proporsi tubuh. Bagian-bagian tubuh tertentu
yang sebelumnya terlalu kecil, pada masa pubertas menjadi besar. Hal ini
terlihat jelas pada perkembangan tangan dan kaki,yang sering tidak
proporsional. Perubahan proporsi tubuh yang tidak seimbang ini
menyebabkan anak merasa kaku dan canggung, serta khawatir bahwa
badannya tidak akan pernah serasi dengan tangan dan kakinya.
Kondisi dan bentuk tubuh anak dapat memberikan dampak psikologis
tertentu kepada anak. Kondisi proporsi tubuh yang kurang seimbang atau
bentuk tubuh yang berkelainan dapat menumbuhkan sikap-sikap negatif,
yakni berupa kekurangpuasan atau bahkan penolakan terhadap dirinya
sendiri (selfrejection). Hal demikian tentunya akan dapat mempengaruhi

7
perkembangan kepribadian anak, khususnya dalam pembentukan kesan
tentang tubuh (bodi image) dan konsep dirinya (self concept).
Secara langsung perkembangan fisik seorang anak akan menentukan
keterampilan anak dalam bergerak. Seorang anak usia 6 tahun yang bagian
tubuhnya sesuai dengan usia tersebut, akan dapat melakukan hal-hal yang
lazim dilakukan oleh anak berumur 6 tahun. Namun apabila ia mengalami
hambatan atau cacat tertentu, sehingga tubuhnya tidak berkembang dengan
sempurna. Maka tidak mungkin mengikuti permainan yang dilakukan oleh
teman sebayanya.
Sedangkan secara tidak langsung, perkembangan fisik akan
mempengaruhi bagaimana anak memandang dirinya sendiri dan
bagaimana dia memandang orang lain. Ini semua akan tercermin dari pola
penyesuaian diri anak secara umum. Seorang anak misalnya, yang terlalu
gemuk akan menyadari bahwa dia tidak dapat mengikuti permainan yang
dilakukan oleh teman sebayanya. Di pihak lain, teman-temanya akan
menganggap anak gendut itu terlalu lamban, dan tidak pernah lagi diajak
bermain. Semula timbul perasaan tidak mampu, selanjutnya akan muncul
perasaan tertimpa nasib buruk.
3. Otak.
Otak adalah sebuah sistem biologis manusia yang sengaja diciptakan
Allah Swt. Untuk mengindera dunia dan sekaligus memberikan berbagai
tanggapan terhadapnya. Otak ada untuk mengoptimalkan perilaku,
sehingga tubuh mampu menghadapi tantangan dan kesempatan yang
datang setiap saat. Pada saat yang sama, otak juga membangkitkan
kewaspadaan. Aktivitas sel saraf yang terorganisir akan dirasakan sebagai
aktivitas mental yang teratur. Jadi, otak lebih dari sekadar suatu gumpulan
keriput dalam tengkorak manusia, tetapi sesungguhnya otak menjalar ke
seluruh tubuh. Tak satu pun organ atau sel dalam tubuh kita yang telepas
dari jangkauan otak.
Menurut Khairanis (2000 : 39) “perkembangan otak dan system syaraf
merupakan salah satu aspek terpenting dalam perkembangan
individu. Dalam otak terdapat pusat-pusat syaraf yang mengendalikan

8
perilaku”. Sementara itu, menurut Desmita (2009 : 89) “pada usia 5 atau 6
hingga 7 tahun, ukuran otak anak telah mencapai dua pertiga otak orang
dewasa, tetapi memiliki 5-7 kali lebih banyak sambungan antarneuron dari
pada otak anak sudah dapat dikatakan sempurna, tetapi cara kerjanya
terperinci di dalam otak masih memerlukan waktu untuk berkembang
penuh”.
Bila dibandingkan dengan perkembangan bagian tubuh
lain, perkembangan otak dan kepala jauh lebih cepat. Kematangan otak
yang dikombinasikan dengan pengalaman berinteraksi dengan lingkungan
sangat berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak. Dalam hal ini,
bukan sekedar kebutuhan nutrisi yang perlu dipenuhi, melainkan juga
diperlukan rangsangan-rangsangan yang membuat otak anak itu berfungsi.

