KECAKAPAN KOMUNIKASI ILMIAH

SOLAR (DIESEL FUEL)

MUHAMMAD RAFIANDHA HARLI, ASYIFA DILA PUTRI,
JULHESNI EKA PUTRA ABADI NURIANSYAH

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
2. SIFAT KIMIA DAN FISIKA SOLAR
3. SIFAT KEBAHAYAAN BAHAN
4. PROSES PRODUKSI
5. MANFAAT BAHAN
6. PROYEKSI KEBUTUHAN BAHAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

PENGERTIAN SOLAR
Solar (diesel Fuel) Merupakan bahan bakar fosil yang
mengandung hidrokarbon, serta sejumlah kecil sulfur, nitrogen,
oksigen, dan logam. Bahan bakar Solar (diesel fuel) dihasilkan
dari minyak mentah dan juga merupakan sumber energi tak
terbarukan. Di sisi lain konsumsi bahan bakar solar semakin
meningkat setiap tahunnya. Bahan bakar solar digunakan untuk
mesin diesel, yang dimana kelebihan mesin diesel dari pada
mesin bensin adalah lebih kearah efisien, irit, dan dapat
digunakan untuk alat-alat berat
 UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

SIFAT KIMIA DAN FISIKA SOLAR

SIFAT KIMIA BAHAN
PEMBAKARAN SEMPURNA (ENERGI PANAS)
PEMBAKARAN TIDAK SEMPURNA
SIFAT FISIKA BAHAN
TITIK DIDIH 175 - 370 ºC
DENSITAS 0,8288 GRM/CM^3
VISKOSITAS 2,88 MM/S^2
KADAR AIR 0,010 % VOLUME
TITIK NYALA 79 ºC
TITIK RUANG -3 ºC
 UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

SIFAT KEBAHAYAAN BAHAN

SIFAT MUDAH TERBAKAR
BAHAYA SAAT BEKERJA DENGAN MESIN DIESEL MENCAKUP RISIKO KEBAKARAN DAN LEDAKAN,
SITUASI YANG DAPAT MENGAKIBATKAN KERUSAKAN PROPERTI, CEDERA DIRI, DAN BAHKAN
KEMATIAN.

DAMPAK LINGKUNGAN
BAHWA BAHAN BAKAR DIESEL TIDAK HANYA MENGANCAM HEWAN DAN SATWA LIAR YANG
TERKENA DAMPAK TUMPAHAN TERSEBUT TETAPI JUGA MENCEMARI AIR TANAH DAN
MERUGIKAN "HIBURAN, PERIKANAN, INDUSTRI, PENYEDIAAN AIR MINUM DAN IRIGASI.

PRODUK SAMPINGAN EMISI

PAPARAN GAS BUANG SOLAR MENINGKATKAN JUMLAH PARTIKEL YANG MASUK KE PARU-PARU
DAN DAPAT MENINGKATKAN KEMUNGKINAN INFEKSI DAN PENYAKIT PARU-PARU.

POTENSI IRITASI
BAHAN BAKAR DIESEL DAPAT MENYEBABKAN IRITASI PADA KULIT DAN MATA SERTA DAPAT
MENYEBABKAN RUAM DAN REAKSI JIKA TERKENA KULIT MANUSIA
 UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

TINDAKAN PERTOLONGAN
KONTAK MATA
JIKA MATA MENGALAMI IRITASI ATAU KEMERAHAN, BILAS MATA DENGAN AIR BERSIH

KONTAK KULIT
LEPASKAN PAKAIAN DAN SEPATU YANG TERKONTAMINASI, SERTA BILAS SELURUH BAGIAN TUBUH
YANG TERKONTAMINASI DENGAN AIR MENGALIR. APABILA PERMUKAAN KULIT MENGALAMI LUKA,
KENAKAN PAKAIAN YANG BERSIH DAN CARI PERTOLONGAN MEDIS

TERHIRUP
APABILA TIMBUL GEJALA PADA SALURAN PERNAPASAN SETELAH PAPARAN, PINDAHKAN KORBAN DARI
SUMBER PAPARAN KE TEMPAT DENGAN UDARA SEGAR PADA POSISI YANG NYAMAN UNTUK
BERNAPAS.

