Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KONDISI FISIK ATLET PUTRA BULUTANGKIS PB WIMAN LAMONGAN USIA 15-

17 TAHUN
Amirul Irham*, Mochamad Purnomo*
S1 Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Ilmu Olahraga, Universitas Negeri Surabaya
amirul.18085@mhs.unesa.ac.id dan mochamadpurnomo@unesa.ac.id

Abstrak

Tolok ukur untuk menjadi atlet yang berprestasi salah satunya dapat dilihat dari kondisi fisik yang bagus.
Kondisi yang bagus akan menunjang performa atlet dalam menjalani latihan teknik maupun taktik
khususnya dalam olahraga bulutangkis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganilisis kondisi
fisik atlet putra bulutangkis PB Wiman Lamongan usia 15-17 tahun. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang mendeskripsikan kondisi fisik atlet putra PB
Wiman Lamongan usia 15-17 tahun. Populasi pada penelitian ini yaitu semua atlet putra bulutangkis yang
tergabung pada PB Wiman Lamongan sebanyak 6 orang. Instrumen penelitian ini menggunakan tes dan
pengukuran dengan item tes meliputi kekuatan otot perut dengan tes sit up 30 detik, daya tahan kekuatan
otot lengan dengan tes push up 60 detik, kekuatan otot peras tangan menggunakan alat grip dynamometer,
kekuatan menarik dan mendorong otot bahu menggunakan alat expanding dynamometer, kecepatan dengan
tes sprint 30 meter, dan daya tahan dengan bleep test sebanyak 6 sampel. Peneliti memperoleh rata-rata
setiap tes dengan data sebagai berikut: tes sit up dengan hasil 29.67 kali/30detik dengan kategori cukup,
push up sebanyak 34.83 kali/60detik dengan kategori cukup, bleep test sebesar 41.23 ml/kg/menit dengan
kategori cukup, grip strength tangan kanan 39.58 kg dengan kategori cukup, sprint 4.76 detik dengan
kategori baik, expanding dynamometer dorongan 24.83 kg dengan kategori cukup, tarikan 24.33 kg dengan
kategori cukup.

Kata Kunci: Analisis; Kondisi fisik; Bulutangkis;

Abstract

One of the benchmarks for becoming an accomplished athlete can be seen from a good physical condition.
Good conditions will support the athlete's performance in doing technical and tactical training, especially
in badminton. This study aims to determine and analyze the physical condition of the male badminton
athlete PB Wiman Lamongan in 15-17 years old. The method of this study is descriptive quantitative
method which describes the physical condition of male athlete PB Wiman Lamongan in 15-17 years old.
The population in this study were 6 (six) male badminton athletes who become the members of PB Wiman
Lamongan. This research instrument used tests and measurements with test items including abdominal
muscle strength with a 30-second sit-up test, arm muscle strength endurance with 60-second push-up test,
hand squeeze muscle strength using a grip dynamometer, pulling strength and pushing shoulder muscles by
using an expanding dynamometer, speed with a 30 meter sprint test, and endurance with a bleep test of 6
samples. Researchers obtained the average of each test with the following data: sit up test 29.63 times/30
seconds in medium category, push ups 34.83 times/second with medium category, bleep test 41.23
ml/kg/minute in medium category, grip strength right hand 39.58 kg in good category, sprint 4.76 seconds
in good category, 24.83 kg pushing dynamometer in medium category, pull 24.33 kg in medium category.

Keywords: Analysis; Physical condition; Badminton;

dan pengembangan prestasi olahraga yang maksimal,


1. PENDAHULUAN sehingga seluruh kondisi fisiknya harus ditingkatkan
Usaha dalam meningkatkan prestasi dalam sesuai dengan ciri, karakteristik, dan kebutuhan cabang
olahraga salah satunya dapat dilihat dari faktor kondisi olahraga tertentu (Pujianto, 2015). Dalam upaya
fisik atlet. Faktor kondisi fisik atlet sangat penting dalam peningkatan kondisi fisik perlu adanya program latihan
menunjang pelaksanaan latihan teknik maupun taktik. yang tersusun secara baik dan sistematis sehingga dapat
Semua cabang olahraga pasti membutuhkan kondisi fisik meningkatkan performa atlet dengan maksimal.
yang baik. Kondisi fisik yang baik dapat Menurut Sajoto (1998) kondisi fisik merupakan
mengoptimalkan dalam latihan maupun dalam suatu suatu kesatuan yang utuh dari komponen yang tidak bisa
pertandingan. Kondisi fisik merupakan suatu kapasitas dipisahkan, baik dalam peningkatan maupun
yang harus dimiliki oleh seorang atlet dalam peningkatan pemeliharaan kondisi fisik. Setiap usaha yang dilakukan

