Anda di halaman 1dari 397

Sistem Linear dan Kontrol Optimal

Version 2.2.1

8 Pebruari 2023

Subiono

Subiono — Email: subiono2008@matematika.its.ac.id

Penerbit: Subiono
Departemen Matematika-FMKSD
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Sukolilo, Surabaya
Indonesia
2

Copyright
c 2023 The Author, Subiono.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


Kata Pengantar

Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji hanyalah milikmu ya Allah yang telah meberikan


"kebebasan bertanggung jawab" kepada manusia untuk suatu kebaikan dalam melak-
sanakan amanatnya di hamparan bumi yang dihuni manusia. Sholawat dan Salam kepadamu
ya Nabi Muhammad beserta para keluarganya dan para pengikutnya sampai nanti di hari
akhir.

Buku ini disusun dengan maksud untuk membantu dan mempermudah mahasiswa
dalam mempelajari materi kuliah MATEMATIKA SISTEM. Selain dari pada itu juga
dimaksudkan untuk menambah suatu wacana bagi para peminat lainnya baik pada disi-
plin ilmu teknik, ekonomi atau kalangan industri dan perguruan tinggi.

Dalam buku ini diberikan beberapa konsep pengertian dari materi yang disajikan sete-
lah itu diikuti dengan beberapa contoh untuk mempermudah pemahaman, selain itu juga
diberikan beberapa contoh aplikasi dan beberapa soal sebagai latihan.

Topik bahasan disajikan dengan penekanan pada "matematika" tetapi tidaklah men-
jadikan para pemakai lain akan mengalami kesulitan dalam mempelajari buku ini, karena
peletakan penekanan aspek matematika dibuat dengan porsi yang seimbang. Sehingga para
peminat matematika tetap dapat menikmati dan menggunakan ilmunya terutama dalam
matematika sistem, begitu juga untuk para pemakai yang lainnya diharapkan mendapat
tambahan wawasan untuk melihat matematika sebagai alat yang dibutuhkan terutama
dalam kajian matematika sistem untuk menyelesaikan masalah-masalah praktis yang di-
hadapinya.

Untuk memudahkan pembaca mengikuti alur dari setiap topik bahasan dalam buku
ini, diasumsikan pembaca mempunyai bekal pengetahuan tentang "Persamaan Differen-
sial" dan "Aljabar Linear" yang memadai.

Persiapan penulisan materi buku ini membutuhkan waktu yang agak lama, sejak penulis

i
ii

mengajarkan mata kuliah "Matematika Sistem" dijurusan Matematika FMIPA-ITS, Sura-


baya sekitar tahun 1990. Beberapa materi disusun dari pengalaman mengajar tsb. Selain
itu juga dari kumpulan materi yang penulis dapat saat mengikuti "Short Course and Work
Shop on Mathematical Systems Theory" yang diselenggarakan dalam rangka kerjasama
Jurusan Matematika FMIPA-ITS, Surabaya dengan Delft Universisty of Technology, the
Netherlands dari tgl. 12 April 1991 sampai dengan tgl. 12 Agustus 1991. Short Course tsb.
langsung diberikan oleh Prof. Dr. G.J. Olsder yang mana dia juga sebagai penulis buku
"Mathematical Systems Theory" ([1]) dan penulis pakai sebagai rujukan utama dalam
penulisan buku ini. Selain dari pada itu draft tulisan buku ini ditulis saat penulis megikuti
program doktor di Delft University of Technology, the Netherlands mulai September 1995
sampai Juli 2000.

Penulis pada kesempatan ini menyampaikan keaktifan pembaca dalam mengkaji buku
ini untuk menyampaikan kritik dan saran guna perbaikan buku ini, sehingga pada versi
yang mendatang "mutu buku" yang baik bisa dicapai. Kritik dan saran ini sangat pent-
ing karena selain alasan yang telah disebutkan tadi, penulis percaya bahwa dalam sajian
buku ini masih kurang dari sempurnah bahkan mungkin ada suatu kesalahan dalam sajian
buku ini baik dalam bentuk redaksional, pengetikan dan materi yang menyebabkan men-
jadi suatu bacaan kurang begitu bagus. Kritik dan saran yang konstruktif dapat langsung
disampaikan pada alamat email berikut: subiono2008@matematika.its.ac.id

Buku ini dapat diperoleh secara gratis oleh siapapun tanpa harus membayar kepada
penulis. Hal ini berdasarkan pemikiran penulis untuk kebebasan seseorang mendapatkan
suatu bacaan yang tersedia secara bebas dengan maksud "kemanfaatan" dan "kejuju-
ran". Yang dimaksud dengan kemanfaatan adalah bergunanya bacaan ini untuk kemuda-
han pembaca memperoleh informasi penting yang diperlukannya dan untuk pembelajaran.
Sedangkan kejujuran adalah ikatan moral dari pembaca untuk tidak memdistribusi buku
ini dengan tujuaan yang tidak bermanfaat dan pengakuan secara pribadi (kepemilikan).

Penulis menulis buku ini berdasarkan pemikiran "kebebasan menulis" (tidak harus
menggunakan media cetak penerbit) dengan asas "kemanfaatan" menggunakan media yang
tersaji masa kini. Beberapa alat bantu untuk penulisan buku ini juga didapat secara gratis,
yaitu perangkat lunak LATEX dan TEXMAKER sebagai salah satu media LATEX editor. Be-
berapa gambar yang ada dalam buku ini menggunakan perangkat lunak LaTexDraw yang
juga didapat secara gratis. Begitu juga beberapa bahan rujukan didapat secara gratis
lewat internet. Selain itu untuk menyelesaikan beberapa contoh yang dibahas digunakan
alat bantu perangkat lunak Maxima versi 5.3.2 dan Maxima-5.24.0, kedua perangkat lunak
ini juga didapat dari internet secara gratis.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis memohon kepada Allah semoga pe-
nulisan ini bisa berlanjut untuk versi mendatang yang tentunya lebih "baik" dari Versi
1 yang tersedia saat ini dan semoga benar-benar buku yang tersaji ini bermanfaat bagi

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


c Subiono, Jurusan Matematika-ITS : Sistem Linear dan Kontrol Optimal iii

pembaca.
Catatan Untuk Versi 1.1 Versi ini merupakan versi revesi dari beberapa kesalahan ketik,
gambar dan penulisan formula matematika yang terdapat dalam versi sebelumnya. Juga
diberikan suatu tambahan yaitu suatu cara atau algorithma untuk memperoleh matriks
eksponensial eAt . Bagi pembaca yang ingin mendapatkan cara menghitung matriks ekspo-
nensial eAt ini bisa memperolehnya dalam [6].

Catatan Untuk Versi 1.2 Versi 1.2 merupakan kelanjutan dari versi 1.1 dengan beberapa
tambahan yang melengkapi Bab 4. Penambahan pada Bab 4 khususnya mengenai penger-
tian kestabilan sistem dan kriteria kestabilan sistem menurut Routh-Hurwitz diberikan
secara agak lengkap. Materi ini merupakan hasil penulis ketika membimbing tugas akhir
S1 di Jurusan Matematika FMIPA-ITS. Pembahasan yang lebih lengkap dan rinci menge-
nai kestabilan dengan kriteria Routh-Hurwitz bisa dijumpai dalam [7].

Catatan Untuk Versi 2.0 Dalam Versi 2.0 ini ada beberapa tambahan meteri yang lebih
lengkap terutama materi yang berkaitan dengan pengertian keterkontrolan, keteramatan
dan penstabilan sistem dalam Bab 4 dan Bab 5 . Selain itu materi realisasi minimal dari
suatu sistem linear invarian waktu juga diberikan lebih lengkap dalam Bab 6. Tambahan
materi tsb. diambil dari tugas akhir S1 Jurusan Matematika FMIPA-ITS hasil bimbingan
penulis yang bisa didapat dalam [8] dan [9].
Catatan Untuk Versi 2.0.1 Dalam Versi 2.0.1 ini diberikan algorithma penghitungan ma-
triks transisi eAt yang lebih lengkap dan mudah dibandingkan dengan yang telah diberikan
sebelumnya.
Catatan Untuk Versi 2.1.1 Dalam Versi 2.1.1 ini ada beberapa tambahan bab yang berisi
materi kontrol optimal. Oleh kerana itu judul buku juga diubah sesuai isi dari materi buku
yaitu menjadi "Sistem Linear dan Kontrol Optimal".

Surabaya, 8 Pebruari 2023

Penulis

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


iv

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


Daftar Isi

Kata Pengantar i

DAFTAR GAMBAR vii

1 Pendahuluan 1
1.1 Pengertian Sistem . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2 Sejarah ringkas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
1.3 Uraian ringkas isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6

2 Prinsip-prinsip pemodelan 9
2.1 Hukum-hukum konservasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
2.2 Prinsip-prinsip Phenomenalogi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
2.3 Hukum-hukum prinsip fisika . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
2.3.1 Termodinamika . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
2.3.2 Mekanika . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10
2.3.3 Elektromagnit . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
2.4 Contoh-contoh . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
2.4.1 Pendulum terbalik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13
2.4.2 Dinamika satelit . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
2.4.3 Batang dipanasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
2.4.4 Rangkaian Elektrik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
2.4.5 Dinamika populasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
2.4.6 Ketergantungan umur dinamika populasi . . . . . . . . . . . . . . . 21
2.4.7 Bioreaktor . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23
2.4.8 Transport polusi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
2.4.9 Sistem Biomedikal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25

v
vi DAFTAR ISI

2.4.10 Suatu sistem Ketinggian Zat Cair . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26


2.4.11 Sistem dua kereta glinding . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29
2.4.12 Ekonomi nasional . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30

3 Sistem differensial linier 31


3.1 Review Sistem Orde Kedua . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31
3.1.1 Pola perilaku . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32
3.1.2 Bidang Fase . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 35
3.2 Uraian dalam dan uraian luar suatu sistem . . . . . . . . . . . . . . . . . . 37
3.3 Pelinearan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42
3.4 Penyelesaian persamaan differensial linier . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 49
3.5 Respon impuls dan step . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 78

4 Sifat-sifat sistem 85
4.1 Kestabilan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 85
4.1.1 Kestabilan dari segi nilai karakteristik . . . . . . . . . . . . . . . . 85
4.1.2 Kriteria Routh-Hurwitz . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 89
4.1.3 Kestabilan Lyapunov . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 93
4.1.4 Kestabilan masukan-keluaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 95
4.2 Keterkontrolan dan keteramatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 96
4.2.1 Ruang-bagian "keadaan" ditinjau dari masukan dan keluaran . . . 97
4.2.2 Munculnya sistem takterkontrol atau sistem tak teramati . . . . . . 99
4.2.3 Keterkontrolan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 101
4.2.4 Keteramatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 106
4.2.5 Ruang-bagian terkontrol dan teramati . . . . . . . . . . . . . . . . 108
4.3 Dualitas keterkontrolan dan keteramatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 112
4.4 Bentuk kompanion terkontrol dan teramati . . . . . . . . . . . . . . . . . . 113

5 Umpan balik keadaan dan keluaran 121


5.1 Umpan balik dan terstabilkan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 122
5.2 Pengamat dan prinsip pemisahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 128
5.3 Penolakan gangguan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 135

6 Penyajian masukan/keluaran 137


6.1 Transformasi Laplace dan kegunaannya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 137
6.1.1 Hubungan sistem-sistem . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 140
6.1.2 Ossilasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 141

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


DAFTAR ISI vii

6.1.3 Fungsi rasional . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 142


6.2 Fungsi transfer dan matriks transfer . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 144
6.3 Realisasi minimal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 154
6.4 Metoda Frekuensi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 156

7 Sistem Diskrit 163


7.1 Signal genap dan gasal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 164
7.2 Signal periodik dan takperiodik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 166
7.3 Signal Energi dan Tenaga . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 167
7.4 Barisan Unda Satuan u0 [n] . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 171
7.5 Barisan Impuls Satuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 172
7.6 Barisan Eksponensial Kompleks . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 173
7.6.1 Keperiodikan dari eiγ0 n . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 173
7.7 Barisan Eksponensial Umum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 174
7.7.1 Barisan Sunusoida . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 175

8 Transformasi-z 177
8.1 Daerah Konvergensi (DK) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 179
8.2 Pole dan zero pada bidang-z . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 181
8.3 Beberapa Sifat Transformasi-z . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 181
8.4 Transformasi-z dari Fungsi Elementer . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 187
8.5 Table Transformasi-z . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 190
8.6 Contoh-Contoh dari Transformasi-z . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 191

9 Sistem yang diuraikan Oleh Persamaan Beda 195


9.1 Respon Impuls Sistem Linear Waktu Diskrit . . . . . . . . . . . . . . . . . 195
9.2 Sifat-sifat Konvolusi Jumlahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 196
9.3 Operasi Konvolusi Jumlahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 197
9.4 Respon Unda Sistem Linear Invarian Waktu Diskrit . . . . . . . . . . . . . 199
9.5 Sifat-sifat Sistem Linear Waktu Diskrit . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 199
9.5.1 Sistem dengan memori atau tanpa memori . . . . . . . . . . . . . . 199
9.5.2 Kekausalan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 199
9.5.3 Kestabilan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 200
9.6 Fungsi Eigen dari Sistem Linear Invarian Waktu Diskrit (SLIWD) . . . . . 201
9.7 Sistem yang diuraikan oleh persamaan beda . . . . . . . . . . . . . . . . . 201
9.7.1 Persamaan Beda Linear dengan koefisien konstan . . . . . . . . . . 201
9.7.2 Formula Rekursif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 202

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


viii DAFTAR ISI

9.7.3 Respon Impuls . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 202

10 Analisis Ruang Keadaan Sistem 205


10.1 Konsep ruang Keadaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 205
10.2 Pemilihan Peubah Keadaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 206
10.3 Penyelesaian dari Persamaan Keadaan untuk Sistem LIWD . . . . . . . . . 211
10.4 Menentukan matriks An . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 212
10.5 Rumus umum An untuk kasus ukuran matriks 2 × 2, n = 0, 1, 2, . . . . . . . 216
10.6 Fungsi Transfer Sistem H(z) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 219
10.7 Kestabilan Sistem . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 219
10.8 Penyelesaian dari Persamaan Keadaan untuk Sistem LIWK . . . . . . . . . 221
10.9 Fungsi Transfer Sistem H(s) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 222
10.10Penghitungan matriks eAt . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 224
10.11Keterkontrolan dan Keteramatan Sistem . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 246
10.11.1 Ruang-bagian "keadaan" ditinjau dari masukan dan keluaran . . . 247
10.11.2 Munculnya sistem takterkontrol atau sistem tak teramati . . . . . . 249
10.11.3 Keterkontrolan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 251
10.11.4 Keteramatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 256
10.11.5 Ruang-bagian terkontrol dan teramati . . . . . . . . . . . . . . . . 258
10.12Dualitas keterkontrolan dan keteramatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 262
10.13Bentuk kompanion terkontrol dan teramati . . . . . . . . . . . . . . . . . . 262
10.13.1 Contoh-contoh Sistem terkontrol dan Teramati . . . . . . . . . . . . 269
10.13.2 Disain Kontrol Umpan Balik Keadaan . . . . . . . . . . . . . . . . 278
10.13.3 Disain Observer . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 281

11 Kontrol Optimal 295


11.1 Sejarah ringkas kontrol otomatik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 295
11.2 Beberapa masalah kontrol optimal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 310

12 Formulasi masalah kontrol optimal 313


12.1 Masalah maksimum/minimum dari suatu integral . . . . . . . . . . . . . . 316
12.1.1 Persamaan Euler-Langrange . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 316
12.2 Cara Hamiltonian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 318
12.3 Persamaan Hamilton-Jacobi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 327
12.4 Masalah optimal kontrol dengan syarat keadaan akhir bebas . . . . . . . . 331

13 Linier Quadratic Regulator (LQR) 333

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


DAFTAR ISI ix

13.1 Matriks semi-definit positip dan definit positip . . . . . . . . . . . . . . . . 334


13.2 Kontrol loop buka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 335
13.3 Kontrol loop-tutup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 341
13.4 Keadaan-steadi dan kontrol suboptimal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 348
13.5 Disain Kontrol minimum waktu dan masukan-dibatasi . . . . . . . . . . . . 362
13.6 Linier Regulator dengan menentukan derajad kestabilan . . . . . . . . . . 370
13.7 Masalah regulator output . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 372
13.8 Suboptimal linier regulator . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 374
13.9 Pengakomodasian gangguan luar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 376

Daftar Pustaka 381

Indeks 383

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


x DAFTAR ISI

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


List of Figures

1.1 Pengertian Sistem. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1


1.2 Auto pilot. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

2.1 Hukum Kirchoff. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13


2.2 Pendulum-terbalik. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
2.3 Dinamika setelit. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
2.4 Struktur Mekanika. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
2.5 Bioreaktor. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23
2.6 Sistem Ketinggian Zat Cair . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26
2.7 Karakteristik Katup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27
2.8 Dua Kereta Glinding . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29

3.1 Sirkuit listrik dengan kapasitor bermuatan. Sakelar ditutup sebelum t = 0 32


3.2 Plot y(t) vs. t dan y(t) vs. ẏ(t) ketika λi kompleks . . . . . . . . . . . . . 36
3.3 Rangkaian seri RLC. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 38
3.4 Keluaran dari integrator. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 39
3.5 Diagram blok RLC. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 40
3.6 Uraian "dalam" suatu sistem. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41
3.7 Uraian "luar" suatu sistem. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41
3.8 Diagram isomorpik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 82

5.1 Sistem pengamat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 129


5.2 Diagram alir sistem pengamat. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 130
5.3 Diagram alir pemisahan sistem. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 133
5.4 Gambungan umpan balik keadaan dan pengamat. . . . . . . . . . . . . . . . . 134
5.5 Peyederhanaan diagram. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 135

xi
xii LIST OF FIGURES

5.6 Simbolik diagram. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 135

6.1 Dua Sistem. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 140


6.2 Hubungan parallel dua sistem. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 140
6.3 Hubungan seri dua sistem. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 141
6.4 Hubungan umpan balik dua sistem. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 141
6.5 Diagram realisasi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 150
6.6 Diagram differensiator. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 150
6.7 Diagram superposisi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 151
6.8 Realisasi diagonal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 152
1
6.9 Diagram Blok realisasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 152
s − ai
6.10 Diagram Blok h(s) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 153
6.11 Diagram Blok Dekomposisi h(s) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 154
6.12 Diagram Nyquist dan Bode. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 158
6.13 Filter frekuensi rendah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 158
6.14 Diagram Balok Umpan Balik plan H1 (s) dan kontroler H2 (s) . . . . . . . . . . 159

7.1 Sistem Waktu Diskrit . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 163


7.2 Sistem Waktu Diskrit . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 163
7.3 Signal Periodik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 166
7.4 Barisan unda satuan u0 [n] . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 171
7.5 Pergeseran barisan unda satuan u0 [n − k] . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 172
7.6 Barisan impuls satuan δ[n] . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 172
7.7 Barisan Pergeseran Impuls Satuan δ[n − k] . . . . . . . . . . . . . . . . . . 172

8.1 Daerah Konvergensi X1 (z) dan X2 (z) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 180


8.2 Gambar DK dari X(z) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 193

10.1 Rangkaian seri RLC. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 209


10.2 Keluaran dari integrator. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 210
10.3 Diagram blok RLC. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 211
10.4 Error Estimasi e(t) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 284

12.1 Kurva sekitar. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 316


12.2 Sistem pegas. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 319

13.1 Kurva suboptimal. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 356

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


Bab 1
Pendahuluan

1.1 Pengertian Sistem


Dalam bagian ini diberikan suatu pengertian dari suatu sistem secara umum, dari penger-
tian ini diharapkan memberi suatu gambaran apa sistem itu dalam konteks pengertian
yang diberikan sebagaimana berikut ini. Selanjutnya diberikan beberapa contoh untuk
menjelaskan pengertian ini. Gambar 1.1 memberikan alur pengertian suatu sistem.

sekitar
masukan sistem keluaran
sistem
realita

Gambar 1.1: Pengertian Sistem.

Secara langsung bisa dikatakan bahwa sistem adalah bagian dari realita. Realita diluar
sistem dinamakan "sekitar sistem". Interaksi diantara sistem dan sekitar sistem direalisa-
sikan lewat besaran, sangat sering merupakan fungsi dari waktu yang dinamakan masukan
(input) dan keluaran (output). Sistem dipengaruhi sekitar melaui masukan dan sistem
mempunyai pengaruh pada sekitar melalui keluaran. Masukan dan keluaran sistem yang
disajikan oleh signal atau fungsi dari waktu bisa merupakan waktu yang kontinu atau
diskrit. Hal ini berkaitan dengan apa yang dinamakan sistem kontinu dan sistem diskrit.
Mengkaji (menganalisis) proses fisis atau mendisainnya dinamakan sistem fisis dalam hal
ini hubungan masukan dan keluran sistem disajikan oleh suatu model matematika. Sangat
sering model matematika ini berbentuk suatu persamaan differensial (untuk yang kontinu)
dan persamaan beda (untuk yang diskrit). Untuk sistem dengan masukan dan keluaran-
nya yang disajikan oleh bentuk persamaan differensial biasa dinamakan sistem tergumpal
(lumped), bila tidak demikian dinamakan sistem terdistribusi.

1
2 P endahuluan..

Pembentukan suatu model matematika sering membutuhkan asumsi tentang sifat dasar
proses fisis
Contoh-contoh:

• Dalam p erekonomian: Laju permintaan (masukan) mempunyai pengaruh pada kelu-


aran dalam hal ini adalah perilaku infestasi.

• M obil: Putaran kemudi suatu mobil (masukan) mempunyai pengaruh pada arah dua
roda depan mobil (keluaran).

• T emperatur ruangan (masukan) pengetesan tanaman mempunyai pengaruh pada


pertumbuhan tanaman (keluaran).

• Air hujan (masukan) memberikan pengaruh pada ketinggian permukaan dari suatu
sungai (keluaran).

Diberbagai bidang kajian, suatu phenomena tidak dikaji secara langsung melainkan lewat
suatu model dari phenomena. Suatu model adalah suatu penyajian yang sering dalam
istilah matematika penyajian tsb. dirasa penting untuk waktu mendatang bagi kajian
obyek atau sistem. Dengan memanipulasi penyajian tsb. diharapkan pengetahuan baru
tentang phenomena yang telah dimodelkan tadi bisa diperoleh tanpa bahaya, biaya atau
ketidak nyamanan dalam pemanipulasian phenomena real itu sendiri. Dalam matematika
sistem pembahasan hanya bekerja dengan model dan saat berbicara suatu sistem diartikan
suatu versi model dari sistem sebagai bagian dari realita.
Kebanyakan pemodelan menggunakan matematika sebagai alatnya. Keadaan men-
datang yang penting dari berbagai phenomena fisika secara numerik bisa diuraikan serta
hubungan diantara keadaan mendatang tsb. diuraikan oleh persamaan atau pertidak-
samaan. Secara khusus misalnya dalam pengetahuan alam dan rekayasa, sifat-sifat massa,
percepatan dan gaya bisa diuraikan oleh persamaan matematika. Bagaimanapun demi
suksesnya pemanfaatan pendekatan pemodelan diperlukan suatu pengetahuan phenomena
yang dimodelkan serta sifat-sifat rekayasa pemodelan. Perkembangan komputer berke-
cepatan tinggi secara besar meningkatkan penggunaan dan pemanfaatan pemodelan. De-
ngan penyajian suatu sistem sebagai suatu model matematika mengubah model yang ada
kedalam instruksi dari suatu komputer dan mengoperasikannya. Dalam hal ini adalah
sangat memungkin untuk memodelkan sistem yang lebih besar dan kompleks dari yang
sebelumnya.
Penekanan dari makna sistem yang dikaji adalah perilaku dinamik dari phenomena,
yaitu bagaimana karakteristik keadaan mendatang (seperti masukan dan keluaran) berubah
sesuai dengan berubahnya waktu dan apa hubungannya yang juga sebagai fungsi dari
waktu. Satu gambaran dari hal tsb. adalah bila mencoba untuk mendisain sistem kontrol
sedemikian hingga suatu perilaku yang diharapkan bisa dicapai.
Matematika sistem membentuk dasar matematika bagi area rekayasa, seperti kontrol
otomatik dan jejaring (networks). Ia juga awal untuk subyek matematika yang lain yaitu

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P engertian Sistem.. 3

teori kontrol optimal dan teori filter. Dalam teori kontrol optimal adalah mencoba menda-
pakan suatu fungsi masukan yang menghasilkan fungsi keluaran sekaligus sedapat mungkin
memenuhi suatu persyaratan tertentu. Sedangkan teori filter, interpretasi dari fungsi ma-
sukan diamati dengan kesalahan pengukuran, dalam hal ini sistem mencoba untuk me-
realisasi suatu keluaran yang sama dengan pengamatan ideal, yaitu tanpa kesalahan pe-
ngukuran. Matematika sistem juga memainkan suatu peranan dalam ekonomi (khususnya
teori kontrol ekonomi makro dan analisa time series), teori ilmu komputer (teori automata,
Petri-nets) dan ilmu manajemen (model dari perusahaan dan organisasi yang lain).

utara
αe gangguan
e
α
αe + e auto u kapal α
- pilot
u

Gambar 1.2: Auto pilot.

Contoh 1 [Autopilot kapal] Suatu autopilot yang diagramnya disajikan dalam Gambar
1.2 adalah suatu perangkat, sebagai masukan adalah sudut kesalahan arah e yang ter-
jadi akibat beda diantara sudut arah yang diingini αe dengan kenyataan sudut arah kapal
saat ini α (misalnya diukur dengan suatu instrumen kompas magnetik atau gyrocompass).
Sudut arah kapal yang diinginkan αe adalah sudut acuan bagi navigator. Dengan menggu-
nakan informasi tsb. perangkat secara otomatis memposisi kemudi fungsi waktu u sebagai
masukan sedemikian hingga kesalahan arah yang terjadi e = αe − α sekecil mungkin .
Diberikan kedinamikan boat dan gangguan luar (angin, gelombang besar dsb.) teori kon-
trol otomatik membantu untuk menentukan masukan kontrol u = f (e) yang sesuai dengan
maksud khusus yaitu untuk tujuan kestabilan, keakuratan, waktu respon, dsb. Misal-
nya, untuk hal ini suatu pengontrol yang mungkin adalah suatu bang-bang kontrol yang
diberikan oleh: 
+umax bila e > 0,
u=
−umax bila e < 0.
Pengontrol u mungkin adalah bentuk proporsional:
u = K.e
dimana K suatu konstanta. Dalam hal ini diasumsikan −umax ≤ K.e ≤ +umax untuk
semua nilai u yang diingini. Bila u bukan seperti hal diatas, beberapa jenis saturasi harus
diperkenalkan. Hukum kontrol juga mungkin terdiri dari suatu bagian proporsional, bagian
integral dan bagian differensial:
Z t
de
u = K.e + K ′
e(s)ds + K ′′ , (1.1)
0 dt

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


4 P endahuluan..

dimana K, K ′ dan K ′′ adalah konstanta. Hukum kontrol ini biasa ditulis PID
PID, dimana P
bagian proporsional, I bagian integral dan D bagian differensial.
Teori kontrol otomatik membantu dalam pemilihan hukum kontrol yang terbaik. Bila
kapal itu sendiri dipertimbangkan sebagai suatu sistem, maka sebagai masukan ke kapal
adalah posisi kemudi u (dan mungkin juga gangguan) dan keluaran arah kapal adalah α.
Auto pilot adalah sistem yang lain dengan masukan signal kesalahan e dan keluaran adalah
posisi kemudi kapal. Terlihat bahwa suatu keluaran dari suatu sistem bisa merupakan
masukan bagi sistem lainnya. Kombinasi dari kapal, autopilot dan keterkaitan α dan αe
bisa juga sebagai suatu sistem dengan masukan sudut arah kapal yang diharapkan αe dan
keluaran realita sudut arah kapal α (lihat Gambar 1.2).

Contoh 2 [Masalah kontrol optimal] Gerakan dari suatu kapal diberikan oleh:

ẋ(t) = f (x, u, t),

dimana keadaan x = (x1 , x2 )T ∈ R2 menyajikan posisi kapal terhadap suatu sistem kordinat
tetap. Vektor u = (u1 , u2)T ∈ R2 menyajikan kontrol dan t adalah waktu. Notasi ẋ menya-
takan turunan terhadap waktu dari dua komponen keadaan sedangkan notasi T menyatakan
transpose. Masing-masing fariabel kontrol u1 dan u2 dipilih sebagai posisi kemudi dan
kecepatan kapal. Masalahnya sekarang adalah memilih u1 dan u2 sedemikian hingga bahan
bakar yang digunakan kapal sekecil mungkin. Bila kapal meninggalkan Surabaya pada
suatu waktu tertentu dan mencapai Makassar 4 hari kemudian. Fungsi pengontrol u1 dan
u2 mungkin bergantung pada informasi yang tersedia yaitu waktu, ramalan cuaca, badai
dsb. Secara formal, u = (u1 , u2 )T harus dipilih sedemikian hingga integral
Zta
g(x, u, t)dt
t0

minimum. Kriteria integral diatas menguraikan banyaknya bahan bakar yang digunakan.
Fungsi g adalah bahan bakar yang digunakan per satuan waktu, t0 waktu keberangkatan
dan ta waktu kedatangan.

Contoh 3 [Filtering] Sistem satelit N AVSAT merupakan singkatan dari N AVigation by


means of S ATellites. Sistem navigasi satelit ini mencakup seluruh dunia dikaji oleh agen
ruang angkasa masyarakat Eropah. Selama tahun 1980 sistem N AVSAT dalam tahap
pengembangan dengan kajian fisibelitas dikerjakan oleh berbagai institut penelitian ruang
angkasa masyarakat Eropah. Misalnya pada National Aerospace Laboratory N LR, Am-
sterdam, Belanda, suatu alat simulasi dikembangkan sebagai alternatif konsep N AVSAT
yang bervariasi dan skenario bisa dievaluasi.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


S ejarah ringkas.. 5

Ide dasar satelit yang melandasi sistem navigasi adalah: Pengguna (misalnya suatu
pesawat atau suatu kapal) menerima pesan lebih dari satu satelit, penerima bisa menges-
timasi posisi pesawat/kapalnya. Satelit menyiarkan kordinatnya (dalam beberapa frame
acuan yang diketahuai) dan saat waktu dimana pesan tsb. disiarkan, penerima mencatat
waktu saat ia menerima pesan dengan jam yang ada. Sehingga penerima tahu perbe-
daan waktu diantara pengiriman dan penerimaan pesan yang menghasilkan jarak diantara
posisi satelit dengan pesawat/kapal. Bila penerima bisa menghitung jarak tsb. sedikit-
nya dari tiga satelit yang berbeda, maka secara prinsip penerima bisa menghitung posisi
pesawat/kapalnya. Faktor yang kompleks dalam perhitungan adalah:

i). satelit-satelit yang berbeda mengirim pesan pada saat waktu yang berbeda pada saat
yang bersamaan pesawat/kapal bergerak,
ii). beberapa sumber kesalahan yang tersaji dalam data, misalnya keterlambatan iono-
spheric dan tropospheric yang tak diketahui, jam diantara satelit dan penerima tidak
secara sinkron sama dan posisi satelit yang sedang disiarkan hanya dengan keaku-
ratan yang terbatas.

Permasalahan yang harus diselesaikan oleh penerima adalah bagaimana menghitung posisi
pesawat/kapal seakurat mungkin ketika ia mendapatkan informasi dari satelit-satelit dan
bagaimana ia mengetahui karakteristik stokhastik dari kesalahan atau ketaktentuan yang
disebutkan diatas. Bila satelit-satelit menyiarkan informasi secara periodik, penerima juga
bisa meng-update estimasi posisi pesawat/kapalnya secara periodik yang mana posisi ini
juga merupakan fungsi dari waktu.

1.2 Sejarah ringkas


Umpan balik adalah konsep dari teori sistem bisa ditemui diberbagai tempat misalnya di
alam dan dalam kehidupan organisme. Sebagai contoh kontrol dari temperatur badan. Be-
gitu juga proses sosial dan ekonomi dikontrol oleh mekanisme umpan balik. Pada sebagian
besar perlengkapan teknik menggunakan mekanisme kontrol.
Pada masa lalu umpan balik sudah diterapkan misalnya dalam kincir air Babylonic
untuk pengontrolan tinggi air. Sejarawan Otto Mayr seorang teknisi menguraikan untuk
pertama kalinya kegunaan dari suatu mekanika umpan balik yang didisain oleh Cornelis
Drebbel seorang kimiawan [1572-1633]. Ia mendisain “Athanor”, suatu pemanas yang mana
ia berharap dengan optimis mengubah timah menjadi emas. Kontrol temperatur pema-
nasnya agak kompleks dan bisa dipandang sebagai suatu disain umpan balik.
Penemuan Drebbel digunakan untuk maksud komersial oleh menantunya, Augustus
Kuffler [1595-1677]. Pada saat yang lain Christian Huygens [1629-1695] salah seorang
yang mendisain sendiri suatu roda penggilingan untuk pengontrolan kecepatan putar peng-
giling. Ide ini diperhalus oleh R. Hooke [1635-1703] dan J. Watt [1736-1819]. Nama yang

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


6 P endahuluan..

terakhir tsb. adalah penemu mesin uap. Pada pertengahan abab ke-19 mesin uap J. Watt
telah menghabiskan lebih dari 75000 bola-putar yang dipasang pada pemutar di mesin
uap tsb. Segera disadari bahwa bila pengontrol terlalu kaku yang dikenakan pada alat
tsb. akan memberikan suatu masalah. Saat kini disadari bahwa perilaku yang terjadi
membentuk suatu ketidakstabilan yang disebabkan suatu gain tinggi dalam loop umpan
balik. Masalah perilaku buruk ini diselidiki oleh J.C. Maxwell [1831-1879] seorang yang
pertama kali mengkaji analisa matematika masalah kestabilan. Papernya “On Governor”
dapat dipandang sebagai artikel matematika pertama yang berkaitan dengan teori kontrol.
Perkembangan penting berikutnya dimulai pada periode sebelum perang dunia ke-2 di
Bell Labs, USA. Temuan amplifikasi elektronik yang menggunakan umpam balik dimulai
pendisainan dan penggunaan pengontrol umpan balik dalam perangkat komunikasi. Dalam
area teoritik, teknik domain-frekuensi dikembangkan untuk penganalisaan kestabilan dan
kesensitifitasan. H. Nyquist [1889-1976] dan H.W. Bode [1905-1982] adalah dua orang
ternama dalam hal tsb.
Norber Wiener [1894-1964] bekerja pada kontrol pembakaran dan pertahanan anti-
aircraft selama perang dunia ke-2. Ia juga penyokong teori kontrol dalam berbagai macam
kecerdasan buatan sebagai ilmu yang lain yang dia namakan “Cybernetics” (kerja ini sudah
digunakan oleh A.M. Ampere [1775-1836]).
Teori matematika sistem dan teori kontrol akhir-khir ini dikenal, ditemui jejaknya pada
tahun 1950. Teori kontrol (klasik) memberikan suatu dorongan yang berarti. Awalnya
teori matematika sistem kurang lebihnya suatu kumpulan konsep dan rekayasa dari per-
samaan differensial, aljabar linier, teori matriks, teori probabilitas, statistik dan sedikit
perlusan teori fungsi kompleks. Selanjutnya (sekitar 1960) teori sistem memperoleh wa-
jahnya sendiri, hasil dari hal tsb. adalah terutama dalam ‘struktur’ dari ’kotak (box)’ yang
berkaitan dengan masukan dan keluaran. Ada dua kontribusi pada pengembangan tsb.,
pertama terdapat pengembangan fundamental teori di sekitar tahun 1950. Nama-nama
yang berhubungan dengan pengembangan tsb. adalah L.S. Pontryagin (kontrol optimal),
R. Bellman (programing dinamik) dan R.E. Kalman (model ruang keadaan dan filter rekur-
sif). Kedua terdapat temuan chip di akhir tahun 1960 disusul kemudian pengembangan
elektronik-mikro. Hal ini menghasilkan suatu kemudahan dan kemajuan komputer berke-
cepatan tinggi dengan demikian algorithma yang berkaitan dengan kotrol yang mempunyai
kompleksitas derajat tinggi bisa diatasi.

1.3 Uraian ringkas isi


Pada bagian ini diberikan uraian ringkas dari materi yang disajikan dalam buku ini, pen-
dahuluan diberikan dalam Bab 1, dimana didalam bagian 1.1 diberikan pengertian dari
sistem serta contoh-contohnya. Selanjutnya, pada bagian 1.2 diuraikan sejarah ringkas
serta perkembangan dari sistem.
Prinsip-prinsip pemodelan diberikan dalam Bab 2 dimana didalamnya berisi beberapa
bagian tentang hukum-hukum: konservasi, phenomenalogi dan fisika, sedangkan contoh-

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


U raian ringkas isi.. 7

contohnya diberikan pada bagian berikutnya dalam bab yang sama.


Dalam Bab 3 diuraikan sistem persamaan linier. Pada bab ini bagian 3.2 diberikan
pengertian uraian luar dari suatu sistem yang membicarakan hubungan langsung diantara
masukan dengan keluaran dan uraian dalam suatu sistem yang memberikan gambaran
"keadaan" dalam sistem tsb. Kajian tentang pelinieran diberikan pada bagian 3.3. Pada
bagian 3.4 dan bagian 3.5 berturut-turut berisi tentang penyelesaian sistem persamaan
differensial dan respon impuls - respon step dari suatu sistem.
Sifat-sifat sistem diberikan dalam Bab 4. Sifat sifat ini antara lain membicarakan
kestabilan pada bagian 4.1, keterkontrolan pada bagian 10.11.3 dan keteramatan pada
bagian 10.11.4. Tiga bagian terakhir dari Bab 4 yaitu bagian 10.11.5, bagian 10.12 dan
bagian 10.13 berturut-turut membicarakan ruang bagian terkontrol dan teramati, dualitas
keterkontrolan dan keteramatan dan bentuk kompanion terkontrol dan teramati.
Bab 5 berisi tentang umpan balik keadaan dan keluaran yang terdiri dari bagian 5.1
membahas umpan balik dan terstabilkan, bagian 5.2 mebahas pengamat dan prinsip pemisa-
han sedangkan bagian 5.3 membahas penolakan gangguan.
Dalam bab terakhir, Bab 6 berisi tentang penyajian masukan/keluaran. Dalam bab ini
pada bagian 6.1 membahas transformasi Laplace dan kegunaannya, bagian 6.2 membahas
fungsi transfer dan matriks transfer, bagian 6.3 membahas realisasi minimal dan bagian 6.4
membahas metoda frekuensi.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


8 P endahuluan..

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


Bab 2
Prinsip-prinsip pemodelan

Pada bagian ini disajikan beberapa alat yang bisa digunakan dalam pemodelan phenomena
dinamik. Bagian ini tidak memberikan suatu perlakuan mendalam terhadap alat-alat tsb.
tetapi hanya sekedar sebagai suatu pengantar prinsip yang mendasar. Satu hal yang bisa
diperdebatkan, bahwa prinsip pemodelan bukan merupakan domain dari teori matematika
sistem. Dalam teori matematika sistem ini biasanya dimulai dengan suatu model yang
diberikan, mungkin dibuat oleh seorang ahlinya pada bidang terapan yang terkait.

2.1 Hukum-hukum konservasi

Salah satu prinsip-prinsip pemodelan yang paling fundamental adalah pengertian dari kon-
servasi. Hukum-hukum diturunkan dari pengertian ini mengikuti alasan alamia dan bisa
diterapkan dimana saja.
Misalnya, ketika memodelkan phenomena fisika, sering menggunakan (bahkan tanpa
alasan lagi) konservasi zat/bahan, konservasi muatan listrik, konservasi energi dll. Tapi
juga dalam suatu disiplin ilmu yang tidak begitu banyak berorientasi secara matematika
prinsip-prinsip konservasi digunakan. Misalnya dalam menguraikan evolusi dari suatu pop-
ulasi, dalam hal ini bisa diasumsikan bahwa ada konservasi dari individu-individu, sebab
secara sederhana tidak ada individu bisa tercipta atau tidak ada tampa alasan. Dengan
cara serupa, dalam ekonomi harus selalu ada konservasi dari asset dalam makna yang
serupa atau yang lainnya.
Jadi, hukum-hukum konservasi bisa dilihat sebagai hukum-hukum yang berdasar pada
alasan dan hitungan.

9
10 P rinsip-prinsip pemodelan..

2.2 Prinsip-prinsip Phenomenalogi


Disamping hukum-hukum konservasi yang telah didiskusi diatas sering juga apa yang dina-
makan hukum-hukum phenomenalogi digunakan. Hukum-hukum ini diperoleh dalam suatu
cara empirik dan sangat banyak bergantung pada phenomena alam yang harus dimodelkan.
Satu contoh dari hukum tsb. adalah hukum Ohm V = RI yang berkaitan dengan voltage V
atas suatu resistor bernilai R dengan arus I yang melewati resistor. Hukum Ohm penting
dalam pemodelan rangkaian elektrik. Bagaimanapun, hukum-hukum serupa terjadi dalam
disiplin yang lainnya, seperti hukum Forier pada konduksi panas dan hukum Fick pada di-
fusi cahaya. Tidaklah dengan suatu alasan hukum-hukum seperti hukum Ohm diturunkan,
tetapi hukum-hukum tsb. merupakan hasil dari suatu eksperimen. Tidak ada alasan men-
gapa voltage, arus dan resistor berelasi seperti yang dilakukan Ohm. Meskipun demikian,
hal tsb. merupakan bagian dari realita fisika oleh sebab itu bisa digunakan dalam pemo-
delan phenomena dinamik. Banyak lagi hukum-hukum phenomenalogi lainnya, beberapa
diantaranya didiskusikan pada bagian berikutnya.

2.3 Hukum-hukum prinsip fisika


Dalam bagian ini secara ringkas didiskusikan hukum-hukum prinsip yang paling penting
yang memenuhi realita fisika.

2.3.1 Termodinamika
Bila memodelkan suatu phenomena termodinamik bisa dipakai tiga prinsip hukum yang
sangat fundamental.
1. Konservasi energi
2. Irreversibiliti perilaku suatu sistem makroskopik
3. Temperatur nol mutlak tidak bisa dicapai.
Hukum ke-2 sering juga dikatakan sebagai entropi dari suatu sistem tidak dapat menurun.
Entropi adalah suatu ukuran untuk keadaan tak teratur dalam suatu sistem.
Catatan bahwa hukum ke-2 berdasarkan pada alasan. Bila hukum tidak dipenuhi, maka
beberapa bentuk energi akan hilang dan hukum tidak bisa dibuat untuk memenuhi hal
kehilangan energi ini. Hukum ke-2 dan ke-3 berdasarkan pada eksperimen dan menguraikan
sifat-sifat phenomenalogi.

2.3.2 Mekanika
Bila memodelkan suatu phenomena mekanika tanpa disadari , ini sering menggunakannya
beberapa prinsip hukum-hukum yang sangat penting. Salah satu diantara prinsip tsb.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


H ukum-hukum prinsip fisika.. 11

adalah konservasi energi yang telah diskusikan. Bentuk selain konservasi energi juga sering
digunakan. Begitu juga tiga hukum (postulat) Newton berikut sangat bermanfaat.

1. Bila tidak ada gaya aksi yang bekerja pada suatu massa, maka massa ini akan tetap
dalam keadaan diam atau ia akan bergerak dengan kecepatan tetap dalam suatu
lintasan garis lurus.

2. Gaya F yang bekerja pada suatu massa dan posisinya s memenuhi persamaan F =
2
m ddt2s

3. Aksi=-reaksi.

Hukum pertama sudah dikenal Galileo, sebagai suatu hasil eksperimen yang diselesaikan-
nya. Hukum kedua diformulasikan oleh Newton ketika ia mengembangkan kalkulus.
Hukum-hukum Newton, khususnya yang pertama diilhami oleh eksperimen. Asalnya
hukum-hukum dikembangkan untuk titik massa dan gerakan dengan lintasan lurus (rec-
tilinear). Secara bertahap versi hukum-hukum tsb. dikembangkan pada media kontinu,
gerakan berputar, pada fluida, gas dsb. Misalnya, bila torsi N dikenakan pada suatu titik
2
dari suatu bodi dan momen inersia sekitar titik tsb. adalah J, maka N = J ddt2φ , dimana
d2 φ
dt2
menyatakan percepatan angular bodi.
Setelah hukum-hukum Newton tersedia, pendekatan yang lain untuk menguraikan ger-
akan yang lebih umum dari struktur makanika dikembangkan. Salah satu dari pendekatan
ini adalah menggunakan konsep enerji kinetik dan enerji potensial yang membawa ke per-
samaan gerakan dikenal sebagai persamaan Euler-Lagrange.

2.3.3 Elektromagnit
Ketika memodelkan phenomena elektromagnit, versi-versi hukum yang diungkapkan oleh
4 persamaan Maxwell bisa digunakan, versi tsb. dilengkapi oleh persamaan Lorentz.
Dalam suatu medium dengan dielektrik konstan ǫ dan susceptibiliti µ, persamaan
Maxwell berkaitan dengan medan elektrik E, magnetik B, kepadatan muatan ρ dan kepa-
datan arus ι adalah sebagai berikut:

1 ∂B ∂E
divE = ρ, rotE = − , divB = 0, rotB = µ(ι + ǫ ).
ǫ ∂t ∂t
Dalam persamaan-persamaan diatas semua variabel bergantung pada waktu t dan pada
posisi (x, y, z). Selanjutnya E, B dan ι adalah besaran vektor, sedangkan ρ suatu skalar.
Masing-masing div dan rot dibaca divergensi dan rotasi. Masing-masing persamaan per-
tama dan ketiga pada persamaaan Maxwell diatas mengungkapkan konservasi dari muatan
elektrik dan muatan magnetik. Kenyataan divB = 0 bisa dikaitkan dengan fakta bahwa
tidak ada monopoles magnetik (muatan terisolasi).

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


12 P rinsip-prinsip pemodelan..

Gaya F pada suatu partikel dengan suatu muatan q bergerak dengan kecepatan v dalam
suatu medium seperti diuraikan diatas diberikan oleh persamaan Lorentz

F = q(E + v × B).

Disini × menyatakan perkalian silang (cross product). F dan v adalah vektor dan q skalar.
Semua tiga variabel yang disebutkan bergantung pada waktu t dan posisi (x, y, z).
Persamaan-persamaan diatas sangat umum dan sering terlalu umum untuk tujuan ka-
jian kita. Hukum-hukum lain yang lebih sederhana telah diperoleh sebelumnya. Sebagian
dari hukum-hukum tsb. untuk rangkaian elektrik didiskusikan berikutnya.
Kebanyakan rangkaian yang disebutkan diatas dibangun dari elemen-elemen dasar mis-
alnya resistor, kapasitor dan kumparan (coil).

1. Bila arus I melintasi resistor R maka voltage drop V pada resistor bisa dihitung
dengan hukum Ohm

R
I

V
V = IR

2. Bila arus I dikirim ke kapasitor dengan kapasitas C, maka voltage drop V pada
kapasitor mempunyai hubungan sebagai berikut

C
I

V
dV I
dt
= C

3. Terakhir, bila arus I melewati kumparan dengan induktansi L, maka voltage drop
dI
pada kumparan diperoleh sebagai berikut V = L ,
dt
L
I
b

dengan variabel V dan I adalah fungsi dari waktu t, sedangkan R, C dan L sering
diasumsikan konstan.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


C ontoh-contoh.. 13

Hukum-hukum diatas adalah phenomenalogi di alam. Hukum-hukum tsb. hasil dari


eksperimen. Selain dari pada itu dua hukum berikut juga memainkan peranan yang
penting dalam area jaringan elektrik. Hukum-hukum ini dinamakan hukum K irchhoff
dan diformulasikan sebagai berikut.
4. Dalam setiap titik dari jaringan jumlah dari semua arus adalah nol.
5. Dalam setiap loop jaringan jumlah dari semua voltage drop adalah nol.
Catatan hukum Kirchhoff adalah jenis konservasi. Untuk menjelaskan dua hukum
Kirchhoff ditinjau jaringan yang diberikan dalam Gambar 2.1 dengan suatu sumber
voltage drop V konstan. Arah panah pada jaringan pada gambar dengan indeks i
✲ ✲
1 4
2❄
V
❄ 3✛ 5✛

Gambar 2.1: Hukum Kirchoff.

menyatakan suatu elemen dimana suatu arus Ii yang mengalir menyebabkan voltage
drop Vi . Maka empat titik termasuk sumber memenuhi:
−I1 + I2 + I4 = 0, −I2 − I5 + I3 = 0, −I4 + I5 = 0, I1 − I3 = 0,
V = V1 + V2 + V3 , V = V1 − V4 + V5 + V3 , V = −V2 + V4 + V5 .

2.4 Contoh-contoh
Dalam bagian ini diberikan beberapa contoh sistem. Contoh model yang mendasari dapat
diturunkan dengan menggunakan hukum-hukum prinsip fisika sebagai mana yang telah
didiskusikan sebelumnya.

2.4.1 Pendulum terbalik


Dibahas gambar yang diberikan dalam Gambar 2.2. Poros dari pendulum ditempelkan
pada kereta yang dapat bergerak dengan arah horizontal. Kereta digerakkan oleh suatu
motor kecil yang pada saat waktu t bekerja suatu gaya u(t) pada kereta. Gaya tsb. adalah
fariabel masukan pada sistem. Massa kereta adalah M, sedangkan massa pendulum m.
Jarak antara titik poros pendulum ke pusat grafitasi massa adalah l. Dalam gambar H(t)
menyatakan gaya reaksi horizontal dan V (t) adalah gaya reaksi vertikal pada poros. Sudut
yang dibentuk oleh pendulum dengan sumbu vertikal adalah φ(t). Dengan menggunakan
hukum kedua Newton, pada pusat grafitasi pendulum didapat persamaan berikut.
d2
m 2 (s + l sin φ) = H, (2.1)
dt

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


14 P rinsip-prinsip pemodelan..

V ✻
u(t) mg ✕

φ

l

✲ ☛ H
s

Gambar 2.2: Pendulum-terbalik.

d2
m (l cos φ) = V − mg, (2.2)
dt2
d2 φ
= V l sin φ − Hl cos φ.
I (2.3)
dt2
Fungsi s(t) menyatakan posisi dari kereta pada saat t dan I adalah momen inersia terhadap
pusat grafitasi. Bila pendulum mempunyi massa yang terdistribusi seragam m 2l
per satuan
panjang, maka momen inersia disekitar pusat grafitasi diberikan oleh:
Z
m l 2 1
I= σ dσ = ml2 .
2l −l 3
Persamaan yang menguraikan gerakan kereta diberikan oleh.
d2 s
M 2 = u − H. (2.4)
dt
Substitusikan H, V dari (2.1) dan (2.2) pada (2.3) dan (2.4), diperoleh persamaan berikut.
4l
− g sin φ + s̈ cos φ = 0
φ̈
3 (2.5)
(M + m)s̈ + ml(φ̈ cos φ − φ̇2 sin φ) = u,
dimana tanda . menyatakan turunan pertama terhadap waktu dan .. menyatakan turunan
2
kedua tehadap waktu, jadi ṡ = dsdt
dan φ̈ = ddt2φ .
Persamaan (2.5) bisa ditulis sebagai persamaan differensial tingkat satu dalam bentuk
vektor x diberikan oleh x = (φ, φ̇, s, ṡ)T .
Persamaan gerakan pendulum terbalik juga bisa diperoleh melalui persamaan Euler-
Lagrange menggunakan ungkapan berikut untuk total energi kinetik T dan energi potensial
V R 2l
T = 12 M ṡ2 + 21 m
2l 0
((ṡ + σ φ̇ cos φ)2 + (σ φ̇ sin φ)2 )dσ

m
R 2l
V = 2l
g 0
σ cos φdσ = mgl cos φ,

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


C ontoh-contoh.. 15

dimana T adalah energi kinetik kereta yang disamping itu terdiri dari energi kinetik dari
semua bagian elemen kecil pendulum dσ yang berjarak σ dari titik porosnya dengan 0 ≤
σ ≤ 2l. Catatan serupa juga berlaku pada energi potensial. Definisikan Langragian L =
T − V , setelah melakukan perhitungan integral diperoleh

1 1 2
L = M ṡ2 + mṡ2 + mlṡφ̇ cos φ + ml2 φ̇2 − mgl cos φ. (2.6)
2 2 3

Persamaan Euler-Lagrage yang menguraikan gerakan pendulum terbalik sekarang bisa


diperoleh melalui persamaan berikut

d ∂L ∂L d ∂L ∂L
( )− = 0, ( )− = u.
dt ∂ φ̇ ∂φ dt ∂ ṡ ∂s

Dalam persamaan-persamaan diatas variabel V bergantung pada φ, φ̇, s dan ṡ. Jadi untuk
T dan V seperti diatas diperoleh

∂L 4
= mlṡ cos φ + ml2 φ̇,
∂ φ̇ 3

hal yang sama pula untuk ∂L ∂L


,
∂ ṡ ∂s
dan ∂L
∂φ
.

Latihan 1 Asumsikan bahwa sudut φ dari pendulum dengan garis vertikal diukur. Mis-
alkan pengukuran ini dinyatakan dengan variabel y,yaitu y = φ. Perluh diperhatikan bahwa
y dan variabel yang lainnya juga φ, φ̇, s, ṡ dan u adalah fungsi dari waktu t. Bila vektor
x = (φ, φ̇, s, ṡ)T , maka dapatkan fungsi f (x, u) dan h(x, u) sedemikian hingga pendulum
terbalik bisa diuraikan sebagai

ẋ = f (x, u), y = h(x, u).

dx
Disini ẋ = dt
= (φ̇, φ̈, ṡ, s̈)T .

Latihan 2 Bila variabel L seperti yang diberikan dalam (2.6), maka turunkan persamaan
gerakan dari pendulum terbalik dengan menggunakan persamaan Euler-Lagrange.

Latihan 3 Dalam contoh diatas kereta bergerak secara horizontal. Sekarang diubah kereta
hanya bergerak pada arah vertikal dan hanya gaya vertikal yang bisa berpengaruh, sedan-
gkan gravitasi tetap bertindak secara vertikal. Selidiki bagaimana persamaan berubah dalam
contoh diatas.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


16 P rinsip-prinsip pemodelan..

lintasan
pusat bumi
θ

r ❘ satelit

Gambar 2.3: Dinamika setelit.

2.4.2 Dinamika satelit


Misalkan satelit dengan massa ms mengelilingi bumi sebagai pusatnya. Lihat juga Gam-
bar 2.3. Sebagai satelit yang mengelilingi bumi sebagai lintasannya, dalam hal ini akan
memudahkan bila posisi dan kecepatan disajikan dalam koordinat kutub r dan θ dan tu-
runan pertamanya terhadap waktu t masing-masing adalah ṙ dan θ̇ dengan bumi berpusat
pada posisi pusat lintasan (r = 0).
Kecepatan radial satelit adalah ṙ sedangkan kecepatan tangensialnya adalah r θ̇. Untuk
menggunakan hukum Newton diperlukan kedua kecepatan tsb. selain itu juga percepatan-
nya. Masing-masing percepatan radial dan percepatan tangensial satelit diberikan oleh
r̈ − r θ̇2 dan 2ṙθ̇ + r θ̈. Pengertian mengenai kecepatan/percepatan radial dan tangensial
adalah pengertian yang elementer banyak dijumpai dalam teksbook mekanika.
Gerakan dari satelit mengelilingi bumi akan dipengaruhi gaya grafitasi bumi. Gaya ini
berarah secara radial dan besarnya sama dengan G mrb 2ms , dimana mb menyatakan massa
bumi sedangkan G adalah grafitasi bumi yang dalam hal ini dipertimbangkan konstan.
Selain itu pula berkaitan dengan grafitasi, gaya radial dan gaya tangensial masing-masing
dinotasikan sebagai Fs dan Fθ . Gaya Fr adalah gaya dengan arah menjauhi bumi. Kedua
gaya Fr dan Fθ disebabkan oleh dorongan jet yang ada pada satelit.
Pemakaian dari hukun Newton kedua dalam arah radial dan tangensial menghasilkan
ms (r̈ − r θ̇2 ) = −G mrb m s
+ Fr
2
(2.7)
ms (2θ̇ṙ + r θ̈) = Fθ .
Catatan: Persamaan diatas bisa diperoleh juga dari persamaan Euler-Lagrange. Oleh
karenanya energi kinetik T dan energi potensial V dari satelit diberikan sebgai berikut
T = 21 ms (ṙ 2 + (r θ̇)2 )
V = −G mbrms .
Selajutnya dengan Lagrangian diberikan oleh L = T − V , diperoleh persamaan
d ∂L ∂L
( )
dt ∂ ṙ
− ∂r
= Fr ,

d ∂L ∂L
( )
dt ∂ θ̇
− ∂θ
= Fθ .

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


C ontoh-contoh.. 17

Latihan 4 Asumsikan bahwa jarak r diukur dan dinyatakan dengan y. Selanjutnya diperke-
Fr Fθ T
nalkan vektor x = (r, θ, ṙ, θ̇)T dan u = ( m , ) , dapatkan fungsi-fungsi f (x, u) dan h(x, u)
s ms
sehingga model satelit diatas dapat diuraikan sebagai
ẋ = f (x, u), y = h(x, u).

Latihan 5 Mengacu pada persamaan Lagrangian diatas, turunkan persamaan Euler-Langrange


untuk memperoleh persamaan gerakan dari setelit.

2.4.3 Batang dipanasi


Misalkan suatu batang metal panjang L yang diisolasi dari keadaan sekitarnya kecuali pada
bagian ujung kirinya dimana batang dipanasi oleh suatu pancaran dengan perpindahan
panas u(t).
u(t) ✲
r
0 L
Temperatur batang pada posisi r dengan 0 ≤ r ≤ L dinyatakan oleh T (t, r), dimana r
adalah fariabel yang berkaitan dengan posisi. Agar supaya dapat menentukan perilaku
panas dari batang perlu diketahui distribusi temperatur awal T (t0 , r), 0 ≤ r ≤ L dan
u(t), t ≥ t0 . Keadaan dari sistem adalah T (t, .) : [0, L] → R. Dari hukum fisika diketahui
bahwa T memenuhi persamaan differensial parsial:
∂T (t, r) ∂ 2 T (t, r)
=c , (2.8)
∂t ∂r 2
dimana c adalah suatu konstanta karakteristik batang. Pada bagian sebelah kiri batang
didapat
∂T (t, r)
−A = c, (2.9)
∂t r=0
dimana A luas permukaan-lintang batang. Pada bagian kanan batang karena terisolasi,
diperoleh
∂T (t, r)
= 0. (2.10)
∂t r=L
Evolusi keadaan yang diuraikan oleh persamaan differensial parsial (2.8) dengan kondisi-
kondisi batas (2.9) dan (2.10). Dalam contoh masalah ini masukan hanya masuk melalui
kondisi-kondisi batas. Dalam masalah yang lainnya masukan bisa juga terdistribusi. Apakah
saudara bisa memberikan suatu interpretasi persamaan differensial berikut
∂T (t, r) ∂ 2 T (t, r)
=c + u(t, r)?
∂t ∂r 2


Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


18 P rinsip-prinsip pemodelan..

2.4.4 Rangkaian Elektrik


Misalkan jaringan berikut yang terdiri dari resistor R, kapasitor C dan kumparan L.
Jaringan dihubungkan dengan voltage drop V dan voltage drop pada kapasitor diukur.
Arus dinotasikan dengan I.
I
R

V C VC
L

Bila VR , VC dan VL masing-masing menyatakan voltage drop pada resistor, kapasitor dan
kumparan, maka dari hukum elektrik yang telah disebutkan pada subbagian sebelumnya
diperoleh
1 dI
VR = RI, VC = Q, VL = L ,
C dt
dimana Q menyatakan muatan elektrik pada kapasiator yang memenuhi I = dQ dt
. Menurut
hukum Kirchhoff V = VR + VC + VL . Jadi
1 dI dQ
V = RI + Q+L , I = . (2.11)
C dt dt
Sekarang disusun kembali persamaan diatas sebagai berikut
       

 d Q 0 1 Q 0

 = 1 + 1 V,
 dt I − LC −R L
I L

  

 Q
 1
 VC = ( C 0)
I

Didefinisikan u = V, y = VC dan
     
Q 0 1 0 1
x= ,A = 1 ,B = 1 ,C = ( 0)
I − LC −RL L C
dimana perlu ditekankan bahwa C yang baru didefinisikan adalah matriks yang berukuran
1×2 hal ini dijelaskan supaya tidak ada kebingungan dengan kapasitor yang juga digunakan
dengan simbol yang sama. Dengan cara penulisan tsb. didapat uraian sistem berikut ini

ẋ = Ax + Bu, y = Cx.

Catatan : Eleminasi I dari persamaan (10.1) menghasilkan persamaan differensial biasa


tingkat dua dengan koefisien konstan sebagaimana berikut
d2 Q dQ 1
L 2 +R + Q = V. (2.12)
dt dt C

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


C ontoh-contoh.. 19

Jenis dari persamaan ini tidak hanya terjadi dalam pemodelan jaringan elektrik, tetapi
juga muncul pada disiplin lainnya. Misalnya, ketika memodelkan suatu struktur makanika
seperti dalam Gammbar 2.4 berikut.

Fl ✲
tembok M

f ✲
s

Gambar 2.4: Struktur Mekanika.

Struktur terdiri dari suatu massa M dihubungkan ke tembok vertikal melalui suatu pe-
gas dengan konstanta pegas k dan suatu peredam dengan faktor redaman f . Pada massa
bekerja suatu gaya luar Fl , dalam hal ini diasumsikan massa bergerak hanya secara hor-
izontal grafitasi tidak mempunyai peranan. Bila s menyatakan posisi massa dari posisi
setimbangannya. Menurut hukum kedua Newton
M s̈ = −ks − f ṡ + Fl .
Jadi
M s̈ + f ṡ + ks = Fl .
Persamaan ini serupa dengan Persamaan (2.12) yang telah diturunkan pada jaringan listrik
sebelumnya. Yaitu
1 dQ d2 Q
L ≡ M, R ≡ f, ≡ k, ≡ ṡ dan ≡ s̈.
C dt dt2
Contoh lain dari persamaan jenis ini bisa didapat pada pemodelan phenomena dalam
disiplin seperti akustik, kimia dan hidrolik.

2.4.5 Dinamika populasi


Misalkan suatu populasi tertutup manusia dalam suatu negara, atau populasi binatang
atau organisme di alam. Misalkan N(t) menyatakan banyaknya individu di dalam popu-
lasi pada waktu t. Asumsikan bahwa N(t) sebegitu besar dan merupakan suatu fariabel
kontinu. Bila B(t, t + δ) dan D(t, t + δ) masing-masing menyatakan banyaknya kelahiran
dan kematian dalam interval (t, t + δ], maka konservasi dari induvidu-induvidu diberikan
oleh
N(t + δ) − N(t) = B(t, t + δ) − D(t, t + δ).
Misalkan
B(t, t + δ) = b(t)δ + o(δ), D(t, t + δ) = d(t)δ + o(δ)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


20 P rinsip-prinsip pemodelan..

dimana o(δ) menyatakan suatu fungsi yang cenderung lebih cepat menuju ke nol dari pada
δ. Masing-masing fungsi b(t) dan d(t) adalah fungsi laju kelahiran dan laju kematian. Lagi
pula diasumsikan b(t) dan d(t) masing-masing berbanding lurus dengan N(t), yaitu

b(t) = bN(t) dan d(t) = dN(t)

untuk konstanta b dan d. Jadi

N(t + δ) − N(t) = (b − d)N(t)δ + o(δ).

Didefinisikan r = b−d, bagi kedua ruas persamaan diatas dengan δ dan untuk δ mendekati
nol diperoleh
Ṅ (t) = rN(t).
Persamaan ini mempunyai penyelesaian N(t) = N(t0 )er(t−t0 ) . Terlihat bahwa, banyaknya
individu meningkat bila r > 0 dan menurun bila r < 0.
Umumnya laju pertumbuhan dari suatu populasi bergantung pada beberapa faktor
selain dari pada yang telah disebutkan diatas yaitu hanya tergantung pada laju kelahiran
dan kematian. Khususnya sering tergantung pada bagaimana interaksi internal popolasi
tsb. Misalnya, kepadatan populasi dari suatu negara, maka laju kematian bisa meningkat
karena akibat keterbatasan tempat dan sumber-sumber alam, atau karena kerentanan yang
tinggi terhadap penyakit. Asumsikan populasi tidak akan terdiri lebih dari K > 0 individu.,
model diatas bisa dimodifikasi sebagai berikut

N(t)
Ṅ (t) = r(1 − )N(t).
K
Persamaan ini disebut sebagai persamaan L ogistik.
Selanjutnya model bisa dimodifikasi dalam cara berikut. Disini diasumsikan bahwa
spesies dari populasi diatas adalah mangsa dari populasi lainnya yaitu pemangsa yang
terdiri dari M(t) individu. Dalam hal ini cukup beralasan diasumsikan r > 0, sehingga
persamaan sebelumnya berubah menjadi

N(t)
Ṅ (t) = r(1 − )N(t) − αN(t)M(t)
K
dengan α > 0. Modifikasi ini berarti bahwa laju penurunan mangsa berbanding lurus
dengan mangsa dan pemangsanya. Sebagai model dari pemangsa, persamaan berikut bisa
digunakan
Ṁ (t) = −cM(t) + βN(t)M(t)
dengan c > 0 dan β > 0. Kedua persamaan yang disebutkan diatas secara bersamaan
dinamakan model m angsa-pemangsa. Catatan, bila r > 0 berarti bahwa populasi mangsa
mempunyai suatu kecenderungan alamia meningkat, sedangkan bila c > 0 populasi pe-
mangsa mempunyai kecenderungan alamia menurun.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


C ontoh-contoh.. 21

Sekarang diasumsikan banyaknya mangsa bisa tak terbatas (k = ∞). Hal ini bisa
dipikirkan ikan-ikan kecil sebagai mangsa dan ikan salam sebagai pemangsanya. Asum-
sikan bahwa dengan adanya faktor penangkapan u1 (t) terhadap mangsa begitu juga fak-
tor penangkapan u2 (t) terhadap pemangsa. Model sebelumnya dari mangsa-pemangsa
berubah sebagai berikut

Ṅ(t) = rN(t) − αN(t)M(t) − N(t)u1 (t)


= (r − αM(t) − u1 (t))N(t)

Ṁ (t) = βN(t)M(t) − cM(t) − M(t)u2 (t)


= (βN(t) − c − u2 (t))M(t)

Jenis model ini dikenal sebagai suatu model dari V olterra-Lotka. Bila banyaknya ikan
salam dimonitor dengan suatu cara adalah y(t), maka model yang telah ada bisa diuraikan
sebagai suatu sistem berbentuk
ẋ(t) = f (x(t), u(t))
y(t) = h(x(t), u(t)),
dimana
x(t) = (x1 (t) x2 (t))T = (N(t) M(t))T ,
u(t) = (u1 (t), u2 (t))T
dan fungsi  
(r − αx2 − u1 )x1
f (x, u) = ,
(βx1 − c − u2 )x2

h(x, u) = x2 .

Latihan 6 Untuk masing-masing model diatas dapatkan situasi stasioner. Situasi ini
adalah situasi dimana variabel-variabel tetap pada tingkat konstan, oleh karenanya turunan
terhadap waktu adalah nol.

2.4.6 Ketergantungan umur dinamika populasi


Misalakan lagi suatu populasi. Untuk mengungkapkan ukuran populasi N sebagai fungsi
dari laju kelahiran b, misalkan P (r, t) probabilitas seseorang lahir pada waktu t − r, ia
tetap hidup pada waktu t (dimana dia berumur umur r). Maka
Z t
N(t) = P (t − s, t)b(s)ds.
−∞

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


22 P rinsip-prinsip pemodelan..

Disini diasumsikan bahwa fungsi P dan b sedemikian hingga integral diatas terdifisi dengan
baik. Adalah beralasan untuk mengasumsikan bahwa P (r, t) = 0 dengan r > L untuk
L > 0 (tak seorangpun akan mencapai umur lebih dari L). Maka

Zt
N(t) = P (t − s, t)b(s)ds.
t−L

Bila p kontinu dalam semua argumennya dan bila b kontinu bagian demi bagian (yaitu b
diskontinu di sejumlah hingga titik disetiap interval hingga dan limit kiri dan kanan dari
b dititik diskontinu ada), maka integral diatas ada.
Kembali pada integral yang semula dan asumsikan bahwa suatu fungsi g ada sedemikian
hingga P (t − s, s) = g(t − s), didapat

Zt
N(t) = g(t − s)b(s)ds.
−∞

Bila integral ini ada untuk semua fungsi laju kelahiran b yang bisa diterima, maka akan di-
tunjukkan kemudian bahwa hal ini bisa diinterpretasikan sebagai suatu sistem masukan/ke-
luaran invarian-waktu dan kausal ketat (strictly causal). Pengertian dari invarian waktu
dan kausal (ketat) akan dibuat secara tepat pada subbagian mendatang. Secara harfiah in-
varian waktu berarti bahwa waktu (kalender) mutlak tidak berperan sedangkan kekausalan
berarti bahwa keadaan mendatang tidak mempengaruhi proses perilaku yang terjadi saat
ini. Untuk sistem yang demikian probabilitas bahwa seseorang tetap hidup mencapai usia
r hanya ditentukan oleh r sendiri bukan oleh tanggal kelahirannya.

Latihan 7 Misalkan p menyatakan densiti populasi yang bergantung pada waktu t dan
umur r. Banyaknya orang yang berumur diantara r dan r + dr pada saat waktu tertentu
t diberikan oleh p(t, r). Didifinisikan angka kematian µ(t, r) sebagai berikut: µ(t, r)drdt
adalah sebagian kecil orang yang berumur diantara [r, r + dr] yang meninggal pada interval
waktu [t, t + dt]. Tunjukkan bahwa p memenuhi persamaan differensial berikut:

∂p ∂p
+ = −µp. (2.13)
∂r ∂t
Misalkan distribusi umur awal diberikan oleh:

p(0, r) = p0 (r), 0 ≤ r ≤ 1,

dan angka kelahiran


p(t.0) = u(t), t ≥ 0.
Disini diasumsikan bahwa umur r diskala sedemikian hingga tak seorangpun mencapai umur
r > 1. Fungsi u(t) adalah masukan dari sistem dan y(t) sebagai keluaran dari sistem

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


C ontoh-contoh.. 23

misalnya dalam hal ini adalah banyaknya orang yang berumur diantara a dan b dengan
0 < a < b < 1 yang berarti bahwa
Z b
y(t) = p(t, r)dr.
a

2.4.7 Bioreaktor
Tinjau suatu bioreaktor yang disajikan dalam Gambar 2.5. Dalam reaktor terdapat biomassa

biomassa
qm q
✲ + ✲
gula
D D

Gambar 2.5: Bioreaktor.

