Anda di halaman 1dari 10

Pelaksanaan Kurikulum Adaptif ....

(Isnaini Mukarromah) 908

PELAKSANAAN KURIKULUM ADAPTIF DI SEKOLAH PENYELENGGARA


PENDIDIKAN INKLUSI DI SEKOLAH DASAR NEGERI GIWANGAN,
YOGYAKARTA
IMPLEMENTATION OF CURRICULUM ADAPTATIONS IN INCLUSION SCHOOL IN SD
NEGERI GIWANGAN, YOGYAKARTA

Oleh: Isnaini Mukarromah, Pendidikan Luar Biasa, Universitas Negeri Yogyakarta


iznoel.qu@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses dan hasil pelaksanaan kurikulum adaptif di
sekolah penyelenggara pendidikan inklusi SD Negeri Giwangan Yogyakarta. Jenis penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penentuan subjek penelitian dilakukan secara purposive
sampling dan diperoleh tiga subjek penelitian, yaitu kepala sekolah, Guru PembimbingKhusus,dan guru Kelas SD
Negeri Giwangan Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Giwangan Yogyakarta. Waktu pelaksanaan
penelitian ini yaitu pada bulan Juni 2016 sampai dengan bulan Juli 2016. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini
menggunakan reduksi data (penyederhanaan), data display, dan pengambilan kesimpulan. Teknik keabsahan data
yang diperoleh menggunakan teknik triangulasi sumber.Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) sudah ada
kurikulum adaptif di SD Negeri Giwangan Yogyakarta, (2) kurangnya kerjasama antara guru kelas dan Guru
Pembimbing Khusus dalam pelaksanaan kurikulum adaptif di SD Negeri Giwangan Yogyakarta, (3) belum adanya
standar administratif yang baku dari pemerintah terkait kurikulum adaptif di sekolah penyelenggara pendidikan
inklusi.

Kata kunci: Sekolah Inklusi, Kurikulum Adaptif

Abstract
This researchis aimed to determine how the implementation and it’s result of adaptations
curriculum in the inclusion Elementary School Giwangan, Yogyakarta.The research is belong to
descriptive research with qualitative approach. Subject of this research is determined by using purposive
sampling method and obtained three subjects of research: headmaster, Special Education Teacher, and
classroom teacher of SDN Giwangan, Yogyakarta. The research is conducted in SDN Giwangan,
Yogyakarta on June to July 2016. Data of the research is collected by using technique of observation,
interview, and documentation. The data of the research is analyzed by simplification, data display, and
conclusion. The data is validated by using the technique of triangulation. The results of the research show
that: (1) There have been adaptations curriculum in SDN Giwangan, Yogyakarta, (2) there is a lack of
cooperation between classroom teacher and special education teacher in the implementation of
adaptations curriculum in SDN Giwangan, Yogyakarta, (3) there is no standard of adaptations
curriculum in inclusion school.