5
untuk meningkatkan kondisi fisik maka, harus klub ini masih mengedepankan latihan teknik serta
mengembangkan semua komponen tersebut. Komponen menggunakan metode lama dalam melatih fisik tanpa
kondisi fisik meliputi, kekuatan (strength), daya tahan memerhatikan pola gerak dan karakteristik cabang
(endurance), daya ledak (muscular power), kecepatan olahraga bulutangkis. Hal ini terjadi karena kurangnya
(speed), daya lentur (flexibility), koordinasi referensi tentang pengembangan metode latihan untuk
(coordination), keseimbangan (balance), ketepatan meningkatkan performa kondisi fisit atletnnya. Selain itu
(accuracy), reaksi (reaction), daya ledak otot tungkai latihan pada PB Wiman lebih mengedepankan ketahanan
(explosive power), dan kelincahan (agility). fisik saat bermain. Kondisi seperti ini tentunya bertolak
Seorang atlet bulutangkis membutuhkan berlawanan dengan pola permainan bulutangkis saat ini
kekuatan (strength). Kekuatan dalam olahraga yang dituntut untuk cepat dan taktis saat bermain.
bulutangkis banyak sekali yang dibutuhkan, misalkan Kondisi seperti ini yang menjadikan salah satu faktor
kekuatan otot lengan yang digunakan untuk memukul penyebab atlet PB Wiman sulit untuk bersaing di tingkat
shuttlecock, kekuatan otot perut yang merupakan inti provinsi maupun nasional. Menanggapi hal ini tentunya
dari komponen fisik yang menjaga keseimbangan saat sudah saatnya pelaltih pada klub ini untuk melakukan
bergerak, dan kekuatan otot peras tangan juga pembaruan terhadap model latihan untuk meningkatkan
berkontribusi ketika memegang grip raket saat kecepatan, kelincahan, dan kekuatan atletnya. Program
melakukan pukulan. Kekuatan otot bahu juga menjadi latihan dapat dikembangkan dengan memakai bantuan
bagian dari komponen fisik pada olaharaga bulutangkis. alat cone, hurdle, ledder, dan bola. Latihan dengan
Latihan kekuatan otot bahu juga harus dilakukan supaya memanfaatkan alat tersebut akan menambah model
tidak terjadi cedera pada persendian, karena otot bahu latihan kecepatan, kelincahan dalam bulutangkis yang
pada olahraga ini pergerakanya juga sangat banyak lebih bervariasi. Sarana yang paling efektif dalam
terjadi (Feng et al., 2017). Selain itu, terdapat juga meningkatkan keterampilan bermain bulutangkis adalah
komponen fisik berupa daya tahan (endurance). Daya latihan lari, gerakan cepat, latihan gerak berulang,
tahan juga sangat diperlukan dalam menjaga stamina lompat, latihan kecepatan, pertandingan sparring, latihan
selama pertandingan maupun latihan untuk menjaga dari pada peralatan gym, dan cara yang terbaik adalah dengan
kelelahan yang berarti. Tuntutan dari atlet bulutangkis menggabungkan cara-cara ini dan menggunakan sebagai
adalah untuk menjaga staminanya karena pemain program latihan yang terpisah (Karatnyk et al., 2021).
bulutangkis dalam permainanya terus bergerak. Melihat permasalahan diatas, peneliti
Dari komponen yang sudah disebutkan diatas, bermaksud untuk melaksanakan penelitian yang
pemain bulutangkis diera sekarang lebih membutuhkan memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat kondisi fisik
pada komponen fisik berupa speed and power. Karena atlet PB Wiman Lamongan usia 15-17 tahun. Sesuai
yang awalnya olahraga bulutangkis menggunakan sistem dengan kebutuhan sekarang yaitu speed and power,
pindah servis dan setelah itu berubah menjadi sistem peneliti ingin melakukan tes dan pengukuran dengan
rally point. Sehingga secara tidak langsung akan komponen fisik antara lain kecepatan, kekuatan, dan
memengaruhi gaya permainan. Tempo permainan lebih daya tahan.
mengarah pada gaya permainan yang cepat dari
sebelumnya. Berubahnya sistem permainan ini tentunya 2. METODE PENELITIAN
akan memberi keuntugan pada atlet yang memiliki pola Metode yang digunakan dalam penelitian ini
permainan yang mengandalakn kecepatan, kekuatan, dan menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Penelitian
kelincahan yang baik. Jika dahulu dengan sistem pindah deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan gejala,
bola para atlet bulutangkis kebanyaka menggunaan pola fenomena atau peristiwa tertentu (maksum, 2018).
permainan rally yang permainanya sangat lama dan Penelitian ini mendeskripsikan kondisi fisik atlet putra
membutuhkan daya tahan yang baik. Namun dengan PB Wiman Lamongan usia 15-17 tahun.
adanya perubahan tersebut menjadikan tuntutan bagi Penelitian ini dilaksanakan dengan melakukan
para atlet bulutangkis untuk bermain secara taktis dan riset kepada pelatih klub bulutangkis PB Wiman
barmain cepat. Lamongan dengan maksud mencari informasi kondisi
Perubahan sistem poin yang berdampak pada fisik atlet binaan PB Wiman usia 15-17 tahun. Sesudah
pola permainan juga akan berdampak pada program menemukan sampel yang akan diteliti, peneliti akan
latihan klub-klub di Indonesia khususnya pada klub PB segera melaksanakan tes dan pengukuran kondisi fisik.
Wiman Lamongan. PB Wiman Lamongan merupakan Komponen yang akan diteliti yaitu: kekuatan, kecepatan,
salah satu klub pembinaan olahraga bulutangkis yang dan daya tahan. Instrumen yang digunakan pada
berada di Kabupaten Lamongan tepatnya pada regional penelitian ini yaitu bleep test untuk mengetahui daya
Lamongan bagian utara. Prioritas program latihan pada tahan cardiovascular pada atlet, tes kekuatan otot peras