(organisma) yang diberi makanan gula (nutrisi). Nutrisi tambahan disuplai prodak mening-
galkan reaktor. Dinotasikan hal berikut

• p(t) adalah konsentrasi biomassa dalam reaktor (g/l)

• q(t) adalah konsentrasi gula dalam reaktor (g/l)

• qm (t) adalah konsentrasi gula yang dialirkan kedalam reaktor (g/l)

• D(t) adalah aliran dari air-gula yang melewati reaktor (1/det yaitu fungsi dari isi
reaktor per detik)

Persamaan yang dibentuk reaksi didalam reaktor diberikan sebagai berikut


   
d p pertumbuhan alamia − Dp
=
dt q konsumsi alamia − Dq + Dqm

dimana masing-masing Dp dan Dq menyatakan jumlah biomassa dan jumlah gula yang
keluar dari reaktor dan Dqm jumlah gula yang disuplai ke dalam reaktor. Untuk melengkapi
uraian matematik beberapa hukum empirik yang berkaitan dengan biomassa dan konsen-
trasi gula digunakan. Disini hukum-hukum menyatakan bahwa pertumbuhan biomassa
sebanding dengan konsentrasinya begitu juga komsumsi dari gula sebanding dengan kon-
sentrasinya. Selanjutnya, diasumsikan bahwa kesebandingan tsb. hanya bergantung pada
konsentrasi gula. Jadi ada fungsi µ dan ν masing-masing bergantung pada konsentrasi

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


24 P rinsip-prinsip pemodelan..

gula yang menentukan laju pertumbuhan biomassa dan laju pertumbuhan komsumsi gula,
hubungannya diberikan oleh persamaan berikut
   
d p µ(q)p − Dp
= .
dt q −ν(q)p − Dq + Dqm

Latihan 8 Asumsikan aliran air-gula dalam reaktor D adalah tetap, tetapi konsentrasi
gula qin dalam aliran ini dapat dikontrol. Selanjutnya asumsikan bahwa konsentrasi dalam
gula dari aliran yang keluar diukur. Uraikan proses diatas sebagai suatu sistem dengan
keadaan masukan dan keluaran.

Latihan 9 Seperti halnya persamaan diatas, tetapi sekarang konsentrasi gula qin dalam
aliran yang masuk adalah tetap dan banyaknya aliran D bisa dikontrol.

2.4.8 Transport polusi


Tijau suatu sungai (’dimensi-satu’) terkontaminasi oleh material organik yang terlarut
dalam air. Aksi dari bakteri ini menurunkan kadar air.

sungai v ✲

Dinotasikan yang berikut ini

• ρ(r, t) adalah kepadatan pollutan didalam sungai pada posisi r dan waktu t (kg/m)

• v(r, t) adalah kecepatan pollutan dan air dalam sungai pada posisi r dan waktu t
(m/det)

• q(r, t) adalah fluks pollutan didalam sungai pada posisi r dan waktu t (kg/det)

• k(r, t) adalah perubahan yang mana pollutan meningkat didalam sungai pada posisi
r dan waktu t (kg/(mdet))

Konservasi massa bisa diungkapkan sebagai berikut

∂ρ ∂q
+ = k.
∂t ∂r
Dalam hal ini dua hal bisa dipertimbangkan

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


C ontoh-contoh.. 25

1. Hanya terdapat afeksi. Maka ρ, q dan v direlasikan oleh q = ρv. Ini berarti bahwa
fluks pollutan hanya disebabkan oleh phenomena tranportasi.

2. Hanya terdapat diffusi. Maka ρ dan q direlasikan oleh q = −µ ∂ρ


∂r
, dimana µ adalah
konstanta yang bergantung pada posisi r dan waktu t.

Bila diffusi dan afeksi digabungkan maka q = ρv − µ ∂ρ


∂r
. Asumsikan bahwa µ konstan
tidak tergantung pada posisi r dan waktu t dan v tidak tergantung pada r tetapi hanya
bergantung pada t, maka persamaan konservasi massa bisa ditulis sebagai
∂ρ ∂ ∂ρ ∂2ρ ∂ρ
= − (ρv − µ ) + k = µ 2 − v +k
∂t ∂r ∂r ∂r ∂r
Untuk memodelkan aksi bakteri yang menurunkan kadar air dan peranan industri, asum-
sikan k = −νρ + β, dimana ν tidak tergantung pada r dan t dan β adalah suatu besaran
pollutan yang disebabkan oleh industri. Maka diperoleh persamaan berikut
∂ρ ∂2ρ ∂ρ
=µ 2 −v − νρ + β.
∂t ∂r ∂r
Catatan : Dengan konstanta µ, v dan ν persamaan terakhir secara formal bisa ditulis se-
bagai
ẋ = Ax + β,
∂2 ∂
dimana x = ρ dan A = µ ∂r 2 − v − ν adalah mapping linier diantara ruang fungsi yang
∂r
sesuai.

2.4.9 Sistem Biomedikal


Dalam contoh ini diturunkan suatu model sistem non-engineering. Bila suatu obat diin-
jeksikan kedalam tubuh, secara tiba-tiba akan menaikkan konsentrasi dari obat didalam
darah. Dalam beberapa saat, beberapa bagian obat diedarkan dari aliran darah (pengelu-
aran yang berhubungan dengan ginjal) dan sisa bagian obat yang lainnya diubah kedalam
senyawa kimia (metabolisma). Sebagai suatu hasil, konsentarasi obat didalam tubuh secara
berangsur-angsur berkurang. Akan dibuat suatu model matematika dari proses yang mana
konsentrasi obat pada sebarang waktu setelah injeksi dapat dihitung. Catatan bahwa, ben-
tuk dari obat yang dimasukkan adalah suatu injeksi satu-suntikan, injeksi pada interval
teratur atau infusi kontinu melewati suatu tetesan garis.
Peubah-peubah dalam masalah ini adalah

densitas obat atau konsentrasi = c(t), (mg/liter)


laju masuknya obat = qi (t), (mg/det)
laju keluarnya obat = qo (t), (mg/det).

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


26 P rinsip-prinsip pemodelan..

Secara umum, laju volume dari keluarnya obat (pengeluran yang berhubungan dengan
ginjal + metabolisma) adalah konstan, misalnya K. Oleh karena itu

qo (t) = Kc(t). (2.14)

Juga, total volume dari darah dalam tubuh adalah konstan, misalnya V . Jadi K dan V
adalah dua parameter dalam sistem. Dengan mengikuti hukum kontinuitas persamaan
yaitu
laju yang masuk = laju yang keluar + laju dari akumulasi. (2.15)
didapat
dV c(t)
qi (t) = qo (t) + .
dt
Substitusikan Persamaan (2.14) pada persamaan yang terakhir didapat

dc(t)
V + Kc(t) = qi (t). (2.16)
dt


2.4.10 Suatu sistem Ketinggian Zat Cair


Gambar 2.6 menunjukkan sistem tingkat zat cair. Cairan yang mengalir masuk dan yang
mengalir keluar (inflow dan outflow) dari tangki dikontrol oleh katup inlet dan outlet.

Q + qi

katup inlet

H + hi C R
Q + qo
katup outlet

Gambar 2.6: Sistem Ketinggian Zat Cair

Dalam kondisi steadi katup-katup buka sehingga laju dari inflow sama dengan laju dari
outflow. Dalam kondisi ini, tingkat (ketinggian) cairan dalam tangki akan menjadi konstan.
Selanjutnya, asumsikan bahwa secara meningkat katup inlet buka, laju inflow meningkat.
Suatu hal menarik bagaimana mendapatkan ketinggian cairan didalam tangki yang berubah
seiring dengan berubahnya waktu.
Peubah dari sistem adalah laju aliran input dan output; dan ketinggian cairan dalam
tangki. Parameter-parameter adalah resistan katup R dan luasan melintang dari tangki.
Pertama dibahas karakteristik dari katup.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


C ontoh-contoh.. 27

Bila aliran yang melewati katup adalah laminar, laju aliran dan beda didalam ketinggi-
an cairan yang melintasi katup yang dinamakan ’head’, adalah berhubungan dengan hukum
Ohm, yaitu
H
Q= , (2.17)
R
dengan

Q = laju aliran cairan yang melintasi katup;


H = head yang melintasi katup;
R = resistan (tahanan) dari katup.

Apapun itu, yang lebih biasa aliran adalah turbulen. Dalam hal ini hubungan diantara
laju aliran dan head adalah non-linear yang diberikan oleh
r
H
Q= . (2.18)
R
Meggunakan hubungan non-linear ini menyebabkan model sistem yang dibahas juga non-
linear. Analisa dengan model non-linear akan lebih kompleks, oleh karena itu menggunakan
suatu model linear lebih disukai. Untuk mendapatkan suatu model linear, suatu cara yang
disebut pelinearan disekitar suatu titik sering digunakan.
Hubungan Persamaan 2.18 diberikan dalam Gambar 2.7.

Laju aliran
Q
P
Q1
h

0 H1 Head H

Gambar 2.7: Karakteristik Katup

Kemiringan dari kurva karakteristik katup adalah berbeda pada titik-titik yang berbeda.
Bagaimanapun bila diasumsikan bahwa perubahan pada head adalah kecil disekitar titik
P (Q1 , H1 ), maka ’penaikan’ resistan adalah konstan disekitar P , yaitu
h h
= R atau q = . (2.19)
q R
Persamaan (2.19) memberikan suatu hubungan linear diantara perubahan kecil q dan h
disekitar titik P (Q1 , H1 ).

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


28 P rinsip-prinsip pemodelan..

Kembali pada masalah model sistem ketinggian cairan yang diberikan oleh Gambar 2.6.
Pertanyaan yang perluh dijawab adalah hukum fisika apa untuk membangun aliran fluida
pada situasi ini? Dengan kata lain, apa hubungan diantara laju inflow, laju outflow dan
ketinggian cairan? Hubungan yang demikian ini dapat diturunkan dari suatu prinsip umum
yang dinyatakan sebagai berikut.
input = output + akumulasi. (2.20)
Persamaan (2.20) dinamakan persamaan kontinuitas dan berguna dalam berbagai sistem
fisika, misalnya perpindahan massa, perpindahan panas, sistem aliran dsb. Bahkan hukum
arus Kirchhoff pada suatu titik bisa dipandang sebagai suatu bentuk khusus dari persamaan
kontinuitas. Tidak ada akumulasi dari arus pada satu titik. Maka dari itu laju inflow arus
harus sama dengan laju outflow arus pada suatu titik. Dengan kata lain arus yang masuk
pada suatu titik sama dengan arus yang keluar dari suatu titik.
Pada masalah yang dibahas, laju dari aliran input dan output adalah penting. Lakukan
derivatif pada Persamaan (2.20), didapat
laju inflow = laju outflow + laju dari akumulasi. (2.21)

Akumulasi dari cairan dalam tangki adalah luasan melintang dikalikan dengan peruba-
gan ketinggian cairan, atau akumulasi = A × h. Oleh karena itu, laju akumulasi = A dh(t)
dt
.
Sehingga didapat
dh(t)
qi (t) = qo (t) + A . (2.22)
dt
Tetapi dari Persamaan (2.19), didapat
h
qo (t) =
. (2.23)
R
Substitusikan Persamaan (2.23) kedalam Persamaan (2.22), didapat
dh(t)
AR + h(t) = Rqi (t). (2.24)
dt
Bandingkan bentuk model Persamaan (2.24) dengan model rangkain elektrik yang diberikan
oleh Gambar berikut.
v(t)
b

i(t) R C

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


C ontoh-contoh.. 29

Gunakan Hukum arus dititik Kirrchoff didapat


dv(t) v(t)
C + = i(t),
dt R
atau
dv(t)
+ v(t) = Ri(t).
CR (2.25)
dt
Terlihat bahwa Persamaan (2.24) dan Persamaan (2.25) mempunyai kesamaan bentuk .


2.4.11 Sistem dua kereta glinding


Diberikan sistem dua kereta glinding sebagai mana dalam Gambar 2.8. Misalkan M1 , M2
dan p(t), q(t) masing-masing menyatakan massa kereta 1, kereta 2 dan posisi kereta 1,
kereta 2, sedangkan b1 , b2 adalah damping (peredam) dari kereta 1, kereta 2 dan u(t)
adalah gaya luar yang bekerja pada sistem.

p(t)
q(t)
k2 k1
Kereta 2 Kereta 1 u(t)
M2 M1
b2 b1

Gambar 2.8: Dua Kereta Glinding

Dengan menggunakan hukum kedua Newton, untuk massa M1 didapat


M1 p̈(t) = u(t) + fs + fd = u(t) − k1 (p(t) − q(t)) − b1 (ṗ(t) − q̇(t)),
atau
M1 p̈(t) + b1 ṗ(t) + k1 p(t) = u(t) + k1 q(t) + b1 q̇(t), (2.26)
dengan masing-masing p̈(t) dan q̈(t) adalah percepatan massa M1 dan M2 . Dengan cara
serupa, untuk massa M2 didapat
M2 q̈(t) = k1 (p(t) − q(t)) + b1 (ṗ(t) − q̇(t)) − k2 q(t) − b2 q̇(t),
atau
M2 q̈(t) + (k1 + k2 )q(t) + (b1 + b2 )q̇(t) = k1 p(t) + b1 ṗ(t). (2.27)
Dengan demikian model dari sistem diberikan oleh gabungan dari Persamaan (2.26) dan
(2.27).


Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


30 P rinsip-prinsip pemodelan..

2.4.12 Ekonomi nasional


Tinjau model sederhana berikut dari ekonomi nasional suatu negara. Misalkan
y(k) total pendapatan nasional di tahun ke-k
c(k) pembelanjaan konsumer di tahun ke-k
i(k) investasi di tahun ke-k
u(k) pembelanjaan pemerintah di tahun ke-k
Untuk model diatas dibuat asumsi berikut
1. y(k) = c(k) + i(k) + u(k)
2. Pembelanjaan konsumer adalah suatu fungsi dari total pendapatan tahun sebelum-
nya: c(k) = my(k − 1) dimana 0 ≤ m ≤ 1
3. Investasi di tahu ke-k bergantung pada peningkatan pembelanjaan konsumer dari
tahun ke-(k − 1) ke tahun ke-k: i(k) = µ(c(k) − c(k − 1)), dimana µ konstanta positif.
Catatan, asumsi pertama adalah jenis konservasi, sedangkan dua asumsi lainnya berdasarkan
pada observasi.
Dengan asumsi diatas evolusi dari ekonomi nasional bisa diuraikan sebagai berikut.
i(k + 1) − µc(k + 1) = −µc(k)
c(k + 1) = my(k) = m(i(k) − µc(k)) + m(1 + µ)c(k) + mu(k)
Bila vektor keadaan didefinisikan sebagai x(k) = (x1 (k), x2 (k))T dengan x1 (k) = i(k) −
µc(k) dan x2 (k) = c(k), maka persamaan evolusi keadaan diberikan oleh
      
x1 (k + 1) 0 −µ x1 (k) 0
= + u(k)
x2 (k + 1) m m(1 + µ) x2 (k) m
dan persamaan keluaran diberikan oleh
 
x1 (k)
y(k) = (1 1 + µ) + u(k)
x2 (k)
Dalam hal ini diperoleh suatu sistem diskrit waktu-invarian dari model ekonomi nasional.
Latihan 10 Misalkan pemerintah memutuskan untuk menghentikan pembelanjaan dari
tahun k = 0. Jadi u(k) = 0 untuk k ≥ 0. Selanjutnya misalkan bahwa dalam tahun
k = 0 konsumen tidak membelanjakan uangnya dan investasi sama dengan 1. Jadi,
c(0) = 0, i(0) = 1. Selidiki bagaimana total pendapatan nasional berubah untuk k ≥ 0.
Latihan 11 Untuk model ekonomi diatas, dapatkan situasi stasioner bila u(k) = 1 untuk
semua k, yaitu situasi yang tidak berubah lagi dengan adanya perubahan tahun bila u(k) = 1
untuk semua k.


Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


Bab 3
Sistem differensial linier

Pada bab ini dikaji suatu sistem yaitu sistem linier. Pada kajian ini akan diuraikan
bagaimana mendapatkan sistem linier dari suatu sistem non-linier, hal ini dikenal de-
ngan apa yang dinamakan dengan pelinearan
pelinearan. Namum sebelum itu, pada bagian berikut
ini diberikan suatu diskripsi dari suatu sistem yang berkenaan dengan hubungan diantara
masukan dan keluaran serta kajian "dalam" (internal) dari sistem tsb.
Fenomena perilaku yang terkenal dari sistem dinamis adalah munculnya keluaran tanpa
adanya masukan. Efek ini dijelaskan setelah diketahui bahwa penyimpanan energi inter-
nal dalam sistem pada awal waktu respons akan menghasilkan keluaran. Jenis perilaku
ini disebut sebagai respons nol-masukan sistem. Alternatifnya, produksi keluaran yang
hanya disebabkan oleh masukan ketika tidak ada penyimpanan energi pada awal waktu
respons disebut sebagai respons keadaan-nol. Kedua kelas respons ini bertanggung jawab
atas semua kemungkinan keluaran dan dalam kasus sistem linier kita selalu dapat me-
nguraikan keluaran apa pun menjadi jumlah keluaran yang diambil dari masing-masing
kelas ini. Dalam bab ini, kita akan menggunakan contoh sistem orde dua bersama-sama
dengan respons input-nol dan respons keadaan-nol untuk memperkenalkan pembaca pada
penggunaan ruang keadaan dalam memodelkan perilaku sistem dinamis linier.

3.1 Review Sistem Orde Kedua


Proses fisik yang biasa ditemui yang akan kita gunakan dalam dua bagian berikutnya untuk
memperkenalkan pemodelan keadaan sistem dinamis linier adalah rangkaian listrik yang
dibentuk dengan menghubungkan resistor konstan ideal Re , induktor Le , dan kapasitor Ce
secara seri dalam loop tertutup seperti yang ditunjukkan pada gambar. pada Gambar 3.1
Misalkan sakelar ditutup pada t = ts < 0 sehingga ada aliran arus i(t), t > 0, dan
tegangan melintasi kapasitor y(t), t > 0. Kemudian dengan menerapkan hukum tegangan
Kirchhoff menghasilkan
di(t)
Re i(t) + Le + y(t) = 0,
dt
31
32 S istem differensial linier..

Gambar 3.1: Sirkuit listrik dengan kapasitor bermuatan. Sakelar ditutup sebelum t = 0

dimana arus dalam rangkaian tergantung pada tegangan kapasitor sebagai


dy(t)
i(t) = Ce .
dt
Menggabungkan persamaan-persamaan ini menghasilkan persamaan diferensial orde dua
pada tegangan kapasitor, y(t),
d2 y(t) dy(t)
2
+ a1 + a2 y(t) = 0 (3.1)
dt dt
dimana
Re 1
a1 =, a2 =
L3 Le Ce
dan kita mengacu pada tegangan kapasitor sebagai keluaran sistem.

3.1.1 Pola perilaku


Persamaan diferensial (3.1) dikatakan mengatur evolusi keluaran, y(t), karena ia bertin-
d2 y(t)
dak sebagai pembatas yang menghubungkan y(t), dy(t) dt
dan dt2
, satu sama lain pada
setiap saat . Kita akan melihat sekarang bahwa setelah kondisi awal, yaitu nilai kelu-
aran awal, y(0), dan turunan awal keluaran, ẏ(0), ditentukan, persamaan diferensial, (3.1),
menentukan keluaran secara lengkap y(t), untuk semua waktu positif t ∈ (0, ∞). Kita
mendapatkan y(t) sebagai berikut.
Misalkan kita memiliki y(t) sehingga (3.1) terpenuhi. Kemudian menunjukkan turunan
dari y(t) sebagai
dy(t) d2 y(t)
= g(t), = h(t)
dt dt2
kita melihat bahwa persamaan (3.1) menjadi
h(t) + a1 g(t) + a2 y(t) = 0. (3.2)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


R eview Sistem Orde Kedua.. 33

Sekarang satu-satunya cara persamaan ini dapat berlaku untuk semua t > 0 adalah
untuk h(t) dan g(t) menjadi kelipatan skalar dari y(t) di mana

g(t) = sy(t), h(t) = s2 y(t). (3.3)

Jika tidak, persamaan (3.2) hanya dapat dipenuhi pada waktu tertentu. Oleh karena itu
dengan asumsi tsb. (3.2) menjadi
p(s)y(t) = 0, (3.4)
di mana p(s) adalah polinomial berderajat dua

p(s) = s2 + a1 s + a2 .

Akhirnya, persamaan (3.4) berlaku untuk semua waktu t, ketika y(t) tak-nol untuk semua
waktu t, yaitu solusi trivial, jika dan hanya jika salah satu dari akar, {λi : i = 1, 2} dari
p(s),
r 
a1 a1 2
p(s) = (s − λ1 )(s − λ2 ), λ1,2 = − ± − a2 . (3.5)
2 2
Kembali ke syarat bahwa y(t) dan turunannya harus merupakan kelipatan skalar kon-
stan, persamaan (3.3), fungsi yang memiliki sifat ini adalah fungsi eksponensial. Fungsi
penting ini dilambangkan sebagai est dan memiliki ekspansi deret

X (st)i
st
e = (3.6)
i=0
i!

di mana i!, (i faktorial), adalah hasil kali


(
(i)(i − 1)(i − 2) · · · (1), i > 0
i! =
1, i = 0.

Perhatikan bahwa sedikit aljabar menunjukkan kepada kita bahwa turunan dari est , per-
samaan (3.6), memiliki sifat
dest
= sest .
dt
Sekarang kita lihat dari penjelasan sebelumnya bahwa est memenuhi persamaan (3.1)
ketika s = λ1 atau λ2 . Oleh karena itu, setiap kombinasi linier dari eλ1 t dan eλ2 t memenuhi
persamaan (3.1) sehingga output y(t) diberikan secara umum sebagai

y(t) = k1 eλ1 t + k2 eλ2 t , λ1 6= λ2 , (3.7)

dimana ki , i = 1, 2 adalah skalar konstan yang dipilih sehingga y(t) memenuhi kondisi
awal. Kita dapat melakukan ini dengan menyelesaikan persamaan yang dihasilkan dari

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


34 S istem differensial linier..

pengaturan nilai yang diberikan untuk kondisi awal, y(0) dan ẏ(0), sama dengan nilai yang
ditentukan dari persamaan (3.7), yaitu dengan menyelesaikan
    
y(0) 1 1 k1
= , (3.8)
ẏ(0) λ1 λ1 k 2
untuk k1 , k2 . Perhatikan bahwa kita dapat melakukan ini hanya jika λ1 6= λ2 . Untuk
melanjutkan saat λ1 = λ2 kita mengganti persamaan (3.7) dengan

y(t) = (k1 + k2 t)eλ1 t , λ1 = λ2 (3.9)

dan tentukan ki , i = 1, 2 dari persamaan yang sesuai untuk memastikan bahwa kondisi
awal terpenuhi.
Kembali ke perilaku proses fisik yang sedang dianalisis, perhatikan bahwa karena Re , Le ,
dan Ce , adalah real, sebagaimana adanya. Akibatnya akar λi , i = 1, 2 dari p(s) persamaan
(3.5), keduanya real atau keduanya kompleks. Selain itu, ketika akar-akar ini kompleks,
mereka adalah berkonjugasi satu sama lain, yaitu λ1 = λ∗2 .
Secara lebih umum, jika semua koefisien polinomial dengan derajat apa pun adalah
real, setiap akar kompleks harus dicocokkan dengan akar lain yang merupakan konjugat
kompleksnya. Sifat ini penting dalam konteks perilaku proses fisik linier karena parameter
proses ini, misalnya massa, konduktivitas panas, kapasitansi listrik, adalah selalu real
sehingga koefisien dari p(s) selalu real.
Sekarang plot output, y(t), versus waktu t, mengungkapkan bahwa ada dua pola dasar
untuk perilaku output tergantung pada apakah λi , i = 1, 2 adalah pasangan konjugasi real
atau kompleks.
Jika λi , i = 1, 2 nya real, kita lihat dari persamaan (3.8) bahwa ki , i = 1, 2 nya juga real
dan outputnya y(t), t ∈ (0, ∞) diberikan sebagai persamaan (3.7) atau (3.9). Dalam hal ini
kita melihat bahwa tegangan keluaran y(t) menunjukkan paling banyak satu maksimum
dan meluruh tanpa osilasi ke sumbu waktu karena t cenderung tak terhingga. Perhatikan
dari persamaan (3.5) bahwa λi , i = 1, 2 adalah real asalkan parameter Re , Le , Ce memiliki
2
nilai sedemikian sehingga a21 ≥ a2 .
2
Alternatifnya, jika λi , i = 1, 2 adalah kompleks, yaitu jika a21 < a2 , maka kita lihat
dari (3.5) bahwa λ1 = λ∗2 dan dari (3.8) bahwa k1 = k2∗ . Jadi kl eλ1 t dan k2 eλ2 t adalah
kompleks konjugasi satu sama lain dan jumlahnya menghasilkan y(t), persamaan (3.7),
adalah real. Memasukkan hubungan konjugasi ini untuk λi , i = 1, 2 dan ki , i = 1, 2 dalam
persamaan (3.7) memungkinkan kita untuk menulis keluaran sebagai osilasi teredam

y(t) = 2|k1 |eRe(λ1 )t cos(Im(λ1 )t + θ) (3.10)

dimana

k1 = Re(k1 ) + iIm(k1 )
 
−1 Im(k1 )
θ = tan .
Re(k1 )

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


R eview Sistem Orde Kedua.. 35

Jadi kita melihat dari (3.10) bahwa tegangan output melintasi kapasitor, y(t), berayun
bolak-balik dari nilai awalnya ke nilai yang lebih kecil dari polaritas bolak-balik. Peri-
laku ini analog dengan perilaku posisi bandul berayun bebas. Tegangan kapasitor (posisi
pendulum) akhirnya menjadi nol karena hilangnya energi panas dari sistem akibat adanya
Re (gesekan). Dalam analogi ini, tegangan dan arus dalam rangkaian listrik dianalogikan
dengan posisi dan kecepatan masing-masing dalam proses mekanis. Induktansi Le analog
dengan massa karena induktansi menahan perubahan arus yang melalui dirinya sendiri
sedangkan efek inersia massa menyebabkan massa menolak perubahan kecepatannya.
Selain itu, perhatikan dari persamaan (3.10) bahwa frekuensi osilasi, Im(λ1 ), serta
konstanta waktu yang terkait dengan peluruhan amplitudo osilasi, (Re(λ1 ))−1 , masing-
masing independen. dari kondisi awal dan bergantung pada parameter sistem, Re , Le , Ce
saja, yaitu, pada al , a2 saja.
Diskusi sebelumnya mengarah pada karakterisasi berikut dari respons nol-masukan
dari proses dinamis yang perilakunya dapat dimodelkan dengan urutan kedua persamaan
diferensial dengan koefisien konstan.

(i) Respon nol-masukan, y(t), t > 0, bergantung pada himpunan sinyal {eλi t : i = 1, 2}
disebut sebagai mode sistem di mana konstanta λi , (nilai eigen sistem), adalah akar
dari polinomial p(s), (karakteristik polinomial).

(ii) Respon input-nol kondisi tunak adalah nol, yaitu, lim y(t) = 0, untuk setiap kondisi
t→∞
awal bila dan hanya bila semua λi ini adalah negatif atau memiliki bagian real negatif,
yaitu, Re(λi ) < 0, i = 1, 2. Dalam situasi ini kita mengatakan bahwa sistem tersebut
stabil.

(iii) Kita memiliki Re(λi ) < 0, i = 1, 2, bila dan hanya bila a1 > 0 dan a2 > 0. Secara
umum, kondisi ai > 0, i = 1, 2, . . . , n untuk sistem yang perilakunya diatur oleh
persamaan diferensial tingkat n > 2, diperlukan tetapi tidak cukup untuk sistem
menjadi stabil, yaitu diperlukan tetapi tidak cukup untuk semua λi memiliki bagian
real negatif.

3.1.2 Bidang Fase


Kita baru saja membahas bahwa ketika tidak ada masukan, sistem orde dua yang telah
menentukan ai , i = 1, 2 memiliki keluaran y(t), yang ditentukan secara lengkap oleh kondisi
awal, y(0) dan y(0). Pengamatan penting ini menunjukkan bahwa informasi yang sama
mengenai perilaku sistem terkandung dalam (a) plot y(t) versus t atau (b) plot y(t) versus
ẏ(t).
Jadi bila kita membuat plot y(t) versus ẏ(t), titik yang mewakili y(t), ẏ(t) di bidang
y(t) versus ẏ(t) menelusuri kurva atau lintasan (trayektori) dengan bertambahnya waktu.
Ruang dua dimensi di mana lintasan (trayektori) ini berada disebut sebagai ruang
keadaan dan vektor dengan dua elemen yang terdiri dari y(t) dan ẏ(t) disebut sebagai

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


36 S istem differensial linier..

keadaan, dilambangkan sebagai x(t) di mana


 
y(t)
x(t) = .
ẏ(t)

Pendekatan untuk memvisualisasikan perilaku proses dinamis ini digunakan oleh ahli
matematika pada akhir abad lalu untuk menyelidiki solusi persamaan diferensial nonlinier
orde dua, yaitu persamaan bentuk (3.1) tetapi dengan ai , i = 1, 2 fungsi dari y(t) dan/atau
ẏ(t). Istilah plot bidang fase digunakan untuk merujuk pada lintasan keadaan dalam kasus
ini. Karena, secara umum, dimensi ruang keadaan sama dengan ordo dari persamaan
diferensial yang mengatur perilaku keluaran dari proses tersebut, ruang keadaan tidak
dapat ditampilkan untuk sistem dengan tatanan lebih dari dua. Meski begitu, gagasan
matematika tentang ruang keadaan telah menjadi kepentingan praktis dan teoretis yang
besar di bidang teknik kontrol.
Mengacu pada bagian sebelumnya, kita melihat bahwa lintasan keadaan untuk proses
dinamis yang perilakunya dapat dimodelkan dengan persamaan diferensial orde dua dengan
koefisien konstan, dapat menunjukkan salah satu dari empat bentuk dasar berikut.

(i) Bila λi kompleks dan Re(λi ) < 0 sistem stabil dan lintasan spiral ke dalam menuju
titik asal.
(ii) Bila λi kompleks dan Re(λi ) > 0 sistem tidak stabil dan lintasan spiral ke keluar
menjauhi titik asal.
(iii) Bila λi adalah real dan keduanya negatif, sistem stabil dan lintasan status bergerak
ke arah asal dalam suatu kurva.
(iv) Bila λi adalah real dan keduanya positif, sistem tidak stabil dan lintasan status
bergerak menjauhi asal dalam suatu kurva.

Gambar 3.2: Plot y(t) vs. t dan y(t) vs. ẏ(t) ketika λi kompleks

Perhatikan bahwa lintasan keadaan (ii) dan (iv) tidak terjadi pada contoh rangkaian
listrik ini. Ini hasil dari fakta bahwa parameter Re , Le , Ce positif. Jadi koefisiennya, ai ; i =

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


U raian dalam dan uraian luar suatu sistem.. 37

1, 2 dari polinomial karakteristik persamaan (3.4) bertanda positif sehingga λi , i = 1, 2


bernilai negatif atau bagian real negatif. Ini menyiratkan bahwa kita berurusan dengan
proses dinamis yang stabil, yaitu lintasan keadaan cenderung ke asal untuk semua keadaan
awal.
Sejauh ini dalam bab ini kita telah menggunakan rangkaian listrik sebagai contoh sis-
tem. Kita menggunakan karakter perilaku sistem ini dalam menanggapi kondisi awal untuk
memperkenalkan konsep keadaan suatu sistem. Pada bagian selanjutnya konsep ini dibuat
lebih spesifik dengan memperkenalkan karakterisasi matematis dari suatu sistem yang dise-
but model keadaan.

3.2 Uraian dalam dan uraian luar suatu sistem


Suatu pertanyaan secara wajar muncul adalah bagaimana hubungan antara masukan dan
keluaran dari suatu sistem, atau apakah suatu keluaran yang dihasilkan bergantung secara
tunggal pada masukan yang dikenakan pada sistem tsb. Ada faktor lain di dalam sistem
yang menentukan suatu keluaran sistem. Misalnya, pada sistem rangkaian listrik arus
masih ditentukan oleh muatan yang sudah ada dalam rangkaian sebelum tegangan diberi-
kan. Sesuatu didalam sistem yang ikut mempengaruhi keluaran sistem dinamakan keadaan
(state) dari sistem.
Uraian "dalam" suatu sistem adalah: suatu gambaran yang diberikan sistem dimana
suatu keluaran sistem pada setiap saat hanya bergantung pada "keadaan" sistem, pada
saat yang sama masukan mempengaruhi keluaran lewat perubahan "keadaan" sistem tsb.
Pada suatu sistem fisika, fariabel "keadaan" lewat suatu elemen yang menyimpan en-
ergi. Sedangkan suatu sistem bila disajikan dalam suatu model matematika dalam hal ini
persamaan differensial, pemilihan fariabel "keadaan" dapat ditentukan lewat keluaran dari
R
operator i ntegrator yang dinotasikan dengan atau 1s . Pemilihan fariabel keadaan ini
akan memudahkan untuk meyelesaikan model matematika dari sistem yang disajika dalam
bentuk persamaan differensial biasa.
Pemilihan fariabel "keadaan" suatu sistem tidak tunggal. Pemilihan fariabel keadaan
baik lewat elemem-elemen yang menyimpan energi ataupun lewat keluran dari suatu inte-
grator tidak akan mengubah perilaku sistem bila ditinjau dari masukan dan keluran sistem,
artinya bahwa perilakunya memberikan diskripsi yang tepat sama. Makna matematisnya,
perilaku ini akan memberikan dua sistem yang ekivalen
ekivalen. Perbedaan pemilihan fariabel
keadaan ini bisa diilustrasikan sebagai melihat suatu benda dari dua sudut pandang atau
perspektif yang berbeda. Pandangan perspektif yang berbeda ini sangat mungkin muncul
dengan latar belakang dari yang memandangnya berkaitan dengan apa yang dibutuhkan-
nya. Penjelasan pemilihan faribel keadaan ini akan dibahas lagi pada contoh yang berikut-
nya.
Suatu sistem waktu kontinu secara umum formulasi matematikanya diberikan oleh ben-

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


38 S istem differensial linier..

tuk persamaan : 
 dx(t)
 = f (x(t), u(t), t) ,
dt
 dengan keadaan awal x(t0 ) = x0

y(t) = g (x(t), u(t), t) ,
dimana
• x(t) menyatakan keadaan sistem saat waktu t,
• u(t) menyataka masukan dari sistem saat waktu t,
• y(t) menyatakan keluaran sistem saat waktu t.
Untuk sistem fisika, elemen-elemen yang menyimpan energi diberikan dalam tabel berikut:
Elemen energi fariabel fisika
cv2
kapasitor 2
voltage v
Li2
induktor 2
arus i
mv2
massa m 2
kecepatan translasi v
Jω 2
momen inersia 2
kecepatan rotasi ω
kx2
pegas k 2
posisi x
V PL2
kompressibiliti fluida 2KB
tekanan PL
ρAh2
kapasitor fluida 2
tinggi h
cθ 2
kapasitas thermal 2
temperatur θ

K L

i(t)

e(t) R

i(t)

C
Gambar 3.3: Rangkaian seri RLC.

Contoh berikut menjelaskan lagi bagaimana memilih fariabel keadaan dari sudut pan-
dang elemen yang menyimpan energi dan dari sudut pandang keluaran suatu integrator
dari suatu sistem yang sama.
Contoh 4 Suatu rangkaian seri RLC yang diberikan dalam Gambar 10.1 voltage e(t) sama
dengan jumlah dari penurunan voltage (voltage drop) bila swicth ditutup diberikan oleh
persamaan berikut:
VL + VR + VC = e(t) (3.11)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


U raian dalam dan uraian luar suatu sistem.. 39

R
atau L dt
di
+ Ri(t) + C1 i(t)dt = e(t). Rangkain memuat dua elemen yang menyimpan
energi, yaitu induktor L dan kapasitor C. Misalkan x1 (t) = VC dan x2 (t) = i(t), didapat
1
ẋ1 (t) = x2 (t)
C
1 R 1
ẋ2 (t) = − x1 (t) − x2 (t) + e(t)
L L L
atau dalam bentuk matriks
   1
   
ẋ1 (t) 0 x1 (t) 0
= 1
C
R + 1 e(t).
ẋ2 (t) −L − L x2 (t) L

Bila masukan dari sistem u(t) = e(t) dan keluaran dari sistem y(t) = VC (t), didapat uraian
sistem dalam fariabel keadaan sebagai berikut:
    1
   

 ẋ1 (t) 0 x 1 (t) 0

 = 1
C
R + 1 u(t)
 ẋ2 (t) − L
− L
x 2 (t) L
  (3.12)

 

 x1 (t)
 y(t) = 1 0 .
x2 (t)

Catatan:
Z
q 1
VC (t) = = i(t)dt.
C C
Untuk y(t) = VC (t) dan e(t) = u(t) persamaan (10.2) dapat ditulis dalam bentuk:

LC ÿ(t) + RC ẏ(t) + y(t) = u(t)

atau
RC 1 1
ÿ(t) + ẏ(t) + y(t) = u(t). (3.13)
LC LC LC
Hasil-hasil yang didapat disini bisa dibandingkan dengan kajian pada contoh rangkain-
elektrik yang telah diberikan sebelumnya. Dalam persamaan (10.4) ada dua keluaran
integrator yaitu ẏ(t) dan y(t).

ÿ R ẏ R y
✲ ✲ ✲

Gambar 3.4: Keluaran dari integrator.

Dapat dipilih fariabel keadaan x1 (t) = y(t) dan x2 (t) = ẏ(t). Sehingga didapat:

ẋ1 (t) = x2 (t)


1 1
ẋ2 (t) = − LC x1 (t) − R x (t) +
L 2 LC
u(t).

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


40 S istem differensial linier..

Untuk masukan u(t) dan keluaran y(t), didapat:


       

 ẋ1 (t) 0 1 x1 (t) 0

 = 1 + 1 u(t)
 ẋ2 (t) − LC −RL
x2 (t) LC
  (3.14)



 x1 (t)
 y(t) = (1 0) .
x2 (t)

u ÿ R ẏ R y
1
LC
+

-R
L

- LC
1

Gambar 3.5: Diagram blok RLC.

Terlihat bahwa walaupun pengambilan fariabel keadaan dari dua sudut pandang yang
berbeda tetapi hasil diskripsi sistemnya dalam penyajian ruang keadaan hampir mirip, hal
ini bisa dilihat dalam persamaan (10.3) dan (10.5). Diagram blok dari rangkaian listrik ini
diberikan dalam Gambar 10.3

Contoh 5 Diberikan sistem dua kereta glinding sebagaimana diberikan dalam bagian 2.4.11.
Dari dua persamaan

M1 p̈(t) + b1 ṗ(t) + k1 p(t) = u(t) + k1 q(t) + b1 q̇(t),

dan
M2 q̈(t) + (k1 + k2 )q(t) + (b1 + b2 )q̇(t) = k1 p(t) + b1 ṗ(t)
sebagai peubah keadaan sistem dipilih keluaran dari integrator, yaitu

x1 (t) = p(t), x2 (t) = ṗ(t) dan x3 (t) = q(t), x4 (t) = q̇(t)

didapat

ẋ1 (t) = x2 (t)


k1 b1 k1 b1 1
ẋ2 (t) = − x1 (t) − x2 (t) + x3 (t) + x4 (t) + u(t)
M1 M1 M1 M1 M1
ẋ3 (t) = x4 (t)
k1 b1 k1 + k2 b1 + b2
ẋ4 (t) = x1 (t) + x2 (t) − x3 (t) − x4 (t) .
M2 M2 M2 M2

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


U raian dalam dan uraian luar suatu sistem.. 41

Dengan demikian bentuk ruang keadaan sistem adalah


   
0 1 0 0 0
− k1 − b1 k1 b1   1 
ẋ(t) = 
 0
M1 M1 M1 M1 
x(t) +  M1 
 0  u(t).
0 0 1 
k1
M2
+ Mb12 − k1M+k2 2 − b1M+b2 2 0

Diagram blok dari suatu sistem dilihat dari pengertian uraian "dalam" diberikan oleh
Gambar 3.6. Tampak bahwa dalam Gambar 3.6, keluaran y(t) tidak hanya secara langsung
dipengaruhi oleh masukan u(t), tetapi juga dipengaruhi oleh keadaan "dalam" sistem itu
sendiri yaitu x(t), dimana keadan x(t) ini sendiri didalamnya sistem terhadap perubahan
waktu t mengalami suatu perubahan dengan laju perubahan diberiakan oleh persamaan
ẋ(t) = f (x(t), u(t), t), dimana tanda ẋ = dx(t)
dt
.

x0

u(t) ✲ ẋ(t) = f (x(t), u(t), t) y(t)

y(t) = g(x(t), u(t), t)

Gambar 3.6: Uraian "dalam" suatu sistem.

Walaupun dalam sistem tidak ada masukan yaitu u(t) = 0, keadaan di dalam sistem ini
mengalami perubahan keadaan yang diberikan oleh persamaan ẋ(t) = f (x(t), t). Sehingga
walaupun tanpa masukan, keluaran sistem y(t) = g(x(t), t) tetap dipengaruhi oleh suatu
keadaan di dalam sistem yaitu x(t). Tanpa menyelesaikan persamaan keadaan ẋ(t) =
f (x(t), t), tidak mungkin bisa didapat keluaran y(t) = g(x(t), t).

U(.)✲ Y (.)✲
H(.)

Gambar 3.7: Uraian "luar" suatu sistem.

Berbeda dengan uraian "dalam" dari suatu sistem, uraian "luar" suatu sistem menguraikan
hubungan langsung antara masukan dan keluaran tanpa apa yang ada di "dalam" sistem
sebagaimana mana diberikan dalam Gambar 3.7. Sehingga hubungan diantara masukan
dan keluaran dari sistem bisa ditulis sebagai persamaan Y (.) = H(.)U(.). Terlihat bahwa
keluaran U(.) langsung mempengaruhi keluaran Y (.) melalui "pengali" H(.). Uraian luar
ini sangat erat kaitannya dengan apa yang dinamakan fungsi transfer sistem. Pengertian
fungsi transfer ini akan dibahas lebih rinci dalam Bab 6.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


42 S istem differensial linier..

3.3 Pelinearan
Pada bagian ini utamanya akan dikonsentrasikan pada sistem persamaan differensial linier.

ẋ(t) = A(t)x(t) + B(t)u(t)
(3.15)
y(t) = C(t)x(t) + D(t)u(t).

Ada dua alasan penting untuk sistem persamaan linier. Yang pertama adalah secara
analitik menarik. Sistem ini bisa dianalisa lebih baik daripada sistem non linier. Hal
ini khususnya benar bila sistem matriks (3.15) konstan terhadap waktu. Penyelesaian
dalam hal ini diungkapkan didalam suatu kondisi awal dan fungsi masukan yang bisa
dituliskan kemudian. Alasan kedua adalah banyak sistem berbentuk linier atau setidaknya
didekati oleh sistem linier. Bahkan sistem nonlinier mungkin dilinierkan secara lokal, yaitu
suatu penyelesaian disekitar pertubasi kecil akan mempunyai perilaku seperti sistem linier.
Disini akan diasumsikan bahwa, persamaan (3.15) terdefinisi dengan baik untuk setiap
kondisi awal, misalnya x(0) dan masukan u(t), t ≥ 0 pada penyelesaian (3.15). Kondisi
awal dan fungsi masukan yang demikian dinamakan dapat-diterima (admissible). Dalam
hal ini semua elemen matriks dan masukan kontinu bagian demi bagian. Secara umum
diasumsikan bahwa semua himpunan-himpunan U, U, Y, Y , X dan X ada dengan u(t) ∈ U
untuk setiap t, u(.) ∈ U , y(t) ∈ Y untuk setiap t, y(.) ∈ Y , x(t) ∈ X untuk setiap t
dan x(.) ∈ X sedemikian hingga penyelesaian (3.15) ada. Untuk peyederhanaan penyajian
kesemuanya yang telah dikenalkan tidak selamanya secara langsung ditampilkan. Bila
matrik-matriks A, B, C dan D konstan yaitu tidak tergantung t, maka dikatakan sistem
adalah invarian-waktu.
Berikut ini diturunkan konsep p elinearan secara lebih tepat. Tinjau suatu persamaan
differensial non-linier diberikan oleh

ẋ = f (x, u), x ∈ Rn , u ∈ Rm
(3.16)
y = g(x, u), y ∈ Rp .

Diberikan suatu penyelesaian x̃(.), ỹ(.) dan bila diberikan keadaan awal x̃(0) = x̃0 dan
masukan ũ(.). Tinjau penyelesaian yang lain x̃(.) + z(.), ỹ(.) + w(.) yang merupakan hasil
dari x̃0 + z0 dan ũ(.) + v(.). Dalam beberapa makna z0 dan v(.) cukup kecil sedemikian
hingga diharapkan z(.) dan w(.) juga kecil, dalam hal ini diperoleh
d
dt
x̃(t) = f (x̃, ũ), x̃(0) = x̃0

d
dt
(x̃(t) + z(t)) = f (x̃ + z, ũ + v), (x̃ + z)(0) = x̃0 + z0 .

Namakan x̃ + z = x dan ũ + v = u. Jadi f (x̃ + z, ũ + v) = f (x, u), selanjutnya digunakan


deret Taylor untuk f (x, u) disekitar x = x̃ dan u = ũ, didapat

∂f ∂f
f (x, u) = f (x̃, ũ) + z+ v + suku tingkat dua keatas.
∂x ∂u

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P elinearan.. 43

Tetapi d
dt
(x̃(t) + z(t)) = f (x, u) dan d
dt
(x̃(t) + z(t)) = d
dt
x̃ + d
dt
z(t). Jadi

d d ∂f ∂f
x̃ + z(t) = f (x̃, ũ) + z+ v + suku tingkat dua keatas.
dt dt ∂x ∂u

Dengan kenyataan z0 dan v(.) cukup kecil, maka suku-suku tingkat dua keatas dapat
diabaikan, sehingga diperoleh

d ∂f ∂f
z(t) = z+ v, z(0) = z0
dt ∂x ∂u

atau dalam bentuk matriks

    
dz1 ∂f1 ∂f1 z1
 ...
 dt   ∂x1 ∂xn  
  z2 

 dz   ∂f2 ∂f2   .. 
 2   ...  . 
 
 dt  =  ∂x
 .1
∂xn   . 
 .. 
 ..   . .. 
 .   . .  
 . 

 dz   ∂fn .
n ∂fn   . 
...
dt ∂x ∂xn zn
 1  
∂f1 ∂f1 v1
 ∂u1 ...
 ∂um  
  v2 

 ∂f2 ∂f2   .. 
 ...  . 
+  ∂u
 .1
∂um   . 
 .. 
 .. .. 
 .  
 . 

 ∂fn ∂fn   .. 
...
∂u1 ∂um vm

Persamaan
d ∂f ∂f
z(t) = z+ v, z(0) = z0
dt ∂x ∂u

adalah persamaan differensial keadaan hasil pelinearan disekitar titik (x̃, ũ). Dengan cara
yang sama pelinearan untuk keluaran disekitar titik (x̃, ũ) adalah:

∂g ∂g
w(t) = z(t) + v(t)
∂x ∂u

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


44 S istem differensial linier..

yang dapat ditulis dalam bentuk matriks

    
w1 ∂g1 ∂g1 z1
w2   ∂x1 ...
   ∂xn  
  z2 

 ..   ∂g2 ∂g2   .. 
 .   ...  . 
 .  =  ∂x1 ∂xn   . 
 ..   . ..   .. 
   .. .   
 .    . 
.
 .   ∂gp .
∂gp   . 
...
wp ∂x ∂xn zn
 1  
∂g1 ∂g1 v1
 ∂u1 ...
 ∂um  
  v2 

 ∂g2 ∂g2   .. 
 ...  . 
+  ∂u
 .1
∂um   . 
 .. 
 .. .. 
 .  
 . 

 ∂gp ∂gp   .. 
...
∂u1 ∂um vm

Jika variabel z, v dan w masing-masing diganti dengan x, u dan y, tetapi dalam hal ini
tentunya berbeda dengan x, u dan y yang sebelumnya (asli), sehingga didapat:

ẋ(t) = A(t)x(t) + B(t)u(t)


y(t) = C(t)x(t) + D(t)u(t),

dengan
 
∂f1 ∂f1
 ∂x1 . . .
 ∂xn 

∂f
 2 ∂f2 
 ... 
A(t) =  ∂x1
 .
∂xn  ,
 .. .. 

 . 
 ∂fn ∂fn 
...
∂x1 ∂xn |x=x̃,u=ũ

 
∂f1 ∂f1
 ∂u1 . . . ∂um 
 
 ∂f2 ∂f2 
 ... 
B(t) =  ∂u1
 .
∂um  ,
 .. .. 

 . 
 ∂fn ∂fn 
...
∂u1 ∂um |x=x̃,u=ũ

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P elinearan.. 45

 
∂g1 ∂g1
 ∂x1 . . . ∂xn 
 
 ∂g2 ∂g2 
 ... 
C(t) =  ∂x1
 .
∂xn  ,
 .. .. 

 . 
 ∂gp ∂gp 
...
∂x1 ∂xn |x=x̃,u=ũ
dan  
∂g1 ∂g1
 ∂u1 . . . ∂um 
 
 ∂g2 ∂g2 
 ... 
D(t) =  ∂u1
 .
∂um  .
 .. .. 

 . 
 ∂gp ∂gp 
...
∂u1 ∂um |x=x̃,u=ũ
Hasil pelinearan sistem non linier adalah:
ẋ(t) = A(t)x(t) + B(t)u(t)
y(t) = C(t)x(t) + D(t)u(t),
yaitu sistem linier tetapi umumnya varian-waktu.

Contoh 6 Diberikan sistem:


ẋ1 = −x21
ẋ2 = ux1
y = x22 , t ≥ 0
1
Pelinearan disekitar penyelesaian x̃1 (t) = , x̃2 (t) = ln(1 + t) dan u(t) = 1 adalah:
1+t
d 1 1 1 2 2
( + z1 ) = −( + z1 )2 = −( ) − z1 − z12 ,
dt 1 + t 1+t 1+t 1+t
2
didapat: ż1 = − z1 adalah persamaan pertama yang terlinierkan, selanjutnya
1+t
d 1 1 1
(ln(1 + t) + z2 ) = (1 + v)( + z1 ) = + z1 + v + z1 v,
dt 1+t 1+t 1+t
1
didapat: ż2 (t) = z1 + v adalah persamaan kedua yang terlinierkan. Juga untuk
1+t
keluaran:

y(t) + w = (ln(1 + t))2 + w


= (ln(1 + t) + z2 )2
= (ln(1 + t))2 + 2z2 ln(1 + t) + z22 ,

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


46 S istem differensial linier..

didapat: w(t) = 2z2 ln(1 + t) adalah persamaan keluran yang terlinierkan. Penggabungan
hasil-hasil pelinearan didapat:
   2   
0

ż1 − 0 z1
 = 
1 + t   + 
  1 v

ż2 1 0 z2
1+t
 
 z1
w = 0 2 ln(1 + t)
z2

Contoh 7 Diinginkan mengontrol suatu batang dengan gaya horizontal (lihat gambar).
Panjang batang 1 satuan panjang.
..
.. θ
..
✲ ❄
u mg

Sudut θ memenuhi persamaan (hukum Newton): θ̈ = g sin θ − u cos θ. Diasumsikan


batang hanya bergerak pada bidang vertikal. Pertama diturunkan suatu formula pelinearan
sistem sepanjang penyelesaian umum. Misalkan (x̃, u) suatu trayektori tetap sebarang dan
:
θ = x1
θ̇ = x2 = ẋ1 .
Didapat:    
ẋ1 (t) x2
= = f (x, u),
ẋ2 (t) g sin x1 − u cos x1
 
x1 (t)
x(t) =
x2 (t)
dan  
∂f 0 1
Ã(t) = = ,
∂x |(x̃, v) g cos α + v sin α 0
dengan x̃ = (α, β)T ,
   
∂f 0 0
B̃(t) = = = .
∂u |(x̃, v) − cos x1 |(x̃, v) − cos α

Jadi pelinearan sistem sepajang trayektori umum adalah:


      
ẋ1 (t) 0 1 x1 (t) 0
= + u.
ẋ2 (t) g cos α + v sin α 0 x2 (t) − cos α

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P elinearan.. 47

Selanjutnya, bila ditinjau sistem yang sama tetapi sekarang didalam bidang horizontal
(tidak dipengaruhi grafitasi), didapat model: θ̈ = −u cos θ. Dilinierkan model disekitar
penyelesaian setimbang θ = 0 dan u = 0. Untuk ini misalkan

θ = x1
θ̇ = x2 = ẋ1 .

Didapat:    
ẋ1 (t) x2
= = f (x, u),
ẋ2 (t) −u cos x1
 
x1 (t)
x(t) =
x2 (t)
dan
 
∂f 0 1
Ã(t) = =
∂x x1 = 0 u sin x1 0 x1 = 0
x2 = 0 x2 = 0
u=0 u=0
 
0 1
=
0 0
   
∂f 0 0
B̃(t) = = = .
∂u x1 = 0 − cos x1 x1 = 0 −1
x2 = 0 x2 = 0
u=0 u=0
Jadi pelinearan sistem disekitar penyelasaian setimbang adalah:
      
ẋ1 (t) 0 1 x1 (t) 0
= + u.
ẋ2 (t) 0 0 x2 (t) −1

Contoh 8 Ditinjau lagi contoh pendulum-terbalik yang diberikan dalam bagian 2.4.1 dan
ditulis ulang persamaan (2.5) yaitu:
4l
− g sin φ + s̈ cos φ = 0
φ̈
3 (3.17)
(M + m)s̈ + ml(φ̈ cos φ − φ̇2 sin φ) = u,

Persamaan sistem (3.17) bisa ditulis dalam empat persamaan differensial tingkat satu
dengan vektor "keadaan" difinisikan sebagai

x(t) = (φ(t) φ̇(t) s(t) ṡ(t))′ .

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


48 S istem differensial linier..

Selanjutnya dilinierkan persamaan (3.17) setelah itu dikonstruksi sekumpulan persamaan


differensial. Linearkan (3.17) disekitar penyelesaian
˙ = s̃(t) = s̃(t)
φ̃(t) = φ̃(t) ˙ = 0 dan v = 0

memberikan hasil
4l
φ̈(t) − gφ(t) + s̈(t) = 0, (M + m)s̈(t) + mlφ̈(t) = u(t), (3.18)
3
Dengan mendifinisikan vektor keadaan
x(t) = (φ(t) φ̇(t) s(t) ṡ(t))′
persamaan (3.18) bisa ditulis sebagai
   
0 1 0 0 0

dx(t) a2,1 0 0 0  
= x(t) + b2  u(t), (3.19)
dt 0 0 0 1 0
a4,1 0 0 0 b4
dengan
3g(M + m) −3gm
a2,1 = , a4,1 =
l(4M + m) 4M + m
dan
−3 4
b2 = , b4 = .
l(4M + m) 4M + m
Bila diberikan M = 0.98 kg, m = 0.08 kg, l = 0.312 m dan g = 10 m/det2 , maka
persamaan (3.19) menjadi
   
0 1 0 0 0

dx(t)  25 0  
=
0 0  x(t) + −2.4 u(t). (3.20)
dt 0 0 0 1  0 
−0.6 0 0 0 1
Bila besaran yang diukur adalah s(t) dan φ(t), maka fungsi keluarannya adalah:
 
0 0 1 0
y(t) = x(t). (3.21)
1 0 0 0

Latihan 12 Diberikan persamaan differensial:


ẋ1 (t) = x2 (t)
ẋ2 (t) = −x1 (t) − x22 (t) + u(t)
dan fungsi keluaran y(t) = x1 (t). Tunjukkan bahwa untuk u(t) = cos2 (t) suatu penyelesaian
dari persamaan differensial adalah x1 (t) = sin(t), x2 (t) = cos(t). Linearkan persamaan
keadaan dan fungsi keluaran disekitar penyelesaian tsb. dan tulis hasilnya dalam bentuk
matriks. Apakah hasil pelinearan merupakan sistem yang invarian-waktu?

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P enyelesaian persamaan differensial linier.. 49

Latihan 13 Linearkan sistem berikut:

ẋ1 (t) = x1 (t) − x21 (t) − x1 (t)x2 (t)


1
ẋ2 (t) = 2x2 (t) − x1 (t)x2 (t) − x22 (t)
2
disekitar penyelesaian x1 (t) = 0, x2 (t) = 0. Selesaikan hasil pelinearan tsb. bila x1 (0) =
1, x2 (0) = 3.

3.4 Penyelesaian persamaan differensial linier


Dalam bagian ini ditinjau persamaan differensial varian-waktu berbentuk

ẋ(t) = A(t)x(t) + B(t)u(t) (3.22)

dan persamaan differensial invarian-waktu:

ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t), (3.23)

dengan matriks-matriks A, B dan x, u masing-masing dengan ukuran yang bersesuaian.


Selanjutnya dikaji penyelesaiannya. Sebelum membahas penyelesaian persamaan yang
dimaksud. Ditinjau ulang suatu persamaan differensial biasa homogin dalam bentuk skalar
yaitu :
ẋ(t) = ax(t), (3.24)
dengan x(t) adalah fungsi kontinu di R (R adalah himpunan bilangan real) dan a ∈ R, a 6=
0. Sebagaimana telah diketahui, persamaan (3.24) ini mempunyai penyelesaian umum
x(t) = ceat , dengan c suatu konstanta di R. Bila persamaan (3.24) diubah dalam bentuk
persamaan matriks
ẋ(t) = Ax(t), (3.25)
dengan A matriks berukuran n×n dan x(t) berukuran n×1, maka penyelesaian persamaan
(3.25) mempunyai penyelesaian yang mirip bentuknya dengan penyelesaian persamaan
(3.24) yaitu x(t) = eAt x(t0 ). Hal ini akan ditunjukkan pada pembahasan berikutnya.
Namum sebelumnya dibahas dulu bentuk persamaan differensial homogen berikut

ẋ(t) = A(t)x(t). (3.26)

Sifat dari penyelesaian persamaan (3.26) diberikan dalam teorema berikut:

Teorema 1 Himpunan dari semua penyelesaian ẋ(t) = A(t)x(t) membentuk ruang vektor
berdimesi-n atas lapangan R.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


50 S istem differensial linier..

B ukti :
Misalkan ψ1 dan ψ2 dua penyelesaian sebarang dari (3.26), maka untuk sebarang a, b ∈ R
didapat :
d d d
(aψ1 + bψ2 ) = a ψ1 + b ψ2 = aA(t)ψ1 + bA(t)ψ2
dt dt dt
= A(t)(aψ1 + bψ2 ).
Terlihat bahwa penyelesaian-penyelesaiannya membentuk suatu ruang linear atas R yang
dinamakan ruang penyelesaian dari (3.26). Selanjutnya ditunjukkan bahwa ruang penye-
lesaian ini mempunyai dimensi n. Misalkan e1 , e2 , . . . , en adalah basis baku di Rn dan
ψ1 , ψ2 , . . . , ψn adalah penyelesaian dari (3.26) dengan kondisi awal ψi (t0 ) = ei , i = 1, 2, . . . , n.
Akan ditunjukkan bahwa ψi , i = 1, 2, . . . , n adalah bebas linear. Andaikan bahwa ψi , i =
1, 2, . . . , n bergantungan linear, maka pilih vektor α 6= 0 yang memenuhi :
 
ψ1 (t) ψ2 (t) . . . ψn (t) α = 0 , ∀t ∈ R. (3.27)
Bila  T
α= a1 a2 . . . an ,
tanda T
menyatakan tranpose, maka persamaan (3.27) bisa ditulis sebagai
a1 ψ1 (t) + a2 ψ2 (t) + . . . + an ψn (t) = 0 , ∀t ∈ R. (3.28)
Khususnya dalam (3.28) bisa diambil t = t0 , sehingga didapat
a1 ψ1 (t0 ) + a2 ψ2 (t0 ) + . . . + an ψn (t0 ) = 0 ,
atau
a1e1 + a2e2 + . . . + anen = 0 ,
dengan fakta bahwa vektor α 6= 0 , maka ai 6= 0 untuk beberapa i. Hal ini berakibat bahwa
vektor-vektor ei , e2 , . . . , en adalah bergantungan linear. Hasil ini menunjukkan bahwa ber-
tentangan dengan kenyataan vektor-vektor ei , e2 , . . . , en adalah bebas linear. Jadi haruslah
bahwa vektor-vektor penyelesaian dari (3.26) ψ1 , ψ2 . . . , ψn adalah bebas linear. Selanjut-
nya ditunjukkan bahwa sebarang penyelesaian dari (3.26) merupakan kombinasi linear dari
vektor-vektor ψ1 , ψ2 . . . , ψn . Misalkan ψ(t) adalah sebarang penyelesaian dari (3.26) de-
ngan ψ(t0 ) = e . Didapat ψ(t0 ) = e = b1e1 + b2e2 + . . . + bnen , bi ∈ R dan
d
dt
(b1 ψ1 (t) + b2 ψ2 (t) + . . . + bn ψn (t))
= b1 dtd ψ1 (t) + b2 dtd ψ2 (t) + . . . + bn dtd ψn (t)
= b1 A(t)ψ1 (t) + b2 A(t)ψ2 (t) + . . . + bn A(t)ψn (t)
= A(t) (b1 ψ1 (t) + b2 ψ2 (t) + . . . + bn ψn (t)) .
Terlihat bahwa vektor b1 ψ1 (t) + b2 ψ2 (t) + . . . + bn ψn (t) adalah penyelesaian dari (3.26) yang
memenuhi kondisi awal
b1 ψ1 (t0 ) + b2 ψ2 (t0 ) + . . . + bn ψn (t0 )
= b1e1 + b2e2 + . . . + bnen
= e = ψ(t0 ).

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P enyelesaian persamaan differensial linier.. 51

Sebagaimana telah diketahui dari teori persamaan diiferensial bahwa penyelesaian ini
adalah tunggal, maka haruslah

ψ(t) = b1 ψ1 (t) + b2 ψ2 (t) + . . . + bn ψn (t).

Telah ditinjukkan dalam Teorema 1 bahwa persamaan (3.26) mempunyai n penyelesaian


ψ1 (t), ψ2 (t), . . . , ψn (t) yang bebas linear. Matriks berikut ini adalah matriks yang kolom-
kolomnya merupakan penyelesaian dari (3.26), yaitu
 
Y (t) = ψ1 (t) ψ2 (t) . . . ψn (t)

dinamakan matriks f undamental. Karena ψ1 (t), ψ2 (t), . . . , ψn (t) bebas linear untuk setiap
t ∈ R, maka matriks Y (t) mempunyai invers, sehingga Y −1 (s) ada untuk suatu s ∈ R.
Matriks berikut ini Φ(t, s) = Y (t)Y −1 (s) disebut matriks t ransisi dan dari hasil Teorema 1
dapat ditunjukkan merupakan penyelesaian tunggal dari persamaan differensial matriks
d
Φ(t, s) = A(t)Φ(t, s), t ≥ s, Φ(s, s) = I, (3.29)
dt
dengan I adalah matriks satuan, sebagai berikut.
d d
Φ(t, s) = (Y (t))Y −1 (s)
dt dt
= (A(t)Y (t))Y −1 (s)
= A(t)(Y (t)Y −1 (s))
= A(t)Φ(t, s)

dan memenuhi kondisi


Φ(s, s) = Y (s)Y −1 (s) = I.
Kolom ke-i dari matriks Φ(t, s) adalah penyelesaian tunggal dari ẋ(t) = A(t)x(t) dengan
kondisi awal x(s) = ei , dengan ei vektor basis baku (standart) ke-i di Rn . Penyelesaian
dari ẋ(t) = A(t)x(t), x(t0 ) = x0 bisa diungkapkan sebagai x(t) = Φ(t, t0 )x0 . Hal ini bisa
ditunjukkan sebagai berikut :
d
ẋ(t) = x(t)
dt
d
= Φ(t, t0 )x0
dt
d
= Φ(t, t0 )x0 = A(t)Φ(t, t0 )x0 , (dari (3.29))
dt
= A(t)x(t).

Terlihat bahwa x(t) = Φ(t, t0 )x0 adalah penyelesaian dari persamaan ẋ(t) = A(t)x(t) yang
memenuhi syarat kondisi awal x(t0 ) = Φ(t0 , t0 )x0 = Ix0 = x0 .

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


52 S istem differensial linier..

Sudah ditunjukkan bahwa matriks transisi memainkan suatu peranan penting dalam
penyelesaian persamaan differensial homogin ẋ(t) = A(t)x(t). Pada pembahasan berikut-
nya juga terlihat peranannya dalam peyelesaian persamaan differensial takhomogin ẋ(t) =
A(t)x(t) + B(t)u(t). Berikut ini diturunkan sifat-sifat matriks transisi :

1. Φ(t2 , t0 ) = Φ(t2 , t1 )Φ(t1 , t0 ), untuk semua t0 , t1 , t2 ∈ R,

2. Φ−1 (t, s) = Φ(s, t), untuk semua s, t ∈ R,

sifat-sifat ini bisa ditunjukkan sebagai berikut :

1. Φ(t2 , t0 ) = Y (t2 )Y −1 (t0 )


= (Y (t2 )Y −1 (t1 ))(Y (t1 )Y −1 (t0 ))
= Φ(t2 , t1 )Φ(t1 , t0 )

2. Φ(s, t)Φ(t, s) = (Y (s)Y −1 (t))(Y (t)Y −1 (s))


= Y (s)(Y −1 (t)Y (t))Y −1 (s)
= Y (s)Y −1 (s)
= I,
juga didapat : Φ(t, s)Φ(s, t) = I ⇔ Φ−1 (t, s) = Φ(s, t).

Sifat-sifat diatas memenuhi apa yang dinamakan group. Sifat yang pertama dinamakan
sifat tertutup dan yang kedua adalah sifat adanya invers, sifat elemen netral adalah
φ(t, t) = I. Sifat assosiatif mengikuti sifat assosiatif dari perkalian matriks.

Contoh 9 Diberikan persamaan :


 
0 0
ẋ(t) = x(t)
t 0

Persamaan ini bisa ditulis dalam bentuk dua persamaan :

ẋ1 (t) = 0 dan ẋ2 (t) = tx1 (t)

Penyelesaian persamaan ini diberikan oleh x1 (t) = x1 (t0 ) dan x2 (t) = 12 t2 x1 (t0 ) + x2 (t0 ).
 T
Untuk x1 (t0 ) = 1, x2 (t0 ) = 0, didapat ψ1 (t) = 1 21 t2 dan untuk x1 (t0 ) = 0, x2 (t0 ) =
 T
1, didapat ψ2 (t) = 0 1 . Jadi matriks fundamentalnya adalah :
 
  1 0
Y (t) = Ψ1 (t) Ψ2 (t) = 1 2 .
2
t 1

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P enyelesaian persamaan differensial linier.. 53

Contoh 10 Tinjau persamaan varian waktu:


   0 
1 x (t)
 
0
x1 (t) 1
d  =  
+ 
   u(t), t > 0,
dt 2 2 1
x2 (t) − 2 x2 (t)
t t t2
yang mana ekivalen dengan persamaan differensial tingkat dua (x1 (t) = y(t)):

t2 ÿ(t) − 2ty(t) + 2y(t) = u(t).

Pertama tinjau persamaan homogen (yaitu u(t) = 0) dan substisusikan suatu penyelesaian
yang mungkin berbentuk y(t) = tk , didapat:

k 2 − 3k + 2 = 0 → k = 1, k = 2

Maka dari itu y(t) = t dan y(t) = t2 adalah dua penyelesaian yang bebas dan (t, 1)T dan
(t2 , 2t)T adalah dua penyelesaian bebas dari:
 
0 1
 
ẋ(t) =   x(t).
2 2
− 2
t t
Masing-masing matriks fundamental dan matriks transisi diberikan oleh:
 
2t t2 t2
   s − s2 −t + s 
t t2  
Y (t) = , Φ(t, s) =  
1 2t  2 2t 2t 
− −1 +
s s2 s

Teorema berikut menjelaskan penyelesaian persamaan differensial takhogin yang diberikan


dalam persamaan (3.22).