Keywords: Inclusion School, Curriculum Adaptations

PENDAHULUAN
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan menguatkan Provinsi DIY sebagai daerah yang
salah satu provinsi yang sudah menerapkan mendukung pendidikan inklusi bagi semua anak
pendidikan inklusif. Deklarasi pendidikan berkebutuhan khusus usia sekolah hingga mereka
Inklusif Daerah Istimewa Yogyakarta dan dapat diterima dan belajar bersama dengan anak
disahkannya Peraturan Gubernur Daerah lain di kelas reguler. Hal ini berdampak pada
Istimewa Yogyakarta Nomor 21 Tahun 2013 semakin banyaknya sekolah di DIY yang
Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif menyelenggarakan pendidikan inklusif.
909 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 5 No 9 Tahun 2016
Pemberian kesempatan dan peluang dengan kebutuhan atau kondisi, kemampuan dan
memperoleh pendidikan yang sama bagi anak keterbatasan peserta didik. Dalam kurikulum
berkebutuhan khusus di sekolah reguler baik itu adaptif, rancangan program pembelajaran
Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan disesuaikan dengan kebutuhan dari masing-
Sekolah Menengah Atas/Kejuruan terdekat masing siswa berkebutuhan khusus. Modifikasi
merupakan implementasi dari pendidikan (penyelarasan) kurikulum adaptif diterapkan pada
inklusif. Pendidikan Inklusif diharapkan dapat empat komponen utama kurikulum yaitu tujuan,
menjadi salah satu upaya dalam pemerataan isi, proses dan evaluasi. Modifikasi
kesempatan memperoleh pendidikan dan (penyelarasan) kurikulum dilakukan oleh tim
meningkatkan partisipasi anak bersekolah di pengembang kurikulum di sekolah. Tim sekolah
sekolah terdekat. Pendidikan inklusif juga terdiri dari: kepala sekolah, guru kelas, guru mata
diharapkan dapat menjawab kesenjangan yang pelajaran, guru pendidikan khusus, konselor,
terjadi di masyarakat, berkaitan dengan psikolog, dan ahli yang terkait. Tim sekolah juga
pemenuhan hak-hak setiap warga negara dalam berperan dalam asesmen dan penyaringan siswa
memperoleh pendidikan. berkebutuhan khusus.
Dedi Kustawan (2012: 9) menyebutkan Pada kurikulum adaptif, guru melakukan
bahwa tujuan pendidikan inklusif adalah agar modifikasi pada tujuan, materi, proses dan
semua anak memperoleh pendidikan yang evaluasi dengan tetap mengacu pada kebutuhan
bermutu sesuai dengan kebutuhan dan siswa berkebutuhan khusus. Guru kelas, guru
kemampuannya serta untuk mewujudkan mata pelajaran dan guru pembimbing khusus
penyelenggaraan pendidikan yang menghargai berkolaborasi dalam pelaksanaan kurikulum
keanekaragaman dan tidak diskriminatif bagi adaptif di sekolah penyelenggara inklusi. Sekolah
semua anak. Seiring dengan hal itu, semakin penyelenggara pendidikan inklusi, idealnya
banyak kesempatan bagi siswa berkebutuhan memiliki kurikulum adaptif untuk siswa
khusus untuk dapat bersekolah di sekolah reguler berkebutuhan khusus. Kurikulum adaptif dalam
terdekat dengan rumah mereka. Untuk bentuk PPI (Program Pembelajaran Individual)
merealisasikan hal tersebut perlu sebuah untuk tiap masing-masing siswa.
perencanaan matang yang tertuang dalam bentuk Di Kota Yogyakarta terdapat beberapa
kurikulum. sekolah penyelenggara pendidikan inklusi. Dari
Kurikulum merupakan salah satu beberapa sekolah yang menyelenggarakan
komponen yang sangat penting dalam pendidikan inklusi, belum semua guru sekolah
penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum penyelenggara inklusi mengerti tentang
digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan kurikulum adaptif. Selain itu belum semua
pendidikan dan merupakan salah satu indikator sekolah penyelenggara pendidikan inklusi di
mutu pendidikan. Acuan kurikulum yang Yogyakarta memiliki PPI (Program Pembelajaran
digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan Individual) bagi setiap siswa berkebutuhan
inklusif adalah kurikulum standar nasional yang khusus karena keterbatasan Guru Pembimbing
berlaku di sekolah umum, namun karena ragam Khusus (GPK). Beberapa sekolah hanya memiliki
hambatan yang dialami peserta didik berkelainan satu GPK untuk satu sekolah.
sangat bervariasi, mulai dari yang ringan, sedang SD Negeri Giwangan Yogyakarta
sampai yang berat. Dalam inplementasinya, merupakan salah satu sekolah yang ditunjuk oleh
kurikulum yang sesuai dengan standar nasional Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta sebagai
perlu dilakukan modifikasi (penyelarasan) sekolah penyelenggara pendidikan Inklusi dan
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan menjadi sekolah percontohan inklusi di kota
hambatan dan kebutuhan peserta didik. Yogyakarta, dengan jumlah 13 anak meliputi 1
Kurikulum adaptif adalah kurikulum yang siswa dengan Low Vision, 2 siswa dengan
dimodifikasi dan diadaptasi atau disesuaikan Speech Delay, 3 siswa Tunagrahita, 2 siswa
Pelaksanaan Kurikulum Adaptif .... (Isnaini Mukarromah) 910