4. Keterampilan Motorik
Menurut Mubin (2006 : 92) Dengan terus bertambahnya berat dan
kekuatan badan, maka selama masa pertengahan dan akhir anak-anak ini
perkembangan motorik menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi
dibandingkan dengan awal masa anak-anak. Anak-anak lebih cepat dalam
berlari, dan makin pandai meloncat. Anak juga makin mampu menjaga
keseimbangan badannya. Penguasaan badan seperti membungkuk,
melakukan bermacam-macam latihan senam serta aktivitas olah raga
berkembang pesat.
Selain itu, menurut Yusuf (2011 : 59) Fase atau usia sekolah dasar (7-12
tahun) ditandai dengan gerak atau aktivitas motorik yang lincah. Oleh
karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan
yang berkaitan dengan motorik, baik halus maupun kasar, dapat dijelasan
sebagai berikut. Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu
faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan
maupun keterampilan. Oleh karena itu, perkembangan motorik sangat
menunjang keberhasilan belajar peserta didik.
Sejak usia 6 tahun, koordinasi antara mata dan tangan yang dibutuhkan
untuk membidik, menyepak, melempar dan menangkap juga berkembang.

9
Dari usia 8 hingga 10 tahun, tangan dapat digunakan secara bebas, mudah
dan tepat. Koordinasi motorik halus berkembang , dimana anak sudah
dapat menulis dengan baik. Ukuran huruf menjadi lebih kecil dan lebih
rapi. Pada usia 10 sampai 12 tahun, anak-anak mulai memperhatikan
gerakan-gerakan komplek, rumit, dan cepat, untuk memperhalus
keterampilan-keterampilan motorik mereka, anak-anak terus melakukan
berbagai aktivitas fisik. Aktivitas fisik ini dilakukan dalam bentuk
permainan yang diatur oleh mereka sendiri, seperti permainan umpet-
umpetan, dimana anak menggunakan keterampilan motornya. Disamping
itu, anak-anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga
yang bersifat formal, seperti olahraga, senam, berenag dan lain-lain.

Motorik Halus Motorik Kasar


Menulis Baris berbaris
Menggambar atau melukis Seni bela diri (seperti pencak silat, dan
Mengetik (komputer) karate)
Merupa (seperti membuat kerajinan Senam
dari tanah liat) Berenang
Menjahit Atletik
Membuatkerajianan dari kertas Main sepak bola, dsb

Tabel 1 Perkembangan Motorik Anak (Yusuf, 2011 : 60)

B. Perkembangan Perseptual

Perkembangan perseptual anak merupakan reaksi dari rangsangan untuk


alat indra. Baik melalui penglihatan, pendengaran, sentuhan, atau penciuman yang
kemudian akan diteruskan ke otak untuk diolah menjadi suatu persepsi yang
belum diketahui kebenarannya.

Perkembangan perseptual anak erat kaitannya dengan perkembangan sel


dan jaringan otak (Kartadinata, 1997 : 57). Aktivitas perseptual pada dasarnya
merupakan proses pengenalan individu terhadap lingkungannya. Semua informasi
tentang lingkungan sampai kepada individu melalui alat-alat indra yang kemudian

10
diteruskan melalui syaraf sensori ke bagian otak. Secara garis besar ada tiga
proses aktivitas perseptual yang perlu dipahami, yaitu sensasi, persepsi dan atensi.
Namun dalam prosesnya, sensasi dan persepsi itu mungkin lebih sulit dipisahkan.
Artinya, kedua proses itu merupakan sesuatu yang berlangsung secara bersamaan.