Teorema 2 Penyelesaian dari persamaan

ẋ(t) = A(t)x(t) + B(t)u(t)

dengan kondisi awal x(t0 ) = x0 adalah

Zt
x(t) = Φ(t, t0 )x0 + Φ(t, s)B(s)u(s)ds
t0

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


54 S istem differensial linier..

Bukti :

d d Rt
ẋ(t) = Φ(t, t0 )x0 + Φ(t, s)B(s)u(s)ds
dt dt t0
= A(t)Φ(t, t0 )x0 + Φ(t, s)B(s)u(s)|s=t
Rt d
+ Φ(t, s)B(s)u(s)ds
t0 dt !
Rt
= A(t) Φ(t, t0 )x0 + Φ(t, s)B(s)u(s)ds + B(t)u(t)
t0
= A(t)x(t) + B(t)u(t).
Selajutnya pembahasan dibatasi untuk bentuk yang disajikan dalam persamaan (3.23).
Untuk sistem yang demikian matriks transisi juga ada, untuk maksud ini perluh definisi
matriks berikut
def 1 1
eAt = I + At + A2 t2 + A3 t3 + . . . (3.30)
2! 3!
definisi diatas terdefinisi dengan baik sebab deret konvergen, hal ini dijamin oleh Teorema
Cayley Hamilton yang berkaitan dengan matriks persegi yaitu, bila matriks persegi A
berukuran n × n dengan polinomial kharakteristik

p(λ) = λn + a1 λn−1 + . . . + an−1 λ + an ,

maka
p(A) = An + a1 An−1 + . . . + an−1 A + an I = 0 . (3.31)
Selanjutnya lakukan algorithma pembagian terhadap polinomial λm dibagi oleh polinomial
p(λ) = λn + a1 λn−1 + . . . + an−1 λ + an , didapat

λm = p(λ)q(λ) + r(λ)

atau
λm = p(λ)q(λ) + α1 + α2 λ + . . . + αn−1 λn−1 (3.32)
Dengan menggunakan Persamaan (10.21) matriks Am diberikan oleh

Am = p(A)q(A) + α1 I + α2 A + . . . + αn−1 An−1

Gunakan Persamaan (3.31), didapat

Am = α1 I + α2 A + . . . + αn−1 An−1 (3.33)

Persamaan (10.22) menunjukkan bahwa, secara berulang bentuk pangkat Am dengan m ≧


n dapat ditulis sebagai:

Am = α1 I + α2 A + . . . + αn−1 An−1 . (3.34)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P enyelesaian persamaan differensial linier.. 55

Sehingga berapapun besarnya m, maka Am bisa disajikan dalam persamaan (10.22), oleh
karena itu persamaan (3.30) menjadi

eAt = b0 I + b1 (At) + b2 (At)2 + · · · + bn−1 (At)n−1


= b0 I + (b1 t) A + (b2 t2 ) A2 + · · · + (bn−1 tn−1 ) An−1

atau
eAt = c0 I + c1 A + c2 A2 + · · · + cn−1 An−1 . (3.35)
Cara untuk menentukan nilai-nilai c0 , c1 , . . . , cn−1 akan dibahas kemudian. Dengan mem-
perhatikan persamaan (3.35), maka eAt adalah matriks berukuran n × n.
Catatan : Notasi berikut eA(t−s) yang juga didefinisikan seperti (3.30), yaitu
1 1
eA(t−s) = I + A(t − s) + A2 (t − s)2 + A3 (t − s)3 + . . .. Disini notasi A(t − s) berarti
2! 3!
perkalian dari A dengan (t − s). Perhatikan jangan sampai kacau dengan notasi A(t) yang
digunakan sebelumnya yaitu berarti bahwa matriks A berisi elemen-elemen fungsi dari
waktu t.
Teorema berikut menjelaskan hubungan matriks transisi dari persamaan ẋ(t) = Ax(t)
dengan matriks eksponen eAt .

Teorema 3 Matriks eA(t−s) adalah matriks transisi dari persamaan ẋ(t) = Ax(t), yaitu
eA(t−s) = Φ(t, s).

B ukti Pembuktian menggunakan substitusi:


 
d A(t−s) d 1 1
e = I + A(t − s) + A2 (t − s)2 + A3 (t − s)3 + · · ·
dt dt 2! 3!
1
= A + A2 (t − s) + A3 (t − s)2 + · · ·
 2! 
1 2 2
= A I + A(t − s) + A (t − s) + · · · = AeA(t−s) ,
2!

jadi
d
Φ(t, s) = AΦ(t, s)
dt
dan
1 2
Φ(s, s) = eA(s−s) = I + A.0 + A .0 + · · · = I.
2!


Pada pembahasan berikutnya untuk menyingkat penulisan, x(t) cukup ditulis x dalam kon-
teks yang jelas bahwa vektor-vektor x dengan komponen-komponennya merupakan fungsi
dari t. Penyelesaian dari ẋ = Ax dengan x(0) = x0 adalah x(t) = eAt x0 . Penyelesaian ini
juga bisa diperoleh melalui diagram berikut yang menyajikan persamaan differensial:

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


56 S istem differensial linier..

x0
R❄ x(t)
✲ ✲

A
ẋ(t)

Putari diagram terus menerus akan didapat:


Z t Z t Z α2
x(t) = x0 + Ax0 dα1 + A Ax0 dα1 dα2
0 0 0
Z t Z α2 Z α3
+ A A Ax0 dα1 dα2 dα3 + · · ·
0 0 0
1 1
= (I + At + A2 t2 + A3 t3 + · · · )x0 = eAt x0
2! 3!

Karena eAt adalah matriks transisi, sifat-sifat berikut dipenuhi:

1. eA(t2 −t0 ) = eA(t2 −t1 ) eA(t1 −t0 ) , demikian pula eA(t+s) = eAt eAs .

2. (eAt )−1 = e−At .

Matriks exponential eAt memainkan suatu peranan yang penting di dalam teori sistem linier
dan sudah banyak paper yang terbit membahas seberapa baik prosedur untuk menghitung
eAt . Berikut ini diberikan suatu sifat untuk menghitung eAt secara analitik.

Lemma 1 Bila suatu matriks P punya invers, maka


−1 AP )t
eAt = P e(P P −1 .
−1 AP )t
B ukti harus dibuktikan P −1 eAt P = e(P .
−1 AP )t 1 −1 1
e(P = I + P −1 AP t + (P AP )2 t2 + (P −1 AP )3 t3 + · · ·
2! 3!
1 −1
= −1
I + (P AP )t + (P AP P AP )t2 −1
2!
1 −1
+ (P AP P −1 AP P −1 AP )t3 + · · ·
3!
1 1
= I + P −1 AP t + (P −1 A2 P )t2 + (P −1 A3 P )t3 + · · ·
 2! 3! 
−1 1 2 2 1 3 3
= P I + At + A t + A t + · · · P = P −1 eAt P.
2! 3!

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P enyelesaian persamaan differensial linier.. 57

Misalkan bahwa A dapat didiagonalkan, yaitu ada matriks punya invers T sedemikian
hingga T −1 AT = D, dengan
 
λ1 0
 .. 
D= . .
0 λn

Dalam kenyataannya, {λi } adalah nilai karakteristik dari A dan kolom ke-i dari matriks
T adalah vektor karakateristik yang bersesuaian dengan nilai karakteristik λi . Dengan
menggunakan Lemma 1 didapat:
−1 AT t
eAt = T eT T −1 = T eDt T −1 .

Matriks exponen eDt mudah didapat dengan menggunakan (3.30):


 
eλ1 t 0
eDt
 .. 
= . .
λn t
0 e

Sayangnya tidak semua matriks persegi bisa didiagonalkan. Oleh karena itu metoda yang
diuraikan diatas tidak bisa digunakan untuk sebarang matriks persegi. Diagonalisasi hanya
mungkin bila matriks A mempunyai n vektor karakteristik yang saling bebas linier. Kondisi
cukup (tapi tidak perluh) bahwa A mempunyai n vektor karakteristik yang saling bebas
linier adalah semua nilai karakteristinya berbeda, hal ini akan diberikan dalam sifat-sifat
berikut.

Teorema 4 Misalkan matriks A berukuran n × n. Maka A dapat didiagonalkan bila dan


hanya bila ada suatu himpunan X yang memuat n vektor karakteristik dari A yang bebas
linear.

Bukti (⇐) Misalkan X = {x1 , x2 , x3 , . . . , xn } adalah himpunan yang memuat n vek-


tor karakteristik dari A yang bebas linear dengan nilai karakteristik yang bersesuaian
λ1 , λ2 , λ3 , . . . , λn dan didifinisikan
 
T =  x1 | x2 | x3 | . . . | xn
λ1 0 0 ... 0
 0 λ2 0 ... 0 
   
 ... 0 
D= 0 0 λ3  = λ1 e1 |λ2 e2 |λ3 e3 | . . . |λn en .
 .. .. .. .. 
 . . . . 
0 0 0 . . . λn

Kolom-kolom dari T adalah vektor-vektor yang bebas linear, maka T adalah matriks yang

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


58 S istem differensial linier..

nonsingulir. Jadi matriks invers T −1 ada. Sehingga didapat


 
T −1 AT = T −1 A x1 | x2 | x3 | . . . | xn
 
= T −1 Ax1 | Ax2 | Ax3 | . . . | Axn
 
= T −1 λ1 x1 |λ2 x2 |λ3 x3 | . . . |λn xn
 
= T −1 λ1 T e1 |λ2 T e2 |λ3 T e3 | . . . |λn T en
 
= T −1 T (λ1 e1 )|T (λ2 e2 )|T (λ3 e3 )| . . . |T (λn en )
 
= T −1 T λ1 e1 |λ2 e2 |λ3 e3 | . . . |λn en
= In D
= D.
(⇒) Sebaliknya, misalkan A dapat didiagonalkan, maka ada matriks nonsingulir berukuran
n×n  
S = y1 | y2 | y3 | . . . | yn
dan matriks diagonal
 
d1 0 0 ... 0
 0 d2 0 ... 0 
   
 0 0 d3 ... 0 
E=  = d1 e1 |d2e2 |d3 e3 | . . . |dn en
 .. .. .. .. 
 . . . . 
0 0 0 . . . dn
yang memenuhi S −1 AS = E. Sehingga diperoleh
   
Ay1 |Ay2 |Ay3 | . . . |Ayn = A y1 |y2 |y3 | . . . |yn
= AS
= In AS
= SS −1 AS
= SE
 
= S d1 e1 |d2 e2 |d3 e3 | . . . |dn en

= d1 (Se1 )|d2 (Se2 )|d3 (Se3 )| . . .
. . . |dn (Sen )]
 
= d1 y1 |d2 y2 |d3 y3 | . . . |dn yn .
Terlihat bahwa Ayi = di yi , i = 1, 2, 3, . . . , n, jadi yi adalah vektor karakteristik dari A
dengan nilai karakteristik di .

Teorema 4 tidak mensyaratkan kondisi dari nilai karakteristik λi , yaitu λi tidak harus
berbeda satu dengan yang lainnya. Sepanjang n vektor karakteristik dari matriks A
adalah vektor-vektor yang bebas linear, maka pasti matriks A bisa didiagonalkan. Teorema
berikutnya menjelaskan bagaimana bila λi 6= λj untuk i 6= j.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P enyelesaian persamaan differensial linier.. 59

Teorema 5 Misalkan matriks A berukuran n × n, bila nilai karakteristik dari A adalah


λi , i = 1, 2, . . . , n dengan λi 6= λj untuk i 6= j, maka matriks A dapat didiagonalkan.

Bukti Misalkan S = {x1 , x2 , x3 , . . . , xn } adalah himpunan vektor karakteristik dari A yang


bersesuaian dengan nilai karakteristik λ1 , λ2 , λ3 , . . . , λn . Pertama akan ditunjukkan bahwa
S adalah himpunan dari vektor-vektor yang bebas linear. Digunakan bukti tidak langsung,
yaitu andaikan bahwa S memuat vektor-vektor yang bergantungan linear. Difinisikan him-
punan Si = {x1 , x2 , x3 , . . . , xi } dan k adalah suatu bilangan bulat sedemikian hingga
Sk−1 = {x1 , x2 , x3 , . . . , xk−1 } adalah bebas linear sedangkan Sk = {x1 , x2 , x3 , . . . , xk }
bergantungan linear. Pilih skalar a1 , a2 , a3 , . . . , ak dengan aj 6= 0 untuk beberapa j se-
hingga berlaku
0 = a1 x1 + a2 x2 + a3 x3 + . . . + ak xk . (3.36)
Maka, didapat
0 = (A − λk In )0
= (A − λk In )(a1 x1 + a2 x2 + a3 x3 + . . . + ak xk )
= a1 (A − λk In )x1 + a2 (A − λk In )x2 +
a3 (A − λk In )x3 + . . . + ak (A − λk In )xk
= a1 (Ax1 − λk x1 ) + a2 (Ax2 − λk x2 ) +
a3 (Ax3 − λk x3 ) + . . . + ak (Axk − λk xk )
= a1 (λ1 x1 − λk x1 ) + a2 (λ2 x2 − λk x2 ) +
a3 (λ3 x3 − λk x3 ) + . . . + ak (λk xk − λk xk )
= a1 (λ1 − λk )x1 + a2 (λ2 − λk )x2 +
a3 (λ3 − λk )x3 + . . . + ak (λk − λk )xk
= a1 (λ1 − λk )x1 + a2 (λ2 − λk )x2 + a3 (λ3 − λk )x3 + . . .
+ak−1 (λk−1 − λk )xk−1 .
Karena vektor-vektor x1 , x2 , x3 , . . . , xk−1 adalah bebas linear, maka didapat
a1 (λ1 − λk ) = a2 (λ2 − λk ) = . . . = ak−1 (λk−1 − λk ) = 0
dan karena λi 6= λj , i 6= j, maka diperoleh
a1 = a2 = a3 = . . . = ak−1 = 0. (3.37)
Oleh karena itu persamaan (3.36) menjadi
0 = 0 + 0 + 0 + . . . + ak xk
atau 0 = ak xk . Karena xk 6= 0, maka ak = 0. Hasil ini gabungkan dengan hasil dalam
persamaan (3.37), didapat aj = 0 untuk semua j = 1, 2, 3, . . . , k. Hal ini kontradiksi,
yaitu bertentangan dengan kenyataan bahwa aj 6= 0 untuk beberapa j. Jadi haruslah
S = {x1 , x2 , x3 , . . . , xn } adalah himpunan vektor-vektor yang bebas linear. Oleh karena
itu, berdasarkan Teorema 4 matriks A dapat didiagonalkan.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


60 S istem differensial linier..

Berikut ini diberikan contoh-contoh menghitung matriks ekponensial eAt untuk matriks A
yang bisa didiagonalkan.

Contoh 11 Diberikan matriks


 
1 1 −2
A= 0 0 2 .
0 −1 3

Vektor karaktertistik dari matriks A adalah


     
1 0 1
x1 =  0  , x2 =  2  , x3 =  −1 
0 1 −1

yang bersesuaian dengan nilai karakteristik λ1 = λ2 = 1 dan λ3 = 2. Bisa diselidiki bahwa


vektor-vektor x1 , x2 dan x3 adalah bebas linear. Jadi matriks

T = [x1 |x2 |x3 ]


 
1 0 1
=  0 2 −1 
0 1 −1

adalah nonsingulir, sehingga matriks T −1 ada, yaitu


 
1 −1 2
T −1 =  0 1 −1  .
0 1 −2

Sehingga matriks A dapat didiagonalkan menjadi

−1
D = T
 AT   
1 −1 2 1 1 −2 1 0 1
=  0 1 −1   0 0 2   0 2 −1 
0 1 −2 0 −1 3 0 1 −1
 
1 0 0
=  0 1 0 .
0 0 2

Dalam hal ini, matriks A bisa ditulis sebagai A = T DT −1. Selanjutnya matriks eAt

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P enyelesaian persamaan differensial linier.. 61

diberikan oleh
−1
eAt = e(T DT )t
T eDt T −1
=   t  
1 0 1 e 0 0 1 −1 2
=  0 2 −1   0 et 0   0 1 −1 
0 1 −1 0 0 e2t 0 1 −2
 t 
e e2t − et 2et − 2e2t
=  0 2et − e2t 2e2t − 2et  .
0 et − e2t 2e2t − et


Contoh 12 Diberikan matriks


 
3 −2 −2
A =  2 −1 −3  .
−2 2 4
Vektor karaktertistik dari matriks A adalah
     
1 0 1
x1 =  1  , x2 =  1  , x3 =  2 
0 −1 −2
yang bersesuaian dengan nilai karakteristik λ1 = 1, λ2 = 2 dan λ3 = 3. Bisa diselidiki
bahwa vektor-vektor x1 , x2 dan x3 adalah bebas linear. Jadi matriks
S = [x1 |x2 |x3 ]
 
1 0 1
=  1 1 2 
0 −1 −2
adalah nonsingulir, sehingga matriks S −1 ada, yaitu
 
0 1 1
S −1 =  −2 2 1 .
1 −1 −1
Sehingga matriks A dapat didiagonalkan menjadi
S −1 AS
E =    
0 1 1 3 −2 −2 1 0 1
=  −2 2 1   2 −1 −3   1 1 2 
1 −1 −1 −2 2 4 0 −1 −2
 
1 0 0
=  0 2 0 .
0 0 3

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


62 S istem differensial linier..

Dalam hal ini, matriks A bisa ditulis sebagai A = SES −1 . Selanjutnya matriks eAt
diberikan oleh
−1
eAt = e(SES )t
Et −1
= Se
 S  t  
1 0 1 e 0 0 0 1 1
=  1 1 2   0 e2t 0   −2 2 1 
3t
0 −1 −2 0 0 e 1 −1 −1
 
e3t et − e3t et − e3t
=  2e3t − 2e2t −2e3t + 2e2t + et −2e3t + e2t + et  .
2e2t − 2e3t 2e3t − 2e2t 2e3t − e2t

Teorema 4 dan Teorema 5 memberikan syarat bagaimana suatu matriks persegi bisa didi-
agonalkan, hasil teorema ini memudahkan untuk menghitung matriks eksponensial tanpa
harus menderetkan matriks eksponensial sebagaimana diberikan dalam Contoh 11 dan
Contoh 12. Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tidak semua matriks persegi berukuran
n × n bisa didiagonalkan. Hal ini berkaitan dengan banyaknya vektor karakteristik dari
matriks persegi ini yang bebas linear, bila banyaknya vektor karakteristik yang bebas linear
kurang dari n, maka jelas matriks persegi tsb. tidak bisa didiagonalkan.
Oleh karenanya suatu matriks persegi berukuran n × n tak dapat didiagonalkan mem-
punyai k (< n) nilai karakteristik yang akan dinotasikan dengan λi , i = 1, 2, . . . , k. Mul-
tisiplisitas aljabar dari λi adalah banyaknya akar rangkap λi dari polinomial karak-
teristik det(A − λi In ) dan dinotasikan oleh αA (λi ), akar λi mungkin bilangan kompleks.
Multisiplisitas geometri dari λi adalah banyaknya vektor karakteristik yang bebas li-
near bersesuaian dengan nilai karakteristik λi dan dinotasikan oleh γA (λi ). Suatu ruang
bagian yang dibangun oleh semua vektor karakteristik yang bebas linear dari nilai karak-
teristik λi dinamakan ruang karakteristik dan dinotasikan oleh εA (λi ). Jelas bahwa
γA (λi ) = dim(εA (λi )), dengan dim(εA (λi )) adalah dimensi dari ruang karakteristik εA (λi )
dan secara umum berlaku γA (λi ) ≤ αA (λi ).
Dalam Contoh 11 matriks A dengan nilai karakteristik λ = 1 mempunyai multisiplisitas
aljabar 2 dan mulisiplisitas geometrinya juga 2, sedangkan untuk nilai karakteristik λ = 2
multisiplisitas aljabarnya 1 dan multisiplisitas geometrinya juga 1. Disini terlihat bahwa
masing-masing multisiplisitas aljabar sama dengan multisiplisitas geometrinya. Begitu
juga dalam Contoh 12 masing-masing multisiplisitas aljabar dan multisiplisitas geometri-
nya sama. Dalam masing-masing Contoh yang telah disebutkan ini sudah diketahui bahwa
masing-masing matriks persegi yang diberikan dalam contoh bisa didiagonalkan. Hal ini
memberikan suatu isyarat bahwa bila aljabar multisipisitas dan geometri multisiplisitas
tidak sama maka matriks tidak dapat didiagonalkan. Sifat berikut menjelaskan apa yang
telah dibahas ini.
Teorema 6 Misalkan matriks A berukuran n × n, maka A dapat didiagonalkan bila dan
hanya bila γA (λ) = αA (λ) untuk setiap nilai karakteristik λ dari A.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P enyelesaian persamaan differensial linier.. 63

Bukti Misalkan A mempunyai nilai karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainnya
yaitu λ1 , λ2 , . . . , λk dan misalkan Si = {xi1 , xi2 , . . . , xiγA (λi ) } himpunan vektor karakteristik
yang bebas linear untuk nilai karakteristik dari λi (jelas bahwa vektor-vektor ini adalah
salah satu basis dari εA (λi )) untuk 1 ≤ i ≤ k. Maka
S = S1 ∪ S2 ∪ . . . ∪ Sk
adalah himpunan vektor-vektor karakteristik dari A. Satu vektor karakteristik tidak akan
bisa berpasangan dengan dua nilai karakteristik yang berbeda, jadi Si ∩ Sj = ∅, i 6= j,
dengan kata lain S merupakan gabungan dari Si yang saling asing untuk 1 ≤ i ≤ k.
(⇐) Banyaknya anggota dari himpunan S adalah
k
X
|S| = γA (λi )
i=1
Xk
= αA (λi )
i=1
= n.
Selanjutnya dibahas persamaan berikut
0 = a11 x11 + a12 x12 + . . . + a1γA (λ1 ) x1γA (λ1 )
+ a21 x21 + a22 x22 + . . . + a2γA (λ2 ) x2γA (λ2 )
+ . . . + ak1 xk1 + ak2 xk2 + . . . + akγA (λk ) xkγA (λ1 ) ,
dan misalkan
y1 = a11 x11 + a12 x12 + . . . + a1γA (λ1 ) x1γA (λ1 )
y2 = a21 x21 + a22 x22 + . . . + a2γA (λ2 ) x2γA (λ2 )
..
.
yk = ak1 xk1 + ak2 xk2 + . . . + akγA (λk ) xkγA (λk ) .
Sehingga didapat persamaan
0 = y1 + y2 + . . . + yk . (3.38)
Selanjutnya ditunjukkan bahwa yi = 0 untuk i = 1, 2, . . . , k. Jelas bahwa yi ∈ εA (λi ), i =
1, 2, . . . , k. Jadi kemungkinannya adalah yi adalah vektor karakteristik yang sesuai de-
ngan nilai karakteristik λi (yi 6= 0) atau yi = 0. Bila masing-masing yi adalah vektor
karakteristik yang sesuai dengan nilai karakteristik λi dan karena λi 6= λj , i 6= j, maka
y1 , y1 , . . . , yk adalah bebas linear. Hal ini tidaklah mungkin dengan melihat kenyataan
persamaan (3.38). Jadi haruslah semua yi = 0, i = 1, 2, . . . , k. Sehingga didapat
0 = a11 x11 + a12 x12 + . . . + a1γA (λ1 ) x1γA (λ1 )
0 = a21 x21 + a22 x22 + . . . + a2γA (λ2 ) x2γA (λ2 )
..
.
0 = ak1 xk1 + ak2 xk2 + . . . + akγA (λk ) xkγA (λk ) .

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


64 S istem differensial linier..

Karena masing-masing xi1 , xi2 , . . . , xiγA (λi ) adalah basis dari ruang karakteristik εA (λi ) un-
P
k
tuk i = 1, 2, . . . , k, maka haruslah aij = 0 untuk i = 1, 2, . . . , k dan j = 1, 2, . . . , γA (λl ) =
l=1
n. Jadi himpunan S merupakan himpunan vektor-vektor yang bebas linear. Maka dari itu
mengingat hasil dari Teorema 4 matriks A dapat didiagonalkan.
(⇒) Misalkan bahwa A dapat didiagonalkan dan andaikan ada λt sehingga γA (λt ) 6= αA (λt ),
maka γA (λt ) < αA (λt ) dan γA (λi ) ≤ αA (λi ) untuk 1 ≤ i ≤ k dengan i 6= t. Karena A da-
pat didiagonalkan, maka Teorema 4 menjamin ada suatu himpunan S dari n vektor bebas
linear yang merupakan vektor-vektor karakteristik dari A. Misalkan ni adalah banyaknya
vektor karakteristik di S yang bersesuaian dengan nilai karakteristik λi dan ingat bahwa
suatu vektor tidak akan merupakan suatu vektor karakteristik untuk dua nilai karakteristik
yang berbeda. Himpunan S adalah himpunan dari n vektor yang bebas linear dan, jadi
Si adalah himpunan bagian dari S terdiri dari ni vektor yang juga bebas linear. Karena
ruang karakteristik εA (λi ) berdimensi γA (λi ) dan Si adalah himpunan bagian dari εA (λi )
yang memuat ni vektor bebas linear, maka ni ≤ γA (λi ) untuk 1 ≤ i ≤ k. Sehingga didapat
n = n1 + n2 + . . . + nt + . . . + nk
≤ γA (λ1 ) + γA (λ2 ) + . . . + γA (λt ) + . . . + γA (λk )
< αA (λ1 ) + αA (λ2 ) + . . . + αA (λt ) + . . . + αA (λk ) = n.
Terlihat bahwa terjadi suatu kontradiksi (tidak mungkin n < n). Jadi haruslah γA (λ) =
αA (λ) untuk semua nilai karakteristik λ dari matriks A.

Berikut ini diberikan suatu contoh dari matriks yang tidak bisa didiagonalkan.

Contoh 13 Diberikan matriks persegi


 
1 −1 −2
A =  −2 −2 −6  .
1 2 5
Polinomial karakteristik dari A adalah pA (λ) = |A−λI3 | = −λ3 +4λ2 −5λ+2 = (1−λ)2 (2−
λ). Sehingga didapat multisiplisitas aljabar dari λ = 1 adalah αA (1) = 2 dan multiplisitas
aljabar dari λ = 2 adalah αA (2) = 1. Untuk memperoleh multisiplitas geometri dari λ = 1
bisa ditentukan lewat dimensi dari ruang εA (1) = ker(A − I3 ). Matriks (A − I3 ) adalah
     
1 −1 −2 1 0 0 0 −1 −2
A − I3 =  −2 −2 −6  −  0 1 0  =  −2 −3 −6  .
1 2 5 0 0 1 1 2 4
Sehingga diperoleh    
 0 
ker(A − I3 ) = a  2  a ∈ R ,
 
−1

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P enyelesaian persamaan differensial linier.. 65

terlihat bahwa dim(ker(A − I)) = 1 atau dim(εA (1)) = 1 oleh karena itu γA (1) = 1. Jadi
γA (1) = 1 < 2 = αA (1), menurut hasil dari Teorema 6 matriks A tidak bisa didiagonalkan.

Teorema 7 Misalkan matriks A berukuran n×n mempunyai sebanyak k nilai karakteristik


P
k
λi yang berbeda dengan multisiplisitas mi , i = 1, 2, . . . , k, mi = n. Didefinisikan
i=1
Ni = ker[(A − λi I)mi ], maka

1. dimensi dari ruang bagian linear Ni adalah mi , i = 1, 2, . . . , k

2. ruang vektor Cn berdimensi n atas lapangan kompleks C adalah jumlahan langsung


dari ruang bagian Ni , yaitu:

Cn = N1 ⊕ N2 ⊕ · · · ⊕ Nk .

Untuk bukti teori tsb. dan materi dasar teori matriks pembaca bisa merujuk pada [Bell-
man, 1970]. Suatu ruang linear N merupakan jumlahan langsung dari dua ruang bagian
linear N1 dan N2 ditulis N = N1 ⊕ N2 bila untuk setiap x ∈ N bisa secara tunggal dikom-
posisikan sebagai x = x1 + x2 dengan x1 ∈ N1 dan x2 ∈ N2 . Bila matriks A berukuran
n × n mempunyai n nilai karakteristik yang berbeda, maka Ni dalam Teorema 7 adalah
ruang bagian berdimensi satu dibangun oleh vektor karakteristik dengan nilai karakteristik
λi .

Teorema 8 Untuk setiap matriks n×n ada suatu matrik T yang punya invers sedemikian
hingga
T −1 AT = J, (3.39)
dalam hal ini matriks J dinamakan bentuk Jordan yang mempunyai struktur diagonal-blok
berbentuk
J = diag(J1 , J2 , . . . , Jk ),
yaitu:  
J1 0
 J2 
 
J = . .  (3.40)
 . 
0 Jk
Disini k didefinisikan seperti didalam Teorema 7. Setiap blok Ji , i = 1, 2, . . . , k, juga
memmpunyai struktur diagonal-blok,

Ji = diag(Ji1 , Ji2 , . . . , Jili ),

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


66 S istem differensial linier..

dengan li adalah suatu bilangan bulat ≥ 1 dan setiap sub-blok berbentuk seperti berikut
 
λi 1 0 . . . 0
 .. .. .. .. 
 . . . .
 . . 
Jij = 
 .. .. 0 .
 .. 
 . 1
0 λi

Bila matriks T dipartisi sebagai T = [T1 , T2 , . . . , Tk ], sesuaikan dengan partisi di (3.40),


maka vektor kolom Ti membentuk suatu basis untuk ruang bagian Ni . Dari persamaan
(3.39) didapat AT = T J. Bila vektor kolom individu dari T dinotasikan oleh

q1 , q2 , . . . , qn ,

maka kolom ke-i dari AT sama dengan Aqi dan kolom ke-i dari T J sama dengan λqi +γi qi−1
dengan γi bernilai satu atau nol, bergantung kepada lokasi baris ke-i dari blok Jordan yang
sesuai. Jadi
Aqi = λqi + γi qi−1 , i = 1, 2, . . . , n, (γ1 = 0), (3.41)
dengan λ adalah suatu nilai karakteristik dan γi nol atau satu. Bila γi = 0 maka qi
adalah suatu vektor karakteristik dari A. Bila γi = 1, maka vektor qi dinamakan v ektor
karakteristik tergenerallisir.
Selanjutnya dihitung eAt , yaitu

eAt = T eJt T −1 .

Pemakaian dari definisi eJt (lihat (3.30)) memberikan

eJt = diag(eJ1 t , eJ2 t , · · · , eJk t )

dan untuk masing-masing blok

eJi t = diag(eJil t , eJil t , · · · , eJili t ).

Terakhir untuk masing-masing sub-blok:


 
t2 tdij −1
1 t 2!
··· (dij −1)! 
 ..
 .. .. .. 
 . . . . 
Jij t λi t  . . 
e =e  .. .. t2 ,
 2! 
 .. 
 . t 
0 1

dengan dij adalah dimensi dari Jij .

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P enyelesaian persamaan differensial linier.. 67

Catatan : Perhatikan bahwa bila qi+1 , qi+1 , · · · , qi+dij adalah vektor karakteristik (tergen-
erallisir) untuk blok Jordan Jij dengan nilai karakteristik λi , maka

(A − λi I)k qi+k = 0, k = 1, 2, · · · , dij .

Hal ini bisa dibuktikan sebagai berikut. Untuk k = 1 jelas bahwa (A − λi I)qi+1 = 0 sebab
qi+1 adalah suatu vektor karakteristik. Untuk k = 2 bisa ditulis

(A − λi I)2 qi+2 = (A − λi I)((A − λi I)qi+2 ) = (A − λi I)qi−1 = 0,

disini digunakan (3.41). Bukti untuk k yang lebih tinggi bisa digunakan induksi. Jadi vek-
tor qi+1 , qi+1 , · · · , qi+dij membangun ruang bagian linear Ni seperti yang telah dinyatakan
dalam Teorema 7.
Selanjutnya untuk mempermudah perhitungan dalam mencari bentuk Jordan dari sua-
tu matriks A berukuran n × n dengan polinomial karakteristik

(λ − λ1 )m1 (λ − λ2 )m2 . . . (λ − λk )mk

dengan m1 + m2 + . . . + mk = n dan λi berbeda satu dengan yang lainnya untuk i =


1, 2, . . . , k; diberikan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Selesaikan persamaan (A − λ1 I)v1 = 0.

2. Selesaikan persamaan (A − λ1 I)vi = vi−1 dengan


i = 2, 3, . . . , m1 .

3. Ulangi langkah [1.]-[2.] untuk λj dan mj dengan


j = 2, 3, . . . , k.

4. Pilih matriks T = [v1 v2 . . . vn ].

5. Bentuk Jordan dari matriks A diberikan oleh J = T −1 AT .

Contoh 14 Diberikan matriks A


 
0 1 0 0
 25 0 0 0
A=
 0
.
0 0 1
− 53 0 0 0

Nilai karakteristik dari A adalah λ1,2 = 0, λ3 = 5 dan λ4 = −5. Untuk nilai karakteristik
0 rangkap sebanyak 2, diselesesaikan persamaan:
   
0 1 0 0 0
 25 0 0 0 0
   
 0 0 0 1 v1 = 0; didapat v1 = −1 .
− 53 0 0 0 0

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


68 S istem differensial linier..

Selanjutnya diselesesaikan persamaan:


     
0 1 0 0 0 0
 25 0 0 0 0 0
     
 0 0 0 1 v2 = −1 ; didapat v2 =  0  .
− 35 0 0 0 0 −1
Untuk λ3 = 5, diselesaikan persamaan (A − 5I)v3 = 0; yaitu:
   25 
−5 1 0 0 −3
 25 −5 0 0  − 125 
  v = 0, didapat v3 =  1 3  .
 0 0 −5 1  3 
5

3
−5 0 0 −5 1
Untuk λ4 = −5, diselesaikan persamaan (A + 5I)v4 = 0; yaitu:
   25 
5 1 0 0 3
 25 5 0 0 − 125 
  v = 0, didapat v4 =  13  .
 0 0 5 1 4 − 
5
− 53 0 0 5 1
Sehingga diperoleh matriks T , yang diberikan oleh:
 
0 0 − 25 3
25
3
0 0 − 125 − 125 
T = −1 0
3 3 
1
5
−5 1

0 −1 1 1
dan invers matriks T diberikan oleh:
 3 
− 125 0 −1 0
 0 3
− 125 0 −1
T −1 = 
− 3 3
.

50
− 250
0 0
3 3
− 50 − − 250 0 0
Bentuk Jordan dari matriks A, diberikan oleh J = T −1 AT :
 3  
− 125 0 −1 0 0 1 0 0
 0 − 3
0 −1   25 0 0 0
J =  − 3
125 
 0 0 0

50
− 3
250
0 0 1
3 3
− 50 − − 250 0 0 − 35 0 0 0
 
0 0 − 25 3
25
3
0 0 − 125 − 125 
 3 3 
−1 0 1
−5 1
5
0 −1 1 1
 
0 1 0 0
0 0 0 0 
=  0 0 5 0 

0 0 0 −5

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P enyelesaian persamaan differensial linier.. 69

dan  
1 t 0 0
0 1 0 0 
eJt =
0
.
0 e5t 0 
0 0 0 e−5t
Sedangkan matriks eAt diberikan oleh:
 1

cosh 5t 5
sinh 5t 0 0
 5 sinh 5t cosh 5t 0 0
eAt = T eJt T −1 = 
 3 (1 − cosh 5t)
.
125
3
625
(5t − sinh 5t) 1 t
3 3
− 25 sinh 5t 125
(1 − cosh 5t) 0 1

Contoh 15 Diberikan matriks A


 
0 1 0 0
3 0 0 2
A=
0 0
.
0 1
0 −2 0 0

Nilai karakteristik dari A adalah λ1,2 = 0, λ3 = i dan λ4 = −i. Dengan melakukan per-
hitungan serupa dengan contoh sebelumnya, masing-masing matriks T dan T −1 diberikan
oleh:    
0 − 23 1 1 0 −2 1 0
0 0 −i   0 0 −3
T =
i  , T −1 = 1 −63 
1 0 2i −2i 1250 − 2 − 12 i 0 −1
0 1 −2 −2 − 32 21 i 0 −1
. Sedangkan bentuk Jordan dari matriks A diberikan oleh:
   
0 1 0 0 1 t 0 0
0 0 0 0   0 
J =  Jt 0 1 0 .
0 0 i 0  dan e = 0 0 eit
0 
0 0 0 −i 0 0 0 e−it

Sedangkan matriks eAt diberikan oleh:


 
4 − 3 cos t sin t 0 2 − 2 cos t
 3 sin t cos t 0 2 sin t 
eAt = T eJt T −1 = 
−6t + 6 sin t −2 + 2 cos t
.
1 −3t + 4 sin t
−6 + 6 cos t −2 sin t 0 −3 + 4 cos t

Latihan 14 Hitung eAt bila

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


70 S istem differensial linier..

   
0 0 1 2
1. A = . 2. A = .
0 0 −2 1

   
0 1 −1 0
3. A = . 4. A = .
0 0 1 −1

 
1 0
5. A = .
0 2

Latihan 15 Bila A1 dan A2 dua matriks yang komutatif, maka tunjukkan bahwa e(A1 +A2 )t =
eA1 t eA2 t . Berikan contoh penyangkal terhadap persamaan ini bila A1 dan A2 tidak komu-
tatif.

Latihan 16 Diberikan sistem dengan order n ẋ(t) = Ax(t) dengan

 
0 1 0 ... 0
 .. ..
.
..
.
..
.
.. 
 . . 
 
A =  ... ..
.
..
. 0  .
 
 0 ... ... 0 1 
−a0 −a1 . . . −an−2 −an−1

Tunjukkan bahwa polinomial karakteristik dari A adalah

λn + an−1 λn−1 + . . . + a1 λ + a0 .

Bila λ adalah suatu nilai karakteristik dari A, maka tunjukkan bahwa vektor karakteristik
yang bersesuaian adalah:
(1, λ, λ2, . . . , λn−1)T .

Latihan 17 Tunjukkan bahwa suatu bentuk Jordan matriks


 
1 −1 0 . . . ... 0
1 −1 0 . . . ... 0
 
0 1 −1 0 ... 0
 
A =  .. .. .. ..
. . .  .
 
0 ... ... 1 −1 0 
0 ... ... 0 1 −1

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P enyelesaian persamaan differensial linier.. 71

adalah  
..
0 1 . 0 ... ... ... 0
 .. 
0 0 . 0 ... ... ... 0 
 
 
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
 .. 
0 0 . −1 1 0 ... 0 
 
 . .
 0 . . . .. 0 −1 1 0 0
 
 .. .. .. .. .. 
 . . . . . 0
 . .. 
 .. . 0 −1 1 
 
..
0 ... . ... . . . . . . 0 −1

Sebagaimana telah dibahas sebelumnya untuk menghitung matriks eksponesial eAt


adalah tidak begitu sederhana. Beberapa tahapan harus dilakukan, yaitu : bila ma-
triks persegi A bisa didiagonalkam, maka menghitung matriks eksponensial eAt adalah
mudah dilakukan. Namum prosedur untuk mendapatkan matriks A menjadi bentuk diag-
onal tidaklah sederhana. Hal ini melibatkan beberapa pemahaman yang berkaitan dengan
pengertian pasangan vektor karakteristik dan nilai karakteristik dari matriks A. Begitu
juga bila matriks A tidak bisa didiagonalkan, maka matriks A dijadikan matriks ham-
pir diagonal yaitu matriks bentuk Jordan, sehingga penghitungan matriks eksponensial
eAt menjadi agak mudah. Tetapi kompleksitas kesulitan untuk memperoleh matriks Jor-
dan ini dibandingkan dengan mendapatkan matriks yang bisa didiagonalkan adalah lebih
rumit. Hal ini berkaitan dengan masalah bahwa multiplisitas aljabar dari suatu nilai
karakteristik lebih besar dari pada multiplisitas geometrinya. Oleh karena itu dalam pem-
bahasan berikut ini diberikan suatu cara lain untuk menghitung matriks eksponensial eAt
berdasarkan persamaan (3.35), yaitu :
f (At) = c0 I + c1 A + c2 A2 + · · · + cn−1 An−1 , (3.42)
dengan f (At) = eAt . Dari persamaan (3.42) ini bila nilai-nilai c0 , c1 , · · · , cn−1 bisa diten-
tukan, maka matriks eksponensial eAt bisa diperoleh. Misalkan bahwa semua nilai karak-
teristik dari matriks A, λk , k = 1, 2, · · · , n berbeda, koefisien c0 , c1 , . . . , cn−1 bisa diperoleh
dari kondisi
f (λk ) = eλk (t) = c0 + c1 λk + . . . + cn−1 λkn−1 , k = 1, 2, · · · , n. (3.43)
Persamaan (10.46) adalah persamaan linear dengan n persamaan dan n peubah dan dapat
ditulis dalam bentuk matrix
    
1 λ1 . . . (λ1 )n−1 c0 eλ1 t
1 λ2 . . . (λ2 )n−1   c1   eλ2 t 
    
 .. .. . . ..   ..  =  ..  (3.44)
. . . .   .   . 
1 λn . . . (λn )n−1 cn−1 eλn t

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


72 S istem differensial linier..

Selesiakan Persamaan (10.47), maka didapat c0 , c1 , . . . , cn−1 . Bila nilai karakteristik ada
yang sama, misalkan λ1 = λ2 = . . . = λm dan sisanya λm+1 , . . . , λn berbeda. Maka
c0 , c1 , . . . , cm , cm+1 · · · , cn didapat dari persamaan linear berikut.

eλ1 t = c0 + c1 λ1 + · · · + cn−1 λ1n−1


d λ1 t d 
e = c0 + c1 λ1 + · · · + cn−1 λ1n−1
dλ1 dλ1
2
d λ1 t d2 n−1

e = c 0 + c 1 λ 1 + · · · + c n−1 λ 1
dλ21 dλ21
..
.
d m−1
λ1 t dm−1 n−1

e = c 0 + c 1 λ 1 + · · · + c n−1 λ 1
dλm−1
1 dλm−1
1
eλm+1 t = c0 + c1 λm+1 + · · · + cn−1 λm+1 n−1

..
.
λn t
e = c0 + c1 λn + · · · + cn−1 λnn−1

Contoh 16 Diberikan matriks


 
2 4
A= ⇒ λ1 = 0, λ2 = 4.
1 2

Didapat  
A 2c1 + c1 4c1
f (A) = e = c0 I + c1 A =
c1 2c1 + c0
dan f (λ) = c0 + c1 λ. Sehingga diperoleh

e0 = c0 + c1 (0) ⇒ c0 = e0 = 1
e4 − 1
e4 = c0 + c1 (4) ⇒ c1 = .
4
Jadi    
e4 − 1 e4 1
 2 +1 e4 − 1   2 +2
4
e −1 
 4   
eA =  = .
 e4 − 1 e4 − 1   e4 1 e4 1 
2 +1 − +
4 4 4 4 2 2
Contoh 17 Dapatkan matriks transisi dari matriks
 
5 7 −5
A= 0  4 −1
2 8 −3

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P enyelesaian persamaan differensial linier.. 73

Jawab
Polinomial karakteristik dari A diberikan oleh
 
λ − 5 −7 5
det(λI − A) = det  0 λ−4 1 =0
−2 −8 λ + 3

atau
λ3 − 6λ2 + 11λ − 6 = (λ − 1)(λ − 2)(λ − 3) = 0.

Didapat nilai karakteristik dari A, λ1 = 1, λ2 = 2, λ3 = 3. Sehingga didapat persamaan


    t 
1 1 1 b0 e
1 2 (2)3−1  b1  = e2t  .
1 3 (3)3−1 b2 e3t

Nilai b0 , b1 , b2 diberikan oleh

et 1 1
e2t 2 4
e3t 3 9 2e3t − 6e2t + 6et
b0 = = = e3t − 3e2t + 3et ,
1 1 1 2
1 2 4
1 3 9

1 et 1
1 e2t 4
1 e3t 9 −3 e3 t + 8 e2 t − 5 et 3 e3 t 5 et
b1 = = =− + 4 e2 t −
1 1 1 2 2 2
1 2 4
1 3 9

dan
1 1 et
1 2 e2t
1 3 e3t e3 t − 2 e2 t + et e3 t et
b2 = = = − e2 t + .
1 1 1 2 2 2
1 2 4
1 3 9

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


74 S istem differensial linier..

Sehingga didapat

eAt = b0 I + b1 A + b2 A2
 
 1 0 0
t 
= 3t 2t
e − 3e + 3e 0 1 0
0 0 1
 
  5 7 −5
3 e3 t t
5e 
+ − + 4 e2 t − 0 4 −1
2 2
2 8 −3
 
 3t t
 15 23 −17
e e 
+ − e2 t + −2 8 −1 
2 2
4 22 −9
 
e3 t + 2 e2 t − 2 et e3 t + 5 e2 t − 6 et −e3 t − 3 e2 t + 4 et
=  −e3 t + 2 e2 t − et −e3 t + 5 e2 t − 3 et e3 t − 3 e2 t + 2 et  .
−e3 t + 4 e2 t − 3 et −e3 t + 10 e2 t − 9 et e3 t − 6 e2 t + 6 et

Contoh 18 Diberikan matriks  


1 1 0
A =  0 1 0 .
0 0 2

Polinomial karakteristik dari A adalah

p(λ) = (λ − 1)2 (λ − 2) = 0,

didapat λ1 = λ2 = 1 dan λ3 = 2. Sehingga diperoleh persamaan linear

et = b0 + b1 + b2
tet = b1 + 2b2
e2t = b0 + 2b1 + 4b2

atau dalam bentuk matriks


    t     t 
1 1 1 b0 e b0 0 −2 1 e
0 1 2 b1  = tet  ⇒ b1  =  2 3 −2   tet  .
1 2 4 b2 e2t b2 −1 −1 1 e2t

Didapat
   
b0 e2 t − 2 t et
b1  = −2 e2 t + 3 t et + 2 et  .
b2 e2 t − t et − et

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P enyelesaian persamaan differensial linier.. 75

Dengan demikian matriks transisi eAt diberikan oleh


eAt = b0 I + b1 A + b2 A2
 
 1 0 0
= e2 t − 2 t et 0 1 0
0 0 1
 
 1 1 0
+ −2 e2 t + 3 t et + 2 et 0 1 0
0 0 2
 
 1 2 0
+ e2 t − t et − et 0 1 0
0 0 4
 t 
e t et 0
=  0 et 0 .
0 0 e2 t
Contoh 19 Diberikan matriks
 
0 1
A= ⇒ λ1 = i, λ2 = −i.
−1 0
Didapat  
At c0 c1
f (At) = e = c0 I + c1 A =
−c1 c0
dan f (λ) = eλ t = c0 + c1 λ. Sehingga diperoleh
 eit + e−it
it
e = c0 + c1 i  c0 = = cos t
2


e−it = c0 + c1 (−i) eit − e−it
c1 = = sin t
2i
Jadi  
cos t sin t
eAt = .
− sin t cos t
Contoh 20 Diberikan matriks
 
0 0 0
A =  1 0 0  ⇒ λ1 = 0 = λ2 , λ3 = 1.
1 0 1
Didapat
f (At) = eAt = c0 I + c1 A + c2 A2
 
c0 0 0
=  c1 c0 0 
c2 + c1 0 c2 + c1 + c0

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


76 S istem differensial linier..

dan f (λ) = eλ t = c0 + c1 λ + c2 λ2 , untuk λ = 0, didapat satu tambahan persamaan


d λt
e = c1 + 2c2 λ

atau
t eλ t = c1 + 2c2 λ.
Sehingga diperoleh :

e0 t = c0 + c1 (0) + c2 (0)2  c0 = 1
t e0 t = c1 + 2c2 (0) ⇒ c1 = t
t 2 
e = c0 + c1 (1) + c2 (1) c2 = et − t − 1.

Jadi  
1 0 0
eAt = t 1 0 .
e − 1 0 et
t

Untuk matriks yang dapat didiagonalkan A bisa ditulis


  
λ1 0 w1
 . ..   . 
  ..  , (3.45)
−1
A = T DT = (v1 · · · vn ) 
0 λn wn

dengan {vi } adalah vektor kolom dari T dan {wi } adalah vektor baris dari T −1 . Mudah
Pn
ditunjukkan bahwa A = λi vi wi . Produk dari suatu kolom vektor dan vektor baris (vi wi )
i=1
dinamakan suatu dyad (suatu dyad mempunyai rank maximal satu).
Matriks A adalah jumlah dari n dyad. Transisi matriks bisa ditulis sebagai:
 
eλ1 0 n
 ..  −1 X λi t
eAt = T  .  T = e vi wi . (3.46)
λn
0 e i=1

Oleh karena itu penyelesaian ẋ = Ax dengan x(0) = x0 dapat ditulis sebagai:


n
X n
X
x(t) = eAt x0 = eλi t vi wi x0 = µi eλi t vi , (3.47)
i=1 i=1

dimana µi = wi x0 adalah besaran skalar. Penyelesaian dari ẋ = Ax (ẋ = Ax + Bu dengan


u = 0 adakalanya sangat beralasan disebut respon bebas
bebas) adalah terdekomposisi sepanjang
vektor karakteristik, yaitu sebagai kombinasi linear dari suku-suku dengan koefisien expo-
nensial. Penyelesaian yang berkaitan dengan hanya satu vektor karakteristik (yaitu, x0

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P enyelesaian persamaan differensial linier.. 77

sedemikian hingga µi 6= 0 untuk beberapa i dan µk = 0 untuk k 6= i) disebut suatu mode


dari sistem. Untuk λi bilangan konpleks formula diatas menjadi sebagai berikut: Misalkan
λ = σ + iω, σ, ω ∈ R adalah suatu nilai karakteristik A dengan vektor karakteristik yang
bersesuaian v = r + is, r, s ∈ Rn . Oleh karena itu Av = λv dan Av̄ = λ̄v̄, tanda ‘ ¯ ’
menyatakan kompleks konjugate. Jadi λ̄ = σ − iω dan v̄ = r − is. Misalkan x0 berada
pada ruang bagian yang dibangun oleh r dan s. Maka dengan a, b ∈ R,
1 1
x0 = ar + bs = (a − ib)(r + is) + (a + ib)(r − is) = µv + µ̄v̄,
2 2
dimana µ = 2 (a − ib) ∈ C. Respon bebas diberikan oleh:
1

x(t) = µeλt v + µ̄eλ̄t v̄.


p iφ
Bila µ ditulis sebagai µ = 2i
dengan p dan φ bilangan real, maka
e
p λt+iφ
x(t) = (e v + eλt−iφ v̄)
2i
= peσt (r sin(ωt + φ) + s cos(ωt + φ)).
Didalam beberapa pemakaian, sistem adjoint dari ẋ = Ax, didefinisikan sebagai x̄˙ =
d
−AT x̄ memainkan suatu peranan. Mudah diselidiki bahwa (xT x̄) = 0, terlihat bahwa
dt
bahwa hasil kali dalam (innerproduct) dari vektor x(t) dan x̄(t) tidak bergantung pada
waktu.
Teorema 9 Bila Φ(t, s) matriks transisi untuk ẋ(t) = A(t)x(t), maka ΦT (s, t) adalah ma-
˙
triks transisi untuk persamaan adjoint x̄(t) = −AT (t)x̄(t).

Bukti Differensialkan I = Φ−1 (t, s)Φ(t, s) untuk memperoleh:


d d
0 = I = [Φ−1 (t, s)Φ(t, s)]
dt dt
d −1 d
= [ Φ (t, s)]Φ(t, s) + Φ−1 (t, s)[ Φ(t, s)]
dt dt
d −1
= [ Φ (t, s) + Φ−1 (t, s)A(t)]Φ(t, s)
dt
Karena Φ(t, s) non-singular maka haruslah:
d −1
Φ (t, s) = −Φ−1 (t, s)A(t)
dt
atau
d −1
{Φ (t, s)}T = −AT (t){Φ−1 (t, s)}T ,
dt
yang mana hal ini ekivalen dengan
d
{Φ(s, t)}T = −AT (t){Φ(s, t)}T .
dt


Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


78 S istem differensial linier..

3.5 Respon impuls dan step


Penyelesaian dari ẋ = A(t)x + B(t)u bisa diuraikan sebagai
Z t
x(t) = Φ(t, t0 )x0 + Φ(t, s)B(s)u(s)ds (3.48)
t0

Bila suatu fungsi masukan berbentuk

y(t) = C(t)x(t) + D(t)u(t)

maka y(t) bisa diungkapkan didalam u(.) sebagai berikut:


Z t
y(t) = C(t)Φ(t, t0 )x0 + C(t)Φ(t, s)B(s)u(s)ds + D(t)u(t). (3.49)
t0

Selanjutnya didefinisikan matriks K(t, s) berukuran p × m sebagai berikut:

K(t, s) = C(t)Φ(t, s)B(s). (3.50)

Karena Φ(t, s) kontinu terdifferensial dalam argumennya dan C(t) dan B(t) diasumsikan
kontinu bagian demi bagian, maka matriks K(t, s) juga kontinu bagian demi bagian dalam
argumennya.
Diasumsikan bahwa ada t0 sedemikian hingga x(t0 ) = 0. Dalam hal ini hanya tertarik
di dalam sistem untuk t ≥ t0 dan diasumsikan bahwa u(s) = 0 untuk s < t0 , maka (3.49)
bisa ditulis sebagai:
Z t
y(t) = (F u)(t) = K(t, s)u(s)ds + D(t)u(t), (3.51)
−∞

dimana F adalah suatu pemetaan: F : U → Y dengan U = CB+ (Rm ), Y = CB+ (Rp ).


Notasi CB+ artinya adalah kontinu bagian demi bagian dalam argumennya dan bernilai
nol untuk t ≤ t0 . Catatan pemetaan F yang disajika oleh K(t, s) dan D(t) mengkarakter-
isasi uraian luar sistem, yaitu fungsi masukan secara langsung dipetakan kedalam fungsi
keluaran tanpa ’perantara’ keadaan. Dalam hal ini keadaan tereliminasi. Berikutnya dia-
sumsikan bahwa D(t) = 0, menghasilkan berikut ini:
Z t
y(t) = (F u)(t) = K(t, s)u(s)ds. (3.52)
−∞

Matriks fungsi K(t, s) mempunyai interpretasi berikut. Misalkan fungsi masukan adalah
u(t) = δ(t − t1 )ei , dimana ei adalah vektor basis ke-i dan δ(t − t1 ) adalah fungsi delta yang
didefinisikan sebagai berikut:
Z ∞
δ(t − t1 )φ(t)dt = φ(t1 )
−∞

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


R espon impuls dan step.. 79

untuk setiap fungsi φ(.). Fungsi δ(t − t1 ) bisa didefinisikan sebagai limit dari barisan fungsi
untuk n → ∞ 

 n 1
 2 untuk |t − t1 | < n

fn (t − t1 ) =

 1

 0 untuk |t − t1 | ≥
n
Keluaran untuk masukan fungsi delta adalah:
Z t
y(t) = δ(s − t1 )ei ds = kolom ke − i K(t, t1 ).
−∞

Kolom-kolom matriks K(t, t1 ) bisa diinterpretasikan sebagai respon dari sistem (keluaran)
pada waktu t disebabkan oleh suatu fungsi masukan berbentuk suatu impuls (yaitu suatu
funfsi δ) pada waktu t1 . Oleh karena itu K(t, s) disebut matriks respon impuls
impuls.
Yang terkait dengan respon impuls adalah r espon step. Sekarang sebagai ganti fungsi
masukan berbentuk impuls digunakan fungsi masukan yang berbentuk step. Fungsi step
yang demikian disebut fungsi Heaviside H(t − t1 ) yang didefinisikan sebagai berikut:

1 untuk t ≥ t1
H(t − t1 ) =
0 untuk t < t1 .

Perhatikan bahwa fungsi H(t − t1 ) bukan merupakan klas fungsi masukan kontinu bagian
demi bagian. Untuk fungsi impuls perlu juga diperhatikan bahwa fungsi ini bukanlah suatu
fungsi seperti fungsi sebagai mana biasanya. Selain itu hubungan diantara fungsi step dan
fungsi impuls dalam versi integral diberikan oleh:
Z t
H(t − t1 ) = δ(s − t1 )ds.
−∞

Keluaran dari masukan fungsi step H(t − t1 )ei dengan pengasumsian bahwa sistem dimulai
dari awal pada waktu t0 jauh pada massa yang lalu adalah:
Z t Z t
y(t) = K(t, s)H(s − t1 )ei ds = K(t, s)ei ds.
−∞ t1

Rt
Matriks S(t, t1 ) = t1 K(t, s)ei ds berukuran p × m disebut matriks respon step
step. Hubungan
diantara S(t, t1 ) dan K(t, t1 ) adalah:
Z t
d d
S(t, s) = K(t, τ )dτ = −K(t, s). (3.53)
ds ds s

Untuk sistem invarian-waktu


K(t, s) = CeA(t−s) B.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


80 S istem differensial linier..

Matriks K(t, s) biasanya ditulis sebagai G(t) yaitu hanya tergantung pada satu parameter

G(t − s) = CeA(t−s) B. (3.54)

Uraian luar (3.52) tidak hanya berlaku bagi sistem differensial linear (kausal ketat) seperti
ditunjukkan dalam contoh berikut.

Contoh 21 Tinjau sistem masukan-keluaran tunggal berbentuk:


Z
1 t
y(t) = u(s)ds,
T t−T
yang mana ada kalanya disebut rata-rata gerakan
gerakan. Sistem ini adalah linear, invarian-waktu
dan fungsi respon impulsnya adalah:

 1
 untuk 0 ≤ τ ≤ T
G(τ ) = T


0 untuk τ > T.

Sistem ini bukan berbentuk (3.22) seperti yang akan terlihat sebagai akibat langsung dari
teorema berikut. Bila diinginkan untuk mendefinisikan suatu keadaan pada sistem ini,
maka akan jelas bahwa secara intuisi sistem tsb. mempunyai ruang keadaan berdimensi
tak hingga (faktanya, keadaan x(t) sama dengan fungsi u pada interval [t − T, t)).

Teorema 10 Diberikan suatu K(t, s) sebagai matriks respon impuls dari suatu sistem lin-
ear dimensi hingga (yaitu berbentuk (3.22)) bila dan hanya bila ada suatu dekomposisi
dipenuhi untuk semua t dan s berbentuk

K(t, s) = H1 (t)H2 (s),

dengan H1 dan H2 adalah matriks berdimensi hingga.

Bukti S yarat cukup. Misalkan bahwa pemfaktoran diberikan dalam pernyataan teorema
adalah mungkin. Tinjau realisasi A = 0, B = H1 danC = H2 , yaitu

ẋ(t) = H1 (t)u(t), y(t) = H2 (t)x(t).

Didapat:
Z t
y(t) = H2 (t)x(t0 ) + H2 (t) H1 (σ)u(σ)dσ
t0
Z t
= H2 (t)x(t0 ) + K(t, σ)u(σ)dσ.
t0

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


R espon impuls dan step.. 81

S yarat perlu. Misalkan diberikan suatu sistem linear berbentuk (3.22). Maka untuk sistem
ini didapat:
K(t, s) = C(t)Φ(t, s)B(s).
Tetapi, bila t1 sebarang konstanta, dari hukum komposisi untuk matriks transisi diperoleh:
Φ(t, s) = Φ(t, t1 )Φ(t1 , s).
Bila dibuat identifikasi
H1 (t) = C(t)Φ(t, t1 ) dan H2 (t) = Φ(t1 , s)B(s),
didapat:
H1 (t)H2 (t) = C(t)Φ(t, t1 )Φ(t1 , s)B(s) = C(t)Φ(t, s)B(s) = K(t, s).

Bila ditulis Z +∞ Z +∞
y(t) = K(t, s)u(s)ds, y(t) = G(t − s)u(s)ds, (3.55)
−∞ −∞
dengan batas atas +∞ secara prinsip didapat suatu sistem tak-kausal.

Catatan : Kausal berarti bahwa evolusi sistem pada saat ini tidak dapat bergantung pada
phenomena yang akan terjadi pada massa mendatang.
Sistem kausal membentuk suatu sub-klas dari klas sistem yang diuraikan oleh (3.55)
dengan
K(t, s) = 0 untuk t < s atau G(τ ) = 0 untuk τ < 0.
Perilaku luar dari suatu sistem differensial linear secara lengkap ditentukan oleh K(t, s)
dan D(t). Adalah mungkin bahwa himpunan matriks yang berbeda
(A(t), B(t), C(t)) memberikan matriks K(t, s) yang sama. Misalkan hal ini hanya dibahas
untuk sistem invarian-waktu:
ẋ = Ax + Bu, y = Cx + Du, G(t) = CeAt B. (3.56)
Bila S : Rn → Rn suatu transformasi basis yang punya invers dalam ruang keadaan
X = Rn , maka untuk tranformasi keadaan z = Sx didapat persamaan berikut:
ż = S ẋ = SAx + SBu = SAS −1 z + SBu
y = Cx + Du = CS −1 z + Du.
Transformasi basis S mentransformasi himpunan matriks
(A, B, C, D) kedalam (SAS −1 , SB, CS −1, D). Perhitungan dari matriks respon impuls
untuk sistem yang ditransformasi memberikan:
−1 t
G(t) = CS −1 eSAS SB = CS −1 SeAt S −1 SB = CeAt B
terlihat bahwa transformasi basis tidak mengubah G(t). Hal ini menjelaskan bahwa pemil-
ihan suatu basis baru dalam ruang keadaan tidak akan mengubah perilaku luar dari suatu
sistem.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


82 S istem differensial linier..

Definisi 1 Dua sistem linear

ẋ = Ax + Bu, y = Cx + Du, x ∈ Rn

dan
x̄˙ = Āx̄ + B̄u, y = C̄ x̄ + D̄u, x̄ ∈ Rn
dengan banyaknya masukan sama begitu juga banyaknya keluran sama adalah isomorpik bila
dan hanya bila ada suatu transformasi linear yang punya invers S : Rn → Rn sedemikian
hingga
Ā = SAS −1 , B̄ = SB, C̄ = CS −1 , D̄ = D.

Hubungan dari dua sistem dalam definisi diatas diberikan oleh diagram isomorpik yang
digambarkan pada Gambar 3.8.

A
Rn Rn
B C
Rm S S Rp

B̄ Ā C̄
Rn Rn

Gambar 3.8: Diagram isomorpik

Sebelum Defenisi 1 telah ditunjukkan bahwa dua sistem isomorpik mempunyai matriks
respon impuls yang sama. Adalah jelas bahwa diberikan fungsi respon impuls ada realisasi-
realisasi (A, B, C, D) yang mempunyai vektor keadaan dengan dimensi berbeda. Suatu
contoh trivial dari keadaan ini adalah dengan menambah suatu persamaan vektor pada
sistem (3.56) yang tidak mempunyai pengaruh pada masukan, yaitu:

ẋ = Ax + Bu
x̄˙ = F x̄ + Gu
y = Cx + Du.

Kelihatannya tidak terdapat batas atas pada dimensi suatu realisasi dari suatu fungsi re-
spon impuls. Bagaimanapun dengan kondisi yang bisa diterima ada batas bawah. Bila su-
atu sistem diberikan oleh matriks (A, B, C, D) merealisasikan fungsi respon impuls K(t, s)
dinamakan suatu minimal realisasi bila tidak ada realisasi lain dari K(t, s) yang mempun-
yai vektor keadaan berdimensi lebih rendah. Dimensi minimum disebut tingkat dari fungsi
respon impuls.
Cabang yang dikenal dari teori sistem yang berkaitan dengan masalah realisasi adalah
diberikan uraian luar dari suatu sistem (misalnya yang ditentukan oleh pemetaan F dalam

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


R espon impuls dan step.. 83

(3.51)), tentukan/cari uraian keadaan sistem. Pada sistem invarian waktu dimensi hingga
permasalahan tsb. adalah diberikan fungsi matriks respon impuls G(t), cari/dapatkan
matrks A n×n, B n×m dan C p ×n sedemikian hingga G(t) = CeAt B, n juga ditentukan.
Suatu kesimpulan walaupun dengan minimal dimensi n keberadaan realisasi tidak tunggal,
misalnya bila (A, B, C, D) suatu realisasi, maka (SAS −1 , SB, CS −1 , D) juga suatu realisasi
berdimensi vektor keadaan sama, dimana S matriks taksingular n × n.

Latihan 18 Diberikan persamaan keadaan


    

 0 2 0
 ẋ(t) = x(t) + + u(t)
−2 −5 1

 

y(t) = 1 0 x(t).

a). Dapatkan respon impuls untuk t ≥ 0.


b). Bila u(t) adalah step function dan x1 (0) = 1, x2 (0) = 2, dapatkan responnya untuk
t ≥ 0.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


84 S istem differensial linier..

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


Bab 4
Sifat-sifat sistem

4.1 Kestabilan
Ada beberapa konsep kestabilan untuk persamaan differensial. Kestabilan ini dibedakan
menurut kestabilan sistem autonomus (berkaitan dengan vektor keadaan) dan kestabilan
yang dikaitkan dengan masukan dan keluaran sistem (kestabilan didefinisikan dari segi
masukan dan keluaran).

4.1.1 Kestabilan dari segi nilai karakteristik


Definisi 2 Diberikan persamaan differensial tingkat satu ẋ(t) = f (x(t)) dengan x ∈ Rn ,
penyelesaan dengan keadaan awal x(0) = x0 dinotasikan oleh x(t, x0 ).

• Vektor x̄ yang memenuhi f (x̄) = 0 disebut suatu titik setimbang


setimbang.

• Suatu titik setimbang x̄ dikatakan stabil bila untuk setiap ǫ > 0 ada δ > 0 dan tδ
sedemikian hingga bila kxtδ − x̄k < δ maka kx(t, xtδ ) − x̄k < ǫ untuk semua t > tδ .

• Suatu titik setimbang x̄ dikatakan stabil asimtotik bila ia stabil dan bila ada δ1 > 0
sedemikian hingga
limt→∞ kx(t, xtδ ) − x̄k = 0 bila kxtδ − x̄k < δ1 .

• Suatu titik setimbang dikatakan takstabil bila ia tidak stabil.

Dalam definisi tsb. tanda k . k berarti norm, biasanya digunakan norm Euclidean. Secara
intuisi stabil berarti penyelesaian sangat dekat ketitik setimbang didalam suatu sekitar.
Sedangkan stabil asimtotik berarti penyelesaian konvergen ke titik setimbang (asalkan titik
awal adalah cukup dekat ke titik setimbang). Takstabil artinya selalu ada penyelesaian
yang dimulai dari manapun dekatnya dengan titik setimbang tapi akhirnya menjauh dari
titik setimbang.

85
86 S ifat-sifat sistem..

Untuk suatu persamaan differensial linear ẋ = Ax dengan A berukuran n × n, sebagai


titik setimbang diambil titik asal x̄ = 0 meskipun mungkin ada yang lainnya asalkan
determinan matriks A sama dengan nol. Untuk selanjutnya dikatakan bahwa persamaan
differensial ẋ = Ax atau bahkan matriks A itu sendiri adalah stabil asimtotik, stabil atau
takstabil bila titik asal x̄ = 0 sebagai titik setimbang adalah stabil asimtotik, stabil atau
takstabil.
Perlu diperhatikan bahwa, pengertian dari stabil asimtotik, stabil dan takstabil tidak
bergantung pada pilihan basis. Jadi, bila suatu persamaan differensial adalah stabil asim-
totik yang berkaitan dengan satu basis, maka ia stabil asimtotik terhadap pilihan basis
yang lainnya. Hal ini juga berlaku untuk pengertian stabil dan takstabil. Oleh karena
itu, untuk menguji masalah kestabilan, suatu hal yang terbaik adalah menggunakam basis
dengan diskripsi sesederhana mungkin.
Satu contoh berikut menjelaskan diskripsi matematika yang menjelaskan pengertian
suatu persamaan differensial linear adalah stabil.

Contoh 22 Selidiki kestabilan sistem ẋ(t) = −2x(t) dengan keadaan awal x(0) = 1.
Jawab : Penyelesaian sistem adalah x(t, 0) = e−2t . Untuk titik setimbang x̄ = 0, sistem
adalah stabil sebab diberikan sebarang ε > 0 dapat dipilih δ > 0 dan tδ dengan δ = 2ε dan
1
tδ = ln( 3ε )− 2 , sehingga bila
ε ε ε
|xtδ − x̄| = |xtδ − 0| = |xtδ | = = < = δ,
3 3 2
maka didapat
|x(t, tδ ) − x̄| = e−2t − 0 = e−2t < ε, untuk t > tδ .

Teorema berikut memberikan syarat kestabilan dari persamaan differensial ẋ = Ax, dimana
matriks A mempunyai peranan penting kususnya nilai karakteristik dari matriks A yaitu
bagian real dari λ yang dinotasikan oleh Reλ.

Teorema 11 Diberikan persamaan differensial ẋ = Ax dengan matriks A berukuran n × n


dan mempunyai nilai karakteristik yang berbeda λ1 , · · · , λk (k ≤ n).

• Titik asal x̄ = 0 adalah stabil asimtotik bila dan hanya bila Reλi < 0 untuk semua
i = 1, · · · , k.
• Titik asal x̄ = 0 adalah stabil bila dan hanya bila Reλi ≤ 0 untuk semua i = 1, · · · , k
dan untuk semua λi dengan Reλi = 0 multisiplisistas aljabar sama dengan mutipli-
sistas geometrinya.

• Titik asal x̄ = 0 adalah takstabil bila dan hanya bila Reλi > 0 untuk beberapa i =
1, · · · , k atau ada λi dengan Reλi = 0 dan multisiplisistas aljabar lebih besar dari
mutiplisistas geometrinya.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K estabilan.. 87

Bukti
Dalam bukti digunakan formula
eAt = T eJt T −1 , (4.1)
dimana J adalah bentuk Jordan. Mudah diselidiki bahwa semua elemen eJt mendekati nol
untuk t → ∞ bila semua nilai karakteristik bagian realnya lebih kecil dari nol. Maka dari
itu eAt juga mendekati nol dan akibatnya penyelesaian x(t) = eAt x0 juga mendekati nol.
Bila beberapa bagian real dari nilai karakteristik sama dengan nol hal sedikit lebih rumit.
Sub-blok Jij dari J dengan Rλi < 0 tetap tidak ada masalah (sebab eJij t → 0 bila t → ∞),
tetapi sub-blok dengan bagian real dari λi = 0 mungkin bisa merusak kestabilan, untuk
kasus yang ini matriks
 
t2 tdij −1
1 t 2!
· · · (dij −1)!
 .. 
 .. .. .. 
 . . . . 
 .. .. 
eJij t = eλi t  . . t2 .
 2! 
 .. 
 . t 
0 1
Terlihat bahwa eλi t tetap terbatas (tetapi tidak mendekati nol sebab |eλi t| = 1), sedangkan
elemen-elemen dalam matriks tidak semuanya terbatas, yaitu elemen-elemen t, 2!1 t2 ,dst.
Elemen-elemen ini akan muncul bila ukuran dari matriks Jij lebih besar dari 1 × 1. Untuk
kasus ini suatu kondisi awal akan ada sehingga menghasilkan suatu penyelesaian menjadi
takterbatas. Oleh karenya bila ukuran dari Jij adalah lebih besar dari 1 × 1, maka tak
akan terjadi kestabilan. Sebaliknya bila semua matriks sub-blok Jij dengan bagian real
nilai karakteristiknya sama dengan nol semuanya berukuran 1 × 1 (multiplisistas aljabar
dari λi sama dengan multiplisistas geometrinya), maka kestabilan akan dijamin. Kondisi
yang diberikan dalam pernyataan ini memberikan fakta bahwa semua sub-blok mempunyai
ukuran 1 × 1.