ADHD, 1 siswa Autis, 2 siswa Tunadaksa, dan 2 ke III bulan Juli 2016 , pengolahan data dan
siswa slow learner. Jumlah GPK di SD Negeri penyusunan hasil penelitian dilakukan pada bulan
Giwangan berjumlah 11 orang. Juli 2016, pemaparan hasil penelitian dilakukan
Kurikulum adaptif di SD Negeri diantara bulan Agustus 2016
Giwangan Yogyakarta bisa dilihat dari adanya
rancangan program pembelajaran yang di Target/Subjek Penelitian
sesuaikan dengan keterbatasan dan kebutuhan Penelitian ini menggunakan teknik
siswa berkebutuhan khusus, dan juga adanya PPI purposive, yaitu subjek yang didasarkan atas
untuk siswa berkebutuhan khusus. Dari beberapa karakteristik atau sifat-sifat tertentu yang
sekolah penyelenggara pendidikan inklusi di Kota dipandang mempunyai kaitan erat dengan
Yogyakarta, karakteristik atau sifat-sifat yang sudah diketahui
Berdasarkan kenyataan di atas, peneliti sebelumnya. Penelitian ini membahas tentang
tertarik untuk mengetahui gambaran detail pelaksanaan kurikulum adaptif di sekolah inklusi,
tentang pelaksanaan kurikulum adaptif di sekolah sehingga subyek penelitian atau informan sumber
penyelenggara pendidikan inklusi SD Negeri data merupakan orang-orang yang terkait dengan
Giwangan Yogyakarta. Penelitian yang pendidikan inklusi di SD Negeri Giwangan
dilakukan meliputi proses dan hasil pelaksanaan Yogyakarta, yaitu siswa berkebutuhan khusus,
kurikulum adaptif di sekolah penyelenggara guru pendamping khusus, guru kelas, kepala
pendidikan inklusi SD Negeri Giwangan sekolah dan koordinator pendidikan inklusi.
Yogyakarta. Penggambaran proses dan hasil
pelaksanaan kurikulum adaptif perlu dilakukan Prosedur
untuk menggambarkan proses dan hasil Penelitian ini merupakan penelitian
pelaksanaan kurikulum adaptif di sekolah deskriptif kualitatif, sehingga prosedur yang
penyelenggara pendidikan inklusi, apakah sudah peneliti gunakan adalah dengan mengidentifikasi,
sesuai dengan pelaksanaan kurikulum adaptif memilih dan merumuskan masalah penelitian,
yang ideal sehingga nantinya dapat dijadikan melakukan kajian pustaka, merumuskan tujuan
pedoman pelaksanaan kurikulum adaptif pada penelitian, menguraikan kegunaan dan
sekolah penyelenggara pendidikan inklusi yang pentingnya penelitian, menetapkan ruang lingkup
lain. Oleh karena itu penelitian tentang dan keterbatasan penelitian,penyusunan
pelaksanaan kurikulum adaptif di sekolah rancangan penelitian, menentukan populasi dan
penyelenggara pendidikan inklusi SD Negeri sampel, menentukan instrument penelitian, dan
Giwangan Yogyakarta penting untuk dilakukan. menganalisis data..

METODE PENELITIAN Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan


Jenis Penelitian Data
Pendekatan yang digunakan adalah Dalam penelitian kualitatif, instrumen
pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian utamanya adalah peneliti sendiri, namun
deskriptif. selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas,
maka kemungkinan akan dikembangkan
Waktu dan Tempat Penelitian instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri dapat melengkapi data dan membandingkan
Giwangan Yogyakarta. Salah satu alasan dengan data yang telah ditemukan melalui
dilaksanakannya penelitian di sekolah ini karena observasi dan wawancara (Sugiono, 2010: 307).
sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan
penyelenggara pendidikan inklusif. Pengambilan adalah instrumen monitoring dan evaluasi
data dilaksanakan pada semester genap, yaitu pelaksanaan kurikulum adaptif
mulai minggu ke III bulan Juni dan pada minggu
911 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 5 No 9 Tahun 2016

Untuk mendapatkan data, digunakan unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam


beberapa teknik pengumpulan data yang tepat. pola, memilih mana yang penting dan yang akan
Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga
teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang
1. Teknik Observasi lain. (Sugiono, 2010: 335). Aktivitas analisis data
Nasution (1988) menyatakan bahwa yaitu data reduction, data display, dan conclusion
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. drawing/verification.
Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan 1. Reduksi Data (data reduction)
data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang Mereduksi data berarti merangkum
diperoleh melalui observasi. (Sugiono, 2010: memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-
310). Observasi dilakukan untuk mengumpulkan hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
data mengenai proses pelaksanaan kurikulum membuang yang tidak perlu. Tujuan dari reduksi
adaptif dari kegiatan awal sampai akhir. Pedoman data adalah untuk memudahkan pemahaman
observasi dalam penelitian ini berisi tentang terhadap data yang diperoleh, sehingga peneliti
pengamatan mengenai proses dan hasil dapat memilih data mana yang relevan dan
pelaksanaan kurikulum adaptif di sekolah kurang relevan dengan tujuan dan masalah
penyelenggara inklusi. penelitian. Data yang ingin dibahas dalam
2. Teknik Wawancara penelitian ini adalah data mengenai proses dan
Wawancara merupakan proses hasil pelaksanaan kurikulum adaptif di sekolah
pengumpulan data atau informasi yang dilakukan inklusi.
secara langsung antara penanya dengan sumber 2. Penyajian Data (data display)
informasi (yang ditanya). Wawancara digunakan Dalam penelitian kualitatif, penyajian
untuk mengumpulkan data mengenai komponen data disajikan dalam bentuk uraian singkat,
masukan dan komponen proses dan hasil serta bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
kendala-kendala yang dihadapi dalam sejenisnya. Menurut Miles dan Huberman (1984)
pelaksanaan kurikulum adaptif. Dalam penelitian yang paling sering digunakan untuk menyajikan
ini wawancara dilakukan beberapa tahap dan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan
dengan beberapa informan yaitu, siswa, guru teks yang bersifat naratif. Data yang diperoleh
kelas, guru mata pelajaran dan guru pendamping dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk
khusus dan kepala sekolah. teks-naratif. Penyajian data dalam penelitian ini
3. Teknik Analisis Dokumen merupakan uraian data mengenai proses dan hasil
Dokumen merupakan catatan peristiwa pelaksanaan kurikulum adaptif di sekolah inklusi.
yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk 3. Kesimpulan (conclusion drawing/verification)
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental Kesimpulan dalam penelitian kualitatif
dari seseorang. Studi dokumen merupakan mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga
wawncara dalam penelitian kualitatif. (Sugiono, tidak, karena masalah dan rumusan masalah
2010: 329). Metode dokumentasi ini digunakan dalam penelitian kualitatif masih bersifat
untuk menganalisis data penelitain berupa RPP, sementara dan akan berkembang setelah
silabus, nilai siswa, dan lokasi penelitian. penelitian di lapangan (Sugiono, 2010: 345).
Penarikan kesimpulan dalam penelitian ini
Teknik Analisis Data berangkat dari rumusan masalah, tujuan
Analisis data adalah proses mencari dan penelitian kemudian diperiksa kebenarannya
menyusun secara sistematis data yang diperoleh untuk menjamin keabsahan data penelitian
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan mengenai pelaksanaan kurikulum adaptif di
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan sekolah penyelenggara pendidikan inklusi SD
data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam Negeri Giwangan Yogyakarta. Pengambilan
Pelaksanaan Kurikulum Adaptif .... (Isnaini Mukarromah) 912

