Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“HAKIKA PENDIDIKAN KARAKTER”


T

Nama : Siti Hawa

Nim : 210106037

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITASISLAM NEGERI MATARAM

TAHUN 2023

Kata Pengantar

Bsimalihhriohmannriohm
i

Assalamu’alaikumwarahatullahiwabarakatuh

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-nya, saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tema “HAKIKAT
PENDIDIKAN KARAKTER” sebagai pemenuhan penugasan mata kuliah Pedidikan
Ekstrakurikuler

Terimakasih kepada Bapak dosen pengampu mata kuliah pendidikan


ekstrakurikuler Dr. Tamjidillah,
HM. Amin, M.Pd

Melalui makalah ini saya harap dapat membantu teman-teman yang membacanya dan
dapat memberikan manfaat bagi lingkungan sekitarnya. Saya menyadari makalah ini jauh dari
kata sempurna sehingga membutuhkan saran dan kritik yang bersifat membangun semangat agar
makalah ini jauh lebih baik.

Mataram, 07 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH
Kata Pengantar ii
DAFTAR ISI iii
BAB I________________________________________________________________________1
PENDAHULUAN______________________________________________________________1
A. LATAR BELAKANG______________________________________________________1
B. RUMUSAN MASALAH____________________________________________________1
C. TUJUAN 1
BAB II 2
PEMBAHASAN________________________________________________________________2
A. Konsep Dasar Pendidikan Karakter;___________________________________________2
B. Pendidikan Karakter sebagai Suatu Sistem______________________________________4
c. Hakikat Pendidikan untuk Membentuk Karakter Bangsa____________________________7
D. Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa__________________________________10
BAB III______________________________________________________________________12
PENUTUP___________________________________________________________________12
DAFTAR PUSTAKA___________________________________________________________13
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu upaya pembinaan yang di
selenggarakan di lingkungan sekolah. Pada gilirannya keterampilan siswa akan di
tingkatkan dengan bentuk bentuk latihan khusus sesuai cabang olahraga yang di ikuti dan
di minati. Hal ini sangat penting agar pembibitan dan pembinaan olahraga di kalangan
siswa akan terus meningkat dan mencapai hasil yang maksimal.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian konsep dasar Pendidikan?

2. Bagaimana Pendidikan Karakter sebagai Suatu Sistem?

3. Bagaimana Hakikat Pendidikan untuk Membentuk Karakter Bangsa?


4. Bagaiamana Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa?
C. TUJUAN
1. Untuk menegtahui pengertian konsep dasar Pendidikan!

2. Untuk menegtahui Pendidikan Karakter sebagai Suatu Sistem!

3. Untuk menegtahui Hakikat Pendidikan untuk Membentuk Karakter Bangsa!

4. Untuk menegtahui Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa!


BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Pendidikan Karakter;

Dalam hal ini diuraikan tentang Pengertian, Tujuan, Fungsi, dan Ruang Lingkup
Pendidikan Karakter:
1. Pengertian
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Pasal 1
butir 1, Pendidikan adalah: "Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara."
Pendidikan Nasional bertujuan: "Untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab" (UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 Pasal 3).
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional bertujuan membentuk insan
Indonesia yang cerdas dan berkepribadian atau berkarakter sehingga melahirkan
generasi bangsa yang tumbuh dan berkembang dengan karakter yang bernapaskan nilai-
nilai luhur bangsa dan agama.
Pendidikan yang bertujuan melahirkan insan cerdas dan berkarakter kuat pernah
dikatakan Martin Luther King, yaitu "Kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan
akhir pendidikan yang sebenarnya
Direktorat Pendidikan Tinggi menjelaskan bahwa secara umum, arti

