Anda di halaman 1dari 21

PEMBAHARUAN ISLAM DI TURKI

(Sultan Mahmud II, Usmani Muda, Turki Muda)


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pemikiran Moder Dalam
Islam

Dosen Pengampu: Sahidin Wahyudi, M.Pd.

Semester 1 (Satu)

Disusun Oleh Kelompok : 3 (Tiga)

1. DENDI PRASETIYA
2. IRSAN FAUZI
3. ROBIADI

UNIVERSITAS AGAMA ISLAM AN-NUR LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2023 M/ 1445 H

1
Daftar Isi:
BAB I...................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...............................................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah...........................................................................................3
B. Rumusan Masalah....................................................................................................6
BAB II..................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..................................................................................................................6
A. Sultan Mahmud II dan Ide Pembaharuannya...........................................................6
B. Tanzimat.................................................................................................................10
a) Mustafa Rasyid Pasya (1880-1858 M)...............................................................12
b) Mustafa Sami Pasya (wafat 1855 M).................................................................13
c) Mehmed Sadek Rifat Pasya (1807-1856)..........................................................13
d) Ali Pasya (1815-1871).......................................................................................15
C. Usmani Muda.........................................................................................................16
a) Ziya Pasya..........................................................................................................16
b) Midat Pasya........................................................................................................17
c) Namik Kemal.....................................................................................................18
BAB III..............................................................................................................................19
PENUTUP..........................................................................................................................19
A. Kesimpulan............................................................................................................19
B. Implikasi.................................................................................................................20

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setelah Bahgdad, wilayah Islam di kawasan Timur jatuh ke tangan bangsa


Mongol dan dunia Islam di Barat jatuh ke tangan umat Kristen Eropa. Kelemahan
sistem peradaban Islam mulai tampak. Oleh sebab itu, muncul ide untuk
mengadakan pembaharuan dalam beberapa segi.

Pendudukan Mesir atas Napoleon tahun 1798 M merupakan peristiwa


sejarah yang menjadi pangkal kesadaran umat Islam akan kelemahan sistem
peradabannya dan akan pentingnya pembaharuan dalam segala aspek kehidupan
masyarakat islam. Invasi terhadap Mesir diikuti dengan dominasi Inggris atas
India dan kehancuran turki sebagai akibat peperangan besar antara Tsar Rusia dan
Persia yang mengakibatkan jatuhnya beberapa wilayah Islam ke tangan Barat.1

Kedatangan Napoleon di Mesir pada 1798 merupakan momentum penting


dari perkembangan Islam. Kedatangan “penakluk dari Prancis” ini tidak hanya
membuka mata kaum muslim akan apa yang dicapai oleh peradaban Barat di
bidang sains dan teknologi, tetapi juga menandai awal kolonialisme Barat atas
wilayah-wilayah Islam. Di antaranya akibat kontak itu di lingkuangan elit muslim
para penguasa dan kalangan cendikiawan gerakan pembaharuan Islam kembali
memperoleh gairah. Kaum muslim semakin intensif dan bersemangat mengkaji
kembali doktrin-doktrin dasar Islam khususnya dihadapkan pada kemajuan Barat.
Kritik-kritik terhadap kondisi umum masyarakat Islam bermunculan, seruan
berjihad semakin nyaring terdengar, pandangan lama yang menganggap pintu
ijtihad telah tertutup tidak hanya digugat, tetapi bahkan dianggap sebagai cermin
dari keterbelakangan intelektual. Tidak heran jika taqlid mendapat kritik pedas
dari kalangan pembaharu.2

1
Fadil SJ., Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintas Sejarah (Cet. I; Malang: UIN-Malang Press,
2008), h. 244-245.
2
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta: Bulan
Bintang, 1995), h. 21.

3
Pada abad pertengahan Dunia Barat telah maju, ditandai dengan beberapa
kemajuan dan penemuan teknologi modern seperti kaca lensa (1250), alat
percetakan (1450), dan lain-lain. Perkembangan IPTEK ini disamping
menimbulkan hal-hal yang positif adapula yang negatif, sedangkan umat Islam
dibelahan bagian timur sedang bersimpuh dibawah penindasan dan juga terlena
dibawah sisa kemegahan kurturnya di masa silam yang telah sirna, namun
dibelahan barat (Asia Barat) kurang lebih tahun 1300 telah berdiri pula Kerajaan
Turki, namun mereka kurang berbudaya. Mereka hanya mengandalkan kemajuan
militer, keberanian dan fisik mereka yang kuat, namun mereka ini merupakan
ancaman bagi Eropa. Bangsa Turki adalah bangsa yang pemberani dan disiplinnya
sangat tinggi, bangsa campuran dari bangsa Mongol dan bangsa lainnya di Asia
Tengah ini. Sebelum mereka masuk Islam, mereka memeluk agama Majusi,
Budha atau agama besar lainnya.