kesimpulan dilakukan dengan cara berpikir dua siswa, dan harus disertai hasil asesmen atau
induktif yaitu dari hal-hal yang khusus diarahkan hasil tes IQ. Di awal tahun ajaran baru, SD
kepada hal-hal yang umum untuk mengetahui Negeri Giwangan juga melakukan asesmen
jawaban dari permasalahan dalam penelitian ini. bersama yang dilakukan khusus untuk siswa
Dalam analisis data kualitatif ketiga reguler. Asesmen ini dilakukan dengan
langkah tersebut saling berkaitan. Analisis data mendatangkan tenaga professional dari Dinas
dilakukan dalam dua tahap, yaitu pada saat Kesehatan. Selain siswa ABK, siswa reguler di
pengumpulan data dan setelah data terkumpul. SD Negeri Giwangan juga tidak luput dari
Artinya sejak awal data sudah mulai dianalis, asesmen, namun hal itu dilakukan atas
karena data akan terus bertambah dan rekomendasi dari Guru Pembimbing khusus
berkembang. Jadi ketika data yang diperoleh maupun Guru Kelas dilihat dari kemampuan
belum memadai atau masih kurang dapat segera siswa saat proses belajar di kelas dan hasil
dilengkapi. Analisis data yang digunakan dalam evaluasi belajar siswa.
penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Saat tahun ajaran baru selama satu
Analisis data penelitian kualitiatif dimulai sejak minggu, SD Negeri Giwangan Yogyakarta
awal terjun di lapangan sampai penulisan laporan. mengadakan orientasi untuk siswa baru, dan juga
Diharapkan data-data yang terkumpul dapat melakukan observasi kepada siswa ABK selama
lengkap sesuai yang diharapkan oleh peneliti. sepekan untuk mengetahui sampai mana
kemampuan siswa, berdasarkan hasil asesmen
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN yang dibawa siswa dan observasi yang dilakukan
Pada bagian ini, peneliti akan oleh Guru Pendamping Khusus.
mendeskripsikan hasil penelitian yang telah GPK melakukan observasi lanjutan
didapatkan dari proses pengumpulan data melalui terhadap siswa berkebutuhan khusus untuk
tiga teknik, yaitu wawancara, observasi dan mengetahui kesiapan masuk sekolah, dan juga
dokumentasi. Selanjutnya, data hasil penelitian asesmen ulang tiap tahun jika memungkinkan.
tersebut dikaji menggunakan teori yang telah Setelah itu Koordinator Guru pendamping
dipaparkan pada Bab II. Sistematika deskripsi Khusus akan menentukan siapa Guru
penelitian dan pembahsan ini akan disajikan Pendamping Khusus yang akan bertanggung
secara runtut sesuai dengan rumusan masalah jawab terhadap siswa tersebut. Setelah dilakukan
penelitian sebagaimana yang diulas pada Bab I. identifikasi dan asesmen terhadap siswa ABK
maupun non ABK dan juga telah ditentukan
Proses Pelaksanaan Kurikulum Adaptif di pembagian masing-masing Guru Pembimbing
Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusi di Khusus, maka masing-masing GPK bertanggung
Sekolah Dasar Negeri Giwangan Yogyakarta. jawab terhadap perencanaan kurikulum untuk
siswa ABK berupa IEP (Individual Educational
Identifikasi dan Asesmen Peserta Didik Program), atau sering disebut dengan PPI
Penerimaan peserta didik berkebutuhan (Program Pembelajaran Individual).
khusus di SD Negeri Giwangan Yogyakarta Tidak semua Guru Pembimbing Khusus
dilaksanakan setiap tahun ajaran baru dengan di Sekolah Dasar Negeri Giwangan membuat
kuota penerimaan maksimal dua anak. Bagi Program Pembelajaran individual untuk anak
peserta didik berkebutuhan khusus yang ingin berkebutuhan khusus yang diampu, tidak semua
bersekolah di SD Negeri Giwangan Yogyakarta anak memiliki PPI dan juga tidak semua GPK
harus menyertakan hasil asesmen dari ahli membuat profil siswa berkebutuhan khusus yang
minimal berupa hasil tes IQ peserta didik mereka ampu. Hal ini sejalan dengan data
tersebut. dokumentasi yang peneliti dapatkan, untuk arsip
SD Negeri Giwangan Yogyakarta profil anak berkebutuhan khusus dan hasil
membatasi jumlah siswa ABK yang masuk hanya
913 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 5 No 9 Tahun 2016