2
karakter adalah karakter mendemonstrasikan etika atau sistem nilai personal yang ideal
(baik dan penting) untuk eksistensi diri dan berhubungan dengan orang lain).
Pengertian secara khusus, karakter adalah nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai
kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap
lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terwujud dalam perilaku. Karakter secara
koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa
seseorang atau sekelompok orang.
Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang
mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi
kesulitan dan tantangan
Dalam hubungannya dengan pendidikan bahwa Pendidikan Karakter dapat
dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral,
pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan siswa untuk
memberikan keputusan baik buruk, memelihara kebaikan, mewujudkan dan menebar
kebaikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
2. Tujuan
Adapun tujuan dari pendidikan karakter yang sesungguhnya jika dihubungkan
dengan falsafah Negara Republik Indonesia adalah mengembangkan karakter peserta
didik agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila.
3. Fungsi
Fungsi pendidikan karakter adalah;
a. Pengembangan potensi dasar, agar "berhati baik, berpikiran baik, dan
berperilaku baik".
b. Perbaikan perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah baik.
c. Penyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhurPancasila.
4. Ruang lingkup atau sasaran dari pendidikan karakter adalah
a. Satuan pendidikan;
b. Keluarga;
c. Masyarakat.

B. Pendidikan Karakter sebagai Suatu Sistem

Tugas Pendidikan (GURU/DOSEN), adalah Membuat peserta didik berkarakter


adalah yang esensinya adalah membangun manusia seutuhnya, yaitu manusia yang baik
dan berkarakter.
Pengertian baik dan berkarakter mengacu pada norma yang dianut, yaitu nilai-
nilai luhur Pancasila. Seluruh butir-butir Pancasila sepenuhnya terintegrasi ke dalam
Harkat Martabat Manusia (HMM).
Harkat Martabat Manusia (HMM) terdiri atas tiga komponen, yaitu :
1. Hakikat Manusia,
2. Pancadaya Kemanusiaan, dan
3. Dimensi Kemanusiaan (Alwis, 2011: 1).
1. Hakikat Manusia adalah;
a. Makhluk bertakwa;
b. Diciptakan paling sempurna dan
c. Derajat paling tinggi;
d. Khalifah di muka bumi;
e. Penyandang hak asasi manusia.
2. Pancadaya kemanusiaan dengan unsur-unsur:
a. Daya takwa;
b. Daya cipta;
c. Daya rasa;
d. Daya karsa;
e. Daya karya.
3. Dimensi kemanusiaan memiliki unsur-unsur:
a. Kefitrahan;
b. Keindividualan;
c. Kesosialan;
d. Kesusilaan;

4
e. Keberagamaan.
Secara Linguistik, ada beberapa pengertian tentang karakter, yaitu sebagai berikut.
Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark atau menandai dengan focus
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Karakter adalah
bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen,
watak (Pusat Bahasa Depdiknas). Karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes),
perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (Skill).
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil
internalisasi berbagai kebajikan (virtues)yang diyakini dan digunakan sebagai landasan cara
pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak (YanthiHaryati,2010:3).
Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk
hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang ia buat.
Adapun pendidikan berkarakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu melibatkan
aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas
Lickona, Dengan ketiga aspek tersebut, jika pendidikan karakter diterapkan secara sistematis dan
berkelanjutan akan membuat anak menjadi cerdas dalam emosinya. Kecerdasan emosi adalah
bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan karena seseorang akan lebih
mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk
berhasil secara akademis.
Pendidikan karakter memiliki dua nilai substansial, yakni:
a. upaya berencana untuk membantu orang untuk memahami, peduli dan
bertindak atas nilai-nilai etika/moral;
b. mengajarkan kebiasaan berpikir dan berbuat yang membantu orang hidup dan
bekerja bersama-sama sebagai keluarga, teman, tetangga, masyarakat, dan
bangsa (SukroMuhab,2010:3).
Peran sekolah sangat penting dalam usaha pembentukan karakter. Dalam
konteks tersebut, pendidikan karakter adalah usaha sekolah yang dilakukan secara
bersama oleh guru, pimpinan sekolah (dan seluruh warga sekolah) melalui semua
kegiatan sekolah untuk membentuk akhlak, watak atau kepribadian peserta didik melalui
berbagai kebaikan (virtues) yang terdapat dalam ajaran agama.
Bagi yang beragama Islam, mereka senantiasa menjadikan Al-Quran dan sunnah
sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Pembentukan karakter dengan nilai agama dan norma bangsa sangat penting, karena
dalam Islam, antara akhlak dan karakter merupakan satu kesatuan yang kukuh seperti
pohon dan menjadi inspirasi keteladanan akhlak dan karakter adalah Nabi Muhammad
SAW.
Pilar-pilar pembentukan karakter Islam bersumber pada hal-hal berikut :
a. Al-Quran;
b. Sunnah atau hadis; "Sesungguhnyaaku diutus untuk
menyempurnakan akhlak manusia" (H.R. Ahmad). Dan hadis: "Mukmin yang paling
sempurnaimannyaadalahyangpalingbaikakhlaknya"(H.R.Tarmizi).
Adapun alur pikir pembangunan karakter bangsa adalah sebagai berikut;
1. Permasalahan bangsa dan Negara
2. Dis orientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila.
3. Keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-
nilai Pancasila.
4. Bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
5. Memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa.
6. Ancaman disintegrasi bangsa.
7. Melemahnya kemandirian bangsa.
8. Kebutuhan Pokok - RAN:
9. Polhukam;
10. Kesra;
11. Perekonomian.
Lingkungan strategis:
1. Global;