Jika di Mesir ide Pembaharuan muncul setelah kedatangan Napoleon dan


pergerakan-pergerakan yang dilakukan oleh kaum intelektualnya seperti
Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan murid-murid
Abduh, maka di Turki muncul dari dalam kerajaan Usmani yang berkuasa pada
waktu itu. Ide pembaharuan mengemuka di Kerajaan Usmani pada abad ke tujuh
belas. Kerajaan ini mulai mengalami kekalahan dalam peperangan melawan
tentara Eropa. Fakta ini mendorong para pemuka kerajaan untuk mengevaluasi
penyebab kekalahan mereka dan rahasia kemenangan lawan. Mereka mulai
memperhatikan kemajuan Eropa, terutama Perancis sebagai kawasan yang maju.
Orang-orang Eropa ang kerap kali dipandang “kafir” dan rendah mulai dihargai.
Duta-duta dikirim ke Eropa untuk mempelajari suasana dan kemajuannya. 3
Akhirnya mereka mengetahui bahwa rahasia kemajuan bangsa Eropa terletak pada
penerapan sains dan teknologi tinggi di dalam militer.4

Pada permulaan abad ke tujuh belas, Turki Usmani mulai


memperdebatkan cara terbaik bagi program restorasi intergritas politik dan
efektivitas kekuatan militer yang dimiliki kerajaan. Para pembaharu pada awalnya
berlandaskan pada aturan yang digariskan Sultan Sulaiman yang menentang
3
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan , h. 15
4
Fadil SJ., Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintas Sejarah, h. 242.

4
kemungkinan pengaruh kekuatan Kristen Eropa atas kaum Muslim. Para modernis
menganngap perlunya kerajaan Turki untuk mengadopsi metode yang dimiliki
bangsa Eropa dalam pendidikan militer, organisasi dan administrasi untuk
menciptakan suatu perubahan dibidang pendidikan, ekonomi, dan sosial yang
mendukung terbentuknya Negara modern. Pada abad ke delapan belas, kelompok
muncul dengan terang-terangan dan akhirnya menjadi pemenang.5

Semenjak abad ke delapan belas, penasehat militer Eropa telah mulai


dipekerjakan untuk memberikan latihan kemiliteran bagi pejabat militer kerjaan.
Percetakan juga mulai didirikan untuk menerbitkan beberapa terjemahan karya
Eropa di bidang teknik, militer dan geografi. Sultan Salim II (1789-1807)
memperkenalkan program pembaharuan pertama, dikenal dengan Nizam-I jedid.
Rencana pembaharuan itu meliputi pembentukan korp militer baru, perluasan
sistem perpajakan dan pelatiahan untuk mendidik para kader bagi rezim baru.
Rencana yang dikemukakan Sultan Salim ternyata tidak mendapat dukungan dari
para ulama dan kelompok militer Janissari, yang akhirnya ia sendiri menjadi
kurban rencana pembaharuan tersebut. Ia kemudian digulingkan pada tahun 1807.
Meskipun demikian, program pembaharuan tersebut dilaksanakan pada periode
Sultan Mahmud II.6 Pembaharun inilah yang membuat Turki berhasil.

Puncak kemajuan Turki pada zaman Sultan Mahmud II, antara lain pada
tahun 1453 dapat menaklukkan Byzantium Romawi. dari Istanbul, mereka
menguasai daerah sekitar laut tengah dan berabad-abad lamanya Turki sebagai
suatu negara yang perlu diperhatikan dan diperhitungkan oleh ahli-ahli politik dari
Eropa.7

Berdasarkan penjelasan latar belakang di Atas, penulis akan


mengemukakan dalam makalah ini gerakan pembaharuan di Turki yang terkhusus
pada pokok pemikiran Sultan Mahmud II dan gerakan Tanzimat beliau.

5
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki (Cet. I; Jakarta: Logos, 1997), h.
6
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, h. 121.
7
Yusran Asmuni, PengantarStudi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam
(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1998), h. 11-12.

5
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, penulis menarik


rumusan masalah yang akan dijadikan titik fokus pembahasan dalam makalah ini.
Rumusan masalah yang dimaksud yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana pokok pemikiran Sultan Mahmud II dalam gerakan


Pembaharuan di Turki?
2. Apa yang dimaksud dengan Tanzimat dalam gerakan pembaharuan di
Turki?
3. Apa yang dimaksud dengan pergerakan Usmani Muda dan apa ide
pembaharuan mereka?

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sultan Mahmud II dan Ide Pembaharuannya

Sebagaiman di Mesir, pelopor pembaharuan pemikiran Islam di Kerajaan


Usmani adalah raja. Bila di Mesir dipelopori oleh Muhammad Ali Pasya, maka di
Turki Sultan Mahmud II menjadi pioneer pembaharuan.