asesmennya hanya satu contoh profil yang memilik latar belakang pendidikan dari
didapatkan. Pendidikan Luar Biasa, beberapa diantaranya
masih menjadi mahasiswa di jurusan Pendidikan
Perencanaan Kurikulum Adaptif Luar Biasa.
Kurikulum yang digunakan di SD Negeri Selain Guru Pendamping Khusus, Guru
Giwangan Yogyakarta adalah Kurikulum 2013 Kelas dan Guru Mata Pelajaran, sangat berperan
untuk siswa kelas 1 dan 4, sedangkan untuk siswa penting bagi keberlangsungan sekolah
kelas 2, 3, 5 dan 6 menggunakan KTSP. Guru penyelenggara inklusi. Guru kelas regular juga
Pembimbing Khusus membuat kurikulum untuk mendapatkan pelatihan tentang sekolah inklusi,
siswa berkebutuhan khusus, berdasar pada Beberapa diantara Guru kelas sudah
kurikulum yang digunakan oleh sekolah. pernah mengikuti diklat tentang Sekolah
Kurikulum adaptif untuk anak penyelenggara pendidikan inklusi. Meskipun
berkebutuhan khusus dalam bentuk PPI dibuat sudah banyak yang mengikuti, namun beberapa
hanya oleh Guru Pembimbing Khusus. dalam diantaranya masih kembali kepada kebiasaan
pembuatan kurikulum adaptif untuk siswa lama dengan melimpahkan segala urusan tentang
berkebutuhan khusus, hanya dibuat oleh masing- siswa ABK kepada GPK.
masing Guru Pembimbing Khusus. 1) Peran Guru Pembimbing Khusus
Guru Pembimbing khusus membuat Hampir semua kegiatan belajar mengajar
kurikulum mengacu kurikulum yang digunakan yang berhubungan dengan siswa berkebutuhan
sekolah dan kondisi kebutuhan siswa, khusus di tangani oleh Guru Pembimbing
Berdasarkan hasil wawancara dengan Guru Khusus. Pembuatan PPI masih di kerjakan hanya
Pembimbing Khusus, dapat diketahui bahwa oleh GPK saja. Tanggung jawab pembelajaran di
setelah guru melihat hasil asesmen dan juga dalam kelas, masih dibebankan pada GPK,
sudah diketahui kebutuhan dan kemampuan terutama bagi siswa ABK yang mengalami
siswa, GPK akan membuat model kurikulum hambatan dalam kecerdasan.
untuk siswa ABK dengan substitusi atau tetap Berdasarkan hasil wawancara di atas,
mengacu pada kurikulum yang digunakan sekolah dapat diketahui bahwa tugas GPK hampir
seperti siswa reguler lainnya, melakukan mencakup semuanya yaitu dari mengobservasi
modifikasi pada kurikulum yang ada di sekolah, siswa, pembuatan PPI, kegiatan pembelajaran
bahkan mengganti dengan sesuatu yang lain. hingga evaluasi pembelajaran siswa berkebutuhan
khusus. Semua hal yang berkaitan dengan siswa
Peran Tenaga Pendidik berkebutuhan khusus menjadi tanggung jawab
Pendidik di sekolah inklusi meliputi: guru GPK.
kelas, guru mata pelajaran, dan guru pendidikan 2) Peran Guru Kelas/Reguler
khusus (GPK). Sekolah Dasar Negeri Giwangan Guru kelas reguler di SD Negeri
memiliki 11 Guru Pendamping Khusus yang Giwangan Yogyakarta bertanggung jawab
terdiri dari 4 orang GPK tetap dari sekolah dan 6 terhadap siswa berkebutuhan khusus saat di kelas
orang dari orang tua murid. dengan dibantu Guru Pembimbing Khusus.
Pengadaan guru pendidikan khusus guru kelas lebih fokus dalam
(GPK) pada sekolah penyelenggara pendidikan pembelajaran terhadap anak reguler. Untuk
inklusi di SD Negeri Giwangan Yogyakarta, pembelajaran siswa berkebutuhan khusus yang
dapat dilakukan dengan cara, pengangkatan GPK tidak dapat mengikuti kelas reguler, guru
oleh sekolah sesuai kebutuhan atau orang tua menyerahkannya kepada Guru pembimbing
murid mendatangkan GPK sendiri untuk Khusus. Selain itu guru kelas di SD Negeri
mendampingi anaknya saat di sekolah. Giwangan berperan dalam pengkondisian siswa
Semua Guru Pendamping Khusus di di dalam kelas
Sekolah Dasar Negeri Giwangan Yogyakarta
Pelaksanaan Kurikulum Adaptif .... (Isnaini Mukarromah) 914

