Anda di halaman 1dari 13

Tafsir Pandangan Pengarang terhadap Kehidupan dalam Novel

Negri 5 Menara
Karya : Ahmad Fuadi

Oleh : Farhan Aditya Ramadhan


Kelas : XII IPS 3
Absen : 11
Daftar isi

Kata pengantar penulis..................................................................................... 2

Pendahuluan..................................................................................................... 3

Ringkasan Novel.............................................................................................. 4

Tafsir Pandangan Pengarang terhadap Kehidupan dalam Novel Negeri 5 menara

karya Ahmad Fuadi......................................................................................... 11

Kesimulan........................................................................................................ 12

1
Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga tulisan ini berhasil di
selesaikan. Judul yang dipilih “Amanat Dalam Novel Negeri 5
Menara”
Diharapkan makalah ini bermanfaat untuk menambah informasi
mengenai pemahaman tentang amanat atau pesan apa saja yang
terkandung dalam novel populer yang berjudul negeri 5 menara.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar
berguna dalam penulisan makalah selanjutnya. Semoga saja makalah
ini bermanfaat bagi para pembaca.

2
Pendahuluan

Novel karya A. fuadi ini merupakan salah satu novel yang memiliki sisi realita
kehidupan yang menarik. Novel yang berlatar belakang tentang mimpi para
santri yang didukung dengan keyakinannya dengan mantra “man jadda wajada”
sangat inspiratif bagi pembacanya. Novel ini juga mengisahkan bagaimana dan
seperti apa kehidupan yang terdapat di sebuah pesantren yakni pondok
Pesantren Madani. Kehidupan pesantren yang penuh dengan aturan, haruslah
dilaksanakan dan jika diketahui terdapat pelanggaran sedikit saja, maka
pelanggar akan dihukum.

Dari gambaran-gambaran cerita yang terdapat dalam novel tersebut, tentunya


terdapat suatu amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang dengan
memberikan pesan-pesan yang terkandung dalam novel tersebut. Amanat yang
merupakan unsur intrinsik karya sastra memiliki hubungan erat dengan aspek-
aspek apa saja yang terdapat dalam suatu novel dan juga berhubungan dengan
konsep pesan suatu cerita. Setelah membaca novel ini, pembaca akan merasakan
suatu kepuasan, dan dapat mengaplikasikan pesan dalam novel negeri 5 menara
ini dalam kehidupannya sehari-hari. Tafsir pandangan pengarang terhadap
kehidupan ini adalah suatu konsep pemahaman novel negeri 5 menara, yang
memudahkan pembaca dalam memahami amanat yang terkandung dalam novel
karya A. Fuadi ini.

3
Ringkasan
Alif Fikri berasal dari Maninjau, Bukittinggi, Sumatra barat, adalah seorang anak laki-laki
desa yang sangat pintar. Ia dan teman baiknya Randai memiliki mimpi yang sama yaitu
masuk ke SMA terbaik di Bukittinggi dan melanjutkan studi di ITB, universitas yang
bergengsi itu. Selama ini Alif bersekolah di madrasah atau sekolah agama Islam. Alif merasa
sudah cukup menerima ajaran Islam dan ingin menikmati masa remajanya seperti anak-anak
remaja lainnya di SMA. Dengan berbekal nilai ujian yang lumayan bagus membuatnya
merasa akan terbuka kesempatan untuk Amak (ibu) memperbolehkannya untuk masuk
sekolah umum. Namun mimpinya seakan sirna, musnah tak berbekas, karena Amak tidak
mengijinkan. Beliau menginginkan anaknya mewarisi keulamaan Buya Hamka, ulama yang
terkenal di tanah kelahiran Alif. Dengan keputusan setengah hati Alif menuruti keinginan
Amak. Namun Alif ingin bersekolah di Pondok Madani yang di Jawa Timur sesuai saran
yang di tuliskan melalui surat oleh pamannya Pak Etek Gondo yang sedang berkuliah di
Kairo. Dengan keterpaksaan kedua orang tuanya memperbolehkan Alif untuk melanjutkan
sekolahnya di Pondok Madani, Gontor, Jawa Timur.

