Anda di halaman 1dari 13

DOKUMEN STUDI KELAYAKAN

KOMODITAS BATUAN (PASIR PASANG)


CV. MITRA GEOTAMA – KUBU RAYA

BAB II
GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

2.1. Geologi Regional


Kalimantan merupakan daerah yang memiliki tektonik yang kompleks.Adanya interaksi
konvergen antara 3 lempeng utama, yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik,
dan Lempeng Asia yang membentuk daerah Timur Kalimantan (Hamilton, 1979).
Kerangka tektonik Pulau Kalimantan oleh Nuay (1985) dibagi menjadi 10 unit, yaitu
Paparan sunda, Cekungan melawi-Ketungau, Pegunungan Mangkalihat, Cekungan
Kalimantan Barat Laut, Paternosfer platform, Cekungan Tarakan, Tinggian kucing,
Cekungan Barito, Tinggian meratus, Cekungan Asam-asam (Lihat Gambar 2.1).

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Pontianak /Nanga Taman (Pieters dan Sanyoto,
1993), secara geologis daerah Kabupaten Kubu Raya hampir seluruhnya terdiri dari
endapan aluvial, pasang surut, danau, rawa dan undak. Berdasarkan posisinya, seluruh
areal studi terletak pada formasi aluvium dan endapan rawa (Qa) yang merupakan
formasi paling muda berumur quarter. Formasi ini terdiri dari kerikil, pasir, lanau,
lumpur dan gambut. Endapan ini menutupi dataran aluvial dan pasang surut di bagian
barat, lembah sungai kapuas dan lembah – lembah sungai besar lainnya yang mengalir
ke terain perbukitan yang terpotong – potong dan kedalam dataran aluvial. Bagian
barat dan selatan terdiri dari endapan – endapan laut dan sungai baru berumur paling
muda dan menempati seluruh zona pertanian bagian barat Kubu Raya. Zona pantai
terdiri dari cekungan liat yang tertutup oleh rawa – rawa gambut dan dilintasi danau –
danau dangkal dan rawa yang terkena banjir secara periodik yang berada diantara teras
– teras tertutup gambut.

Wilayah Kabupaten Kubu Raya secara fisik terbentuk oleh berbagai macam formasi
geologi yang pada umumnya berumur antara jaman jura sampai pliosen dan kuarter,
secara keseluruhan terdapat 6 jenis formasi geologi dengan penyebaran luas yang
bervariasi. Formasi geologi yang paling dominan adalah endapan aluvial - rawa dengan
luasan mencapai ± 689.045,14 (98,64 %) dari total luas wilayah kabupaten. Urutan
selanjutnya adalah Granit Sukadana (Kus) 0,7 0 %, Tonalit Sepauk (Kls) 0,19 %,

II -
CV. MITRA GEOTAMA
1
DOKUMEN STUDI KELAYAKAN
KOMODITAS BATUAN (PASIR PASANG)
CV. MITRA GEOTAMA – KUBU RAYA

Batuan Gunungapi Kerabai 0,19 %, Batupasir Kempari 0,17 %, dan Batupasir Sekayam
0 ,1 1 %.

Gambar 2.1. Tektonik Regional Kalimantan, Hartono (1984, 1985)

Daerah penyelidikan terletak di Desa Pulau Limbung Kecamatan Sungai Raya


Kabupaten Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat. Kabupaten Kubu Raya merupakan
salah satu kabupaten yang terletak di sebelah Barat Daya dari Propinsi Kalimantan
Barat. Informasi mengenai daerah inventarisasi diperoleh dari publikasi Peta Geologi
Lembar Pontianak/Nangataman, Kalimantan skala gambar 1:250.000 terbitan Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung (P. Sanyoto (GRDC) dan P.E. Pieters
(AGSO), 1993). Lembar Pontianak/Nangataman (Lihat Gambar 2.6) terletak dibagian
Barat Daya Provinsi Kalimantan Barat. Fisiografi daerah ini dicirikan oleh delta sungai
dan daerah endapan alluvial dan rawa.

