Pembaruhuan Islam Dalam Turki
Pembaruhuan Islam Dalam Turki
Semester 1 (Satu)
1. DENDI PRASETIYA
2. IRSAN FAUZI
3. ROBIADI
1
Daftar Isi:
BAB I...................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...............................................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah...........................................................................................3
B. Rumusan Masalah....................................................................................................6
BAB II..................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..................................................................................................................6
A. Sultan Mahmud II dan Ide Pembaharuannya...........................................................6
B. Tanzimat.................................................................................................................10
a) Mustafa Rasyid Pasya (1880-1858 M)...............................................................12
b) Mustafa Sami Pasya (wafat 1855 M).................................................................13
c) Mehmed Sadek Rifat Pasya (1807-1856)..........................................................13
d) Ali Pasya (1815-1871).......................................................................................15
C. Usmani Muda.........................................................................................................16
a) Ziya Pasya..........................................................................................................16
b) Midat Pasya........................................................................................................17
c) Namik Kemal.....................................................................................................18
BAB III..............................................................................................................................19
PENUTUP..........................................................................................................................19
A. Kesimpulan............................................................................................................19
B. Implikasi.................................................................................................................20
2
BAB I
PENDAHULUAN
1
Fadil SJ., Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintas Sejarah (Cet. I; Malang: UIN-Malang Press,
2008), h. 244-245.
2
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta: Bulan
Bintang, 1995), h. 21.
3
Pada abad pertengahan Dunia Barat telah maju, ditandai dengan beberapa
kemajuan dan penemuan teknologi modern seperti kaca lensa (1250), alat
percetakan (1450), dan lain-lain. Perkembangan IPTEK ini disamping
menimbulkan hal-hal yang positif adapula yang negatif, sedangkan umat Islam
dibelahan bagian timur sedang bersimpuh dibawah penindasan dan juga terlena
dibawah sisa kemegahan kurturnya di masa silam yang telah sirna, namun
dibelahan barat (Asia Barat) kurang lebih tahun 1300 telah berdiri pula Kerajaan
Turki, namun mereka kurang berbudaya. Mereka hanya mengandalkan kemajuan
militer, keberanian dan fisik mereka yang kuat, namun mereka ini merupakan
ancaman bagi Eropa. Bangsa Turki adalah bangsa yang pemberani dan disiplinnya
sangat tinggi, bangsa campuran dari bangsa Mongol dan bangsa lainnya di Asia
Tengah ini. Sebelum mereka masuk Islam, mereka memeluk agama Majusi,
Budha atau agama besar lainnya.
4
kemungkinan pengaruh kekuatan Kristen Eropa atas kaum Muslim. Para modernis
menganngap perlunya kerajaan Turki untuk mengadopsi metode yang dimiliki
bangsa Eropa dalam pendidikan militer, organisasi dan administrasi untuk
menciptakan suatu perubahan dibidang pendidikan, ekonomi, dan sosial yang
mendukung terbentuknya Negara modern. Pada abad ke delapan belas, kelompok
muncul dengan terang-terangan dan akhirnya menjadi pemenang.5
Puncak kemajuan Turki pada zaman Sultan Mahmud II, antara lain pada
tahun 1453 dapat menaklukkan Byzantium Romawi. dari Istanbul, mereka
menguasai daerah sekitar laut tengah dan berabad-abad lamanya Turki sebagai
suatu negara yang perlu diperhatikan dan diperhitungkan oleh ahli-ahli politik dari
Eropa.7
5
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki (Cet. I; Jakarta: Logos, 1997), h.
6
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, h. 121.
7
Yusran Asmuni, PengantarStudi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam
(Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1998), h. 11-12.
5
B. Rumusan Masalah
6
BAB II
PEMBAHASAN
Turki adalah bekas jantung tempat salah satu kekhalifahan terbesar Islam,
yakni Turki Usmani. Oleh karena itu keterikatan bangsa Turki dengan Islam
berlangsung sangat kuat sebab mereka bangsa terkemuka di dunia Islam selama
beratus-ratus tahun lamanya. Ini merupakan suatu indikasi tentang betapa
pentingnya Islam dalam kehidupan nasional rakyat Turki. Secara politis setiap
orang yang bertempat tingal di Turki, tetapi secara kebudayaan orang Turki
adalah hanya orang Islam.
Kerajaan Turki pada awal abad kesembilan belas dalam kondisi yang
berantakan dan terpecah-pecah, mengingat minimnya kontrol politik pemerintah
pusat terhadap pemerintah daerah. Di Mesir, wakil pemerintahan Turki pada saat
itu Muhammad Ali justru meletakkan dasar bagi kekuatan politik yang mandiri.