1. Sensasi
Sensasi yaitu peristiwa penerimaan informasi oleh indra penerima.
Sensasi terjadi saat adanya kontak antara informasi dengan indera
penerima. Contoh gelombang udara yang bergetar diterima oleh telinga
luar. Dengan demikian, dalam sensasi terjadi proses deteksi informasi
secara indrawi.
2. Persepsi
Persepsi berasal dari bahasa Inggris “perseption” yang diambil dari
bahasa Latin “perceptio” yang berarti menerima atau mengambil. Menurut
Leavitt, (1978) persepsi dala arti sempit adalah “penglihatan”, yaitu
bagaiman cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas
persepsi adalah “pandangan” yaitu bagaimana seseorang dalam
memandang atau mengartikan sesuatu.
Menurut Khairanis (2000 : 40) “persepsi adalah interpretasi
terhadap informasi yang ditangkap oleh indra penerima. Persepsi
merupakan proses pengolahan informasi lebih lanjut dari aktivitas sensasi.
Misalnya, orang menjadi tahu bahwa yang didengarnya itu adalah suara
musik, suara mobil, suara binatang dan sejenisnya”.
Sementara itu, menurut Desmita (2009 : 115) Persepsi adalah salah
satu aspek kognitif manusia yang sangat penting yang memungkinkannya
untuk mengetahui dan memahami dunia sekelilingnya. Tanpa persepsi
yang benar, manusia mustahil dapat menangkap dan memaknai berbagai
fenomena, informasi atau data yang mengitarinya. Demikian pula halnya
dengan kehadiran peserta didik di sekolah, tidak akan mendapatkan
kemanfaatan yang berarti dari informasi atau materi pelajaran yang
disampaikan guru, atau mungkin akan menyesatkan, tanpa adanya pesepsi
yang benar. Hal ini karena persepsi menyangkut masuknya informasi ke
dalam otak manusia.

11
Jadi, persepsi pada dasarnya menyangkut hubungan manusia
dengan lingkungannya, bagaimana ia mengerti dan menginterpretasikan
rangsangan yang ada dilingkungannya dengan menggunakan pengetahuan
yang dimilikinya, kemudian ia memproses hasil penginderaanya itu,
sehingga timbullah makna tentang objek itu.
Persepsi seseorang terhadap suatu benda atau realitas belum tentu
sesuai dengan benda atau realitas yang sesungguhnya. Demikian juga,
pribadi-pribadi yang berbeda akan mempersepsikan sesuatu yang berbeda
pula.

3. Atensi
Menurut Khairanis (2000 : 40) “atensi mengacu kepada selektivitas
persepsi. Dengan atensi, kesadaran seseorang bisa hanya tertuju kepada
suatu objek atau informasi dengan mengabaikan objek-objek lainnya”.
Sementara itu menurut Desmita (2009 : 126) atensi atau perhatian
juga merupakan salah satu aspek perkembangan kognitif yang penting
dalam perspektif pemrosesan informasi. Tanpa adanya atensi dari peserta
didik maka informasi yang disampakan guru mustahil dipahami oleh
peserta didik. Sebaliknya, peserta didik yang memberikan atensi atau
perhatian penuh dalam proses pembelajaran, akan mudah memahami dari
guru dan mudah pula menyimpannya dalam sistem memorinya. Jadi,
atensi adalah suatu perhatian yang dikhususkan untuk suatu objek dengan
mengabaikan objek yang lain.
C. Implikasi bagi Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah Dasar
Meskipun tidak sepesat pada usia dini, perkembangan fisik anak terus
berlangsung selama usia SD. Begitu pula perkembangan perseptual anak terus
mengalami penajaman dan penghalusan. Bahkan hampir semua aspek perseptual
tersebut baru mencapai puncak perkembangannya pada usia SD tersebut.
Hal lain yang perlu disadari kembali bahwa perkembangan fisik dan
perseptual anak itu memiliki keterjalinan dengan aspek-aspek perkembangan
lainnya. Artinya permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam perkembangan
lainnya. Artinya permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam perkembangan

12
fisik dan perseptual anak bisa berdampak negatif terhadap aspek-aspek
perkembangan lainnya.