Contoh 23 Diberikan persamaan differensial ẋ = Ax dimana A:


   
0 0 0 1
1. A = , 2. A = ,
0 0 0 0
   
1 2 1 0
3. A = , 4. A =
−2 1 0 2
dan  
−1 0
5. A = .
1 −1
Untuk yang pertama adalah stabil, yang kelima stabil asimtotik, sedangkan yang lainnya
takstabil.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


88 S ifat-sifat sistem..

Latihan 19 Selidiki kestabilan dari matriks A dalam contoh pendulum terbalik dan orbit
satelit.

Contoh 24 Hasil dari Teorema 11 tidak berlaku untuk sistem varian-waktu seperti ditun-
jukkan oleh penyelesaian dari persamaan defferensial berikut:
    
d x1 4a −3ae8at x1
= ,
dt x2 ae−8at 0 x2

dimana a adalah suatu parameter real. Nilai karakteristik dari matrik sistem adalah λ1 =
a, λ2 = 3a. Jadi untuk a < 0 kedua nilai karakterisitik tsb. bagian realnya lebih kecil dari
nol. Bagaimanapun kasus ini, penyelesaian eksak dengan kondisi awal x1 (0) = x10 , x2 (0) =
x20 adalah:

3 1
x1 (t) = (x10 + x20 )e5at − (x10 + 3x20 )e7at
2 2
1 1
x2 (t) = (x10 + 3x20 )e − (x10 + x20 )e−3at ,
−at
2 2
yang mana tak stabil untuk setiap a 6= 0. Hal ini bisa ditunjukkan, misalnya untuk
x10 = 1, x20 = −1 didapat x1 (t) = e7at dan x2 (t) = −e−at . Jadi ada suatu kondisi awal
dimana penyelesaiannya menjauhi titik asal yang merupakan satu-satunya titik setimbang.
Kesimpulan ini berlaku bila a > 0 dan juga bila a < 0. Bila a = 0, maka matriks sistem
sama dengan nol dan setiap titik setimbang adalah stabil.

Definisi 3 Diberikan suatu sistem dimensi-n ẋ = Ax. R uang bagian stabil untuk sistem
ini adalah ruang bagian (real) dari jumlahan-langsung dari ruang bagian linear Ni (lihat
Theorema 7) yang berkaitan dengan nilai karakteristik dari A yaitu nilai-nilai karakteristik
dengan bagian real lebih kecil dari pada nol. Ruang bagian tak-stabil didefinisikan dengan
cara serupa, yaitu bekaitan dengan bagian real tak-negatif.

Dari definisi diatas diperoleh bahwa ruang keadaan Rn adalah jumlahan langsung dari
ruang bagian linear stabil dan tak-stabil.

Latihan 20 Tunjukkan bahwa sistem nonlinear skalar ẋ(t) = −ǫx(t) + x2 (t) titik se-
timbang x̄(t) = 0 adalah stabil asimptotik untuk setiap ǫ > 0 dan tidak stabil untuk
ǫ ≥ 0. Bagaimanapun pelinearan sistem disekitar titik setimbang adalah stabil untuk ǫ = 0.
Bagaimanakah hal ini bisa dijelaskan?

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K estabilan.. 89

4.1.2 Kriteria Routh-Hurwitz


Nilai-nilai karakteristik dari matriks A adalah akar-akar karakteristik dari polinomial

p(s) = det(sI − A) = an sn + an−1 sn−1 + . . . + a1 s + a0 (4.2)

dengan an = 1. Kriteria kestabilan R outh-Hurwitz dapat dipakai untuk mengecek langsung


kestabilan melalui koefisien ai tampa menghitung akar-akar dari polinomial yang ada, yaitu
dengan melakukan penabelan dan suatu aturan penghitungan dari koefisien ai akan dike-
tahui bahwa apakah polinomial yang diberikan oleh persamaan (4.2) semua akar-akarnya
bagian realnya adalah negatif.
Berikut ini diberikan algoritma denga beberapa kasus nuntuk mengetahui polinomial
dalam persamaan (4.2) dengan an 6= 0 apakah semua akar-akarnya bagian realnya negatif.
Secara matematika kajian kriteria kestabilan Routh-Hurwitz tidaklah sederhana. Pemba-
hasan yang lengkap serta beberapa teorema berkaitan dengan kriteria kestabilan Roth-
Hurwitz bisa di dapat dalam [7].
Diberikan suatu polinomial

q(s) = an sn + an−1 sn−1 + . . . + a1 s + a0 , an 6= 0

susun tabel sebagai berikut :

sn an an−2 an−4 . . .
sn−1 an−1 an−3 an−5 . . .
sn−2 b1 b2 b3
sn−3 c1 c2 c3
.. ..
. .
s0 q

dimana b1 , b2 , . . . , c1 , c2 , . . . dan q secara rekursif didapat dari:


an−1 an−2 −an an−3 an−1 an−4 −an an−5
b1 = an−1
, b2 = an−1
, ...

b1 an−3 −b2 an−1 b1 an−5 −b3 an−1


c1 = b1
, c2 = b1
, ...

Kriteria Routh-Hurwitz menyimpulkan bahwa : banyaknya perubahan tanda dalam kolom


pertama pada tabel diatas sama dengan banyaknya akar-akar polinomial q(s) yang bagian
realnya positip. Jadi bila pada kolom pertama dalam tabel tidak ada perubahan tanda
(semuanya bertanda positip atau semuanya bertanda negatif), maka semua akar polinomial
q(s) bagian realnya adalah tak-positip, bila polinomial ini merupakan polinomial akar-akar
karakteristik dari matriks A dimana ẋ(t) = Ax(t), maka sistem ini adalah stabil.

Contoh 25 Diberikan polinomial q(s) = s3 +14s2 +41s−56, didapat tabel sebagai berikut

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


90 S ifat-sifat sistem..

:
14×41−1×(−56)
b1 = = 45
s3 1 41 14

s2 14 −56 14×0−1×0
b2 = =0
s1 b1 = 45 b2 = 0 14

s0 c1 = −56 45×(−56)−14×0
c1 = 45
= −56

Dari tabel terlihat kolom pertama terdapat satu perubahan tanda dari +45 ke −56. Jadi
polinomial q(s) = s3 + 14s2 + 41s − 56 mempunyai satu akar yang bagian realnya adalah
positip, hal ini juga bisa diselidiki dengan memfaktorkan q(s), yaitu q(s) = s3 + 14s2 +
41s − 56 = (s − 1)(s + 7)(s + 8). Terlihat bahwa q(s) mempunyai satu akar yang positip
yaitu s = 1.

Contoh 26 Diberikan polinomial q(s) = s4 + 5s3 + s2 + 10s + 1, didapat tabel sebagai


berikut :
5×1−1×10
b1 = 5
= −1

5×1−1×0
s4 1 1 1 b2 = 5
=1
s3 5 10
−1×10−5×1
s2 b1 = −1 b2 = 1 c1 = −1
= 15
s1 c1 = 15 c2 = 0
−1×0−5×0
s0 d1 = 1 c2 = −1
=0

15×1−(−1)×0
d1 = 15
=1

Dari tabel terlihat kolom pertama terdapat dua perubahan tanda dari +5 ke −1 dan
dari −1 ke +15. Jadi polinomial q(s) = s4 + 5s3 + s2 + 10s + 1 mempunyai dua akar yang
bagian realnya adalah positip. Akar-akar dari q(s) adalah : s = 0.1368279+1.3800281i, s =
0.1368279 − 1.3800281i, s = −0.1005128 dan s = −5.173143.

Berikut ini diberikan suatu cara untuk menangani suatu kasus bila elemen pertama
dari suatu baris dari tabel adalah nol sebagai berikut: ganti nol dengan ε dimana ε ini
sangat kecil. Selanjutnya dalam kolom pertama dari tabel dapatkan banyaknya perubahan
tanda untuk ε > 0 dan ε < 0. Kedua hal ini akan memberikan hasil yang sama.

Contoh 27 Diberikan polinomial q(s) = s4 + s3 + s2 + s + 3, didapat tabel sebagai berikut

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K estabilan.. 91

:
1×1−1×1
b1 = 1
=0 ⇒ε=0

1×3−1×0
s4 1 1 3 b2 = 1
=3
s3 1 1 ε×1−1×3 ε−3
s2 b1 = ε b2 = 3 c1 = ε
= ε
s1 c1 = ε−3
ε
c2 = 0 ε×0−1×0
s0 d1 = 3 c2 = ε
=0
ε−3
×3−ε×0
d1 = ε
ε−3 =3
ε

Dari tabel terlihat kolom pertama untuk ε positip kecil terdapat dua perubahan tanda
dari +ε ke − 3−εε
dan dari − 3−ε
ε
ke +3. Jadi polinomial q(s) = s4 + s3 + s2 + 1s + 3
mempunyai dua akar yang bagian realnya adalah positip. Akar-akar dari q(s) adalah
s = 0.5781471 + 1.0894962i, s = 0.5781471 − 1.0894962i, s = −1.0781471 + 0.8998075i dan
s = −1.0781471 − 0.8998075i.

Kasus yang lainnya adalah bila suatu baris dari tabel keseluruhannya bernilai nol,
penanganannya adalah bentuk suatu polinomial pembantu berdasarkan pada baris yang
sebelumnya dari baris yang semua elemennya nol. Lalu, ganti semua elemen nol dengan
turunan dari polinomial pembantu. Kasus ini menunjukkan bahwa kemungkinan letak
akar-akar dari polinomialnya adalah :

• terletak tepat di sumbu imajiner atau

• bagian real dari akar-akar polinomial terbagi secara simetri atau


• empat akar-akar polinomial terbagi secara simetri.

Kemungkinan letak akar-akar ini bisa dilihat dalam gambar berikut

Im(s) Im(s) Im(s)


x x x
x x
x Re(s) Re(s) x x Re(s)

Contoh 28 Diberikan polinomial p(s) = s5 + 7s4 + 6s3 + 42s2 + 8s + 56, didapat tabel

s5 1 6 8 7×6−1×42
b1 = =0
s4 7 42 56 7

s3 b1 = 0 b2 = 0 b3 = 0 7×8−1×56
b2 = =0
s2 c1 c2 7

s1 d1 d2 7×0−1×0
b3 = =0
s0 f1 7

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


92 S ifat-sifat sistem..

Terlihat dalam tabel, seluruh elemen baris s3 sama dengan nol. Dibentuk polinomial
pembantu yang koefisiennya berada pada baris s4 yaitu q(s) = 7s4 + 42s2 + 56, didapat
dq(s)
ds
= 28s3 + 84s + 0. Selanjutnya ganti elemen-elemen baris s3 dengan 28, 64 dan 0.
Sehingga diperoleh tabel baru
28×42−7×84
c1 = 28
= 21

s5 1 6 8 c2 = 28×56−7×0
= 56
28
s4 7 42 56
s3 28 84 0 d1 = 21×84−28×56
= 28
21 3
s2 c1 = 21 c2 = 56
s1 d1 = 28
3
d2 = 0 d2 = 21×0−28×0
=0
21
s0 f1 = 56
28
×56−21×0
f1 = 3
28 = 56
3

Dari tabel terakhir ini terlihat kolom pertama tidak ada perubahan tanda (semuanya
bertanda positip). Jadi semua akar-akar polinomial bagian realnya tak-positip.

Contoh aplikasi berikut ini sebagai akhir dari pembahasan kriteria kestabilan Routh-
Hurwitz.

Contoh 29 Diberikan suatu sistem ẋ(t) = Ax(t). Bila polinomial karakteristik dari ma-
triks A adalah p(s) = s3 + 3s2 + 3s + (1 + k), maka tentukan nilai k yang memenuhi supaya
sistem stabil.
Penyelesaian : dibentuk suatu tabel berikut

s3 1 3 b1 = 3×3−1×(1+k)
= 8−k
3 3
s2 3 1+k
s1 b1 = 8−k
3
(8−k)
×(1+k)−3×0
c1 = 3
=1+k
s0 c1 = 1 + k (8−k)
3

Supaya sistem stabil didapat :


8−k

3
>0⇒k<8 
⇒ −1 < k < 8.

1 + k > 0 ⇒ −1 < k

Latihan 21 Untuk nilai k yang mana persamaan λ3 + 3λ2 + 3λ + k = 0 hanya mempunyai


akar-akar dengan bagian real yang negatif ?

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K estabilan.. 93

4.1.3 Kestabilan Lyapunov


Menentukan apakah semua penyelesaian dari suatu persamaan differensial (invarian atau
tak-invarian waktu) tetap terbatas atau menuju nol bila t mendekati ∞ adalah suatu
masalah yang cukup sulit. Tetapi, hal ini tetaplah mungkin untuk menurunkan syarat
cukup yang berguna untuk menjamin bahwa semua penyelesaian yang dimaksud akan
terbatas atau bahkan menuju nol. Untuk tujuan ini, diperkenalkan fungsi skalar dari x dan
t dan dikaji evolusinya terhadap perubahan waktu. Ide asli dasarnya dalam mekanika klasik
dimana kriteria kestabilan yang berkaitan dengan pengertian skalar dari energi sangat
berguna. Suatu sistem mekanika yang didifinisikan stabil bila energinya tetap terbatas.
Lyapunov mengembangkan ide ini, oleh karena itu teori yang muncul berkaitan dengan
masalah tsb. menggunakan namanya.
Selanjutnya pembahasan difokuskan pada persamaan differensial invarian-waktu berben-
tuk ẋ(t) = Ax(t). Fungsi skalar V (x(t)) secara langsung tak-bergantung dengan t dan
difinisikan sebagai
def
V (s(t)) = xT (t)P x(t)
untuk matriks definit-positif P dapat dipandang sebagai energi tergeneralisir dari sis-
tem. Perhatikan bahwa suatu matriks dikatakan definit-positip bila matriks ini simetri
dan aT P a > 0 untuk semua vektor a dengan a 6= 0. Karena keinvarianan-waktu, maka
V (x(t)) secara langsung tidak bergantung pada waktu t. Bila sistem stabil asimtotik, maka
energi harus menurun dengan bertambahnya waktu, oleh karena itu, derivatif

d
V (x(t)) = ẋT (t)P x(t) + xT (t)P ẋ(t) = xT (t)[P A + AT P ]x(t),
dt
def
harus bernilai negatif. Jadi, bila Q = −[P A + AT P ] definit-positif, maka energi menurun
dengan bertambahnya waktu. Bahkan akan ditunjukkan bahwa bila Q > 0, maka sistem
stabil asimtotik, yaitu lim V (x(t)) = 0.
t→∞

Teorema 12 Semua nilai-karakteristik dari matriks A bagian realnya bernilai negatif bila
dan hanya bila untuk setiap matriks definit-positif Q, ada suatu matriks definit-positif P
yang memenuhi
AT P + P A = −Q (4.3)

Bukti Misalkan terdapat matriks P sedemikian hingga memenuhi (4.3), maka

V (x(t)) = xT (t)P x(t)

adalah tak-negatif dan merupakan fungsi turun asalkan

d
x(t) 6= 0 (sebab V (x(t)) < 0).
dt

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


94 S ifat-sifat sistem..

Jadi lim V (x(t)) dijamin ada. Hal ini berakibat bahwa d


dt
V (x(t)) menuju ke nol bila t
t→∞
menuju ke takhingga. Maka dari itu limit berikut

lim xT (t)Qx(t) = 0,
t→∞

selanjutnya dengan fakta bahwa Q > 0, maka haruslah lim x(t) = 0. Dengan menggunakan
t→∞
Teorema 11 hasil lim x(t) = 0 berakibat bahwa semua nilai karakteristik dari matriks A
t→∞
bagian realnya adalah negatif. Sebaliknya, bila semua nilai karakteristik dari A bagian
realnya bernilai negatif; diberikan matriks definit-positif Q, dipilih matriks P dengan
Z∞
T
P = eA t QeAt dt.
0

Nilai integral diatas ada, sebab matriks A stabil asimtotik yaitu Reλi < 0 untuk semua
R∞ T
nilai karakteristik λi dari matriks A. Selajutnya dengan mensubtitusikan P = eA t QeAt dt
0
diperoleh:
Z∞ Z∞
T T AT t At T
A P + PA = A e Qe dt + eA t QeAt Adt
0 0
Z∞ h i
T T
= AT eA t QeAt + eA t QeAt A dt
0
Z∞
d h AT t At i
= e Qe dt
dt
0
T ∞
= eA t QeAt = −Q
0

Latihan 22 Sistem dengan input dan output tunggal mempunyai model keadaan:
 
a b 0
ẋ = −b a 0 x, y = Cx.
0 0 c

Apakah sistem tsb. stabil jika


a). a = c = 0, b 6= 0. b). a < 0, c = 0.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K estabilan.. 95

Latihan 23 Diberikan persamaan keadaan berbentuk

ẋ(t) = Ax(t)

dengan    
0 1 x1 (t)
A= dan x(t) = .
−2 −3 x2 (t)
Bila energi dari sistem diberikan oleh
19 2 1 5
V (x) = x1 + x1 x2 + x22 .
12 2 12
Selidiki apakah energi ini menurun dengan bertambahnya waktu. Dari hasil ini selidiki
apakah keadaan setimbang x(t) = 0 merupakan keadaan stabil. Selanjutnya tuliskan V (x)
dalam bentuk V (x) = xT P x serta dV
dt
= xT (−Q)x dan tunjukkan bahwa AT P + P A = −Q.

4.1.4 Kestabilan masukan-keluaran


Kestabilan masukan-keluaran merujuk pada akibat dari fungsi masukan. Ide dari jenis
kestabilan ini dalah bila masukan dari sistem terbatas akan menghasilkan keluaran yang
juga terbatas. Kestabilan yang demikian dinamakan "kestabilan masukan-keluaran" Su-
atu fungsi masukan u(.) dikatakan terbatas bila ada bilangan real konstan c sedemikian
hingga berlaku ku(t)k ≤ c untuk semua t. Keluaran y(.) terbatas didifinisikan serupa den-
gan keterbatasan masukan. Berikut ini diberikan definisi mengenai pengertian kestabilan
keluaran-masukan yang selajutnya dinamakan stabil B IBO. BIBO artinya adalah B ounded
Input Bounded Output.

Definisi 4 Sistem
ẋ(t) = A(t)x(t) + B(t)u(t)
y(t) = C(t)x(t) + D(t)u(t),
adalah BIBO bila untuk semua t0 , dengan keadaan awal nol di t = t0 , setiap masukan ter-
batas pada [t0 , ∞) memberikan suatu keluaran yang terbatas pada [t0 , ∞). Sistem dikatakan
stabil BIBO seragam bila ada suatu konstan k sedemikian hingga untuk semua t0 , bila
x(t0 ) = 0 dan ku(t)k ≤ 1 untuk semua t ≥ t0 , maka ky(t)k ≤ k untuk semua t ≥ t0 .
Dalam hal ini jelas bahwa k tak bergantung pada x0 .

Kestabilan BIBO sering dirujuk sebagai kestabilan luar (external stability), berbeda
dengan kestabilan asimtotik dari ẋ(t) = A(t)x(t) yang sering dirujuk sebagai kestabilan
dalam (internal stability). Untuk sistem invarian waktu yaitu sistem dengan A, B, C dan
D adalah matriks-matriks konstan. Hal ini bisa ditunjukkan bahwa, suatu sistem adalah
R∞
stabil BIBO bila dan hanya bila kG(t)kdt < ∞, dimana G(t) = CeAt B, yaitu respon
0

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


96 S ifat-sifat sistem..

impuls dari sistem lepas dari suku tambahan Dδ(t). Perlu diperhatikan bahwa matriks D
tidak berperanan sebab kontribusinya tidak bisa menghasilkan suatu keluaran yang tak-
terbatas bila masukannya terbatas. Juga bisa ditunjukkan bahwa bila suatu sistem stabil
dalam, maka ia stabil luar.

4.2 Keterkontrolan dan keteramatan


Pada bagian ini diberikan dua pengertian yang sangat penting dalam kajian suatu sistem
linear, yaitu pengertian tentang keterkontrolan dan keteramatan suatu sistem. Namum
sebelumnya diperkenalkan munculnya sistem tak terkontrol dan/atau takteramti disertai
bebeberapa alasannya melalui beberapa contoh.
Beberapa konsep-konsep ruang-keadaan dapat dipandang sebagai penafsiran ulang dari
konsep-konsep yang mendahuluinya, yaitu konsep-konsep domain-frekuensi. Selain itu hal
khusus dari metoda ruang-keadaan adalah keterkontolan dan keteramatan.
Ide-ide yang berkaitan dengan masalah keterkontrolan dan keteramatan telah diperke-
nalkan oleh R.E. Kalman dipertengahan tahun 1950an sebagai suatu cara untuk men-
erangkan mengapa metoda dari pendisainan kompensator sistem tak stabil menggunakan
penghapusan pole-pole tak stabil dengan zeros diseparuh bidang kompleks mengalami kega-
galan walaupun proses penghapusan ini berjalan sempurnah. Masalah ini sudah diketahui
bahwa metoda pengkompensatoran tsb. tidak fisibel sebab penghapusan yang sempurnah
tsb. tidak mungkin dalam praktis. Disamping itu pada tahun 1954 Bergen dan Ragazzai
telah menunjukkan suatu penghapusan eksak secara matematik tidak akan mungkin dalam
perangkat keras real. Kalman juga menunjukkan suatu penghapusan sempurnah pole-zero
suatu sistem tak stabil menghasilkan suatu fungsi transfer stabil. Tetapi fungsi transfer ini
mempunyai order lebih rendah dari sistem aslinya disamping itu mode takstabilnya tidak
bisa dipengaruhi oleh masukan (tidak dapat dikontrol) atau taktampak dalam keluaran
(tidak bisa diamati). Kajian mendalam secara matematik yang berkaitan dengan masalah
keterkontrolan dan keteramatan bisa di lihat di (R.E. Kalman et al, 1974).
Bertolak belakang dengan keterkontrolan dan keteramantan, kajian ketakterkotrolan
dan ketakteramatan tampaknya kurang menarik. Hal ini tidaklah begitu benar. Para
praktisi sistem kontrol yang tidak memahami perbedaan pengertian "ketakterkontrolan
sistem untuk setiap nilai dari parameter-parameter" dan "sistem hampir selalu terkon-
trol" bila mereka berhadapan dengan suatu proses tak-dikenalnya disajikan dalam ruang
keadaan yang hanya diberikan oleh data numerik, berdasarkan pengalamannya bisa jadi in-
tuisinya menyimpulkan sistem yang dihadapinya adalah terkontrol atau teramatati. Tetapi
bila dikaji secara teliti kemungkinan besar bisa sebaliknya, yaitu sistem takterkontrol atau
takteramati (Bernard Friedland, 1987). Pada bagian ini dikaji ulang pengertian tsb. yang
didahului dengan suatu contoh untuk memberikan suatu gambaran bahwa dalam anal-
isa domain-frekuensi secara taklangsung diasumsikan sifat-sifat dinamik dari suatu sistem
secara lengkap dapat ditentukan oleh fungsi transfernya. Asumsi ini tidak selalu benar.
Selanjutnya pada subbagian berikut ini diberikan beberapa contoh dan alasan penting dari

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K eterkontrolan dan keteramatan.. 97

mana munculnya masalah ketakterkontrolan dan ketakteramatan.

4.2.1 Ruang-bagian "keadaan" ditinjau dari masukan dan kelu-


aran
Pada bagian ini dibahas 4 ruang-bagian keadaan berdasar pada pengamatan masukan dan
keluaran. Pembagian ini diberikan lewat contoh yang juga akan memberikan gambaran
bahwa tidak selalu benar fungsi transfer dari suatu sistem menentukan secara lengkap
perilaku dari sistemnya. Kajian yang agak lebih lengkap berkaitan dengan ruang bagian
takterkontrol dan takteramati dari suatu sistem akan diberikan pada bagian yang men-
datang.

Contoh 30 Misalkan suatu sistem disajikan oleh sistem persamaan differensial berikut:

ẋ1 (t) = 2x1 (t) + 3x2 (t) + 2x3 (t) + x4 (t) + u(t) 


ẋ2 (t) = −2x1 (t) − 3x2 (t) − 2u(t)
(4.4)
ẋ3 (t) = −2x1 (t) − 2x2 (t) − 4x3 (t) + 2u(t) 


ẋ4 (t) = −2x1 (t) − 2x2 (t) − 2x3 (t) − 5x4 (t) − u(t)
dan persamaan pengamatan

y(t) = 7x1 (t) + 6x2 (t) + 4x3 (t) + 2x4 (t). (4.5)

Persamaan (10.56) dan (10.57) disajikan dalam bentuk persamaan matriks ruang keadaan
sebagai berikut: 
ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t)
(4.6)
y(t) = Cx(t),

dengan x(t) = x1 (t) x2 (t) x3 (t) x4 (t) dan
   
2 3 2 1 1
−2 −3 0 0  −2 
A=   
−2 −2 −4 0  , B =  2  , C = 7 6 4 2 .
−2 −2 −2 −5 −1

Fungsi transfer dari sistem (10.58) diberikan oleh


s3 + 9s2 + 26s + 24
H(s) = C(sI − A)−1 B = . (4.7)
s4 + 10s3 + 35s2 + 50s + 24
Bila pembilang dan penyebut dari fungsi transfer tsb difaktorkan, diperoleh:
(s + 2)(s + 3)(s + 4) 1
H(s) = = . (4.8)
(s + 1)(s + 2)(s + 3)(s + 4) (s + 1)
Dari persamaan (10.60) terlihat bahwa ada 3 pole yang dihapus oleh 3 zeros yaitu s =
−1, s = −3 dan s = −4. Jika diperhatikan fungsi transfer yang diberikan oleh persamaan

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


98 S ifat-sifat sistem..

(10.60), fungsi ini berkaitan dengan persamaan differensial tingkat satu. Hal ini tentunya
berbeda dengan sistem aslinya yaitu sistem persamaan differensial tingkat empat seba-
gaimana yang disajikan dalam persamaan (10.56).
Untuk memperjelas apa yang telah diperoleh, yaitu fungsi transfer dari sistem de-
ngan realisasi berdimensi satu yang berbeda dengan sistem aslinya yaitu dimensi empat
dilakukan transformasi variabel keadaan sebagai berikut:

x̄ = T x,

dengan    
4 3 2 1 −1 −1 0 0
3 1  
T =
3 2  dan T −1 = −1 2 −1 0  .
2 2 2 1  0 −1 2 −1
1 1 1 1 0 0 −1 2
Dengan transformasi T , matriks A menjadi matriks diagonal:
 
−1 0 0 0
 0 −2 −0 0 
Ā = T AT −1 = 
0
,
0 −3 0 
0 0 0 −4
sedangkan masing-masing matriks B dan C berubah menjadi:
 
1
0 
B̄ = T B =   −1
1 dan C̄ = CT = 1 1 0 0 .
0
Persamaan keadaannya menjadi:

x̄˙ 1 = −x̄1 + u 


x̄˙ 2 = −2x̄2
(4.9)
x̄˙ 3 = −3x̄3 + u 


x̄˙ 4 = −4x̄4
dan keluaranya diberikan oleh persamaan:

y = x̄1 + x̄2 . (4.10)

Dari persamaan (10.61) dan (10.62) dapat diterangkan sebagai berikut. Jelas bahwa ma-
sukan u hanya mempengaruhi variabel keadaan x̄1 dan x̄3 , variabel x̄2 dan x̄4 tidak dipen-
garuhi oleh masukan u. Keluaran y hanya bergantung pada variabel keadaan x̄1 dan x̄2 ,
sedangkan variabel keadaan x̄3 dan x̄4 tidak mempunyai kontribusi terhadap keluaran y.
Jadi akibat transformasi kordinat, sistem mempunyai 4 sub-sistem yang berbeda. Dalam
hal ini masing-masing sub-sistem hanya disajikan oleh persamaan tingkat satu. Keempat
sub-sistem tsb. adalah:

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K eterkontrolan dan keteramatan.. 99

1. Variabel keadaan x̄1 : dipengaruhi oleh masukan u, tampak pada keluran y.

2. Variabel keadaan x̄2 : tidak dipengaruhi oleh masukan u, tampak pada masukan y.

3. Variabel keadaan x̄3 : dipengaruhi oleh masukan u, tidak tampak pada keluaran y.

4. Variabel keadaan x̄4 : tidak dipengaruhi oleh masukan u, tidak tampak pada keluaran
y.

1
Hanya sub-sistem pertama yang berkaitan dengan fungsi transfer H(s) = . Disini ter-
s+1
lihat fungsi transfer ini tidak mendiskripsikan secara lengkap perilaku dari seluruh variabel
keadaan sistem. Subsistem pertama merupakan subsistem yang terkontrol dan teramati,
subsistem kedua merupakan subsistem takterkontrol tapi teramati, subsistem ketiga meru-
pakan subsistem yang terkontrol tapi takteramati sedangkan susbsistem keempat meru-
pakan subsistem yang takterkontrol dan takteramatai. Jika suatu sistem memuat subsistem
takterkontrol atau takteramati, maka dikatakan sistem takterkontrol atau takteramati.
Dari contoh yang dikaji ini bisa disimpulkan; suatu sistem dengan masukan dan ke-
luaran tunggal yang fungsi transfernya ditentukan oleh subsistem terkontrol dan teramati
dengan dimensi lebih kecil dari dimensi ruang-keadaannya, maka dapat dipastikan sistem
ini memuat subsistem takterkontrol atau memuat subsistem takteramati.

Selanjutnya, pada bagian berikut ini diberikan beberapa contoh yang membahas dari
mana munculnya sistem takterkontrol atau takteramati.

4.2.2 Munculnya sistem takterkontrol atau sistem tak teramati


Contoh yang telah dikaji pada bagian sebelumnya merupakan suatu contoh sistem tak
terkontrol dan takteramati yang muncul dalam kajian akademik, bukan muncul dalam
dunia nyata. Dalam kenyataannya sistem takterkontrol dan takteramati tidak semua
muncul dari kajian akademik sebagaimana yang akan diungkapkan pada bagian ini.

Redundansi variabel keadaan. Suatu hal yang biasa terjadi munculnya suatu sistem tak-
terkontrol adalah berkenaan dengan redundansi variabel keadaan. Sebagai contoh, suatu
sistem dinamik diberikan oleh:
ẋ = Ax + Bu,
untuk beberapa alasan, misalkan didefinisikan suatu fariabel baru sebagai berikut:

z = Fx (4.11)

dimana F adalah suatu matriks berukuran n × k. Sehingga diperoleh suatu persamaan


differensial berikut:
ż = F ẋ = F (Ax + Bu).

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


100 S ifat-sifat sistem..

Selanjutnya bila vektor  


x
x̄ = ,
z
maka diperoleh persamaan differensial:

x̄˙ = Āx̄ + B̄u, (4.12)

dimana    
A 0 B
Ā = dan B̄ = .
FA 0 FB
Persamaan (10.64) dapat ditulis sebagai:

ẋ = Ax + Bu
. (4.13)
ż = F Ax + F Bu

Pada persamaan (10.65) terlihat bahwa masukan u tampak pada variabel keadaan x dan
variabel redundan keadaan z. Dalam hal ini kelihatannya sistem yang disajikan oleh per-
samaan (10.64) atau persamaan (10.65) terkontrol, tetapi kenyataannya tidak. Untuk me-
nunjukkan sistem (10.65) takterkontrol, dilakukan transformasi kordinat terhadap variabel
keadaan sebagai berikut:     
x̂ Ik 0 x
= , (4.14)
ẑ −F In z
dimana masing-masing Ik dan In adalah matriks identitas dengan ukuran k × k dan n × n.
Dari (10.66) didapat: 
x̂˙ = ẋ = Ax + Bu
(4.15)
ẑ˙ = −F ẋ + ż = 0
Pada persamaan (10.67) terlihat bahwa masukan u hanya bisa mempengaruhi variabel
keadaan x sedangkan variabel redundan keadaan ẑ tidak bisa dipengaruhi oleh masukan
u. Dalam hal ini variabel ẑ tidak akan bisa dikontrol oleh pengontrol apapun yang meru-
pakan masukan dari sistem. Jadi sistem yang disajikan oleh persamaan (10.64) atau (10.65)
takterkontrol. Dari kajian redundansi variabel keadaan ini tentu dipahami bahwa tak se-
orangpun akan bermaksud menggunakan variabel keadaan yang lebih banyak dari jumlah
minimum yang dibutuhkannya untuk mengetahui karakakteristik perilaku proses dinamik.
Tetapi dalam suatu proses yang kompleks dengan fisis yang takdikenal para praktisi sistem
kontrol bisa mungkin mempunyai kecenderungan menuliskan segala apa yang dipandang
dan dikerjakannya kedalam persamaan differensial. Hal ini akan menghasilkan lebih banyak
persamaan dari yang dibutuhkan sehingga hasil model sistemnya merupakan sistem tak-
terkontrol.
Dalam bagian berikut ini diberikan sifat suatu sistem linear invarian waktu yaitu
keterkontrolan dan keteramatan. Keterkontrolan dan ketermatan sistem ini merupakan
suatu hal yang mendasar. Salah satu manfaat keterkontrolan suatu sistem dapat digu-
nakan untuk penstabilan suatu sistem sebagaimana dalam bahasan berikut ini.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K eterkontrolan dan keteramatan.. 101

4.2.3 Keterkontrolan
Diberikan sistem linear invarian-waktu yang disajikan oleh persamaan:

ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t)
(4.16)
y(t) = Cx(t) + Du(t).

Definisi 5 Sistem linear (10.68) dikatakan terkontrol bila untuk setiap kedaan sebarang
x(0) = x0 ada masukan u(t) yang tidak dibatasi mentransfer keadaan x0 kesebarang
keadaan akhir x(t1 ) = x1 dengan waktu akhir t1 hingga.

Dari pengertian sistem terkontrol yang diberikan dalam Definisi 10, hal ini berarti bahwa
bila diberikan sebarang keadaan awal x(0) dan sebarang keadaan akhir x(t1 ) akan selalu ada
pengontrol u(t) yang akan mentransfer keadaan awal x(0) ke keadaan akhir yang diinginkan
x(t1 ) dalam waktu yang berhingga t1 . Perlu diingat bahwa sebarang keadaan awal dan
sebarang keadaan akhir ini terdiri dari n komponen dan apa bila semua komponen dari
keadaan awal ini bisa dikontrol ke n komponen yang sesuai keadaan akhir, maka sistem
bisa dikontrol. Sedangkan maksud dari keberadaan pengontrol u(t) yang tak dibatasi
adalah tidak disyaratkan apa-apa kecuali hanya untuk mentransfer sebarang keadaan awal
yang diberikan ke sebarang keadaan akhir yang diinginkan dalam waktu yang berhingga.
Dalam kajian kontrol optimal pemilihan pengontrol u(t) ini merupakan pengontrol yang
mentransfer keadaan awal ke keadaan akhir yang diinginkan dengan energi yang sekecil
mungkin (minimum).
Penyelesaian dari ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t) diberikan oleh
Zt
At
x(t) = e x0 + eA(t−τ ) Bu(τ )dτ. (4.17)
0

Bila sistem terkontrol, yaitu ada masukan u(t) yang mentransfer x0 ke x1 dalam waktu
berhingga t = t1 . Dalam hal ini x1 diberikan oleh
Zt1
x1 = e At1
x0 + eA(t1 −τ ) Bu(τ )dτ. (4.18)
0

Teorema berikut adalah memberikan syarat perlu dan cukup bahwa sistem (10.68) adalah
terkontrol. Ada dua bagian dari Teorema ini, bagian yang pertama adalah untuk menjamin
keberadaan pengontrol u(t) untuk mentransfer sebarang keadaan awal ke sebarang keadaan
akhir yang diinginkan dalam waktu berhingga sedangkan bagian yang kedua adalah untuk
menjamin bahwa semua n komponen dari keadaan awal bisa dikontrol ke n komponen yang
bersesuaian dari keadaan akhir yang diinginkan.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


102 S ifat-sifat sistem..

Teorema 13 Syarat perlu dan cukup sistem (10.68) terkontrol adalah:

Rt1 T
1. w(0, t1) = e−Aτ BB T e−A τ dτ non-singulir.
0

2. Matriks: Mc = B | AB | A2 B | . . . | An−1 B mempunyai rank sama den-
gan n

Bukti
1. Bila w(0, t1) non-singulir, diberikan sebarang keadaan awal x(0) = x0 dan keadaan
akhir x1 pilih masukan
T  
u(t) = −B T e−A t w −1(0, t1 ) x0 − e−At1 x1 . (4.19)

Dengan masukan ini dan digunakan persamaan (10.70), diperoleh:

Zt1
T
x(t1 ) = e At1
x0 + eA(t1 −τ ) B{−B T e−A t w −1 (0, t1 )
0
 
x0 − e−At1 x1 }dτ
 
Zt1
T
= eAt1 x0 − eAt1  e−Aτ BB T e−A τ dτ  w −1 (0, t1 )x0
0
 t 
Z 1
T
+ eAt1  e−Aτ BB T e−A τ dτ  w −1 (0, t1 )e−At1 x1
0
= e x0 − eAt1 w(0, t1)w −1 (0, t1 )x0
At1

+eAt1 w(0, t1 )w −1 (0, t1 )e−At1 x1


= eAt1 x0 − eAt1 x0 + x1
= x1.

Terlihat bahwa dengan masukan u(t) yang diberikan dalam (10.71) sebarang kedaan awal
x0 ditransfer ke sebarang keadaan akhir x(t1 ) = x1. Jadi sistem terkontrol. Sebaliknya,
andaikan w(0, t1) singulir tetapi sistem terkontrol. Maka untuk t1 > 0 pilih vektor α 6= 0
sedemikian hingga
Zt1
T
T
α w(0, t1)α = αT e−Aτ BB T e−A τ αdτ = 0. (4.20)
0

Untuk setiap t dengan 0 < t ≤ t1 diperoleh:

αT e−At B = 0. (4.21)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K eterkontrolan dan keteramatan.. 103

Dari asumsi sistem terkontrol, maka untuk setiap keadaan awal x0 ada u(t) yang memenuhi
(10.69), Oleh karena itu diperoleh:

Zt1
x1 = eAt1 x0 + eA(t1 −τ ) Bu(τ )dτ.
0

Jika kedua ruas persamaan diatas dikalikan dengan αT e−At1 , diperoleh:


Zt1
T −At1
α e T
x1 = α x0 + αT e−Aτ Bu(τ )dτ
0
Zt1
= αT x0 + 0u(τ )dτ
0
T
= α x0

atau  
αT x0 − e−At1 x1 = 0.
Pilih x0 = e−At1 x1 + α, maka diperoleh persamaan:
 
αT e−At1 x1 + α − e−At1 x1 = 0
αT α = 0.

Dari persamaan terakhir diatas ini diperoleh α = 0 ini bertentangan dengan kenyataan
α 6= 0. Jadi haruslah w(0, t1) non-singulir.

2. Asumsikan rank Mc = n, dan andaikan sistem tak-terkontrol. Karena sistem tak-


terkontrol, maka w(0, t1 ) singulir. Jadi, diperoleh suatu persamaan yang serupa pada
(10.73). Persamaan (10.73) diturunkan terhadap t sampai k kali, dengan k = 0, 1, 2, . . . , (n−
1); dan pada t = 0 diperoleh:

αT Ak B = 0, k = 0, 1, 2, . . . , (n − 1). (4.22)

Jadi: 
αT B | AB | A2 B | . . . | A(n−1) B = αT Mc = 0. (4.23)
Karena α 6= 0 maka rank Ktr < n. Hal ini bertentangan dengan kenyataan rank Mc =
n. Jadi haruslah sistem terkontrol. Sebaliknya, asumsikan sistem terkontrol tetapi rank
Mc < n. dari asumsi, dipilih α 6= 0 yang memenuhi (10.75). Hal ini ekivalen dengan
(10.74). Dari teorema "Hamilton-Cayley" A(n+1) dapat diuraikan sebagai kombinasi linear
dari I, A, A2 , . . . , A(n−1) . Jadi e−At juga dapat diraikan sebagai kombinasi linear dari

I, A, A2 , . . . , A(n−1) ,

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


104 S ifat-sifat sistem..

dari hal ini diperoleh:


αT e−At B = 0, 0 ≤ t ≤ t1 , α 6= 0.
Oleh karena itu diperoleh:
Zt1
T
0= αT e−At BB T e−A t αdt = αT w(0, t1 )α.
0

Karena α 6= 0, maka w(0, t1) singulir. Jadi sistem tak-terkontrol. Hal ini bertentengan
dengan asumsi sistem terkontrol. Jadi haruslah rank Mc = n.
Matriks terkontrol Mc diatas ditentukan oleh pasangan matriks (A, B), adakalanya juga
disebutt matriks terkontrol dari sistem dengan (A, B).

Contoh 31 Dibahas lagi contoh dinamika satelit yang diberikan pada sub-bagian 2.4.2
Bila u1 (t) dan u2 (t) masing-masing menyatakan gaya radial dan gaya tangensial. Diperoleh:
g
r̈(t) = r(t)θ̇2 (t) − 2 + u1 (t),
r (t)
2θ̇(t)ṙ(t) 1
θ̈(t) = − + + u2 (t).
r(t) r(t)
Ada penyelesaian setimbang r(t) = α, θ(t) = ωt dengan u( .) = u2 (.) = 0, konstan α dan ω
memenuhi α3 ω 2 = g. Penyelesaian disekitar penyelesaian setimbang, memberikan:
   
0 1 0 0 0 0
x(t)  3ω 2 0 0 2ω   
 x(t) + 1 0 u(t),
=  
dt 0 0 0 1 0 0
0 −2ω 0 0 0 1
dimana    
x1 (t) r(t) − α
x2 (t)  ẋ1 (t) 
x(t) =    
x3 (t) = α[θ(t) − ωt] .
x4 (t) ẋ3 (t)
Untuk ω = 1, didapat  
0 1 0 0
3 0 0 2
A=
0 0

0 1
0 −2 0 0
dan  
0 0 1 0 0 2 −1 0
1 0 0 2 −1 0 0 −2
Mc = 
0

0 0 1 −2 0 0 −4
0 1 −2 0 0 −4 2 0

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K eterkontrolan dan keteramatan.. 105

rank dari matriks Mc sama dengan 4. Jadi sistem terkontrol. Bila u1 (t) ≡ 0, didapat
matriks terkontrol terhadap u2 (t):
 
0 0 2 0
0 2 0 −2
Mc2 = 
0 1 0 −4

1 0 −4 0

rank dari Mc2 = 4. Jadi sistem terkontrol. Bila u2 (t) ≡ 0 sedangkan u1 (t) sebarang,
didapat matriks keterkontrolan terhadap u1 (t):
 
0 1 0 −1
1 0 −1 0 
Mc1 = 0 0 −2 0 

0 −2 0 2
rank Mc1 = 3, jadi sistem tak-terkontrol.

Latihan 24 Selidiki apakah pasangan matriks berikut ini dapat dikontrol:


   
1 0 1
1 A= , B= .
0 2 1
   
1 0 0
2 A= , B= .
0 2 1
   
1 0 1
3 A= , B= .
0 1 2
   
a1 0 1
4 A= , B= .
a2 0 1
   
0 l 1
5 A= , B= .
−l 0 0
   
λ 1 0 b1
 
6 A = 0 λ 1 , B = b2 . 
0 0 λ b3
   
λ 0 0 b1
7 A =  0 λ 1  , B =  b2 .
0 0 λ b3

Latihan 25 Suatu sistem diberikan oleh persamaan berikut:

ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t)


y(t) = Cx(t),

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


106 S ifat-sifat sistem..

dengan    
−1 1 0
A= , B= dan C = (1 0).
0 −2 1
 
R ∞ AT t At 1 0
Bila P = 0 e Qe dt dengan matriks Q = , maka:
0 2
a). Tunjukkan bahwa AT P + P A = −Q, jelaskan mengapa persamaan ini bisa dipenuhi
untuk matriks P dan Q seperti diatas.  
0
b). Dapatkan pengontrol u(t) sehingga dengan pengontrol ini keadaan awal x(0) =
  0
1
bisa dikontrol ke keadaan akhir x(1) = , tunjukkan hal ini dalam perhitungan.
2

4.2.4 Keteramatan
Berikut ini diberikan suatu pengertian dari keteramatan dari suatu sistem; pengertian ini
merupakan dual dari keterkontrolan.

Definisi 6 Bila setiap keadaan awal x(0) = x0 secara tunggal dapat diamati dari setiap
pengukuran keluaran sistem (10.68) dari waktu t = 0 ke t = t1 , maka sistem dikatakan
"teramati".

Istilah dual yang dikenalkan diatas kata ’terkontrol’ diganti dengan kata ’teramati’ ma-
sukan u(t) diganti dengan keluaran y(t), yaitu dalam terminologi keterkontrolan sebarang
keadaan awal x0 dikontrol dengan suatu masukan u(t) ke sebarang keadaan akhir x1 di-
mana 0 ≤ t ≤ t1 sedangkan dalam terminologi keteramatan sebarang keadaan awal x0
lewat sebarang pengukuran keluaran y(t) diamati pada interval waktu 0 ≤ t ≤ t1 .
Keluaran sistem (10.68) diberikan oleh:
Zt
y(t) = Ce A(t)
x0 + C eA(t−τ ) Bu(τ )dτ + Du(t). (4.24)
0

Bila diukur keluaran y(t) pada t = 0, maka diperoleh:


y(0) = Cx0 + Du(0). (4.25)
Terlihat keadaan awal x0 muncul dalam persamaan (10.77). Selanjutnya bila diukur kelu-
aran y(t) pada ts dengan 0 < ts ≤ t1 , diperoleh:
Rts
y(ts ) = CeA(ts ) x0 + C eA(ts −τ ) Bu(τ )dτ + Du(ts )
0 (4.26)
= Cx(ts ) + Du(ts ).

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K eterkontrolan dan keteramatan.. 107

Bila keadaan awal x0 dapat diamati, maka keadaan ini juga akan muncul pada pengukuran
keluaran y(ts ), yaitu
y(ts ) = Cx0 + Du(ts ). (4.27)
Sehingga dari persamaan (10.78) dan (10.79) diperoleh:
x0 = x(ts ), dengan 0 < ts ≤ t1 .

Berikut ini didefinisikan suatu matriks:


Zt
T
m(0, t) = eA τ C T CeAτ dτ. (4.28)
0

Bila diperhatikan matriks m(0, t) ini mempunyai bentuk yang hampir serupa dengan ma-
triks w(0, t) yang muncul pada kajian keterkontrolan. Matriks A dalam m(0, t) muncul
sebagai −AT dalam w(0, t) sedangkan matriks C dalam m(0, t) muncul sebagai B T dalam
w(0, t).
Selanjunya diberikan suatu pernyataan dalam suatu teorema berikut ini yang meny-
atakan syarat perlu dan cukup suatu sistem teramati.

Teorema 14 Syarat perlu dan cukup sistem (10.68) teramati adalah:

1. Matriks m(0,t) pada (10.80) non-singulir.


2. Matriks keteramatan  
C
 −− 
 
 CA 
 
 −− 
 
 CA2
Mo =  
 −− 
 
 ..
 .
 
 −− 
CA(n−1)
mempunyai rank sama dengan n.

Seperti halnya matriks Mc , adakalanya matriks keteramatan Mo dinotasikan dengan (C, A).

Contoh 32 Tinjau lagi dinamika satelit;


 
0 1 0 0
3 0 0 2
A= 0 0

0 1
0 −2 0 0

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


108 S ifat-sifat sistem..

dan  
1 0 0 0
C=
0 0 1 0
baris ke-1 matriks C menyatakan pengukuran jari-jari, sedangkan baris ke-2 dari C meny-
atakan pengukuran sudut. Dalam hal ini diperoleh matriks keteramatan:
 
1 0 0 0
0 1 0 0
 
0 1 0 0
 
0 0 0 1 
Mo = 
3


 0 0 2 
 0 −2 0 0
 
 0 −1 0 0
−6 0 0 4

dengan rank Mo = 4. Jadi sistem teramati. Selanjutnya hanya yi (t) (i = 1 atau 2) dapat
diukur; didapat:  
1 0 0 0
0 1 0 0
Mo1 = 
3 0 0 2

0 −1 0 0
dengan rank Mo1 = 3, jadi sistem tak-teramati; dan
 
0 1 0 0
0 0 0 1
Mo2 =  0 −2 0
.
0
−6 0 0 4
dengan rank Mo2 = 4, jadi sistem teramati.

Latihan 26 Selidiki apakah sistem dalam pendulum terbalik dapat diamati. Lakukan lagi
penyelidikan bila hanya y1 (t) atau y2 (t) yang tersedia untuk diukur.

4.2.5 Ruang-bagian terkontrol dan teramati


Pada pembahasan keterkontrolan dan keteramatan sebagaimana yang telah dibahas pada
dua bagian sebelumnya keduanya erat kaitannya dengan keadaan awal x(0) = x0. Jadi
dalam hal sistem terkontrol mempunyai arti bahwa semua komponen (n komponen) dari
vektor x(0) harus bisa dikontrol, bila ada setidaknya satu komponen dari x(0) yang tidak
bisa dikontrol ini sudah menyatakan bahwa sistem tak-terkontrol. Begitu juga halnya bila
ada setidaknya satu komponen dari x(0) yang tidak dapat ditentukan dari pengukuran
keluaran sistem maka dikatakan sistem tidak bisa diamati.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K eterkontrolan dan keteramatan.. 109

Pada bagian ini dikaji pengelompokan semua komponen dari x(0) yang terkontrol, be-
gitu juga yang teramati. Untuk maksud ini dibutuhkan suatu transformasi linear yang akan
mentransformasi sistem yang ada ke bentuk sistem linear yang lain. Transformasi linear
ini tidak akan mengubah sifat-sifat sistem yang asli; misalnya saja bila sistem terkontrol,
maka hasil sistem yang dilakukan transformasi linear tetap terkontrol.
Telah dikenal dari teori matriks bahwa bila suatu "ruang bagian linear" V ⊂ Rn adalah
invarian-A, maka bisa didapatkan suatu basis (a1 , a2 , . . . , an ) dari Rn sedemikian hingga
span{a1 , a2 , . . . , an } − dimV = k < n; selajutnya dengan basis ini pemetaan A mempunyai
bentuk  
A1,1 | A1,2 l k
A =  ... ... ... 
0 | A2,2 l n−k (4.29)
↔ ↔
k n−k
Basis yang disebutkan diatas bisa didapatkan dengan prosedur Gram-Schmidt. Kesimpulan
disini adalah bila
dim(Im Mc ) = k < n,
maka bisa didapat suatu basis (a1 , a2 , . . . , an ) dari Rn sedemikian hingga

Im Mc = span{a1 , a2 , . . . , ak };

dengan basis tsb. matriks A mempunyai bentuk (10.81). Karena Im B ∈ Im Mc , maka


dengan basis baru tsb. B mempunyai bentuk
 
B1 l k
B =  ... 
0 l n−k (4.30)

m

Dengan basis tsb. matriks terkontrol mempunyai bentuk:



Mc = B | AB | . . . | A(n−1) B
 (n−1)

B1 | A1,1 B1 | ... | A1,1 B1
= −− −− −− −− −− −− −− 
0 0 | 0 | ... 0
(n−1)
dan rank (B1 |A1,1 B1 | . . . |A1,1 B1 ) = k, jadi pasangan (A1,1 , B1 ) terkontrol. Dalam hal
ini mempunyai arti bahwa pada sistem yang asli sebanyak k komponen dari keadaan awal
x(0) = x0 yang bisa dikontrol sedangkan sisanya tidak.
Pemilihan basis baru adalah ekivalen dengan memperlakukan suatu transformasi basis.
Maka dari itu ada suatu matriks T yang punya invers sedemikian hingga T −1 AT dan T −1 B
masing-masing mempunyai bentuk (10.81) dan (10.82)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


110 S ifat-sifat sistem..

Dengan cara serupa bila dim(Ker Mo ) = k < n, maka bisa didapat suatu basis
(a1 , a2 , . . . , an ) dari Rn sedemikian hingga
Ker Mc = span{a1 , a2 , . . . , ak };
dengan basis tsb. matriks A mempunyai bentuk:
 
A1,1 | A1,2 l k
A =  ... ... ... 
0 | A2,2 l n−k (4.31)
↔ ↔
k n−k
Matriks A pada persamaan ini secara umum berbeda dengan (10.81). Karena Ker C ∈
Ker Mo , maka dengan basis baru tsb. C mempunyai bentuk

C = 0 | C1
↔ ↔ (4.32)
k n−k
Dengan basis tsb. matriks teramati mempunyai bentuk:
   
C 0 | C1
 −−  −− | −− 
   
 CA   0 | C1 A2,2 
   
   −− 
Mo =  −−  = −− |  (4.33)
 ..   .. .. 
 .   . | . 
   
 −−  −− | −− 
(n−1)
CA(n−1) 0 | C1 A2,2
dimana  
C1
 −− 
 
 C1 A2,2
 
 −− 
rank  =k
 .. 
 . 
 
 −− 
(n−1)
CA2,2
jadi pasangan (C1 , A2,2 ) teramati.

Contoh 33 Diberikan pasangan matriks


   
0 1 0 0 0
3 0 0 2 1
A= 0 0
, B =  
0 1 0
0 −2 0 0 0

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K eterkontrolan dan keteramatan.. 111

Matriks terkontrol (A, B) pada contoh ini sama dengan matriks Mc1 pada contoh ter-
dahulu. Telah ditahu bahwa sistem tak-terkontrol sebab rank Mc1 = 3. Dari matriks Mc1
didapatkan tiga vektor bebas linear yang membangun Im Mc1 , yaitu:
     
0 1 0
1 0 −1
 ,  ,  .
0 0 −2
0 −2 0

Vektor ke-4 dipilih sehingga bebas linear terhadap ketiga vektor tsb. Dipilih vektor ke-4
sebagai:
 
2
0
 .
0
1
Didapat transformasi linear T sebagai berikut:
 
0 1 0 2
1 0 −1 0
T =
0 0 −2 0

0 −2 0 1

dan invers dari matriks T adalah:


 
0 10 −5 0
2 0 0 −4
T −1 = 0.1 × 
0 0 −5 0 

4 0 0 2

sedangkan T −1 AT dan T −1 B masing-masing diberikan oleh:


 
0 0 0 | 7.5
 1 0 −0.5 | 0 
 
Ā = T AT = 
−1
 0 1 0 | −0.5

−− −− −− | −− 
0 0 0 | 0

dan  
1
 0 
 
B̄ = T B = 
−1 
 0 .
−−
0

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


112 S ifat-sifat sistem..

Partisi matriks Ā dan B̄ masing-masing berdasarkan (10.81) dan (10.82), dengan pasangan
(Ā1,1 , B̄1 ) diberikan oleh:
   
0 0 0 1
Ā1,1 = 1 0 −0.5 , B̄1 = 0 .
0 1 0 0
Pasangan (Ā1,1 , B̄1 ) terkontrol sebab,
 
1 0 0
rank 0 1 0 = 3.
0 0 1

Latihan 27 Tulis pasangan terkontrol dalam Latihan 37 kedalam bentuk persamaan (10.81)
dan (10.82).

4.3 Dualitas keterkontrolan dan keteramatan


Pada bagian ini dibahas dualitas dari keterkontrolan dan keteramatan. Dualitas disini
diartikan bahwa sifat-sifat yang ada dalam keterkontrolan bisa diperoleh dari sifat-sifat
yang ada dalam keteramatan dengan menggunakan konsep dualitas dan sebaliknya juga
berlaku demikian. Selajutnya akan diberikan dualitas dari keterkontrolan dan keteramatan
dalam teorema berikut.

Teorema 15 (A, B) terkontrol bila dan hanya bila (B T , AT )


teramati. (C, A) teramati bila dan hanya bila (AT , C T ) terkontrol.

Bukti

(A, B) terkontrol ⇔ rank[B|AB| . . . |A(n−1) B] = n


⇔ rank[B|AB| . . . |A(n−1) B]T = n
 
BT
 − − −− 
 
 B T AT 
 
 − − −− 
⇔ rank  =n
 .. 

 . 

 − − −− 
B T (AT )(n−1)
⇔ (B T , AT ) teramati

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


B entuk kompanion terkontrol dan teramati.. 113

Bukti bagian kedua serupa.

Kesimpulan dari teorema diatas adalah ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t) terkontrol bila dan hanya
bila sistem ż(t) = AT z(t), y(t) = B T z(t) teramati. Matriks transpose A → AT , B → B T
adalah contoh sederhana dari konsep "dualitas".
Ruang dual dari Rn terdiri dari semua fungsi linear c : Rn 7→ R yang merupakan
himpunan dari vektor-vektor berdimensi n. Ruang dual ditulis sebagai (Rn )∗ , dimana
dalam contoh yang dikaji sebelumnya adalah Rn sendiri. Bila A : Rn 7→ Rn adalah
pemetaan linear, maka AT adalah pemetaan linear dari (Rn )∗ ke (Rn )∗ .

4.4 Bentuk kompanion terkontrol dan teramati


Pada bagian ini dibahas suatu bentuk yang dinamakan bentuk "kompanion". Bentuk
kompanion ini bermanfaat terutama untuk masalah penempatan pole-pole yang sesuai di-
inginkan sehingga sistem loop-tutup "terstabilkan". Masalah ini akan dibahas pada bagian
berikutnya. Selain dari pada itu pada bagian ini juga akan dimanfaatkan sifat dualitas dari
keterkontrolan dan keteramatan untuk memperoleh bentuk kompanion teramati lewat ben-
tuk kompanion terkontrol.
Diberikan suatu sistem masukan-tunggal keluaran-tunggal:

ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t)
(4.34)
y(t) = Cx(t)

dan ditentukan suatu transformasi:

x̄(t) = P x(t), P matriks konstan non − singulir (4.35)

sehingga dengan transformasi ini, sistem (10.86) ditransformasi menjadi:



˙
x̄(t) = Āx̄(t) + B̄u(t)
, (4.36)
y(t) = C̄ x̄(t)

dimana
Ā = P AP −1, B̄ = P B dan C̄ = CP −1.

Berikut ini diberikan suatu teorema yang berkenaan dengan bentuk "kompanion terkon-
trol", bila sistem (10.86) terkontrol.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


114 S ifat-sifat sistem..

Teorema 16 Bila sistem (10.86) terkontrol, maka sistem tsb. bisa ditransformasi keben-
tuk:    
0 1 0 ... 0 0 0
 0 0 1 ... 0 
0 0
   
 0 0 0 ... 0 
0 0
˙x̄(t) = 
 .. .. .. ..

..
 
 x̄(t) +  ..  u(t)
 . . . . . .
    (4.37)
 0 0 0 ... 0 1  0
−αn −αn−1 −αn−2 . . . −α2 −α1 1
 
y(t) = βn βn−1 βn−2 . . . β2 β1 x̄(t)
dimana α1 , α2 , . . . , αn adalah koefisien-koefisien dari polinomial karakteristik matriks A.
Bukti
Sistem (10.86) terkontrol, maka vektor-vektor B, AB, . . . , A(n−1) B bebas linear. Dibentuk
suatu basis sebagai berikut:
def
qn = B
def
qn−1 = Aqn + α1 qn = AB + α1 B
def
qn−2 = Aqn−1 + α2 qn = A2 B + α1 AB + α2 B (4.38)
..
.
def
q1 = Aq2 + αn−1 qn = A(n−1) B + α1 A(n−2) B + . . . + αn−1 B
Selanjutnya dari (10.90) diperoleh:
Aq1 = (An + α1 A(n−1) + . . . + αn−1 A + αn I)B − αn B
 
0
 0 
 
= −αn B = −αn qn = (q1 q2 . . . qn−1 qn )  ... 
 
 
 0 
−αn
 
1
 0 
 
Aq2 = q1 − αn−1 qn = (q1 q2 . . . qn−1 qn ) 
 .. 
 . 

 0 
−αn−1
............................................................................
 
0
 0 
 
Aqn = qn−1 − α1 qn = (q1 q2 . . . qn−1 qn )  ... 
 
 
 1 
−α1

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


B entuk kompanion terkontrol dan teramati.. 115

atau:
 
0
  0
 
(q1 q2 . . . qn−1 qn )−1 Aq1

= 
 ..


 .
 0 
−αn

 
1
 0 
 
−1
(q1 q2 . . . qn−1 qn ) Aq2 = 
 .. 
 . 

 0 
−αn−1
..................................................................
 
0
 0 
 
−1  .. 
(q1 q2 . . . qn−1 qn ) Aqn =  . 
 
 1 
−α1
Dari hasil diatas diperoleh:
 
0 1 0 ... 0 0
 0 0  1 ... 0 0
 
 0 0  0 ... 0 0
−1  
Q AQ =  .. .. ..
 = Ā, .. ..

 . . 
 . . .
 0 0 0 ... 0 1 
−αn −αn−1 −αn−2 . . . −α2 −α1
dimana Q = (q1 q2 . . . qn−1 qn ). Sehingga bila dilakukan suatu transformasi seperti yang
diberikan pada (10.87), dimana P = Q−1 diperoleh:

x̄˙ = Āx̄(t) + B̄u(t)
,
y(t) = C̄ x̄(t)
dimana Ā = P AP −1 dan B̄ = P B dengan
 
0 1 0 ... 0 0
 0 0 1 ... 0 0 
 
 0 0 0 ... 0 0 
 
Ā =  .. .. .. .. .. , (4.39)
 . . . . . 
 
 0 0 0 ... 0 1 
−αn −αn−1 −αn−2 . . . −α2 −α1

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


116 S ifat-sifat sistem..

 
0
0
 
0
 
B̄ =  ..  (4.40)
.
 
0
1
dan  
C̄ = CQ = βn βn−1 βn−2 . . . β2 β1 . (4.41)
Bentuk (10.89) dinamakan bentuk k ompanion terkontrol. Telah dijelaskan bahwa bentuk
kompanion terkontrol ini diperoleh dari transformasi x̄ = Q−1 x, dimana matriks Q dapat
diperoleh dari persamaan (10.87). Matrik Q juga bisa didapat sebagai berikut. Misalkan
R = [B AB A2 B . . . An−1 B]
dan
R̄ = [B̄ ĀB̄ Ā2 B̄ . . . Ān−1 B̄]
atau
R̄ = [B̄ ĀB̄ Ā2 B̄ . . . Ān−1 B̄]
= [I Ā Ā2 . . . Ān−1 ]B̄
= [Q−1 Q Q−1 AQ Q−1 A2 Q . . . Q−1 An−1 Q](Q−1 B)
= Q−1 [I A A2 . . . An−1 ]Q(Q−1 B)
= Q−1 [I A A2 . . . An−1 ]B
= Q−1 [B AB A2 B . . . An−1 B]
= Q−1 R ⇒ Q = RR̄−1 .
Dengan Ā dan B̄ masing-masing diberikan oleh persamaan (10.91) dan (10.92), maka dapat
ditunjukkan bahwa matriks R̄−1 diberikan oleh
 
αn−1 αn−2 . . . α1 1
 αn−2 αn−3 . . . 1 0 
 
 .. .
. . . .
. .
. 
−1
R̄ =  . . . . . . (4.42)
 
 α1 1 ... 0 0 
1 0 ... 0 0

Selanjutnya diberikan suatu teorema yang merupakan "dual" dari teorema (26) yaitu
bentuk kompanion teramati.

Teorema 17 Bila sistem masukan-tunggal keluran tunggal



ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t)
(4.43)
y(t) = Cx(t)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


B entuk kompanion terkontrol dan teramati.. 117

teramati, maka sistem ini dapat ditransformasi menjadi bentuk kompanion teramati yang
diberikan oleh:
    

 0 0 0 . . . 0 −αn βn
 1


  0 0 . . . 0 −αn−1 


 βn−1 

 0


  1 0 . . . 0 −αn−2 


 βn−2 


 ˙
x̄(t) =  .. .... .. ..  x̄(t) +  ..  u(t)
. . . . .   . 
  

 0 0 0 . . . 0 −α2   β2 



 0 0 0 . . . 1 −α1 β1





 
y(t) = 0 0 0 . . . 0 1 x̄,

dimana α1 , α2 , . . . , αn adalah koefisien-koefisien dari polinomial karakteristik matriks A.

Bukti
Karena sistem (10.95) teramati, maka berdasarkan Teorema 25 sistem dual

ẋ(t) = AT x(t) + C T u(t)
(4.44)
y(t) = B T x(t)

terkontrol. Jadi dari hasil Teorema 26, ada matriks P non-singulir sedemikian hingga
 
0 1 0 ... 0 0
 0 0 1 
... 0 0
 
 0 0 0 
... 0 0
 
P AT P −1 = .. .. .. , .. .. (4.45)

 . . . 
 . .
 0 0 0 ... 0 1 
−αn −αn−1 −αn−2 . . . −α2 −α1

 
0
0
 
0
 
T
P C =  ..  (4.46)
.
 
0
1

dan
 
B T P −1 = βn βn−1 βn−2 . . . β2 β1 (4.47)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


118 S ifat-sifat sistem..

atau didapat sistem yang diberikan oleh


   
0 1 0 ... 0 0 0
 0 0 1 ... 0 
0 0
   
 0 0 0 ... 0 
0 0
˙z̄(t) = 
 .. .. .. ..

..
 
 z̄(t) +  ..  u(t)
 . . . . . .
    . (4.48)
 0 0 0 ... 0 1  0
−αn −αn−1 −αn−2 . . . −α2 −α1 1
 
y(t) = βn βn−1 βn−2 . . . β2 β1 z̄(t)

Sistem (10.100) adalah terkontrol dualitas dari sistem ini adalah teramati yang dilakukan
dengan mentranspose tiga persamaan matriks (10.97), (10.98) dan (10.99), diperoleh:
 
0 0 0 . . . 0 −αn
1 0 0 . . . 0 −αn−1 
 
0 1 0 . . . 0 −αn−2 
 
(P −1)T AP T =  .. .. .. .. ..  = QAQ ,
−1
. . . . . 
 
0 0 0 . . . 0 −α2 
0 0 0 . . . 1 −α1

CP T = 0 0 0 . . . 0 1 = CQ−1
dan  
βn
 βn−1 
 
 βn−2 
 
(P −1 )T B =  ..  = QB,

 . 

 β2 
β1
dimana Q = (P −1 )T . Jadi dengan transformasi x̄(t) = Qx(t) sistem teramati (10.95)
menjadi: 
˙
x̄(t) = QAQ−1 x̄(t) + QBu(t)
(4.49)
y(t) = CQ−1 x̄(t)
atau     

 0 0 0 . . . 0 −αn βn
 1


  0 0 . . . 0 −αn−1 


 βn−1 

 0


  1 0 . . . 0 −αn−2 


 βn−2 


 ˙
x̄(t) =  .. .... .. ..  x̄(t) +  ..  u(t)
. . . . .   . 
  

 0 0 0 . . . 0 −α2   β2 



 0 0 0 . . . 1 −α1 β1





 
y(t) = 0 0 0 . . . 0 1 x̄,

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


B entuk kompanion terkontrol dan teramati.. 119

Masing-masing sistem (10.95) dan (10.101) adalah teramati dan sistem (10.101) didapat
dari sistem (10.95) dengan melakukan suatu transformasi x̄(t) = Qx(t). Bila masing-
masing matriks keteramatan dari kedua sistem ini diberikan oleh
   
C CQ−1
 CA   CQ−1 (QAQ−1 ) 
   
 CA2   CQ−1 (QA2 Q−1 ) 
W =  dan W̄ =  ,
 ..   .. 
 .   . 
n−1 −1 n−1 −1
CA CQ (QA Q )

maka    
CQ−1 C
 CQ−1 (QAQ−1 )   CA 
   
 CQ−1 (QA2 Q−1 )   CA2  −1
W̄ =  =  Q = W Q−1 .
 ..   .. 
 .   . 
CQ−1 (QAn−1 Q−1 ) CAn−1
Jadi
W̄ = W Q−1 ⇒ Q = W̄ −1 W.
Dapat ditunjukkan bahwa matriks W̄ −1 diberikan oleh matriks yang sama dalam per-
samaan (10.94), yaitu
 
αn−1 αn−2 . . . α1 1
 αn−2 αn−3 . . . 1 0 
 
W̄ −1 =  ... .. .. . ..
 
. . .. ..
 
 α1 1 ... 0 0 
1 0 ... 0 0

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


120 S ifat-sifat sistem..

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


Bab 5
Umpan balik keadaan dan keluaran

Pada bagian 1.1 dalam contoh tentang auto pilot suatu boat, pengontrol u(t) diungkap-
kan dalam besaran-besaran sebagaimana yang dikenal untuk memperoleh perilaku kemudi
yang baik dari kapal. Salah satu hukum pengnontrol yang telah diperkenalkan adalah
u(t) = Ke(t), dimana K adalah suatu konstan, e(t) kesalahan diantara a yang sebenarnya
dan ae yang diinginkan. Dalam hal ini ae yang diinginkan sudah diatur oleh juru-mudi,
sedangkan a yang merupakan suatu signal keluaran dari dinamika sistem secara sinam-
bung diukur. Dengan demikian saat pengendali normal yaitu ketika auto-pilot tidak di-
gunakan oleh juru-mudi; juru mudi tahu mengenai a dan ae pada saat pengamatan dan
membuat koreksi sesuai yang diinginkan bila terjadi diviasi. Pada situasi tsb. keluaran
(pengukuran-pengukuran) diumpan balikan ke masukan u(t); pengontrol yang demikian
dinamakan kontrol umpam-balik atau ekivalen sebagai kontrol loop-tutup
loop-tutup. Dalam sistem
kontrol loop-tutup, keluaran dihubungkan dengan masukan sistem akan dalam hal ini sis-
tem secara otomatis memerintah dengan sendirinya. Kebalikan dari sistem loop-tutup
adalah sistem loop-buka, dalam hal ini pengontrol u(t) tidak dipengaruhi oleh keluaran.
Suatu sistem pemanggang roti otomatis yaitu suatu pemanggang roti yang bisa padam
secara otomatis adalah salah satu contoh dari sistem kontrol loop-buka. Dalam hal ini
sistem di kontrol oleh "timer" (fungsi u(t), suatu fungsi "on-off"). Waktu untuk mem-
buat roti yang bagus harus diestimasi oleh pemakai yang bukan suatu bagian dari sistem.
Pengontrolan atas mutu (misalnya saja warna roti) yang merupakan keluaran diatur oleh
timer, untuk hal ini dapat didisain suatu pemanggang roti sebagai sistem umpan balik,
warna dari roti secara sinambung diukur dan pengukuran ini dihubungkan dengan "switch"
dari elemen pemanas.
Kembali pada keperluan yang lebih matematis mengenai prinsip umpan balik. Misalkan
suatu sistem diuraikan oleh:
ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t)
y(t) = Cx(t) + Du(t)
dimana sistem tidak stabil. Juga diasumsikan C = I dan D = 0, yaitu keseluruhan

121
122 U mpan balik keadaan dan keluaran..

keadaan teramati. Untuk memfokuskan ide, digunakan contoh pada pendulum terbalik
yang telah dibahas pada sub-bagian 2.4.1. Misalkan ada gangguan awal x0 6= 0 (x0 = 0
berhubungan dengan kesetimbangan tidak stabil dari kereta yang tidak bergerak pada
situasi yang diberikan saat pendulum tegak, dapat ditentukan suatu fungsi u(.); [t, ∞) 7→ R
sedemikian hingga penyelesaian dari ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t), x(0) = x0 akan konvergen ke 0
kalua t → ∞. Suatu pengontrol yang demikian (loop-tutup) sangat tidak praktis. Karena
gangguan mendatang tidak terjaga. Sebagai pengganti dapat diberikan suatu umpan balik
linear berbentuk
u(t) = F x(t), (5.1)
dimana F suatu matriks m × n (pada contoh pendulum terbalik adalah 1 × 4). Keadaan
x(t) memenuhi:
ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t) = (A + BF )x(t). (5.2)
Matriks F dipilih sedemikian hingga sistem loop-tutup (5.2) mempunyai suatu perilaku
yang diinginkan, misalnya stabil asimtotik. Suatu umpan balik yang diberikan oleh (5.1)
dinamakan umpan balik keadaan
keadaan. Bila umpan balik keadaan tidak digunakan, alternatif
yang lainnya adalah umpan balik keluaran u = Hy(t), dimana H suatu matriks sesuai
pilihan berukuran m × p. Keadaan x(t) akan memenuhi:

ẋ(t) = Ax(t) + BHy(t) = (A + BHC)x(t).