Para pasya di Iraq bahkan hanya tunduk pada pemerinah Turki secara nominal. Di
Siria telah muncul gubernur-gubernur lokal yang menyatakan kemerdekaannya.
Di Anatolia, ternyata hanya dua provinsi yang menyatakan tunduk pada
pemerintah pusat. Lemahnya kosolidasi politik internal diperburuk dengan
ikutnya kekuatan militer Turki dalam berbagai Negara asing. Sultan Salim III
terpaksa harus meminta bantuan kepada Perancis untuk mencegah sebagian
8
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, h. 122.
9
Fadil SJ., Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintas Sejarah, h. 257.
7
wilayahnya yang teraknisasi oleh kekuatan Rusia. Begitu juga keterlibatan
kerajaan Turki dengan Inggris yang berusaha menaklukan darnadela pada tahun
1807. Napoleon yang terlibat dengan Turki dalam perjanjian Tilsit 7 juli 1807 dan
Eufrat 12 Oktober 1808, tidak hanya mencegah kekuatan oposisi terhadap Rusia,
tetapi juga membiarkan Rusia menaklukan beberapa daerah taklukan Turki.10
Ketika ia naik tahta dan menjadi raja di Kerajaan Turki, Sultam Mahmud
II memusatkan perhatiannya pada berbagai perubahan internal. Perbaikan internal
tersebut dipusatkan pada rekonstruksi kekuatan angkatan bersenjata kerajaan
sehingga menjadi kekuatan yang tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan.
Selain itu perbaikan tersebut dimaksudkan untu mengkonsolidasi seluruh potensi
lokal. Kebijaksanaan ini menjadikan dirinya sebagai musuh bagi kelompok militer
lama yang dikenal dengan Janissari. Pada tahun 1826, ia merombak Janissari
menjadi kekuatan militer Eropa. Kebijksanaan ini akhirnya diprotes oleh Janissari
yang sudah berdiri pada abad keempat belas oleh Sultan Orkhan, pada tanggal 16
Juni 1826. Akhirnya pemberontakan tersebut dikenal dengan The Auspicious
Incident dalam sejarah Turki.
10
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, h. 122.
11
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, h. 123.
8
Pada tahun 1827, ia mendirikan sekolah kedokteran di kota Istanbul yang
mendidik dokter militer baru. Pada antara tahun 1831-1834, dua lembaga
pendidikan untuk tujuan militer juga didirikan. Pertama adalah Muzika-I
Humayun Mektabi yang merupakan sekolah musik kerajaan; kedua adalah
Mektab-I Ulam-I Harbiye yang merupakan akademi militer kerajaan, yang
keduanya diresmikan pada tahun 1834. Untuk masyarakat umum ia mendirikan
pendidikan tingkat menengah dengan nama sekolah Rusydiye. Sekolah tersebut
dibangun untuk mempersiapkan kader-kader yang akan menjadi pegawai sipil.
Selain itu ia mendirikan ilmu pengetahuan umum Mekteb-I Ma’arif dan Mekteb-I
Ulum-I Edebiye yang merupakan sekolah sastra. Terhadap sistem pendidikan
tradisional, madrasah, ia berusaha memasukkan pengetahuan umum dalam
kurikulum pendidikannya.12
Pada tahun 1826, untuk mengurangi pengaruh ulama dan beberapa tokoh
organisasi keagamaan, terutama tokoh tarekat Bektasyiyah, ia mendirikan
lembaga Evkaf, sebuah lembaga yang menghimpun dan mengurus harta milik
kerajaan. Lembaga Evkaf dipimpin oleh seorang menteri Evkaf yang tujuannya
untuk mensentralisasi administrasi dan pencatatan harta milik kerajaan.
Sebelumnya harta kerajaan berada di bawah tanggung jawab para penguasa lokal,
yang saat itu berada ditangan ulama. Tetapi upaya di bidang ini tidak sepenuhnya
berhasil dan dilanjutkan oleh penggantinya, sehingga sebagian besar harta milik
kerajaan saat itu dapat dicatat dan diselamatkan. Selain itu, administrasi pusat juga
mulai dibenahi. Sistem model kementrian model Eropa diperkenalkan dan seluruh
menteri bertanggung jawab pada seorang perdana menteri. Pada tahun 1838,
Untuk membantu meletakkan dasar strategi perencanaan jangka panjang ia
mendirikan sebuah lembaga legislatif dan dikenal dengan nama Meclis-I Ahkam-I
Adliye. Pada tahun 1833, dibuka lembaga penerjemahan. Kedutaan besar kerajaan
Turki di berbagai Negara asing dibuka kembali sehingga memungkinkan bagi
mereka melancarkan ide tandingan terhadap apa yang dilontarkan sarjana Eropa.13
9
Takvim-I Vekayi. Jurnal ini merupakan penerbitan resmi kerajaan dan menjadi
bacaan wajib bagi para pejabat kerajaan. Jurnal ini awalnya hanya terbatas pada
salinan berbagai keputusan pemerintah dan berbagai pandangan sultan mengenai
berbagai persoalan kenegaraan yang sedang berkembang. Untuk melancarkan
penyaluran penerbitan ini, diresmikan sistem pos pada tahun 1834. Rute pos
pertama adalah antara Uskudar menuju Izmir yang dibuka secara formal oleh
sultan sendiri. Rute pos kedua adalah antara Istanbul menuju Edirne yang di
kemudian hari berkembang dan menghubungkan beberapa pusat pemerintahan.