6
tangan untuk mengetahui kekuatan otot peras tangan n x100%
atlet yang menggunakan alat grip dynamometer, tes Keterangan :
kecepatan menggunakan tes lari sprint 30 meter, tes daya P = Angka persentase
tahan otot lengan menggunakan tes push up selama 60 f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
detik, tes kekuatan dorongan dan tarikan otot bahu n = Jumlah frekuensi / banyaknya individu
menggunakan alat expanding dynamometer, dan tes
kekuatan otot perut menggunakan tes sit up selama 30 3. HASIL
detik. Hasil penelitian ini berupa bentuk analisis data
Populasi pada penelitian ini yaitu semua atlet yang diperoleh peneliti dari tes dan pengukuran kondiisi
putra bulutangkis yang tergabung pada PB Wiman fisik atlet putra bulutangkis PB Wiman Lamongan usia
Lamongan sebanyak 6 orang. Sampel penelitian ini yaitu 15-17 tahun. Tes dan pengukuran yang diteliti meliputi
atlet putra bulutangkis PB Wiman Lamongan yang komponen tes, yaitu tes push up, sit up, lari sprint 30 M,
berusia 15-17 tahun sebanyak 6 orang. Cara yang bleep test, kekuatan dorongan serta tarikan otot bahu
digunakan saat pengambilan sampel pada penelitian ini yang menggunakan alat expanding dynamometer, dan
yaitu dengan cara total sampling. Penelitian ini kekuatan otot peras tangan yang menggunakan alat grip
dilaksanakan di gedung olahraga Kemantren Sport dynamometer.
Center (KSC), Lamongan, Jawa Timur pada tanggal 18 Hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk
Maret 2022 pukul 13.00. statistik dan deskriptif hasil tes kondiisi fisik atlet putra
Teknik pengumpulan data pada peneltian ini bulutangkis PB Wiman Lamongan usia 15-17 tahun
melewati dua tahap, yaitu: sebagai berikut:
1. Persiapan Diagram 1. Hasil Rata-Rata Tes Komponen Kondisi
a. Menyediakan persyaratan administratif Fisik
kemudian lanjut ke penelitian
b. Menentukan instrumen penelitian Rata-rata
c. Menentukan waktu penelitian yang sudah 38.03
40 31.35
disepakati dengan pelatih
30
2. Pelaksanaan
a. Menjelaskan mekanisme penelitian kepada 20
10 4.76
subjek penelitian.
b. Subjek melaksanakan tes yang sudah 0
Kekuatan Daya tahan kecepatan
dijelaskan dan peneliti mencatat hasil tes.
c. Peneliti mengambil dan menyesuaikan Dari diagram diatas dapat dilihat 6 atlet putra
data dengan norma yang sudah ditentukan PB Wiman Lamongan memiliki komponen fisik dengan
setelah mendapatkan hasil tes. rata-rata kekuatan (31.35), daya tahan (38.03), dan
d. Mengolah data dengan teknik analisis kecepatan (4.76).
deskriptif. Hasil data setiap tes dijelaskan setiap item tes
e. Menampilkan hasil analisis dalam bentuk dalam bentuk tabel sebagai berikut :
laporan. a. Bleep Test
Sedangkan teknik untuk menganalisis data Bleep test digunakan untuk mengatahui tingkat
pada penelitian ini yaitu menggunakan teknik univariat aerobik maksimal atau biasa disebut dengan Vo2max.
untuk mengetahui kondisi fisik atlet dan bivariat untuk Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
mengetahui baik atau tidaknya kondisi fisik atlet. Tabel 7 daya tahan Vo2max
Adapun caranya menggunakan teknik analisis dibawah
ini: No Nama Level VO2max Norma
a. Menghitung mean 1 AAI 10.4 48 Baik sekali
X =Σ x 2 MJPP 9.5 44.9 Baik
N
3 AAW 8.3 40.8 Cukup
Keterangan :
X = Rata-rata 4 MAA 8.1 40.2 Cukup
Σ x = Jumlah nilai X (sampel) 5 GDAH 7.10 39.9 Cukup
N = Jumlah sampel 6 AQ 6.2 33.6 Kurang sekali
b. Menghitung persentase
Mean 41.23 Cukup
P= f