Suatu pengontrol yang demikian disebut umpan balik keluaran


keluaran. Masukan u(t) = F x(t)
adalah suatu hukum kontrol, bila dipandang sebagai suatu sistem tersendiri (statik) den-
gan x(t) sebagai masukan dan u(t) sebagai keluaran, hukum kontrol ini disebut hukum
kompensator statik.

5.1 Umpan balik dan terstabilkan


Melaui suatu kompensator pengaruh dinamik dari suatu sistem bisa dipengaruhi. Di-
inginkan untuk menggunakan pengaruh ini untuk menstabilkan sistem disekitar titik kese-
timbangan tak-stabil. Penstabilan merupakan pokok bahasan pada bagian ini, walaupun
ada sifat-sifat sistem yang lain yang dapat dipengaruhi oleh suatu kompensator. Kondisi
pada matriks A dan B akan diberikan sedemikian hingga matriks A + BF stabil asimtotik
bila matriks F dipilih sesuai dengan apa yang diinginkan.

Definisi 7 Sistem ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t) bisa distabilkan bila ada suatu matriks F ukuran
m × n sedemikian hingga semua nilai-karakterisrik λ dari matriks A + BF , ℜ(λ) < 0.

Berikut ini diberikan suatu teorema yang memberikan syarat suatu sistem bisa distabilkan.

Teorema 18 Sistem ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t) terkontrol bila dan hanya bila untuk setiap
polinomial
p(λ) = λn + p1 λ(n−1) + p2 λ(n−2) + . . . + pn ,

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


U mpan balik dan terstabilkan.. 123

dengan koefisien pi real, ada matriks F ukuran m × n sedemikian hingga det[λI − (A +


BF )] = p(λ)

Bukti
Asumsikan bahwa untuk setiap sebarang p(λ) yang mempunyai bentuk seperti diberikan
dalam teorema ada suatu matriks F sedemikian hingga det[λI − (A + BF )] = p(λ) dan
andaikan sistem ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t) tak-terkontrol. Maka ada basis di Rn sedemikian
hingga:    
A1,1 A1,2 B1
A= , B= (5.3)
0 A2,2 0
Bila dipartisi sebarang matriks umpan-balik F sebagai (F1 F2 ), maka
   
A1,1 A1,2 B1
A + BF = + (F1 F2 )
0 A2,2 0
 
A1,1 + B1 F1 A1,2 + B1 F2
= .
0 A2,2

Gunakan bentuk persamaan berikut


     
P Q P 0 I P −1QR−1 I 0
=
0 R 0 I 0 I 0 R

untuk menentukan polinomial karakteristik dari matriks

(A + BF ),

yaitu:
 
λI − (A1,1 + B1 F1 ) −(A1,2 + B1 F2 )
det[λI − (A + BF )] = det
0 λI − A2,2
= det(K) det(L) det(M ),

dengan matriks K, L dan M masing-masing adalah


 
λI − (A1,1 + B1 F1 ) 0
K= ,
0 I
 
I [λI − (A1,1 + B1 F1 )]−1 [A1,2 + B1 F2 ][λI − A2,2 ]−1
L=
0 I
dan  
I 0
M= .
0 λI − A2,2

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


124 U mpan balik keadaan dan keluaran..

Sehingga diperoleh

det[λI − (A + BF )] = det[λI − (A1,1 + B1 F1 )] det[λI − A2,2 ]

Terlihat bahwa apapun pilihan terhadap F , polinomial dari det[λI −A2,2 ] tidak bisa dipilih
sebarang dan polinomial ini selalu merupakan suatu bagian dari polinomial karakteristik
dari matriks (A + BF ). Akibatnya polinomial karakteristik dari matriks (A + BF ) tidak
akan bisa dipilih sebarang. Hal ini kontradiksi dengan kenyataan asumsi. Jadi haruslah
sistem ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t) terkontrol.
Sebaliknya, asumsikan (A, B) terkontrol. Akan ditunjukkan bahwa untuk setiap poli-
nomial p(λ) = λn + p1 λ(n−1) + p2 λ(n−2) + . . . + pn ada tunggal suatu matriks F sedemikian
hingga det[λI −(A+BF )] = p(λ). Sistem (A, B) terkontrol, maka berdasarkan Teorema 26
A dan B mempunyai bentuk kompanion:
   
0 1 0 ... 0 0 0
 0 0 1 . . . 0 0  0
   
 0 0 0 . . . 0 0  0
   
A =  .. .. .. .. ..  dan B =  ..  .
 . . . . . 
 .
  
 0 0 0 ... 0 1  0
−αn −αn−1 −αn−2 . . . −α2 −α1 1

Pilih F = (αn − pn αn−1 − pn−1 . . . α1 − p1 ), maka


 
0 1 0 ... 0 0
 0 0 1 ... 0 0 
 
 0 0 0 ... 0 0 
 
A + BF =  .. .. .. .. .. 
 . . . . . 
 
 0 0 0 ... 0 1 
−αn −αn−1 −αn−2 . . . −α2 −α1
 
0
0
 
0
 
+  ..  (αn − pn αn−1 − pn−1 . . . α1 − p1 )
.
 
0
1
 
0 1 0 ... 0 0
 0 0 1 ... 0 0 
 
 0 0 0 . . . 0 0 
 
=  .. .. .. .. ..  .
 . . . . . 
 
 0 0 0 ... 0 1 
−pn −pn−1 −pn−2 . . . −p2 −p1

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


U mpan balik dan terstabilkan.. 125

Dari hasil diatas diperoleh

det[λI − (A + BF )] = λn + p1 λ(n−1) + p2 λ(n−2) + . . . + pn = p(λ).

Teorema 18 menyatakan bahwa bila (A, B) terkontrol, polinomial karakteristik dari (A +


BF ) bisa dipilih sebarang untuk suatu pilihan F yang sesuai. Maka dari itu "zeros" dari
polinomial karakteristik yang identik dengan nilai-karakteristik dari matriks A+ BF dapat
diletakkan pada setiap lokasi sesuai dengan yang dikehendaki. Suatu lokasi khusus adalah
separoh bidang kompleks sebelah kiri sedemikian hingga ẋ(t) = (A + BF )x(t) stabil asim-
totik. Suatu kesimpulan dari Teorema 18 adalah bila ẋ(t) = Ax(t)+Bu(t) terkontrol maka
terstabilkan (kebalikan pernyataan ini tidak benar). Teorema 18 adakalanya dinamakan
"pole assignment".

Contoh 34 Diberikan sistem


      
ẋ1 (t) −1 0 x1 (t) 0
= + u(t).
ẋ2 (t) 0 1 x2 (t) 1
Sistem tak-terkontrol. Bilih dipilih
 
x1 (t)
u(t) = (0 − 2)
x2 (t)

diperoleh sistem loop-tutup


    
ẋ1 (t) −1 0 x1 (t)
= .
ẋ2 (t) 0 −2 x2 (t)

Terlihat bahwa sistem loop-tutup stabil asimtotik. Contoh ini menunjukkan bahwa walaupun
sistem tak-terkontrol tapi sistem bisa distabilkan.

Contoh 35 Kembali pada Contoh 8 pendulum terbalik. Hasil pelinearan disekitar peye-
lesaian sama denagn nol serta dengan memberikan nilai-nilai tertentu pada beberapa kon-
stanta yang tidak diketahui, matriks A dan B masing-masing diberikan oleh
   
0 1 0 0 0
 25 0 0 0  
A=  dan B = −2.4
 0 0 0 1  0 
−0.6 0 0 0 1

Dapat diselidiki bahwa sistem terkontrol. Polinomial karakteristik dari A adalah λ4 −25λ2 ,
dari polinomial ini terlihat bahwa salah satu nilai karakteristik dari A sama dengan 5, jadi

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


126 U mpan balik keadaan dan keluaran..

sistem tak-stabil. Misalkan diinginkan memilih umpan balik F supaya nilai-karakteristik


dari A + BF adalah: −1, −2 dan −2 ± i, dalam hal ini polinomial p(λ) diberikan oleh:

(λ + 1)(λ + 2)(λ2 + 4λ + 5) = λ4 + 7λ3 + 19λ2 + 23λ + 10.

Misalkan F = (f1 f2 f3 f4 ), maka diperoleh suatu persamaan yang diberikan oleh:


det[λI − (A + BF )] = p(λ). Tetapi
 
λ −1 0 0
−25 + 2.4f1 λ + 2.4f2 2.4f3 2.4f4 
det[λI − (A + BF )] = det 


0 0 λ −1 
0.6 − f1 −f2 −f3 λ − f4
= λ4 + (2.4f2 − f4 )λ3 + (−f3 − 25 + 2.4f1 )λ2
+(25f4 − 1.44f4 )λ + (25f3 − 1.44f3 ).

Dengan menyamakan koefisien-koefisien yang bersesuaian dari polinomial det[λI −(A+


BF )] dan p(λ) diperoleh:
 
10 23 1 10
f3 = = 0.42, f4 = = 0.98, f1 = 44 + = 18.51,
23.56 23.56 2.4 23.56
dan  
1 23
f2 = 7+ = 3.32 .
2.4 23.56

Contoh 36 Diberikan sistem dalam bentuk kanonik terkontrol:


   
0 1 0 0
ẋ(t) = 0 0 1 x(t) + 0 u(t).
2 −3 1 1

Bila masukan dipilih sebagai u(t) = (f1 f2 f3 )x(t). Untuk nilai fi , i = 1, 2, 3 yang mana
sistem loop-tutup stabil asimtotik?
Dari hukum umpan balik yang diberikan menghasilkan:
 
0 1 0
ẋ(t) =  0 0 1  x(t).
2 + f1 −3 + f2 1 + f3

Polinomial karakteristik dari matriks sistem ini adalah:

λ3 + (−1 − f3 )λ2 + (3 − f2 )λ + (−2 − f1 ) = 0.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


U mpan balik dan terstabilkan.. 127

Karena lokasi yang tepat dari "zeros" tidak penting, digunakan kriteria Routh-Hurwitz
untuk memperoleh kondisi-kondisi fi yang akan menjamin kestabilan asimtotik. Skemanya
adalah:
1 3 − f2 0
−1 − f3 −2 − f1 0

(−1−f3 )(3−f2 )−(−2−f2 )


−1−f3
0 0

−2 − f1 0
0
Maka dari itu, kondisi syarat perlu dan cukup untuk stabil asimtotik adalah:

−1 − f3 > 0, −2 − f1 > 0, (−1 − f3 )(3 − f2 ) > (−2 − f1 ).

Latihan 28 Berikan contoh sistem linear invarian-waktu yang tidak dapat dikontrol tapi
dapat distabilkan.

Latihan 29 Tunjukkan bahwa sistem ivarian waktu

ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t)

dalam hal ini u(t) tidak harus suatu skalar adalah bisa distabilkan bila ruang bagian tak-
stabilnya termuat didalam ruang bagian

Latihan 30 Tinjau realisasi takterkontrol:


   
−2 1 0 0 0
 0 −2 0 0  1
 
ẋ(t) = 
0 +  u(t).
0 −1 0  1
0 0 0 −1 1

Apakah realisasi ini dapat distabilkan? Apakah memungkinkan mendapatkan suatu vektor
F sedemikian hingga hukum umpan balik u(t) = F x(t) menyebabkan nilai karakteristik dari
sistem umpan balik adalah: −2, −2, −1, −1 atau −2, −2, −2, −2, −1 atau −2, −2, −2, −2?

Latihan 31 Sistem linear terkontrol dan teramati diberikan oleh persamaan berikut:
   
1 2 0
ẋ = x+ u, y = (1 2)x.
3 1 1

Bila umpan balik keadaan u = (k1 k2 )x+r. Tentukan nilai k1 dan k2 supaya sistem umpan
balik keadaan tetap terkontrol tetapi tak dapat diamati.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


128 U mpan balik keadaan dan keluaran..

5.2 Pengamat dan prinsip pemisahan


Banyak prosedur kontrol dari suatu sistem didasarkan pada asumsi bahwa semua komponen
vektor-keadaan dapat diamati. Dalam prosedur yang demikian hukum kontrol mempunyai
bentuk
u(t) = F x(t) atau (u(t) = F x(t) + Gv(y)).
Bagaimanapun dalam berbagai sistem perlengkapan pengukuran yang dibutuhkan untuk
mengamati keseluruhan keadaan sangat mahal, terutama dalam sistem "fisika". Dalam sis-
tem ekonomi prosedur pengukuran statistika yang dibutuhkan sangat mahal, adakalanya
sangatlah tidak mungkin memperoleh pengukuran dari keseluruhan keadaan bila beber-
apa fariabel internal tidak bisa dicapai. Misalnya suatu satelit, karena komplek masalah
peralatannya, pengukuran akan sukar dilakukan, misalnya pengukuran temperatur yang
akan digunakan dalam satelit tsb. Saat satelit dalam lintasan orbit, sangatlah terlalu jauh
mengukur besaran-besaran tertentu dari bumi.
Dalam keseluruhan hal tsb., kontrol harus berdasar pada suatu informasi yang digu-
nakan, yakni keluaran y(t) = Cx(t) (untuk penyederhanaan dimabil D = 0, dalam hal
D 6= 0 dapat ditangani dalam keadaan standart bila y(t) − Du(t) = Cx(t) diintepre-
tasikan sebagai pengukuran baru). Diperlukan suatu sistem pembantu yang dinamakan
pengamat (observer) yang mempunyai masukan u(t) dan keluaran y(t) dari sistem riil dan
keluran x̂(t) suatu pendekatan dari kedaan x(t) dari sistem riil. Suatu pengamat dari
sistem ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t), y(t) = Cx(t) diasumsikan berbentuk:
ż(t) = P z(t) + Qu(t) + Ky(t)
x̂(t) = Sz(t) + T u(t) + Ry(t).
Vektor z(t) adalah keadaan dari pengamat. Sedangkan matriks-matriks
P, Q, K, S, T dan R
adalah matriks-matriks yang dapat ditenttukan. Bisa dibayangkan sistem rill sebagai suatu
satelit dalam orbit dimana tidak semua komponen dari x(t) dengan mudah dapat diukur,
tidak banyak fariabel-fariabel keluaran yang bisa membantu, misalnya hanya posisi dan
jarak yang bisa memberikan informasi. Sedangkan pengamat adalah suatu sistem dibumi,
misalnya saja suatu program komputer yang berfungsi untuk memperoleh semua fariabel
dengan mudah.
Diagram alir pengamat dan sistem riil dan hubungan diantara sistem-sistem tsb. dis-
ajikan dalam Gambar 5.1.
Terlihat bahwa pengamat dan sistem riil tampak dalam Gambar 5.1.
Bila kesemuanya memungkinkan, pengamat seharusnya paling tidak memenuhi per-
syaratan berikut:
1. Bila x̂(t0 ) = x(t0 ) pada waktu tertentu t0 , maka didapat x̂(t) = x(t) untuk t ≥ t0 .
Sekali pengamat mempunyai estimasi yang bagi vektor keadaan riil, maka estimasi
ini akan tetap benar untuk waktu mendatang.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P engamat dan prinsip pemisahan.. 129

pengamat
u(t) x̂(t)
✲ ż(t) = P z(t) + Qu(t) + Ky(t) ✲
✲ x̂(t) = Sz(t) + T u(t) + Ry(t)

ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t)


✲ ✲
y(t) = Cx(t) y(t)
sistem riil

Gambar 5.1: Sistem pengamat.

2. Beda x̂(t) − x(t) harus konvergen ke nol bila t → ∞ terlepas dari kondisi awal
x(0), z(0) dan kontrol u(t).

Akan dikonstruksi suatu pengamat dimana S = I, T = R = 0, hal ini memberikan


x̂(t) = z(t) dengan demikian keadaan pengamat merupakan pendekatan keadaan x(t).
Selajutnya diperoleh:

˙
ẋ(t) − x̂(t) = Ax(t) + Bu(t) − P x̂(t) − Qu(t) − Ky(t)
= Ax(t) + Bu(t) − P x̂(t) − Qu(t) − KCx(t)
= (A − KC)x(t) − P x̂(t) + (B − Q)u(t)

Dari formulasi persyaratan pertama pengamat menghasilkan

B = Q, A − KC = P.

Oleh karena itu pengamat mempunyai bentuk:

˙
x̂(t) = Ax̂(t) + Bu(t) + K(y(t) − ŷ(t)), dengan ŷ(t) = C x̂(t). (5.4)

Terlihat sangat banyak kemiripan dengan sistem asal. Sistem (5.4) merupakan duplikat
dari sistem riil terlepas dari suku tambahan K(y(t) − ŷ(t)) yang bisa ditafsirkan sebagai
suku koreksi. Diagram alir dari kondisi ini diberikan dalam Gambar 5.2.
Selanjutnya agar persyaratan kedua dipenuhi, dikaji bagaimana mengestimasi kesala-
han e(t) = x(t) − x̂(t) bila t → ∞,

˙
ė(t) = ẋ(t) − x̂(t)
= Ax(t) + Bu(t) − Ax̂(t) − Bu(t) − K(Cx(t) − cx̂(t))
= (A − KC)(x(t) − x̂(t)) = (A − KC)e(t).

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


130 U mpan balik keadaan dan keluaran..

y
✲ ẋ = Ax + Bu
y = Cx ❄
u + ✲
K


✲ x̂˙ = Ax̂ + Bu + K(y − ŷ) ŷ
✲ ŷ = C x̂ ✲

Gambar 5.2: Diagram alir sistem pengamat.

Karena e(t) harus konvergen ke nol, persyaratannya menjadi matriks (A − KC) harus
stabil asimtotik. Dalam hal ini timbul pertanyaan sebagai berikut: Dapatkah suatu ma-
triks K diperoleh sedemikian hingga persyaratan tsb. memungkinkan? Teorema berikut
menyatakan bahwa hal tsb. mungin bila (C, A) teramati.

Teorema 19 Untuk setiap polinomial


w(λ) = λn + w1 λ(n−1) + w2 λ(n−2) + . . . + wn
dengan koefisien wi riil ada suatu matriks ukuran n × p sedemikian hingga det[λI − (A −
KC)] = w(λ) bila dan hanya bila (C, A) teramati.

Bukti
(C, A) teramati bila dan hanya bila (AT , C T ) terkontrol. (AT , C T ) terkontrol bila dan hanya
bila untuk setiap polinomial w(λ) ada matriks F sedemikian hingga det[λI −(AT +C T F )] =
w(λ). Pilih K = −F T , maka
det[λI − (A − KC)] = det[λI − (AT − C T K T )] = w(λ)


Contoh 37 Contoh ini merupakan kelanjutan contoh sebelumnya dari pendulum terba-
lik. Di asumsikan bahwa hanya pengukuran-pengukuran skalar dan posisi kereta dibuat
sedemikian hingga A dan C adalah:
 
0 1 0 0
 25 0 0 0 
A=  0
, C = 0 0 1 0 .

0 0 1
−0.6 0 0 0
Matriks keteramatan adalah:
 
0 0 1 0
 0 0 0 1
Mo = 
−0.6
 ⇒ rank Mo = 4.
0 0 0
0 −0.6 0 0

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P engamat dan prinsip pemisahan.. 131

Sehingga Teorema 19 bisa digunakan. Misalkan dikonstruksi suatu pengamat sedemikian


hingga pole dari (A − KC) pada titik-titik −1 (sebanyak dua kali) dan −1 ± i. Ini berarti
bahwa K = (K − 1 k2 k3 k4 )T harus dikonstruksi sedemikian hingga:

det[λI − (A − KC)] = (λ + 1)2 (λ + 1 − i)(λ + 1 + i)


= λ4 + 4λ3 + 7λ2 + 6λ + 2,

dilain pihak
 
λ −1 k1 0
−25 λ k2 0
det[λI − (A − KC)] = det 
 0

0 λ + k3 −1
0.6 0 k4 λ
= λ4 + k3 λ3 + (−25 + k4 )λ2
+(−25k3 − 0.6k1)λ + (−0.6k2 − 25k4 )

sehingga dengan menyamakan koefisien yamg bersesuaian persamaan diatas, diperoleh:


−106 −802
k3 = 4; k4 = 32; k1 = = −175.66 dan k2 = = −1336.66 .
0.6 0.6
Dalam hal ini pengamat mempunyai bentuk:
   
0 1 0 0 0
 25 0 0 0  
˙
x̂(t) =   x̂(t) + −2.4 u(t)
 0 0 0 1  0 
−0.6 0 0 0 1
 1060 
− 6
− 8020 
+ 6 
 4  (y(t) − (0 0 1 0)x̂(t)) .
32

Penyelesaian pengamat ini, memenuhi:

lim x̂(t) = x(t).


t→∞

Latihan 32 Tinjau kedinamikan dari trayektori satelit. Bila hanya pengukuran satu skalar
yang diijinkan yaitu y1 (t) atau y2 (t) yang mana harus diplih supaya keteramatan dipenuhi?
Konstruksikan suatu pengamat untuk pengukuran yang dipilih sedemikian hingga pole-pole
dari pesamaan kesalahan
ė(t) = (A − KC)e(t)
semuanya sama dengan −1.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


132 U mpan balik keadaan dan keluaran..

Teorema 19 memberikan suatu syarat perlu dan cukup sedemikian hingga pole dari ma-
triks (A − KC) bisa dipilih sekehendak kita. Suatu kemungkinan pemilihan adalah men-
empatkan semua pole diseparuh bidang sebelah kiri (pole-pole tidak harus pada tempat-
tempat khusus). Ini tentunya persyaratan yang lebih lunak yang mana keteramatan meru-
pakan syarat cukup, tetapi bukan merupakan syarat perlu sebagaimana yang diberikan
dalam uraian berikut. Tinjau pasangan matriks:
 
1 0
A= dan C = (1 0),
0 −1

dapat diselidiki bahwa (C, A) tak-teramati. Pole dari A − KC dengan K = (k1 k2 )T


adalah "zeros" dari

det[λI − (A − KC)] = (λ − 1 + k1 )(λ + 1).

Bila dipilih k1 > 1, kedua "zeros" terletak diseparuh bidang kiri, sehingga bila dikonstruksi
pengamat dimana letak pole sama dengan letak zeros tsb., maka untuk t → ∞ pengamat
ini akan konvergen ke vektor keadaan riil. Salah satu polenya adalah −1, merupakan pole
yang sudah tetap tidak bisa diubah.
Suatu syarat perlu dan cukup sedemikian hingga semua pole dari (A − KC) harus
terletak di separuh bidang kiri adalah bila A dan C diuraikan kedalam suatu basis tertentu
sedemikan hingga masing-masing mempunyai bentuk:
 
A1,1 | A1,2
A =  −− −− −−  , C = (0 | C1 ),
0 | A2,2

dimana pasangan (C1 , A2,2 ) teramati. Oleh karena itu sekarang haruslah kondisi matriks
A1,1 stabil asimtotik. Sifat dari pasangan matriks (C, A) sedemikian hingga suatu K dapat
dipilih dimana pole-pole dari matriks (A − KC) terletak di separuh bidang kiri dinamakan
dapat-dideteksi.

Latihan 33 Tunjukkan bahwa sistem invarian-waktu

ẋ(t) = Ax)t) + Bu(t), y(t) = Cx(t)

dapat-dideteksi bila dan hanya bila ker(Mo ) termuat dalam ruang stabilnya.

Latihan 34 Tunjukkan bahwa keterdetesian adalah suatu konsep dual, yaitu bila (A, B)
dapat distabilkan, maka (B T , AT ) dapat-dideteksi.

Pengamat dikenalkan sebab kekurangan informasi mengenai keseluruhan komponen vektor


keadaan. Vektor keadaan ini digunakan dalam suatu loop umpan balik sebagaimana untuk

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P engamat dan prinsip pemisahan.. 133

memberi sifat-sifat yang diharapkan sistem. Selanjutnya dikombinasi konsep umpan balik
dengan pengamat. Bila u(t) = F x(t) suatu hukum umpan balik yang membuat sistem
ẋ(t) = (A + BF )x(t) stabil asimtotik, maka diinginkan hal serupa pada hukum umpan
balik u(t) = F x̂(t). Selanjutnya secara bersama-sama perilaku sistim asli dan pengamat:

ẋ(t) = Ax(t) + BF x̂(t)


˙
x̂(t) = Ax̂(t) + BF x̂(t) + K(Cx(t) − C x̂(t)).

Dengan menggunakan e(t) = x(t) − x̂(t) persamaan diatas menjadi

ẋ(t) = (A + BF )x(t) − BF e(t)


(5.5)
ė(t) = (A − KC)e(t).

atau ekivalen dengan:


    
ẋ(t) A + BF −BF x(t)
= .
ė(t) 0 A − KC e(t)

sistem asli
v(t) u(t)✲ R x(t)✲ y(t)
✲ + B ✲ + ✲ C ✲
✻ ✻

A ✛

✲ B

R ❄ +

✛ x̂ ✛ +✛ ✛
F K
✻ −
✲ A
✲ C ✛ ŷ(t)
kompensator

Gambar 5.3: Diagram alir pemisahan sistem.

Nilai karakteristik dari sistem diatas sama dengan nilai karakteristik dari matriks A +
BF bersama-sama dengan nilai karakteristik matriks A − KC. Jadi nilai karakteristik
keseluruhan sistem sama dengan nilai karakteristik yang diperoleh melalui umpan balik
u(t) = F x(t) dan malalui pengkonstruksian pengamat.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


134 U mpan balik keadaan dan keluaran..

Umpan balik u(t) = F x(t) dan pengamat bisa didisain secara tak bergantungan satu
dengan yang lainnya. Bila diletakkan bersama sistem asli dan pengamat dengan umpan
balik u(t) = F x(t), nilai karakteristik tidak saling mempengaruhi. Prinsip ini dinamakan
prinsip pemisahan. Total sistem dari sistem asli, pengamat dan loop umpan balik diberikan
ringkasannya dalam diagram alir dalam Gambar 5.3 yang tersaji dalam halaman sebelum-
nya. Dua sub-sistem yang dikelilingi oleh garis-putus masing-masing adalah sistem asli
dan kompensator. Kompensator disini berbeda dengan kompensator statik yang telah
dikenalkan, oleh karena itu kompensator ini disebut kompensator dinamik.

v gaya dorong posisi kereta


+
u y

x̂1 R
f1 + k1
25 -2.4

R
f2 + + k2
x̂2
+
+ +
x̂3 R -
f3 + k3

-.6

R
f4 + + k4
x̂4

Gambar 5.4: Gambungan umpan balik keadaan dan pengamat.

Contoh 38 Diberikan contoh kereta dengan pendulum terbalik (lihat Gambar 5.4). Pada
dua contoh sebelumnya didisain hukum umpan balik keadaan dan pengamat. Kombinasi
pendisainan sebagai berikut, nilai numerik fi dan ki dengan i = 1, 2, 3, 4 seperti yang telah
diberikan dalam dua contoh terdahulu.

Sebegitu jauh belum dipertimbangkan masukan baru v(t), yang dberikan oleh u(t) =
F x(t) + v(t), F x(t) adalah komponen umpan balik, sedangkan v(t) adalah komponen baru
loop-buka. Bila diubah keseluruhan disain dari sistem asli dan pengamat dalam diagram

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P enolakan gangguan.. 135

v(t) u(t) y(t)


✲ + ✲ sistem asli ✲

✻ a

c b ✲
B

R ✛ ❄ +

✛ x̂ ✛ ✛
F + K
✻ ✻−

✲ C

Gambar 5.5: Peyederhanaan diagram.

yang lebih ramping sebagaimana diberikan oleh Gambar 5.5.

Dalam Gambar 5.5 terlihat hubungan baru bc sebagai pengganti dari hubungan ab
dalam diagram sebelumnya. Dalam diagram terlihat v(t) tidak masuk ke kompensator. Hal
ini tidak akan mengubah sifat kestabilan dari keseluruhan sistem disebabkan v(t) hanya
bergantung pada waktu t tidak tergantung pada keadaan. Diagram yang paling akhir
secara simbolik bisa digambar sebagai mana yang diberikan dalam Gambar 5.6. Terlihat
v
✲+ ✲ sistem y

asli

sistem dinamik dalam ✛


F x̂ loop-umpan balik

Gambar 5.6: Simbolik diagram.

dalam Gambar 5.6 kestabilan dari suatu pengamat bisa diinterpretasikan sebagai umpan
balik keluaran, dalam hal ini diperoleh suatu sistem dinamik loop-umpan balik.

5.3 Penolakan gangguan


Misalkan suatu sistem linear waktu-invarian dengan m + l masukan yang dipartisi sebagai
(u(t), v(t)):
ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t) + Ev(t), y(t) = Cx(t), (5.6)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


136 U mpan balik keadaan dan keluaran..

dimana u(t) adalah masukan sistem sebagaimana biasanya, sedangkan v(t) dapat diin-
terpretasikan sebagai "gangguan". Gangguan ini tidak dapat diukur secara langsung,
hanyalah keluaran y(t) yang dapat diukur. Dalam kasus ini bertujuan mendisain suatu
hukum umpan balik:
u(t) = F x(t) + ū(t)
sedemikian hingga v(t) tidak mempunyai pengaruh apapun terhadap keluaran dan tidak
masalah apa bentuk dari ū(t) atau keadaan awal x(0) dari sistem (5.6).

Contoh 39 Diberikan sistem

ẋ1 (t) = x2 (t) + u(t)


ẋ2 (t) = v(t)
y(t) = x1 (t).

Bila digunakan hukum umpan balik u(t) = −x2 (t) + ū(t), diperoleh:

Zt
y(t) = x1 (0) + ū(τ )dτ,
0

terlihat bahwa keluaran y(t) bebas dari gangguan v(t).

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


Bab 6
Penyajian masukan/keluaran

Penyajian masukan/keluaran dari suatu sistem merujuk pada suatu pendiskripsian di-
mana masukan secara langsung dikaitkan dengan keluaran, tanpa fungsi media-antara lain-
nya atau fariabel keadaan. Sudah dikaji suatu masukan-keluaran melalui kajian fariabel
keadaan pada bagian yang terdahulu. Kajian masukan-keluaran juga bisa ditemui pada
pembahasan terdahulu dalam fungsi atau matriks respon impuls. Melalui fungsi K(t, s)
fungsi masukan secara langsung dikaitkan dengan fungsi keluaran. Diskripsi ini diperoleh
dengan mengeliminasi vektor keadaan x(t). Pada bagian berikut ini dikaji penyajian yang
berguna dari masukan/keluaran suatu sistem.

6.1 Transformasi Laplace dan kegunaannya untuk sis-


tem invarian-waktu linear
Transformasi Laplace dari fungsi kontinu sepotong-demi sepotong f : [0, ∞) → R, didifin-
isikan sebagai:
Z∞
F (s) = L(f ) = f (t)e−st dt.
0

Bila f = O(ebt ) untuk t → ∞, yaitu ia bertambah secara eksponensial dengan b ∈ R suatu


konstata, maka integral diatas "ada" untuk semua bilangan riil s > b. Bila f = O(ebt ),
maka integral juga ada untuk semua bilangan kompleks s dengan Re(s) > b (Re adalah
bagian riil), sebab:
f (t)e−st = |f (t)| e−Re(s)t .

Oleh karena itu domain dari fungsi F : (b, ∞) → R bisa diperluas sampai semua s ∈ C
dengan Re(s) > b dan
F : {s ∈ C|Re(s) > b} → C

137
138 Penyajian masukan/keluaran..

adalah fungsi kompleks. Pada kajian disini s akan selalu menunjukkan bilangan kompleks.
Perluasan ke fungsi bernilai vektor adalah:

L(f ) = (L(f1 ), . . . , L(fn ))T = (F1 (s), . . . , Fn (s))T = F (s).

Sedangkan perluasan ke matriks fungsi adalah secara per-komponen. Misal, diberikan


sistem differensial invarian-waktu matriks respon impulsnya adalah:

Zt
y(t) = G(t − τ )u(τ )dτ.
−∞

Untuk penyederhanaan, diasumsikan u(t) = 0 untuk t ≤ 0, maka

Zt
y(t) = G(t − τ )u(τ )dτ. (6.1)
0

Andaikan bahwa fungsi y(.), u(.) dan G(.) mempunyai transformasi Laplace yang masing-
masing dinotasikan dengan Y (.), U(.) dan H(.), jadi

Z∞ Z∞
Y (s) = y(t)e−stdt, U(s) = u(t)e−st dt
0 0

dan
Z∞
H(s) = G(t)e−st dt,
0

maka transformasi Laplace dari (6.1) diberikan oleh:

Y (s) = H(s)U(s). (6.2)

Matriks H(S) p × m disebut matriks transfer dari sistem. Ia memberikan diskripsi sistem
sangat sederhana. Sifat bahwa (6.2) adalah transformasi Laplace dari (6.1) disebut teori
konvolusi. Disini diasumsikan pembaca mengenal sifat ini dan secara lebih umum dengan
transformasi Laplace. Bila G(t) = O(ebt ) maka matriks transfer terdifinisi hanya untuk
Re(s) > b. Teori transformasi Laplace menganjurkan bahwa H(s) analitik untuk Re(s) >
b, dan teori bilangan komplek menerangkan bahwa keujudan dari kekontinuan analitik
H(s) adalah tunggal. Suatu Fungsi matriks ada untuk semua s ∈ C dan tunggal, analitik
dibidang kompleks kecuali disejumlah titik-titik terisolasi. Hal ini adalah identitik dengan
H(s) untuk Re(s) > b.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


T ransformasi Laplace dan kegunaannya.. 139

Bila X(s) adalah transformasi Laplace dari x(t), maka


  Z∞
dx(t) dx(t) −st
L = e dt
dt dt
0
Z∞

= x(t)e−st 0 + x(t)se−st dt
0
= −x(0) + sX(s).
Transformasi Laplace dari ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t), x(0) = x0 adalah
sX(s) − x0 = AX(s) + BU(s) (6.3)
dari persamaan (6.3) diperoleh:
X(s) = (sI − A)−1 x0 + (sI − A)−1 BU(s).
Juga, bila transformasi Laplace keluaran y(t) = Cx(t) adalah Y (s) = CX(s) dan diasum-
sikan x(0) = 0, maka
Y (s) = C(sI − A)−1 BU(s) = H(s)U(s) (6.4)
Bila dibandingkan dengan:
Zt
y(t) = CeA(t−τ ) Bu(τ )dτ
0
yang memberikan hasil
H(s) = L(CeAt B) = C(sI − A)−1 B. (6.5)
Perlu diperhatikan bahwa, secara perlu tidak benar semua nilai karakteristik dari A menye-
babkan H(s) singulir, sebab perkalian diantara (sI −A)−1 dengan C dan B beberapa faktor
mungkin terkansel. Persamaan (6.5) menyatakan bahwa matriks transfer adalah transfor-
masi Laplace dari matriks respons impuls.
Contoh 40 Kembali pada contoh sistem dinamik satelit yaitu;
   
0 1 0 0 0 0  
3 0 0 2 1 0 1 0 0 0
A=   
0 0 0 1 , B = 0 0 dan C = 0 0 1 0 .
0 −2 0 0 0 1
Matriks transfer dari sistem tsb. adalah:
 
sin(t) 2 − 2 cos(t)
H(s) = L(G(t)) = L
−2 + 2 cos(t) −3t + 4 sin(t)
 1 2

s 2 +1 s
− s22s+1
=
− 2s + s22s+1 − s32 + s24+1
 1 2 
s2 +1 s3 +s
= −2 s2 −3
s3 +s s4 +s2

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


140 Penyajian masukan/keluaran..

Sekarang suatu metode baru sudah didapat untuk menghitung matriks transisi. Trans-
formasi Laplace dari :

ẋ(t) = Ax(t). x(0) = x0 dan x(t) = eAt x0

adalah
X(s) = (sI − A)−1 x0 , X(s) = L(eAt )x0 .
Jadi  
eAt = L−1 (sI − A)−1 ,
dimana L−1 transformasi Laplace-invers. Fungsi matriks (sI − A)−1 dinamakan resolvent
dari matriks A.

6.1.1 Hubungan sistem-sistem


U1 (s) Y1 (s) U2 (s) Y2 (s)
H1 (s) ; H2 (s)

Gambar 6.1: Dua Sistem.

Gambar 6.1 menjelaskan dua sistem masing-masing dengan fungsi transfer H1 (s) dan
H2 (s). Diskripsi dari sistem-sistem lewat matriks transfer bermanfaat bila diinginkan un-
tuk menghubungkan sistem-sistem yang ada.
L
Gambar 6.2 menjelaskan hubungan "parallel" dari dua sistem dimana simbol meny-
atakan penjumlahan. Jadi matriks tranfer dari sistem parallel ini diberikan oleh

H(s) = H1 (s) + H2 (s).

H1 (s)
U(s) Y (s)
+
H2 (s)

Gambar 6.2: Hubungan parallel dua sistem.

Sedangkan hubungan seri dari dua sistem diberikan oleh Gambar 6.3 dan matriks trans-
fernya dari hubungan seri ini diberikan oleh H(s) = H1 (s)H2 (s).

Perlu diperhatikan bahwa untuk sistem dengan banyak masukan - banyak keluaran yaitu
masing-masing m dan p lebih besar dari 1, umumnya perkalian dua matriks fungsi H1 (.)
dan H2 (.) tidak komutatif, yaitu H1 H2 6= H2 H1 . Oleh karena itu urutan dimana sistem-
sistem dihubungkan sangatlah penting. Hubungan umpan-balik dua sistem diberikan oleh

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


T ransformasi Laplace dan kegunaannya.. 141

U(s) Y (s)
H1 (s) H2 (s)

Gambar 6.3: Hubungan seri dua sistem.

U(s)+ V (s) Y (s)


- H1 (s)

H2 (s)

Gambar 6.4: Hubungan umpan balik dua sistem.

Gambar 6.4.

Bila signal yang masuk ke H1 (S) dinotasikan dengan V (S), maka matriks transfer dari
keseluruhan sistem dihitung sebagai berikut:

V (s) = U (s) − H2 (s)Y (s)
⇒ Y (s) = H1 (s)(U (s) − H2 (s)Y (s)).
Y (s) = H1 (s)V (s)

Diselesaikan y(s) didapat:

Y (s) = (I + H1 (s)H2 (s))−1 H1 (s)U(s).

Jadi matriks transfer hubungan umpan-balik dari dua sistem adalah

H(s) = I + H1 (s)H2 (s))−1 H1 (s). (6.6)

Pertimbangan hubungan diatas diasumsikan bahwa banyaknya masukan adalah m sedan-


gkan banyaknya keluran p sehingga uraian hubungan diatas tetap punya makna.

6.1.2 Ossilasi
Sebegitu jauh kajian kita, telah diasumsikan fungsi-fungsi masukan dan keluaran adalah
fungsi bernilai riil. Dari segi pandangan kontrol adalah bermanfaat untuk menggunakan
fungsi-fungsi bernilai kompleks. Bila digunakan fungsi masukan kompleks:

0, untuk t > 0
u(t) = st
e c, untuk t ≥ 0

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


142 Penyajian masukan/keluaran..

dengan s ∈ C dan c suatu vektor kompleks. Bila x(0) = 0, maka fungsi keluaran yang
terkait dengan masukan tsb. diberikan oleh:
Zt
y(t) = G(t − τ )esτ cdτ
0
Zt
= G(r)es(t−r) cdr
0
 
Zt
=  G(r)e−sr dr  est c
0 t 
Z
=  G(τ )e−sτ dτ  u(t).
0

Bila t → ∞ dan diasumsikan integral konvergen ke H(s) untuk Re(s) cukup besar, maka
dperoleh
y(t) ∼ H(s)u(t).
Bila s = iω dengan ω ∈ R, maka u(t) = c(cos(ωt) + i sin(ωt)) = eiωt c dan
y(t) ∼ H(iω)eiωt c untuk t sangat besar.
Masukan u(t) = eiωt c disebut o ssilasi harmonik sedangkan H(iω)eiωt c dinamakan r espon
stasioner pada ossilasi harmonik eiωt c. Matriks H(iω) dinamakan matriks r esponse frekuensi.
R∞
Beda diantara y(t) dengan response stasioner dinamakan p erilaku transient. Bila Gi,j (τ )dτ <
0
∞ untuk semua i, j, maka perilaku transient mendekati nol untuk t → ∞. Dan dari hasil
R∞
kajian kestabilan bisa disimpulkan bahwa Gi,j (τ )dτ < ∞ bila semua nilai karakteristik
0
λi dari matriks A memenuhi Re(λi ) < 0.

6.1.3 Fungsi rasional


Pada bagian ini lebih rinci dikaji matriks transfer
H(s) = L(G(t)) = C(sI − A)−1 B.
Matriks invers (sI − A)−1 secara prinsip bisa diperoleh dengan menggunakan aturan
"Cramer", misalkan, hasilnya diberikan sebagai berikut:
 
q1,1 (s) . . . q1,n (s)
1  . ..  ,
(sI − A)−1 =  .. . 
p(s)
qn,1 . . . qn,n (s)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


T ransformasi Laplace dan kegunaannya.. 143

dimana p(s) adalah polinomial karakteristik dari matriks A. Ditulis p(s) sebagai:

p(s) = sn + p1 sn−1 + . . . + pn−1 s + pn , pi ∈ R.

Suku-suku qi,j (s) untuk semua i, j adalah determinan dari submatriks (sI − A) berukuran
(n−1)×(n−1), oleh karena itu suku-suku tsb. merupakan polinomial dalam s yang berder-
ajad tidak lebih dari (n − 1). Jadi elemen-elemen dari (sI − A)−1 adalah fungsi rasional
q (s)
dalam s yaitu i,jp(s)
. Suatu f ungsi rasional adalah pembagian dari dua polinomial. Fungsi
rasional ini dimamakan fungsi r asioanal sejati kuat bila derajad dari pembilang lebih kecil
dari derajad penyebutnya. Bila suatu fungsi rasional diberikan oleh h(s), maka suatu difin-
isi ekivalen dari fungsi rasional murni adalah lim h(s) = 0. Bila limit ini bernilai hingga
|s|→0
yaitu tidak perlu bernilai nol, maka dalam hal ini dinamakan fungsi rasional sejati. Mu-
dah diselidiki bahwa elemen-elemen dari H(s) adalah fungsi rasional sejati kuat. Misalkan
H(s) ditulis sebagai R(s)
p(s)
, dimana R(s) adalah matriks berukuran m × p dengan elemen-
elemen polinomial berderajad kurang dari n sedangkan derajad dari p(s) sama dengan
n. Sebagaimana telah didiskusikan sebelumnya, pole-pole dari H(s) adalah titik-titik di-
mana H(s) mempunyai singularitas, yaitu titik s0 dimana lim H(s) tidak ada. Nilai-nilai
s→s0
karakteristik dari A merupakan calon titik-titik pole, tetapi tidak perlu keseluruhannya
merupakan pole.

Contoh 41 Bila    
−1 0 1
A= B= dan C = (1 1),
0 −2 0
maka
 −1
−1 s+1 0
(sI − A) =
0 s+2
 
1 s+2 0
=
(s + 1)(s + 2) 0 s+1
 1 
s+1
0
= 1 .
0 s+2

Terlihat matriks (sI − A)−1 mempunyai pole-pole di s = −1 dan s = −2. Sedangkan,

1
C(sI − A)−1 )B =
s+1

mempunyai hanya satu pole, yaitu di s = −1.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


144 Penyajian masukan/keluaran..

Sebegitu jauh dibahas sistem dengan D = 0. Bila D 6= 0 dan x0 = 0, maka


Zt
 
y(t) = CeA(t−τ ) B + Dδ(t − τ ) u(τ )dτ
0

dan fungsi matriks H(s) adalah:

H(s) = C(sI − A)−1 B + L[Dδ(t − τ )] = C(sI − A)−1 B + D.

Bila diperhatikan matriks ini dengan rinci, terlihat bahwa elemen-elemennya merupakan
fungsi rasional sejati, karena umumnya derajad dari pembilang sama dengan derajad dari
penyebutnya. Contoh berikut menunjukkan ada fungsi transfer dimana elemennya bukan
fungsi rasioanal.

Contoh 42 Fungsi transfer dari sistem "rata-rata gerakan" adalah:


Z∞ ZT
−st 1 1 − e−st
H(s) = G(t)e dt = 1.e−st dt = .
T sT
0 0

6.2 Fungsi transfer dan matriks transfer


Pada bagian ini utamanya akan dikaji masukan tunggal keluaran tunggal sistem differen-
sial linear. Dalam kasus ini, matriks transfernya merupakan suatu fungsi skalar yang dino-
tasikan dengan h(s) sebagai ganti dari matriks transfer H(s) yang digunakan dalam sistem
banyak masukan-banyak keluaran. Pada bagian ini, juga diasumsikan derajad pembilang
dari h(s) lebih kecil atau sama dengan dari derajad penyebutnya. Tanpa menghilangkan
ke generalannya, secara eksplisit ditulis h(s) sebagai berikut:

q(s) q0 sn + q1 sn−1 + . . . + qn
h(s) = = n . (6.7)
p(s) s + p1 sn−1 + . . . + pn
Telah dikenal dengan baik bahwa suatu polinomial derajad n bisa difaktorkan kedalam n
suku-suku linear, oleh karena itu diperoleh:
q(s) c(s − b1 )(s − b2 ) . . . (s − bk )
h(s) = = (6.8)
p(s) (s − a1 )(s − a2 ) . . . (s − an )
dengan ai , bi ∈ C, c ∈ R dan k 6= n. Diasumsikan bahwa q(s) dan p(s) tidak mem-
punyai faktor persekutuan. Bila punya, faktor-faktor persekutuan tsb. akan terkansel.
"Zeros" dari pembilang p(s) yaitu a1 , a2 , . . . , an dinamakan "pole" dari fungsi transfer dan

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


F ungsi transfer dan matriks transfer.. 145

b1 , b2 , . . . , bk dinamakan "zeros" dari fungsi transfer. Alasan dari terminologi yang dike-
nalkan adalah sebagai berikut. Misalkan diberikan masukan:
 st
e0, t≥0
u(t) =
0, t < 0

maka transformasi Laplace dari keluran diberikan oleh:

c(s − b1 )(s − b2 ) . . . (s − bk ) 1
Y (s) = .
(s − a1 )(s − a2 ) . . . (s − an ) s − s0

Bila s0 6= bi , i = 1, 2, . . . , k, maka Y (s) bisa difaktorkan sebagai berikut:

A1 A2 An An+1
Y (s) = + + ...+ + , Ai ∈ C, (6.9)
s − a1 s − a2 s − an s − s0

dimana untuk alasan penyederhanaan, diasumsikan bahwa semua pole ai mempunyai "mul-
tifisitas satu". Transformasi invers dari (6.9) menghasilkan:

y(t) = A1 ea1 t + A2 ea2 t + . . . + An ean t + An+1 es0 t ,

dalam hal ini n suku-suku pertama dinamakan "mode bebas" dari sistem. Suku yang
terakhir adalah suatu hasil dari masukan. Selanjutnya, bila s0 = bi untuk beberapa i,
nisalnya saja i = 1, maka

c(s − b1 )(s − b2 ) . . . (s − bk ) 1
Y (s) = .
(s − a1 )(s − a2 ) . . . (s − an ) s − b1
c(s − b2 )(s − b3 ) . . . (s − bk )
=
(s − a1 )(s − a2 ) . . . (s − an )
A1 A2 An
= + + ...+ Ai ∈ C.
s − a1 s − a2 s − an

Terlihat bahwa frekuensi dari signal masukan s0 tidak nampak dalam signal keluaran,
hanya mode bebas yang nampak. Zeros dari sistem adalah frekuensi-frekuensi yang bukan
merupakan bagian bentuk dari signal keluaran.

Definisi 8 Bila semua nilai karakteristik λi bagian riilnya adalah negatif, w aktu-konstan
σ yang berkaitan dengan sistem di definisikan sebagai σ −1 = mini {Re(λi )}.

Definisi 9 Sistem masukan tunggal keluaran tunggal

ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t), y(t) = Cx(t)

adalah suatu sistem b ukan phase minimum bila setidaknya satu zeros bagian rill nya positip.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


146 Penyajian masukan/keluaran..

Contoh 43 Diberikan fungsi transfer suatu sistem:


−s + 1 3 −4
= + .
s2 + 5s + 6 s+2 s+3
Terlihat bahwa sistem ini bukan phase minimum. Bila masukan fungsi Heaviside dikenakan
pada sistem, maka keluaranny adalah
3 4
y(t) = (1 − e−2t ) − (1 − e−3t ), t ≥ 0.
2 3
Bisa diselidiki bahwa y(0) = 0 dan y(∞) = 61 > 0; hal ini menyimpulkan bahwa suatu
masukan bernilai positip diperoleh dalam waktu yang begitu lama. Untuk suatu umpan
balik stabil, cenderung dipilih u(t) = ky(t) dengan k < 0. Karena ẏ(t) = −1 dan y(∞) =
1
6
> 0, maka tanda dari y(t) untuk nilai-nilai t yang sangat kecil akan berbeda dengan
tanda y(t) untuk nilai-nilai t yang begitu besar. Oleh karena itu pada kasus ini secara
intuisi dipilih kontrol umpan balik keluaran u(t) = ky(t). Jadi, untuk sistem-sistem bukan
phase minimum dibutuhkan perhatian yang teliti bila diinginkan untuk menggunakan suatu
umpan balik keluaran.

Contoh 44 Lagi ditinjau sistem dinamik satelit. Suatu versi dimana hanya satu fari-
abel masukan u( t) dan satu fariabel keluaran y2 (t) yang dipertimbangkan. Untuk ω = 1,
diperoleh matriks-matriks:
   
0 1 0 0 0
 3 0 0 2 0 
A=  0 0 0 1
, B =  , C = 0 0 1 0 .
0
0 −2 0 0 1

s2 − 3 √ √
Fungsi transfer ini adalah: . Zeros dari sistem ini adalah s = + 3 dan s = − 3,
s4 + s2 √
secara tegasnya dalam frekuensi ini tak ada ossilasi sama sekali; s = ± 3 berkaitan dengan
fungsi eksponensial yang mana tidak bisa membentuk suatu komponen signal keluaran.
Tetapai karena sistem tidak stabil, maka mode yang dibangun oleh masukan tidak akan
pernah habis sama sekali.

Suatu sistem dengan masukan dan keluaran tunggal

ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t), y(t) = Cx(t) + Du(t)

dimana u(t) dan y(t) skalar, menghasilkan suatu fungsi transfer (matriks berukuran 1 × 1)
yang diberikan oleh:
h(s) = C(sI − A)−1 B + D, (6.10)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


F ungsi transfer dan matriks transfer.. 147

dimana derajad pembilang lebih kecil atau sama dengan derajad penyebut. Sebaliknya,
untuk fungsi transfer dengan derajad pembilang lebih kecil atau sama dengan derajad
penyebut (=n), ada matriks A, n × n, B, n × 1, C, 1 × n dan matriks D, 1 × 1 yang
q(s)
memenuhi (6.10). Misalkan diberikan fungsi transfer h(s) = p(s) dengan derajad q(s) ≤
derajad p(s). Pertama ditentukan D, ada dua kemungkinan:

1. bila derajad q(s) < derajad p(s), maka ambil D = 0,

2. bila derajad q(s) = derajad p(s), maka, h(s) ditulis sebagai berikut:

q(s) q0 sn + q1 sn−1 + . . . + qn
h(s) = =
p(s) sn + p1 sn−1 + . . . + pn
q0 (sn + p1 sn−1 + . . . + pn )
=
p(s)
(q1 − q0 p1 )sn−1 + . . . + (qn − q0 pn )
+
p(s)
q̄(s)
= q0 + ,
p(s)

dimana derajad q̄(s) < derajad p(s). Dalam hal ini diambil D = q0 .

Agar supaya sederhana, notasi q̄(s) ditulis dengan q(s) yang tentunya berbeda dengan q(s)
yang terdahulu. Dengan demikian bisa dilanjutkan dengan bentuk rasional

q(s)
, dengan derajad q(s) < derajad p(s)
p(s)

dan matriks D sebagaimana yang telah ditentukan yaitu D = q0 . Sehingga diperoleh:

q(s) = q1 sn−1 + q2 sn−2 + . . . + qn , p(s) = sn + p1 sn−1 + . . . + pn .

Bila Y (s) dan U(s) masing-masing adalah transformasi Laplace dari y(t) dan u(t), maka
Y (s) = h(s)U(s), atau ekivalen:

p(s)Y (s) = q(s)U(s),

atau
sn Y (s) + p1 sn−1 Y (s) + . . . + pn Y (s) = q1 sn−1 U(s) + . . . + qn U(s). (6.11)
Selanjutnya diawali dengan suatu q(s) yang khusus, yaitu ditentukan q(s) = qn = 1. Oleh
karena itu dipunyai suatu sistem yang berbeda dengan aslinya. Dalam hal ini sebagai peng-
ganti keluaran y(t), digunakan z(t) dengan transformasi Laplace Z(s). Maka diperoleh:

sn Z(s) + p1 sn−1 Z(s) + . . . + pn Z(s) = U(s),

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


148 Penyajian masukan/keluaran..

persamaan yang baru diatas merupakan transformasi Laplace dari


dn z(t) dn−1 z(t)
+ p 1 + . . . + pn z(t) = u(t) (6.12)
dtn dtn−1
n−1
dengan kondisi awal z(0) = ż(0) = . . . = dzdtn−1(0) = 0. Persamaan (6.12) bisa ditulis
sebagai sistem persamaan differensial tingkat satu berbentuk:
     z(t) 
z(t) 0 1 0 ... 0
 ż(t)    ż(t) 
   0 0 1 ... 0  
d  ..    ... 

 .  = 

.. .. .. .. ..
 
dt    . . . . .  . 
 ..  
 .   0 0 0 0 1   .. 
n−1 dz n−1 (t)
dz (t) −pn −pn−1 . . . −p2 −p1
dtn−1 dtn−1
 
0
0
 
 .. 
+ 
 .  u(t).
 .. 
.
1

Jadi diperoleh suatu sistem persamaan differensial

ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t), y(t) = Cx(t)


 
dz n−1 (t)
dengan keadaan x(t) = z(t) ż(t) . . . dtn−1 dan
  

0 1 0 ... 0 0
 

 0 0 1 ... 
0 0
 .. .. .. .. ..  .. 
A= . . . . ,B = 
. 
 .  , C = (1 0 . . . 0). (6.13)
   . 
 0 0 0 0 1   .. 
−pn −pn−1 . . . −p2 −p1 1

Matriks-matriks dalam (6.13) merupakan suatu r ealisasi dari h(s) = p(s)


1
. Catatan, nilai
karakteristik dari matriks A dalah pole-pole dari h(s) sebab det(sI − A) = p(s).
Selajutnya ditinjau kasus untuk sebarang polinomial derajad pembilang q(s) < n.
Transformasi Laplace invers dari (6.11) dengan nilai awal semua derivatif dari u(t) dan
y(t) sama dengan nol diberikan oleh:
dn dn−1 dn−1
y(t) + p 1 n−1 y(t) + . . . + p n y(t) = q 1 n−1 u(t) + . . . + qn u(t). (6.14)
dtn dt dt
Penyelesaian z(t) pada (6.12) akan dihubungkan dengan penyelesaian y(t) pada (6.14).
Karena z(t) memenuhi (6.12), maka qn z(t) memenuhi:
dn dn−1
(qn z(t)) + p1 n−1 (qn z(t)) + . . . + pn (qn z(t)) = qn u(t). (6.15)
dtn dt

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


F ungsi transfer dan matriks transfer.. 149

Differensialkan (6.12) dan sekaligus dikalikan dengan qn , diperoleh:

dn dn−1
(qn ż(t)) + p1 n−1 (qn ż(t)) + . . . + pn (qn ż(t)) = qn u̇(t). (6.16)
dtn dt
Dilanjutkan cara ini sampai diperoleh:
     
dn di dn−1 di di
dtn qn−i dti z(t) + p1 dtn−1 qn−i dti z(t) + . . . + pn qn−i dti z(t)
d i
= qn−i dti u(t)

untuk i = 0, 1, . . . , (n − 1). Bila dijumlahkan semua persamaan ini, diperoleh:


 
dn dn−1
dtn qn z + qn−1 ż(t) + . . . + q1 dtn−1 z(t) + ...+
 
dn−1 (6.17)
+pn qn z + qn−1 ż(t) + . . . + q1 dtn−1 z(t)

n−1
d
= qn u + q1 u̇(t) + . . . + q1 dtn−1 u(t)

Bila dibandingkan (6.14) dengan (6.17), diperoleh penyelesaian tunggal y(t) pada (6.14)
dengan semua nilai awal semua derivatif y(t) sama dengan nol adalah qn z + qn−1 ż(t) + . . . +
n−1 q(s)
q1 dtd n−1 z(t). Jadi dalam hal ini realisasi dari h(s) = p(s) dengan fariabel keadaan
 
z(t)
 ż(t) 
 
 .. 
 . 
 
dn−1
z(t)
dtn−1
diberikan oleh
    
 0 1 0 . . . 0 0



  0 0 1 ... 0  0

   .
  . . . . .   

 A= . . .
. .
. .
. .
.  , B =  .. 
  .
 0 0 0 0 1   ..  (6.18)



 −pn −pn−1 . . . −p2 −p1 1



 dan


C = (qn qn−1 . . . q1 )

Realisasi yang lain tentunya ada sebagaimana telah diuraikan pada bagian sebelumnya
suatu transformasi kordinat dalam ruang keadaan tidak akan mengubah fungsi transfer.
Realisasi yang diberikan dalam (6.18) dimanakan realisasi terkontrol baku atau bentuk kanonik terkontr
Bentuk ini juga telah dibahas pada bagian 10.13 dengan nama bentuk kompanion. Prose-
dur untuk memperoleh suatu realisasi diatas bisa dilakukan dengan menggunakan suatu
diagram alir, berikut ini diberikan suatu diagram yang menjeleskan realisasi dari suatu

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


150 Penyajian masukan/keluaran..

q2
y
q1 +
u z (3) R z (2)
R z (1)
R z
+ q0
-p2

-p1

-p0

Gambar 6.5: Diagram realisasi.

fungsi transfer, khusus untuk n = 3. Notasi z (i) (t) yang digunakan dalam Gambar 6.5
mempunyai arti derivatif ke-i dari z(t).
R
Dalam diagram Gambar 6.5 kotak menyatakan integral yang merupakan notasi singkat
dari sistem ẋ(t) = u(t); y(t) = x(t) dengan fungsi transfer 1s sedangkan masing-masing
kotak −pi dan qi menyatakan perkalian dengan koefisien didalam kotak tsb. Diagram
menunjukkan juga bagaimana sistem bisa direalisasi dalam praktis (dibangun) bila dipun-
yai perangkat dalam bentuk blok-blok yang berupa integral, tambah dan kali. Hal ini sama
dengan apa yang digunakan dalam k omputer analog. Secara khusus dapat juga mengim-
plementasi atau membentuk sistem ini melalui differensiator.Disain ini atau diagram alir
diantara u(t) dan z(t) diberikan dalam Gambar 6.6.

u z (3)
R z (2) R z (1) R z
+
-p2

-p1

-p0

Gambar 6.6: Diagram differensiator.

Oleh karena itu dengan menggunakan superposisi diperoleh diagram yang diberikan oleh
Gambar 6.7.
q(s)
Diagram terakhir juga menguraikan sistem yang dikarakteristikan oleh h(s) = p(s)
. Pada

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


F ungsi transfer dan matriks transfer.. 151

q0
q0 z + q1 ż + q2 z̈ = y
u R R R
q1 d
+
dt

q2 d d -p2
dt dt

-p1

-p0

Gambar 6.7: Diagram superposisi.

diagram ini telah digunakan blok dtd differensiator. Sebagaimana diketahui secara teknik
differensiator sulit dibangun. Sebagai penggantinya lebih disukai menggunakan integrator
sebab integrator ini mudah direalisasikan.

Contoh 45 Dalam Contoh 44 telah dikaji suatu masalah bentuk sistem dinamik satelit
telah dikaji dengan fungsi transfer
s2 − 3
.
s4 + s2
Suatu realisasi dari fungsi ini adalah:
   
0 1 0 0 0
0 0 1 0 0
ẋ(t) =    
0 0 0 1 x(t) + 0 u(t)
0 0 −1 0 1

dan 
y(t) = −3 0 1 0 x(t).

Berikut ini akan diberikan bentuk khusus lain suatu realisasi dari fungsi transfer dinamakan
bentuk kanonik teramati yang tidak dikaji secara intensive. Disini fungsi transfer yang
dikaji diberikan dalam persamaan (6.7) hanya untuk q0 = 0; realisasi dari fungsi transfer
tsb. diberikan oleh:
   
−pn 1 0 ... 0 qn
−pn−1 0 0 ... 0 qn−1 
   
   . 
A =  ... .. .. ..
. . .  , B =  ..  , C = (1 0 0 . . . 0). (6.19)
   
 −p2 0 0 ... 1  q2 
−p1 0 0 0 0 q1

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


152 Penyajian masukan/keluaran..

Sebelum diakhiri bagian ini, akan diberikan satu metoda lain yang juga merealisasikan
q(s)
fungsi transfer h(s) = dengan derajad q(s) < derajad p(s). Metoda yang diberikan
p(s)
berdasarkan pada faktorisasi dari h(s):

q(s) A1 A2 An
h(s) = = + + ...+ ,
p(s) s − a1 s − a2 s − an

dimana ai adalah pole-pole dari h(s) yang untuk saat ini diasumsikan bernilai riil dan
mempunyai "multisiplisitas" satu.

1
s−a1 A1
u y
1
s−a2 A2 +

1
s−an An

Gambar 6.8: Realisasi diagonal.

Dalam kasus ini, suatu realisasi dari h(s) diberikan oleh:


    

 a 1 . . . 0 1

  .. . . .   .
ẋ(t) =  . . ..  x(t) +  ..  u(t)

 0 . . . an 1


y(t) = (A1 A2 . . . An ) x(t)

realisasi ini bisa dipandang dalam suatu diagram blok yang diberikan dalam Gambar 6.8.
Realisasi yang dikaji ini dinamakan r ealisasi diagonal. Sistem asli tingkat ke-n "ter-dikopel"
1
kedalam n sub-sistem yang independen. Blok yang berisi merupakan bentuk ringkas
s − ai
dari blok yang diberikan dalam Gambar 6.9.

1 R
:= +
s − ai

ai

1
Gambar 6.9: Diagram Blok realisasi
s − ai

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


F ungsi transfer dan matriks transfer.. 153

Bila p(s) = 0 mempunyai akar-akar real dengan multisiplisiti lebih besar dari satu, misalkan
s = a dengan multisiplisiti dua, maka faktorisasinya diberikan oleh:
A B
h(s) = + + ...
s − a (s − a)2

1 x1 1 x2
s−a A
s−a
+
B

Gambar 6.10: Diagram Blok h(s)

Suku-suku diatas secara bersama dapat direalisasikan seperti diberikan dalam Gam-
bar 6.10. Bila keluaran dari dua blok integrator dalam Gambar 6.10 berturut-turut dino-
tasikan dengan x1 (t) dan x2 (t), maka suatu realisasi ruang keadaan dari bentuk

A B
+
s − a (s − a)2

diberikan oleh:
        
ẋ1 (t) a 1 x1 (t) 0 x1 (t)
= + u(t); y(t) = (B A) .
ẋ2 (t) 0 a x2 (t) 1 x2 (t)

Terlihat bahwa matriks sistemnya adalah suatu blok Jordan berukuran 2 × 2.


Bila dalam faktor-faktor p(s) berbentuk s2 + bs + c dengan b2 − 4ac < 0, maka dekom-
posisi kedalam suatu faktor riil adalah tidak mungkin. Contoh berikut memberikan suatu
kemungkinan diagram alir dari kasus ini. Misalkan diberikan fungsi transfer berbentuk:
s+2
h(s) = .
s2 + 2s + 5
Penyebut dari h(s) tidak dapat dikomposisi kedalam faktor-faktor riil. Oleh karena h(s)
dapat ditulis sebagai:

1 2
s+2 s+1 1 (s + 1)2
h(s) = 2 = + ,
s + 2s + 5 22 2 22
1+ 1+
(s + 1)2 (s + 1)2

sedangkan diagram alirnya diberikan dalam Gambar 6.11.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


154 Penyajian masukan/keluaran..

u 1 1 x1 1 y
+ 2 +
s + 1 x2 s+1 2

-2

Gambar 6.11: Diagram Blok Dekomposisi h(s)

Bila keluaran dari blok integrator dalam Gambar 6.11 berturut-turut dinotasikan dengan
x1 dan x2 , maka realisasi ruang keadaannya diberikan oleh:
        
ẋ1 (t) −1 2 x1 (t) 0 1 x1 (t)
= + u(t); y(t) = ( 1) .
ẋ2 (t) −1 −1 x2 (t) 1 2 x2 (t)

Latihan 35 Suatu sistem linear mempunyai fungsi transfer

4s3 + 25s2 + 45s + 34


H(s) = .
2s3 + 12s2 + 20s + 16
Dapatkan suatu realisasi dari fungsi transfer tsb. dalam bentuk kanonik-terkontrol dan
kanonik-teramati.

Latihan 36 Bila pasangan tripel matriks {A, B, C} dengan ukuran masing-masing n ×


q(s)
n, n × 1 dan 1 × n adalah suatu realisasi dari suatu fungsi transfer p(s) . Tunjukkan bahwa
i
derajad dari q(s) = m bila dan hanya bila CA B = 0, i = 0, 1, 2, . . . , n − m − 2 dan
CAn−m−1 B 6= 1.

6.3 Realisasi minimal


Pada bagian ini dikaji suatu realisasi dari fungsi tranfer yang mempunyai dimensi ru-
ang keadaan minimal, realisasi yang demikian dinamakan r ealisasi minimal. Berikut ini
diberikan suatu sifat dari realisasi minimal untuk sistem masukan tunggal dan keluaran
tunggal.

q(s)
Teorema 20 Suatu realisasi ruang keadaan dari fungsi transfer h(s) = terkontrol
p(s)
dan teramati bila dan hanya bila q(s) dan p(s) tidak mempunyai faktor persekutuan.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


R ealisasi minimal.. 155

Bukti
Bukti diberikan hanya untuk fungsi-fungsi transfer dengan realisasi diagonal, yaitu matriks
sistem A diagonal. Perhatikan realisasi diagonal yang diberikan oleh:
   
λ1 . . . 0 b1
 .. . . .   .
A=. . ..  , B =  ..  , C = (c1 . . . cn ). (6.20)
0 . . . λn bn

realaisasi ini bersesuaian dengan fungsi transfer


n
q(s) X gi
h(s) = = ,
p(s) i=1
s − λi

dengan skalar bi , ci dan gi memenuhi bi ci = gi . Matriks terkontrol Mc diberikan oleh:


 
b1 b1 λ1 b1 λ21 . . . b1 λ1n−1
 b2 b2 λ2 b2 λ22 . . . b2 λ2n−1 
 
 .. .
. .
. .
. .
. 
Mc =  . . . . . ,
 
n−1 
bn−1 bn−1 λn−1 bn−1 λ2n−1 . . . bn−1 λn−1
bn bn λn bn λ2n ... bn λnn

determinan dari Mc adalah:


 
1 λ1 λ21 . . . λ1n−1
1 λ2 λ22 . . . λ2n−1 
  n
det Ktr = det  ...
 .. .. .. ..  Q bi
 . . . . 

1 λn−1 λ2n−1 n−1  i=1
. . . λn−1 (6.21)
1 λn λ2n . . . λnn
Q
= (λj − λi ).
1≤i<j≤n

Determinan bagian sebelah kanan persamaan (6.21) disebut d eterminan Van der Monde.
Jadi det Ktr 6= 0 bila dan hanya bila λi 6= λj untuk semua i 6= j dan bi 6= 0 untuk semua
i. Pernyataan yang terakhir cukup jelas, bila belaku sebaliknya yaitu bila bi = 0 untuk
beberapa i maka komponen ke-i tidak dibangkitkan oleh masukan dan tidak dapat berada
pada ruang bagian terkontrol. Jadi realisasi (6.20) terkontrol bila dan hanya bila λi 6= λj
untuk semua i 6= j dan bi 6= 0 untuk semua i. Dengan argumentasi yang sama dapat
ditunjukkan realisasi teramati bila dan hanya bila λi 6= λj untuk semua i 6= j dan ci 6= 0
untuk semua i. Untuk suatu realisasi bentuk (6.20) terkontrol dan teramati, dipunyai
bi 6= 0 dan ci 6= 0, oleh karena itu gi 6= 0. Ini berarti tidak ada faktor persekutuan dalam
h(s).
Sebaliknya, misalkan q(s) dan p(s) tak mempunyai faktor persekutuan dan andaikan
realisasi (6.20) tak-terkontrol atau tak teramati. Maka dari itu det Ktr = 0; jadi λi =

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


156 Penyajian masukan/keluaran..

λj untuk beberapa i, j atau bi = 0 untuk beberapa i. Hal ini menjukkan bahwa q(s)
dan p(s) mempunyai faktor persekutuan. Kenyataan ini bertentangan dengan hipotesa
bahwa dalam h(s) tak ada faktor persekutuan. Jadi haruslah realisasi (6.20) terkontrol
dan teramati.