2.1.1. Topografi/Bathimetri Regional


Pembagian satuan geomorfologi pada umumnya mengacu pada klasifikasi van
Zuidam & van Zuidam–Cancelado (1979), van Zuidam (1985) dan Brahmantyo
& Bandono (2006). Pembagian geomorfologi menurut van Zuidam & van
Zuidam–Cancelado (1979), van Zuidam (1985) berdasarkan pada aspek

II -
CV. MITRA GEOTAMA
2
DOKUMEN STUDI KELAYAKAN
KOMODITAS BATUAN (PASIR PASANG)
CV. MITRA GEOTAMA – KUBU RAYA

morfoarrangement, morfometri dan morfogenesa serta pengamatan lapangan.


Dasar pembagian satuan geomorfologi tersebut berdasarkan :
a. Morfoarrangement merupakan pembagian kenampakan morfologi yang
didasarkan pada pola kontur.
b. Morfometri merupakan pembagian kenampakan geomorfologi yang
didasarkan pada perhitungan kelerengan yang meliputi beda tinggi dan sudut
lereng (slope). Klasifikasi yang digunakan dalam pembagian satuan
geomorfologi daerah penelitian ditentukan secara kuantitatif berdasarkan
harga sudut lereng dan beda tinggi (van Zuidam dan van Zuidam – Cancelado,
1979).
c. Morfogenesa adalah pembagian satuan geomorfologi berdasarkan struktur
geologi dan litologi sebagai hasil genetik. Pembagian satuan geomorfologi
secara genesis yang ditunjuk dari segi kontrol pembentukan geomorfologinya
berupa struktur geologi, seperti sesar, lipatan dan proses geologi, seperti erosi,
pelapukan dan transportasi baik itu awal maupun akhir pembentukannya. Hal
ini mengacu pada klasifikasi van Zuidam (1985). Sedangkan pembagian
morfologi menurut Brahmantyo & Bandono (2006), berdasarkan pada prinsip-
prinsip utama geologis tentang pembentukan morfologi yang mengacu pada
proses-proses geologis baik endogen maupun eksogen, interpretasi dan
penamaannya berdasarkan kepada deskriptif eksplanatoris (genetis) dan bukan
secara empiris (terminologi geografis umum) ataupun parametris misalnya
dari kriteria persen lereng.

Morfogenesis daerah penelitian mengacu pada aturan klasifikasi bentuk muka


bumi Brahmantyo dan Bandono (2006), kasifikasi BMB ini mempunyai prinsip-
prinsip utama geologis tentang pembentukan morfologi yang mengacu pada
proses-proses geologis baik endogen maupun eksogen. Interpretasi dan
penamaannya berdasarkan kepada deskriptif eksplanatoris (genetis) dan bukan
secara empiris (terminologi geografis umum) ataupun parametris misalnya dari
kriteria persen lereng.

Daerah penelitian masuk morfogenesis Endapan Aluvial, pembagian


mofogenesis yang digunakan berdasarkan aspek morfologi geologi bukan

II -
CV. MITRA GEOTAMA
3
DOKUMEN STUDI KELAYAKAN
KOMODITAS BATUAN (PASIR PASANG)
CV. MITRA GEOTAMA – KUBU RAYA

morfologi geografi artinya bahwa pembagian satuan geomorfologi pada


klasifikasi bentuk muka bumi ini merupakan bentuk morfologi yang mengacu
pada genetik batuan.

Keadaaan geomorfologi daerah penelitian, yaitu di Kecamatan Sungai Raya


bervariasi dengan didominasinya bentuk bentang alam sungai dan fluvial
meliputi delta dan meander sungai. Berdasarkan pada klasifikasi Geomorfologi,
maka daerah penyelidikan dapat dibagi menjadi 1 satuan morfologi yakni
Bentukan Asal Fluvial (Dataran Aluvial, Tanggul Sungai, Dataran Banjir, dan
Delta) (Lihat Gambar 2.2, dan Gambar 2.3).