7
Dari data diatas peneliti memperoleh hasil dari No Norma Frekuensi Persentase
bleep test atlet putra bulutangkis PB Wiman Lamongan
1 Baik sekali 1 16.67%
dengan hasil rata-rata Vo2max sebesar 41,23 ml/kg/menit
2 Baik 1 16.67%
termasuk dalam kategori sedang. Vo2max tertinggi dapat
dicapai oleh 1 atlet dengan hasil 48 ml/kg/menit dalam 3 Cukup 3 50.00%
kategori baik sekali. Sedangkan hasil terendah dengan 4 Kurang 0 0.00%
hasil 33,6 ml/kg/menit termasuk dalam kategori kurang Kurang
sekali. 5 sekali 1 16.67%
Tabel 8 persentase bleep test Jumlah 6 100.00%
Data diatas dapat dilihat bahwa kekuatan otot
No Norma Frekuensi Persentese
peras tangan kanan dengan persentase 50% dapat dicapai
1 Baik sekali 1 16.67% oleh 3 atlet dengan kategori cukup. Persentase 16.67%
2 Baik 1 16.67% dengan kategori cukup diraih oleh 1 atlet. Persentase
3 Cukup 3 50.00% 16.67% dengan kategori baik dicapai oleh 1 atlet saja,
4 Kurang 0 0.00% dan 1 atlet lainya hanya mampu pada kategori kurang
5 Kurang sekali 1 16.67% sekali dengan persentase 16.67%.
Jumlah 6 100.00%
Tabel diatas dapat diketahui persentase bleep c. Lari Sprint 30 Meter
tes atlet putra bulutangkis PB Wiman Lamongan. Lari sprint merupakan tes untuk mengukur
Hasilnya adalah 3 atlet dengan persentase 50,00% kecepatan atlet. Berikut adalah hasil tes lari sprint 30
mempunyai Vo2max dengan kategori cukup. 1 atlet meter :
masuk dalam kategori baik sekali dengan persentase Tabel 11 Kecepatan
17%, 1 atlet masuk dalam kategori baik dengan No Nama Hasil Norma
persentase 17%, dan 1 atlet lainya dalam kategori baik 1 AAW 4.19 Baik
dengan kategori kurang sekali. 2 AAI 4.26 Baik
3 AQ 4.45 Baik
b. Grip Dynamometer
4 MJPP 4.76 Baik
Grip strength merupakan alat untuk mengukur
tes kekuatan otot peras tangan yang menggunakan alat 5 GDAH 5.26 Kurang
grip dynamometer. Hasil tes dapat dilihat pada tabel 6 MAA 5.64 Kurang sekali
berikut : Mean 4.76 Baik
Tabel 9 Kekuatan otot peras tangan Peneliti memperoleh hasil kecepatan atlet putra
PB Wiman Lamongan dengan hasil rata-rata 4.76 detik
NO Nama Hasil Norma
yang termasuk dalam kategori Baik. Hasil terbaik
1 AQ 54.8 Bagus sekali menunjukkan kategori baik dengan catatan waktu 4.19
2 AAI 47.6 Bagus detik. Sedangkan hasil terendah menunjukkan kategori
3 AAW 42 Cukup kurang sekali dengan catatan waktu 5.64 detik.
Tabel 12 Persentase lari sprint 30 meter
4 MJPP 36.4 Cukup
No Norma Frekuensi Persentase
5 MAA 35 Cukup
1 Baik sekali 0 0.00%
6 GDAH 21.7 Kurang sekali
2 Baik 4 66.67%
Mean 39.58 Cukup
3 Cukup 0 0.00%
Dari data diatas peneliti memperoleh hasil dari
grip strenght atlet putra bulutangkis PB Wiman 4 Kurang 1 16.67%
Lamongan dengan hasil rata-rata kekuatan otot Kurang
5 sekali 1 16.67%
genggaman tangan kanan sebesar 39.58 Kg. Hasil
tersebut termasuk dalam kategori cukup. Kekuatan otot Jumlah 6 100.00%
Data diatas menunjukkan persentase kecepatan
peras tangan kanan yang berhasil masuk dalam kategori
sejumlah 66.67% yang dapat dicapai oleh 4 atlet yang
baik sekali diraih oleh 1 orang atlet dengan data tertinggi
termasuk dalam kategori baik. Persentase sejumlah
sebesar 54,8 Kg dan data terendah diraih oleh 1 atlet
16.67% dicapai oleh 1 atlet dengan kategori kurang dan
dengan kategori kurang sekali dengan kekuatan 21.7 Kg.
1 atlet mencapai 16.67% dengan kategori kurang sekali.
Tabel 10 Persentase kekuatan otot peras tangan

