Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN

IDENTIFIKASI MASALAH DAN RANCANGAN INTERVENSI DENGAN


PENDEKATAN PSIKOANALISIS

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konseling Psikodinamik

Dosen Pengampu: Ibu Devy Probowati, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:

Renata Dena Faradila Sugiarto

NIM 220111604216

Offering: B22

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

OKTOBER 2023
A. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Identitas Konseli
Nama : Nizar Sufi Al Azhar
Tempat, tanggal lahir : Banyuwangi, 24 Juni 2001
Alamat : Dsn. Krajan RT 01/RW 01 Tegalharjo, Glenmore,
Banyuwangi
Alamat Domisili : Jl Letjend Sutoyo Gg. IV No. 53, Lowokwaru, Malang
Nomor Ponsel : 081231409815
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 22 tahun
Anak Ke- : 2 dari 3 bersaudara
Profesi : Mahasiswa

2. Metode Asesmen
Pelaksanaan asesmen dilaksanakan dengan menggunakan metode wawancara
dengan teknik asosiasi bebas dengan rincian sebagai berikut:

Tanggal Pelaksanaan : 23 November 2023


Waktu : 18.00
Tempat : Gedung GKB A20, Universitas Negeri Malang
Pertanyaan Asesmen :
a. Dalam kurun 1-2 minggu terakhir, apa yang mengganggu pikiran
anda?
b. Seperti apa efek yang anda rasakan akibat masalah ini?
c. Menurut anda apa penyebab dari masalah ini?
d. Apa harapan anda atas masalah ini?
e. Apakah anda pernah mengalami masalah serupa di masa lalu?
Bagaimana cara anda menyelesaikan masalah tersebut?
f. Bagaimana hubungan anda dan keluarga anda?

3. Uraian Masalah Konseli


Konseli sedang menghadapi masalah di keluarganya, kakak konseli
yang sudah berkuliah sejak 2017 hingga saat ini masih belum lulus kuliah.
Orang tua konseli kerap kali menanyakan tentang kakaknya kepada konseli
terkait perkuliahan kakaknya. Orang tuanya menanyakan terkait apakah
kakaknya sudah menamatkan kuliahnya karena tiap kali orang tuanya bertanya
pada kakaknya, kakak konseli menjawab bahwa ia sudah lulus.
Di sisi lain, konseli mengetahui fakta bahwa nyatanya kakak konseli
masih belum lulus dengan mencari informasi kakaknya melalui laman
PDDIKTI. Melalui laman tersebut, konseli mengetahui bahwa kakaknya masih
belum lulus kuliah. Terakhir kali kakak konseli menghadiri perkuliahan pada
tahun 2019 dan tertera informasi bahwa kakak konseli tidak lagi aktif kuliah
pada tahun 2020 hingga sekarang.
Konseli selalu mengatakan bahwa konseli tidak tahu menahu ketika
ditanya oleh orang tua konseli terkait kakaknya, karena konseli tidak ingin
dirinya bertengkar dengan kakaknya karena mengatakan fakta bahwa
kakaknya belum lulus kuliah pada orang tua mereka. Konseli ingin menjaga
keharmonisan antara keluarganya namun konseli juga terbebani oleh pikiran
dan ekspektasi orang tuanya yang akan syok dan kecewa terhadap kakak
konseli.
Konseli takut akan terjadi perpecahan di antara keluarganya, konseli
ingin orang tuanya berhenti menanyakan tentang kakaknya kepada konseli
karena konseli merasa terbebani oleh hal tersebut. Konseli merasa didesak,
namun konseli tetap tidak ingin keluarganya terpecah karena masalah ini
Konseli menerangkan bahwa hubungan konseli dan orang tua konseli
bisa dibilang cukup baik. Namun konseli terkadang merasa kesal tiap kali
konseli pulang, keluarganya terus menanyakan tentang kakaknya. Konseli
memaparkan pula alasan orang tua kemungkinan akan syok dan jatuh sakit
jika konseli mengungkapkan fakta tentang kakaknya, antara lain, ibu konseli
memiliki tekanan darah tinggi dan kakek konseli memiliki penyakit jantung.
Konseli tidak ingin mengambil resiko dimana keluarganya bisa jadi jatuh sakit
akibat konseli menceritakan tentang kakaknya. Konseli juga memaparkan
bahwa konseli sangat dekat dengan kakaknya, konseli menganggap kakaknya
sebagai anggota keluarga yang paling dekat dengannya. Sehingga konseli
merasa takut jika nantinya konseli akan bermusuhan dengan kakaknya akibat
konseli menceritakan kondisinya pada orang tua mereka.
4. Analisis Masalah Ditinjau dari Pendekatan Psikoanalisis
 Id, Ego, Superego
Id dari konseli merupakan keinginannya agar orang tua konseli
berhenti menanyakan tentang perkuliahan kakaknya. Ego dari konseli
merupakan keinginannya untuk memberitahukan fakta bahwa kakak
konseli belum menamatkan kuliah kepada orang tua konseli. Superego
dari konseli merupakan perilaku konseli yang pada akhirnya tidak
memberitahu orang tuanya karena konseli ingin menjaga keharmonisan
keluarga dan mencegah orang tuanya dari syok dan jatuh sakit akibat
mengetahui hal tersebut.