Gambar 2.2. Bentang Alam Fluvial


(https://www.geomacorner.com/2018/01/bentang-alam-fluvial)

II -
CV. MITRA GEOTAMA
4
DOKUMEN STUDI KELAYAKAN
KOMODITAS BATUAN (PASIR PASANG)
CV. MITRA GEOTAMA – KUBU RAYA

Gambar 2.3. Morfologi Fluvial


https://borneochannel.com/sungai-kapuas/

2.1.2. Litologi Regional


Secara regional batuan penyusun lembar Pontianak/Nangataman terdiri atas
batuan – batuan berumur Paleozoikum, Mesozoium, Tersier dan Kuarter barikut
secara stratigrafi berturut-turut penyusun lembar Putussibau dari muda ke tua (P.
Sanyoto (GRDC) dan P.E. Pieters (AGSO), 1993) (Lihat Gambar 2.4).
 Endapan Aluvium, Pantai, Danau, Rawa, dan Undak (Qa) : Lumpur, pasir,
kerikil, dan sisa tumbuhan.
 Endapan Talus (Qs) : Kerikil, dan pasir.
 Batuan Terobosan Kubu Raya (Toms) : Granodiorit, diorit, dasit porfiri,
andesit
porfiri, stock, sumbat, retas, sill.
 Batupasir Sekayam (Tos) : Batupasir litik (kebanyakan berbutir menengah –
kasar), batulumpur, setempat batu pasir kerakalan.
 Formasi Tebidah (Tot) : Batulumpur dan batulanau kelabu di bagian bawah,
perselingan batupasir litik dan batulumpur kelabu, merah, hijau dibagian atas.

II -
CV. MITRA GEOTAMA
5
DOKUMEN STUDI KELAYAKAN
KOMODITAS BATUAN (PASIR PASANG)
CV. MITRA GEOTAMA – KUBU RAYA

 Batuan Gunungapi Kerabai (Kuk) : Lava andesit, dasit, basal, dan breksi lava,
piroklastik dan intrusi – intrusi kecil.
 Batupasir Kempari (Kuke) : Arenit kuarsa, arenit litos, setempat kerikilan.
 Granit Sukadana (Kus) : Monzogranit, syenogranit, monzonit kuarsa, syenit
kuarsa, granit felspar alkali, dan sedikit granodiorite, tonalit, diorite kuarsa.
 Gabro Biwa (Kub): Gabro hornblende – klinopiroksen kadang – kadang
dengan biotit hipersten, dan olivine.
 Granit Laur (Kll) : Monzogranit biotit – hornblende; sedikit syenogranit biotit
dan granodiorit horblenda – biotit.
 Tonalit Sepauk (Kls) : Tonalit biotit – hornblende, granodiorite, dan diorit
kuarsa umumnya berfoliasi.
 Batuan Malihan Pinoh (PzTRp) : Batusabak, batutanduk, filit, kuarsit, sekis,
amfibolit, genes, dan migmatit.

Sedangkan secara umum stratigrafi daerah penyelidikan CV. Mitra Geotama


masuk kedalam Satuan Endapan Aluvial (Qa) terdiri dari Lumpur, pasir, kerikil,
dan sisa tumbuhan, struktur yang berkembang pada lokasi penyelidikan secara
umum banyak di temukannya struktur perlapisan.

II -
CV. MITRA GEOTAMA
6
DOKUMEN STUDI KELAYAKAN
KOMODITAS BATUAN (PASIR PASANG)
CV. MITRA GEOTAMA – KUBU RAYA

Stratigrafi
CV. Mitra Geotama

Gambar 2.4. Korelasi Satuan Peta Geologi Lembar Pontianak/Nangataman, Kalimantan Barat

Berdasarkan penamaan satuan batuan secara litostratigrafi yaitu kesamaan ciri litologi,
maka stratigrafi daerah penyelidikan dapat dibagi menjadi 1 satuan batuan. Satuan
batuan tersebut adalah satuan endapan pasir (Lihat Lampiran Foto 2.1). Pada peta

II -
CV. MITRA GEOTAMA
7
DOKUMEN STUDI KELAYAKAN
KOMODITAS BATUAN (PASIR PASANG)
CV. MITRA GEOTAMA – KUBU RAYA

geologi daerah penyelidikan, satuan ini diberi warna abu - abu , menempati 100% dari
daerah penyelidkan. Satuan ini terdapat didalam wilayah Izin Usaha Pertambangan
daerah penyelidikan.