8
d. Expanding Dynamometer 1 AAW 38 Bagus
Expanding dynamometer merupakan alat untuk 2 AQ 37 Bagus
mengukur kekuatan menarik dan mendorong otot bahu. 3 AAI 27 Cukup
Hasil tes dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
4 MAA 21 Cukup
Tabel 13 Kekuatan tarikan otot bahu
5 MJPP 15 kurang
No Nama Tarikan Norma 6 GDAH 11 kurang
1 AAW 40 Baik sekali Mean 24.83 cukup
2 AQ 34 Baik Data diatas dapat dilihat bahwa persentase
3 AAI 24 Cukup kekuatan mendorong otot bahu sebesar 50% masuk
4 MAA 19 Kurang kategori kurang yang dicapai 3 atlet, 33% kategori baik
5 MJPP 17 kurang dicapai 2 atlet, 17% kategori sedang dicapai 1 atlet.
6 GDAH 12 kurang
Mean 24.33 Cukup e. Push Up 60 detik
Hasil kekuatan menarik otot bahu dengan rata- Mengukur daya tahan otot lengan salah satunya dapat
rata 24,33 Kg yang masuk pada kategori sedang. Hasil dilakukan dengan melakukan tes push up selama 60
tertinggi kekuatan menarik otot bahu sebesar 40 Kg yang detik. Berikut adalah hasil tes push up 60 detik:
masuk pada kategori baik sekali dan hasil terendah Tabel 17 daya tahan otot lengan
sebesar 12 Kg masuk pada kategori kurang sekali. No Nama Hasil Norma
Tabel 14 Persentase tarikan otot bahu 1 MJPP 48 Baik
No Norma Frekuensi Persentase 2 AAW 45 Baik
1 Baik sekali 1 16.67% 3 AAI 32 Cukup
4 AQ 31 cukup
2 Baik 1 16.67%
5 MJPP 28 Kurang
3 Cukup 1 16.67%
6 GDAH 25 Kurang
4 Kurang 3 50.00%
Mean 34.83 Cukup
5 Kurang sekali 0 0.00% Peneliti memperoleh hasil daya tahan otot lengan
Jumlah 6 100.00% atlet putra PB Wiman Lamongan dengan rata-rata 34,83
Peneliti memperoleh hasil persentase kekuatan kali pengulangan selama 60 detik sehingga termasuk
menarik otot bahu sebesar 50% masuk kategori kurang dalam kategori cukup. Adapun hasil tertinggi dengan 48
yang dicapai 3 atlet, 17% masuk kategori cukup yang kali pengulangan dapat dicapai satu orang atlet yang
dicapai 1 atlet, 17% masuk kategori baik yang dicapai 1 masuk dalam kategori baik. Sedangkan hasil terendah
atlet, dan 17% masuk kategori baik sekali yang dicapai 1 yaitu 25 kali pengulangan selama 60 detik yang masuk
atlet. pada kategori kurang.
Tabel 15 Kekuatan dorongan otot bahu Tabel 18 Persentase daya tahan otot lengan
No Nama Dorongan Norma No Norma Frekuensi Persentase
1 AAW 38 Baik 1 Baik sekali 0 0.00%
2 AQ 37 Baik 2 Baik 2 33.33%
3 AAI 27 Cukup 3 Cukup 2 33.33%
4 Kurang 2 33.33%
4 MAA 21 Cukup
5 Kurang sekali 0 0.00%
5 MJPP 15 kurang Jumlah 6 100%
6 GDAH 11 kurang Data diatas menunjukkan persentase daya tahan
Mean 24.83 cukup otot lengan sejumlah 33.33% masuk dalam kategori baik
Peneliti memperoleh hasil dari tes kekuatan yang dicapai oleh 2 atlet. Persentase sebesar 33% masuk
mendorong otot bahu dengan rata-rata 24,83 Kg yang dalam kategori cukup yang dicapai 2 atlet dan 2 orang
masuk pada kategori cukup. Hasil tertinggi dengan atlet termasuk dalam kategori kurang dengan persentase
kekuatan dorongan sebesar 38 Kg yang masuk pada 33%.
kategori baik, dan hasil terendah sebesar 11 kg dengan
kategori kurang. f. Sit Up 30 detik
Tabel 16 Persentase kekuatan dorongan otot bahu
No Nama Dorongan Norma