Sultan Mahmud II dilahirkan di Saray pada Juli 1785. Ia adalah putra


Sultan Abd. Hamid dan memperoleh pendidikan istana di bidang bahasa-bahasa
Islam klasik, agama, hukum, sastra, dan sejarah. Dia tidak memiliki pengethuan
barat secara langsung dan tidak mengetahui bahasa Eropa satu pun. 8 Ia diangkat
menjadi sebagai sultan pada tahun 1807.9

Turki adalah bekas jantung tempat salah satu kekhalifahan terbesar Islam,
yakni Turki Usmani. Oleh karena itu keterikatan bangsa Turki dengan Islam
berlangsung sangat kuat sebab mereka bangsa terkemuka di dunia Islam selama
beratus-ratus tahun lamanya. Ini merupakan suatu indikasi tentang betapa
pentingnya Islam dalam kehidupan nasional rakyat Turki. Secara politis setiap
orang yang bertempat tingal di Turki, tetapi secara kebudayaan orang Turki
adalah hanya orang Islam.

Kerajaan Turki pada awal abad kesembilan belas dalam kondisi yang
berantakan dan terpecah-pecah, mengingat minimnya kontrol politik pemerintah
pusat terhadap pemerintah daerah. Di Mesir, wakil pemerintahan Turki pada saat
itu Muhammad Ali justru meletakkan dasar bagi kekuatan politik yang mandiri.
Para pasya di Iraq bahkan hanya tunduk pada pemerinah Turki secara nominal. Di
Siria telah muncul gubernur-gubernur lokal yang menyatakan kemerdekaannya.
Di Anatolia, ternyata hanya dua provinsi yang menyatakan tunduk pada
pemerintah pusat. Lemahnya kosolidasi politik internal diperburuk dengan
ikutnya kekuatan militer Turki dalam berbagai Negara asing. Sultan Salim III
terpaksa harus meminta bantuan kepada Perancis untuk mencegah sebagian
8
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, h. 122.
9
Fadil SJ., Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintas Sejarah, h. 257.

7
wilayahnya yang teraknisasi oleh kekuatan Rusia. Begitu juga keterlibatan
kerajaan Turki dengan Inggris yang berusaha menaklukan darnadela pada tahun
1807. Napoleon yang terlibat dengan Turki dalam perjanjian Tilsit 7 juli 1807 dan
Eufrat 12 Oktober 1808, tidak hanya mencegah kekuatan oposisi terhadap Rusia,
tetapi juga membiarkan Rusia menaklukan beberapa daerah taklukan Turki.10

Ketika ia naik tahta dan menjadi raja di Kerajaan Turki, Sultam Mahmud
II memusatkan perhatiannya pada berbagai perubahan internal. Perbaikan internal
tersebut dipusatkan pada rekonstruksi kekuatan angkatan bersenjata kerajaan
sehingga menjadi kekuatan yang tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan.
Selain itu perbaikan tersebut dimaksudkan untu mengkonsolidasi seluruh potensi
lokal. Kebijaksanaan ini menjadikan dirinya sebagai musuh bagi kelompok militer
lama yang dikenal dengan Janissari. Pada tahun 1826, ia merombak Janissari
menjadi kekuatan militer Eropa. Kebijksanaan ini akhirnya diprotes oleh Janissari
yang sudah berdiri pada abad keempat belas oleh Sultan Orkhan, pada tanggal 16
Juni 1826. Akhirnya pemberontakan tersebut dikenal dengan The Auspicious
Incident dalam sejarah Turki.

Sebagai seorang ahli strategi, ia berusaha ntuk melebihi apa yang


dilakukan Salim III. Ia mencari dukungan dari para ulama yang akhirnya dia
memperolehnya. Janissari yang pada tahun 1807 memperoleh dukungan penuh
dari penduduk Istanbul, maka dengan reformasi yang ia programkan kekuaan
militer lama ini hanya memperoleh sebagian dukungan dari masyarakat pada
tahun 1826. Meskipun demeikian ia juga membentuk sebuah kelompok perantara
antara kelompok janissari dengan pemerintahannya, karena yang ia kerjakan
adalah untuk restorasi kekuatan militer demi kajayaan Turki di masa mandatang.
Sehingga mereka yang merasa tersingkirkan masih dapat diharapkan kesetiaannya
kepada pemerintah. Begitu pula dengan sentralisasi kekuasaan yang menjadi
program utama Sultan Mahmud II berangsur-angsur dilaksanakan. Kekuatan
militer baru tersebut menjadi semakin loyal terhadap sultan dan menjadi alat
proses sentralisasi politik serta pendorong proses medornisasi.11

10
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, h. 122.
11
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, h. 123.

8
Pada tahun 1827, ia mendirikan sekolah kedokteran di kota Istanbul yang
mendidik dokter militer baru. Pada antara tahun 1831-1834, dua lembaga
pendidikan untuk tujuan militer juga didirikan. Pertama adalah Muzika-I
Humayun Mektabi yang merupakan sekolah musik kerajaan; kedua adalah
Mektab-I Ulam-I Harbiye yang merupakan akademi militer kerajaan, yang
keduanya diresmikan pada tahun 1834. Untuk masyarakat umum ia mendirikan
pendidikan tingkat menengah dengan nama sekolah Rusydiye. Sekolah tersebut
dibangun untuk mempersiapkan kader-kader yang akan menjadi pegawai sipil.
Selain itu ia mendirikan ilmu pengetahuan umum Mekteb-I Ma’arif dan Mekteb-I
Ulum-I Edebiye yang merupakan sekolah sastra. Terhadap sistem pendidikan
tradisional, madrasah, ia berusaha memasukkan pengetahuan umum dalam
kurikulum pendidikannya.12