2.1.3. Struktur Geologi


Secara geologis kalimantan dapat dibedakan atas dua struktur geologis, yaitu: inti
benua (continental core), dan Geosinklin Borneo utara (norter borneo
geosincline).
1. Inti benua (continental core)
Inti benua merupakan lanjutan dari Natuna ke Selatan, dikenal “chinese
district” sampai pegunungan schwanner, oleh Van Bemmelen (1949) dibagi
menjadi bagian, yaitu:
a. Bagian utara, terletak di sebelah utara sungai Kapuas, meliputi kecuali Paloh
dan Tayan juga disebut “chinese district” yang terletak di utara Pontianak
b. Zone pegunungan Schwanner, yang membujur dari pontianak ke timur
sampai ke pegunungan Schwanner di kalimntan tengah.
c. Bagian selatan, daerah Ketapang yang terletak antar pegunungan Schwanner
dan laut Jawa.
Perkembangan geologi daerah ini, dapat disimpulkan:
1) Zaman devon dan permo-karbon, terjadi penurunan dan memungkinkan
pembentukan geosinklinal yang diikuti oleh intrusi dan ektrusi ofiolit.
2) Akhir pleozoik terjadi pembubungan geantiklinal sepanjang bagian poros
daripada geosinklinal. Pembubungan ini disertai oleh penerobosan
Batholit.
3) Permo Trias, pengangkatan-pengankatan di daerah wilayah utara dan
wilayah selatan.
4) Trias atas, terjadi kembali penurunan dari daerah-daerah ini yang
menyebabkan terjadinya pengendapan sedimen.
5) Jaman jura, disusul oleh gejala pelipatan dan pengangkatan di seluruh
daerah dan diikuti pula oleh intrusi Batholit dan Granitis.

2. Geosinklin Borneo utara (norter borneo geosincline)

II -
CV. MITRA GEOTAMA
8
DOKUMEN STUDI KELAYAKAN
KOMODITAS BATUAN (PASIR PASANG)
CV. MITRA GEOTAMA – KUBU RAYA

Zaman kapur tejadi penurunan dan pembentukan geosinklin di zone utara


yang berlangsung hinnga zaman paleogen. Singkapan-singkapan dari
geosinklin tersebar mulai dari selatan sungai Kapuas hingga ke semenanjung
Kudat di Kalimantan Utara.

Pada pengamatan secara langsung di lapangan, tidak ditemukannya bukti – bukti


adanya aktifitas struktur geologi pada daerah izin usaha pertambangan eksplorasi
melainkan pola sungai yang secara umum bertipe Dendritik. Pola Dendritik
merupakan pola dengan arah aliran menjari dan menyebar seperti dahan-dahan
pohon, mengalir ke semua arah, dan menyatu di induk sungai (Lihat Gambar
2.5). Umumnya terdapat pada daerah dengan struktur batuan yang homogen atau
pada lapisan endapan sedimen yang horizontal.

Gambar 2.5. Kenampakan pola aliran sungai dendritik.

II -
CV. MITRA GEOTAMA
9
DOKUMEN STUDI KELAYAKAN
KOMODITAS BATUAN (PASIR PASANG)
CV. MITRA GEOTAMA – KUBU RAYA

2.2. Geologi Lokal


Pada lokasi penyelidikan CV. Mitra Geotama, informasi geologi permukaan tidak
diperoleh didalam wilayah izin usaha pertambangan, namun pada umumnya dapat
diperoleh melalui pengamatan (deskripsi) singkapan batuan yang ditemukan pada
tebing – tebing/pinggiran sungai yang tererosi. Hal ini dapat dilakukan karena pada
daerah tersebut mempunyai tingkat erosi/pengikisan yang tinggi. Dapat juga dilakukan
pengamatan pada aktivitas penambangan yang ada di sekitar lokasi penyelidikan.

Dalam pemetaan geologi yang pada lokasi CV. Mitra Geotama, dibuat lintasan-lintasan
pengamatan yang dapat mencakup seluruh daerah penyelidikan. Perencanaan lintasan
tersebut dilakukan setelah mendapatkan gambaran umum seperti kondisi geologi
regional dan geomorfologi daerah diketahui, agar lintasan yang direncanakan dapat
efektif dan representatif. Pada lokasi CV. Mitra Geotama, lintasan ditentukan
berdasarkan kepentingan penyelidikan endapan pasir pasang. Terkait hal tersebut,
lintasan dibuat memanjang mengikuti alur sungai yang masuk dalam wilayah izin usaha
pertambangan. Selain itu, lintasan juga akan digunakan sebagai data tambahan dalam
input data bathimetri. Untuk lokasi CV. Mitra Geotama, dibuat lintasan terbuka, dimana
pengamatan dan pengambilan data dilakukan menelusuri sungai dengan titik akhir yang
selalu berbeda.