Besok pagi Alif di antar ayahnya ke Jawa dengan menaiki bus. Sebelum meninggalkan
rumah, Alif mencium tangan Amak sambil meminta doa dan minta ampun atas kesalahannya.
Selama tiga hari dalam perjalanan ke Jawa akhirnya sampai juga di terminal Ponorogo. Di
terminal tersebut mereka telah disambut oleh panitia penerimaan siswa baru di Pondok
Madani. Kemudian mereka langsung diajak menaiki bus untuk berangkat ke Pondok Madani
yang tidak jauh dari terminal tersebut. Sampainya di pondok, Alif mengisi folmulir sebagai
calon siswa. Setelah seluruh calon siswa mengisi folmulir, mereka diajak oleh panitia untuk
berkeliling di Pondok Madani. Di hari H Alif dan calon siswa lainnya melaksanakan ujian
tulis. Hanya satu hari setelah ujian, tepat tengah malam, sepuluh papan pengumuman hasil
ujian berjejer di kantor panitia. Alif dan ayahnya merasa sangat senang karena Alif lulus
ujian tulis di Pondok Madani.

4
“Man Jadda Wajada”. Pada hari pertama di Pondok Madani, ustad Salman sebagai wali kelas
Alif meneriakkan sebuah kalimat mutiara sederhana dan kuat yakni “Siapa yang bersungguh-
sungguh akan behasil”. Di kelas 1 A Alif bersahabat akrab dengan Atang berasal dari
Bandung, Raja berasal dari Medan, Dulmajid berasal dari Madura, Said berasal dari

Surabaya, dan Baso berasal dari Sulawesi. “Sahibul Menara” sebuah sebutan penghuni
Pondok Madani terhadap Alif dan kelima sahabatnya yang selalu berkumpul di bawah
menara tertinggi di Pondok Madani saat menunggu shalat magrib berjama’ah atau hanya
menghabiskan waktu senggangnya untuk belajar bersama-sama, mendiskusikan tentang
impian mereka, mengagumi kisah-kisah islami, semuanya dilakukan di tempat yang sama
yaitu menara. Suatu ketika Sahibul Menara menunggu maghrib sambil menatap awan berarak
pulang ke ufuk. Di mata mereka awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian
masing-masing. Kemana impian membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu
adalah “Jangan pernah meremehkan impian walau setinggi langit. Sesungguhnya Tuhan
Maha Mendengar”.

Sehabis isya, siswa-siswa berbondong-bondong memenuhi aula. Untuk menghadiri “Pekan


Perkenalan Siswa Pondok Madani. Kiai Rais selaku pemimpin Pondok Madani memberikan
sambutan dan semangat kepada siswa baru di Pondok Madani. Setelah itu, acara tersebut
ditutupnya dengan doa.

Al-Barq nama asrama dimana tempat Alif beristirahat. Sebelum tidur Kak Is membacakan
Qanun (aturan tidak tertulis yang tidak boleh dilanggar). Bila aturan dilanggar ganjarannya
tidak main-main. Bila tidak digunduli, sekurang-kurangnya dapat jeweran berantai. Bahkan,
bila pelanggarannya berat santri bisa dipulangkan. Pagi harinya Sahibul Menara bersama-
sama belanja kebutuhan siswa baru di Pondok Madani. Saat jam menunjukkan 16.50, mereka
masih bingung memilih lemari. Lonceng waktu ke mesjid sudah berbunyi mereka
kebingungan mencari cara supaya cepat membawa lemari mereka di asrama. Tiba-tiba datang
seorang dari bagian keamanan yang menghentikan langkah mereka. Sahibul Menara terkena
hukuman jewer berantai karena terlambat lima menit ke mesjid untuk melaksanakan shalat