9
Tes ini merupakan item tes untuk mengukur untuk dapat menguasai lapangan pertandingan dengan
kekuatan otot perut. Berikut adalah hasil tes sit up 30 sedikit istirahat. Selain itu pemain harus tetap bugar saat
detik. sesi latihan yang Panjang dan cepat pulih dengan baik
Tabel 19 kekuatan otot perut diantara pertandingan selama pertadningan yang
No Nama Hasil Norma berlangsung (Cinthuja et al., 2015). Daya tahan dalam
olahraga bulutangkis sangat diperlukan, karena
1 AAI 30 Baik
karaktersitik olahraganya yang menuntut untuk selalu
2 MAA 30 Baik
bergerak dalam memukul shuttlecock. Melangkah
3 AQ 30 Baik kebelakang, kedepan, kesamping, dan lompat adalah
4 AAW 30 Baik contoh aktifitas ketika bermain bulutangkis, hamper
5 MJPP 30 Baik seluruh tubuh melakukan pergerakan disetiap momen,
6 GDAH 28 Kurang sekali mulai dari kaki, lengan, perut, bahu, dll. Maka dari itu
mean 29.67 Cukup untuk menjaga kondisi fisik atlet dalam pertandingan
Peneliti memperoleh hasil tes kekuatan otot maupun ltihan harus ditingkatkan lagi, sehingga tidak
perut dengan rata-rata 29.67 kali dengan kategori cukup. mengalami kelelahan yang berarti. Selain itu mencegah
Hasil tertinggi diraih dengan 30 pengulangan dengan kelelahan terjadi secara cepat juga akan mengeluarkan
kategori baik yang diraih 5 atlet. Adapun hasil terendah segala kemampuan secara maksimal.
28 kali pengulangan dengan kategori kurang sekali yang Hasil dari rata-rata dan persentase kekuatan otot
diraih 1 atlet. peras tangan diatas dapat disimpulkan bahwa atlet putra
Tabel 20 Persentase kekuatan otot perut bulutangkis PB Wiman Lamongan dalam kategori
cukup. Menurut Nurbait, dkk, (2020) Grip strength
No Norma Frekuensi Persentase
adalah salah satu instrumen pengukuran yang penting
1 Baik sekali 0 0.00%
dalam olahraga bulutangkis untuk mengukur kekuatan
2 Baik 5 83.33% otot peras tangan. Otot peras tangan yang kuat berguna
3 Cukup 0 0.00% untuk memegang raket (Nur, dkk, (2020). Kekuatan otot
4 Kurang 0 0.00% peras tangan dibutuhkan ssat pemain bulutangkis akan
5 Kurang sekali 1 16.67% melakukan pukulan yang keras misalkan pukulan smash.
Jumlah 6 100.00% Pada waktu melakukan smash, pemain bulutangkis akan
Data diatas menunjukkan persentase sebesar menggenggam erat grip raket supaya dapat
83.33% masuk pada ketegori baik sebanyak 5 atlet dan menghasilkan pukulan yang keras. Namun perlu diingat
16.67% masuk pada kategori kurang sekali sebanyak 1 juga faktor fleksibilitas pergelangan tangan juga ikut
atlet. mempengaruhi keras dan akurasi jatuhnya bola. Oleh
karena itu, kekuatan otot peras tangan atlet putra PB
4. PEMBAHASAN Wiman Lamongan harus dipertahankan dan ditingkatkan
VO2max atlet putra bulutangkis PB Wiman bagi atlet yang masih dalam kategori kurang.
Lamongan dapat dikatakan cukup dalam komponen daya Hasil dari rata-rata dan persentase kecepatan
tahan aerobik. Karena hasil dari rata-rata menunjukkan pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa atlet putra
cukup dan dapat dilihat pada tabel juga para atlet bulutangkis PB Wiman Lamongan memilik kecepatan
mencapai pada kategori yang merata disetiap dalam bermain bulutangkis baik. Hal tersebut dapat
kategorinya. Untuk meningkatkan daya tahan aerobik dilihat dari setengah dari sampel yang diambil
setiap atlet perlu adanya program latihan yang menunjukkan kualitas baik sekali. Menurut Junanda, dkk
ditingkatkan untuk menjaga dan meningkatkan (2016) kecepatan adalah keahlian sesorang untuk
kemampuan daya tahan Vo2max pada atlet yang sudah melakukan gerakan yang berkelanjutan disaat yang sama
mencapai kategori baik. Sedangkan atlet dengan kategori dalam waktu yang singkat. Kecepatan dalam olahraga
sedang juga perlu dipantau pada saat latihan supaya bulutangkis sangat dibutuhkan ketika melakukan
kemampuan daya tahan Vo2max dapat meningkat. Selain gerakan untuk hasil yang maksimal. Latihan kecepatan
itu perlu adanya jadwal rutin dalam mengukur dan kekuatan menjadi lebih penting karena bertujuan
peningkatan daya tahan setiap atlet guna mengetahui dalam mengembangkan kemampuan bermain
perkembenangan setiap atlet. Menurut Ihsan, dkk (2018). bulutangkis dimana kecepatan sebagai faktor utama
Daya tahan merupakan kemampuan tubuh beraktifitas penentu dalam performa pukulan bulutangkis
dalam waktu lama tanpa mengalami kelelahan yang (Phomsoupha & Laffaye, 2015). Oleh karena itu latihan
berlebih. Pemain bulutangkis dalam bertanding dituntut kecepatan perlu adanya perhatian khusus dalam
meningkatkan.