Contoh 46 Diberikan sistem


   
1 2 −1 0

ẋ(t) = 0 1 
0 x(t) + 0 u(t), y(t) = (1 − 1 1)x(t).
 (6.22)
1 −4 3 1

Matrik ketrkontrolan Mc dan keteramatan Mo , berturut-turut diberikan oleh:


   
0 −1 −4 1 −1 1
Mc = 0 0 0  , Mo = 2 −3 2
1 3 8 4 −7 4

Kedua matriks Mc dan Mo adalah singulir. Bahkan bila hanya satu saja dari kedua matriks
tsb. singulir sudah cukup untuk menyimpulkan bahwa fungsi tranfer dari sistem (6.22).
Fungsi transfernya adalah:

(s − 1)(s − 2) 1
h(s) = 2
= .
(s − 1)(s − 2) s−2

Jadi, perilaku masukan-keluaran sistem direalisasikan oleh (6.20) dengan ruang keadaan
berdimensi tiga juga dapat direalisasikan oleh ruang keadaan berdimensi satu. Realisasi
ini adalah:
ẋ(t) = 2x(t) + u(t), y(t) = x(t).
Realisasi yang terakhir tsb. adalah realisasi minimal.

6.4 Metoda Frekuensi


Pada bagian ini tetap dibatasi pembahasan untuk sistem dengan masukan dan keluaran
tunggal, oleh karena itu fungsi transfernya dinotasikan dengan h(s). Untuk suatu respon
frekuensi ditulis:
h(iω) = |h(iω)| ei arg h(iω) .
Respon stasioner dari u(t) = uω eiωt , uω , ω ∈ R adalah:

y(t) = h(iω)uω eiω = |h(iω)| uω ei(ωt+arg h(iω)) .

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


M etoda Frekuensi.. 157

Bila diambil bagian imajiner dari u(t):



Im (u(t)) = uω sin(ωt + φ) = Im uω eiφ eiωt
respon stasionernya menjadi:

Im (y(t)) = Im h(iω)uω eiφ eiωt 
= Im |h(iω)| uω ei(ωt+φ+arg h(iω)) (6.23)
= |h(iω)| uω sin (ωt + φ + arg h(iω)) .
Terlihat, respon stasionernya berbentuk sinus dengan amplitudo |h(iω)| uω . Phase dari
ossilasi bertambah sebesar arg h(iω). Jadi, sistem linear invarian-waktu dengan fungsi
transfer h(s) mentransformasi suatu signal sinusiodal dengan frekuensi ω kebentuk signal
sinusiodal yang lain dengan frekuensi ω, amplitudonya menjadi amplitudo asal dikalikan
dengan |h(iω)| dan phasenya bertambah sebesar arg h(iω).

Contoh 47 Dikaji lagi contoh rangkaian elektrik RLC yang diberikan dalam Contoh 4.
Bentuk ruang keadaan sistem diberikan oleh:
   1
   
ẋ1 (t) 0 x1 (t) 0
= 1
C
R + 1 u(t),
ẋ2 (t) −L − L x2 (t) L

dimana masukan sistem u(t) = e(t). Fungsi transfer sistemnya adalah:


1
h(s) = C(sI − A)−1 B = .
LCs2 + RCs + 1
Jadi h(iω) = −LCω2 +1+iRCω
1
. Pole-pole dari h(s) adalah akar-akar dari s2 + R
L
+ 1
LC
= 0.
Dapat ditunjukkan bahwa kedua polenya mempunyai bagian ril negatif, jadi
y(t) ∼ |h(iω)| uω sin (ωt + φ + arg h(iω)) ,
bila digunakan signal masukan uω sin(ωt + φ), diperoleh:
1
|h(iω)| = p
(1 − LCω 2 )2
+ R2 C 2 ω 2
 
−RCω
arg h(iω) = arctan .
1 − LCω 2
Secara lebih umum, bila suatu signal kombinasi dari sinusiodal dengan frekuensi yang
memunkinkan berbeda dikenakan pada sistem, maka keluaran merupakan signal kom-
bianasi sinusiodal tang lain dengan frekuensi sama dengan frekuensi masukan.

Fungsi-fungsi respon frekuensi sering digunakan dalam analisa jaringan, kontrol otomatik
dan akustik. Ada dua metoda yang dikenal untuk secara grafik menampilkan h(iω)
guna memperoleh kesan dari perilaku sistem yang dikaji. Dua moteda ini secara singkat
didiskusikan.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


158 Penyajian masukan/keluaran..

1. D iagram Nyquist atau p lot polar. Fungsi h(iω) diplot sebagai kurva dalam bidang den-
gan parameter ω yang bervariasi dari 0 sampai +∞. Bila dilihat h(s) sebagai fungsi
dari bidang kompleks ke bidang kompleks, maka diagram Nyquist adalah "image"
dari h pada sumbu imajiner positif.
2. D iagram Bode atau d iagram logarithma. Dalam hal ini h disajikan oleh dua grafik
yaitu plot amplitudo: ln |h(iω)| sebagai fungsi dari ln ω dan plot phase: arg(h(iω))
sebagai suatu fungsi ln ω.
Amplitudo (dB)
Im 20 log |iω| 0.0110
0.1 1
0 1 Re 0 u = Tω
u=4 u = 0
u = .5 asimtot
-20
u=2 u=1
-40
arg(h(iω)) phase ( )
0

0.01 0.1 1
0 u = Tω
-300

-600

-900

Gambar 6.12: Diagram Nyquist dan Bode.

Sebagai contoh, pada Gambar 6.12 diagram Nyquist dan Bode dari sistem dengan fungsi
transfer 1+τ
1
s
, τ > 0. Skala ln |h(iω)| diungkapkan dengan d ecibel (dB). Grafik |h(iω)|
"versus" ω mengungkapkan yang dapat melewati sistem dan g ain. Jadi sistem dapat
diinterpretasikan sebagai suatu f ilter dari signal masukan.

|h| |h| |h| |h|

B gain B

0 ω 0 ω 0 ω 0 ω

Gambar 6.13: Filter frekuensi rendah.

Dalam gambar yang pertama dari Gambar 6.13 hanya frekuensi-frekuensi rendah yang akan

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


M etoda Frekuensi.. 159

melewati sistem, sedangkan frekuensi-frekuensi tinggi dipotong. Filter-filter yang demikian


tadi dinamakan suatu f ilter frekuensi rendah. Gambar-gambar yang lain menunjukkan
macam-macam filter yang lain. B andwidth B dari suatu sistem didefinisikan sebagai range
dari frekuensi signal masukan yang mana respon sistem akan memuaskan.
Berikut ini diuraikan suatu pemakaian sederhana dari suatu filter frekuensi rendah
(lihat Gambar 6.13). Misalkan suatu signal gangguan yang biasanya merupakan signal-
signal frekuensi tinggi. Bila diinginkan membersihkan gangguan ini, bisa digunakan suatu
filter frekuensi rendah. Sebagai akibatnya, bagian signal keluran yang berkaitan dengan
frekuensi tinggi dapat dihentikan.

U(s) + Y (s)
H2 (s) H1 (s)
-

Gambar 6.14: Diagram Balok Umpan Balik plan H1 (s) dan kontroler H2 (s)

Contoh 48 Tinjau konfigurasi sistem umpan balik berikut yang diberikan oleh Gam-
bar 6.14. Dalam Gambar 6.14, sistem dengan fungsi transfer H1 (s) biasanya dinamakan
p lan. Diinginkan mendisain suatu k ontroler H2 (s) sedemikian hingga keseluruhan sistem
umpan balik mempunyai karakteristik yang menyenangkan. Kontroler yang dikarakteristik
oleh fungsi transfernya bisa dipilih oleh disainer. Bisa ditunjukkan bahwa fungsi transfer
keseluruhan sistem umpan balik diberikan oleh:

H(s) = (I + H1 (s)H2 (s))−1 H1 (s)H2 (s).

Suatu kriteria disain yang mungkin adalah Y (s) sedapat mungkin mendekati U(s). Hal ini
dinamakan " tracking". Suatu kemungkinan untuk memperoleh suatu sistem tracking yang
baik adalah mendisain H2 (s) dengan suatu cara sehingga H1 (s)H2 (s) "besar", maka dari
itu (I + H1 (s)H2 (s))−1 H1 (s)H2 (s) ∼ I, hal ini berakibat Y (s) ∼ U(s). Untuk frekuensi
yang dipertimbangkan s diganti dengan iω, didefinisikan S(ω) sebagai:

S(ω) = (I + H1 (iω)H2(ω))−1 ,

S(ω) dinamakan o perator sensitifitas. Suatu sistem dikatakan mempunyai karakterisitik


sensitifitas yang baik bila
(I + H1 (iω)H2 (ω)) ≥ φ(ω)
untuk semua |ω| ≤ ω0 (bandwidth yang diingini), dimana φ(ω) adalah suatu fungsi positip
yang bernilai besar.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


160 Penyajian masukan/keluaran..

du(t)
Contoh 49 Masalah differensiator, misalkan y(t) = dt
,t ∈ R, maka untuk u(0) = 0
diperoleh:

Z∞ Z∞
−st du(t) ∞
Y (s) = e dt = u(t)e−st 0 +s u(t)e−st dt = sU(s).
dt
0 0

Fungsi transfernya adalah h(s) = s, dalam hal ini derajad dari pembilang lebih besar
dari penyebutnya, yaitu sistem adalah tak-kausal. Sistem semacam ini secara teknik tidak
bisa direalisasikan, sebab bila u(s) diketahui sampai saat waktu t, maka derifatif pada
titik akhir s = t tidak ada. Selanjutnya karena |h(iω)| = |ω| ini berarti frekuensi tinggi
dikenakan terus menerus dengan phase arg(iω) = π2 untuk semua frekuensi.

Berikut ini ditinjau persamaan (6.6) dengan umpan balik H2 (s) = I dan H1 (s) merepre-
sentasikan sistem masukan-keluaran tunggal, oleh karena itu diganti H1 (s) dengan h1 (s).
Diasumsikan fungsi transfer h(s) "sejati kuat" dan tidak mempunyai pole pada sumbu
imajiner, asumsi yang akhir ini tidak begitu esensial tetapi hal ini hanya sekedar untuk
penyederhanaan. Persamaan (6.6) menjadi:

h1 (s)
h(s) = .
1 + h1 (s)

Tinjau pemetaan ω 7→ h(iω), dimana −∞ < ω < +∞ dan h(iω) adalah suatu kurva dalam
domain kompleks. Untuk ω = −∞ kurva dinotasikan dengan Γ, dimulai dari titik asal,
dan untuk ω = +∞ kurva berakhir pada titik asal lagi. Oleh karena itu titik asal terletak
didalam kurva tertutup Γ.

Teorema 21 Dengan formulasi asumsi diatas, banyaknya putaran mengelilingi titik −1


oleh kurva tutup Γ searah dengan putaran jarum jam sama dengan banyaknya pole-pole
tak-stabil dari sistem loop-tutup dikurangi banyaknya pole-pole tak-stabil dari sistem loop-
buka.

Sistem loop-buka adalah sistem dengan fungsi transfer h1 (s), sedangkan sistem loop-tutup,
merujuk pada sistem dengan umpan balik satuan I. Teorema 21 adalah versi sederhana dari
teorema yang lebih umum yang dikenal dengan nama kriteria Nyquist yang bisa digunakan
untuk mengecek apakah sistem loop-tutup stabil.
Disini tidak diberikan bukti kriteria Nyquist. Kriteria ini berdasar pada teorema
T eorema Cauchy dalam teori fungsi kompleks. Berikut ini, diberikan teorema Cauchy.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


M etoda Frekuensi.. 161

Teorema 22 Asumsikan bahwa h suatu fungsi rasional atau lebih umumnya suatu fungsi
"meromorphic" yang tak mempunyai pole atau zeros pada suatu kurva tutup sederhana C.
Lagipula diasumsikan bahwa putaran pada C searah jarum jam. Maka integral berikut:

Z d
1 h(s)
ds ds
2π C h(s)

sama dengan banyaknya pole-pole dalam C dikurangi banyaknya zeros dalam C.

Pembatasan umpan balik adalah I bukan dimaksudkan untuk membatasi kajian, sebagai
mana yang terlihat berikut ini. Untuk umpan balik h2 (s), persamaan (6.6) menjadi:

h1 (s) h1 (s)h2 (s)


h(s) = = h−1 (s)
1 + h1 (s)h2 (s) 1 + h1 (s)h2 (s) 2

terlihat bahwa ungkapan diatas sebagai suatu sistem seri dari dua subsistem yang dikarak-
teristik masing-masing oleh h1 h2 (1 + h1 h2 )−1 dan h−1
2 asalkan keduanya terdefinisi dengan
baik. Subsistem yang pertama adalah suatu sistem yang dikarakteristik oleh h1 h2 dengan
suatu umpan balik I. Jadi kajian kestabilan dari suatu sistem dengan umpan balik bukan
I bisa ditransformasi ke kajian kestabilan suatu sistem dengan umpan balik I dengan
tambahan persyaratan bahwa sistem yang dikarakteristik oleh h−1 2 ada.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


162 Penyajian masukan/keluaran..

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


Bab 7
Sistem Diskrit

Suatu sistem dikatakan Sistem waktu Diskrit bila input u[n] dan output y[n] adalah
signal diskrit. Gambar 7.1 adalah gambar dari sistem waktu diskrit. Suatu signal x(t)

u[n] y[n]
Sistem
T
Sistem Waktu Diskrit

Gambar 7.1: Sistem Waktu Diskrit

adalah signal waktu diskrit bila t menyatakan peubah diskrit pada himpunan bilangan
bulat Z. Signal ini sering dinyatakan sebagai suatu barisan {xn } atau x[n] dengan n ∈ Z.
Gambar 7.2 menyatakan signal waktu diskrit. Pada signal diskrit x[n], n bisa menyatakan

x[n]
b
b
2 b

b b
1 b

b b b b b
-5 -4 -3 -2-1 0 1 2 3 4 5 n

Gambar 7.2: Sistem Waktu Diskrit

sehari, dua hari dan x[n] bisa merupakan penutupan pasar modal setiap hari. Signal x[n]
bisa diperoleh melalui pensamplingan waktu kontinu signal x(t), misalnya

x(t0 ), x(t1 ), x(t2 ), · · · , x(tn ),

secara ringkas ditulis


x[0], x[1], x[2], · · · , x[n]

163
164 S istem Diskrit..

atau
x0 , x1 , x2 , · · · , xn ,
dengan xn = x[n] = x(tn ). Dalam hal ini xn dinamakan sample dan waktu diantaranya
dinamakan interval sample. Bila interval sample sama (sample seragam), maka

xn = x[n] = x(nTs )

dengan Ts adalah interval sample konstan.


Suatu signal waktu diskrit x[n] bisa diperoleh dalam dua cara

1. Melalui penghitungan nilai ke-n dari barisan, misalnya


 1 n
 2 , n≥0
x[n] = xn =

0, n<0

atau   n 
1 1 1
x[n] = 1, , , · · · , ,···
2 4 2

2. atau mendaftar nilai-nilai barisan, misalnya

{xn } = {· · · , 0, 0, 1, 2, 2, 2, 1, 1, 0, 3, 0, 0, · · · } ,

dimana nilai 1 pada posisi ke-0.

Menambah dan mengalikan dua barisan didefinisikan sebagai berikut

{cn } = {an } + {bn } ⇒ cn = an + bn


{cn } = {an }{bn } ⇒ cn = an bn
{cn } = α{an } ⇒ cn = αan , α = konstan.

Bila signal diskrit x[n] diperoleh pada sejumlah berhingga nilai-nilai yang berbeda, maka
x[n] dinamakan signal digital.

7.1 Signal genap dan gasal


Signal x[n] adalah signal genap bila

x[−n] = x[n], ∀n. (7.1)

Signal x[n] adalag signal gasal bila

x[−n] = −x[n], ∀n. (7.2)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


S ignal genap dan gasal.. 165

Contoh:
Signal genap b x[n]
b b b b

b b

-3 -2 -1 0 1 2 3 n

Signal gasal x[n]

b b b

-3 -2 -1 b

0 1 2 3 n
b b b

Setiap signal diskrit x[n] dapat diungkapkan sebagai signal jumlah dari dua signal genap
dan gasal yaitu
x[n] = xe [n] + xo [n], ∀n. (7.3)
Bagian genap dari x[n] adalah
1
xe [n] = (x[n] + x[−t]) (7.4)
2
sedangkan bagian gasal dari x[n] adalah
1
xo [n] = (x[n] − x[−n]) . (7.5)
2
Berikut ini diberikan sifat-sifat signal genap dan gasal, yaitu perkalian dua signal genap
atau dua signal gasal menghasilkan signal genap, sedangkan perkalian dari dua signal genap
dengan signal gasal menghasilkan signal gasal.
Misalkan x[n] = x1 [n]x2 [n]. Bila kedua dari x1 [n] dan x2 [n] genap, maka

x[−n] = x1 [−n]x2 [−n] = x1 [n]x2 [n] = x[n].

Jadi x[n] adalah genap. Selanjutnya bila kedua dari x1 [n] dan x2 [n] gasal, maka

x[−n] = x1 [−n]x2 [−n] = −x1 [n](−x2 [n]) = x1 [n]x2 [n] = x[n].

Jadi x[n] adalah genap. Bila x1 [n] genap dan x2 [n] gasal, maka

x[−n] = x1 [−n]x2 [−n] = x1 [n](−x2 [n]) = −(x1 [n]x2 [n]) = −x[n].

Jadi x[n] adalah gasal.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


166 S istem Diskrit..

7.2 Signal periodik dan takperiodik


Suatu signal diskrit x[n] dinamakan signal periodik dengan periode N, bila ada suatu nilai
positip N yang memenuhi
x[n + N) = x[n], ∀n (7.6)
atau
x[n] = x[n + mN], untuk beberapa bilangan bulat positip m.
Bila tidak demikian dinamakan signal takperiodik. Gambar 7.3 adalah signal diskrit

x[n]
b b b
b b b
b b
b b b b
b b b b
b b
b b b b b b

-2N -N 0 N 2N n

Gambar 7.3: Signal Periodik

periodik. Periode fundamental N0 dari x[n] adalah bilangan positip terkecil dari nilai N
yang memenuhi Persamaan (7.6).

Contoh

1. Diberikan signal kompleks diskrit

x[n] = eiΩ0 n

Ω0
periodik bila hanya adalah bilangan rasional. Sebab, bila

eiΩ0 (n+N ) = eiΩ0 n eiΩ0 N = eiΩ0 n

dipenuhi untuk
eiΩ0 N = 1
atau
Ω0 N = 2πm, m bilangan bulat positip
atau
Ω0 m
= = bilangan rasional.
2π N

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


S ignal Energi dan Tenaga.. 167

2. Diberikan signal kompleks kontinu

x(t) = eiω0 t

dengan frekuensi ω0 dan periode fundamental T0 = . Misalkan signal diskrit x[n]
ω0
diperoleh dari x(t0 ) melalui pensamplingan seragam dengan interval sampling Ts ,
yaitu
x[n] = x(nTs ) = eiωnTs .
Ts
Signal x[n] periodik bila adalah bilangan rasional. Sebab, misalkan x[n] periodik
T0
dengan periode fundamental N0 , maka

eiω0 (n+N0 )Ts = eiω0 nTs eiω0 N0 Ts = eiω0 nTs .

Hal ini haruslah


eiω0 N0 Ts = 1
atau

ω0 N0 Ts = N0 Ts = 2πm, m bilangan bulat positip.
T0
Jadi
Ts m
= = bilangan rasional.
T0 N0
3. Diberikan signal
x(t) = cos 15t,
2π 2π
maka periode fundamental x(t) adalah T0 = = dan interval sampling Ts
ω0 15
supaya x[n] = x(nTs ) periodik memenuhi
Ts Ts m
= =
T0 2π/15 N0
dengan m dan N0 adalah bilangan bulat positip. Jadi nilai Ts adalah
m m 2π
Ts = T0 = .
N0 N0 15

7.3 Signal Energi dan Tenaga


Misalkan v(t) adalah voltage yang melintasi suatu resistor R menghasilkan suatu arus i(t),
tenaga p(t) per ohm didefinisikan oleh

v(t)i(t)
p(t) = = i2 (t). (7.7)
R

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


168 S istem Diskrit..

Total energi dan tenaga rata-rata P pada basis per-ohm adalah


Z∞
E= i2 (t)dt joule (7.8)
−∞

dan
T
Z2
1
P = lim i2 (t)dt watt. (7.9)
T →∞ T
− T2

Untuk sebarang signal x(t), energi ternormalkan yang berisi E dari x(t) didefinisikan oleh
Z∞
E= |x(t)|2 dt. (7.10)
−∞

Sedangkan tenaga rata-rata ternormalkan P dari x(t) didefinisikan oleh


T
Z2
1
P = lim |x(t)|2 dt. (7.11)
T →∞ T
− T2

Hal serupa, untuk signal diskrit x[n] energi ternormalkan yang berisi E dari x[n] didefini-
sikan oleh ∞
X
E= |x[n]|2 . (7.12)
−∞

Sedangkan tenaga rata-rata ternormalkan P dari x[n] didefinisikan oleh

XN
1
P = lim |x[n]|2 . (7.13)
N →∞ 2N + 1
n=−N

Berdasarkan pada Definisi (7.10) sampai (7.13), klas signal berikut didefinisikan sebagai:
x(t) (atau x[n]) dinamakan signal energi bila dan hanya bila 0 < E < ∞ dan juga be-
rakibat P = 0. Sedangkan x(t) (atau x[n]) dinamakan signal tenaga bila dan hanya bila
0 < P < ∞ dan juga berakibat E = ∞. Berikut ini diberikan beberapa signal energi atau
signal tenaga.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


S ignal Energi dan Tenaga.. 169

Contoh
1. Diberikan signal kontinu 
e−2t t ≥ 0
x(t) =
0 t<0
maka energi yang berisi x(t) adalah
Z∞ Z∞
E = |x(t)| dt = e−4t dt (misalkan u = −4t)
2

−∞ 0
Z−∞
1
= − eu du
4
0
Z0 0
1 1 u
= eu du = e
4 4 −∞
−∞
1 0 1 1
=(e − e−∞ ) = (1 − 0) = .
4 4 4
Karena E memenuhi 0 < E < ∞, maka signal x(t) adalah signal energi.
2. Diberikan signal x(t) = e−|t| , maka |x(t)|2 = e−2|t| juga bisa ditulis sebagai
 2t
2 e t<0
|x(t)| =
e−2t t > 0
maka energi yang berisi x(t) adalah
Z∞ Z0 Z∞
E = |x(t)|2 dt = e2t dt + e−2t dt (|x(t)|2 fungsi genap)
−∞ −∞ 0
Z∞
= 2 e−2t dt (misalkan u = −2t)
0
Z−∞ Z0
u
= − e du = eu du
0 −∞
u 0
= e |−∞
0 −∞
= (e − e ) = (1 − 0) = 1.
Karena E memenuhi 0 < E < ∞, maka signal x(t) adalah signal energi. Untuk
memperoleh tenaga rata-rata, dihitung dulu
T
Z2
1
|x(t)|2 dt
T
− T2

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


170 S istem Diskrit..

kemudian hitung untuk T → ∞. Dengan menggunakan hasil sebelumnya didapat


T T T
Z2 Z2 Z2
1 1 2
|x(t)|2 dt = e−2|t| dt = e−2t dt
T T T
− T2 − T2 0

dengan memisalkan u = −2t didapat


T T
Z2 Z2
1 2
|x(t)|2 dt = e−2t dt
T T
− T2 0

Z0
1
= eu du
T
−T
0
1 u 1
= e = (1 − e−T ).
T −T T

Jadi
1
P = lim (1 − e−T ) = 0.
T →∞ T

Terlihat hasilnya sesuai dengan kriteria x(t) adalah signal energi.

3. Diberikan signal periodik x(t) dengan periode fundamental T0 , maka tenaga rata-rata
ternormalkan dari x(t) menurut Persamaan (7.11) adalah

T
Z2
1
P = lim |x(t)|2 dt.
T →∞ T
− T2

Signal x(t) periodik dengan periode fundamental T0 , dengan demikian untuk T = kT0
didapat total energi ternormalkan yang berisi x(t) sepanjang interval T adalah k kali
energi ternormalkan sepanjang satu periode, yaitu
 
ZT0 ZT0
1 1
P = lim  k |x(t)|2 dt = |x(t)|2 dt.
k→∞ kT0 T0
0 0

4. Diberikan signal
x(t) = A cos(ω0 t + θ),

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


Barisan Unda Satuan u0 [n].. 171


adalah periodik dengan periode fundamental T0 = . Dengan menggunakan hasil
ω0
sebelumnya, tenaga rata-rata dari x(t) diberikan oleh
ZT0
1
P = |x(t)|2 dt
T0
0

Zω0
ω0
= A2 cos2 (ω0 t + θ)dt

0

Zω0
A2 ω0 1 A2
= [1 + cos(2ω0 t + 2θ)] dt = < ∞.
2π 2 2
0

Jadi, x(t) adalah signal tenaga. Catatan signal periodik umumnya adalah signal
tenaga.

7.4 Barisan Unda Satuan u0[n]


Barisan unda satuan u0 [n] didefinisikan sebagai

1, n ≥ 0
u0 [n] = (7.14)
0, n < 0
Gambar 7.4 adalah gambar dari barisan u0 [n]. Perlu diperhatikan bahwa nilai barisan
u0 [n] terdenisi di n = 0.

u0 [n]
b b b
1 b b

b b b

-3 -2 -1 0 1 2 3 n

Gambar 7.4: Barisan unda satuan u0 [n]

Sedangkan pergeseran dari barisan unda satuan u[n − k] didefinisikan sebagai



1, n ≥ k
u0 [n − k] = (7.15)
0, n < k
Gambar 7.5 adalah gambar dari barisan pergeseran unda satuan u0[n − k].

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


172 S istem Diskrit..

u0 [n − k]
1 b b b

b b b b b

-2 -1 0 1 2 k k+1 k+2 n

Gambar 7.5: Pergeseran barisan unda satuan u0 [n − k]

7.5 Barisan Impuls Satuan


Barisan impulse satuan δ[n] didefinisikan sebagai

1, n = 0
δ[n] = (7.16)
6 0
0, n =

Gambar 7.6 adalah gambar dari barisan impuls satuan δ[n].

δ[n]
b
1

b b b b b b b

-3 -2 -1 0 1 2 3 n

Gambar 7.6: Barisan impuls satuan δ[n]

Dengan cara serupa, pergeseran dari barisan impuls satuan δ[n − k] didefinisikan sebagai

1, n = k
δ[n − k] = (7.17)
6 k
0, n =

Gambar 7.7 adalah gambar dari barisan pergeseran impuls satuan δ[n − k].

δ[n − k]
1 b

b b b b b b b

-2 -1 0 1 2 k k+1 k+2 n

Gambar 7.7: Barisan Pergeseran Impuls Satuan δ[n − k]

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


B arisan Eksponensial Kompleks.. 173

Dari Persamaan (7.16) dan (7.17) dan untuk sebarang barisan x[n] didapat

x[n]δ[n] = x[0]δ[n] (7.18)

dan
x[n]δ[n − k] = x[k]δ[n − k]. (7.19)
Dari Persamaan (7.14) sampai dengan (7.17) didapat hubungan

δ[n] = u[n] − u[n − 1] (7.20)

dan n
X
u[n] = δ[k]. (7.21)
k=−∞

Selanjutnya dengan menggunakan Persamaan (7.17), setiap barisan x[n] bisa diungkapkan
sebagai
Xn
x[n] = x[k]δ[n − k]. (7.22)
k=−∞

7.6 Barisan Eksponensial Kompleks


Barisan Eksponensial Kompleks diberikan oleh

x[n] = eiγ0 n , i = −1. (7.23)

Dengan menggunakan Persamaan Euler didapat

x[n] = cos γ0 n + i sin γ0 n, (7.24)

terlihat bahwa bagian real dari x[n] adalah cos γ0 n dan bagian imajinernya adalah sin γ0 n.

7.6.1 Keperiodikan dari eiγ0 n


Agar eiγ0 n periodik dengan periode N > 0, γ0 harus memenuhi kondisi
γ0 m
= , m bilangan bulat positip. (7.25)
2π N
γ0
Terlihat bahwa eiγ0 n tidak periodik untuk setiap γ0 , tetapi periodik bila 2π adalah bilangan
rasional. Hal ini tentunya berbeda dengan signal kontinu e iω0 t
yang periodik untuk setiap
nilai ω0 . Jadi bila γ0 memenuhi kondisi periodik sesuai di (7.25) dan nilai N dan m
tidak mempunyai faktor persekutuan, maka periode fundamental barisan x[n] adalah N0
diberikan oleh

N0 = m , γ0 6= 0. (7.26)
γ0

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


174 S istem Diskrit..

Suatu hal penting lainnya yang membedakan signal eiω0 t dengan eiγ0 n adalah: signal eiω0 t
semuanya berbeda untuk nilai-nilai ω0 yang berbeda, tetapi signal eiγ0 n tidak.

Misalkan signal eksponensial kompleks dengan frekuensi γ0 +2πk, k bilangan bulat positip,
maka

ei(γ0 +2πk)n = eiγ0 n ei2πkn = eiγ0 n , (7.27)

sebab ei2πkn = 1. Terlihat bahwa barisan eksponensial kompleks pada frekuensi γ0 sama
pada frekuensi (γ0 ± 2π), (γ0 ± 4π), · · · . Oleh karena itu, berkenaan dengan eksponensial
waktu diskrit, hanya perluh dipertimbangkan suatu interval dengan panjang 2π dalam
memilih γ0 . Biasanya digunakan interval

0 ≤ γ0 ≤ 2π atau − π ≤ γ0 ≤ π

7.7 Barisan Eksponensial Umum

Barisan eksponensial umu sering didefinisikan sebagai

x[n] = cαn , (7.28)

dengan c dan α adalah bilangan kompleks. Persamaan (7.28) adalah suatu hal khusus dari
bahasan sebelumnya bila c = 1 dan α = eiγ0 .

Barisan Eksponensial Real


Bila c dan α dalam Persamaan (7.28) keduanya adalah bilangan real, maka x[n] adalah
barisan eksponensial real, selanjutnya untuk α > 1, 0 < α < 1, −1 < α < 0 dan α < −1
diberikan dalam gambar berikut.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


B arisan Eksponensial Umum.. 175

b
α>1 b
b

b
b
b b
b b b

b n
b
b
b 0<α<1
b
b
b b b b

b
n
b
−1 < α < 0
b
b
b

b
b n
b
b

α < −1
b

b
b
b
b

b
b
n
b
b

7.7.1 Barisan Sunusoida


Suatu barisan sinusoida diberikan oleh

x[n] = A cos(γ0 n + θ). (7.29)

Terlihat bahwa 
A cos(γ0 n + θ) = ARe eγ0 n+θ
Suatu gambar dari barisan sinusoida diberikan oleh gambar berikut.

x[n] = cos( π6 n)
b b
b b b
b
b b b b

b
-3 3
b b b b

b b 0 b b b n
b b b
b b
b b
b

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


176 S istem Diskrit..

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


Bab 8
Transformasi-z

Metoda transformasi-z sangat handal untuk menangani persoalan sistem waktu diskrit.
Transformasi-z digunakan untuk menyelesaikan persamaan beda. Sebagaimana telah diba-
has sebelumnya mengenai konvolusi integral dari dua signal kontinu yang disajikan oleh
suatu bentuk integral. Sedangkan konvolusi dua barisan signal diskrit disajikan oleh ben-
tuk jumlahan sebagaimana akan dibahas secara rinci pada bagian mendatang. Bentuk
jumlahan ini sangat erat kaitannya dengan transformasi-z. Misalnya, jumlahan konvolusi
yang diberikan oleh persamaan


X
x[k] = f [n]g[k − n] (8.1)
n=−∞

misalkan {f [n]} = {f [0], f [1], f [2]}, {g[n]} = {g[0], g[1], g[2]} dengan f [n] = g[n] = 0
untuk n = 3, 4, 5, . . .. Didapat nilai dari x:

x[0] = f [0]g[0] 



x[1] = f [0]g[1] + f [1]g[0] 
x[2] = f [0]g[2] + f [1]g[1] + f [2]g[0] (8.2)


x[3] = f [1]g[2] + f [2]g[1] 


x[4] = f [2]g[2]

Hasil yang sama akan diperoleh dari koefisien deret, bila didefinisikan dua fungsi F (z) dan
G(z) oleh
F (z) = f [0] + f [1]z −1 + f [2]z −2
(8.3)
G(z) = g[0] + g[1]z −1 + g[2]z −2

Misalkan X(z) adalah hasil kali dari F dan G yaitu

X(z) = F (z)G(z) . (8.4)

177
178 T ransformasi-z..

Didapat

X(z) = f [0]g[0] + (f [0]g[1] + f [1]g[0])z −1 + (f [0]g[2] + f [1]g[1] + f [2]g[0])z −2


+(f [1]g[2] + f [2]g[1])z −3 + f [2]g[2]z −4
= x[0] + x[1]z −1 + x[2]z −2 + x[3]z −3 + x[4]z −4 (8.5)

Masing-masing F (z) dan G(z) akan didefinisikan sebagai transformasi-z dari barisan f [n]
dan g[n]. Dalam pembahasan ini, masing-masing F (z) dan G(z) yang diberikan oleh Per-
samaan (8.3) dapat dipandang sebagai suatu cara penyajian barisan {f [n]} = {f [0], f [1], f [2]}
dan barisan {g[n]} = {g[0], g[1], g[2]}. Keuntungan dalam menggunakan F (z) sebagai
pengganti {f [n]} adalah F (z) sering dapat menyajikan suatu ungkapan yang lebih seder-
hana, bahkan juga bila barisan {f [n]} mempunyai banyak nilai nol.
Dari contoh yang dibahas, terlihat bahwa hasil kali dua polinomial dari dua barisan
memberikan hasil yang sama seperti konvolusinya.
Pembahasan sebelumnya memjelaskan suatu motifasi untuk memberikan definisi Transformasi-
z dari suatu barisan x[n] dengan n bilangan bulat taknegatif sebagai berikut

X
X(z) = Z(x[n]) = x[n]z −n . (8.6)
n=0

Transformasi-z dari x[n] yang diberikan oleh Persamaan (8.6) adalah transformasi-z satu sisi
sisi,
disini untuk n < 0 diasumsikan x[n] = 0.
Sedangkan transformasi-z dari x[n] dengan n = 0, ±1, ±2, ±3, · · · didefinisikan oleh

X
X(z) = Z(x[n]) = x[n]z −n . (8.7)
n=−∞

Transformasi-z dari x[n] yang diberikan oleh Persamaan (8.7) adalah Transformasi-z dua sisi
sisi.
Pada pembahasan berikutnya, yang digunakan adalah Transformasi-z satu sisi sisi. Perluh
dicatat bahwa transformasi-z X(z) adalah fungsi dari z −1 bukan z. Bila sisi kanan Per-
samaan (8.6) diperluas didapat persamaan

X(z) = x[0] + x[1]z −1 + x[2]z −2 + · · · + x[n]z −n + · · ·

Dari persamaan ini, terlihat bahwa transformasi-z dari sebarang barisan x[n] adalah suatu
deret. Notasi z −n pada deret menunjukkan bahwa posisi saat nilai x[n] terjadi. Sebaliknya,
bila transformasi-z mempunyai bentuk polinomial pecahan dalam z yang tertentu, maka
transformasi-z invers diberikan oleh
I
1
−1
Z (X(z)) = x[n] = X(z)z n−1 dz, (8.8)
2πi
C

dengan C adalah lingkaran pusat titik asal (O) pada bidang-z dan semua pole dari X(z)z n−1
terletak di dalam lingkaran C.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


D aerah Konvergensi (DK).. 179

8.1 Daerah Konvergensi (DK)


Dua hal penting berkaitan dengan transformasi-z dari suatu barisan x[n], yaitu masalah
konvergensi dari jumlahan dan ketunggalan invers dari transformasi-z. Hal ini bisa dijawab
dengan konsep konvergen mutlak. Untuk jelasnya diberikan contoh. Misalkan diketahui
dua signal diskrit

x1 [n] = an u0 [n]
x2 [n] = −an u0 [−n − 1]

Transformasi-z dari x1 [n] adalah



X ∞
X
n −n
X1 (z) = a z = (az −1 )n
n=0 n=0
1
= (bila jumlahan ada.)
1 − az −1
z
= .
z−a
Sedangkan transformasi-z dari x2 [n] adalah

X
X2 (z) = − an u0 [−n − 1)z −n (substitusi − n − 1 = m)
n=0

X
= − a−(m+1) u0 [m]z m+1
m=−1
X∞
= − a−(m+1) u0 [m]z m+1 (sebab u0 [m] = 0 bila m < 0)
m=0
X∞
= 1− a−(m) z m
m=0
X∞
= 1− (a−1 z)m
m=0
1
= 1− (bila jumlahan ada.)
1 − a−1 z
z
= .
z−a
Terlihat bahwa X1 (z) = X2 (z) = z−az
. Jadi bila diberikan polinomial X(z), maka tidak
bisa ditentukan secara tunggal barisan {x[n]}. Tetapi bila dibahas kalimat "bila jumlahan
ada", yaitu untuk x1 [n], maka syaratnya adalah

|az −1 | < 1 atau |z| > |a|

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


180 T ransformasi-z..

dan untuk x2 [n] syaratnya adalah


|a−1 z| < 1 atau |z| < |a|.
Masing-masing |z| > |a| dan |z| < |a| dinamakan daerah konvergensi dari X1 (z) dan
X2 (z). Gambar 8.1 adalah gambar daerah konvergensi dari X1 (z) dan X2 (z). Kondisi
Daerah Kovergensi X1 (z) Daerah Kovergensi X2 (z)

0 a 0 a

Gambar 8.1: Daerah Konvergensi X1 (z) dan X2 (z)

konvergensi yang telah diberikan adalah konvergensi mutlak


mutlak. Contohnya adalah jumlahan
P∞ P∞
mutlak |az −1 |n konvergen, hal ini berakibat jumlahan (az −1 )n juga konvergen. Dua
n=0 n=0
kondisi DK yang telah dibahas ini menghasilkan
z
x1 [n] ←→ , |az −1 | < 1 atau |z| > |a|
z−a
z
x2 [n] ←→ , |a−1 z| < 1 atau |z| < |a| .
z−a
Keuntungan yang lain penggunaan nilai mutlak adalah pembatasan DK ke satu sisi suatu
lingkaran. Misalnya, jumlahan dari x1 [n] konvergen untuk semua nilai z di luar lingkaran
|z| = |a| sedangkan jumlahan x2 [n] konvergen untuk semua nilai z juga di dalam lingkaran
|z| = |a|. Jadi, jelas bahwa penggunaan nilai mutlak membuat batas dua DK. Fakta ini
membantu ketunggalan invers. Misalnya bila diketahui nilai z didalam lingkaran yang
berjari-jari |a|, maka secara langsung didapat invers transformasi-z dari z−a z
adalah x2 [n].
Ide ini bisa diterangkan melalui perhitungan berikut.
z 1
X1 (z) = = = 1 + az −1 + (az −1 )2 + · · · ,
z−a 1 − az −1
sebab |az −1 | < 1. Dengan melakukan invers transformasi-z didapat
{x1 [n]} = {1, a, a2 , . . .} = an u0 [n].
Selanjutnya, karena DK dari X2 (z) berberda dengan X1 (z), maka dilakukan pemfaktoran
yang berbeda sebagai berikut.
z a−1 z −a−1 z
X2 (z) = = −1 =
z−a a z−1 1 − a−1 z 
= (−a z) 1 + (a z) + (a−1 z))2 + · · · , (sebab |a−1 z| < 1)
−1 −1

= −a−1 z − (a−1 z)2 − (a−1 z)3 − · · ·


↔ x2 [n] .

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P ole dan zero pada bidang-z.. 181

8.2 Pole dan zero pada bidang-z


Dalam berbagai applikasi dari transformasi-z, X(z) mungkin berbentuk

b0 z m + b1 z m−1 + · · · + bm
X(z) = (8.9)
z n + a1 z n−1 + · · · + an
atau
b0 (z − z1 )(z − z2 ) · · · (z − zm )
X(z) = , (8.10)
(z − p1 )(z − p2 ) · · · (z − pn )
yang mana pi , i = 1, 2, . . . , n adalah pole dari X(z) dan zj , j = 1, 2, . . . , m adalah zero
dari X(z).
Untuk memperoleh pole dan zero dari X(z) adalah memudahkan bila X(z) diungkapkan
sebagai polinomial pecahan dari z, sebagai contoh adalah
z 2 − 1/4 z z(z − 1/4)
X(z) = 2
= ,
z − 3z + 2 (z − 1)(z − 2)
jelas bahwa pole dari X(z) adalah z = 1, z = 2 sedangkan zero dari X(z) adalah z =
0, z = 1/4.
Bila X(z) dituliskan sebagai polinomial dalam z −1 , maka X(z) pada contoh sebelumnya
dapat ditulis sebagai
1 − 1/4 z −1 1 − 1/4 z −1
X(z) = = .
1 − 3z −1 + 2z −2 (1 − z −1 )(1 − 2z −1 )
Dari persamaan yang terakhir ini, walaupun pole z = 1, z = 2 dan zero z = 1/4 adalah
jelas, tetapi zero pada z = 0 secara langsung tidak terlihat sebagaimana bila X(z) ditulis
dalam polinomial z (bukan z −1 ). Oleh karena itu, bila berkenaan dengan masalah pole dan
zero dari X(z), maka sebaiknya polinomial pecahan X(z) ditulis dalam z dari pada dalam
z −1 . Lagi pula, untuk menghindari kemungkinan salah untuk menentukan banyaknya
pole pada titik asal dari fungsi X(z)z n−1 saat menghitung invers transformasi-z dengan
menggunakan cara integral invers, maka sebaiknya polinomial rasional X(z) diungkapkan
dalam z.

8.3 Beberapa Sifat Transformasi-z


Beberapa sifat penting transformasi-z berguna dalam analysis system kontrol, pada pem-
bahasan ini diasumsikan x[n] sama dengan nol untuk n < 0 dan transformasi-z dari x[n]
adalah X(z).

Perkalian dengan suatu konstan. Bila X[z] adalah transformasi-z dari x[n], maka

Z(ax[n]) = aZ(x[n]) = aX(z)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


182 T ransformasi-z..

dengan a suatu konstan.


Hal ini bisa ditunjukkan dengan menggunakan difinisi transformasi-z sebagai berikut.

X ∞
X
−n
Z(ax[n]) = ax[k]z =a x[n]z −n = aX(z).
n=0 n=0

Kelinearan Transformasi-z. Bila x[n] merupakan kombinasi linear dari f [n] dan g[n]
yaitu
x[n] = af [n] + bg[n],
dengan a, b adalah konstan dan transformasi-z dari f [n] dan g[n] masing-masing
adalah F (z) dan G(z), maka

X(z) = aF (z) + bG(z).

Sifat kelinearan ini ditunjukkan sebagai berikut.

X(z) = Z(x[n]) = Z(af [n] + bg[n])



X
= (af [n] + bg[n])z −n
n=0
X∞ ∞
X
−n
= a f [n]z +b g[n]z −n
n=0 n=0
= aZ(f [n]) + bZ(g[n])
= aF (z) + bG(z) .

Perkalian dengan an . Bila transformasi-z dari x[n] adalah X(z), maka transformasi dari
hasil kali an x[n] diberikan oleh X(a−1 z) dengan a 6= 0, yaitu

Z(an x[n]) = X(a−1 z).

Bukti sebagai berikut.



X
n
Z(a x[n]) = an x[n]z −n
n=0

X
= x[n](a−1 z)−1
n=0
= X(a−1 z) .

Sifat Pergeseran. Sifat pergeseran juga merujuk pada x[n] = 0 untuk n < 0 dan transformasi-
z dari x[n] adalah X(z), maka

Z(x[n − k]) = z −k X(z) (8.11)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


B eberapa Sifat Transformasi-z.. 183

dan !
k−1
X
Z(x[n + k]) = z k X(z) − x[n]z −n , (8.12)
n=0

dengan k bilangan bulat taknegatif. Persamaan (8.11) dinamakan sifat pergeseran kanan
sedangkan Persamaan (8.12) dinamakan sifat pergeseran kiri
kiri. Bukti Persamaan (8.11)
sebagai berikut.

X ∞
X
Z(x[n − k]) = x[n − k]z −n
=z −k
x[n − k]z −(n−k) . (8.13)
n=0 n=0

Misalkan m = n − k, Persamaan (8.13) dapat ditulis ulang sebagai berikut



X
−k
Z(x[n − k]) = z x[m]z −m .
m=−k

Karena x[m] = 0 untuk m < 0, maka batas bawah jumlahan m = −k dapat diganti
oleh m = 0, didapat

X ∞
X
Z(x[n − k]) = z −k
x[m]z −m
=z −k
x[n]z −n = z −k X(z). (8.14)
m=0 n=0

Sedangkan bukti Persamaan (8.12) sebagai berikut.



X
Z(x[n + k]) = x[n + k]z −n , (8.15)
n=0

misalkan n + k = m, maka Persamaan (8.15) menjadi



X
Z(x[n + k]) = x[n + k]z −n
n=0

X
= x[m]z −(m−k)
m=k

!
X
= zk x[m]z −m
m=k 
∞ k−1 k−1
X X X 
= zk  x[m]z −m + x[m]z −m − x[m]z −m 
m=0 m=0
|m=k {z }
∞ k−1
!
X X
−m
= z k
x[m]z − x[m]z −m (8.16)
m=0 m=0

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


184 T ransformasi-z..

pada bagian sebelah kanan Persamaan (8.16) ganti m dengan n didapat


∞ k−1
!
X X
Z(x[n + k]) = z k x[n]z −n − x[n]z −n
n=0 n=0
k−1
!
X
= zk Z(x[n]) − x[n]z −n
n=0
k−1
!
X
= zk X(z) − x[n]z −n .
n=0

Dari persamaan yang terakhir ini didapat


Z(x[n + 1]) = zX(z) − zx[0]
Z(x[n + 2]) = z 2 X(z) − z 2 x[0] − zx[1]
..
.
Z(x[n + k]) = z n X(Z) − z n x[0] − z k−1 x[1] − . . . − zx[k − 1] .

Translasi Kompleks. Bila transformasi-z dari x[n] adalah X(Z), maka transformasi dari
e−an x[k] adalah X(ea z).
Untuk membuktikan hal ini sebagai berikut.

X
−an
Z(e x[n]) = e−an x[n]z −n
n=0

X
= x[n](ea z)−n
n=0
= X(ea z) .
Hal in menjelaskan bahwa pada X(z) bila z diganti dengan ea z diperoleh transformasi-
z dari e−an x[n].
Sifat Nilai Awal. Bila transformasi-z dari x[n] adalah X(z) dan nilai lim X(z) ada,
z→∞
maka nilai awal x[0] dari x[n] diberikan oleh
x[0] = lim X(z) . (8.17)
z→∞

Bukti sebagai berikut. Perhatikan persamaan berikut



X
X(z) = x[n]z −n = x[0] + x[1]z −1 + x[2]z −2 + · · ·
n=0

dengan demikian untuk z → ∞ didapat


lim X(z) = x[0].
z→∞

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


B eberapa Sifat Transformasi-z.. 185

Hal ini menjelaskan bahwa perilaku signal disekitar n = 0 dapat ditentukan oleh
perilaku dari X(z) di z mendekati takhingga. Sifat Nilai Awal ini memudahkan
untuk mengecek kemungkinan salah dalam perhitungan transformasi-z. Biasanya
x[0] diketahui, suatu pengecekan dari nilai awal oleh lim X(z) (bila ada) bisa secara
z→∞
mudah menentukan kesalahan nilai awal di X(z).
Sifat Nilai Akhir. Diberikan signal diskrit x[n] dengan x[n] = 0 untuk n < 0 dan
mempunyai transformasi-z X(z) yang mana semua pole dari X(z) terletak didalam
lingkaran satuan dengan mungkin pengecualian di pole sederhana z = 1. Maka nilai
akhir dari x[n] yaitu nilai x[n] bila n mendekati takhingga diberikan oleh

lim x[n] = lim (1 − z −1 )X(z) (8.18)
n→∞ z→1

Bukti sebagai berikut.



X
Z(x[n]) = X(z) = x[n]z −n , (8.19)
n=0


X
Z(x[n − 1]) = z −1 X(z) = x[n − 1]z −n . (8.20)
n=0

Persamaan (8.19) dikurangi Persamaan (8.20) didapat


X ∞
X
−n
x[n]z − x[n − 1]z −n = X(z) − z −1 X(z).
n=0 n=0

Untuk z mendekati satu didapat


∞ ∞
!
X X 
lim x[n]z −n − x[n − 1]z −n = lim (1 − z −1 )X(z)
z→1 z→1
n=0 n=0

X ∞
X 
x[n] − x[n − 1] = lim (1 − z −1 )X(z)
z→1
n=0 n=0

(x[0] − x[−1]) + (x[1] − [x[0]) + (x[2] − x[1]) · · · = lim (1 − z −1 )X(z)
| {z } z→1
0

x[∞] = lim (1 − z −1 )X(z)
z→1

lim x[n] = lim (1 − z −1 )X(z) .
n→∞ z→1

Konvolusi. Melalui contoh telah ditunjukkan bahwa hasil kali dari dua transformasi-z dua
polinomial memberikan hasil yang sama dengan konvolusi barisannya. Berikut ini
akan digeneralisasi hasil ini. Bila F (z) dan G(z) masing-masing adalah transformasi
dari signal diskrit f [n] dan g[n], maka
Z(f [n] ∗ g[n]) = F (z)G(z) .

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


186 T ransformasi-z..

Bukti sebagai berikut. Misalkan x[n] = f [n] ∗ g[n], dengan menggunakan pengertian
konvolusi barisan didapat
X∞
x[n] = f [k]g[n − k]
k=0

Keudua ruas persamaan kenakan transformasi-z didapat


∞ X
X ∞
X[z] = f [k]g[n − k]z −n
n=0 k=0
∞ X
X ∞
= f [k]z −k g[n − k]z −(n−k)
n=0 k=0
X∞ ∞
X
−k
= f [k]z g[n − k]z −(n−k) (substitusi n − k = m)
k=0 n=0
X∞ ∞
X
= f [k]z −k g[m]z −m
k=0 m=−k
X∞ X∞
= f [k]z −k g[m]z −m (sebab g[m] = 0 untuk m < 0)
k=0 m=0
= F (z)G(z) .

Diffensial. Bila transformasi-z dari x[n] adalah X(z) dengan DK adalah Dx , maka

d
Z(nx[n]) = −z X(z),
dz

dengan DK adalah Dx . Bukti sebagai berikut.



d d X
X(z) = x[n]z −n
dz dz n=0

X
= − nx[n]z −n−1
n=0

X
= −z −1 nx[n]z −n
n=0
−1
= −z Z(nx[n])

Jadi
d
Z(nx[n]) = −z X(z) .
dz

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


T ransformasi-z dari Fungsi Elementer.. 187

8.4 Transformasi-z dari Fungsi Elementer


Pada bagian ini dibahas transformasi-z dari beberapa fungsi elementer. Perluh dicatat
bahwa, pada transformasi-z satu sisi dalam pensamplingan suatu fungsi diskontinu x(t),
diasumsikan fungsi kontinu dari kanan, yaitu bila kediskontinuan terjadi pada t = 0, maka
diasumsikan x(0) sama dengan x(0+ ) dari pada menggunakan rata-rata [x(0− ) + x(x+ )]/2.

Barisan impuls δ[n]


Diberikan barisan impuls δ[n],

1, n = 0
δ[n] = ,
6 0
0, n =

maka transformasi-z dari δ[n] diberikan oleh



X
Z(δ[n]) = δ[n], z −n = 1 .
n=0

Barisan unda-Satuan u0[n]


Diberikan barisan Tangga-Satuan

1, n = 0, 1, 2, . . .
u0 [n] = ,
0, n < 0

maka transformasi-z dari u0 [n] diberikan oleh



X ∞
X
−n
U0 (z) = Z(u0 [n]) = 1, z = z −n
n=0 n=0
= 1 + z −1 + z −2 + z −3 + · · ·
1
= , untuk |z| > 1
1 − z −1
z
= , untuk |z| > 1.
z−1

Catatan bahwa deret tidak konvergen bila |z| ≤ 1. Untuk mendapatkan transformasi-z,
peubah z bertindak sebagai operator dummy. Tidaklah perluh untuk menspesifik daerah
dari z yang mana X(z) konvergen, tetapi cukup mengetahui bahwa daerah yang demikian
ada (exist). Transformasi-z dari suatu fungsi x[n] diperoleh dalam cara tsb. adalah valid
diseluruh bidang-z kecuali di pole dari X(z).

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


188 T ransformasi-z..

Transformasi-z dari Barisan Ramp-Satuan


Diberikan barisan ramp satuan

n, n = 0, 1, 2, . . .
u1 [n] = .
0, n < 0

Transformasi-z dari u1 [n] diberikan oleh oleh



X
U1 (z) = Z(u1 [n]) = nz −n = z −1 + 2z −2 + 3z −3 + · · · (8.21)
n=0

Kedua ruas Persamaan (8.21) kalikan dengan z −1 didapat

z −1 U1 (z) = z −2 + z −3 + z −4 + · · · (8.22)

Selanjutnya Persamaan (8.21) dikurangi Persamaan (8.22), didapat

(1 − z −1 )U1 (z) = z −1 + z −2 + z −3 + · · · (8.23)

Lagi, kedua ruas Persamaan (8.23) kalikan dengan z −1 , didapat

(z −1 − z −2 )U1 (z) = z −2 + z −3 + z −4 + · · · (8.24)

Sekarang, Persamaan (8.23) dikurangi dengan Persamaan (8.24), didapat

(1 − 2z −1 + z −2 )U1 (z) = z −1 (8.25)

atau
z −1
U1 (z) =
1 − 2z −1 + z −2
z −1
=
(1 − z −1 )2
z
= .
(z − 1)2
Jadi transformasi-z dari barisan ramp satuan u1 [n] diberikan oleh

z −1 z
U1 (z) = Z(u1 [n]) = (1−z −1 )2
= (z−1)2
.

Transformasi-z dari Barisan Pangkat an


Diberikan barisan pangkat

an , n = 0, 1, 2, . . .
x[n] =
0, n < 0 ,

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


T ransformasi-z dari Fungsi Elementer.. 189

dengan a adalah suatu konstan. Merujuk pada definisi dari transformasi-z, didapat

X
X(z) = Z(a ) = n
an z −n
n=0
= 1 + az + a2 z −2 + a3 z −3 + · · ·
−1

1
= , untuk |z| > a
1 − az −1
z
= , untuk |z| > a.
z−a

Transformasi-z dari Barisan Eksponensial e−an


Diberikan barisan eksponensial

e−an , n = 0, 1, 2, . . .
x[n] =
0, n < 0 ,

dengan a adalah suatu konstan. Dengan menggunakan definisi dari transformasi-z, didapat

X
−an
X(z) = Z(e )= e−an z −n
n=0
= 1 + e z + e−2a z −2 + e−3a z −3 + · · ·
−a −1

1
= −a −1
, untuk |z| > e−a
1−e z
z
= , untuk |z| > e−a .
z − e−a

Transformasi-z dari Barisan Sinusoida sin ωn


Diberikan barisan sinusoida

sin ωn, n = 0, 1, 2, . . .
x[n] =
0, n < 0 .

Catatan bahwa

eiωn = cos ωn + i sin ωn


e−iωn = cos ωn − i sin ωn,

dengan i = −1, didapat
1 iωn
sin ωn = (e − e−iωn )
2i
1 iωn
cos ωn = (e + e−iωn ).
2

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


190 T ransformasi-z..

Dengan demikian transformasi-z dari x[n] = sin ωn adalah


 
1 iωn
X(z) = Z(sin ωn) = Z (e − e−iωn )
2i
 
1 1 1
= −
2i 1 − eiω z −1 1 − e−iω z −1
1 (eiω − e−iω )z −1
=
2i 1 − (eiω + e−iω )z −1 + z −2
sin ω z −1
=
1 − 2 cos ω z −1 + z −2
sin ω z
= .
z 2 − 2 cos ω z + 1

Transformasi-z dari Barisan Cosisnus cos ωk


Diberikan barisan sinusoida

cos ωn, n = 0, 1, 2, . . .
x[n] =
0, n < 0 .

Telah diketahui bahwa


1
cos ωn = (eiωn + e−iωn ).
2
Dengan demikian transformasi-z dari x[n] = cos ωn adalah
 
1 iωn
X(z) = Z(cos ωn) = Z (e + e−iωn )
2
 
1 1 1
= +
2 1 − eiω z −1 1 − e−iω z −1
1 2 − (eiω + e−iω )z −1
=
2 1 − (eiω + e−iω )z −1 + z −2
1 − cos ω z −1
=
1 − 2 cos ω z −1 + z −2
z 2 − cos ω z
= .
z 2 − 2 cos ω z + 1

8.5 Table Transformasi-z


Dari beberapa bahasan transformasi-z, maka sebagai ringkasan diberikan tabel transformasi-
z sebagai berikut.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


C ontoh-Contoh dari Transformasi-z.. 191

x[n] X(z)
1 δ[n] 1
2 u0 [n] z
z−1
, |z| >1
3 −u0 [−n − 1] z
z−1
, |z| < 1
4 u1 [n] z
(z−1)2
5 an u0 [n] z
z−a
, |z| > |a|
6 −an u0 [−n − 1] z
z−a
, |z| < |a|
7 e−an z
z−e−a
, |z| > e−a
8 sin ωn sin ω z
z 2 −2 cos ω z+1
, |z| > 1
2
9 cos ωn z −cos ω z
z 2 −2 cos ω z+1
, |z| > 1
10 an x[n] X(a z) −1

11 x[n − k]  z −k X(z) 
P
k−1
12 x[n + k] k
z X(z) − x[n]z −n
n=0
13 x[0] lim X(z)
z→∞
14 lim x[n] lim ((1 − z −1 )X(z))
n→∞ z→1
15 f [n] ∗ g[n] F (z)G(z)
16 nx[n] −z dz d
X(z)
17 x[−n] X( z ), DK D1x
1

8.6 Contoh-Contoh dari Transformasi-z


Pada bagian ini diberikan beberapa contoh dari transformasi-z sebagaimana telah dibahas
pada bagian sebelumnya.

1. Diberikan signal diskrit



1, n = 0, 1, 2, . . . , m − 1
p[n] =
0, yang lain

maka transformasi-z dari p[n] adalah sebagai berikut. Perhatikan bahwa p[n] =
u0 [n] − u0 ]n − m], maka dengan menggunakan sifat kelineran dan pergeseran didapat

Z(p[n]) = Z(u0 [n] − u0 [n − m])


= Z(u0 [n]) − Z(u0 [n − m])
z z
= − z −m
z−1 z−1
1 − z −m
= .
z−1

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


192 T ransformasi-z..

2. Diberikan signal diskrit δ[n−m], maka dengan menggunakan sifat pergeseran didapat
Z(δ[n − m]) = z −m Z(δ[n])
= z −m 1 = z −m .

3. Diberikan barisan 
an , 0 ≤ n ≤ N − 1, a > 0
x[n] =
0, yang lain
maka transformasi-z dari x[n] adalah
N
X −1
X(z) = an z −n
0
N
X −1
= (az −1 )n
0
1 − (az −1 )N
=
1 − az −1
1 z N − aN
= N −1 .
z z−a
Dari X(z) terlihat bahwa polenya adalah di z = 0 sebanyak N − 1 dan di z = a,
sedangkan zero dari X(z) adalah
2πk
)
zk = aei( N , k = 0, 1, 2, . . . , N − 1 .
Zero untuk k = 0 terhapuskan oleh pole z = a. Jadi sisa zero adalah
2πk
)
zk = aei( N , k = 1, 2, 3 . . . , N − 1 .

4. Hitung transformasi-z dari


x[n] = x1 [n] + x2 [n],
n
dengan x1 [n] = −u0 [−n − 1] dan x2 [n] = 12 , tentukan DKnya.

Jawab.

X(z) = Z(x[n])
= Z(x1 [n] + x2 [n])
= Z(x1 [n]) + Z(x2 [n])
= X1 (z) + X2 (z)
z z
= 1 +
z−2 z−1
z(2z − 32 )
= .
(z − 12 )(z − 1)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


C ontoh-Contoh dari Transformasi-z.. 193

DK dari X1 (z) adalah |z| > 12 dan DK dari X2 (z) adalah |z| < 1, Jadi DK dari X(z)
adalah 21 < |z| < 1. DK dari X(z) diberikan oleh Gambar 8.2. Pole dari X(z) adalah

Im(z)
DK

Re(z)
0 1/2 1

bidang-z

Gambar 8.2: Gambar DK dari X(z)

z= 1
2
dan z = 1, sedangkang zeronya adalah z = 0 dan z = 34 .

5. Hitung transformasi-z dari signal


  n   −n
−1 1
x[n] = n u0 [n] ∗ u0 [−n].
2 4

Selanjutnya tentukan DK dari X(z).

Jawab  
−1 n
Pertama dihitung dulu Z n 2
u0 [−n] . Dari tabel no.5 didapat
 n 
−1 z 1
Z u0 [n] = 1 , |z| > .
2 z+2 2

Dengan menggunakan tabel no.16 didapat


  n   
−1 d z 1
Z n u0 [n] = −z 1 , |z| >
2 dz z + 2 2
 1 
z+ 2 −z
= −z
(z + 21 )2
− 12 z
= , |z| > 2.
(z + 12 )2

Lagi dari tabel no.5 didapat


 n 
1 z 1
Z u0 [n] = 1 , |z| > .
4 z−4 4

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


194 T ransformasi-z..

Selanjutnya gunakan tabel no.17 didapat


 −n !
1
1 z 1 1
Z u0[−n] = 1 1 , >
4 z
− 4
|z| 4
−4
= , |z| < 4.
z−4
Berikutnya gunakan tabel no. 15 didapat

− 21 z −4 1
X(z) = 1 2 , < |z| < 4
(z + 2 ) z − 4 2
2z 1
= , < |z| < 4.
(z − 4)(z + 21 )2 2

Terlihat bahwa DK dari X(z) adalah 1


2
< |z| < 4.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


Bab 9
Sistem yang diuraikan Oleh Persamaan Beda

Sebelum membahas persamaan beda serta penyelesaiannya menggunakan persamaan rekur-


sif, dibahas respon impuls dari suatu sistem linear waktu diskrit.

9.1 Respon Impuls Sistem Linear Waktu Diskrit


Respon impuls h[n] dari suatu sistem linear invarian waktu diskrit yang disajikan oleh
operator T adalah respon sistem dengan input adalah δ[n], yaitu

h[n] = T {δ[n]}.

Tetapi telah diketahui bahwa sebarang barisan input x[n] dapat diungkapkan sebagai

X
x[n] = x[k]δ[n − k].
k=−∞

Karena sistem linear, respon y[n] dari sebarang barisan input x[n] dapat diungkapkan
sebagai

y[n] = T {x[n]}
( ∞ )
X
= T x[k]δ[n − k]
k=−∞

X
= x[k]T {δ[n − k]}.
k=−∞

Karena sistem invarian waktu, didapat

h[n − k] = T {δ[n − k]}

195
196 S istem yang diuraikan Oleh Persamaan Beda..

Jadi respon y[n] dari sebarang input x[n] adalah



X
y[n] = x[k]h[n − k].
k=−∞

Hasil terakhir ini mengindikasikan bahwa suatu sistem liniear invarian waktu diskrit secara
lengkap dikarakterisasi oleh respon impulsnya.
Sebagaimana pada pembahasan konvolusi integral, konvolusi dari dua barisan x[n] dan
h[n] didefinisikan sebagai

X
def
x[n] ∗ h[n] = x[k]h[n − k]. (9.1)
k=−∞

Persamaan (9.1) secara biasa dinamakan konvolusi jumlahan. Dengan demikian barisan
input y[n] dapat diungkapkan sebagai konvolusi jumlahan, yaitu

X
y[n] = x[n] ∗ h[n] = x[k]h[n − k].
k=−∞

Gambar berikut mengilustrasikan definisi dari respon impuls h[n] serta hubungannya denga
input x[n] dengan output y[n].

δ[n] Sistem Linear h[n]


x[n] Invarian Waktu y[n] = x[n] ∗ h[n]

9.2 Sifat-sifat Konvolusi Jumlahan


Analog dengan konvolusi integral, berikut ini adalah sifat-sifat konvolusi jumlahan.

1. Komutatif
x[n] ∗ h[n] = h[n] ∗ x[n].

2. Assosiatif
{x[n] ∗ h1 [n]} ∗ h2 [n] = x[n] {h1 [n] ∗ h2 [n]} .

3. Distributif
x[n] ∗ {h1 [n] ∗ h2 [n]} = x[n] ∗ h1 [n] + x[n] ∗ h2 [n].

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


O perasi Konvolusi Jumlahan.. 197

9.3 Operasi Konvolusi Jumlahan


Dengan menggunakan sifat komutatif, maka y[n] dapat diungkapkan sebagai

X
y[n] = h[n] ∗ x[n] = h[k]x[n − k]
k=−∞

yang mana mudah dalam penghitungan dari pada menggunakan y[n] = x[n] ∗ h[n].

Contoh 50 Input x[n] dan respon impuls h[n] dari suatu SLIW diskrit diberikan oleh

x[n] = u0 [n], h[n] = an u0 [n], 0 < a < 1.

(a). Hitung y[n] = x[n] ∗ h[n].


(b). Hitung y[n] = h[n] ∗ x[n].

Jawab
(a). Untuk n < 0, maka y[n] = 0 dengan demikian untuk n ≥ 0

X
y[n] = x[k]h[n − k]
k=0
n
X ∞
X
= x[k]h]n − k] + x[k]h[n − k]
k=0 k=n+1
Xn X∞
= x[k]h[n − k] + x[k] 0
k=0 k=n+1
Xn
= 1. h[n − k]
k=0
X0
= h[m]
m=n
X0
= am
m=n
Xn
= am
m=0
1 − an+1
= .
1−a
Jadi  
1 − an+1
y[n] = u0 [n].
1−a

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


198 S istem yang diuraikan Oleh Persamaan Beda..

(b). Untuk n < 0, maka y[n] = h[n] ∗ x[n] = 0, sedangkan untuk n ≥ 0, didapat

X
y[n] = h[k]x[n − k]
k=0
Xn ∞
X
= h[k]x[n − k] + h[k]x[n − k]
k=0 k=n+1
Xn X∞
= h[k]u0 [n − k] + h[k]u0 [n − k]
k=0 k=n+1
Xn
= h[k] 1
k=0
n
X ∞
X
= h(k) + h[k] 0
k=0 k=n+1
n
X
= ak
k=0
1 − an+1
= .
1−a

Jadi  
1 − an+1
y[n] = u0 [n].
1−a

Seperti halnya waktu kontinu, untuk waktu diskrit hasil-hasil dari konvolusi jumlahan
didapat.

X
x[n] ∗ δ[n − n1 ] = x[m]δ[n − n1 − m] = x[n − n1 ]. (9.2)
m=−∞


X
x[n − n2 ] ∗ δ[n − n1 ] = x[n − n2 ]δ[n − n1 − m] = x[n − n1 − n2 ]. (9.3)
m=−∞

Bila x1 [n] ∗ x2 [n] = x[n], maka

x[ n − n1 ] ∗ x2 [n − n2 ] = x[n − n1 − n2 ]. (9.4)


X ∞
X
x[n] ∗ δ[n − n1 ] = x[n1 ]δ[n − n1 ] = x[n1 ]. (9.5)
n=−∞ m=−∞

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


R espon Unda Sistem Linear Invarian Waktu Diskrit.. 199

9.4 Respon Unda Sistem Linear Invarian Waktu Diskrit


Respon unda s[n] dari SLIV Diskrit dengan respon impuls h[n] diberikan oleh

X n
X
s[n] = h[n] ∗ u0 [n] = h(k)u0 [n − k] = h(k).
k=−∞ k=−∞

Dari persamaan ini didapat


h[n] = s[n] − s[n − 1].

9.5 Sifat-sifat Sistem Linear Waktu Diskrit


9.5.1 Sistem dengan memori atau tanpa memori
Karena output y[n] dari suatu sistem tanpa memori hanya bergantung pada input saat ini
x[n], maka bila sistem juga linear dan invarian waktu hubungan ini hanya bisa berbentuk

y[n] = Kδ[n].

Maka dari itu, bila h[n0 ] 6= 0 untuk n0 6= 0, sistem linear invarian waktu diskrit mempunyai
memori.

9.5.2 Kekausalan
Sama halnya pada kasus waktu kontinu,kondisi kekausalan dari suatu SLIW diskit diberikan
oleh
h[n] = 0, n < 0.
Dengan menggunakan sifat kekausalan, output dari SLIV diskrit diberikan oleh

X
y[n] = h[k]x[n − k].
k=0

Atau bentuk lain dari output diberikan oleh


n
X
y[n] = x[k]h[n − k].
k=−∞

Persamaan yang terakhir ini menunjukkan bahwa nilai input x[n] yang menghasilkan out-
put y[n] hanya dihitung untuk k ≤ n.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


200 S istem yang diuraikan Oleh Persamaan Beda..

Sebagaimana pada kasus waktu kontinu, dikatakan bahwa barisan x[n] adalah kausal
bila
x[n] = 0, n < 0
dan dinamakan antikausal bila
x[n] = 0, n ≥ 0.
Jadi, bilainput x[n] adalah kausal, maka output y[n] dari suatu SLIV diskrit diberikan oleh
n
X n
X
y[n] = h[k]x[n − k] = x[k]h[n − k].
k=0 k=0

9.5.3 Kestabilan
Sistem Linear Invarian waktu diskrit stabil BIBO bila respon impulsnya memenuhi

X
|h[k]| < ∞.
k=−∞

Hal ini bisa ditunjukkan sebagai berikut. Asumsikan input x[n] adalah terbatas, yaitu

|x[n]| ≤ k1 , untuk semua n.

