Kelompok 5 Sars Fix
Kelompok 5 Sars Fix
Disusun Oleh :
ADINDA SALSA VINABILA [ 40902200005 ]
GHANDEN BAIHAQI RAMADHAN [ 40902200024 ]
INDAH NOVITA SARI [ 40902200029 ]
IRSYAD GHANI JATMIKO [ 40902200031 ]
MAYA MEGYARANI [ 40902200036 ]
TRI WIDAYANTI [ 40902200056 ]
RANGGA SAPUTRA [ 40902200063 ]
i
Kata pengantar
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah tentang “SARS” ini dapat terselesaikan. Makalah
ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Sistem Respirasi 2. Saya mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan
sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua
ii
Daftar isi
Kata pengantar.......................................................................................................................................ii
Daftar isi................................................................................................................................................iii
SARS.......................................................................................................................................................4
[ SEVERE ACUTE RESPIRATORY ].............................................................................................................4
A. DEFINISI SARS [ SEVERE ACUTE RESPIRATORY ]..........................................................4
B. ETIOLOGI SARS......................................................................................................................4
C. TANDA GEJALA SARS...........................................................................................................5
D. PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS SARS.......................................................................5
E. PATHWAY SARS......................................................................................................................8
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG SARS....................................................................................9
G. ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................................................9
PEMERIKSAAN...........................................................................................................................9
DIAGNOSIS...............................................................................................................................10
INTERVENSI A..........................................................................................................................10
INTERVENSI B..........................................................................................................................11
INTERVENSI C..........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................12
iii
SARS
[ SEVERE ACUTE RESPIRATORY ]
Severe Respiratory Syndrome (SARS) atau sindrom pernafasan akut berat adalah
sindrom akibat infeksi virus pada paru yang bersifat mendadak dan menunjukkan
gejala gangguan pernafasan pada pasien yang mempunyai riwayat kontak dengan
SARS. SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) adalah suatu jenis kegagalan
paru-paru dengan berbagai kelainan yang berbeda, yang menyebabkan terjadinya
pengumpulan cairan di paru-paru (edema paru). SARS merupakan kedaruratan medis
yang dapat terjadi pada orang yang sebelumnya mempunyai paru-paru yang normal.
Walaupun sering disebut sindroma gawat pernafasan akut dewasa, keadaan ini dapat
juga terjadi pada anak-anak. [ Kunoli,2021].
Infeksi saluran pernapasan akut parah (SARS) atau yang dikenal sebagai
Pneumonia Atipikal Menular disebabkan oleh virus Corona SARS (SARS-COV) dari
keluarga paramyxoviridae. Gejala pertama seperti flu tetapi bisa memburuk dengan
cepat. Secara klinis penyakit ini ditandai dengan demam, sakit kepala, nyeri otot,
kelelahan, batuk kering jarang berdahak, dan diare.
B. ETIOLOGI SARS
Pada 7 April 2003, WHO mengumumkan kesepakatan bahwa corona virus yang
baru teridentifikasi adalah mayoritas agen penyebab SARS. Coronavirus (Virus
Corona Family Paramyxovirus) berasal dari kata “Corona” yang berasal dari bahasa
Latin yang artinya “crown” atau mahkota. Ini sesuai dengan bentuk Coronavirus itu
sendiri yang kalau di lihat dengan mikroskop nampak seperti mahkota [ Kunoli,2021].
Suhu tubuh melebihi 38°C sehingga menyebabkan batuk, sesak nafas, dan nafas
pendek-pendek, tenggorokan gatal. Jika seseorang mengalami gejala-gejala ini dan
pernah melakukan kontak dekat dengan pasien yang mengidap penyakit tersebut,
orang tersebut dapat ditetapkan sebagai suspect SARS. Jika hasil rontgen
menunjukkan orang tersebut mengidap penyakit radang paru-paru (pneumonia) atau
gagal pernafasan, maka orang tersebut dapat ditetapkan kemungkinan mengidap
SARS atau diduga probable SARS. Gejala lainnya berupa sakit kepala, otot kaku,
diare terus-menerus, bintik merah pada kulit, dan lemas yang berlangsung beberapa
hari. Itu semua adalah gejala nyata yang bisa dirasakan langsung oleh seseorang yang
diduga mengidap SARS. Namun, jika tidak melakukan kontak langsung dengan
penderita, gejalanya tidak terlalu parah. Pemeriksaan kesehatan tetap diperlukan
untuk menyimpulkan seseorang menderita penyakit ini. Paru-paru mengalami radang,
dan limfosit menurun, dalam beberapa kasus trombosit menurun. Pada penyakit yang
parah, kadar oksigen dalam darah menurun dan enzim hati meningkat.
5
penderita diare. Seperti virus lain, corona menyebar lewat udara, masuk melalui
saluran pernafasan, lalu bersarang di paru-paru. Lalu berinkubasi dalam paru-paru
selama 2-10 hari yang kemudian menyebabkan paru-paru akan meradang sehingga
bernafas menjadi sulit. Metode penularannya melalui udara serta kontak langsung
dengan pasien atau terkena cairan pasien. Misalnya terkena ludah (droplet) saat pasien
bersin dan batuk. Dan kemungkinan juga melalui pakaian dan alat-alat yang
terkontaminasi [Kunoli,2021].