Selain pos, dibangun beberapa sarana infrastruktur di bidang transportasi. Hal ini
membantu kebijakan komunikasi pemerintahan. Jalan baru kemudian dibangun
untuk memperlancar antara Turki dan Eropa.14
10
B. Tanzimat
16
Lois Ma’luf, Al-Munjid fi> Lugah wa al- A’lam, (Beirut: Da>r al-Masyriq, t.th), h. 818.
17
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, h. 126.
18
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan, h. 97.
11
memberikan fasilitas terhadap perkembangan ekonomi, dan
mendorong perkembangan lembaga-lembaga kebudayaan
modern.
19
Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, hal 211.
12
menuntut pelajaran tradisional di masjid-masjid. Meskipun
demikian, ia sendiri tidak sempat menyelesaikan pelajarannya di
madrasah. Karir birokratisnya ditolong oleh Ispartah Sayyid Ali
Pasya, dan pada tahun 1832 ia ditunjuk sebagai Amedi yang
memungkinkan dirinya menjadi sekretaris utama menteri luar
negeri. Perkenalannya dengan dunia Barat dimulai saat ia diangkat
menjadi duta besar di Paris pada tahun 1834. Jabatannya sebagai
duta besar memungkinkannya mempelajari bahasa Perancis dan
melihat kemajuan yang terjadi di dunai Barat. Ia melihat bahwa
peradaban yang ada di Eropa merupakan peradaban yang saling
berkesinambungan. Pada masa berikutnya ia diangkat menjadi
menteri luar negeri dan sekembalinya dari London untuk sebuah
misi khusus, ia mengambil suatu inisiatif untuk mengumumkan
suatu pembaharuan yang dikenal dalam sejarah Turki dengan nama
Tanzimat.20
20
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki, h. 127.
21
Yusran Asmuni, Dirasah Islamiah III, h. 20
13
menteri keuangan, dan ketua dewan Tanzimat. Diantara
pemikirannya yang terpenting adalah kemakmuran suatu negara
sangat bergantung pada kemakmuran rakyat, kemakmuran rakyat
sangat ditentukan oleh adanya rasa aman, sedangkan rasa aman
baru dapat diwujudkan dengan menghilangkan sistem pemintahan
yang absolut. Oleh karena itu, agar semuanya dapat tercapai, maka
diperlukan undang-undang. Lebih jauh ia menjelaskan
kesewenang-wenangan pemerintah akan menimbulkan permusuhan
dikalangan rakyat. Dalam tulisan-tulisannya, ia banyak
mengemukakan kata-kata halk (rakyat), millet (bangsa), huquq
(hak-hak), dan hurriyyat (kemerdekaan).22
Pemikiran Sadik Rifat sejalan dengan pemikiran Mustafa
Rasyid Pasya, yang pada waktu itu mempunyai kedudukan menteri
luar negeri. Atas pengaruhnya berhasillah langkah pertama dalam
pengadaan undang-undang dan peraturan sebagaimana yang
dimaksud oleh Sadim Rifat. Di tahun 1939, Abdul Majid, sultan
yang menggantikan Mahmud II, mengeluarkan hatt-i syerif
gulhane (piagam gulhane).23
Sejak diumumkannya deklarasi tersebut, maka menjadi
kewajiban sultan untuk : pertama, menjaga keaman harta milik
seluruh warga negara yang berada diwilayah kekuasaan kesultanan
Turki, dan karena seluruh pungutan diluar pajak akan segera
dihapus. Selain itu akan diperbaharui sistem rekruitmen dalam
tubuh angkatan bersenjata. Kedua, seluruh umat beragama, baik
muslim maupun non muslim, akan berada dalam kedudukan yang
sama di hadapan hukum. Sebagai konsekuensi dari sikap kedua,
maka segala bentuk pelanggaran hukum harus diumumkan secara
transparan dan keanggotaan majlis yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan hukum akan ditambah.24
22
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklepedi Islam, h. 63
23
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 99
24
Syafiq A Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki, h.128
14
Pada tahun 1856 diumumkan lagi satu piagam baru, hatt-i
humayun, yang lebih banyak mengandung pembaharuan terhadap
kedudukan orang Eropa yang berada dibawah kekeuasaan kerajaan
Turki Usmani. Ini tidak mengherankan karena piagam humayun
diadakan atas desakan negara-negara Eropa pada kerajaan Usmani
yang pada waktu itu telah dalam keadaan lemah dan selalu
mengalami kekalahan dalam peperangan.