TERTELAN
JANGAN MERANGSANG MUNTAH ATAU MEMBERIKAN APAPUN MELALUI MULUT KARENA PRODUK INI
DAPAT MASUK KE DALAM PARU-PARU DAN MENYEBABKAN KERUSAKAN PARU-PARU YANG PARAH. JIKA
KORBAN MENGANTUK ATAU TIDAK SADARKAN DIRI DAN MUNTAH, MIRINGKAN KORBAN KE SISI KIRI
DENGAN POSISI KEPALA DI BAWAH.
 UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

SIFAT KEAPIAN BAHAN

PENGUJIAN INI DIMAKSUDKAN UNTUK MENGETAHUI SECARA KUANTITATIF
KARAKTERISTIK BATAS TITIK DIDIH PRODUK MINYAK BUMI. PADA SETIAP PENGUJIAN
VOLUME PENGUAPAN YANG DILAKUKAN, SUHU DICATAT TETAPI DATA YANG
DIPEROLEH ADALAH UNTUK 90% VOLUME PENGUAPAN. UNTUK BAHAN BAKAR SOLAR,
BATAS MAKSIMUM PENGUJIAN DISTILASI ADALAH 370°C

PROFIL KEREAKTIFAN BAHAN

DALAM KERATIFAN BAHAN NFPA 704 PADA SOLAR PADA KELAS 1 DAN
BERWARNA KUNING BIRU. YANG DIMANA STABIL TERHADAP SUHU, CAHAYA, DLL.
SITUASI YANG HARUS DIHINDARI: PANAS, PERCIKAN API, NYALA API ATAU
KONDISI YANG DAPAT MEMBENTUK LISTRIK STATIS.
KETIDAKCOCOKAN (BAHAN YANG HARUS DIHINDARI): HALOGEN, ASAM KUAT,
BASA DAN ZAT PENGOKSIDASI KUAT.
PENGURAIAN BAHAN BERBAHAYA: KARBON MONOKSIDA. POLIMERISASI
MEMBENTUK ZAT BERACUN: TIDAK TERJADI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

PROSES
PRODUKSI
01 02 03 04
Jenis-jenis Persiapan bahan Reaksi kimia Proses
proses produksi baku produksi pemurnian
produk
 UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

JENIS JENIS PRODUKSI

PROSES PIROLISIS PROSES HIDROKRAKING
proses penguraian bahan baku menjadi proses pemecahan molekul hidrokarbon
komponennya dengan pemanasan pada suhu besar menjadi molekul hidrokarbon kecil
tinggi tanpa adanya oksigen dengan bantuan katalis dan hidrogen

PROSES REFORMASI KATALITIK PROSES FISCHER-TROPSCH

proses konversi hidrokarbon aromatik proses sintesis hidrokarbon dari gas sintetik. Gas
menjadi hidrokarbon alifatik rantai panjang sintetik dapat diperoleh dari berbagai sumber,
dengan bantuan katalis seperti batu bara, biomassa, dan gas alam
 UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

PERSIAPAN BAHAN BAKU

DISTILASI KONVERSI PEMBERSIHAN

BAHAN BAKAR DIESEL MENGANDUNG LEBIH BANYAK KOMPONEN YANG TIDAK MUDAH
MENGUAP DIBANDINGKAN BENSIN DAN MEMILIKI RENTANG TITIK DIDIH YANG LEBIH TINGGI
(ANTARA 160 °C DAN 370 °C). OLEH KARENA ITU, BAHAN BAKAR DIESEL HARUS
DISEMPROTKAN DAN TIDAK DAPAT DIUAPKAN DI UDARA TANPA MENIMBULKAN RISIKO
PENYALAAN AWAL
 UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

REAKSI KIMIA PRODUKSI

BAHAN BAKAR DIESEL DIBUAT DARI MINYAK BUMI MENTAH. SEJUMLAH KECIL
SULFUR, NITROGEN, DAN OKSIGEN (DISEBUT HETEROATOM) TERDAPAT DALAM
BAHAN BAKAR INI. KETIKA HETEROATOM TERIKAT KE DALAM STRUKTUR MOLEKUL
DENGAN KARBON DAN HIDROGEN, SENYAWA YANG DIHASILKAN TIDAK DICIRIKAN
SEBAGAI HIDROKARBON. CONTOH UMUM SENYAWA NONHIDROKARBON YANG
DITEMUKAN DALAM SOLAR MELIPUTI DIBENZOTHIOPHENE (SENYAWA BELERANG)
DAN KARBAZOL (SENYAWA NITROGEN).
 UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