Dua pemikiran di atas menyarankan agar pendidik benar-benar memberikan


perhatian yang cukup terhadap aspek perkembangan fisik dan perseptual anak.
Perhatian pendidik terhadap aspek ini bukan sekedar untuk kepentingan
perkembangan fisik semata, melainkan untuk kepentingan perkembangan dan
aktivitas belajar secara keseluruhan.
Pemahaman kita tentang karakteristik perkembangan fisik anak serta faktor-
faktor yang mempengaruhi dan konsekuensi-konsekuensi yang dapat
ditimbulkannya, akhirnya membawa beberapa implikasi praktis bagi
penyelenggaraan pendidikan di SD. Implikasi-implikasi tersebut khususnya
berkenaan dengan penyelenggaraan pembelajaran secara umum, pemeliharaan
kesehatan dan nutrisi anak, pendidikan jasmani dan kesehatan, serta penciptaan
lingkungan dan pembiasaan berperilaku sehat.
Anak usia SD sudah lebih mampu mengontrol tubuhnya dari anak pada
usia sebelumnya. Kondisi demikian membuat anak SD dapat memberikan
perhatian yang lebih lama terhadap kegiatan pembelajaran yang sedang
berlangsung. Namun perlu di ingat bahwa kondisi fisik mereka masih jauh dari
matang dan masih terus berkembang fisik mereka masih memerlukan banyak
gerak baik untuk kepentingan peningkatan dan pengayaan keterampilan-
keterampilan motoriknya maupun untuk pemenuhan kebutuhan akan gerak dan
kesenangan mereka. Begitu pun kondisi perkembangan perseptualnya masih
mengalami penajaman dan penghalusan. Aspek-aspek perseptual ini akan
berkembang dengan baik kalau dirangsang dan di fungsikan melalui interaksi
dengan lingkungan.
Berikut beberapa srategi yang dapat digunakan guru dalam membantu
peserta didik mengembangkan proses-proses kognitifnya :
1. Ajak peserta didik untuk memfokuskan perhatian dan meminimalkan
ganguan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengemukakan tujuan
pembelajaran, mengemukakan tentang pentingnya materi bagi mereka.
Kemukakan juga kepada peserta didik betapa pentingnya memfokuskan

13
perhatian ketika ia harus mengingat sesuatu. Beri mereka latihan
memfokuskan perhatian tanpa adanya gangguan.
2. Gunakan isyarat, gerakan dan perubahan nada suara yang menunjukkan
bahwa ada sesuatu yang penting. Caranya bisa dengan memperkeras suara,
mengulangi sesuatu dengan penekanan, berjalan keliling ruangan,
menunjuk, dan sebagainya.
3. Bantu peserta didik untuk membuat isyarat untuk petunjuk sendiri atau
memahami suatu kalimat yang perlu mereka perhatiakan. Beri variai dari
bulan ke bulan dan menu opsi untuk dipilih, seperti “perhatian”, “fokus”,
atau “ingat”. Biarkan mereka mengungkapkan kata-kata tersebut atau
mengucapkannya dalam hati pada diri mereka untuk memfokuskan
kembali fikiran mereka yang mungkin tidak konsentrasi.
4. Gunakan komentar instruksional, seperti “baik, mari kita
diskusikan ...sekarang perhatikan.”
5. Buat pembelajaran menjadi menarik. Caranya mungkin dengan
menghubungkan suatu gagasn dengan minat siswa sehingga meningkatkan
perhatian mereka, seskali beri latihan yang tidak biasa dan menarik.
Bangkitkan rasa ingin tahu mereka dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan seperti : “Apa yang akan terjadi jika....?” dan pertanyaan-
pertanyaan dramatis lain untuk memperkenalkan berbagai topik yang akan
diajarkan.
6. Gunakan media dan teknologi secar efektif sebagai bagian dari penagajran
di kelas.
7. Fokuskan pada pembelajaran aktif untuk membuat proses pembelajran
menjadi lebih menyenangkan, mengurangi kejenuhan dan meningkatkan
perhatian.
8. Ubah lingkungan fisik dengan mengubah tata ruang, model tempat duduk,
atau berpindah pada satu setting berbeda.
9. Ubah jalur indrawi dengan memberi suatu pelajaran yang mengharuskan
peserta didk menyentuh, membaui atau merasakan.
10. Hindari perilaku yang membingungkan, seperti mengayun-ayunkan pensil
atau menyentuh rambut di kepala.