Pada tahun 1826, untuk mengurangi pengaruh ulama dan beberapa tokoh
organisasi keagamaan, terutama tokoh tarekat Bektasyiyah, ia mendirikan
lembaga Evkaf, sebuah lembaga yang menghimpun dan mengurus harta milik
kerajaan. Lembaga Evkaf dipimpin oleh seorang menteri Evkaf yang tujuannya
untuk mensentralisasi administrasi dan pencatatan harta milik kerajaan.
Sebelumnya harta kerajaan berada di bawah tanggung jawab para penguasa lokal,
yang saat itu berada ditangan ulama. Tetapi upaya di bidang ini tidak sepenuhnya
berhasil dan dilanjutkan oleh penggantinya, sehingga sebagian besar harta milik
kerajaan saat itu dapat dicatat dan diselamatkan. Selain itu, administrasi pusat juga
mulai dibenahi. Sistem model kementrian model Eropa diperkenalkan dan seluruh
menteri bertanggung jawab pada seorang perdana menteri. Pada tahun 1838,
Untuk membantu meletakkan dasar strategi perencanaan jangka panjang ia
mendirikan sebuah lembaga legislatif dan dikenal dengan nama Meclis-I Ahkam-I
Adliye. Pada tahun 1833, dibuka lembaga penerjemahan. Kedutaan besar kerajaan
Turki di berbagai Negara asing dibuka kembali sehingga memungkinkan bagi
mereka melancarkan ide tandingan terhadap apa yang dilontarkan sarjana Eropa.13

Pada tahun 1831, untuk menyebarluaskan berbagai kebijaksanaan


pemerintah, diterbitkan sebuah penerbitan dalam bahasa Turki yang bernama
12
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, h. 124.
13
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, h. 124.

9
Takvim-I Vekayi. Jurnal ini merupakan penerbitan resmi kerajaan dan menjadi
bacaan wajib bagi para pejabat kerajaan. Jurnal ini awalnya hanya terbatas pada
salinan berbagai keputusan pemerintah dan berbagai pandangan sultan mengenai
berbagai persoalan kenegaraan yang sedang berkembang. Untuk melancarkan
penyaluran penerbitan ini, diresmikan sistem pos pada tahun 1834. Rute pos
pertama adalah antara Uskudar menuju Izmir yang dibuka secara formal oleh
sultan sendiri. Rute pos kedua adalah antara Istanbul menuju Edirne yang di
kemudian hari berkembang dan menghubungkan beberapa pusat pemerintahan.
Selain pos, dibangun beberapa sarana infrastruktur di bidang transportasi. Hal ini
membantu kebijakan komunikasi pemerintahan. Jalan baru kemudian dibangun
untuk memperlancar antara Turki dan Eropa.14

Berdasarkan penjelasan di atas, maka diantara gerakan pembaharuan yang


dilakukan Sultan Mahmud II antara lain:

1. Pembaharuan di bidang militer. Ia membentuk korps tentara baru yang


diberi nama Muallem Eshkinji (pengawal terlatih), yang pelatihnya dikirim
dari Mesir oleh Muhammad Ali Pasya. Korps ini sebagai ganti dari
Janissari yang dibubarkan karena kekuatannya mulai menurun.
2. Menerapkan sistem demokrasi dalam pemerintahan. Misalnya, tradisi
aristokrat ia langgar dan pakaian-pakaian resmi para pejabat diganti
dengan pakaian sederhana.
3. Menghapus kekultusan sultan yang dianggap sakral oleh rakyat.
4. Kekuatan sadrazam dihapus dan diganti dengan pardana menteri.
Kekuasaan yudikatif yang pada mulanya di tangan sadrazam dipindahkan
ke Syekh Islam.
5. Menghapus hukuman mati yang biasa dilakukan para penguasa terhadap
tersangka tanpa melalui prosedur hukum.
6. Mengadakan pembaharuan di bidang pendidikan dengan memasukkan
kurikulum umum ke dalam lembaga pendidikan madrasah.
7. Mendririkan sekolah kedokteran, kemiliteran dan teknik. Ia juga
mengirimkan siswa-siswa untuk belajar ke luar negeri.15
14
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, h. 125.
15
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, h. 90-96.