6
Perubahan patologis yang menonjol pada kasus SARS terjadi di paru-paru.
Perubahan patologis awal ditandai dengan edema paru dan pembentukan membran
hialin. Perubahan patologis tingkat lanjut meliputi cedera alveolar, eksudat seluler dan
fibrosa, dan infiltrasi sel inflamasi interstisial dengan limfosit yang tidak mencukupi.
Dengan pengamatan mikroskopis, paru-paru terkena peradangan eksudatif dan
hemoragik akut yang menyebar. Terdapat juga lesi difus pada sel epitel alveolar,
kapiler alveolar yang sangat melebar dan padat, serta proliferasi dinding alveolar
akibat edema dan infiltrasi limfosit dan monosit. Di sebagian besar rongga alveolar,
selulosa, eritrosit, makrofag, dan sel epitel diamati, kadang-kadang dengan
pembentukan membran hialin. Pada stadium lanjut, Fibrosis interstisial dan oklusi
serat alveolar dapat diamati, tanpa adanya pusat germinal kelenjar getah bening dan
penurunan limfosit. Organ lain, termasuk jantung, hati, limpa, ginjal, pankreas, dan
kelenjar adrenal, mengalami berbagai tingkat degenerasi hidropik seluler, degenerasi
lemak, proliferasi sel interstisial, dan perubahan patologis nonspesifik lainnya.
Berdasarkan otopsi kasus kematian akibat SARS, terlihat bahwa SARS terutama
menyerang paru-paru dan organ kekebalan tubuh, seperti limpa dan kelenjar getah
bening. Organ lain, seperti jantung, hati, ginjal, kelenjar adrenal, dan otak, juga
mungkin terlibat dengan tingkat lesi yang berbeda-beda.
7
E. PATHWAY SARS
Staphytococcus
Toksint, Koagulasi
Konsolidasiparu alveoli
Intoleransi aktifitas
Suhu tubuh meningkat Nekrosis Hemoragik
Hipertermia
8
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG SARS
G. ASUHAN KEPERAWATAN
PEMERIKSAAN
Hal-hal yang perlu di kaji pada pasien dengan SARS:
o Kaji terhadap nyeri, takipnea, penggunaan otot aksesori, nadi cepat
bersambungan, batuk, sputum purulen, dan auskultasi bunyi nafas untuk
mengetahui konsolidasi.
o Perhatikan perubahan suhu tubuh.
o Kaji terhadap kegelisahan dan delirium dalam alkoholisme.
o Kaji terhadap komplikasi yaitu demam berlanjut atau kambuhan, tidak berhasil
untuk sembuh, atelektasis, efusi pleural, komplikasi jantung, dan superinfeksi.
o Faktor perkembangan pasien: Umur, tingkat perkembangan, kebiasaan sehari-
hari, mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.
o Pengetahuan pasien atau keluarga : Pengalaman terkena penyakit pernafasan,
pengetahuan tentang penyakit perna- fasan dan tindakan yang dilakukan.
9
DIAGNOSIS
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi dan obstruksi
jalan nafas.
b. Defisit Volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, takipneu,
demam.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakemampuan pemasukan berhubungan dengan faktor biologis (sesak nafas).
INTERVENSI A
AirWay Suction :
o Pastikan kebutuhan oral atau tracheal suctioning.
o Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
o Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning.
o Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
o Berikan oksigen, dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction
nasotrakeal.
o Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan.
o Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas dalam setelah kateter di keluarkan
dari nasotrakeal.
o Monitor status oksigen pasien.
o Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction
o Hentikan suction dan berikan oksigen apabila pasien. menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi oksigen, dan lain-lain.
Airway Management:
o Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu. Posisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
o Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan.
o Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
o Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan.
o Kolaborasi pemberian bila perlu.
o Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
o Monitor respirasi dan status oksigen.
10
INTERVENSI B
Fluid management :
o Pertahankan catatan intake dan output yang akurat.
o Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik), jika diperlukan..
o Monitor vital sign.
o Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian..
o Lakukan terapi IV.
o Monitor status nutrisi.
o Berikan cairan.
o Dorong masukan oral.
o Berikan penggantian nesogatrik sesuai output.
o Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.
o Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk.
o Atur kemungkinan tranfusi.
o Persiapan untuk transfusi.
INTERVENSI C
Eating disorder manajemen :
o Tentukan kebutuhan kalori harian.
o Ajarkan klien dan keluarga tentang pentingnya nutrient.
o Monitoring TTV dan nilai Laboratorium.
o Monitor intake dan output.
o Pertahankan kepatenan pemberian nutrisi parenteral.
o Pertimbangkan nutrisi enteral.
o Pantau adanya Komplikasi Gl.
Terapi gizi :
o Monitor masukan makanan atau minuman dan hitung kalori harian secara
tepat.
o Kolaborasi ahli gizi.
o Pastikan dapat diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein).
o Berikan perawatan mulut.
o Pantau hasil labioratoriun protein, albumin, globulin, HB.
o Jauhkan benda-benda yang tidak enak untuk di pandangseperti urinal, kotak
drainase, bebat dan pispot.
o Sajikan makanan hangat dengan variasi yang menarik, d. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan isolasi respiratory.
11
DAFTAR PUSTAKA
12