14
11. Dorong peserta didik untuk mengingat materi pembelajaran secara lebih
mendalam, bukan mengingat sepintas lalu. Anaka akan mengingat
informasi dengan lebih baik dalam jangka panjang apabila mereka
memahami informasi tersebut, bukan sekedar mengingat tanpa
pemahaman.
12. Bantu peserta didk menata informasi yang akan dimasukkan ke dalam
memori. Penataan ini dianggap penting karena peserta didik akan
mengingat informasi dengan lebih baik jika mereka menatannya secar
hierrarkis. Semakin tertata informasi yang disajikan guru, maka semakin
mudah peserta didik mengingatnya.
13. Bantu peserta didik mengingat kembali informasi yang disajikan
sebelumnya. Pembelajaran merupakan integrasi informasi baru dengan
struktur kognitif yang ada.
14. Bantu peserta didik memahami dan mengombinasi informasi. Stategi
untuk membantu peserta didik memahami pelajaran dan mengombinasi
informasi lama dengan informasi baru adalah membuat setiap pembelajran
sebermakna mungkin. Pembelajaran bermakna bukan hanya dilihat dari
aspek materi atau bahannya yang bermakna, tetapi juga bermakna bagi
peserta didik secara khas. Jika peserta didk sendiri tidak menemukan
makna bagi diri mereka maka, keahlian, keterampilan dan pemahaman
tidak mungkin terbentukpada diri peserta didik. Dengan demikian
pembelajaran yang bermakna dipersentasikan dengan kosakata yang
memiliki arti bagi peserta didik. Istilah-istilah baru dijelaskan dengan
menggunakan kata dan iede yang lebih akrab.
15. Latih peserta didik menggunakan strategi mnemonik. Mnemonik adalah
salah satu strategi dengan cara menghafal. Tujuan mnemonik adalah untuk
menghubungkan materi baru yang diajarkan dengan informasi lama yang
sudah di kenal. fisik dan perseptual anak bisa berdampak negatif terhadap
aspek-aspek perkembangan lainnya.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bila dibanding dengan pada usia dini dan masa remaja,
pertumbuhan fisik anak pada usia SD cenderung lebih lambat dan relatif
konsisten. Laju perkembangan seperti ini berlangsung sampai terjadinya
perubahan-perubahan besar pada awal pubertas. Pembahasan mengenai
perkembangan fisik anak SD mencakup aspek tinggi dan berat badan,
serta proporsi tubuh dan dampak-dampak psikologis yang dapat
ditimbulkannya.
Perkembangan perseptual anak merupakan reaksi dari rangsangan
untuk alat indra. Baik melalui penglihatan, pendengaran, sentuhan, atau
penciuman yang kemudian akan diteruskan ke otak untuk diolah menjadi
suatu persepsi yang belum diketahui kebenarannya. Secara garis besar ada
tiga proses aktivitas perseptual yang perlu dipahami, yaitu sensasi,
persepsi dan atensi. Sensasi yaitu peristiwa penerimaan informasi oleh
indra penerima. Persepsi merupakan proses pengolahan informasi lebih
lanjut dari aktivitas sensasi. Atensi adalah suatu perhatian yang
dikhususkan untuk suatu objek dengan mengabaikan objek yang lain.

16
B. Saran
Melalui penulisan makalah ini diharapkan guru SD dan calon guru
SD dapat mengetahui dan memahami tugas perkembangan anak usia SD
serta melaksanakan praktek pendidikan yang diperlukan dalam melayani
tugas perkembangan anak, karena setiap individu memiliki perbedaan
tahapan pertumbuhan dan tugas perkembangan yang berbeda pula
sehingga guru maupun calon guru SD harus memahami hal tersebut
mengingat di lapangan mungkin saja akan dijumpai beberapa siswa yang
mengalami perkembangan yang lambat sehingga mengalami kesulitan
dalam belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Rosda Karya.


Khairanis dan Darnis Arif. 2000. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Padang: DIP
Universitas Negeri Padang.
Mubin dan Ani Cahyadi. 2006. Psikologi Perkembangan. Ciputat: Quantum Teaching.
Yusuf, Syamsu dan Nani M. Sugandi. 2011, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.

17

Anda mungkin juga menyukai