guru kelas di SD Negeri Giwangan (Lampiran Program Pembelajaran Individual SD


Yogyakarta memiliki peran dalam pengkondisian N Giwangan).
siswa di kelas. Guru memberikan pengertian 2) Komponen Materi
kepada siswa reguler tentang pentingnya Siswa berkebutuhan khusus yang
membantu teman dan juga mencegah agar siswa memiliki hambatan kecerdasan, di SD Negeri
berkebutuhan khusus tidak mengalami kekerasan Giwangan menggunakan materi sesuai indikator
oleh teman-temannya. yang telah di modifikasi.
Beberapa orang guru juga sering model penyesuaian yang digunakan
berdiskusi dengan GPK tentang siswa adalah modifikasi materi. Untuk siswa
berkebutuhan khusus yang berada di kelasnya. berkebutuhan khusus dengan hambatan
Guru Kelas dan Guru Pendamping kecerdasan yang sama sekali tidak bisa mengikuti
Khusus saling berdiskusi mengenai siswa kurikulum reguler, penyesuaian materi
berkebutuhan Khusus. Guru Kelas akan menggunakan substitusi guru mencari kurikulum
menanyakan pertanyaan terkait siswa sesuai dengan kebutuhan siswa berkebutuhan
berkebutuhan khusus di kelas. Belum terdapat khusus.
forum khusus dan formal untuk membahas siswa 3) Komponen Proses
ABK dan kebutuhan mereka saat pembelajaran. Ketika di dalam kelas, siswa di damping
oleh Guru Pembimbing Khusus dalam
Hasil Pelaksanaan Kurikulum Adaptif di pembelajaran. Proses pembelajaran di kelas
Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusi di regular di laksanakan oleh guru kelas siswa
Sekolah Dasar Negeri Giwangan Yogyakarta. berkebutuhan khusus didampingi oleh Guru
Pembimbing Khusus untuk melaksanakan
Bagi ABK yang memiliki hambatan pembelajaran sesuai PPI. modifikasi proses yang
kecerdasan dilakukan adalah dalam metode mengajar, dan
Hampir semua siswa berkebutuhan juga lingkungan/seting belajar.
khusus di Sekolah Dasar Giwangan Yogyakarta 4) Komponen Evaluasi
memiliki hambatan kecerdasan dengan tingkat Berdasarkan hasil wawancara di atas
yang berbeda. PPI (Program Pembelajaran maka dapat diketahui bahwa pembuatan soal
Individual) untuk siswa ABK dengan hambatan untuk evaluasi untuk siswa berkebutuhan khusus
kecerdasan di buat sesuai dengan tingkat yang mengalami hambatan kecerdasan
kemampuan siswa. dalam Kurikulum siswa mengalami modifikasi yang dilakukan oleh GPK
berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan sesuai dengan indikator dan kemampuan anak.
kecerdasan, ada beberapa komponen kurikulum
yang dilakukan penyesuaian. Bagi ABK yang tidak memiliki hambatan
1) Komponen Tujuan kecerdasan
Dalam kurikulum adaptif untuk siswa Karena hampir semua siswa ABK di SD
berkebutuhan khusus yang memiliki hambatan Negeri Giwangan memiliki hambatan dalam
kecerdasan, berdasarkan contoh dokumen kecerdasan, jadi biasanya mereka akan memilik
Program Pembelajaran Individual di SD N Program Pembelajaran Individual. Beberapa
Giwangan pada mata pelajaran Matematika di siswa yang teridentifikasi ABK dan memiliki
kelas III/I untuk anak dengan slowlearner (Lihat hambatan kecerdasan ringan sehingga masih bisa
Lampiran). Model Duplikasi tujuan yang mengikuti materi pelajaran di kelas bersama
digunakan, yaitu standar kompetensi (SK), siswa reguler lainnya, maka mereka tidak
kompetensi dasar (KD) sama seperti siswa memilik PPI dan mengikuti kurikulum yang sama
regular yang lainya. Untuk Indikator di kelas reguler.
keberhasilan, digunakan model modifikasi
915 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 5 No 9 Tahun 2016