5
maghrib berjama’ah. Setelah melakukan shalat maghrib Kak Sofyan mengumumkan siswa
yang mendapatkan wesel (kiriman dari keluarga atau orang yang dikenalnya)l dan siswa yang

harus menghadap ke mahkamah keamanan (orang yang melakukan kesalahan dan dihukum
sesuai kesalahannya). Said merupakan siswa yang beruntung mendapatkan wesel pada hari

itu. Namun, Alif dan Sahibul menara lainnya termasuk Said juga mendapatkan panggilan
untuk menghadap ke mahkamah keamanan karena kesalahan tadi sore. Setiap Sahibul
Menara mendapat hukuman menjadi jasus (mata-mata) dan diberikannya 1 kartu jasus untuk
2 kesalahan siswa. Dalam waktu 24 jam di mulai saat itu mereka harus mencari siswa lain
yang melanggar aturan di Pondok madani serta mencatat namanya (semua siswa di PM
memakai identitas diri mereka masing-masing sesuai ketentuan). Apabila mereka tidak
mendapatkan siswa yang melanggar aturan dalam waktu 24 jam ke depan maka akan
ditambahkan 2 kartu jasus kepada mereka. Waktu tersisa 3 jam, kartu jasus Sahibul Menara
terisi semua dan mereka terbebas dari hukuman tersebut.

Surat dari seberang pulau, Alif menerima surat dari Randai yang menceritakan masa-masa
perkenalan di SMA bukittinggi. Kedatangan surat dari Randai itu membuat Alif jadi bersedih
dan malas bicara. Alif membayangkan keindahan masa-masa berseragam putih abu-abu. Said
dan Raja Mencoba menghibur Alif tapi tidak ada hasilnya. Malam harinya ada tambahan
kelas malam. “Malam ini kita akan menghabiskan waktu keliling dunia” kata ustad Salman
saat masuk di dalam kelas 1 A. Beliau membacakan potongan mutiara dari tokoh-tokoh ini,
“BJ Habibie, Mutiara dari Timur” , “Bung Hatta, Pribadinya dalam Kenangan”, “Marthin
Luther King, Jr: Stride Toward Freedom”, dan “Mohammed, The Man of Allah” yang
membuat Alif cukup terhibur.

Pelajaran wajib yang selalu ada setiap hari, enam kali dalam seminggu adalah lughah Arabiah
(bahasa Arab) yang diajarkan oleh ustad Salman. Alif dan teman yang lain, pelajaran yang
paling ditunggu adalah taarikh (sejarah dunia) yang diajarkan oleh ustad Surur. Mata
pelajaran Al-Qur’an dan Hadits juga dibawakan amat menarik oleh ustad Faris. Alif sangat
menyukai pelajaran Khatul Arabi (kaligrafi Arab) yang diajarkan oleh ustad Jamil. Pelajaran

6
yang Alif suka tapi selalu berkeringat dingin saat menghadapinya adalah Mahfuzhat yang
diajarkan oleh ustad Badil. Tapi dari semua pelajaran, bahasa Inggris adalah favorit Alif yang
diajarkan oleh ustad Karim. Selain kelas pagi sampai jam 6, mereka juga mengikuti tambahan
kelas sore untuk mendalami pelajaran pokok, khususnya bahasa Arab dan bahasa Inggris.
Tambahan kelas malam yang dibimbing oleh wali kelas. Sementara kamis sore tidak ada
pelajaran, tapi diisi dengan pelatihan pramuka. Tapi dari semua hari, hari yang paling mulia
bagi kami dalah hari jum’at. Sebab, hari mulia ini adalah hari libur mingguan kami di Pondok
Madani. Jum’at artinya bebas melakukan berbagai aktivitas yang tidak menyalahi aturan.
Hari jum’at juga mereka boleh keluar dari Pondok Madani asal bisa kembali pada hari itu
juga.

