Anda di halaman 1dari 2

KELOMPOK KIW KIW

PENILAIAN PRESTASI KERJA ATAU SKP

1.GAMBARAN UMUM:

Penilaian prestasi kerja atau SKP (Sasaran Kinerja Pegawai) adalah metode untuk mengevaluasi
pencapaian karyawan dalam memenuhi target atau sasaran yang telah ditetapkan. Proses penilaian ini
biasanya melibatkan beberapa langkah:

1. Penetapan Sasaran Kinerja

- Membuat target atau sasaran yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berbatas waktu untuk
setiap karyawan atau tim.

2. Pemantauan Kinerja

- Karyawan melakukan tugas sehari-hari sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. Ada pemantauan
secara berkala terhadap kemajuan mereka.

3. Evaluasi Kinerja

- Pada akhir periode penilaian, kinerja karyawan dievaluasi berdasarkan pencapaian terhadap SKP yang
telah ditetapkan.

4. Umpan Balik dan Diskusi:

- Manajer atau atasan memberikan umpan balik kepada karyawan terkait pencapaian mereka terhadap
SKP.

- Dilakukan diskusi terkait pencapaian, tantangan yang dihadapi, dan rencana untuk peningkatan kinerja
di masa mendatang.

5. Pengembangan Rencana Aksi:

- Jika diperlukan, karyawan dan manajer bisa merencanakan langkah-langkah perbaikan atau
pengembangan untuk meningkatkan kinerja di masa depan.

6. Penetapan Tujuan Baru:

- Setelah evaluasi, bisa ditetapkan sasaran baru untuk periode berikutnya, memperhitungkan
pembelajaran dari evaluasi sebelumnya.

Kriteria Penilaian SKP:

- Spesifik:Sasaran yang jelas dan spesifik.


- Terukur:Dapat diukur untuk mengevaluasi pencapaian.

- Relevan:Terkait dengan tujuan organisasi atau tugas yang harus dilakukan.

- Waktu Terbatas:Ditetapkan dalam periode waktu tertentu.

Dalam banyak organisasi, SKP sering menjadi bagian integral dari proses penilaian kinerja tahunan atau
setiap periode tertentu. Tujuannya adalah untuk memberikan panduan dan kerangka kerja yang jelas
bagi karyawan dan manajer untuk bekerja menuju pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Sasaran Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) diatur oleh undang-undang di sebagian besar negara yang
memiliki sistem PNS. Di Indonesia, sebagai contoh, SKP PNS diatur oleh beberapa peraturan, termasuk:

1.Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara: UU ini mengatur prinsip-prinsip
umum manajemen ASN, termasuk penilaian kinerja yang menjadi dasar bagi SKP PNS.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil:
Peraturan ini mengatur lebih rinci tentang mekanisme penilaian prestasi kerja PNS, termasuk
penyusunan SKP, penilaian, serta pengelolaan hasil penilaian.

3.Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB): Terdapat
peraturan-peraturan menteri yang lebih spesifik mengenai pelaksanaan penilaian kinerja PNS.

SKP PNS biasanya disusun dengan mempertimbangkan tugas, fungsi, dan tanggung jawab pejabat atau
PNS tersebut, serta melibatkan sasaran yang dapat diukur dan mencapai target kinerja. Penilaian kinerja
berdasarkan SKP ini kemudian menjadi dasar untuk penentuan promosi, kenaikan gaji, atau
penghargaan lainnya bagi PNS.

Namun, setiap negara memiliki peraturan sendiri terkait manajemen PNS dan SKP, yang dapat bervariasi
tergantung pada kebijakan pemerintah di masing-masing negara.

2. CONTOH KASUS

Banyak ASN belum menyadari pentingnya menyusun dan menyetorkan SKP di awal tahun, sebagaimana
yang tercantum dalam Pasal 5 PP Nomor 46 Tahun 2011

merujuk Pasal 5 di Peraturan Pemerintah yang sama, mestinya PNS yang tidak menyusun SKP di awal
tahun dijatuhi hukuman disiplin berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Disiplin PNS. Selain bagi yang tidak menyusun SKP, ASN yang tidak mampu mecapai target juga bisa
menerima sanksi. Apabila capaian SKP-nya hanya mencapai antara 25% sampai dengan 50%, maka
seorang PNS diberikan hukuman disiplin tingkat sedang dan apabila capaiannya kurang dari 25% maka
diberikan hukuman disiplin tingkat berat.

Anda mungkin juga menyukai