2.2.1. Bathimetri
Pemetaan topografi dilakukan dengan pengambilan data bathimetri bawah
permukaan sungai menggunakan GPS Echosounder dengan metode singlebeam.
Ini dilakukan untuk mengambil data bawah permukaan yang nantinya akan
digunakan dalam pengolahan data perhitungan sumber daya, penentuan cebakan
dan sebaran, dan morfologi bawah permukaan.
Pada lokasi CV. Mitra Geotama pemetaan topografi dilakukan dengan
pengambilan data bathimetri bawah permukaan sungai menggunakan GPS
Echosounder dengan metode singlebeam. Singlebeam echosounder adalah
dengan memancarkan gelombang suara ke arah dasar sungai. Alat Echosounder
akan mencatat waktu pada saat gelombang suara dipancarkan ke dasar sungai dan
waktu kedatangan pantulan gelombang suara tersebut. Pengukuran dengan
menggunakan singlebeam echosounder dapat dilihat pada gambar 3.1. Dalam
pengukuran topografi daerah penyelidikan, dibantu oleh peta dasar topografi

II -
CV. MITRA GEOTAMA
10
DOKUMEN STUDI KELAYAKAN
KOMODITAS BATUAN (PASIR PASANG)
CV. MITRA GEOTAMA – KUBU RAYA

skala 1:50.000. Sebelum pengambilan data bathimetri, GPS di kalibrasi terlebih


dahulu, dan sebagai kontrol diambil data ketinggian yang ada di daerah sekitar.
Untuk lokasi penyelidikan IUP Eksplorasi CV. Mitra Geotama, pengukuran
dilakukan dengan membuat lintasan/tracking alat pengukur kedalaman
(Echosounder), ini akan digunakan dalam pengolahan data perhitungan
sumberdaya, dan morfologi bawah permukaan. Pada dasarnya singlebeam
echosounder digunakan untuk membuat peta 3D yang dikombinasikan dengan
permukaan fisik lokasi dasar laut yang pada umumnya digunakan untuk
melakukan survei pendahuluan sebelum penggunaan multibeam sonar.
Singlebeam echosounder terdiri dari 2 jenis :
1) Single frequency merupakan singlebeam echosounder yang menggunakan satu
frekuensi saja yaitu high frequency.
2) Dual frequency merupakan singlebeam echosounder yang menggunakan dua
frekuensi yaitu high frequency dan low frequency. High frequency lebih
memberikan kedalaman yang akurat dalam hubungannya dengan keselamatan
pelayaran, sedangkan low frequency mampu melakukan penetrasi hingga ke
lumpur dasar lautnya (sangat dalam) sehingga tidak aman untuk pelayaran.

Gambar 2.6. Konsep Singlebeam Echosounder


Sumber : (http://www.asi-group.com/equipment/single-beam-echosounding)

Kelebihan singlebeam echosounder adalah :


a. Relatif mudah untuk digunakan.
b. Mampu menyediakan informasi kedalaman sepanjang garis track yang dilalui
oleh kapal.

II -
CV. MITRA GEOTAMA
11
DOKUMEN STUDI KELAYAKAN
KOMODITAS BATUAN (PASIR PASANG)
CV. MITRA GEOTAMA – KUBU RAYA

c. Ketika sonar memiliki sudut beam yang sempit maka akan menyediakan
keakuratan posisi yang cukup tinggi dalam pengukuran kedalamannya.

Kekurangan singlebeam echosounder adalah :


a. Dalam hal kecepatan survei, singlebeam echosounder bukan merupakan
instrumen pengukuran yang efisien waktu karena dalam sekali pengukuran
hanya mendapatkan satu ukuran kedalaman.
b. Ada fitur-fitur dasar perairan yang tidak terekam antara lajur per lajur sebagai
garis tracking perekaman, yang mana ada ruang sekitar 10 sampai 100 meter
yang tidak terlihat oleh sistem ini.
c. Proses pemetaannya akan membutuhkan pengukuran yang satu per satu dan
membutuhkan waktu yang lama.