Didapat

X
|y[n]| = h[k]x[n − k]
k=−∞
X∞
≤ |h[k]| |x[n − k]|
k=−∞

X
≤ k1 |h[k]|
k=−∞

Oleh karena itu bila ∞


X
|h[k]| < K < ∞,
k=−∞

maka
|y[n]| ≤ k1 K < ∞,
dengan demikian sistem adalah stabil BIBO.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


Fungsi Eigen dari Sistem Linear Invarian Waktu Diskrit (SLIWD).. 201

9.6 Fungsi Eigen dari Sistem Linear Invarian Waktu


Diskrit (SLIWD)
Misalkan SLIWD disajikan oleh operator T dengan input eksponensial z n , memenuhi

T {z n } = λz n ,

maka λ adalah eigenvalue dari t yang bersesuaian dengan z n . Dengan demikian output
y[n] diberikan oleh

X
y[n] = T {z n } = h[k]z n−k
k=−∞

!
X
−k
= h[k]z zn
k=−∞
n
= H(z)z
= λz n

dengan

X
λ = H(z) = h[k]z −k .
k=−∞

Persamaan yang terakhir telah dikenal sebagai transformasi-z dari h[n].

9.7 Sistem yang diuraikan oleh persamaan beda


Beberapa hal yang telah dikenal sebelumnya dalam persamaan differensial diganti dengan
persamaan beda untuk sistem waktu diskrit.

9.7.1 Persamaan Beda Linear dengan koefisien konstan


Waktu diskrit adalah penyeimbang dari persamaan differensial linear koefisien konstan
tingkat-N, dengan demikain Persamaan Beda Linear dengan koefisien konstan tingkat-N
diberikan oleh
XN M
X
ak y[n − k] = bk x[n − k], (9.6)
k=0 k=0

dengan ak dan bk adalah kostanta real. Secara analogi dengan kasus waktu kontinu, penye-
lesaian dari Persamaan (9.6) dan semua sisfat-sifat sistem seperti kelinearan, kekausalan
dan keinvarianan waktu dapat langsung dikembangkan sesuai apa yang telah diketahui
dalam waktu kontinu.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


202 S istem yang diuraikan Oleh Persamaan Beda..

9.7.2 Formula Rekursif


Suatu alternatif dan sederhana untuk menyelesaikan Persamaan (9.6) adalah menyusun
ulang persamaan kedalam bentuk
M N
!
1 X X
y[n] = bk x[n − k] − ak y[n − k] , (9.7)
a0 k=0 k=1

untuk kasus khusus N = 0, didapat


M
!
1 X
y[n] = bk x[n − k] .
a0 k=0

9.7.3 Respon Impuls


Tidak seperti kasus waktu kontinu, respon impuls h[n] dapat ditentukan secara mudah dari
Persamaan (9.7) sebagai berikut
M N
!
1 X X
h[n] = bk δ[n − k] − ak y[n − k] .
a0
k=0 k=1

Bila N = 0, maka respon impuls diberikan oleh


M
! 
1 X bn
a0
, 0≤n≤M
h[n] = bk δ[n − k] = .
a0 0, yang lainnya
k=0

Contoh.

(a). Bila respon step s[n] dari sistem linear diskrit diberikan oleh
s[n] = αn u[n], 0 < α < 1.
Dapatkan respon impuls h[n] daris sistem.
(b). Hubungan input output dari sistem linear diskrit diberikan oleh
y[n] = ay[n − 1] + x[n].
Dapatkan output y[n] bila input x[n] = Kδ[n] dan y[−1] = α.

Jawab
(a). Respon Step secara konvolusi diberikan oleh

X n
X
s[n] = h[n] ∗ u[n] = h[k]u[n − k] = h[k].
k=−∞ k=−∞

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


S istem yang diuraikan oleh persamaan beda.. 203

Sehingga didapat
h[n] = s[n] − s[n − 1].
Jadi

h[n] = s[n] − s[n − 1]


= αn u[n] − αn−1 u[n − 1]
= {δ[n] + αn u[n − 1]} − −αn−1 u[n − 1]
= δ[n] − (1 − α)αn−1u[n − 1].

(b). Untuk n ≥ 0, secara berulang y[n] didapat sebagai berikut

y[0] = ay[−1] + x[0] = aα + K


y[1] = ay[0] + x[1] = a(aα + K)
y[2] = ay[1] + x[2] = a2 (aα + K)
..
.
y[n] = ay[n − 1] + x[n] = an (aα + K) = an+1 α + an K.

Begitu juga, untuk n < 0, y[n] didapat dari penyusunan ulang


1
y[n − 1] = {y[n] − x[n]}
a
sehingga didapat

y[−1] = α
1 1
y[−2] = {y[−1] − x[−1]} = α = a−1 α
a a
1
y[−3] = {y[−2] − x[−2]} = a−2 α
a
..
.
1
y[−n] = {y[−n + 1] − x[−n + 1]} = a−n+1 α
a
Oleh karena itu, n ∈ Z didapat

y[n] = an+1 α + Kan u[n].

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


204 S istem yang diuraikan Oleh Persamaan Beda..

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


Bab 10
Analisis Ruang Keadaan Sistem

Sebegitu jauh yang telah dibahas dalam sistem linear invarian waktu berdasarkan pada
hubungan input-outputnya, hal ini dikenal sebagai uraian luar sistem. Pada bahasan
berikut ini dikaji representasi ruang keadaan dari sistem yang dikenal sebagai uraian dalam
sistem. Beberapa keuntungan penyajian ruang keadaan sistem adalah:

1. memberikan suatu pengertian dalam perilaku sistem

2. dapat menangani sistem dengan multi input multi output dalam satu kesatuan cara.

3. dapat diperluas ke sistem nonlinear varian waktu.

10.1 Konsep ruang Keadaan


Definisi :
Keadaan dari suatu sistem pada saat t0 ( atau n0 ) didefinisikan sebagai informasi minimal
yang cukup untuk menentukan keadaan dan output dari sistem untuk semua t ≥ t0 (atau
n ≥ tn0 ) ketika input pada sistem diketahui pada t ≥ t0 (atau n ≥ n0 ). Peubah-peubah
yang memuat informasi ini dinamakan peubah kedaan
kedaan. Definisi ini hanya berlakun untuk
sistem kausal.

Misalkan sistem linear invarian waktu single-input single-output dari rangkain elektrik
yang mempunyai struktur telah diketahui. Mengetahui secara lengkap input x(t) pada
interval −∞ sampai t adalah cukup menentukan output y(t) sepanjang interval yang sama.
Bagaimanapun hal ini, bila input x(t) diketahui hanya pada interval t0 sampai t, maka arus
yang melalui induktor dan voltage sepanjang kapasitor pada waktu t0 harus diketahui agar
supaya dapat menentukan output y(t) sepanjang interval t0 sampai t. Arus dan voltage
ini merupakan "keadaan" rangkaian elektrik pada waktu t0 . Dalam hal ini, keadaan dari
rangkaian berkaitan dengan memori dari rangkaian elektrik.

205
206 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

10.2 Pemilihan Peubah Keadaan


Karena peubah keadaan dari sistem dapat diintepretasikan sebagai "elemen memori" dari
sistem, untuk sistem waktu diskrit yang mana dibentuk oleh elemen tunda-satuan, am-
plifier dan adder, dipilih output dari elemen tunda-satuan sebagai peubah keadaan dari
sistem. Sedangkan untuk sistem waktu kontinu dibentuk oleh integrator, amplifier dan
adder, dipilih output dari integrator sebagai peubah keadaan sistem. Untuk sistem waktu
kontinu yang memuat elemen penyimpan-energi fisis, output dari elemen memori ini bisa
dipilih sebagai peubah keadaan sistem. Pemilihan peubah keadaan juga bisa dilakukan dari
bentuk sistem yang diberikan oleh model persamaan differensial atau persamaan beda. Per-
luh diperhatikan bahwa pilihan dari peubah keadaan sistem tidak tunggal, ada takhingga
banyak pilihan peubah keadaan sistem.

Contoh

Misalkan sistem linear waktu diskrit diberikan oleh Gambar berikut. Dapatkan repre-
sentasi ruang keadaan sistem dengan memilih output dari elemen tunda satuan 1 dan 2
sebagai peubah keadaan q1 [n] dan q2 [n].

x[n] P P
y[n]
+ +
+ +

2 3
1 2
−1 −1
q1 [n] z q1 [n + 1] q2 [n] z q2 [n + 1]
Dari Gambar didapat
q1 [n + 1] = q2 [n]
q2 [n + 1] = 2q1 [n] + 3q2 [n] + x[n]
y[n] = 2q1 [n] + 3q2 [n] + x[n]
atau dalam bentuk matriks
      
q1 [n + 1] 0 1 q1 [n] 0
= + x[n]
q2 [n + 1] 2 3 q2 [n] 1
 
  q1 [n]
y[n] = 2 3 + x[n]
q2 [n]
atau
q[n + 1] = Aq[n] + Bx[n]
y[n] = Cq[n] + Dx[n]

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P emilihan Peubah Keadaan.. 207

dimana
     
q1 [n] 0 1 0  
q[n] = , A= , B= , C= 2 3 , D = 1.
q2 [n] 2 3 1

Kerjakan ulang contoh sebelumnya dengan memilih output elemen tunda satuan 2 dan 1
sebagai peubah keadaan v1 [n] dan v2 [n] dan selidiki hubungan hasil perubahan ini dengan
hasil sebelumnya. Untuk melakukan hal ini, tampilkan lagi gambar sebelumnya tetapi
dengan perubahan peubah keadaan yang baru

x[n] P P
y[n]
+ +
+ +

2 3
1 2
−1 −1
v2 [n] z v2 [n + 1] v1 [n] z v1 [n + 1]
Dari Gambar didapat

v1 [n + 1] = 3v1 [n] + 2v2 [n] + x[n]


v2 [n + 1] = v1 [n]
y[n] = 3v1 [n] + 2v2 [n] + x[n]

atau dalam bentuk matriks


      
v1 [n + 1] 3 2 v1 [n] 1
= + x[n]
v2 [n + 1] 1 0 v2 [n] 0
 
  v1 [n]
y[n] = 3 2 + x[n]
v2 [n]

atau

v[n + 1] = Ãv[n] + B̃x[n]


y[n] = C̃v[n] + D̃x[n]

dimana
     
v1 [n] 3 2 1  
v[n] = , Ã = , B̃ = , C̃ = 3 2 , D̃ = 1.
v2 [n] 1 0 0

Perhatikan bahwa: v1 [n] = q2 [n] dan v2 [n] = q1 [n]. Sehingga didapat


 
0 1
v[n] = q[n] = T q[n].
1 0

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


208 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

Selanjutnya, dengan menggunakan hasil sebelumnya didapat


   −1  
−1 0 1 0 1 0 1 3 2
T AT = = = Ã,
1 0 2 3 1 0 1 0
    
0 1 0 1
TB = = = B̃
1 0 1 0
dan  
−1
  0 1  
CT = 2 3 = 3 2 = C̃, D = 1 = D̃.
1 0
Contoh berikut menunjukkan pemilihan peubah keadaan berdasarkan elemen yang me-
nyimpan energi.

Tinjau jaringan elektrik berikut yang terdiri dari resistor R, kapasitor C dan kumparan
L. Jaringan dihubungkan dengan voltage drop V dan voltage drop pada kapasitor diukur.
Arus dinotasikan oleh I.
I
R

V C VC
L

Bila VR , VC dan VL masing-masing menyatakan voltage drop pada resistor, kapasitor dan
kumparan, maka dari hukum rangkaian elektrik diperoleh
1 dI
VR = RI, VC = Q, VL = L ,
C dt
dQ
dimana Q menyatakan muatan elektrik pada kapasiator yang memenuhi I = dt
. Menurut
hukum Kirchhoff V = VR + VC + VL . Jadi
1 dI dQ
V = RI + Q+L , I = . (10.1)
C dt dt
Selanjutnya disusun kembali Persamaan (10.1) sebagai berikut
       

 d Q 0 1 Q 0

 = 1 + 1 V,
 dt I − LC −RL
I L

  

 Q
 1
 VC = [ C 0]
I
Bila input x(t) = V (t) dan output y(t) = VC (t) dan
     
Q 0 1 0 1 
q= ,A = 1 R ,B = 1 ,C = C 0
I − LC − L L

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P emilihan Peubah Keadaan.. 209

dimana perlu ditekankan bahwa C yang baru di definisikan adalah matriks yang berukuran
1 × 2 hal ini dijelaskan supaya tidak ada kebingungan dengan kapasitor yang juga meng-
gunakan simbol yang sama. Dengan cara penulisan tsb. didapat uraian sistem berikut
ini
q̇(t) = Aq(t) + Bx(t), y(t) = Cq(t).
Catatan : Eleminasi I dari persamaan (10.1) menghasilkan persamaan differensial biasa
tingkat dua dengan koefisien konstan sebagaimana berikut

d2 Q dQ 1
L 2
+R + Q = V.
dt dt C
Contoh berikut menjelaskan lagi bagaimana memilih peubah keadaan dari sudut pandang
elemen yang menyimpan energi dan dari sudut pandang keluaran suatu integrator dari
suatu sistem yang sama.
Suatu rangkaian seri RLC yang diberikan dalam Gambar 10.1 voltage e(t) sama dengan

K L

i(t)

e(t) R

i(t)

C
Gambar 10.1: Rangkaian seri RLC.

jumlah dari penurunan voltage (voltage drop) bila swicth ditutup diberikan oleh persamaan
berikut:
VL + VR + VC = e(t) (10.2)
R
atau L dt
di
+ Ri(t) + C1 i(t)dt = e(t). Rangkain memuat dua elemen yang menyimpan
energi, yaitu induktor L dan kapasitor C. Misalkan q1 (t) = VC dan q2 (t) = i(t), didapat

1
q̇1 (t) = q2 (t)
C
1 R 1
q̇2 (t) = − q1 (t) − q2 (t) + e(t)
L L L
atau dalam bentuk matriks
   1
   
q̇1 (t) 0 q1 (t) 0
= 1
C
R + 1 e(t).
q̇2 (t) − L − L q2 (t) L

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


210 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

Bila masukan dari sistem x(t) = e(t) dan keluaran dari sistem y(t) = VC (t), didapat uraian
sistem dalam fariabel keadaan sebagai berikut:
    1
   

 q̇1 (t) 0 q1 (t) 0

 = C + 1 x(t)
 q̇2 (t) − L1 − R L
q2 (t) L
  (10.3)

  

 q1 (t)
 y(t) = 1 0 .
q2 (t)
Catatan:
Z
q 1
VC (t) = = i(t)dt.
C C
Untuk q(t) = VC (t) dan e(t) = x(t) persamaan (10.2) dapat ditulis dalam bentuk:
LC q̈(t) + RC q̇(t) + q(t) = x(t)
atau
RC 1 1
q̈(t) + q̇(t) + q(t) = x(t). (10.4)
LC LC LC
Hasil-hasil yang didapat disini bisa kita bandingkan dengan kajian pada contoh rangkain-
elektrik yang telah diberikan sebelumnya. Dalam persamaan (10.4) ada dua keluaran
integrator yaitu q̇(t) dan q(t).

q̈ R q̇ R q
✲ ✲ ✲

Gambar 10.2: Keluaran dari integrator.

Kita dapat pilih fariabel keadaan q1 (t) = q(t) dan q2 (t) = q̇(t). Sehingga didapat:
q̇1 (t) = q2 (t)
1 1
q̇2 (t) = − LC q1 (t) − R q (t) +
L 2 LC
x(t).
Untuk masukan x(t) dan keluaran y(t) = q(t) = q1 (t), didapat:
       

 q̇1 (t) 0 1 q1 (t) 0

 = 1 R + 1 x(t)
 2 q̇ (t) − LC
− L
q2 (t) LC
  (10.5)



 q1 (t)
 y(t) = [1 0] .
q2 (t)

Terlihat bahwa walaupun pengambilan fariabel keadaan dari dua sudut pandang yang
berbeda tetapi hasil diskripsi sistemnya dalam penyajian ruang keadaan hampir mirip, hal
ini bisa dilihat dalam persamaan (10.3) dan (10.5). Diagram blok dari rangkaian listrik ini
diberikan dalam Gambar 10.3

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P enyelesaian dari Persamaan Keadaan untuk Sistem LIWD.. 211

x(t) q̈(t) R q̇(t) R q(t) = y(t)


1
LC +

-R
L

- LC
1

Gambar 10.3: Diagram blok RLC.

10.3 Penyelesaian dari Persamaan Keadaan untuk Sis-


tem LIWD
Diberikan representasi keadaan dimensi-N:

q[n + 1] = Aq[n] + Bx[n] (10.6)


y[n] = Cq[n] + Dx[n] (10.7)

Bila keadaan awal q[0] dan x[n] diberikan, maka secara iteratif q[n] diberikan oleh

q[1] = Aq[0] + Bx[0]


q[2] = Aq[1] + Bx[1] = A {Aq[0] + Bx[0]} + Bx[1]
= A2 q[0] + ABx[0] + Bx[1]
..
.
q[n] = An q[0] + An−1 Bx[0] + . . . + Bx[n − 1]
n−1
X
= An q[0] + An−1−k Bx[k], n > 0. (10.8)
k=0

Bila keadaan awal adalah q[n0 ] dan x[n] diketahui, maka dengan cara serupa q[n] diberikan
oleh
n−1
X
q[n] = A n−n0
q[n0 ] + An−1−k Bx[n0 + k], n > n0 . (10.9)
k=0

Matriks A diberikan oleh


n
def
An = AA . . . A}
| {z
n

dinamakan matriks transisi dari sistem waktu diskrit. Substitusikan Persamaan (10.8) ke
Persamaan (10.7) didapat output y[n] diberikan oleh:
n−1
X
n
y[n] = CA q[0] + CAn−1−k Bx[k] + Dx[n], n > 0. (10.10)
k=0

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


212 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

P
n−1
Suku CAn q[0] adalah respon input-nol (zero-input) dan suku CAn−1−k Bx[k] + Dx[n]
k=0
adalah respon keadaan-nol (zero-state).

10.4 Menentukan matriks An


Cara 1: Misalkan A matriks berukuran N × N, maka polinomial karakteristik dari matriks
A diberikan oleh
p(λ) = |λI − A| = 0, (10.11)
Akar-akar p(λ) = 0 adalah λk (k = 1, 2, . . . , N) dinamakan nilai eigen dari A. Dengan
menggunakan Theorema Hamilton-Cayley, matriks An dapat diungkapkan sebagai
f (A) = An = b0 I + b1 A + . . . + bN −1 AN −1 . (10.12)
Bila nilai eigen λk semuanya berbeda, koefisien b0 , b1 , . . . , bN −1 bisa diperoleh dari kondisi
f (λk ) = λnk = b0 + b1 λk + . . . + bN −1 λkN −1 , k = 1, 2, . . . , N. (10.13)
Contoh
(1). Dapatkan An untuk  
0 1
A=
− 18 43
Jawab: Polinomial karakteristik p(λ) dari matriks A diberikan oleh
λ −1
p(λ) = |λI − A| = 1
8
λ − 34
3 1 1 1
= λ2 − λ + = (λ − )(λ − ).
4 8 2 4
Didapat λ1 = 21 , λ2 = 14 , sehingga dengan menggunakan Persamaan (10.13) didapat
 
n b0 b1
A = b0 I + b1 A =
− 18 b1 b0 + 34 b1
dan b0 , b1 adalah penyelesaian dari
   n
1 1
b0 + b1 =
2 2
   n
1 1
b0 + b1 =
4 4
didapat  n  n  n  n
1 1 1 1
b0 = − +2 , b1 = 4 −4 .
2 4 2 4

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


M enentukan matriks An .. 213

Jadi
 
1 n

1 n

1 n
 
1 n
− 2
+2 4
4 2
−4 4
An =     

1 n 1 n 1 n 1 n
− 12 + 2
21
2 4
− 2 4
 n    n  
1 −1 4 1 2 −4
= +
2 − 12 2 4 1
2
−1

Pendiagonalan matriks dapat digunakan untuk menghitung An . Matriks A dapat didiago-


nalkan bila
A = P DP −1 ⇒ An = P D n P −1 ,
dengan D adalah matriks diagonal, elemen diagonal D merupakan nilai eigen dari A.
Matriks A dapat didiagonalkan bila semua nilai eigen dari A berbeda. Contoh sebelumnya,
 
1 2
nilai eigen λ1 = ⇒ vektor eigen x1 =
2 1
 
1 4
nilai eigen λ2 = ⇒ vektor eigen x2 =
4 1
Matriks P dan P −1 didapat sebagai berikut
   1 
  2 4 −1 −2 2
P = x1 x2 = ⇒ P = 1
1 1 2
−1

Sehingga didapat
  n  1     1 n  1 
n n −1 2 4 12 0 −2 2 2 4 2
0 −2 2
A = PD P = = 1 n
1 1 0 14 1
2
−1 1 1 0 4
1
2
−1

atau
 
1 n

1 n

1 n
 
1 n
− 2
+2 4
4 2
−4 4
An =     

1 n 1 n 1 n 1 n
− 12 + 2
21
2 4
− 2 4
 n    n  
1 −1 4 1 2 −4
= +
2 − 12 2 4 1
2
−1

Terlihat memberikan hasil yang sama seperti hasil sebelumnya.

Juga bila semua nilai eigen dari A berbeda, A dapat dihitung menggunakan dekomposisi spektral

An = λn1 E1 + λn2 E2 + . . . + λnN EN ,

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


214 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

dengan
Q
N
(A − λm I)
m=1
m6=k
Ek =
Q
N
(λk − λm )
m=1
m6=k

Kerjakan lagi Contoh sebelumnya menggunakan dekomposisi spektral, didapat


 1   
1 1 1 −4 1 −1 4
E1 = (A − λ2 I) = 1 1 (A − I) = 4 1 1 =
λ1 − λ2 2
− 4
4 − 8 2
− 21 2

dan  1   
1 1 1 −2 1 2 −4
E2 = (A − λ1 I) = (A − I) = −4 = 1
λ2 − λ1 1
4
− 12 2 − 18 41 2
−1
Oleh karena itu
 n    n  
n 1 −1 4 1 2 −4
A = λn1 E1 + λn2 E2 = +
2 − 12 2 4 1
2
−1

Menghitung An juga dapat dilakukan dengan cara invers transformasi-z sebagai berikut:
Pertama kenakan transformasi-z pada Persamaan (10.6) dan (10.7), didapat

zQ(z) − zq[0] = AQ(z) + BX(z) (10.14)


Y (z) = CQ(z) + DX(z) (10.15)

dimana X(z) = Z{x[n]}, Y (z) = Z{y[n]} dan Q(z) = Z{q[n]}. Didapat

(zI − A)Q(z) = zq[0] + BX(z)

atau
Q(z) = (zI − A)−1 zq[0] + (zI − A)−1 BX(z)
Kedua ruas kenakan invers transformasi-z didapat
 
q[n] = Z −1 (zI − A)−1 q[0] + Z −1 (zI − A)−1 BX(z) (10.16)

dan
 
y[n] = CZ −1 (zI − A)−1 q[0] + CZ −1 (zI − A)−1 BX(z) + Dx[n]. (10.17)

Dari Persamaan (10.8) dan (10.16) didapat



An = Z −1 (zI − A)−1 (10.18)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


M enentukan matriks An .. 215

Terlihat, Persamaan (10.18) dapatkan digunakan untuk menghitung An . Contoh yang


sama sebelumnya, An dihitung dengan Persamaan (10.18), didapat
   
−1 z −1 1 z − 43 1
(zI − A) = 1 =
8
z − 43 1
(z − 12 )(z − 14 ) − 8 z
 3

z− 4 1
1 1
(z−
 2 )(z− 4 ) (z− 21 )(z− 14 ) 
= 



− 18 z
(z− 21 )(z− 14 ) (z− 21 )(z− 14 )
 
− z−1 1 + 2 z−1 1 4 z−1 1 − 4 z−1 1
 2 4 2 4

=  
− 21 z−1 1 + 1 1
2 z− 14
2 z−1 1 − 1
z− 41
2 2

Oleh karena itu



An = Z −1 (zI − A)−1 z
 
− z−z 1 + 2 z−z 1 4 z−z 1 − 4 z−z 1
 2 4 2 4

= Z −1  
− 21 z−z 1 + 21 z−z 1 2 z−z 1 − z−z 1
2 4 2 4
 n  n  n  n
− 21 + 2 41 4 12 − 4 41
=     

1 1 n 1 1 n 1 n 1 n
−2 2 + 2 4 2 2 − 4
 n    n  
1 −1 4 1 2 −4
= +
2 − 12 2 4 1
2
−1

Hasil-hasil penghitungan An yang telah dilakukan dengan menggunakan Persamaan (10.13)


kusus untuk semua nilai eigen λk berbeda. Bila beberapa nilai eigen adalah rangkap,
misalkan nilai eigen λ = λi rangkap sebanyak r, maka Persamaan (10.13) perlu tambahan
persamaan
N −1
!
dn−1 dn−1 X
f (λ) = n−1 bm λm , n = 1, 2, . . . , r. (10.19)
dλn−1 λ=λi dλ m=0 λ=λi

Contoh. Dapatkan An bila  


2 1
A= .
0 2
Polinomial karakteristik p(λ) dari A diberikan oleh

λ−2 1
p(λ) = |λI − A| = = (λ − 2)2 .
0 λ−2

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


216 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

Terlihat λ1 = λ2 = 2 dan dengan menggunakan Theorema Cayley-Hamilton An diberikan


oleh  
n b0 + 2b1 b1
f (A) = A = b0 I + b1 A =
0 b0 + 2b − 1
Gunakan Persamaan (10.13) dan (10.19) didapat

b0 + b1 λ = λn
b1 = nλn−1

atau

b0 + 2b1 = 2n
b1 = n2n−1

Sehingga diperoleh b0 = (1 − n)2n , b1 = n2n−1 dan


 n 
n 2 n2n−1
A = .
0 2n

10.5 Rumus umum An untuk kasus ukuran matriks 2×2,


n = 0, 1, 2, . . .
Diberikan matriks matriks  
a b
A=
c d
Polinomial karakteristik dari A diberikan oleh

p(λ) = λ2 − (a + d)λ + (ad − bc) = 0.

misalkan α1 = −(a + d) dan α2 = (ad − bc), didapat

λ2 + α1 λ + α2 = 0.

Dengan menggunakan Theorema Cayley-Hamilton matriks A memenuhi

A2 + α1 A + α2 I = 0. (10.20)

Selanjutnya lakukan algorithma pembagian terhadap plinomial λn dibagi oleh polinomial


λ2 + α1 λ + α2 , didapat
λn = (λ2 + α1 λ + α2 )q(λ) + r(λ)
atau
λn = (λ2 + α1 λ + α2 )q(λ) + β1 + β2 λ. (10.21)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


R umus umum An untuk kasus ukuran matriks 2 × 2, n = 0, 1, 2, . . ... 217

Dengan menggunakan Persamaan (10.21) matriks An diberikan oleh

An = (A2 + α1 A + α2 I)q(A) + β1 I + β2 A

Gunakan Persamaan (10.20), didapat

An = β1 I + β2 A. (10.22)

Untuk menentukan β1 dan β2 , misalkan nilai karakteristik dari A adalah λ1 dan λ2 dengan
λ1 6= λ2 . Substitusikan nilai karakteristik ini pada Persamaan (10.21), didapat

λn1 = (λ21 + α1 λ1 + α2 )q(λ1 ) + β1 + β2 λ1


λn2 = (λ22 + α1 λ2 + α2 )q(λ2 ) + β1 + β2 λ2

atau diperoleh persamaan linear berikut

λn1 = β1 + β2 λ1
λn2 = β1 + β2 λ2 .

Selesaikan persamaan linear tersebut, didapat

λn1 λ1
λn2 λ2 λ2 λn1 − λ1 λn2
β1 = =
1 λ1 λ2 − λ1
1 λ2

dan
1 λn1
1 λn2 λn − λn1
β2 = = 2 .
1 λ1 λ2 − λ1
1 λ2
Substitusikan hasil-hasil ini pada Persamaan (10.22), didapat
   
n λ2 λn n
1 −λ1 λ2
1 0 λn n
2 −λ1
a b
A = λ2 −λ1
+ λ2 −λ1
.
0 1 c d

Kasus bila λ1 = λ2 , tidak bisa digunakan hasil sebelumnya sebab

1 λ1
= 0.
1 λ2

Untuk ini, pada persamaan

λn = (λ − λ1 )2 q(λ) + β1 + β2 λ

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


218 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

substitusikan λ = λ1 , didapat
λn1 = β1 + β2 λ1 . (10.23)
Selanjutnya kedua ruas Persamaan (10.23) turunkan terhadap λ1 didapat
nλ1n−1 = β2 . (10.24)
Hasil Persamaan (10.24) substitusikan pada Persamaan (10.23), didapat
β1 = λn1 − β2 λ1 = λn1 − nλn1 = (1 − n)λn1 .
Dengan demikian untuk λ1 = λ2 , matriks An diberikan oleh
   
n n 1 0 n−1 a b
A = (1 − n)λ1 + nλ1 .
0 1 c d

Contoh
1). Diberikan matriks  
0 1
A=
− 31 34
Polinomial karakteristik dari A adalah
4 1 1
p(λ) = |λI − A| = λ2 − λ + = 0 ⇒ λ1 = 1, λ2 = .
3 3 3
Didapat
 
1   0 1
3
− ( 31 )n
1 0
1 n
(3) − 1  
An = 1 + 1  
− 1 0 1 −1 1 4
3 3 −
3 3  
 n−1 !    n−1 ! 0 1
1 1 1 1 0 3 1 1  
= − + + −  
2 2 3 0 1 2 2 3 1 4

    3 3
1 3 3 3
− 2 2
 n 
1 2
− 
2
 
=  +  .
 1 3 3 1 1
− −
2 2 2 2

2). Diberikan matriks  


1 3
A=
2 6
Nilai karakteristik dari A adalah λ1 = 7 dan λ2 = 0. Dengan demikian matriks An
diberikan oleh  
n n−1 1 3
A =7
2 6

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


Fungsi Transfer Sistem H(z).. 219

Bila n = −1, didapat  


−1 1 1 3
A = ,
49 2 6
tetapi det(A) = 0, jadi matriks A tidak punya invers. Terlihat disini bahwa formula
yang telah dibahas berkaitan dengan penghitungan An tidak berlaku untuk n = −1
−1, Secara
umum juga tidak berlaku untuk bilangan bulat yang negatif
negatif.

3). Diberikan matriks  


2 1
A=
0 2
Nilai karakteristik dari A adalah λ1 = λ2 = 2. Karena mempunyai nilai karakteristik
λ1 = λ2 , maka matriks An diberikan oleh
   
n n 1 0 n−1 a b
A = (1 − n) λ1 + n λ1
0 1 c d
   
n 1 0 n−1 2 1
= (1 − n) 2 + n2
0 1 0 2
   1
1 0 2 2
= + 2n n .
0 1 0 2

10.6 Fungsi Transfer Sistem H(z)


Fungsi transfer dari sistem didefinisikan sebagai
def Y (z)
H(z) = untuk q[0] = 0
X(z)
Jadi  
Q(z) = (zI − A)−1 BX(z) dan Y (z) = C(zI − A)−1 B + D X(z)
Maka dari itu H(z) diberikan oleh
 
H(z) = C(zI − A)−1 B + D . (10.25)

10.7 Kestabilan Sistem


Dari Persamaan (10.10) terlihat bahwa output y[n] ditentukan oleh An dengan demikian
bila semua nilai eigen λk dari matriks A memenuhi

|λk | < 1, untuk semua k, (10.26)

maka sistem adalah stabil asimtotik


asimtotik, yaitu untuk sebarang keadaan awal q0 yang berhingga
keadaan q[n] akan menuju ke nol untuk n → ∞. Bila semua nilai eigen dari A berbeda

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


220 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

dan memenuhi kondisi (10.26), maka sistem juga stabil BIBO.

Contoh

Diberikan fungsi transfer dari sistem LIWD oleh


z
H(z) =
2z 2 − 3z + 1

Dapatkan representasi dari sistem.


Tulis ulang H(s) sebagai
1 −1
z 2
z Y (z)
H(z) = 2 3 −1 1 −2 = 3 −1 1 −2 =
2z (1 − 2 z + 2 z ) 1 − 2z + 2z X(z)

Didapat
3 1 1
Y (z) = z −1 Y (z) − z −2 Y (z) + z −1 X(z)
2 2 2
Pada kedua sisi persamaan lakukan transformasi balik Z −1 , didapat

3 1 1
y[n] = y[n − 1] − y[n − 2] + x[n − 1].
2 2 2
Pilih peubah keadaan sebagai output dari tunda satuan, didapat

y[n] = q1 [n]
3 1
q1 [n + 1] = y[n] + q2 [n] + x[n]
2 2
3 1
= q1 [n] + q2 [n] + x[n]
2 2
1 1
q2 [n + 1] = − y[n] = − q1 [n].
2 2
Atau dalam bentuk matriks
   3   1
q1 [n + 1] 2
1 q1 [n]
= + 2 x[n]
q2 [n + 1] − 12 0 q1 [n] 0
 
  q1 [n]
y[n] = 1 0
q1 [n]

Terlihat bahwa matriks A dari sistem diberikan oleh


 3 
2
1
A=
− 21 0

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P enyelesaian dari Persamaan Keadaan untuk Sistem LIWK.. 221

dengan nilai eigen λ1 = 1 dan λ2 = 12 . Walaupun |λ2 | = 21 < 1, tetapi |λ1 | = 1 ≮ 1. Jadi
sistem tidak stabil asimtotik. Selanjutnya bila y[0] = y[−1] = 0 dan input x[n] = δ[n],
maka output y[n] diberikan oleh
n−1
X
y[n] = CAn−1−k Bδ[n] = CAn−1 B
k=0

dengan
1
An = E1 + ( )n E2
2
dan    
2 0 −1 −2
E1 = , E2 = .
−1 −1 −1 1
Jadi  
    2 − ( 12 )n −2( 12 )n
2 0 1 −1 −2
An = + ( )n = 
−1 −1 2 −1 1
−1 − ( 21 )n −1 + ( 12 )n
dan   1
  2 − ( 12 )n−1 −2( 21 )n−1
   = 1 − ( 1 )n .
2
y[n] = CAn−1 B = 1 0 
2
−1 − ( 12 )n−1 −1 + ( 21 )n−1 0

10.8 Penyelesaian dari Persamaan Keadaan untuk Sis-


tem LIWK
Diberikan representasi keadaan dimensi-n:

q̇(t) = Aq(t) + Bx(t) (10.27)


y(t) = Cq(t) + Dx(t) (10.28)

Bila keadaan awal q(0) dan x(t) diberikan, maka keadaan q(t) dapat ditentukan. Untuk
menyelesaikan Persamaan Keadaan dapat dilakukan dengan cara Transformasi Laplace
sebagai berikut. Pada kedua sisi Persamaan (10.27) dan (10.28) kenakan transformasi
Laplace, didapat

sQ(s) − q(0) = AQ(s) + BX(s) (10.29)


Y (s) = AQ(s) + DX(s)

dengan X(s) = L{x(t)}, Y (s) = L{y(t)} dan Q(s) = L{q(t)}. Susun ulang Persamaan (10.29)
didapat
(sI − A)Q(s) = q(0) + BX(s)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


222 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

atau
Q(s) = (sI − A)−1 q(0) + (sI − A)−1 BX(s). (10.30)
Substitusikan Persamaan (10.30) pada Persamaan (10.30) didapat
 
Y (s) = C(sI − A)−1 q(0) + C(sI − A)−1 B + D X(s). (10.31)

Dengan melakukan transformasi Laplace balik pada Persamaan (10.31) didapat ouput
y(t). Perlu diperhatikan bahwa suku C(sI − A)−1 q(0) berkaitan dengan respon input
nol (zero-input) dan suku [C(sI − A)−1 B + D] X(s) berkaitan dengan respon keadaan nol
(zero-state).

10.9 Fungsi Transfer Sistem H(s)


Sebagaimana fungsi transfer dari sistem diskrit, fungsi transfer H(s) didefinisikan sebagai

def Y (s)
H(s) = untuk q(0) = 0.
X(s)

Maka dari itu H(s) diberikan oleh


 
H(s) = C(sI − A)−1 B + D . (10.32)

Penyelesaian masalah ruang keadaan untuk sistem linear invarin waktu kontinu juga dina-
makan penyelesaian dalam daerah waktu (time domain). Penyelesaian masalah ini sebagai
berikut. Pertama, dalam dimensi satu telah diketahui

a2 2 ak
eat = 1 + at + t + . . . + tk + . . .
2! k!
Dari ide ini, diperluas untuk dimensi n yaitu a sekarang merupakan matriks A dengan
ukuran n × n, selanjutnya didefinisikan

def A2 2 Ak k
eAt = I + At + t + ...+ t + ... (10.33)
2! k!
Sebagai mana pada ea(t−τ ) = eat e−aτ , dapat ditunjukkan bahwa

eA(t−τ ) = eAt e−Aτ (10.34)

dan untuk t = τ didapat


eAt e−At = e0 = I (10.35)
Jadi −1
e−At = eAt (10.36)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


Fungsi Transfer Sistem H(s).. 223

hal ini menunjukkan bahwa e−At adalah invers dari eAt . Diferensialkan Persamaan (10.33)
terhadap t, didapat

d At A2 Ak k−1
e = 0+A+ 2t + . . . + kt + ...
dt  2! k! 
A2 2 Ak k
= A I + At + t + ...+ t + ...
2! k!
 
A2 2 Ak k
= I + At + t + ...+ t + ... A
2! k!

Hal ini berakibat bahwa


d At
e = AeAt = eAt A. (10.37)
dt
Selanjutnya dengan menggunakan persamaan
d dA dB
(AB) = B+A
dt dt dt
dan Persamaan (10.37), didapat
 
d  −At  d −At
e q(t) = e q(t) + e−At q̇(t)
dt dt

= −e−At Aq(t) + e−At q̇(t). (10.38)

Kedua sisi Persamaan (10.27) kalikan dengan e−At , didapat

e−At q̇(t) = e−At Aq(t) + e−At Bx(t)

atau
e−At q̇(t) − e−At Aq(t) = e−At Bx(t). (10.39)
Dari Persamaan (10.38), Persamaan (10.39) dapat ditulis sebagai

d  −At 
e q(t) = e−At Bx(t). (10.40)
dt
Kedua sisi Persamaan (10.40) integralkan dari 0 sampai t, didapat

Zt
t
e−At q(t) 0
= e−Aτ Bx(τ )dτ
0

atau
Zt
e−At q(t) − q(0) = e−Aτ Bx(τ )dτ
0

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


224 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

Oleh karena itu keadaan q(t) diberikan oleh


Zt
q(t) = eAt q(0) + eA(t−τ ) Bx(τ )dτ. (10.41)
0

Matriks eAt dikenal sebagai matriks transisi keadaan


keadaan. Selanjutnya substitusikan Persamaan (10.41)
pada Persamaan (10.28) didapat output y(t) yang diberikan oleh
Zt
At
y(t) = Ce q(0) + CeA(t−τ ) Bx(τ )dτ. (10.42)
0

10.10 Penghitungan matriks eAt


Seperti menghitung An , gunakan Teorema Cayley-Hamilton, didapat
f (At) = eAt = b0 I + b1 (At) + . . . + bn−1 (At)n−1 (10.43)
Bila semua nilai eigen λk berbeda, koefisien b0 , b1 , . . . , bn−1 bisa diperoleh dari kondisi
f (λk t) = eλk (t) = b0 + b1 λk t + . . . + bn−1 (λk t)n−1 , k = 1, 2, . . . , n. (10.44)

Contoh
Dapatkan eAt untuk  
0 1
A=
− 18 43
Jawab: Polinomial karakteristik p(λ) dari matriks A diberikan oleh
λ −1
p(λ) = |λI − A| = 1
8
λ − 34
3 1 1 1
= λ2 − λ + = (λ − )(λ − ).
4 8 2 4
Didapat λ1 = 21 , λ2 = 14 , sehingga dengan menggunakan Persamaan (10.45) didapat
 
b0 b1 t
eAt = b0 I + b1 At =  
1 3
− 8 b1 t b0 + 4 b1 t
dan b0 , b1 adalah penyelesaian dari
1 1
b0 + b1 t = e 2 t
2
1 1
b0 + b1 t = e 4 t
4

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P enghitungan matriks eAt .. 225

didapat
1 1 4 1 4 1
b0 = 2e 4 t − e 2 t , b1 = e 2 t − e 4 t .
t t
Jadi  1 
1 1 1
2e 4 t − e 2 t 4e 2 t − 4e 4 t
 
eAt = .
1 1
e 4 t −e 2 t 1
t 1
t
2
2e 2 − e 4
Selanjutnya diselesaikan dengan pendiagonalan matriks sebagai berikut. Matriks P seba-
gaimana telah dihitung sebelumnya diberikan oleh
   1 
2 4 −2 2
P = dan P = 1
−1
1 1 2
−1

Sehigga didapat
   1 1 1 1

  e 21 t 0  1  2e 4 t − e 2 t 4e 2 t − 4e 4 t
eAt = P DλP −1 =
2 4   −12 2 =  1 1

.
1 1 1
t 2
−1 t
−e t 1 1
0 e4 e 4
2
2 t
2e 2 − e 4 t

Terlihat memberikan hasil yang sama seperti sebelumnya.

Contoh-contoh

1. Diberikan sistem
ẏ(t) + 2y(t) = x(t) + ẋ(t).
Dapatkan respon inpuls h(t).

Jawab.
Respon impuls h(t) memenuhi

ḣ(t) + 2h(t) = δ(t) + δ̇(t).

Kedua ruas kenakan Transformasi Laplace


n o n o
L ḣ(t) + 2h(t) = L δ(t) + δ̇(t)

didapat
sH(s) + 2H(s) = 1 + s
Oleh karena itu
s+1 1
H(s) = =1− .
s+2 s+2

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


226 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

Kedua ruas kenakan invers transformasi Laplace, didapat


 
−1 −1 1
L {H(s)} = L 1−
s+2

atau
h(t) = δ(t) − e−2t u(t).

2. Diberikan Fungsi transfer sistem oleh

s+1
H(s) =
s2 + 5s + 6
6
Bila input step X(s) = U(S) = . Dapatkan output y(t) bila keadaan awal nol.
s
Jawab
6(s + 1) 1 3 4
L{y(t)} = H(s)U(s) = = + −
s3 2
+ 5s + 6s s s+2 s+3
Sehingga didapat  
−1 1 3 4
y(t) = L + −
s s+2 s+3
atau
y(t) = 1 + 3e−2t − 4e−3t .

3. Gunakan cara peubah keadaan untuk menyelesaiakan signal diskrit yang diberikan
oleh persamaan beda

3y[n] − 4y[n − 1] + y[n − 2] = x[n]

dengan x[n] = ( 12 )n u0 [n] dan y[−1] = 1, y[−2] = 2.

Jawab
Output y[n] bisa ditulis ulang sebagai

4 1 1
y[n] − y[n − 1] + y[n − 2] = x[n].
3 3 3
Misalkan q1 [n] = y[n − 2] dan q2 [n] = y[n − 1], didapat

q1 [n + 1] = q2 [n]
1 4 1
q2 [n + 1] = − q1 [n] + q2 [n] + x[n]
3 3 3
1 4 1
y[n] = − q1 [n] + q2 [n] + x[n]
3 3 3

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P enghitungan matriks eAt .. 227

atau dalam bentuk matriks

q[n + 1] = Aq[n] + Bx[n]


y[n] = Cq[n] + Dx[n]

dengan    
0 1 0  1 4
 1
A= 1 4 , B = 1 , C = −3 , D=
−3 3 3
3
3
dan      
q1 [0] y[−2] 2
q[0] = = = .
q2 [0] y[−1] 1
Output y[n] diberikan oleh
n−1
X
n
y[n] = CA q[0] + CAn−1−k Bx[k] + Dx[n].
k=0

Sedangkan An diberikan oleh


 1   
−2 3  n 3 − 3
+ 1 
2 2 2
n
A =  
3
− 12 3
2
1
2
1
−2

dan  n
1 1 1
n
CA q[0] = + ,
2 6 3
 n−1+k  n+1−k
n−1−k 1 1 1 1 1 1
CA B= − = − .
2 18 3 2 2 3
Jadi
 n Xn−1
"  n+1−k #  k  n
1 1 1 1 1 1 1 1 1
y[n] = + + − +
2 6 3 k=0
2 2 3 2 3 2
 n n−1  k n−1  k
 n+1 X  n
1 1 1 1X 1 1 1 3 1 1
= + + − +
2 6 3 2 2 2 3 2 3 2
k=0 k=0
 n    n+1    n
1 1 1 1 1 − ( 12 )n 1 1 1 − ( 32 )n 1 1
= + + − +
2 6 3 2 1 − 12 2 3 1 − 32 3 2
 n  n  n  n  n
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
= + +1− + − +
2 6 3 2 3 3 3 2 3 2
 n  n
3 1 1 1
= − + , n>0
2 2 2 3

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


228 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

4. Gunakan cara peubah keadaan untuk menyelesaiakan signal kontinu yang diberikan
oleh persamaan differensial

ÿ(t) + 5ẏ(t) + 6y(t) = x(t)

dengan keadaan awal y(0) = 2, ẏ(0) = 1 dan x(t) = e−t u0 (t). Selajutnya berikan
gambar blok diagram dari sistem.

Jawab
Misalkan peubah keadaan adalah q1 (t) dan q2 (t) dengan

q1 (t) = y(t) dan q2 (t) = q̇1 (t).

Didapat

q̇(t) = Aq(t) + Bx(t)


y(t) = Cq(t)

dengan
       
q1 (t) 0 1 0   2
q(t) = ,A = ,B = , C = 1 0 dan q(0) = .
q2 (t) −6 −5 1 1

Output y(t) diberikan oleh


Zt
y(t) = Ce q(0) + At
Ce(t−τ ) Bx(τ )dτ
0

Matriks exponensial eAt dan eA(t−τ ) diberikan oleh


 −2t 
At 3e − 2e−3t e−2t − e−3t
e =
6e−3t − 6e−2t 3e−3t − 2e−2t

dan  
A(t−τ ) 3e2τ −2t − 2e3τ −3t e2τ −2t − e3τ −3t
e =
6e3τ −3t − 6e2τ −2t 3e3τ −3t − 2e2τ −2t
sedangkan matriks CeAt q(0) diberikan
  
  3e−2t − 2e−3t e−2t − e−3t 2
At
Ce q(0) = 1 0 −3t −2t −3t −2t = 7e−2t − 5e−3t
6e − 6e 3e − 2e 1

dan
  
(t−τ )
  3e2τ −2t − 2e3τ −3t e2τ −2t − e3τ −3t 0 −τ
Ce Bx(τ ) = 1 0 3τ −3t 2τ −2t 3τ −3t 2τ −2t e
6e − 6e 3e − 2e 1
= eτ −2t − e2τ −3t .

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P enghitungan matriks eAt .. 229

Jadi
Zt
−2t −3t
 τ −2t 
y(t) = 7e − 5e + e − e2τ −3t dτ
0

1 1
= 7e−2t − 5e−3t + e−t − e−2t + e−3t
2 2
1 −t 9
= e + 6e−2t − e−3t , t > 0.
2 2
Gambar blok diagram dari sistem diberikan dalam gambar berikut.

-
x(t) + P q̇2 (t) R q2 (t) q̇1 (t) R q1 (t) y(t)

Contoh penghitungan matriks transisi eAt

Gunakan Teorema Cayley-Hamilton, didapat

f (At) = eAt = b0 I + b1 A + . . . + bn−1 An−1 (10.45)

Bila semua nilai eigen λk berbeda, koefisien b0 , b1 , . . . , bn−1 bisa diperoleh dari kondisi

f (λk ) = eλk (t) = b0 + b1 λk + . . . + bn−1 λkn−1 , k = 1, 2, . . . , n. (10.46)

Persamaan (10.46) adalah persamaan linear dengan n persamaan dan n peubah dan dapat
ditulis dalam bentuk matrix
    
1 λ1 . . . (λ1 )n−1 b0 eλ1 t
1 λ2 . . . (λ2 )n−1   b1   eλ2 t 
    
 .. .. . . ..   ..  =  ..  (10.47)
. . . .   .   . 
1 λn . . . (λn )n−1 bn−1 eλn t

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


230 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

Selesiakan Persamaan (10.47), maka didapat b0 , b1 , . . . , bn−1 . Bila nilai karakteristik ada
yang sama, misalkan λ1 = λ2 = . . . = λm dan sisanya λm+1 , . . . , λn berbeda. Maka
b0 , b1 , . . . , bm , bm+1 . . . , bn didapat dari persamaan linear berikut.

eλ1 t = b0 + b1 λ1 + . . . + bn−1 λ1n−1


d λ1 t d 
e = b0 + b1 λ1 + . . . + bn−1 λ1n−1
dλ1 dλ1
2
d λ1 t d2 
2
e = 2
b0 + b1 λ1 + . . . + bn−1 λ1n−1
dλ1 dλ1
..
.
dm−1 λ1 t dm−1 n−1

m−1 e = m−1 b0 + b1 λ1 + . . . + bn−1 λ1
dλ1 dλ1
λm+1 n−1
e = b0 + b1 λm+1 + . . . + bn−1 λm+1
..
.
λn
e = b0 + b1 λn + . . . + bn−1 λnn−1

Contoh
1). Dapatkan matriks transisi dari matriks
 
5 7 −5
A = 0 4 −1
2 8 −3

Jawab
Polinomial karakteristik dari A diberikan oleh
 
λ − 5 −7 5
det(λI − A) = det  0 λ−4 1 =0
−2 −8 λ + 3

atau
λ3 − 6λ2 + 11λ − 6 = (λ − 1)(λ − 2)(λ − 3) = 0.

Didapat nilai karakteristik dari A, λ1 = 1, λ2 = 2, λ3 = 3. Sehingga didapat persamaan


    t 
1 1 1 b0 e
1 2 (2)3−1  b1  = e2t  .
1 3 (3)3−1 b2 e3t

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P enghitungan matriks eAt .. 231

Nilai b0 , b1 , b2 diberikan oleh


et 1 1
e2t 2 4
e3t 3 9 2e3t − 6e2t + 6et
b0 = = = e3t − 3e2t + 3et ,
1 1 1 2
1 2 4
1 3 9
1 et 1
1 e2t 4
1 e3t 9 −3 e3 t + 8 e2 t − 5 et 3 e3 t 5 et
b1 = = =− + 4 e2 t −
1 1 1 2 2 2
1 2 4
1 3 9
dan
1 1 et
1 2 e2t
1 3 e3t e3 t − 2 e2 t + et e3 t 2t et
b2 = = = −e + .
1 1 1 2 2 2
1 2 4
1 3 9
Sehingga didapat
eAt = b0 I + b1 A + b2 A2
 
 1 0 0
= e3t − 3e2t + 3et 0 1 0
0 0 1
 
  5 7 −5
3 e3 t t
5e 
+ − + 4 e2 t − 0 4 −1
2 2
2 8 −3
 
 3t t
 15 23 −17
e e 
+ − e2 t + −2 8 −1 
2 2
4 22 −9
 
e3 t + 2 e2 t − 2 et 3t
e +5e −6e 2t t
−e − 3 e2 t + 4 et
3t

=  −e3 t + 2 e2 t − et −e3 t + 5 e2 t − 3 et e3 t − 3 e2 t + 2 et  .
−e3 t + 4 e2 t − 3 et 3t 2t
−e + 10 e − 9 e t
e3 t − 6 e2 t + 6 et

2). Diberikan matriks  


1 1 0
A =  0 1 0 .
0 0 2

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


232 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

Polinomial karakteristik dari A adalah

p(λ) = (λ − 1)2 (λ − 2) = 0,

didapat λ1 = λ2 = 1 dan λ3 = 2. Sehingga diperoleh persamaan linear

et = b0 + b1 + b2
tet = b1 + 2b2
e2t = b0 + 2b1 + 4b2

atau dalam bentuk matriks


    t     t 
1 1 1 b0 e b0 0 −2 1 e
0 1 2 b1  = tet  ⇒ b1  =  2 3 −2   tet  .
2t
1 2 4 b2 e b2 −1 −1 1 e2t

Didapat    
b0 e2 t − 2 t et
b1  = −2 e2 t + 3 t et + 2 et  .
b2 e2 t − t et − et
Dengan demikian matriks transisi eAt diberikan oleh

eAt = b0 I + b1 A + b2 A2
 
 1 0 0
= e2 t − 2 t et 0 1 0
0 0 1
 
 1 1 0
+ −2 e2 t + 3 t et + 2 et 0 1 0
0 0 2
 
 1 2 0
+ e2 t − t et − et 0 1 0
0 0 4
 t 
e t et 0
=  0 et 0 .
0 0 e2 t

Contoh-contoh Masalah Penyajian Ruang Keadaan

1. Dapatkan Persamaan keadaan dari suatu sistem diskrit yan diberikan oleh persamaan
beda
3 1
y[n] − y[n − 1] + y[n − 2] = x[n].
4 8

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P enghitungan matriks eAt .. 233

Jawab
Pilih peubah keadaan q1 [n] dan q2 [n] dengan

q1 [n] = y[n − 2] dan q2 [n] = y[n − 1].

Didapat

q1 [n + 1] = q2 [n]
1 3
q2 [n + 1] = − q1 [n] + q2 [n] + x[n]
8 4
1 3
y[n] = − q1 [n] + q2 [n] + x[n]
8 4

atau dalam bentuk matriks


   
0 1 0
q[n + 1] = 1 3 q[n] + x[n]
−8 4 1
 
y[n] = − 81 3
4
q[n] + x[n].

2. Dapatkan Persamaan keadaan dari suatu sistem diskrit yang diberikan oleh per-
samaan beda
3 1 1
y[n] − y[n − 1] + y[n − 2] = x[n] + x[n − 1].
4 8 2

Jawab
Karena ada bentuk 12 x[n−1] pada sisi kanan persamaan beda, maka pemilihan peubah
keadaan y[n − 2] dan y[n − 1] sebagai peubah keadaan tidak akan memberikan sistem
yang diharapkan. Maka dari itu, agar supaya mendapatkan peubah keadaan yang
sesuai, dikontruksi suatu simulasi diagram persamaan beda menggunakan elemen
satuan, penguat (pengali) dan penambah
tunda satuan penambah. Lakukan transformasi-z pada kedua
sisi persamaan beda dan susun persamaan tsb. didapat

3 1 1
Y (z) = z −1 Y (z) − z −2 Y (z) + X(z) + z −1 X(z),
4 8 2

perlu diperhatikan bahwa z −k menyatakan waktu tunda satuan saat ke k, dengan


demikian gambar simulasi dapat diberikan sebagaimana pada gambar berikut.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


234 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

x[n]

1
2 1

+ +
P + P + P
y[n]
−1 −1
z q2 [n] z q1 [n]
q2 [n + 1] q1 [n + 1]
- +
1 3
8 4

Dari gambar diagram simulasi diatas didapat


3 1
q1 [n + 1] = q2 [n] + y[n] + x[n]
4 2
3 5
= q1 [n] + q2 [n] + x[n]
4 4
1 1 1
q2 [n + 1] = − y[n] = − q1 [n] − x[n]
8 8 8
=
y[n] = q1 [n] + x[n]

atau dalam bentuk matriks


 3
  5 
4
1
q[n + 1] = q[n] + 41 x[n]
− 81 0 −8
 
y[n] = 1 0 q[n] + x[n].

3. Dapatkan persamaan keadaan dari suatu sistem waktu diskrit liniear invarian waktu
yang diberikan oleh fungsi transfer

b0 + b1 z −1 + b2 z −2
H(z) =
1 + a1 z −1 + a2 z −2

Jawab
Fungsi transfer memenuhi

Y (z) b0 + b1 z −1 + b2 z −2
H(z) = = .
X(z) 1 + a1 z −1 + a2 z −2
Dari sini didapat

1 + a1 z −1 + a2 z −1 Y (z) = (b0 + b1 z −1 + b2 z −2 )X(z).

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P enghitungan matriks eAt .. 235

Susun ulang persamaan yang telah diperoleh, didapat


Y (z) = −a1 z −1 Y (z) − a2 z −2 Y (z) + b0 X(z) + b1 z −1 X(z) + b2 z −2 X(z).
Dari persamaan yang terakhir ini diagram simulasinya diberikan oleh gambar berikut.
x[n]

b2 b1 b0
+ + + y[n]
P + P −1
+ P
z −1 z
- q2 [n + 1] q2 [n] - q1 [n + 1] q1 [n]

a2 a1

Dari gambar simulasi diagram diatas didapat


y[n] = q1 [n] + b0 x[n]
q1 [n + 1] = −a1 y[n] + q2 [n] + b1 x[n]
= −a1 q1 [n] + q2 [n] + (b1 − a1 b0 )x[n]
q2 [n + 1] = −a2 y[n] + b2 x[n]
= −a2 q1 [n] + (b2 − a2 b0 )x[n]
atau dalam bentuk matrix
    

 −a1 1 b1 − a1 b0
 q[n + 1] = q[n] + x[n]
−a2 0 b2 − a2 b0
(10.48)

  

y[n] = 1 0 q[n] + b0 x[n].
Catatan : pada diagram simulasi dalam gambar diatas banyaknya elemen tunda
satuan adalah 2 menunjukkan order dari sistem dalam kasus ini banyaknya yang dibu-
tuhkan minimum. Oleh karena itu gambar tsb. dinamakan bentuk pertama simulasi kanonik
dan Persamaan (10.48) dinamakan bentuk pertama penyajian keadaan kanonik atau
juga dinamakan bentuk kompanion teramati
teramati.
4. Kerjakan lagi Contoh 3. dengan bentuk H(z) sebagai
H(z) = H1 (z)H2 (z)
dimana
1
H1 (z) = dan H2 (z) = b0 + b1 z −1 + b2 z −2 .
1 + a1 z −1 + a2 z −2

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


236 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

Jawab
Misalkan
W (z) 1
H1 (z) = =
X(z) 1 + a1 z + a2 z −2
−1

dan
Y (z)
H2 (z) = = b0 + b1 z −1 + b2 z −2 .
W (z)
Didapat
W (z) + a1 z −1 W (z) + a2 z −2 W (z) = X(z) (10.49)
dan
Y (z) = b0 W (z) + b1 z −1 W (z) + b2 z −2 W (z). (10.50)
Susun ulang Persamaan (10.49), didapat

W (z) = −a1 z −1 W (z) − a2 z −2 W (z) + X(z). (10.51)

Dari Persamaan (10.50) dan (10.51) didapat Gambar diagram simulasi yang diberikan
oleh Gambar dibawah ini.

+ P + P
y[n]

+ +

b0 b1 b2
w[n] w[n − 1] w[n − 2]
x[n] P
−1
+ v2 [n + 1] z z −1 v [n]
v2 [n] v1 [n + 1] 1
+

a1 a2
-
P -

Pilih elemen output dari tunda satuan sebagai peubah keadaan seperti yang terlihat
dalam Gambar diagram simulasi diatas, didapat

v1 [n + 1] = v2 [n]
v2 [n + 1] = −a2 v1 [n] − a1 v2 [n] + x[n]

y[n] = b2 v1 [n] + b2 v2 [n] + b0 v2 [n + 1]


= (b2 − b0 a2 )v1 [n] + (b1 − b0 a1 )v2 [n] + b0 x[n]

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P enghitungan matriks eAt .. 237

atau dalam bentuk matriks


    

 0 1 0
 v[n + 1] = v[n] + x[n]
−a2 −a1 1
(10.52)

  

y[n] = (b2 − b0 a2 ) (b1 − b0 a1 ) v[n] + b0 x[n].

Gambar diagram simulasi diatas dikenal sebagai bentuk kedua simulasi kanonik se-
dangkan Persamaan (10.52) dikenal sebagai bentuk kedua represntasi keadaan kanonik
atau dinamakan juga bentuk kompanion terkontrol
terkontrol.
5. Diberikan fungsi tranfer sistem diskret
z z
H(z) = = .
2z 2 − 3z + 1 2(z − 1)(z − 21 )
Dapatkan suatu representasi keadaan dari sistem sedemikian hingga matriks A adalah
matriks diagonal.

Jawab
Ekspasikan H(z) kedalam bentuk pecahan parsial sebagai berikut
z z z
H(z) = 1 = − 1
2(z − 1)(z − 2 ) z−1 z− 2

1 1
= − = H1 (z) + H2 (z)
1 − z −1 1 − 12 z −1

dengan
1 −1
H1 (z) = dan H2 (z) = .
1−z −1 1 − 21 z −1
Misalkan
αk Yk (z)
Hk (z) = −1
= , (10.53)
1 − pk z X(z)
maka 
1 − pk z −1 Yk (z) = αk X(z)
atau
Yk (z) = pk z −1 Yk (z) + αk X(z)
Dari sini diagram simulasi diberikan oleh gambar berikut.
x[n] + yk [n]
αk P

pk z −1

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


238 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

Dengan demikian H(z) = H1 (z) + H2 (z) dapat disimulasikan sebagaimana diberikan


dalam gambar berikut.
+ P

x[n] 1 z −1 + y[n]
q1 [n] q1 [n + 1] P

+
P

+
1 −1
q2 [n] z q2 [n + 1]
2

Pilih peubah keadaan sebagai elemen output dari tunda satuan didapat

q1 [n + 1] = q1 [n] + x[n]
1
q2 [n + 1] = q2 [n] − x[n]
2
1
y[n] = q1 [n + 1] + q2 [n + 1] = q1 [n] + q2 [n]
2
atau dalam bentuk matriks
   
1 0 1
q[n + 1] = 1 q[n] + x[n]
0 2 −1
 1

y[n] = 1 2 q[n].

Test, Tgl. 26 April 2010, Sifat Tutup Buku

1. Diberikan sistem rangkain elektrikk sebagaimana pada Gambar dibawah ini dengan
R = 3, L = 1, C = 12 dan vC (0) = iL (0) = 0.

R L e(t)

+ 2
iL (t) +
e t
vC (t) C
1 2

Bila vC (t) dan iL (t) dipilih sebagai peubah keadaan dan output dari sistem y1 (t) =
iL (t) dan y2 (t) = vC (t) sedangkan input dari sistem adalah e(t) sebagai mana diberikan
pada Gambar, maka dapatkan matriks transisi keadaan dan output dari sistem.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P enghitungan matriks eAt .. 239

2. Dapatkan persamaan keadaan dari sistem bila fungsi transfer dari sistem linear in-
varian waktu kontinu diberikan oleh
b0 s3 + b1 s2 + b2 s + b3
H(s) = .
s3 + a1 s2 + a2 s + a3
Berikan gambar simulasi diagram keadaannya.
3. Dapatkan persamaan keadaan bentuk kedua kanonik bila fungsi transfer dari sistem
linear invarian waktu diskrit diberikan oleh
1 + 2z −1 + 2z −2
H(z) = .
1 + z −1 + z −2
Berikan gambar simulasi diagram keadaannya. Selanjutnya dapatkan suatu matriks
T yang mengubah peubah keadaan ini menjadi persamaan keadaan bentuk pertama kanonik
kanonik.

Jawaban Test, Tgl. 26 April 2010, Sifat Tutup Buku

1. Diberikan sistem rangkain elektrikk sebagaimana pada Gambar dibawah ini dengan
R = 3, L = 1, C = 12 dan vC (0) = iL (0) = 0.

R L e(t)

+ 2
iL (t) +
e t
vC (t) C
1 2

Bila vC (t) dan iL (t) dipilih sebagai peubah keadaan dan output dari sistem y1 (t) =
iL (t) dan y2 (t) = vC (t) sedangkan input dari sistem adalah e(t) sebagai mana diberikan
pada Gambar, maka dapatkan matriks transisi keadaan dan output dari sistem.

Jawab
Gunakan Hukum Voltage Kirchhoff didapat
diL (t)
e(t) = RiL (t) + L + vC (t) (10.54)
dt
tambahan pula
dvC (t) 1
= iL (t). (10.55)
dt C
Dari Persamaan (10.54) dan (10.55) didapat
diL (t) R 1 1
= − iL (t) − vC (t) + e(t)
dt L L L
dvC (t) 1
= iL (t).
dt C

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


240 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

Sehingga untuk R = 3, L = 1, C = 12 dan y1 (t) = iL (t), y2 (t) = vC (t) didapat


persamaan keadaan sistem
 
diL (t)
 dt      
  −3 −1 iL (t) 1
 = + e(t)
 dv (t)  2 0 vC (t) 0
C
dt
    
y1 (t) 1 0 iL (t)
= .
y2 (t) 0 1 vC (t)

Dengan demikian matriks transisi keadaan diberikan oleh


 −2 t 
At 2e − e−t e−2 t − e−t
e = .
2 e−t − 2 e−2 t 2 e−t − e−2 t

Fungsi transfer Sistem


 s 
 (s + 1)(s + 2) 
−1  
H(s) = C(sI − A) B =  
 2 
(s + 1)(s + 2)

Input dari sistem adalah

e(t) = 2(u(t − 1) − u(t − 2)),

maka
2 −s 
E(s) = e − e−2s
s
Jadi output dari sistem diberikan oleh
 s  

 

   (s + 1)(s + 2) 
 

y1 (t) −1   2 −s −2s

=L   e −e
y2 (t) 
 2 s 


 

(s + 1)(s + 2)

Didapat
   
  2 e−(t−1) − e−2(t−1) u(t − 1) − 2 e−(t−2) − e−2(t−2) u(t − 2)
y1 (t)  
=

    

y2 (t) 1 1 1 1
4 − e−(t−1) + e−2(t−1) u(t − 1) − 4 − e−(t−2) + e−2(t−2) u(t − 2)
2 2 2 2

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P enghitungan matriks eAt .. 241

2. Dapatkan persamaan keadaan dari sistem bila fungsi transfer dari sistem linear in-
varian waktu kontinu diberikan oleh
b0 s3 + b1 s2 + b2 s + b3
H(s) = .
s3 + a1 s2 + a2 s + a3
Berikan gambar simulasi diagram keadaannya.

Jawab
Dari
Y (s)
H(s) = ,
X(s)
didapat  
s3 + a1 s2 + a2 s + a3 Y (s) = b0 s3 + b1 s2 + b2 s + b3 X(s)
Kedua sisi persamaan bagi dengan s3 , lalu susun ulang persamaan didapat

Y (s) = −a1 s−1 Y (s) − a2 s−2 Y (s) − a3 s−3 Y (s)


+b0 X(s) + b1 s−1 X(s) + b2 s−2 X(s) + b3 s−3 X(s)

Dari persamaan ini, simulasi diagram dapat dibuat sebagai mana diberikan dalam
Gambar berikut.
x(t)

b3 b2 b1 b0
+ R + + R + R + y(t)
P P + P + P

q3 (t) q2 (t) q1 (t)


- q̇3 (t) - q̇2 (t) -q̇1 (t)

a3 a2 a1

Dari gambar simulasi diagram pilih ouput dari integrator sebagai peubah keadaan
didapat

y(t) = q1 (t) + b0 x(t)


q̇1 (t) = −a1 y(t) + q2 (t) + b1 x(t)
= −a1 q1 (t) + q2 (t) + (b1 − a1 b0 )x(t)
q̇2 (t) = −a2 y(t) + q3 (t) + b2 x(t)
= −a2 q1 (t) + q3 (t) + (b2 − a2 b0 )x(t)
q̇3 (t) = −a3 y(t) + b3 x(t)
= −a3 q1 (t) + (b3 − a3 b0 )x(t).

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


242 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

Atau dalam bentuk matriks


   
−a1 1 0 b1 − a1 b0
q̇(t) = −a2 0 1 q(t) + b2 − a2 b0  x(t)
−a3 0 0 b3 − a3 b0
 
y(t) = 1 0 0 q(t) + b0 x(t).

Bentuk representasi keadaan ini dikenal sebagai representasi keadaan bentuk pertama kanonik
kanonik.

3. Dapatkan persamaan keadaan bentuk kedua kanonik bila fungsi transfer dari sistem
linear invarian waktu diskrit diberikan oleh

1 + 2z −1 + 2z −2
H(z) = .
1 + z −1 + z −2

Berikan gambar simulasi diagram keadaannya. Selanjutnya dapatkan suatu matriks


T yang mengubah peubah keadaan ini menjadi persamaan keadaan bentuk pertama kanonik
kanonik.-

Jawab
Gambar simulasi diagram keadaan bentuk kedua kanonik dari fungsi transfer

1 + 2z −1 + 2z −2
H(s) =
1 + z −1 + z −2

diberikan oleh Gambar berikut.

+ P + P
y[n]

+ +

1 2 2
w[n] w[n − 1] w[n − 2]
x[n] P
−1
+ v2 [n + 1] z z −1 v [n]
v2 [n] v1 [n + 1] 1
+

1 1
-
P -

Pilih elemen output dari tunda satuan sebagai peubah keadaan seperti yang terlihat

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P enghitungan matriks eAt .. 243

dalam Gambar diagram simulasi diatas, didapat

v1 [n + 1] = v2 [n]
v2 [n + 1] = −v1 [n] − v2 [n] + x[n]

y[n] = 2v1 [n] + 2v2 [n] + v2 [n + 1]


= [2 − 1(1)] v1 [n] + [2 − 1(1)] v2 [n] + x[n]
= v1 [n] + v2 [n] + x[n]

atau dalam bentuk matriks, penyajian peubah keadaan bentuk kedua kanonik diberikan
oleh

v[n + 1] = Av[n] + Bx[n]


y[n] = Cv[n] + Dx[n]

dengan
     
v1 [n] 0 1 0
v[n] = , A= , B=
v2 [n] −1 −1 1
dan
 
C = 1 1 , D = 1.