Pembelajaran untuk siswa berkebutuhan Guru Mata pelajaran dalam menyusun


khusus yang tidak mengalami hambatan Rancangan Pembelajaran Individual untuk
kecerdasan, tidak dibedakan dengan yang lainnya. anak membuat GPK kewalahan dalam
Komponen tujuan, materi, proses dan membuat program Pembelajaran Individual.
evaluasi menggunakan model duplikasi atau di dalam kelas, terkadang siswa berkebutuhan
disamakan dengan siswa reguler yang lainnya. khusus menjadi terbengkalai. Guru kelas tidak
Untuk media, ada beberapa yang dimodifikasi, memahami karakteristik siswa berkebutuhan
contohnya untuk siswa lowvison bahan ajar dan khusus dan kebutuhan siswa di kelas.
sumber belajar dimodifikasi menjadi buku yang 4) Kurangnya pengawasan dan evaluasi terhadap
cukup besar. penyelenggaraan pendidikan inklusi oleh
Berdasarkan kajian teori, siswa pemerintah, membuat administrasi seperti
berkebutuhan khusus yang tidak mengalami RPP, PPI, dan silabus dalam kurikulum
hambatan kecerdasan seperti tunanetra, adaptif tidak rapi.
tunarungu, tunadaksa, dan lain-lain hanya
membutuhkan sedikit modifikasi dalam Solusi sementara hambatan yang dihadapi
pembelajaran. Tujuan dan materi pembelajaran Dari beberapa hambatan yang ditemui
umumnya tidak mengalami perubahan, demikian dalam pelaksanaan kurikulum adaptif di Sekolah
juga dengan evaluasi. Mereka biasanya lebih Dasar Negeri Giwangan, solusi sementara yang
banyak membutuhkan modifikasi dalam proses dilakukan sekolah antara lain:
1) Dikarenakan belum adanya standar baku
Hambatan yang dihadapi dan solusi dalam pembuatan kurikulum adaptif, maka
sementara dalam pelaksanaan kurikulum GPK sebagai pelaksana membuat sendiri
adaptif di Sekolah Penyelenggara Pendidikan kurikulum yang berupa PPI dengan
Inklusi di Sekolah Dasar Negeri Giwangan bersumber pada pengetahuan masing-masing
Yogyakarta. GPK.
2) Kurangnya tenaga GPK di SD Negeri
Hambatan dalam pelaksanaan kurikulum Giwangan Yogyakarta dapat diatasi
adaptif sementara dengan membagi 1 orang GPK
Ada beberapa hal yang biasanya dihadapi mengampu 2-3 siswa ABK. Pembukaan
oleh sekolah dalam pelaksanaan kurikulum lowongan sebagai GPK di SD Negeri
adaptif pada sekolah penyelenggara inklusi yaitu Giwangan Yogyakarta juga menjadi salah
maslah pada: satu alternatif.
1) Belum adanya standar yang baku untuk 3) Kurannya kerjasama antara Guru
kurikulum sekolah inklusif. Tidak adanya Pembimbing Khusus dan Guru Kelas yang
standar baku pada kurikulum di sekolah mengakibatkan tanggung jawab pembelajaran
penyelenggara inklusi membuat Guru dan pembuatan PPI hanya dilakukan oleh
Pendamping Khusus mengalami kesulitan Guru Pembimbing Khusus sementara GPK
dalam membuat Program Pembelajaran menerima dengan ikhlas akan tanggung
Individual untuk siswa berkebutuhan khusus. jawabnya terhadap siswa ABK.
2) Kurangnya tenaga Guru Pendamping Khusus 4) Tidak adanya pengawasan dan evaluasi dari
di Sekolah Dasar Negeri Giwangan Dinas terhadap administrasi arsip pelaksanaan
Yogyakarta membuat guru kelas terkadang kurikulum adaptif berupa PPI,RPP sehingga
kewalahan dalam memberikan materi terkadang beberapa GPK berinisiatif untuk
pelajaran, dan beberapa siswa tidak memiliki mengarsip PPI yang mereka buat sendiri.
Program Pembelajaran Individual.
3) Kurangnya kerja sama antar Guru pembelajaran yakni berkaitan dengan cara
Pendamping Khusus dan Guru Kelas atau dan media dalam penyajian informasi
Pelaksanaan Kurikulum Adaptif .... (Isnaini Mukarromah) 916