 Mekanisme Pertahanan Ego


Konseli menunjukkan mekanisme pertahanan ego berupa rasionalisasi
dimana konseli menjustifikasi perilakunya untuk melindungi egonya.
Konseli memilih untuk tidak memberitahukan fakta tentang kakaknya
pada orang tua konseli karena konseli ingin menjaga keharmonisan
keluarganya, namun alasan utama dari konseli tidak memberitahukan
hal tersebut adalah konseli tidak ingin dimusuhi oleh kakaknya.

B. RENCANA INTERVENSI
1. Tahap Pertama
Konselor menggunakan teknik asosiasi bebas untuk mengungkap alam
bawah sadar konseli, apa yang mengganggu pikiran konseli beberapa waktu
belakang. Dengan teknik asosiasi bebas, konseli dapat menyampaikan
masalahnya meskipun masalah tersebut terdengar menyakitkan, aneh, tidak
penting, dan tidak masuk akal.
Pada tahap ini, konseli mengungkapkan kekhawatirannya terhadap
masalah yang terjadi di keluarganya saat ini. Orang tua konseli kerap
menanyakan terkait perkuliahan kakak konseli, apakah kakak konseli sudah
menamatkan perkuliahannya. Konseli selalu menjawab bahwa konseli tidak
tahu menahu terkait perkuliahan kakaknya meskipun sebenarnya konseli tahu
bahwa kakak konseli sudah lama tak aktif sebagai mahasiswa.
2. Tahap Kedua
Konselor menggunakan teknik analisis dan interpretasi transferensi
untuk mengungkap lebih dalam terkait masalah konseli. Dengan transferensi,
konselor dapat mengungkap kemungkinan penyebab dari masalah yang
dihadapi oleh konseli serta hubungan konseli dengan orang-orang terdekatnya
di masa lampau.
Pada tahap ini, konseli mengungkapkan bahwa konseli khawatir jika
orang tuanya akan jatuh sakit akibat syok ketika mengetahui bahwa kakak
konseli sampai saat ini masih belum menamatkan perkuliahan bahkan sudah
bukan mahasiswa aktif sejak 3 tahun lalu.
Konseli memaparkan bahwa konseli ingin orang tuanya berhenti
menanyakan tentang kakak konseli pada konseli, karena konseli tidak ingin
merasa terbebani dan terdesak oleh pikiran tersebut. Konseli juga tidak ingin
keharmonisan keluarganya terpecah akibat hal tersebut, konseli tidak ingin
orang tuanya kecewa terhadap kakak konseli, dan konseli juga tidak ingin
bertengkar dengan kakaknya karena telah memberitahu hal tersebut pada
orang tuanya. Konseli selama ini memendam sendiri pikiran ini karena tidak
ingin keluarganya terpecah. Hal ini menunjukkan bahwa mekanisme
pertahanan ego yang dimiliki oleh konseli adalah rasionalisasi.
Konseli menjelaskan bahwa hubungan konseli dan keluarga konseli
sangat baik, terutama hubungan konseli dan kakaknya. Konseli
mengungkapkan bahwa kakaknya adalah anggota keluarga terdekat yang
dimilikinya. Konseli juga menjelaskan bahwa ibu konseli memiliki tekanan
darah tinggi, serta kakek konseli memiliki riwayat penyakit jantung, yang
menjadi penyebab konseli tidak ingin menceritakan tentang kondisi kakaknya
kepada keluarga karena khawatir keluarganya akan syok dan jatuh sakit.
Pada tahap ini konselor membantu konseli untuk memahami kaitan
antara kejadian masa lampau dan masalahnya saat ini sehingga konseli
mendapatkan pandangan atau perspektif baru terkait masalahnya. Konselor
juga menggunakan teknik interpretasi untuk memberikan perspektif baru
terhadap masalah konseli secara kolaboratif. Konselor menjelaskan dan
menerjemahkan apa yang telah disampaikan oleh konseli, dalam kasus ini,
konselor menjelaskan bahwa kemungkinan penyebab dari rasa khawatir
konseli adalah karena kedekatan konseli dan kakaknya. Karena konseli
menganggap bahwa kakak konseli merupakan anggota keluarga yang paling
dekat dengannya, konseli sangat takut untuk memberitahukan faktanya pada
keluarga karena konseli tidak ingin bertengkar dan dimusuhi oleh kakaknya.
3. Tahap Ketiga
Konselor menggunakan teknik penyelesaian transferensi, dimana
konseli diminta untuk merangkum pengalaman dan wawasan yang telah
diperoleh selama proses konseling.
Pada tahap ini, konseli menerangkan bahwa konseli memahami bahwa
ada kaitan antara pengalaman masa lalu dengan masalahnya saat ini, konseli
memahami bahwa konseli takut akan bertengkar dengan kakaknya yang
merupakan anggota keluarga yang paling dekat dengannya serta menghindari
kemungkinan orang tuanya jatuh sakit akibat syok. Pada tahap ini pula konseli
memutuskan untuk tetap tidak membicarakan hal ini baik kepada orang tuanya
maupun kakaknya untuk menjaga keharmonisan keluarga konseli.
Terminasi dilaksanakan setelah konseli merasa puas dengan
pelaksanaan konseling, tujuan utama dari sesi konseling tercapai, dan konseli
mendapatkan perspektif baru terhadap masalahnya.

Anda mungkin juga menyukai