10
B. Tanzimat

Secara etimologi “tanzimat” berasal dari kata nazhzhama-yunazhzhimu-


tanzhimat, yang berarti mengatur, menyusun, dan memperbaiki.16 Term ini
dimaksudkan untuk menggambarkan seluruh gerakan pembaharuan yang terjadi di
Turki Usmani pada pertengahan abad ke-19, yaitu penerus usaha-usaha
pembaharu yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II. Tanzimat atau dalam bahasa
Turki Tanzimat-i Khairiye merupakan gerakan pembaharuan di Turki yang
diperkenalkan ke dalam sistem birokrasi dan pemerintahan Turki Usmani
semenjak pemerintahan Sultan Abd. Majid (1839-1861), putra Sultan Mahmud II,
dan Sultan Abd. Aziz (1861-1876).17

Gerakan ini ditandai dengan munculnya sejumlah tokoh pembaharuan


Turki Usmani yang belajar dari Barat yaitu bidang pemerintahan, hukum,
administrasi, pendidikan, keuangan, perdagangan dan sebagainya. 18 Tokoh-tokoh
Tanzimat adalah Mustafa Rasyid Pasya, Mustafa Sami Pasya, Mahmed Sadik
Rifat Pasya dan Ali Pasya

Munculnya Tanzimat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:

1. Hukum kerajaan usmani tidak disenangi oleh orang-orang


Eropa, Diberlakukannya hukum fiqhi yang menetapkan
hukuman mati bagi orang-orang Eropa yang murtad setelah
masuk Islam yang berada di wilayah Kerajaan
2. Para tokoh Tanzimat ingin membatasi kekuasaan Sultan Turki
yang absolut. Desakan Eropa terhadap Kerajaan Usmani untuk
melindungi orang-orang Eropa yang berada dalam wilayah
Kerajaan Usmani.
3. Absolutisme Sultan dianggap sebagai sebab kemunduran Kerajaan
Usmani. Tujuan era dan gerakan Tanzimat adalah memajukan
Kerajaan Usmani membuat sistem hukum resmi yang menjamin
kebebasan dan kesamaan hak rakyat, menciptakan Turki Modern,

16
Lois Ma’luf, Al-Munjid fi> Lugah wa al- A’lam, (Beirut: Da>r al-Masyriq, t.th), h. 818.
17
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, h. 126.
18
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, h. 97.

11
memberikan fasilitas terhadap perkembangan ekonomi, dan
mendorong perkembangan lembaga-lembaga kebudayaan
modern.

Dengan demikian, juru bicara Majelis Musyawarah (Mechlis-i Sura)


menyatakan bahwa :

1. Karena sistem hukum lama sudah tidak sesuai dengan


perkembangan zaman, maka harus diganti dengan Undang-undang.
2. Undang-undang yang baru itu harus tetap sesuai dengan syariat.
3. Undang-undang yang baru itu harus didasarkan atas kebebasan,
pengakuan atas hak milik dan kehormatan warga negara.
4. Undang-undang itu harus menciptakan hak antara orang-orang
Islam dan rakyat Turki pada umumnya.

Tanzimat melahirkan 2 (dua) piagam, yaitu Piagam Gulhane (Hatt-i


Syerif Gulhane) dan Piagam Humayun (Hatt-i Humayun).19 Piagam Gulhane
dikeluarkan oleh Sultan Abdul Majid pada tahun 1839, atas pengaruh Mehmed
Sadik Rifat Pasya, Piagam Humayun diumumkan pada tahun 1856 yang pada
dasarnya memperkuat Piagam Gulhane.

Dalam kedua piagam ini, tercakup tujuan-tujuan Tanzimat dan


merupakan dasar bagi usaha-usaha pembaharuan di Kerajaan Usmaniah pada
zaman Tanzimat dalam berbagai bidang, seperti bidang pemerintahan, hukum,
administrasi, pendidikan, keuangan dan perdagangan.

Adapun tokoh-tokohnya yang terkenal adalah:

a) Mustafa Rasyid Pasya (1880-1858 M)

Mustafa Rasyid pasya yang dikenal dengan Bayrakdar lahir


di Ruschuk, Istambul pada tahun 1800. Ia sering disebut sebagai
arsitek pembaharun abad kesembilan belas di Turki. Ayahnya
merupakan pejabat Evkaf yang meninggal ketika berumur sepuluh
tahun. Ia memperoleh pelajaran menulis dari ayahnya dan

19
Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, hal 211.

12
menuntut pelajaran tradisional di masjid-masjid. Meskipun
demikian, ia sendiri tidak sempat menyelesaikan pelajarannya di
madrasah. Karir birokratisnya ditolong oleh Ispartah Sayyid Ali
Pasya, dan pada tahun 1832 ia ditunjuk sebagai Amedi yang
memungkinkan dirinya menjadi sekretaris utama menteri luar
negeri. Perkenalannya dengan dunia Barat dimulai saat ia diangkat
menjadi duta besar di Paris pada tahun 1834. Jabatannya sebagai
duta besar memungkinkannya mempelajari bahasa Perancis dan
melihat kemajuan yang terjadi di dunai Barat. Ia melihat bahwa
peradaban yang ada di Eropa merupakan peradaban yang saling
berkesinambungan. Pada masa berikutnya ia diangkat menjadi
menteri luar negeri dan sekembalinya dari London untuk sebuah
misi khusus, ia mengambil suatu inisiatif untuk mengumumkan
suatu pembaharuan yang dikenal dalam sejarah Turki dengan nama
Tanzimat.20

b) Mustafa Sami Pasya (wafat 1855 M)