PROSES PEMURNIAN PRODUK

REAKSI NERTALISASI PADA ASAM DAN BASA YANG DIGUNAKAN DAPAT BERUPA
ASAM KUAT ATAU LEMAH, DEMIKIAN PULA BASA YANG DIGUNAKAN DAPAT BERUPA
BASA KUAT ATAU BASA LEMAH. BERIKUT DIAGRAM REAKSI NETRALISASINYA:

ASAM + BASA → GARAM + AIR

PADA PENELITIAN INI PEREAKSI ASAM DAN PEREAKSI UTAMA YANG DIGUNAKAN
ADALAH ASAM KLORIDA (HCL) DAN PEREAKSI ASAM ADALAH NATRIUM
HIDROKSIDA (NAOH). OLEH KARENA ITU REAKSI ASAM-BASA:

HCL MENGANDUNG HIDROGEN DAN NAOH MENGANDUNG SATU HIDROKSIL JIKA

KEDUANYA BEREAKSI DENGAN HIDROGEN YANG TERIKAT MENJADI SATU
HIDROKSIL MEMBENTUK AIR. SATU KONSENTRASI MOLAR AKAN MENINGGALKAN
SENYAWA ION-ION DALAM JUMLAH YANG SAMA SEHINGGA DAPAT SALING
MENETRALISIR.
 UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

MANFAAT BAHAN

SEBAGAI BAHAN BAKAR

SEBAGAI BAHAN BAKAR SEBAGAI BAHAN BAKAR
TRAKTOR DAN MESIN ALAT
UMUM DAN KERATA API PESAWAT TERBANG*
BERAT

PERFORMA LEBIH BAIK *PESAWAT SUDAH EFISIENSI TINGGI

HEMAT BAHAN BAKAR MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR KEKUATAN TOLAK YANG TINGGI
SELAIN SOLAR HARGA TERJANGKAU
 UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

KEBUTUHAN EKSPOR SOLAR (DIESEL FUEL) DI

INDONESIA

DAPAT DILIHAT BAHWA KEBUTUHAN EKSPOR SOLAR (DIESEL FUEL) DI INDONESIA MULAI DARI TAHUN 2017 HINGGA
2023 DAN SETIAP TAHUNNYA MENGALAMI PENINGKATAN SEBESAR 579,33435 TON/TAHUN. DAN DARI DATA DIATAS,
DAPAT DI SIMPULKAN DALAM BENTUK GRAFIK LINEAR YANG DAPAT DILIHAT PADA GRAFIK BERIKUT
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

PERSAMAAN REGRESI LINEAR UNTUK EKSPOR SOLAR YANG DIDAPATKAN ADALAH:

Y=AX+B
Y=53.958 X - 108771
KEMUDIAN DIDAPATKAN PROYEKSI KEBUTUHAN EKSPOR SOLAR UNTUK TAHUN 2030, YAITU:
Y=53.958 (2030)- 108771
Y=763.740
JADI, ESTIMASI KEBUTUHAN EKSPOR SOLAR DI INDONESIA UNTUK TAHUN 2030 MENCAPAI 763.740 TON/TAHUN
KEBUTUHAN IMPOR SOLAR (DIESEL FUEL) DI INDONESIA

No. tahun (kg/tahun) (Ton/tahun)

1. 2017 5.681,379,998 568,1379998

DI DAPATKAN PADA TABEL BERAPA BANYAK IMPOR SOLAR (DISEL

2. 2018 5.735,259,601 573,5259601 FUEL) DI INDONESIA. PADA TABEL IMPOR SAMA HALNYA PADA TABLE
EKSPOR DAPAT DILIHAT BAHWA KEBUTUHAN EKSPOR SOLAR (DIESEL
FUEL) DI INDONESIA MULAI DARI TAHUN 2017 HINGGA 2023 NAMUN
3. 2019 3.818,065,517 381,8065517 BERBEDA PADAH TAHUN 2019 HINGGA 2021 MENGALAMI PENURUNAN
HINGGA PADA TAHUN 20222 MENGALAMI KENAIKAN DENGAN TOTAL
439,7932996 TON/TAHUN YANG TINGGI DI TAHUNNYA. DAN DARI DATA
4. 2020 3.484,345,465 348,4345465 DIATAS, DAPAT DI SIMPULKAN DALAM BENTUK GRAFIK LINEAR YANG
DAPAT DILIHAT PADA GRAFIK BERIKUT

5. 2021 2.724,186,942 272,4186942

6. 2022 4.397,932,996 439,7932996

7. 2023 2.750,202,727 275,0202727

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

PERSAMAAN REGRESI LINEAR UNTUK EKSPOR SOLAR YANG DIDAPATKAN ADALAH:

Y=AX+B
Y=-45.098 X - 91505
KEMUDIAN DIDAPATKAN PROYEKSI KEBUTUHAN EKSPOR SOLAR UNTUK TAHUN 2030, YAITU:
Y=-45.098 (2030)- 91505
Y=91.640445
ESTIMASI KEBUTUHAN EKSPOR SOLAR DI INDONESIA UNTUK TAHUN 2030 MENCAPAI 91.640445 TON
 UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

KEBUTUHAN PRODUKSI SOLAR (DIESEL FUEL) DI INDONESIA

DAPAT DI LIHAT DATA PRODUKSI SUATU BAHAN DALAM SATUAN TON PERTAHUN UNTUK PERIODE TAHUN 2011 S/D
2021. DARI DATA YANG DI PERLIHATKAN TERLIHAT BAHWA PRODUKSI BAHAN SOLAR MENGALAMI VARIASI DAN
SELAMA PERIODE TERSEBUT PDA TAHUN 2020, TERCATAT PRODUKSI TERTINGGI SBESAR 6.873,094 TON. DAN PADA
GRAFIK TERLIHATY TERDAPAT KECENDERUNGAN UNTUK NAIK DAN TURUN DALAM PRODUKSI SOLAR (DIESEL
FUEL) DI INDONESIA, DAN DIDAPATKAN DINAMIKA DALAM INDUSTRI ATAU SEKTOR YANG TERKAIT. DAN DAPAT DI
LIHAT GRAFIK DARI TABEL SEBAGAI BERIKUT
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

PERSAMAAN REGRESI LINEAR UNTUK PRODUKSI SOLAR DIESEL FUEL) YANG DIDAPATKAN ADALAH:
Y=AX+B
Y=0.5888X - 1183.4
KEMUDIAN DIDAPATKAN PROYEKSI KEBUTUHAN PRODUKSI SOLAR UNTUK TAHUN 2030, YAITU:
Y=0.5888(2030)- 1183.4
Y=118.640
SEHINGGA ESTIMASI KEBUTUHAN PRODUKSI SOLAR (DIESEL FUEL) DI INDONESIA UNTUK TAHUN 2030 MENCAPAI 118.640
TON.
 UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

KEBUTUHAN KONSUMSI SOLAR (DIESEL FUEL) DI INDONESIA

DI PERLIHATKAN DATA KONSUMSI DALAM SATUAN TON PER TAHUN UNTUK PERIODE 2011 HINGGA
2022. DAN DARI DATA TERSEBUT TERLHAT BAHWA KONSUMSI MENGALAMI PENURUANAN YANG
SIGNIFIKAN PADA TAHUN 2020. TERCATA BAHWA KONSUMSI TERTINGGI BAHAN BAKAR SOLAR (DIESEL
FUEL) DI INDONESIA PADA TAHUN 2018 MENCAPAI 1.616000-TON DAN KONSUMSI TERENDAH PADA
TAHUN 2020 YANG MENGALAMI PENURUNAN SIGNIFIKAN YAITU SEBESAR 1.400000-TON. DAN
TERDAPAT VARIASI YANG SIGNIFIKAN TERHADAP KONSUMSI DALAM PERIODE INI DAN KEMUNGKINAN
PERUBAHAN DALAM PERMINTAAN DALAN DALAM PENAMPILAN GRAFIK SEBAGAI BERIKUT
 UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

TERDAPAT VARIASI YANG SIGNIFIKAN TERHADAP KONSUMSI DALAM PERIODE INI DAN KEMUNGKINAN PERUBAHAN DALAM
PERMINTAAN ATAU FAKTOR FAKTOR LAIN YANG DAPAT MEMPENGARUHI KONSUMSI BAHAN TERSEBUT. PERSAMAAN REGRESI
LINEAR UNTUK PRODUK SOLAR (DIESEL FUEL) YANG DI DAPAT BERIKUT:
Y=AX+B
Y=-0.0051X- 11.86
KEMUDIAN DIDAPATKAN PROYEKSI KEBUTUHAN KONSUMSI SOLAR UNTUK TAHUN 2030, YAITU:
Y= -0.0051(2030)- 11.86
Y=222.130
ESTIMASI KEBUTUHAN KONSUMSI SOLAR DI INDONESIA UNTUK TAHUN 2030 MENCAPAI 222.130 TON.
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

SEKIAN TERIMAKASIH