6
2. Regional;
3. Nasional.
Strategi:
1. sosialisasi/penyadaran;
2. pendidikan;
3. pemberdayaan;
4. pembudayaan;
5. kerja sama.
Konsensus nasional:
1. Pancasila;
2. UUD 1945;
3. Bhinneka Tunggal Ika;
4. NKRI.
Bangsa berkarakter:
1. tangguh;
2. kompetitif;
3. berakhlak mulia;
4. bermoral;
5. bertoleran;
6. bergotong royong
7. patriotik;
8. dinamis,
9. Berbudaya, dan berorientasi Ipteks berdasarkan Pancasila dan dijiwai oleh iman dan
takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (UU RI No. 17 tahun 2007 Tentang RPJPN 2005-
2025).
c. Hakikat Pendidikan untuk Membentuk Karakter Bangsa
Menurut ajaran Islam, hakikat pendidikan adalah mengembalikan nilai-nilai
ilahiyah pada manusia (fitrah) dengan bimbingan Al-Quran dan As-Sunnah (hadis)
sehingga menjadi manusia yang berakhlak mulia (insan kamil).
Hakikat pendidikan adalah untuk membentuk karakter suatu bangsa. Hal tersebut
sangat ditentukan oleh:
a. Semangat,
b. Motivasi,
c. Nilai-nilai, dan
d. Tujuan dari pendidikan.
Apabila dirumuskan, hakikat pendidikan yang mampu membentuk karakter bangsa
(berkeadaban) adalah:
1. Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan
teknologi bagi pembentukan manusiase utuhnya;
2. Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan antara
kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik;
3. Pendidikan para prinsipnya berlangsung seumur hidup;
4. Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan yang
mengalami perubahan semakin besar;
5. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.
Sementara itu, orang Yunani memberikan pengertian hakikat pendidikan sebagai usaha
membantu manusia menjadi manusia. Adapun tujuan pendidikan sesungguhnya adalah
"memanusiakan" manusia. Maksud "memanusiakan" manusia adalah menjadikan manusia
sebagai manusia seutuhnya, yaitu:
1. memiliki kemampuan mengendalikan diri;
2. berpengetahuan;
3. cinta tanah air (M. Jamin, 2011: 2).
Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan penanaman dan pembumian nilai-nilai luhur
perilaku berkarakter, melalui:
Olah pikir, dapat memunculkan sikap:
1. cerdas;
2. kritis;
3. kreatif;
4. inovatif;
5. ingin tahu;
6. berpikir terbuka;
7. produktif