Mustafa Sami Pasya mempunyai banyak pengalaman di


luar negeri antara lain di Roma, Wina, Berlin, Brussel, London,
Paris dan negara lainnya sebagai pegawai dan duta.
Menurut pendapat Mustafa Sami Pasya, kemajuan bangsa Eropa
terletak pada keunggulan mereka dalam lapangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sebab lain dilihatnya karena toleransi
beragama dan kemampuan orang Eropa melepaskan diri dari
ikatan-ikatan agama, disamping itu pula pendidikan universal bagi
pria dan wanita, sehingga umumnya orang Eropa pandai membaca
dan menulis.21

c) Mehmed Sadek Rifat Pasya (1807-1856)

Pada tahun 1834 Mehmed Sadek menjadi pembantu luar


negari. Ia pernah menjadi duta besar di Wina, menteri luar negeri,

20
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, h. 127.
21
Yusran Asmuni, Dirasah Islamiah III, h. 20

13
menteri keuangan, dan ketua dewan Tanzimat. Diantara
pemikirannya yang terpenting adalah kemakmuran suatu negara
sangat bergantung pada kemakmuran rakyat, kemakmuran rakyat
sangat ditentukan oleh adanya rasa aman, sedangkan rasa aman
baru dapat diwujudkan dengan menghilangkan sistem pemintahan
yang absolut. Oleh karena itu, agar semuanya dapat tercapai, maka
diperlukan undang-undang. Lebih jauh ia menjelaskan
kesewenang-wenangan pemerintah akan menimbulkan permusuhan
dikalangan rakyat. Dalam tulisan-tulisannya, ia banyak
mengemukakan kata-kata halk (rakyat), millet (bangsa), huquq
(hak-hak), dan hurriyyat (kemerdekaan).22
Pemikiran Sadik Rifat sejalan dengan pemikiran Mustafa
Rasyid Pasya, yang pada waktu itu mempunyai kedudukan menteri
luar negeri. Atas pengaruhnya berhasillah langkah pertama dalam
pengadaan undang-undang dan peraturan sebagaimana yang
dimaksud oleh Sadim Rifat. Di tahun 1939, Abdul Majid, sultan
yang menggantikan Mahmud II, mengeluarkan hatt-i syerif
gulhane (piagam gulhane).23
Sejak diumumkannya deklarasi tersebut, maka menjadi
kewajiban sultan untuk : pertama, menjaga keaman harta milik
seluruh warga negara yang berada diwilayah kekuasaan kesultanan
Turki, dan karena seluruh pungutan diluar pajak akan segera
dihapus. Selain itu akan diperbaharui sistem rekruitmen dalam
tubuh angkatan bersenjata. Kedua, seluruh umat beragama, baik
muslim maupun non muslim, akan berada dalam kedudukan yang
sama di hadapan hukum. Sebagai konsekuensi dari sikap kedua,
maka segala bentuk pelanggaran hukum harus diumumkan secara
transparan dan keanggotaan majlis yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan hukum akan ditambah.24

22
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklepedi Islam, h. 63
23
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 99
24
Syafiq A Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki, h.128

14
Pada tahun 1856 diumumkan lagi satu piagam baru, hatt-i
humayun, yang lebih banyak mengandung pembaharuan terhadap
kedudukan orang Eropa yang berada dibawah kekeuasaan kerajaan
Turki Usmani. Ini tidak mengherankan karena piagam humayun
diadakan atas desakan negara-negara Eropa pada kerajaan Usmani
yang pada waktu itu telah dalam keadaan lemah dan selalu
mengalami kekalahan dalam peperangan.
Dalam pendahuluan piagam ini disebut bahwa tujuannya
ialah memperkuat jaminan-jaminan yang terkandung dalam piagam
gulhane. Selanjutnya disebut bahwa masyarakat Kristen dan bukan
Islam lainnya diperbolehkan mengadakan pembaharuan-
pembaharuan yang mereka perlukan dan mendirikan rumah-rumah
peribadatan masing-masing, sekolah-sekolah, rumah sakit dan
tanah pemakaman. Semua perbedaan yang ditimbulkan oleh
perbedaan agama, perbedaan bahasa dan perbedaan bangsa
dihapuskan. Kebebasan beragama dijamin dan paksaan merubah
agama dilarang. Seluruh rakyat, tanpa pilih bulu dapat menjadi
pegawai kerajan usmani.25

d) Ali Pasya (1815-1871)

Beliau lahir pada tahun 1815 di Istambul, anak dari seorang


pelayan toko. Dalam usia 14 tahun ia sudah diangkat menjadi
pegawai. Tahun 1840 diangkat menjadi duta besar di London dan
sebelum menjadi duta besar ia seringkali menjadi staf perwakilan
kerajaan Usmani di berbagai negara eropa dan di tahun 1852 ia
menggantikan kedudukan Rasyid Pasya sebagai perdana menteri.
Usaha pembaharuannya antara lain, yaitu : tentang pengakuan
semua aliran spiritual pada masa itu, jaminan melaksanakan ibadah
masing-masing, larangan memfitnah karena agama, suku dan
bahasa, jaminan kesempatan belajar, sistem peradilan dan lain-
lainnya.