Pekerjaan pemetaan Bathimetri pada CV. Mitra Geotama dimaksudkan untuk


mengetahui penyebaran secara lateral maupun vertikal dan posisi stratigrafi
endapan pasir. Kegiatan lapangan yang dilakukan meliputi pengamatan terhadap
data visual yang ditampilkan oleh alat (Echosounder). Pemetaan Bathimetri
dilakukan dengan cara menelusuri sungai menurut rencana lintasan (Tranverse)
yang masuk dalam wilayah IUP CV. Mitra Geotama. Dengan demikian arah
sebaran lateral dan kedalaman endapan pasir sungai akan dapat ditampilkan
dalam peta geologi. Data ini nantinya diperlukan untuk menghitung sumberdaya
dan cadangan yang menjadi dasar dalam studi lanjutan ke arah studi kelayakan
dan penambangan, sedangkan lebar sungai didalam lokasi IUP (Pasir Pasang)
689,6 m dan panjang sungai 1,01 km (Lihat Lampiran Peta Bathimetri ).

2.2.2. Litologi
Berdasarkan penamaan satuan batuan secara litostratigrafi yaitu kesamaan ciri
litologi, maka stratigrafi daerah penyelidikan dapat dibagi menjadi satuan
endapan pasir . Pada peta geologi, satuan ini diberi warna abu-abu, satuan ini
terdapat di daearah penyelidikan. Satuan ini terdapat di sepanjang kapuas,
diendapkan tidak selaras di atas batulanau, endapan sungai berumur kuarter.
Terdiri dari material lepas – lepas berupa lumpur, pasir, kerikil dan bahan
tumbuhan. Lingkungan pengendapannya pada sungai, rawa dan dataran banjir.

II -
CV. MITRA GEOTAMA
12
DOKUMEN STUDI KELAYAKAN
KOMODITAS BATUAN (PASIR PASANG)
CV. MITRA GEOTAMA – KUBU RAYA

Pengendapan sedimen pada pasir sungai ini sangat berpengaruh pada litologi
pembentukan batuan yang terdapat di sekitar lokasi penyelidikan. Batuan ini bisa
berasal dari batuan beku yang telah mengalami proses laterisasi, oksidasi,
lithifikasi dan pengkayaan hidroksida. Oleh proses-proses fisika, kimia dan
biologi batuan tersebut terlapukan menjadi batuan sedimen atau sedimen lepas
yang terendapkan pada cekungan sedimentasi kuarter yang merupakan batuan
asal

2.2.3. Struktur Geologi


Pada pengamatan secara langsung di lapangan, tidak ditemukannya adanya
struktur Geologi pada lokasi IUP Eksplorasi CV. Mitra Geotama.

II -
CV. MITRA GEOTAMA
13

Anda mungkin juga menyukai

  • Koordinat
    Koordinat
    Dokumen1 halaman
    Koordinat
    Yulianto Prabowo
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii PDF
    Bab Ii PDF
    Dokumen24 halaman
    Bab Ii PDF
    Laksono Prabowo
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen3 halaman
    Bab I Pendahuluan
    Yulianto Prabowo
    Belum ada peringkat
  • Koordinat
    Koordinat
    Dokumen1 halaman
    Koordinat
    Yulianto Prabowo
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen8 halaman
    Bab V
    Yulianto Prabowo
    Belum ada peringkat
  • Peta - Peta Kerja Setempat
    Peta - Peta Kerja Setempat
    Dokumen31 halaman
    Peta - Peta Kerja Setempat
    Yulianto Prabowo
    Belum ada peringkat
  • Bab Vi
    Bab Vi
    Dokumen1 halaman
    Bab Vi
    Yulianto Prabowo
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen10 halaman
    Daftar Isi
    Yulianto Prabowo
    Belum ada peringkat
  • Perda Halsel No 7 Tahun 2016
    Perda Halsel No 7 Tahun 2016
    Dokumen36 halaman
    Perda Halsel No 7 Tahun 2016
    Yulianto Prabowo
    Belum ada peringkat
  • Ringkasan BKB
    Ringkasan BKB
    Dokumen1 halaman
    Ringkasan BKB
    Yulianto Prabowo
    Belum ada peringkat