10
Kondisi kekuatan menarik dan mendorong otot terdapat pada kekuatan lengan pada tangan, sehingga
bahu atltet putra bulutangkis masuk dalam kategori berperan penting dalam olahraga bulutangkis. Program
cukup. Kondisi ini tentunya tidak dapat dikatakan baik latihan pada peningkatan kekuatan otot lengan harus
ataupun buruk. Namun, alangkah baiknya kondisi seperti ditingkatkan lagi mengingat sebagian besar olahraga
ini ditingkatkan lagi sampai masuk pada kategori baik. bulutangkis mengandalkan lengan pada saat memukul
Kekuatan otot lengan dan bahu menjadi salah satu aspek shuttlecock.
ketepatan dalam melakukan pukulan pada olahraga Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan,
bulutangkis (Sugiarto et al., 2019). Otot bahu merupakan peneliti dapat memberi rekomendasi yaitu PB Wiman
otot yang paling kompleks dan berisiko tinggi terhadap Lamongan harus benar-benar memperhatikan kondisi
cedera dalam olahraga overhead seperti tenis, bola voli, fisik atlet bulutangkis binaanya, supaya dapat menjaga
baseball, bulu tangkis, dll (Mlynarek et al., 2017). Oleh dan meningkatkan kondisi fisik secara menyeluruh
karena itu perlu adanya penguatan terhadap kekuatan terutama pada komponen speed and power, karena
pada otot bahu supaya untuk meminimalisir terjadinya mengingat dunia bulutangkis sekarang lebih mengarah
cedera pada otot bahu. pada speed and power. Selain itu peneliti juga
Kekuatan otot perut atlet putra bulutangkis PB memberikan saran kepada peneliti selanjutnya dapat
Wiman Lamongan dalam kondisi baik terbukti bahwa 5 menambah instrumen tes lainya supaya hasil penelitian
atlet mencapai kategori baik. Hal ini harus dipertahakan jauh lebih baik dari sebelumnya.
dan selalu dalam pengawasan ketika selesai latihan
selalu melakukan sit up. Kekuatan otot perut merupakan DAFTAR PUSTAKA
inti kekuatan dari bagian kekuatan otot yang lain (Sajoto, Cinthuja, P., Jayakody, J. A. O. A., Perera, M. P. M.,
1988). Sehingga otot perut sebagai kontrol bagi kekuatan Weerarathna, W. V. D. N., Nirosha, S. E.,
lain yang dapat menghasilkan gerakan otot lebih efektif. Indeewari, D. K. D. C., Kaethieswaran, T., &
Misalkan pada olahraga bulutangkis, otot perut ini Adikari, S. B. (2015). Physical fitness factors of
berfungsi sebagai penunjang kekuatan otot tangan dan school badminton players in Kandy district
Department of physiotherapy , Faculty of Allied
kaki supaya hasil pukulan sesuai dengan yang
Health Sciences , General Sir John Kotelawala.
diharapkan (Legeayem & Wiriawan, 2017). Oleh karena European Journal of Sports and Exercise Science,
itu kekuatan otot perut merupakan bagian yang penting 4(2), 14–25.
dalam melakukan pukulan dalam olahraga bulutangkis
Feng, W. Z., Rasyid, H. N., & Juliati. (2017).
Comparison of Shoulder Strength in Routinely
5. SIMPULAN DAN REKOMENDASI Trained Badminton Players and Non-Badminton
Sesuai data yang disajikan pada hasil dan Players. Althea Medical Journal, 4(2), 208–212.
pembahasan diatas. Peneliti membuat kesimpulan bahwa https://doi.org/10.15850/amj.v4n2.1083
kondisi fisik atlet putra bulutangkis PB Wiman
Ihsan, N., Sepriadi, S., & Suwirman, S. (2018).
Lamongan dalam kategori cukup. Data menunjukkan Hubungan Status Gizi Dan Motivasi Berprestasi
bahwa hasil dari tes dan pengukuran menunjukkan Dengan Tingkat Kondisi Fisik Siswa Pplp Cabang
kategori cukup pada 5 jenis item tes, dan kategori baik Pencak Silat Sumatera Barat. Sporta Saintika,
pada 1 jenis item tes yaitu lari sprint 30 meter saja. Oleh 3(1), 410. https://doi.org/10.24036/sporta.v3i1.61
karena itu pada item tes dari individu yang masih Junanda, H. A., Rusdiana, A., & Rahayu, N. I. (2016).
menunjukkan kategori kurang perlu adanya perhatian Kecepatan dan Akurasi Shuttlecock Pada Jump
khusus dalam peningkatan performa kondisi fisiknya Smash Dengan Loncatan Vertikal dan Parabol
supaya kemampuan setiap individu tidak jauh beda Depan Dalam Bulutangkis. Jurnal Terapan Ilmu
antara yang satu dengan yang lain. Selain itu pada Keolahragaan, 1(01), 17–23.
penelitian ini peneliti menggunakan data normatif dari Karatnyk, I., Pityn, M., Wei Yu, L., Hnatchuk, Y., &
hasil tes dan pengukuran atlet PB Wiman. Sehingga data Khimenes, K. (2021). Improvement of Speed and
normatif ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam Strength Abilities Badminton Players Aged From
15 To 17 Years Old. Sport and Society, May.
menerima atlet baru yang mau bergabung pada PB
https://doi.org/10.36836/2021/1/26
Wiman Lamongan ini.
Hasil rata-rata dan persentase diatas dapat Legeayem, T. R., & Wiriawan, O. (2017). Kontribusi
disimpulkan bahwa daya tahan otot lengan atlet putra PB Kekuatan Otot Lengan, Otot Perut, Otot kaki dan
Power Kaki Terhadap Jumping Smash Pada
Wiman Lamongan dalam kondisi cukup. Tentunya daya
Bulutangkis. Skripsi. Surabaya: Universitas
tahan otot lengan ini harus segera ditingkatkan lagi Negeri Surabaya.
sampai pada kategori baik. Menurut Wijaya, (2017)
penopang utama dalam melakukan pukulan dan gerakan