Dalam pendahuluan piagam ini disebut bahwa tujuannya
ialah memperkuat jaminan-jaminan yang terkandung dalam piagam
gulhane. Selanjutnya disebut bahwa masyarakat Kristen dan bukan
Islam lainnya diperbolehkan mengadakan pembaharuan-
pembaharuan yang mereka perlukan dan mendirikan rumah-rumah
peribadatan masing-masing, sekolah-sekolah, rumah sakit dan
tanah pemakaman. Semua perbedaan yang ditimbulkan oleh
perbedaan agama, perbedaan bahasa dan perbedaan bangsa
dihapuskan. Kebebasan beragama dijamin dan paksaan merubah
agama dilarang. Seluruh rakyat, tanpa pilih bulu dapat menjadi
pegawai kerajan usmani.25
25
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 101-102
15
Pembaharuan yang dijalankan di zaman Tanzimat tidak
seluruhnya mendapat penghargaan, bahkan mendapat kritik dari
kaum intelegensia kerajaan usmani yang ada pada waktu itu. Kritik
yang banyak dimajukan terhadap pembaharuan Tanzimat berkisar
sekitar hal-hal berikut: Kedua piagam yang menjadi dasar
pembaharuan Tanzimat mengandung faham sekularisme dan
dengan demikian membawa sekularisasi dan berbagai institusi
kemasyarakatan, terutama dalam institusi hukum. Piagam gulhane
menyatakan penghargaan tinggi pada syariat tetapi pada waktu itu
mengakui perlunya diadakan sistem hukum baru. Hukum baru
yang disusun banyak dipengaruhi dari hukum barat, umpamanya
hukum pidana dan hukum dagang. Selain dari itu diadakan pula
mahkamah-mahkamah yang bersifat sekuler, di samping
mahkamah-mahkamah syariah yang lama.26
C. Usmani Muda
26
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 103
27
Yusran Asmuni, Dirasah Islamiah III, h. 21
28
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 105
16
Setelah mengalami perjuangan yang berat dengan pemuka-pemuka
kerajaan, maka pada tanggal 23 desember 1876 tercapailah persetujuan tentang
konstitusi sebagai undang-undang dasar yang baru bagi Turki, akan tetapi isinya
masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Dan akhirnya undang-undang
yang baru bagi Turki itu dilanggar juga oleh sultan Abdul Hamid II yakni dengan
membubarkan parlemen dan para pemuka-pemukanya ditangkap dan dengan
demikian maka berakhirlah riwayat Usmani Muda.
Beberapa tokoh dan para pembaharu dalam gerakan Usmani Muda antara
lain sebagai berikut :
a) Ziya Pasya
17
b) Midat Pasya
c) Namik Kemal
18
politik, kesusasteraan dan ilmu pengetahuan bangsa Turki.
Akhirnya, ditangannya penerbitan tersebut menjadi surat kabar
yang berpengaruh di Turki, yang kemudian hari menjadi tempat
menyuarakan aspirasi politik Usmani Muda.29
Sebab-sebab kemunduran kerajaan usmani menurutnya
terletak pada keadaan ekonomi dan politik yang tidak beres. Jalan
pertama yang harus ditempuh untuk memperbaiki keadaan
ekonomi dan politik ialah perubahan sistem pemerintahan absolut
menjadi pemerintahan yang konstitusional.
Tentang politik ia berpendapat bahwa rakyat sebagai warga
negara, mempunyai hak-hak politik yang harus dihormati dan
dilindungi negara.
Kedaulatan terletak di tangan rakyat seluruhnya. Negara yang baik
menurutnya adalah negara yang memakai kedaulatan rakyat
sebagai fondasi dan disamping itu juga menjamin tidak
dilanggarnya hak-hak rakyat. Dalam pelaksanaan kedaulatan itu
tidak mungkin dijalankan rakyat seluruhnya, maka dibentuklah
system perwakilan rakyat. Wakil-wakil rakyat dipilih oleh rakyat
dengan melalui berbagai jalan.
29
Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki, h. 132-133
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Implikasi
20
terkait dengan materi yang telah ada dalam makalah ini. Hal ini dikarenakan
terbatasnya kemampuan penulis. Serta masih ada banyak kekeliruan dan
kesalahan. Oleh karena itu, sangat diharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun atau lainnya demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan
datang.
21