25
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 101-102

15
Pembaharuan yang dijalankan di zaman Tanzimat tidak
seluruhnya mendapat penghargaan, bahkan mendapat kritik dari
kaum intelegensia kerajaan usmani yang ada pada waktu itu. Kritik
yang banyak dimajukan terhadap pembaharuan Tanzimat berkisar
sekitar hal-hal berikut: Kedua piagam yang menjadi dasar
pembaharuan Tanzimat mengandung faham sekularisme dan
dengan demikian membawa sekularisasi dan berbagai institusi
kemasyarakatan, terutama dalam institusi hukum. Piagam gulhane
menyatakan penghargaan tinggi pada syariat tetapi pada waktu itu
mengakui perlunya diadakan sistem hukum baru. Hukum baru
yang disusun banyak dipengaruhi dari hukum barat, umpamanya
hukum pidana dan hukum dagang. Selain dari itu diadakan pula
mahkamah-mahkamah yang bersifat sekuler, di samping
mahkamah-mahkamah syariah yang lama.26

C. Usmani Muda

Sebagaimana dikatakan bahwa pembaharuan yang diusahakan dalam


Tanzimat belumlah mendapat hasil sebagaimana yang diharapkan, bahkan
mendapat kritikan-kritikan dari luar kaum cendekiawan. Kegagalan oleh Tanzimat
dalam mengganti konstitusi yang absolut merupakan cambuk untuk usaha-usaha
selanjutnya. Untuk mengubah kekuasaan absolut maka timbullah usaha atau
gerakan dari kaum cendekiawan melanjutkan usaha-usaha Tanzimat. Gerakan ini
dikenal dengan youang ottoman-yeni usmanlilar (gerakan usmani muda).27

Usmani muda pada awalnya merupakan perkumpulan rahasia yang


didirikan di tahun 1865 dengan tujuan untuk merubah pemerintahan absolut
kerajaan usmani menjadi pemerintahan konstitusional. Setelah rahasia terbuka
pemuka-pemukanya lari ke Eropa di tahun 1867 dan disanalah gerakan mereka
memperoleh nama usmani muda. Sebagian mereka kembali ke Istambul setelah
Ali Pasya tiada lagi.28

26
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 103
27
Yusran Asmuni, Dirasah Islamiah III, h. 21
28
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 105

16
Setelah mengalami perjuangan yang berat dengan pemuka-pemuka
kerajaan, maka pada tanggal 23 desember 1876 tercapailah persetujuan tentang
konstitusi sebagai undang-undang dasar yang baru bagi Turki, akan tetapi isinya
masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Dan akhirnya undang-undang
yang baru bagi Turki itu dilanggar juga oleh sultan Abdul Hamid II yakni dengan
membubarkan parlemen dan para pemuka-pemukanya ditangkap dan dengan
demikian maka berakhirlah riwayat Usmani Muda.

Beberapa tokoh dan para pembaharu dalam gerakan Usmani Muda antara
lain sebagai berikut :

a) Ziya Pasya

Ziya Pasya lahir pada tahun 1825 di Istambul dan


meninggal dunia pada tahun 1880. Ia anak seorang pegawai kantor
bea cukai di Istambul. Pendidikannya setelah selesai sekolah
Sulaymaniye yang didirikan oleh sultan Mahmud II dalam usia
muda ia diangkat menjadi pegawai pemerintah, kemudian atas
usaha Mustafa Rasyid Pasya pada tahun 1854 ia diterima menjadi
salah seorang sekretaris sultan. Untuk keperluan tugas barunya, ia
mempelajari bahasa Prancis, dan dalam waktu yang singkat ia
menguasainya dan dapat menerjemahkan buku-buku Prancis
kedalam bahasa Turki. Karena terjadi kesalah pahaman dengan Ali
Pasya maka ia pergi ke eropa pada tahun 1867 dan tinggal disana
selam lima tahun.
Usaha-usaha pembaharuannya antara lain kerajaan usmani
menurut pendapatnya harus memakai sistem pemerintahan
konstitusional, tidak dengan kekuasaan absolut. Meurutnya negara
eropa maju disebabkan tidak terdapat lagi pemerintahan yang
absolut, semuanya dengan sistem pemerintahan konstitusional.
Dalam sistem pemerintahan konstitusional harus ada dewan
perwakilan rakyat. Alasan perlu adanya DPR ini agar perbedaan
pendapat dapat ditampung dan kritik terhadap pemeritah
diperlukan untuk kepentingan pemerintah dan rakyat.