Hari jum’at ini, Said mengajak Sahibul Menara ke Ponorogo. Dengan berbagai macam alasan
satu-persatu dari Sahibul Menara mendapatkan izin dari ustad Torik yang sedang piket saat
itu. Mereka menyewa sepeda ontel dari rumah penduduk. Setelah keluar dari Pondok Madani,
pertama yang mereka lakukan yaitu ingin memperbaiki gizi dan makan sate di warung Cak
Tohir, membeli berbagai kebutuhan sekolah di pasar Ponorogo. Kedua, ingin melewati Ar-
Rasyidah pesantren khusus putri yang terkenal. Yang ketiga agak beresiko, melewati bioskop.
Said ingin melihat spanduk film yang di perankan oleh idolanya Arnold Schwarzenegger.
Hujan turun sangat lebat, membuat Sahibul Menara terlambat 5 menit dari waktu yang
ditentukan yakni jam 17.00. Karena keadaan tersebut mereka terbebas dari hukuman.

Begitu pula siasat Dulmajid yang memengaruhi ustad Torik agar boleh izin nonton bareng
pertandingan final bulu tangkis di lingkungan Pondok Madani, padahal qanun (aturan
pondok) menegaskan santri Pondok Madani di larang menonton TV. “Ustad, lob antum itu
mirip sekali dengan Icuk dan smash atum mirip Liem Swie King. Kalau nggak percaya, kita
nonton siaran langsung besok malam.” Kata Dulmajid. Ustad Torik langsung takhluk dan
terjadilah peristiwa bersejarah itu : TV masuk Pondok Madani.

Dalam waktu 3 bulan, siswa tahun pertama Pondok Madani masih boleh menggunakan
bahasa Indonesia maupun bahasa daerah mereka sendiri. Namun setelah itu mereka harus

7
menguasai bahasa resmi di Pondok Madani yakni bahasa Arab dan bahasa Inggris. Itu
merupakan tantangan terbesar buat mereka. Setiap selesai shalat subuh seorang kakak
penggerak bahasa masuk ke setiap kamar dengan membawa papan tulis kecil. Mereka
diminta mengulangi bersama-sama dan satu persatu apa yang kakak tersebut katakan. Setelah

itu diberikan sebuah kalimat sempurna dengan menggunakan kosa kata yang telah mereka
ucapkan bersama-sama tadi. Lalu, giliran mereka membuat kalimat lain dengan
menggunakan kosa kata ini. Sebelum di tutup, mereka disuruh meneriakkan kembali kosa
kata tadi bersama-sama. Dan mereka diberikan tugas untuk menyalin kosa kata tadi dan
membuat 3 contoh penggunaanya dalam kalimat. Itu semua dilakukan setiap hari, 7 kali
seminggu. Sebuah metode sederhana yang sangat kuat dan mampu melekatkan bahasa baru
ke dalam alam bawah sadar untuk tidak lepas lagi selamanya.

Sementara 2 kali seminggu, setelah shalat subuh, mereka membuat 2 barisan panjang di
lapangan dan melakukan percakapan dengan teman yang ada di depannya menggunakan
suara yang keras. Kakak para penggerak bahasa akan mondar-mandir mendengar,
mengoreksi, memberi kalimat yang baik. Mereka diajarkan untuk berani mencoba dan tidak
takut salah. Sampai pada suatu jum’at, jam 4 subuh. Kak Is menggelitik ujung-ujung sajadah
ke hidung Alif, tapi yang keluar dari mulut Alif secara otomatis ucapan : “Maaziltu an’as
kak, ayyatu saa’atin haaza?” (masih ngantuk banget kak, jam berapa sih?). Ajaib, dalam
posisi setengah sadar Alif menggunakan kalimat lengkap berbahasa Arab. Sejak saat itu Alif
dan kawan-kawannya yang lain merasakan perubahan yang sama. Pesan Kiai Rais “Pasang
niat kuat, berusaha keras dan berdoa khusyuk, lambat laun, apa yang kalian perjuangkan akan
berhasil. Ini sanatullah-hukum Tuhan”.