yang tidak dapat mengikuti kurikulum umum


SIMPULAN DAN SARAN secara penuh.
Pelaksanaan pembelajaran di kelas inklusi
Simpulan di Sekolah Dasar Negeri Giwangan Yogyakarta,
Berdasarkan hasil penelitian mengenai hampir semuanya dilakukan oleh guru Guru
pelaksanaan kurikulum adaptif di sekolah Pembimbing Khusus dalam menangani
penyelenggara pendidikan inklusi si Sekolah pembelajaran siswa berkebutuhan khusus. Jika
Dasar Negeri Giwangan Yogyakarta dapat ditarik guru kelas tidak mampu mengangani siswa
kesimpulan sebagi berikut: berkebutuhan khusus di kelas, maka siswa
1. Proses Pelaksanaan Kurikulum Adaptif berkebutuhan khusus akan di pindah ke kelas
Proses pelaksanaan kurikulum adaptif di inklusi. Siswa berkebutuhan khusus yang secara
SD Negeri Giwangan Yogyakara diawali dengan akademik masih mampu mengikuti pembelajaran,
identifikasi dan asesmen pada siswa baik siswa maka RPP yang digunakan sama dengan siswa
berkebutuhan khusus atau siswa reguler yang reguler lainnya.
teridentifikasi memiliki hambatan dalam
pembelajaran. Observasi awal dilakukan selama Saran
satu minggu untuk menyusun Program Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Pembelajaran Individual berdasarkan hasil dilakukan, maka peneliti mempunyai saran antara
indentifikasi dan asesmen. Penyusunan Program lain:
Pembelajaran Individual hanya dilakukan oleh 1. Untuk Kepala Sekolah SD Negeri Giwangan
Guru Pembimbing Khusus. Dari hasil Yogyakarta perlunya peningkatan kualitas
indentifikasi didapatkan dua jenis siswa guru kelas dan guru pendamping khusus
berkebutuhan khusus di SD Negeri Giwangan dengan memberikan pelatihan ataupun
yaitu, siswa berkebutuhan khusus yang memiliki seminar-seminar yang berhubungan dengan
intelektual dan siswa berkebutuhan khusus yang sistem ataupun metode pembelajaran yang
tidak disertai hambatan intelektual. dapat diterapkan kepada siswa berkebutuhan
2. Hasil Pelaksanaan Kurikulum Adaptif khususdi kelas inklusi
Kurikulum yang digunakan dalam 2. Untuk Guru Pembmbing Khusus SD Negeri
penyelenggaraan pendidikan inklusif di Sekolah Giwangan Yogyakarta perlu meningkatkan
dasar Giwangan menggunakan kurikulum 2013 kerja sama yang baik dengan guru kelas
untuk satu dan empat dan Kurikulum KTSP dalam penanganan anak berkebutuhan khusus
untuk siswa kelas dua, tiga, lima dan enam. dan pembuatan PPI
Namun bagi Siswa Berkebutuhan Khusus, 3. Untuk Guru Kelas SD Negeri Giwangan
kurikulum yang digunakan disesuaikan dengan Yogyakarta perlu adanya kerja sama dengan
kebutuhan peserta didik, karena hambatan dan Guru Pembimbing Khusus dalam menangani
kemampuan yang dimilikinya bervariasi. Guru siswa berkebutuhan khusus.
Pendamping Khusus adalah tim utama dalam 4. Untuk Dinas Pendidikan Yogyakarta perlu
penyusunan kurikulum adaptif dalam bentuk melaksanakan evaluasi program
Program Pembelajaran Individual siswa penyelenggara pendidikan inklusi untuk
berkebutuhan khusus. Sesuai dengan melihat atau menilai hasil implementasi dan
kebutuhannya PPI siswa berkebutuhan khusus pengawasan terhadap pelaksanaan program
dibagi menjadi 2 yaitu (1) Kurikulum umum pendidikan inklusi oleh pemerintah.
(reguler), untuk siswa biasa dan siswa
berkebutuhan khusus yang dapat mengikuti DAFTAR PUSTAKA
kurikulum umum; (2) Kurikulum modifikasi, Arum, Wahyu Sri A. 2005, Perspesktif
yaitu perpaduan antara kurikulum umum dengan Pendidikan Luar Biasa dan Implementasi
kurikulum PPI, untuk siswa berkebutuhan khusus bagi Penyiapan Tenaga Kependidikan.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
917 Jurnal Widia Ortodidaktika Vol 5 No 9 Tahun 2016

dan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi pdf?sequence=1, pada tanggal 6 Desember


Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga 2015 pukul 20:28)
Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Olson, Jennifer Marie. 2003. Special Education
Tinggi and General Education Teacher Atitudes
Budiyanto, dkk. 2009, Modul Training of Trainer Toward Inclusion, A Research Paper.
Pendidikan Inklusif. Departemen (online),
Pendidikan Nasional. http://www2.uwstout.edu/content/lib/thesis
Kustawan, Dedy. 2012, Pendidikan Inklusif dan /2003/2003olsonj.pdf, pada 4 Desember
Upaya Implementasinya. Luxima. 2015, pukul 16.38).
Moelong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan.
Kualitatif. Bandung: PT Remaja Bandung: Alfabeta.
Rosdakarya. .
Mzizi, Nompumelelo A. 2014, Curriculum Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang
Adaptations for Learners with Learning Standar Pendidikan Nasional
impairments in the Foundation Phase in .
Thabo Mofutsanyana Education District,
Free State Province. (online),
(http://ir.cut.ac.za/bitstream/handle/11462/
250/Mzizi,%20Nompumelelo%20Alzinah.

Anda mungkin juga menyukai