17
b) Midat Pasya

Nama lengkapnya Hafidh Ahmad Syafiq Midat Pasya, lahir


pada tahun1822 di Istambul. Pendidikan agamanya di peroleh dari
ayahnya sendiri. Dalam usia 10 tahun ia telah hafal al-Quran, oleh
karena itu ia digelari al-Hafidh. Pendidikannya yang tertinggi
adalah pada universitas al-Patih.
Jabatan-jabatan penting yang pernah dipegangnya antara
lain : gubernur di Balkan dan Bagdad, selanjutnya menjadi menteri
perhakiman pada tahun 1872 dan akhirnya menjadi perdana
menteri.
Sebagai tokoh gerakan usmani muda, oleh sahabat
seperjuangannya dipercayakan memegang pemerintahan dan
sekaligus memperjuangkan cita-cita gerakan itu. Tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya di laksanakan dengan penuh tanggung
jawab, yang meskipun akhirnya diri dan keluarganya menjadi
korban perjuangan pada saat perang dengan Rusia. Sultan Abdul
Hamid membubarkan parlemen dengan alasan darurat perang, dan
menangkap Midat Pasya dan pemimpin-pemimpin usmani muda
lainnya dan membuangnya ke luar negari.

c) Namik Kemal

Namik Kemal lahir di Rhodosto pada 21 desember 1840


dan wafat 2 desember 1888 di Mytilene. Ia adalah seorang penyair
utama Turki, tokoh utama Turki modern, dan pencipta bahasa
modern dalam sejarah sastra Turki. Karyanya dibidang sastra
banyak dipengaruhi oleh Shinasi dengan tokoh utama Ibrahim
Shinasi Efendi, sebuah kelompok penyair Turki modern.
Pergaulannya dengan Ibrahim Shanusi Efendi akhirnya merobah
pola kepenyairannya dari imitasi tradisional menjadi bernafaskan
barat. Selain itu, dikemudian hari ia mejadi editor surat kabar
berbahasa Turki Taswir Efkar setelah Ibrahim pergi ke Paris tahun
1864. Taswir bertujuan untuk melakukan pencerahan di bidang

18
politik, kesusasteraan dan ilmu pengetahuan bangsa Turki.
Akhirnya, ditangannya penerbitan tersebut menjadi surat kabar
yang berpengaruh di Turki, yang kemudian hari menjadi tempat
menyuarakan aspirasi politik Usmani Muda.29
Sebab-sebab kemunduran kerajaan usmani menurutnya
terletak pada keadaan ekonomi dan politik yang tidak beres. Jalan
pertama yang harus ditempuh untuk memperbaiki keadaan
ekonomi dan politik ialah perubahan sistem pemerintahan absolut
menjadi pemerintahan yang konstitusional.
Tentang politik ia berpendapat bahwa rakyat sebagai warga
negara, mempunyai hak-hak politik yang harus dihormati dan
dilindungi negara.
Kedaulatan terletak di tangan rakyat seluruhnya. Negara yang baik
menurutnya adalah negara yang memakai kedaulatan rakyat
sebagai fondasi dan disamping itu juga menjamin tidak
dilanggarnya hak-hak rakyat. Dalam pelaksanaan kedaulatan itu
tidak mungkin dijalankan rakyat seluruhnya, maka dibentuklah
system perwakilan rakyat. Wakil-wakil rakyat dipilih oleh rakyat
dengan melalui berbagai jalan.

29
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki, h. 132-133

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pembahasan di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan


sebagai jawaban dari rumusan masalah. Kesimpulan yang dimaksud sebagai
berikut:

1. Pemabaharuan-pembaharuan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II


merupakan landasan atau dasar bagi pemikiran dan usaha pembaharuan
selanjutnya. Diantara pembaharuan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud
II yaitu di bidang militer, internal istana, birokrasi pemerintahan, hukum,
dan pendidikan.
2. Tanzimat adalah gerakan pembaharuan yang terjadi di Turki Usmani pada
pertengahan abad ke-19, yaitu penerus usaha-usaha pembaharu yang
dilakukan oleh Sultan Mahmud II. Diantara tokoh Tanzimat ialah Mustafa
Rasyid pasya, Mustafa Sami, dan Mahmed Sadik Rifat Pasya. Pokok
pemikiran pembaharuan Tanzimat banyak dipen garuhi oleh Pemikiran
barat. Meskipun demikian, Tanzimat tidak sepenuhnya berhasil terlaksana
dalam pemerintahan kerajaan Turki usmani.
3. Kemudian dilanjutkan dengan pembaharuan Usmani Muda, dimana usaha-
usaha pembaharuannya adalah untuk mengubah pemerintahan dengan
sistem konstitusional tidak dengan kekuasaan absolut setelah
dibubarkannya parlemen dan dihancurkannya Usmani muda. Tokoh-tokoh
pembaharu pada zaman ini adalah: Ziya Pasya, Midat Pasya, dan Namik
Kemal.

B. Implikasi

Mudah-mudahan dengan kehadiran makalah ini dapat menambah


pengetahuan kita mengenai pembaharuan di Turki khususnya apa yang telah
dilahirkan dari Sultan Mahmud II, gerakan Tanzimat dan Usmani Muda. Namun,
kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Seperti masih ada pembahasan yang belum kami sampaikan yang

20
terkait dengan materi yang telah ada dalam makalah ini. Hal ini dikarenakan
terbatasnya kemampuan penulis. Serta masih ada banyak kekeliruan dan
kesalahan. Oleh karena itu, sangat diharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun atau lainnya demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan
datang.

21

Anda mungkin juga menyukai