Sudah beberapa bulan Alif sengaja tidak menghubungi Amak sebagai protes tidak boleh
masuk SMA. Cerita Kiai Rais berputar di kepalanya tentang susahnya menjadi seorang ibu.
Karena Alif tidak mau menjadi seperti Malin Kundang maka Alif memohon ampun kepada
Allah SWT. Malam itu juga, Alif menuliskan surat untuk mengabari keadaannya di Pondok

8
Madani kedapa Amak. Sejak itulah Alif teratur menulis surat ke Amak. Satu sampai dua kali
sebulan.

Berbagai macam aktivitas dilakukan oleh Alif dan Sahibul Menara lainnya, Sampailah
saatnya mereka melaksanakan ujian. Bertempelan dimana-mana spanduk yang bertuliskan
“Ma’an najah” (Semoga sukses dalam ujian). Pembukaan ujian oleh Kiai Rais seakan-akan
ujian adalah sebuah hari besar keramat ketiga setelah Idul Fitri dan Idul Adha. Dan dari
kejauhan, bunyi lonceng besar berdentang keras. Menandakan 15 hari ujian berakhir.
Alhamdulillah. . . . . . . . . . . . . . .

Tiga tahun kemudian, hari pertama imtihan nihai datang juga. Warga Pondok Madani
Menyebutnya “ujian di atas ujian”. Berbeda dengan ujian selama ini, untuk ujian kelas enam
kami harus berpakaian rapi layaknya seorang penguji. Di awali dengan ujian lisan selama
sepuluh hari, kemudian siswa diberikan waktu istirahat beberapa hari untuk mempersiapkan
diri untuk ujian tulis. Selang beberapa hari kemudian, mereka masuk ke babak akhir
perjuangan thalabul ilmi mereka di Pondok Madani : ujian tulis. Malam hari, mereka
berkumpul di aula. Kebiasaan di Pondok Madani, sebuah ujian dibuka dan ditutup dengan
pertemuan yang dipimpin oleh Kiai Rais. Inilah Malam Syukuran Ujian Akhir.

Sudah dua minggu berlalu sejak mereka merayakan selesainya ujian. Tiba saatnya,
“Pengumuman kelulusan kita sudah ada, bisa di lihat di aula” seru Said sebagai ketua
angkatan mereka berteriak-teriak setelah subuh. Alhamdulillah, Alif serta Sahibul Menara
dan teman lainnya LULUS. Menurut pengumuman, hanya kurang dari sepuluh orang yang
tidak lulus dan mereka dapat kesempatan untuk mengulang setahun lagi. Malamnya,
diadakan yudisium dan khutbatul wada’ (Khutbah perpisahan) yang dipimpin oleh Kiai Rais.
Kemudian siswa kelas enam berjabat tangan dengan Kiai Rais dan para guru. Selanjutnya,
giliran adik kelas mereka memberikan selamat dan jabat tangan. Esok paginya, para alumni
sudah siap dengan koper masing-masing. Beberapa bus dengan tujuan masing-masing sudah
menunggu di depan aula. Ditengah kabut yang tipis, mereka sekali lagi bersalaman dan

9
berangkulan dan berjanji akan saling berkirim surat. Entah kapan Alif akan melihat Sahibul
Menara lainnya sebagai kawan-kawan terbaiknya lagi.

Setelah 15 tahun masa-masa sulit di Pondok Madani berlalu. Alif (Washington DC), Atang
(Kairo), dan Raja (London) dipertemukan kembali di London setelan 11 tahun dipisahkan.
Keberadaan Sahibul Menara yang lain yakni : Said meneruskan bisnis batik keluarga Jufri d
Pasar Ampel, Surabaya. Sesuai cita-cita mereka dulu, Said dan Dulmajid mendirikan sebuah
pondok dengan Semangat PM di Surabaya. Baso yang brilian ini kuliah di Mekkah dengan

modal hapal luar kepala segenap isi Al-Qur’an, dia mendapat beasiswa penuh dari
pemerintah Arab Saudi. Sedangkan, Atang telah delapan tahun menuntut ilmu di Kairo dan
sekarang menjadi mahasiswa program doktoral untuk ilmu hadits di Universitas Al-Azhar.
Sementara Raja telah 1 tahun tinggal di London, setelah menyelesaikan hukum Islam dengan
gelar License di Madinah. Dia akan berada di London selama 2 tahun memenuhi undangan
komunitas Muslim Indonesia di kota ini untuk menjadi pembina agama. Alif sebagai
wartawan di Independence Avenue.