11
Maksum, A. (2018). Metodologi Penelitian dalam
Olahraga. Surabaya: Unesa University Press
Mlynarek, R. A., Lee, S., & Bedi, A. (2017). Shoulder
Injuries in the Overhead Throwing Athlete. Hand
Clinics, 33(1), 19–34.
https://doi.org/10.1016/j.hcl.2016.08.014
Nur, A., Akhmady, A. L., & Muin, M. (2020). Pengaruh
Latihan Pull Over Dan Squat Jump Terhadap
Kemampuan Smash Bulutangkis. JURNAL
PENDIDIKAN OLAHRAGA, 10(1), 1-7.
Nurbait, S., Setia, C., & Agustin, N. M. (2020).
Pengembangan Model Latihan Smash Pada
Olahraga Bulutangkis. Jendela ASWAJA, 1(01),
7-17.
Phomsoupha, M., & Laffaye, G. (2015). The Science of
Badminton: Game Characteristics,
Anthropometry, Physiology, Visual Fitness and
Biomechanics. Sports Medicine, 45(4), 473–495.
https://doi.org/10.1007/s40279-014-0287-2
Pujianto, A. (2015). Profil kondisi fisik dan
keterampilan teknik dasar atlet tenis meja usia
dini di kota semarang. Journal of Physical
Education Health and Sport, 2(1), 38-42.
Sajoto, M. (1988). Pembinaan kondisi fisik dalam
olahraga. Jakarta: Depdikbud.
Saputra, T. W., & Sepdanius, E. (2019). Pengaruh
Latihan Shadow Terhadap Peningkatan
Kelincahan Atlet Bulutangkis PB. Lima Puluh
Kota. Jurnal Stamina, 2(9), 171-177.
Sugiarto, A., & Assyariy, I. S. P. (2019). Hubungan
Antara Kekuatan Otot Lengan Dan Kelentukan
Sendi Bahu Dengan Ketepatan Service Panjang
Bulutangkis Pada Siswa Ekstrakurikuler
Bulutangkis MTs Darussalam Samarinda Tahun
2018. Cendekia, 2(2), 45-58.
Wijaya, A. (2017). Analisis gerak keterampilan servis
dalam permainan bulutangkis (suatu tinjauan
anatomi, fisiologi, dan biomekanika). Indonesia
Performance Journal, 1(2), 106-111.

12

Anda mungkin juga menyukai