8
8. berorientasi ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
9. reflektif.
Olah hati, melahirkan sifat:
1. jujur;
2. beriman dan bertakwa;
3. amanah;
4. adil;
5. bertanggung jawab;
6. berempati;
7. berani mengambil risiko
8. pantang menyerah;
9. rela berkorban;
10. berjiwa patriotik.
Olahraga, akan terlihat dari sikap:
1. tangguh;
2. bersih dan sehat;
3. disiplin;
4. sportif;
5. andal;
6. berdaya tahan;
7. bersahabat;
8. kooperatif;
9. determinatif;
10. kompetitif;
11. ceria;
12. gigih
Olahrasa/karsa, menumbuhkan perasaan:
1. peduli;
2. ramah
3. santun;
4. rapi;
5. nyaman;
6. saling menghargai;
7. toleran;
8. suka menolong
9. gotong royong
10. nasionalis;
11. kosmopolit;
12. mengutamakan kepentingan umum;
13. bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia;
14. dinamis;
15. kerja keras;
16. beretos kerja.
Tema besar dalam pembangunan karakter bangsa dan pendidikan karakter adalah membangun
generasi yang jujur, cerdas, tangguh, dan peduli.
Menurut Azyumardi Azra (Republika, 4-11-2012:16), pendidikan bukan sekadar
pengembangan nalar peserta didik, melainkan juga pembentukan akhlak al- karimah dan
akal budi.
Ki Hadjar Dewantara terdapat lima asas dalam pendidikan.
1. Asas kemerdekaan,
2.Asas kodrat alam.
3. Asas kebudayaan,
4. Asas kebangsaan,
5. Asas kemanusiaan,
D. Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa berasal dari nilai-nilai luhur universal,
yakni:
1. Cinta Tuhan dan ciptaan-Nya;
2. Kemandirian dan tanggung jawab;
3. Kejujuran/amanah dan diplomatis;
4. Hormat dan santun
5. Dermawan, suka menolong, dan kerjasama;

10
6. Percaya diri dan kerja keras;
7. Kepemimpinan dan keadilan;
8. Baik dan rendah hati;
9. Toleransi, kedamaian dan kesatuan.
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional, nilai karakter bangsa terdiri atas sebagai berikut.
1. Religius;
2. Jujur,
3. Toleransi,
4. Disiplin,
5. Kerja keras,
6. Kreatif,
7. Mandiri,
8. Demokratis,
9. Asa ingin tahu,
10. Semangat kebangsaan,
11. Cinta tanah air,
12. Menghargai prestasi,
13. Bersahabat/komunikatif,
14. Cinta damai,
15. Gemar membaca,
16. Peduli lingkungan,
17. Peduli sosial,
18. Tanggung jawab,
Ciri-ciri Peserta didik yang berkarakter adalah:
1. memiliki kesadaran spiritual;
2. memiliki integritas moral;
3. memiliki kemampuan berpikir holistik;
4. memiliki sikap terbuka;
5. memiliki sikap peduli.
Arif Rahman Hakim (pakar pendidikan), pendidikan dikatakan berhasil apabila
memenuhi lima karakteristik, yaitu: bertakwa; berkepribadian matang; berilmu mutakhir
dan berprestasi; mempunyai rasa kebangsaan; berwawasan global.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Pasal 1
butir 1, Pendidikan adalah: "Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara."
Tugas Pendidikan (GURU/DOSEN), adalah Membuat peserta didik berkarakter
adalah yang esensinya adalah membangun manusia seutuhnya, yaitu manusia yang baik
dan berkarakter.
Pengertian baik dan berkarakter mengacu pada norma yang dianut, yaitu nilai-
nilai luhur Pancasila. Seluruh butir-butir Pancasila sepenuhnya terintegrasi ke dalam
Harkat Martabat Manusia (HMM).
Menurut ajaran Islam, hakikat pendidikan adalah mengembalikan nilai-nilai
ilahiyah pada manusia (fitrah) dengan bimbingan Al-Quran dan As-Sunnah (hadis)
sehingga menjadi manusia yang berakhlak mulia (insan kamil). Hakikat pendidikan
adalah untuk membentuk karakter suatu bangsa. Hal tersebut sangat ditentukan oleh:
Semangat, Motivasi, Nilai-nilai, dan Tujuan dari pendidikan.
Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Nilai pendidikan budaya dan
karakter bangsa berasal dari nilai-nilai luhur universal, yakni: Cinta Tuhan dan ciptaan-
Nya; Kemandirian dan tanggung jawab; Kejujuran/amanah dan diplomatis; Hormat dan
santun, Dermawan, suka menolong, dan kerjasama; Percaya diri dan kerja keras;
Kepemimpinan dan keadilan; Baik dan rendah hati; Toleransi, kedamaian dan kesatuan.
B. SARAN

12
Dengan adanya makalah ini, bermanfaat bagi pembaca serta lingkungan sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Dr. Tamjidillah M. Amin, M.Pd. POWER POINT, BAB 11

Anda mungkin juga menyukai