Dulu mereka melukis langit dan membebaskan imajinasi itu lepas membumbung tinggi.
Mereka tidak takut bermimpi, walau sejujurnya juga mereka tidak tahu bagaimana
merealisasikannya. Tapi lihatlah hari ini. Setelah mereka mengerahkan segala ikhtiar dan
menggenapkan dengan doa, Tuhan mengirim benua impian ke pelukkan masing-masing.
Mereka berenam teral berada di lima negara yang berbeda. Di lima menara impian mereka.
Jangan pernah meremehkan impian, walau setinggi apapun. Tuhan sungguh Maha
Mendengar. Man Jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil.

10
Tafsir Pandangan Pengarang terhadap Kehidupan dalam Novel
Negri 5 Menara
Penulisan ini mengangkat masalah mengenai bagaimana wujud dan makna aspek sosial
dalam novel Negeri 5 Menara melalui tinjauan pembacaan. Sumber data dalam penelitian ini
meliputi sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah novel
Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi. Sumber data sekundernya adalah wacana dari internet
mengenai novel Negeri 5 Menara. Pengumpulan datanya yaitu teknik pustaka dan catat.
Adapun analisis datanya yaitu dengan metode dialektika genetik. Pemaknaannya
menggunakan pendekatan sosiologi sastra. Hasil analisis novel Negeri 5 Menara dapat
diperoleh tema novel adalah man jadda wajada barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti
akan sukses. Alur novel Negeri 5 Menara, yaitu alur kembali ke masa lalu. Latar tempat
novel Negeri 5 Menara adalah di Pondok Madani Jawa Timur. Penceritaan aspek sosial
dalam novel Negeri 5 Menara berlangsung pada tahun 1980-an sampai 2003. Analisis aspek
sosial dalam novel Negeri 5 Menara dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra,
menyimpulkan bahwa aspek sosial yang terkandung dalam novel Negeri 5 Menara sebagai
berikut. (1) Kemiskinan. Keadaan ekonomi keluarga Alif yang ibunya seorang guru sukarela,
(2) Kasih sayang kepada keluarga. Kasih sayang yang diberikan orang tuanya Alif sangat
kuat, (3) Rasa Solidaritas. Alif mempunyai banyak sahabat mereka saling tolong menolong
bila ada yang mengalami kesulitan, (4) Semangat belajar ilmu agama untuk menjadi
pemimpin. Di Pondok Madani Alif dan teman-temannya mempunyai tekad untuk meraih
masa depan yang lebih baik.

11
Kesimpulan

Penulis dalam membuat suatu karya, maka tentunya terdapat pesan yang ingin disampaikan
kepada pembaca melalui tulisannya. Pesan-pesan yang bersifat mendidik, mengajak, dan
membujuk tersebut dinamakan emanat. Amanat yang terkandung dalam karya sastra selalu
bersifat positif, Hl ini ditujukan agar menjadi gambaran bagi pembaca dalam menjalani
hidupnya. Pesan yang tertuang dalam novel negeri 5 menara ini pun lebih bersifat mendidik.
Karena amanat-amanat yang disampaikan baik yang tersirat maupun tertulis, merupakan
amanat yang sifatnya mendidik pembaca agar mencari ilmu setinggi-tingginya, karena orang
berilmu memiliki derajat yang lebih tinggi dan mudah meraih surga

12

Anda mungkin juga menyukai