Sedangkan Gambar simulasi diagram keadaan bentuk pertama kanonik dari fungsi
transfer
1 + 2z −1 + 2z −2
H(s) =
1 + z −1 + z −2
diberikan oleh Gambar berikut.
x[n]

2 2 1
+ + + y[n]
P + P −1
+ P
z −1 z
- q2 [n + 1] q2 [n] - q1 [n + 1] q1 [n]

1 1

Dari gambar simulasi diagram diatas, pilih elemen output dari tunda satuan sebagai

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


244 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

peubah keadaan didapat

y[n] = q1 [n] + x[n]


q1 [n + 1] = −y[n] + q2 [n] + 2x[n]
= −q1 [n] + q2 [n] + [2 − 1(1)] x[n]
= −q1 [n] + q2 [n] + x[n]
q2 [n + 1] = −y[n] + 2x[n]
= −q1 [n] + [2 − 1(1)] x[n]
= −q1 [n] + x[n].

atau dalam bentuk matrix

q[n + 1] = Ãq[n] + B̃x[n]


y[n] = C̃q[n] + D̃x[n],
     
q1 [n] −1 1 1
q[n] = , Ã = , B̃ =
q2 [n] −1 0 1
dan  
C̃ = 1 0 , D̃ = 1.
Misalkan transformasi T diberikan oleh
 
t1 t2
T =
t3 t4

yang memenuhi q[n] = T v[n] atau v[n] = T −1 q[n]. Dari sisni didapat

q[n + 1] = T v[n + 1]
= T (Av[n] + Bx[n])

= T AT −1 q[n] + (T B)x[n]

y[n] = Cv[n] + x[n]



= CT −1 q[n] + x[n].

Jadi
à = T AT −1 , B̃ = T B dan C̃ = CT −1 (C̃T = C)
atau           
−1 1 t1 t2 t1 t2 0 1 1 t1 t2 0
= , =
−1 0 t3 t4 t3 t4 −1 −1 1 t3 t4 1
dan  
  t1 t2  
1 0 = 1 1 .
t3 t4

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P enghitungan matriks eAt .. 245

Dari         
1 t1 t2 0 1 t
= ⇒ = 2 ⇒ t2 = t4 = 1.
1 t3 t4 1 1 t4
dan  
  t1 t2      
1 0 = 1 1 ⇒ t1 t2 = 1 1 ⇒ t1 = t2 = 1.
t3 t4
Didapat matriks
 
1 1
T =
t3 1
tetapi T memenuhi
     
−1 1 1 1 1 1 0 1
=
−1 0 t3 1 t3 1 −1 −1

atau    
−1 + t3 0 −1 0
= ⇒ t3 = 0.
−1 −1 −1 t3 − 1
Jadi matriks T adalah  
1 1
T = .
0 1
Kebenaran transformasi T dapat dicek sebagai berikut
   
−1 1 1 0 1 1 −1
T AT =
0 1 −1 −1 0 1
  
−1 0 1 −1
=
−1 −1 0 1
 
−1 1
= = Ã,
−1 0

  
1 1 0
TB =
0 1 1
 
1
= = B̃
1

dan
 
−1
 1 −1
CT = 1 1
0 1
 
= 1 0 = C̃.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


246 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

10.11 Keterkontrolan dan Keteramatan Sistem

Pada bagian ini diberikan dua pengertian yang sangat penting dalam kajian suatu sistem
linear, yaitu pengertian tentang keterkontrolan dan keteramatan suatu sistem. Namum
sebelumnya diperkenalkan munculnya sistem tak terkontrol dan/atau takteramti disertai
bebeberapa alasannya melalui beberapa contoh.
Beberapa konsep-konsep ruang-keadaan dapat dipandang sebagai penafsiran ulang dari
konsep-konsep yang mendahuluinya, yaitu konsep-konsep domain-frekuensi. Selain itu hal
khusus dari metoda ruang-keadaan adalah keterkontolan dan keteramatan.
Ide-ide yang berkaitan dengan masalah keterkontrolan dan keteramatan telah diperke-
nalkan oleh R.E. Kalman dipertengahan tahun 1950an sebagai suatu cara untuk men-
erangkan mengapa metoda dari pendisainan kompensator sistem tak stabil menggunakan
penghapusan pole-pole tak stabil dengan zeros diseparuh bidang kompleks mengalami kega-
galan walaupun proses penghapusan ini berjalan sempurnah. Masalah ini sudah diketahui
bahwa metoda pengkompensatoran tsb. tidak fisibel sebab penghapusan yang sempurnah
tsb. tidak mungkin dalam praktis. Disamping itu pada tahun 1954 Bergen dan Ragazzai
telah menunjukkan suatu penghapusan eksak secara matematik tidak akan mungkin dalam
perangkat keras real. Kalman juga menunjukkan suatu penghapusan sempurnah pole-zero
suatu sistem tak stabil menghasilkan suatu fungsi transfer stabil. Tetapi fungsi transfer ini
mempunyai order lebih rendah dari sistem aslinya disamping itu mode takstabilnya tidak
bisa dipengaruhi oleh masukan (tidak dapat dikontrol) atau taktampak dalam keluaran
(tidak bisa diamati). Kajian mendalam secara matematik yang berkaitan dengan masalah
keterkontrolan dan keteramatan bisa di lihat di (R.E. Kalman et al, 1974).
Bertolak belakang dengan keterkontrolan dan keteramantan, kajian ketakterkotrolan
dan ketakteramatan tampaknya kurang menarik. Hal ini tidaklah begitu benar. Para
praktisi sistem kontrol yang tidak memahami perbedaan pengertian "ketakterkontrolan
sistem untuk setiap nilai dari parameter-parameter" dan "sistem hampir selalu terkon-
trol" bila mereka berhadapan dengan suatu proses tak-dikenalnya disajikan dalam ruang
keadaan yang hanya diberikan oleh data numerik, berdasarkan pengalamannya bisa jadi in-
tuisinya menyimpulkan sistem yang dihadapinya adalah terkontrol atau teramatati. Tetapi
bila dikaji secara teliti kemungkinan besar bisa sebaliknya, yaitu sistem takterkontrol atau
takteramati (Bernard Friedland, 1987). Pada bagian ini dikaji ulang pengertian tsb. yang
didahului dengan suatu contoh untuk memberikan suatu gambaran bahwa dalam anal-
isa domain-frekuensi secara taklangsung diasumsikan sifat-sifat dinamik dari suatu sistem
secara lengkap dapat ditentukan oleh fungsi transfernya. Asumsi ini tidak selalu benar.
Selanjutnya pada subbagian berikut ini diberikan beberapa contoh dan alasan penting dari
mana munculnya masalah ketakterkontrolan dan ketakteramatan.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K eterkontrolan dan Keteramatan Sistem.. 247

10.11.1 Ruang-bagian "keadaan" ditinjau dari masukan dan ke-


luaran
Pada bagian ini dibahas 4 ruang-bagian keadaan berdasar pada pengamatan masukan dan
keluaran. Pembagian ini diberikan lewat contoh yang juga akan memberikan gambaran
bahwa tidak selalu benar fungsi transfer dari suatu sistem menentukan secara lengkap
perilaku dari sistemnya. Kajian yang agak lebih lengkap berkaitan dengan ruang bagian
takterkontrol dan takteramati dari suatu sistem akan diberikan pada bagian yang men-
datang.

Contoh 51 Misalkan suatu sistem disajikan oleh sistem persamaan differensial berikut:

q̇1 (t) = 2q1 (t) + 3q2 (t) + 2q3 (t) + q4 (t) + x(t) 


q̇2 (t) = −2q1 (t) − 3q2 (t) − 2x(t)
(10.56)
q̇3 (t) = −2q1 (t) − 2q2 (t) − 4q3 (t) + 2x(t) 


q̇4 (t) = −2q1 (t) − 2q2 (t) − 2q3 (t) − 5q4 (t) − x(t)

dan persamaan pengamatan

y(t) = 7q1 (t) + 6q2 (t) + 4q3 (t) + 2q4 (t). (10.57)

Persamaan (10.56) dan (10.57) disajikan dalam bentuk persamaan matriks ruang keadaan
sebagai berikut: 
q̇(t) = Aq(t) + Bx(t)
(10.58)
y(t) = Cq(t),
 
dengan q(t) = q1 (t) q2 (t) q3 (t) q4 (t) dan
   
2 3 2 1 1
−2 −3 0     
A=
0
, B = −2 , C = 7 6 4 2 .
−2 −2 −4 0  2
−2 −2 −2 −5 −1

Fungsi transfer dari sistem (10.58) diberikan oleh

s3 + 9s2 + 26s + 24
H(s) = C(sI − A)−1 B = . (10.59)
s4 + 10s3 + 35s2 + 50s + 24
Bila pembilang dan penyebut dari fungsi transfer tsb difaktorkan, diperoleh:

(s + 2)(s + 3)(s + 4) 1
H(s) = = . (10.60)
(s + 1)(s + 2)(s + 3)(s + 4) (s + 1)

Dari persamaan (10.60) terlihat bahwa ada 3 pole yang dihapus oleh 3 zeros yaitu s =
−1, s = −3 dan s = −4. Jika diperhatikan fungsi transfer yang diberikan oleh persamaan
(10.60), fungsi ini berkaitan dengan persamaan differensial tingkat satu. Hal ini tentunya

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


248 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

berbeda dengan sistem aslinya yaitu sistem persamaan differensial tingkat empat seba-
gaimana yang disajikan dalam persamaan (10.56).
Untuk memperjelas apa yang telah diperoleh, yaitu fungsi transfer dari sistem de-
ngan realisasi berdimensi satu yang berbeda dengan sistem aslinya yaitu dimensi empat
dilakukan transformasi variabel keadaan sebagai berikut:

q̄ = T q,

dengan    
4 3 2 1 −1 −1 0 0
3 1  
T =
3 2  dan T −1 = −1 2 −1 0  .
2 2 2 1   0 −1 2 −1
1 1 1 1 0 0 −1 2
Dengan transformasi T , matriks A menjadi matriks diagonal:
 
−1 0 0 0
 0 −2 −0 0 
Ā = T AT −1 = 
0
,
0 −3 0 
0 0 0 −4

sedangkan masing-masing matriks B dan C berubah menjadi:


 
1
 0  
B̄ = T B = 
 1
 dan C̄ = CT −1 = 1 1 0 0 .

Persamaan keadaannya menjadi:



q̄˙1 = −q̄1 + x 


q̄˙2 = −2q̄2
(10.61)
q̄˙3 = −3q̄3 + x 


q̄˙4 = −4q̄4

dan keluaranya diberikan oleh persamaan:

y = q̄1 + q̄2 . (10.62)

Dari persamaan (10.61) dan (10.62) dapat diterangkan sebagai berikut. Jelas bahwa ma-
sukan u hanya mempengaruhi variabel keadaan q̄1 dan q̄3 , variabel q̄2 dan q̄4 tidak dipen-
garuhi oleh masukan x. Keluaran y hanya bergantung pada variabel keadaan q̄1 dan q̄2 ,
sedangkan variabel keadaan q̄3 dan q̄4 tidak mempunyai kontribusi terhadap keluaran y.
Jadi akibat transformasi kordinat, sistem mempunyai 4 sub-sistem yang berbeda. Dalam
hal ini masing-masing sub-sistem hanya disajikan oleh persamaan tingkat satu. Keempat
sub-sistem tsb. adalah:

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K eterkontrolan dan Keteramatan Sistem.. 249

1. Variabel keadaan q̄1 : dipengaruhi oleh masukan x, tampak pada keluran y.

2. Variabel keadaan q̄2 : tidak dipengaruhi oleh masukan x, tampak pada keluaran y.

3. Variabel keadaan q̄3 : dipengaruhi oleh masukan x, tidak tampak pada keluaran y.

4. Variabel keadaan q̄4 : tidak dipengaruhi oleh masukan x, tidak tampak pada keluaran
y.

1
Hanya sub-sistem pertama yang berkaitan dengan fungsi transfer H(s) = . Disini ter-
s+1
lihat fungsi transfer ini tidak mendiskripsikan secara lengkap perilaku dari seluruh variabel
keadaan sistem. Subsistem pertama merupakan subsistem yang terkontrol dan teramati,
subsistem kedua merupakan subsistem takterkontrol tapi teramati, subsistem ketiga meru-
pakan subsistem yang terkontrol tapi takteramati sedangkan susbsistem keempat meru-
pakan subsistem yang takterkontrol dan takteramatai. Jika suatu sistem memuat subsistem
takterkontrol atau takteramati, maka dikatakan sistem takterkontrol atau takteramati.
Dari contoh yang dikaji ini bisa disimpulkan; suatu sistem dengan masukan dan ke-
luaran tunggal yang fungsi transfernya ditentukan oleh subsistem terkontrol dan teramati
dengan dimensi lebih kecil dari dimensi ruang-keadaannya, maka dapat dipastikan sistem
ini memuat subsistem takterkontrol atau memuat subsistem takteramati.

Selanjutnya, pada bagian berikut ini diberikan beberapa contoh yang membahas dari
mana munculnya sistem takterkontrol atau takteramati.

10.11.2 Munculnya sistem takterkontrol atau sistem tak teramati


Contoh yang telah dikaji pada bagian sebelumnya merupakan suatu contoh sistem tak
terkontrol dan takteramati yang muncul dalam kajian akademik, bukan muncul dalam
dunia nyata. Dalam kenyataannya sistem takterkontrol dan takteramati tidak semua
muncul dari kajian akademik sebagaimana yang akan diungkapkan pada bagian ini.

Redundansi variabel keadaan. Suatu hal yang biasa terjadi munculnya suatu sistem tak-
terkontrol adalah berkenaan dengan redundansi variabel keadaan. Sebagai contoh, suatu
sistem dinamik diberikan oleh:
q̇ = Aq + Bx,
untuk beberapa alasan, misalkan didefinisikan suatu fariabel baru sebagai berikut:

r = Fq (10.63)

dimana F adalah suatu matriks berukuran n × k. Sehingga diperoleh suatu persamaan


differensial berikut:
ṙ = F q̇ = F (Aq + Bx).

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


250 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

Selanjutnya bila vektor  


q
q̄ = ,
r
maka diperoleh persamaan differensial:

q̄˙ = Āq̄ + B̄x, (10.64)

dimana   
A 0 B
Ā = dan B̄ = .
FA 0 FB
Persamaan (10.64) dapat ditulis sebagai:

q̇ = Aq + Bx
. (10.65)
ṙ = F Aq + F Bx

Pada persamaan (10.65) terlihat bahwa masukan x tampak pada variabel keadaan q dan
variabel redundan keadaan r. Dalam hal ini kelihatannya sistem yang disajikan oleh per-
samaan (10.64) atau persamaan (10.65) terkontrol, tetapi kenyataannya tidak. Untuk me-
nunjukkan sistem (10.65) takterkontrol, dilakukan transformasi kordinat terhadap variabel
keadaan sebagai berikut:     
q̂ Ik 0 q
= , (10.66)
r̂ −F In r
dimana masing-masing Ik dan In adalah matriks identitas dengan ukuran k × k dan n × n.
Dari (10.66) didapat: 
q̂˙ = q̇ = Aq + Bx
(10.67)
r̂˙ = −F q̇ + ṙ = 0
Pada persamaan (10.67) terlihat bahwa masukan x hanya bisa mempengaruhi variabel
keadaan q sedangkan variabel redundan keadaan r̂ tidak bisa dipengaruhi oleh masukan
x. Dalam hal ini variabel r̂ tidak akan bisa dikontrol oleh pengontrol apapun yang meru-
pakan masukan dari sistem. Jadi sistem yang disajikan oleh persamaan (10.64) atau (10.65)
takterkontrol. Dari kajian redundansi variabel keadaan ini tentu dipahami bahwa tak se-
orangpun akan bermaksud menggunakan variabel keadaan yang lebih banyak dari jumlah
minimum yang dibutuhkannya untuk mengetahui karakakteristik perilaku proses dinamik.
Tetapi dalam suatu proses yang kompleks dengan fisis yang takdikenal para praktisi sistem
kontrol bisa mungkin mempunyai kecenderungan menuliskan segala apa yang dipandang
dan dikerjakannya kedalam persamaan differensial. Hal ini akan menghasilkan lebih banyak
persamaan dari yang dibutuhkan sehingga hasil model sistemnya merupakan sistem tak-
terkontrol.
Dalam bagian berikut ini diberikan sifat suatu sistem linear invarian waktu yaitu
keterkontrolan dan keteramatan. Keterkontrolan dan ketermatan sistem ini merupakan
suatu hal yang mendasar. Salah satu manfaat keterkontrolan suatu sistem dapat digu-
nakan untuk penstabilan suatu sistem sebagaimana dalam bahasan berikut ini.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K eterkontrolan dan Keteramatan Sistem.. 251

10.11.3 Keterkontrolan
Diberikan sistem linear invarian-waktu yang disajikan oleh persamaan:

q̇(t) = Aq(t) + Bx(t)
(10.68)
y(t) = Cq(t) + Dx(t).

Definisi 10 Sistem linear (10.68) dikatakan terkontrol bila untuk setiap kedaan sebarang
q(0) = q0 ada masukan x(t) yang tidak dibatasi mentransfer keadaan q0 kesebarang
keadaan akhir q(t1 ) = q1 dengan waktu akhir t1 berhingga.

Dari pengertian sistem terkontrol yang diberikan dalam Definisi 10, hal ini berarti bahwa
bila diberikan sebarang keadaan awal q(0) dan sebarang keadaan akhir q(t1 ) akan selalu ada
pengontrol x(t) yang akan mentransfer keadaan awal q(0) ke keadaan akhir yang diinginkan
q(t1 ) dalam waktu yang berhingga t1 . Perlu diingat bahwa sebarang keadaan awal dan
sebarang keadaan akhir ini terdiri dari n komponen dan apa bila semua komponen dari
keadaan awal ini bisa dikontrol ke n komponen yang sesuai keadaan akhir, maka sistem
bisa dikontrol. Sedangkan maksud dari keberadaan pengontrol x(t) yang tak dibatasi
adalah tidak disyaratkan apa-apa kecuali hanya untuk mentransfer sebarang keadaan awal
yang diberikan ke sebarang keadaan akhir yang diinginkan dalam waktu yang berhingga.
Dalam kajian kontrol optimal pemilihan pengontrol x(t) ini merupakan pengontrol yang
mentransfer keadaan awal ke keadaan akhir yang diinginkan dengan energi yang sekecil
mungkin (minimum).
Penyelesaian dari q̇(t) = Aq(t) + Bx(t) diberikan oleh
Zt
At
q(t) = e q0 + eA(t−τ ) Bx(τ )dτ. (10.69)
0

Bila sistem terkontrol, yaitu ada masukan x(t) yang mentransfer q0 ke q1 dalam waktu
berhingga t = t1 . Dalam hal ini q1 diberikan oleh
Zt1
q1 = e At1
q0 + eA(t1 −τ ) Bx(τ )dτ. (10.70)
0

Teorema berikut adalah memberikan syarat perlu dan cukup bahwa sistem (10.68) adalah
terkontrol. Ada dua bagian dari Teorema ini, bagian yang pertama adalah untuk menjamin
keberadaan pengontrol x(t) untuk mentransfer sebarang keadaan awal ke sebarang keadaan
akhir yang diinginkan dalam waktu berhingga sedangkan bagian yang kedua adalah untuk
menjamin bahwa semua n komponen dari keadaan awal bisa dikontrol ke n komponen yang
bersesuaian dari keadaan akhir yang diinginkan.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


252 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

Teorema 23 Syarat perlu dan cukup sistem (10.68) terkontrol adalah:

Rt1 T
1. w(0, t1) = e−Aτ BB T e−A τ dτ non-singulir.
0
 
2. Matriks: Mc = B | AB | A2 B | . . . | An−1 B mempunyai rank sama den-
gan n

Bukti
1. Bila w(0, t1 ) non-singulir, diberikan sebarang keadaan awal q(0) = q0 dan keadaan
akhir q1 pilih masukan
T  
x(t) = −B T e−A t w −1 (0, t1 ) q0 − e−At1 q1 . (10.71)

Dengan masukan ini dan digunakan persamaan (10.70), diperoleh:

Zt1  T  
q(t1 ) = e At1
q0 + eA(t1 −τ ) B −B T e−A t w −1(0, t1 ) q0 − e−At1 q1 dτ
0
 t 
Z1
T
= eAt1 q0 − eAt1  e−Aτ BB T e−A τ dτ  w −1(0, t1 )q0
0
 t 
Z1
T
+ eAt1  e−Aτ BB T e−A τ dτ  w −1 (0, t1 )e−At1 q1
0
= eAt1 q0 − eAt1 w(0, t1 )w −1(0, t1 )q0
+eAt1 w(0, t1)w −1 (0, t1 )e−At1 q1
= eAt1 q0 − eAt1 q0 + q1
= q1 .

Terlihat bahwa dengan masukan x(t) yang diberikan dalam (10.71) sebarang kedaan awal
q0 ditransfer ke sebarang keadaan akhir q(t1 ) = q1 . Jadi sistem terkontrol. Sebaliknya,
andaikan w(0, t1 ) singulir tetapi sistem terkontrol. Maka untuk t1 > 0 pilih vektor α 6= 0
sedemikian hingga

Zt1
T
αT w(0, t1 )α = αT e−Aτ BB T e−A τ αdτ = 0. (10.72)
0

Untuk setiap t dengan 0 < t ≤ t1 diperoleh:

αT e−At B = 0. (10.73)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K eterkontrolan dan Keteramatan Sistem.. 253

Dari asumsi sistem terkontrol, maka untuk setiap keadaan awal q0 ada x(t) yang memenuhi
(10.69), Oleh karena itu diperoleh:

Zt1
q1 = eAt1 q0 + eA(t1 −τ ) Bx(τ )dτ.
0

Jika kedua ruas persamaan diatas dikalikan dengan αT e−At1 , diperoleh:


Zt1
T −At1
α e T
q1 = α q0 + αT e−Aτ Bx(τ )dτ
0
Zt1
= αT q0 + 0x(τ )dτ
0
T
= α q0

atau  
αT q0 − e−At1 q1 = 0.
Pilih q0 = e−At1 q1 + α, maka diperoleh persamaan:
 
αT e−At1 q1 + α − e−At1 q1 = 0
αT α = 0.

Dari persamaan terakhir diatas ini diperoleh α = 0 ini bertentangan dengan kenyataan
α 6= 0. Jadi haruslah w(0, t1 ) non-singulir.

2. Asumsikan rank Mc = n, dan andaikan sistem tak-terkontrol. Karena sistem tak-


terkontrol, maka w(0, t1 ) singulir. Jadi, diperoleh suatu persamaan yang serupa pada
(10.73). Persamaan (10.73) diturunkan terhadap t sampai k kali, dengan k = 0, 1, 2, . . . , (n−
1); dan pada t = 0 diperoleh:

αT Ak B = 0, k = 0, 1, 2, . . . , (n − 1). (10.74)

Jadi:  
αT B | AB | A2 B | . . . | A(n−1) B = αT Mc = 0. (10.75)
Karena α 6= 0 maka rank Mc < n. Hal ini bertentangan dengan kenyataan rank Mc =
n. Jadi haruslah sistem terkontrol. Sebaliknya, asumsikan sistem terkontrol tetapi rank
Mc < n. dari asumsi, dipilih α 6= 0 yang memenuhi (10.75). Hal ini ekivalen dengan
(10.74). Dari teorema "Hamilton-Cayley" A(n+1) dapat diuraikan sebagai kombinasi linear
dari I, A, A2 , . . . , A(n−1) . Jadi e−At juga dapat diraikan sebagai kombinasi linear dari

I, A, A2 , . . . , A(n−1) ,

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


254 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

dari hal ini diperoleh:


αT e−At B = 0, 0 ≤ t ≤ t1 , α 6= 0.
Oleh karena itu diperoleh:
Zt1
T
0= αT e−At BB T e−A t αdt = αT w(0, t1)α.
0

Karena α 6= 0, maka w(0, t1 ) singulir. Jadi sistem tak-terkontrol. Hal ini bertentangan
dengan asumsi sistem terkontrol. Jadi haruslah rank Mc = n. Matriks terkontrol Mc diatas
ditentukan oleh pasangan matriks (A, B), adakalanya juga disebutt matriks terkontrol dari
sistem dengan (A, B).

Contoh 52 Diberikan sistem linear


   
0 1 0 0 0
q(t) 3  0 0 2  
= q(t) + 1 x(t),
dt 0 0 0 1 0
0 −2 0 0 0
| {z } |{z}
A B

dengan  
q1 (t)
q2 (t)
q(t) =  
q3 (t) .
q4 (t)
Didapat matriks keterkontrolan
 
0 1 0 −1
1 0 −1 0 
Mc = 
0 0 −2 0 

0 −2 0 2
rank dari matriks Mc sama dengan 3. Jadi sistem takterkontrol.
Bil matriks B, diberikan oleh  
0
0
B= 
0 ,
1
didapat matriks keterkontrolan
 
0 0 2 0
0 2 0 −2
Mc = 
0 1 0 −4

1 0 −4 0

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K eterkontrolan dan Keteramatan Sistem.. 255

rank dari Mc = 4. Jadi sistem terkontrol.

Latihan 37 Selidiki apakah pasangan matriks berikut ini dapat dikontrol:


   
1 0 1
1 A= , B= .
0 2 1
   
1 0 0
2 A= , B= .
0 2 1
   
1 0 1
3 A= , B= .
0 1 2
   
a1 0 1
4 A= , B= .
a2 0 1
   
0 l 1
5 A= , B= .
−l 0 0
   
λ 1 0 b1
6 A =  0 λ 1  , B =  b2 .
0 0 λ b3
   
λ 0 0 b1
7 A = 0 λ 1 , B = b2 .
  
0 0 λ b3

Latihan 38 Suatu sistem diberikan oleh persamaan berikut:

q̇(t) = Aq(t) + Bx(t)


y(t) = Cq(t),

dengan    
−1 1 0
A= , B= dan C = (1 0).
0 −2 1
 
R ∞ AT t At 1 0
Bila P = 0 e Qe dt dengan matriks Q = , maka:
0 2
a). Tunjukkan bahwa AT P + P A = −Q, jelaskan mengapa persamaan ini bisa dipenuhi
untuk matriks P dan Q seperti diatas.  
0
b). Dapatkan pengontrol x(t) sehingga dengan pengontrol ini keadaan awal q(0) =
  0
1
bisa dikontrol ke keadaan akhir q(1) = , tunjukkan hal ini dalam perhitungan.
2

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


256 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

10.11.4 Keteramatan
Berikut ini diberikan suatu pengertian dari keteramatan dari suatu sistem; pengertian ini
merupakan dual dari keterkontrolan.

Definisi 11 Bila setiap keadaan awal q(0) = q0 secara tunggal dapat diamati dari setiap
pengukuran keluaran sistem (10.68) dari waktu t = 0 ke t = t1 , maka sistem dikatakan
"teramati".

Istilah dual yang dikenalkan diatas kata ’terkontrol’ diganti dengan kata ’teramati’ ma-
sukan x(t) diganti dengan keluaran y(t), yaitu dalam terminologi keterkontrolan sebarang
keadaan awal q0 dikontrol dengan suatu masukan x(t) ke sebarang keadaan akhir q1 di-
mana 0 ≤ t ≤ t1 sedangkan dalam terminologi keteramatan sebarang keadaan awal q0
lewat sebarang pengukuran keluaran y(t) diamati pada interval waktu 0 ≤ t ≤ t1 .
Keluaran sistem (10.68) diberikan oleh:

Zt
y(t) = Ce A(t)
q0 + C eA(t−τ ) Bx(τ )dτ + Dx(t). (10.76)
0

Bila diukur keluaran y(t) pada t = 0, maka diperoleh:

y(0) = Cq0 + Dx(0). (10.77)

Terlihat keadaan awal q0 muncul dalam persamaan (10.77). Selanjutnya bila diukur kelu-
aran y(t) pada ts dengan 0 < ts ≤ t1 , diperoleh:

Rts
y(ts ) = CeA(ts ) q0 + C eA(ts −τ ) Bx(τ )dτ + Dx(ts )
0 (10.78)
= Cq(ts ) + Dx(ts ).

Bila keadaan awal q0 dapat diamati, maka keadaan ini juga akan muncul pada pengukuran
keluaran y(ts ), yaitu
y(ts ) = Cq0 + Dx(ts ). (10.79)
Sehingga dari persamaan (10.78) dan (10.79) diperoleh:

q0 = q(ts ), dengan 0 < ts ≤ t1 .

Berikut ini didefinisikan suatu matriks:


Zt
T
m(0, t) = eA τ C T CeAτ dτ. (10.80)
0

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K eterkontrolan dan Keteramatan Sistem.. 257

Bila diperhatikan matriks m(0, t) ini mempunyai bentuk yang hampir serupa dengan ma-
triks w(0, t) yang muncul pada kajian keterkontrolan. Matriks A dalam m(0, t) muncul
sebagai −AT dalam w(0, t) sedangkan matriks C dalam m(0, t) muncul sebagai B T dalam
w(0, t).
Selanjunya diberikan suatu pernyataan dalam suatu teorema berikut ini yang meny-
atakan syarat perlu dan cukup suatu sistem teramati.

Teorema 24 Syarat perlu dan cukup sistem (10.68) teramati adalah:

1. Matriks m(0,t) pada (10.80) non-singulir.

2. Matriks keteramatan  
C
 −− 
 
 CA 
 
 −− 
 
 CA2 
Mo =  
 −− 
 
 .. 
 . 
 
 −− 
CA(n−1)
mempunyai rank sama dengan n.

Seperti halnya matriks Mc , adakalanya matriks keteramatan Mo dinotasikan dengan (C, A).

Contoh 53 Tinjau lagi dinamika satelit;


 
0 1 0 0
3 0 0 2
A= 0 0

0 1
0 −2 0 0

dan
   
C1 = 1 0 0 0 , C2 = 0 0 1 0
Dalam hal ini diperoleh matriks keteramatan:
 
1 0 0 0
0 1 0 0
Mo1 = 
3 0

0 2
0 −1 0 0

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


258 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

dan  
0 0 1 0
0 0 0 1
Mo2 =
 0 −2 0

0
−6 0 0 4
dengan rank Mo1 = 3. Jadi sistem tidak dapat diamati. Sedangkan rank Mo2 = 4, jadi
sistem dapat diamati.

Latihan 39 Selidiki apakah sistem dalam pendulum terbalik dapat diamati. Lakukan lagi
penyelidikan bila hanya y1 (t) atau y2 (t) yang tersedia untuk diukur.

10.11.5 Ruang-bagian terkontrol dan teramati


Pada pembahasan keterkontrolan dan keteramatan sebagaimana yang telah dibahas pada
dua bagian sebelumnya keduanya erat kaitannya dengan keadaan awal q(0) = q0 . Jadi
dalam hal sistem terkontrol mempunyai arti bahwa semua komponen (n komponen) dari
vektor q(0) harus bisa dikontrol, bila ada setidaknya satu komponen dari x(0) yang tidak
bisa dikontrol ini sudah menyatakan bahwa sistem tak-terkontrol. Begitu juga halnya bila
ada setidaknya satu komponen dari q(0) yang tidak dapat ditentukan dari pengukuran
keluaran sistem maka dikatakan sistem tidak bisa diamati.
Pada bagian ini dikaji pengelompokan semua komponen dari q(0) yang terkontrol, be-
gitu juga yang teramati. Untuk maksud ini dibutuhkan suatu transformasi linear yang akan
mentransformasi sistem yang ada ke bentuk sistem linear yang lain. Transformasi linear
ini tidak akan mengubah sifat-sifat sistem yang asli; misalnya saja bila sistem terkontrol,
maka hasil sistem yang dilakukan transformasi linear tetap terkontrol.
Telah dikenal dari teori matriks bahwa bila suatu "ruang bagian linear" V ⊂ Rn adalah
invarian-A, maka bisa didapatkan suatu basis (a1 , a2 , . . . , an ) dari Rn sedemikian hingga
span{a1 , a2 , . . . , an } − dimV = k < n; selajutnya dengan basis ini pemetaan A mempunyai
bentuk  
A1,1 | A1,2 l k
A=  ... ... ... 
0 | A2,2 l n−k (10.81)
↔ ↔
k n−k
Basis yang disebutkan diatas bisa didapatkan dengan prosedur Gram-Schmidt. Kesimpulan
disini adalah bila
dim(Im Mc ) = k < n,
maka bisa didapat suatu basis (a1 , a2 , . . . , an ) dari Rn sedemikian hingga

Im Mc = span{a1 , a2 , . . . , ak };

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K eterkontrolan dan Keteramatan Sistem.. 259

dengan basis tsb. matriks A mempunyai bentuk (10.81). Karena Im B ∈ Im Mc , maka


dengan basis baru tsb. B mempunyai bentuk
 
B1 l k
B = . . .
0 l n−k (10.82)

m

Dengan basis tsb. matriks terkontrol mempunyai bentuk:


 
Mc = B | AB | . . . | A(n−1) B
 (n−1)

B1 | A1,1 B1 | ... | A1,1 B1
= −− −− −− −− −− −− −− 
0 0 | 0 | ... 0

(n−1)
dan rank (B1 |A1,1 B1 | . . . |A1,1 B1 ) = k, jadi pasangan (A1,1 , B1 ) terkontrol. Dalam hal
ini mempunyai arti bahwa pada sistem yang asli sebanyak k komponen dari keadaan awal
q(0) = q0 yang bisa dikontrol sedangkan sisanya tidak.
Pemilihan basis baru adalah ekivalen dengan memperlakukan suatu transformasi basis.
Maka dari itu ada suatu matriks T yang punya invers sedemikian hingga T −1 AT dan T −1 B
masing-masing mempunyai bentuk (10.81) dan (10.82)
Dengan cara serupa bila dim(Ker Mo ) = k < n, maka bisa didapat suatu basis
(a1 , a2 , . . . , an ) dari Rn sedemikian hingga

Ker Mc = span{a1 , a2 , . . . , ak };

dengan basis tsb. matriks A mempunyai bentuk:


 
A1,1 | A1,2 l k
A =  ... ... ... 
0 | A2,2 l n−k (10.83)
↔ ↔
k n−k

Matriks A pada persamaan ini secara umum berbeda dengan (10.81). Karena Ker C ∈
Ker Mo , maka dengan basis baru tsb. C mempunyai bentuk

C = 0 | C1
↔ ↔ (10.84)
k n−k

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


260 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

Dengan basis tsb. matriks teramati mempunyai bentuk:


   
C 0 | C1
 −−  −− | −− 
   
 CA   0 | C1 A2,2 
   
   −− 
Mo =  −−  = −− |  (10.85)
 ..   .. .. 
 .   . | . 
   
 −−  −− | −− 
(n−1)
CA(n−1) 0 | C1 A2,2

dimana  
C1
 −− 
 
 
C1 A2,2
 
 −− 
rank  =k
 .. 
 . 
 
 −− 
(n−1)
CA2,2
jadi pasangan (C1 , A2,2 ) teramati.

Contoh 54 Diberikan pasangan matriks


   
0 1 0 0 0
3 0 0 2  
A= , B = 1
0 0 0 1 0
0 −2 0 0 0

Matriks terkontrol (A, B) pada contoh ini sama dengan matriks Mc 1 pada contoh ter-
dahulu. Telah ditahu bahwa sistem tak-terkontrol sebab rank Mc1 = 3. Dari matriks Mc1
didapatkan tiga vektor bebas linear yang membangun Im Mc1 , yaitu:
     
0 1 0
1  0  −1
 ,  ,  .
0  0  −2
0 −2 0

Vektor ke-4 dipilih sehingga bebas linear terhadap ketiga vektor tsb. Dipilih vektor ke-4
sebagai:  
2
0
 .
0
1

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K eterkontrolan dan Keteramatan Sistem.. 261

Didapat transformasi linear T sebagai berikut:


 
0 1 0 2
1 0 −1 0
T = 0 0 −2 0

0 −2 0 1
dan invers dari matriks T adalah:
 
0 10 −5 0
2 0 0 −4
T −1 = 0.1 × 
0 0 −5 0 

4 0 0 2

sedangkan T −1 AT dan T −1 B masing-masing diberikan oleh:


 
0 0 0 | 7.5
 1 0 −0.5 | 0 
 
Ā = T −1 AT = 
 0 1 0 | −0.5

−− −− −− | −− 
0 0 0 | 0
dan 

1
 0 
 
B̄ = T B = 
−1
 0 .

−−
0
Partisi matriks Ā dan B̄ masing-masing berdasarkan (10.81) dan (10.82), dengan pasangan
(Ā1,1 , B̄1 ) diberikan oleh:
   
0 0 0 1
 
Ā1,1 = 1 0 −0.5 , B̄1 = 0 .

0 1 0 0

Pasangan (Ā1,1 , B̄1 ) terkontrol sebab,


 
1 0 0
rank 0 1 0 = 3.
0 0 1

Latihan 40 Tulis pasangan terkontrol dalam Latihan 37 kedalam bentuk persamaan (10.81)
dan (10.82).

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


262 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

10.12 Dualitas keterkontrolan dan keteramatan


Pada bagian ini dibahas dualitas dari keterkontrolan dan keteramatan. Dualitas disini
diartikan bahwa sifat-sifat yang ada dalam keterkontrolan bisa diperoleh dari sifat-sifat
yang ada dalam keteramatan dengan menggunakan konsep dualitas dan sebaliknya juga
berlaku demikian. Selajutnya akan diberikan dualitas dari keterkontrolan dan keteramatan
dalam teorema berikut.

Teorema 25 (A, B) terkontrol bila dan hanya bila (B T , AT )


teramati. (C, A) teramati bila dan hanya bila (AT , C T ) terkontrol.

Bukti

(A, B) terkontrol ⇔ rank[B|AB| . . . |A(n−1) B] = n


⇔ rank[B|AB| . . . |A(n−1) B]T = n
 
BT
 − − −− 
 
 B T AT 
 
 
⇔ rank  − − −−  = n
 .. 

 . 

 − − −− 
B T (AT )(n−1)
⇔ (B T , AT ) teramati
Bukti bagian kedua serupa.

Kesimpulan dari teorema diatas adalah q̇(t) = Aq(t) + Bx(t) terkontrol bila dan hanya
bila sistem ż(t) = AT z(t), y(t) = B T z(t) teramati. Matriks transpose A → AT , B → B T
adalah contoh sederhana dari konsep "dualitas".
Ruang dual dari Rn terdiri dari semua fungsi linear c : Rn 7→ R yang merupakan
himpunan dari vektor-vektor berdimensi n. Ruang dual ditulis sebagai (Rn )∗ , dimana
dalam contoh yang dikaji sebelumnya adalah Rn sendiri. Bila A : Rn 7→ Rn adalah
pemetaan linear, maka AT adalah pemetaan linear dari (Rn )∗ ke (Rn )∗ .

10.13 Bentuk kompanion terkontrol dan teramati


Pada bagian ini dibahas suatu bentuk yang dinamakan bentuk "kompanion". Bentuk
kompanion ini bermanfaat terutama untuk masalah penempatan pole-pole yang sesuai di-
inginkan sehingga sistem loop-tutup "terstabilkan". Masalah ini akan dibahas pada bagian

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


B entuk kompanion terkontrol dan teramati.. 263

berikutnya. Selain dari pada itu pada bagian ini juga akan dimanfaatkan sifat dualitas dari
keterkontrolan dan keteramatan untuk memperoleh bentuk kompanion teramati lewat ben-
tuk kompanion terkontrol.
Diberikan suatu sistem masukan-tunggal keluaran-tunggal:

q̇(t) = Aq(t) + Bx(t)
(10.86)
y(t) = Cq(t)

dan ditentukan suatu transformasi:

q̄(t) = P q(t), P matriks konstan non − singulir (10.87)

sehingga dengan transformasi ini, sistem (10.86) ditransformasi menjadi:



˙
q̄(t) = Āq̄(t) + B̄x(t)
, (10.88)
y(t) = C̄ q̄(t)

dimana
Ā = P AP −1, B̄ = P B dan C̄ = CP −1.
Berikut ini diberikan suatu teorema yang berkenaan dengan bentuk "kompanion terkon-
trol", bila sistem (10.86) terkontrol.

Teorema 26 Bila sistem (10.86) terkontrol, maka sistem tsb. bisa ditransformasi keben-
tuk:    
0 1 0 ... 0 0 0
 0 0 1 ... 0 0 0
   
 0 0 0 ... 0 0 0
˙    
x̄(t) = . .. .. ..  x̄(t) +  ..  u(t)
..
 .. . . .  . .
    (10.89)
 0 0 0 ... 0 1  0
−αn −αn−1 −αn−2 . . . −α2 −α1 1
 
y(t) = βn βn−1 βn−2 . . . β2 β1 x̄(t)
dimana α1 , α2 , . . . , αn adalah koefisien-koefisien dari polinomial karakteristik matriks A.

Bukti
Sistem (10.86) terkontrol, maka vektor-vektor B, AB, . . . , A(n−1) B bebas linear. Dibentuk
suatu basis sebagai berikut:
def
qn = B
def
qn−1 = Aqn + α1 qn = AB + α1 B
def
qn−2 = Aqn−1 + α2 qn = A2 B + α1 AB + α2 B (10.90)
..
.
def
q1 = Aq2 + αn−1 qn = A(n−1) B + α1 A(n−2) B + . . . + αn−1 B

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


264 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

Selanjutnya dari (10.90) diperoleh:


Aq1 = (An + α1 A(n−−1) + . . . + αn−1 A + αn I)B − αn B
 
0
 0 
 
= −αn B = −αn qn = (q1 q2 . . . qn−1 qn )  ... 
 
 
 0 
−αn
 
1
 0 
 
Aq2 = q1 − αn−1 qn = (q1 q2 . . . qn−1 qn ) 
 ..
 .

 0 
−αn−1
............................................................................
 
0
 0 
 
Aqn = qn−1 − α1 qn = (q1 q2 . . . qn−1 qn )  ... 
 
 
 1 
−α1
atau:
 
0
  0
 
(q1 q2 . . . qn−1 qn )−1 Aq1

= 
 ..


 .
 0 
−αn
 
1
 0 
 
−1
(q1 q2 . . . qn−1 qn ) Aq2 = 
 .. 
 . 

 0 
−αn−1
..................................................................
 
0
 0 
 
(q1 q2 . . . qn−1 qn )−1 Aqn =  ... 
 
 
 1 
−α1

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


B entuk kompanion terkontrol dan teramati.. 265

Dari hasil diatas diperoleh:


 
0 1 0 ... 0 0
 0 0 1  ... 0 0
 
 0 0 0  ... 0 0
 
Q−1 AQ =  .. .. .. = Ā, .. ..

 . . .
 . .
 0 0 0 ... 0 1 
−αn −αn−1 −αn−2 . . . −α2 −α1

dimana Q = (q1 q2 . . . qn−1 qn ). Sehingga bila dilakukan suatu transformasi seperti yang
diberikan pada (10.87), dimana P = Q−1 diperoleh:

q̄˙ = Āq̄(t) + B̄x(t)
,
y(t) = C̄ q̄(t)

dimana Ā = P AP −1 dan B̄ = P B dengan


 
0 1 0 ... 0 0
 0 0 1  ... 0 0
 
 0 0 0  ... 0 0
 
Ā =  .. .. .. , .. .. (10.91)

 . . . 
 . .
 0 0 0 ... 0 1 
−αn −αn−1 −αn−2 . . . −α2 −α1

 
0
0
 
0
 
B̄ =  ..  (10.92)
.
 
0
1
dan
 
C̄ = CQ = βn βn−1 βn−2 . . . β2 β1 . (10.93)
Bentuk (10.89) dinamakan bentuk k ompanion terkontrol. Telah dijelaskan bahwa bentuk
kompanion terkontrol ini diperoleh dari transformasi x̄ = Q−1 x, dimana matriks Q dapat
diperoleh dari persamaan (10.87). Matrik Q juga bisa didapat sebagai berikut. Misalkan

R = [B AB A2 B . . . An−1 B]

dan
R̄ = [B̄ ĀB̄ Ā2 B̄ . . . Ān−1 B̄]

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


266 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

atau
R̄ = [B̄ ĀB̄ Ā2 B̄ . . . Ān−1 B̄]
= [I Ā Ā2 . . . Ān−1 ]B̄
= [Q−1 Q Q−1 AQ Q−1 A2 Q . . . Q−1 An−1 Q](Q−1 B)
= Q−1 [I A A2 . . . An−1 ]Q(Q−1 B)
= Q−1 [I A A2 . . . An−1 ]B
= Q−1 [B AB A2 B . . . An−1 B]
= Q−1 R ⇒ Q = RR̄−1 .
Dengan Ā dan B̄ masing-masing diberikan oleh persamaan (10.91) dan (10.92), maka dapat
ditunjukkan bahwa matriks R̄−1 diberikan oleh
 
αn−1 αn−2 . . . α1 1
 αn−2 αn−3 . . . 1 0 
 
 .. .
. . . .
. .
. 
−1
R̄ =  . . . . . . (10.94)
 
 α1 1 ... 0 0 
1 0 ... 0 0

Selanjutnya diberikan suatu teorema yang merupakan "dual" dari teorema (26) yaitu
bentuk kompanion teramati.

Teorema 27 Bila sistem masukan-tunggal keluran tunggal



q̇(t) = Aq(t) + Bx(t)
(10.95)
y(t) = Cq(t)
teramati, maka sistem ini dapat ditransformasi menjadi bentuk kompanion teramati yang
diberikan oleh:
    

 0 0 0 . . . 0 −αn βn

 1 0 0 . . . 0 −αn−1   βn−1 

    

 0 1 0 . . . 0 −αn−2   βn−2 

    
 ˙
 q̄(t) =  .. .. .. .. ..  q̄(t) +  ..  u(t)
. . . . .   . 
   

 0 0 0 . . . 0 −α2   β2 



 0 0 0 . . . 1 −α1 β1





  
y(t) = 0 0 0 . . . 0 1 q̄,
dimana α1 , α2 , . . . , αn adalah koefisien-koefisien dari polinomial karakteristik matriks A.

Bukti
Karena sistem (10.95) teramati, maka berdasarkan Teorema 25 sistem dual

q̇(t) = AT q(t) + C T x(t)
(10.96)
y(t) = B T q(t)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


B entuk kompanion terkontrol dan teramati.. 267

terkontrol. Jadi dari hasil Teorema 26, ada matriks P non-singulir sedemikian hingga
 
0 1 0 ... 0 0
 0 0  1 ... 0 0
 
 0 0  0 ... 0 0
 
P AT P −1 = .. .. , .. .. .. (10.97)

 . . 
 . . .
 0 0 0 ... 0 1 
−αn −αn−1 −αn−2 . . . −α2 −α1

 
0
0
 
0
 
P C T =  ..  (10.98)
.
 
0
1

dan
 
B T P −1 = βn βn−1 βn−2 . . . β2 β1 (10.99)

atau didapat sistem yang diberikan oleh


   
0 1 0 ... 0 0 0
 0 0 1 ... 0 0 0
   
 0 0 0 ... 0 0 0
˙ =
z̄(t)  .. .. .. ..

..
 
 z̄(t) +  ..  u(t)
 . . . . 
. .
    . (10.100)
 0 0 0 ... 0 1  0
−αn −αn−1 −αn−2 . . . −α2 −α1 1
 
y(t) = βn βn−1 βn−2 . . . β2 β1 z̄(t)

Sistem (10.100) adalah terkontrol dualitas dari sistem ini adalah teramati yang dilakukan
dengan mentranspose tiga persamaan matriks (10.97), (10.98) dan (10.99), diperoleh:
 
0 0 0 . . . 0 −αn
1 0 0 . . . 0 −αn−1 
 
0 1 0 . . . 0 −αn−2 
 
(P −1)T AP T =  .. .... ..
−1
..  = QAQ ,
. . . . . 

0 0 0 . . . 0 −α2 
0 0 0 . . . 1 −α1

 
CP T = 0 0 0 . . . 0 1 = CQ−1

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


268 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

dan  
βn
 βn−1 
 
 βn−2 
 
(P −1 )T B =  ..  = QB,

 . 

 β2 
β1
dimana Q = (P −1 )T . Jadi dengan transformasi q̄(t) = Qq(t) sistem teramati (10.95)
menjadi: 
˙
q̄(t) = QAQ−1 q̄(t) + QBx(t)
(10.101)
y(t) = CQ−1 q̄(t)
atau     

 0 0 0 . . . 0 −αn βn
 


 1 0 0 . . . 0 −αn−1 


 βn−1 

 0


  1 0 . . . 0 −αn−2 


 βn−2 

 ˙
 q̄(t) =  .. .... .. ..  x̄(t) +  ..  u(t)
. . . . .   . 
   

 0 0 0 . . . 0 −α2   β2 



 0 0 0 . . . 1 −α1 β1





  
y(t) = 0 0 0 . . . 0 1 q̄,

Masing-masing sistem (10.95) dan (10.101) adalah teramati dan sistem (10.101) didapat
dari sistem (10.95) dengan melakukan suatu transformasi q̄(t) = Qq(t). Bila masing-
masing matriks keteramatan dari kedua sistem ini diberikan oleh
   
C CQ−1
 CA   CQ−1 (QAQ−1 ) 
   
 CA2   CQ−1 (QA2 Q−1 ) 
W =  dan W̄ =  ,
 ..   .. 
 .   . 
n−1 −1 n−1 −1
CA CQ (QA Q )

maka    
CQ−1 C
 CQ−1 (QAQ−1 )   CA 
   
 CQ−1 (QA2 Q−1 )   CA2  −1
W̄ =  =  Q = W Q−1 .
 ..   .. 
 .   . 
CQ−1 (QAn−1 Q−1 ) CAn−1
Jadi
W̄ = W Q−1 ⇒ Q = W̄ −1 W.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


B entuk kompanion terkontrol dan teramati.. 269

Dapat ditunjukkan bahwa matriks W̄ −1 diberikan oleh matriks yang sama dalam per-
samaan (10.94), yaitu
 
αn−1 αn−2 . . . α1 1
 αn−2 αn−3 . . . 1 0 
 
W̄ −1 =  ... .. .. . ..
 
. . .. ..
 
 α1 1 ... 0 0 
1 0 ... 0 0
Keterkontrolan dan keteramatan sistem erat kaitannya dengan disain kontroler meng-
gunakan hukum umpan balik. Melalui contoh-contoh berikut diberikan pengertian sistem
yang dapat dikontrol dan sistem dapat diamati.

10.13.1 Contoh-contoh Sistem terkontrol dan Teramati


Pada subbagian ini diberikan contoh-contoh yang berkaitan dengan sistem dapat dikontrol
dan dapat diamati. Pada pembahasan berikutnya diberikan disain kontroler melalui hukum
umpan balik.
1. Misalkan sistem waktu-diskri LIW diberikan oleh Gambar berikut.
x[n] + P
z −1 q1 [n]
q1 [n + 1]
+
1
3 2
2
- + y[n]
P P
−1
q2 [n] z q2 [n + 1]
+ -

(a) Apakah sistem stabil asimptotik?


(b) Dapatkan fungsi transfer H(z).
(c) Apakah sistem stabil BIBO.
Jawab
(a). Dari Gambar pilih peubah keadaan q1 [n] dan q2 [n], didapat
3
q1 [n + 1] = q2 [n] + x[n]
2
1
q2 [n + 1] = − q1 [n] + 2q2 [n]
2
y[n] = q1 [n] − q2 [n],

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


270 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

atau dalam bentuk matriks



3
   0 2    
q1 [n + 1]   q1 [n] 1
=   + x[n]
q2 [n + 1]  1  q2 [n] 0
− 2
2
 
  q1 [n]
y[n] = 1 −1 .
q2 [n]

Polinomial karakteristik matriks A dari sistem diberikan oleh

− 32 λ
p(λ) = |λI − A| = 1
λ−2 2
  
3 1 3
= λ(λ − 2) + = λ − λ− .
4 2 2

Didapat nilai karakteristik dari A adalah λ1 = 21 dan λ2 = 23 . Sistem Waktu-Diskrit


Linear Invarian Waktu akan stabil asimptotik bila semua nilai karakterikstik dari
matriks A memenuhi |λ| < 1. Karena ada λ2 = 32 dengan |λ2 = 32 | > 1, maka sistem
tidak stabil asimptotik.

(b) Fungsi transfer H(z) diberikan oleh


 −1  
  z
−1 − 23 1
H(z) = C(zI − A) B = 1 −1 1
2
z−2 0
 −1  
1   z−2 3 1
=   1 −1 1
2
1
z−2 z−23 −2 z 0
3
z− 2 1
=  = .
z− 1
2
z− 3
2
z − 12

(c) Pada hasil (b) terjadi penghapusan pole H(z) di z = 23 . Jadi pole di H(z) hanya
z = 21 . Pole ini terletak didalam lingkaran |z| < 1 pada bidang-z. Oleh karena
itu sistem stabil BIBO. Catatan bahwa walaupun sistem stabil BIBO, tetapi secara
esensial tidak stabil kecuali sistem pada keadaan awal bernilai nol.

2. Misalkan Sistem Waktu Diskrit Linear Invarian Waktu (SWDLIW) tingkat N dengan
persamaan keadaan
q[n + 1] = Aq[n] + Bx[n].
Sistem dikatakan dapat dikontrol bila adalah mungkin mendapatkan suatu barisan N
input
x[n0 ], x[n0 + 1], . . . , x[n0 + N − 1]

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


B entuk kompanion terkontrol dan teramati.. 271

sedemikian hingga dapat mengontrol keadaan sistem dari keadaan awal

q[n0 ] = q0

ke keadaan akhir q[n0 +N] = q1 . Bila sistem dapat dikontrol, maka matriks keterkon-
trolan yang diberikan oleh
 
Mk = B AB . . . AN −1 B (10.102)

mempunyai rank sama dengan N, yaitu

rank(Mk ) = N.

Asumsikan bahwa n0 = 0 dan q[0] = 0, didapat


N
X −1
q[n] = AN −1−k Bx[k] (10.103)
k=0

yang mana dapat ditulis sebagai




x[N − 1]
 
x[N − 2]

q[N] = B AB . . . AN −1
B  .. . (10.104)
 . 
x[0]

Dengan demikian, bila keadaan q[N] adalah sebarang dan barisan input

x[0], x[1], . . . , x[N − 2], x[N − 1]

adalah tak nol yaitu sebagaimana yang diperlukan untuk sistem dapat dikontrol,
maka matriks  
Mk = B AB . . . AN −1 B
pada Persamaan (10.104) harus non singulir yaitu

rank(Mk ) = N.

3. Misalkan Sistem Waktu Diskrit Linear Invarian Waktu (SWDLIW) tingkat N dengan
persamaan keadaan
q[n + 1] = Aq[n] + Bx[n]
y[n] = Cq[n].
Sistem dikatakan dapat diamati bila dimulai pada sebarang indeks waktu n0 menen-
tukan keadaan q[n0 ] = q0 dari barisan N output

y[n0 ], y[n0 + 1], . . . , y[n0 + N − 1].

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


272 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

Bila sistem dapat diamati, maka matriks keteramat yangan diberikan oleh
 
C
 CA 
 
MO =  ..  (10.105)
 . 
CAN −1

mempunyai rank sama dengan N, yaitu

rank(MO ) = N.

Asumsikan bahwa n0 = 0 dan x[n] = 0, maka output y[n] untuk


n = 0, 1, 2, . . . , N − 1, dengan x[n] = 0 diberikan oleh

y[n] = CAn q[0], n = 0, 1, 2, . . . , N − 1 (10.106)

atau
y[0] = Cq[0]
y[1] = CAq[0]
y[2] = CA2 q[0] (10.107)
..
.
y[N − 1] = CAN −1 q[0].
Tulis ulang Persamaan (10.107) sebagai suatu persamaan matriks, didapat
   
y[0] C
 y[1]   CA 
   
 y[2]   CA2 
 =  q[0]. (10.108)
 ..   .. 
 .   . 
y[N − 1] CAN −1

Dengan demikian, untuk mendapatkan penyelesaian tunggal dari q[0], maka matriks
 
C
 CA 
 
 CA2 
MO =  
 .. 
 . 
CAN −1

pada Persamaan (10.108) harus non singulir yaitu rank(MO ) = N.

4. Misalkan Sistem Waktu Kontinu Linear Invarian Waktu (SWKLIW) tingkat N de-
ngan persamaan keadaan
q̇(t) = Aq(t) + Bx(t).

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


B entuk kompanion terkontrol dan teramati.. 273

Sistem dikatakan dapat dikontrol bila adalah mungkin mendapatkan suatu input x(t)
yang mengontrol sebarang keadaan awal q(t0 ) = q0 ke sebarang keadaan akhir
q(t1 ) = q1 dengan waktu yang berhingga. Bila sistem dapat dikontrol, maka matriks
keterkontrolan yang diberikan oleh
 
Mk = B AB . . . AN −1 B (10.109)

mempunyai rank sama dengan N, yaitu rank(Mk ) = N.

Asumsikan bahwa t0 = 0 dan q(0) = 0, didapat

Zt1
q1 = q(t1 ) = eAt1 e−Aτ Bx(τ )dτ. (10.110)
0

Selanjutnya, gunakan Teorema Cayley-Hamilton, e−Aτ dapat diungkapkan sebagai


N
X −1
e−Aτ = αk (τ )Ak . (10.111)
k=0

Substitusikan Persamaan (10.111) pada Persamaan (10.110), lalu susun ulang dida-
pat  
N
X −1 Zt1

q1 = eAt1  Ak B αk (τ )x(τ )dτ  . (10.112)


k=0 0

Misalkan
Zt1
αk (τ )x(τ )dτ = βk .
0

Maka Persamaan (10.112) dapat ditulis sebagai


N
X −1
−At1
e q1 = Ak Bβk
k=0

atau  
β0
 


 β1
e−At1 q1 = B AB . . . AN −1 B  . .. (10.113)
  .
βN −1
Diberikan sebarang keadaan akhir q1 , maka dari Persamaan (10.113) dapat diten-
tukan secara tunggal βk begitu juga input x(t), bila matriks Mk pada Persamaan (10.113)
nonsingulir atau rank(Mk ) = N.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


274 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

5. Misalkan Sistem Waktu Kontimu Linear Invarian Waktu (SWKLIW) tingkat N de-
ngan persamaan keadaan
q̇(t) = Aq(t) + Bx(t)
y(t) = Cq(t).
Sistem dikatakan dapat diamati bila setiap sebarang keadaan awal q(t0 ) = q0 dapat
ditentukan dari output y(t) pada beberapa periode berhingga waktu dari t0 ke t1 .
Bila sistem dapat diamati, maka matriks keteramat yangan diberikan oleh
 
C
 CA 
 
MO =  ..  (10.114)
 . 
CAN −1

mempunyai rank sama dengan N, yaitu rank(MO ) = N.

Dibuktikan dengan suatu kontradiksi. Misalkan bahwa sistem dapat diamati, tetapi
rank dari MO kurang dari N. Maka ada suatu keadaan awal q(0) = q0 6= 0
sedemikian hingga
MO q0 = 0
atau
Cq0 = CAq0 = . . . = CAN −1 q0 = 0. (10.115)
Selanjutnya, untuk x(t) = 0 dan t0 = 0, didapat

y(t) = CeAt q0 . (10.116)

Tetapi, dengan menggunakan Teorema Cayley-hamilton, eAt , dapat diungkapkan se-


bagai
N
X −1
eAt = αk (t)Ak . (10.117)
k=0

Substitusikan Persamaan (10.117) pada Persamaan (10.116), didapat


N
X −1
y(t) = αk (t)CAk q0 = 0. (10.118)
k=0

Terlihat bahwa keadaan awal q0 tidak dapat ditentukan dari output y(t) = 0. Jadi
sistem tidak dapat diamati, hal ini kontradiksi dengan kenyataan sistem dapat dia-
mati. Oleh karena itu haruslah rank(M0 ) = N.
6. Diberikan suatu sistem SWKLIW yang diberikan oleh persamaan

q̇(t) = Aq(t) + Bx(t)


y(t) = Cq(t)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


B entuk kompanion terkontrol dan teramati.. 275

dengan    
0 1 1  
A= , B= dan C = 1 −1 .
2 1 −1
(a) Apakah sistem stabil asimptotik?
(b) Apakah sistem stabil BIBO?
(c) Apakah sistem dapat dikontrol?
(d) Apakah sistem dapat diamati?
(a). Polinomial karakteristik A diberikan oleh
λ −1
p(λ) = = λ2 − λ − 2 = (λ + 1)(λ − 2).
−2 λ − 1
Jadi nilai karakateristik dari A adalah λ1 = −1 dan λ2 = 2. Sistem SWKLIW sta-
bil asimptotik bila semua bagian real nilai karakteristik dari A bernilai negatif yaitu
Re(λ) < 0. Oleh karena itu sistem ini tidak stabil asimptotik sebab Re(λ2 ) = 2 > 0.

(b). Fungsi transfer sistem diberikan oleh


 −1  
−1   s −1 1
H(s) = C (sI − A) B = 1 −1
−2 s − 1 −1
  
1   s−1 1 1
= 1 −1
(s + 1) (s − 2) 2 s −1
2 (s − 2) 2
= = .
(s + 1) (s − 2) s+1
Terlihat pada H(s) terjadi penghapusan pole di s = 2. Jadi hanya ada satu pole s =
−1 pada H(s) yang terletak disebelah kiri bidang-s. Dengan demikian sistem stabil
BIBO. Perlu dicatat kembali bahwa sistem secara esensi tidak stabil bila keadaan
awal sistem tidak sama dengan nol.

(c). Matriks Mk diberikan oleh


 
  1 −1
Mk = B AB =
−1 1
dan det(Mk ) = 0 Jadi rank(Mk ) = 1 < 2. Oleh karena itu sistem tidak dapat
dikontrol.

(d). Matriks MO diberikan oleh


 
 
C 1 −1
MO = =
CA −2 0
dan det(MO ) = −2 6= 0 Jadi rank(MO ) = 2. Oleh karena itu sistem dapat diamati.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


276 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

7. Diberikan suatu sistem SWDLIW yang diberikan oleh persamaan

q[n + 1] = Aq[n] + Bx[n]


y[n] = Cq[n] + Dx[n]

dengan  
0 1  
  0  
A= , B = dan C = − 18 3
4
, D = 1.
1 3 1

8 4
(a) Apakah sistem dapat dikontrol?
(b) Apakah sistem dapat diamati?
(c) Bila keadaan awal  
0
q[0] = .
1
Dapatkan x[0] dan x[1] sehingga keadaan akhir
 
0
q[2] = .
0

(d) Bila y[0] = 1 dan y[1] = 0 dengan x[0] = x[1] = 0, maka dapatkan keadaan awal
q[0].

(a). Matriks Mk diberikan oleh


 
 
0 1
Mk = B AB =
1 43

dan det(Mk ) = −1 6= 0 Jadi rank(Mk ) = 2. Oleh karena itu sistem dapat dikontrol.

(b). Matriks MO diberikan oleh


 
1 3
  −
C  8 4 
MO = = 
CA  3 7

32 16
dan det(MO ) = − 64
1
6= 0 Jadi rank(MO ) = 2. Oleh karena itu sistem dapat diamati.

(c). Keadaan q[2] diberikan oleh


 
2 2

 x[1]
q[2] = A q[0] + ABx[0] + Bx[1] = A q[0] + B AB .
x[0]

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


B entuk kompanion terkontrol dan teramati.. 277

Jadi
 2
  0 1     
0   0 0 1 x[1]
=   +
0 1 3 1 1 43 x[0]

 8 4
3  
4 x[0]
   
=  + 
7 3
x[1] + x[0]
16 4

dari persamaan ini didapat x[0] = − 34 dan x[1] = 81 .

(d). Gunakan persamaan berikut


   
y[0] C
= q[0],
y[1] CA

didapat  
1 3
  −  
1  8 4 q1 [0]
=  .
0  3 7  q2 [0]

32 16
Selesaikan persamaan ini, diperoleh
 
1 3 −1
  −    
q [0]  8 4  1 28
q[0] = 1 =  = .
q2 [0]  3 7 0 6

32 16
Catatan: Matriks keterkontrolan baik untuk sistem diskrit ataupun kontinu yang
telah dibahas yaitu  
Mk = B AB A2 · · · AN −1 B
sering juga dinotasikan oleh pasangan matriks terkontrol (A, B). Sedangkan matriks
keteramatan baik untuk sistem diskrit atau kontinu yang diberikan oleh
 
C
 CA 
 
 CA2 
Mo =  
 .. 
 . 
CAN −1

sering juga dinotasikan oleh pasangan matriks teramati (A, C).

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


278 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

10.13.2 Disain Kontrol Umpan Balik Keadaan


Pada subbagian ini dibahas umpan balik keadaan x(t) = −Kq(t) dengan K ∈ Rm×n untuk
sistem linear yang diberikan oleh persamaan keadaan
q̇(t) = Aq(t) + Bx(t)
Dengan umpan balik x(t) = −Kq(t) didapat sistem loop-tutup berikut
q̇(t) = (A − BK)q(t).
Pole dari sistem loop-tutup adalah akar-akar persamaan karakteristik
det(sIn − A + BK) = 0,
dengan In adalah matriks identitas ukuran n × n. Disain kontrol umpan balik keadaan
sistem loop-tutup adalah memilih komponen gain K
ki,j , i = 1, 2, . . . , m. j = 1, 2, . . . , n
sehingga akar-akar persamaan karakteristik sistem loop-tutup
det(sIn − A + BK) = 0
sesuai yang dikehendaki oleh pendisain pada bidang kompleks. Misalkan, dikehendaki pole
dari sistem loop-tutup adalah
s1 , s2 , . . . , sn .
Pole sk ini bisa real atau kompleks. Bila kompleks, maka konjugate kompleksnya juga
merupakan pole, sebab ki,j yang digunakan adalah real. Dengan demikian didapat polino-
mial sesuai yang dikehendaki, yaitu
αc (s) = (s − s1 )(s − s2 ) · · · (s − sn )
= sn + αn−1 sn−1 + · · · + α1 s + α0 .
Jadi haruslah
det(sIn − A + BK) = sn + αn−1 sn−1 + · · · + α1 s + α0 .
Masalah yang dibahas ini adalah masalah penempatan pole
pole. Pada pembahasan ini hanya
dibahas masalah penempatan pole untuk sistem dengan input tunggal, dengan demikian
K ∈ Rn . Penyelesaian masalah ini mudah diselesaikan bila pasangan matriks keterkon-
trolan (A, B) mempunyai rank sama dengan n (sistem dapat dikontrol). Untuk hal yang
demikian didapat
 
0 1 0 ··· 0 0
 0 0 1 ··· 0 0 
 
 .. .. .. .. .. .. 
A − BK =  . . . . . . .
 
 0 0 0 ··· 0 1 
−a0 − k1 −a1 − k2 −a2 − k3 · · · −an−2 − kn−1 −an−1 − kn

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


B entuk kompanion terkontrol dan teramati.. 279

Jadi, komponen gain yang dikehendaki adalah

k1 = α0 − a0
k2 = α1 − a1
..
.
kn = αn−1 − an−1 .
Bila sistem tidak berbentuk kompanion terkontrol, maka lakukan transformasi kedalam
bentuk kompanion terkontrol. Kemudian hitung gain K̃ yang memenuhi
det(sIn − Ã + B̃ K̃) = sn + αn−1 sn−1 + · · · + α1 s + α0 .

Didapat  
K̃ = α0 − a0 α1 − a1 · · · αn−1 − an−1
dan K = K̃T yang mana T adalah suatu transformasi yang mentranformasi pasangan
(A, B) kedalam bentuk kompanion terkontrol. Algoritma untuk menghitung gain K juga
bisa dilakukan dengan menggunakan formula Ackermann sebagai berikut
 
K = 0 0 · · · 0 1 Mk−1 αc (A), (10.119)

yang mana αc (s) adalah polinomial yang dikehendaki oleh pendisain. Pembahasan umpan
balik keadaan yang telah dibahas ini berlaku juga untuk sistem diskrit yang diberikan oleh
persamaan keadaan
q[n + 1] = Aq[n] + Bx[n],
dengan matriks  
Mk = B AB · · · An−1 B
terkontrol.

Contoh 1.
Diberikan sistem    
1 −1 2
q̇(t) = q(t) + x(t).
1 −2 1
Gunakam formula Ackermann untuk mendisain umpan balik q(t) = −Kx(t) supaya sistem
loop-tutup mempunyai pole di {−1, −2}.

Jawab.
Matriks keterkontrolan adalah
 
  2 1
Mk = B AB = .
1 0
Invers matriks Mk adalah  
0 1
Mk−1 =
1 −2

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


280 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

Polinomial yang dikehendaki adalah

αc (s) = (s + 1)(s + 2) = s2 + 3s + 2.

Jadi gain K adalah


 
K = 0 1 Mk−1 αc (A)
 
  0 1
= 0 1 (A2 + 3A + 2I2 )
1 −2
     
  0 1 3 −3 2 0
= 1 −2 + +
−1 3 3 −6 0 2
 
  5 −2
= 1 −2
2 −1
 
= 1 0 .

Contoh 2.
Diberikan sistem diskrit
   
0 1 0
q[n + 1] = q[n] + x[n].
−0.16 −1 1

Disain umpan balik q[n] = −Kx[n] supaya sistem loop-tutup mempunyai pole di

{−1 − i, −1 + i}.

Jawab.
Matriks keterkontrolan adalah
 
  0 1
Mk = B AB = .
1 −1
Invers matriks Mk adalah  
1 1
Mk−1 =
1 0
Jadi rank(Mk ) = 2, yaitu sistem terkontrol. Juga sistem mempunyai bentuk kompanion
terkontrol, dari matriks A didapat a0 = 0.16 dan a1 = 1. Polinomial yang dikehendaki
adalah
αc (z) = (z − (−1 − i))(z − (−1 + i)) = z 2 + 2z + 2.
Didapat α0 = 2 dan α1 = 2, dengan demikian komponen gain K adalah

k1 = α0 − a0 = 2 − 0.16 = 1.84
k2 = α1 − a1 = 2 − 1 = 1

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


B entuk kompanion terkontrol dan teramati.. 281

Jadi K = [1.84 1]. Hasil ini bisa dicek dengan formula Ackermann sebagai berikut.

αc (A) = A2 + 2A + 2I2
     
−0.16 −1 0 2 2 0
= + +
0.16 0.84 −0.32 −2 0 2
 
1.84 1
=
−0.16 0.84

Gain K menggunakan formula Ackerman adalah

K = [0 1] Mk−1 αc (A)
  
1 1 1.84 1
= [0 1]
1 0 −0.16 0.84
 
1.84 1
= [1 0]
−0.16 0.84
= [1.84 1].

Terlihat hasilnya sama seperti hasil perhitungan sebelumnya.

10.13.3 Disain Observer


Pada subbagian ini dibahas disain observer untuk sistem linear kontinu

q̇(t) = Aq(t) + Bx(t)


y(t) = Cq(t) + Dx(t)

atau sistem linear diskrit


q[n + 1] = Aq[n] + Bx[n]
y[n] = Cq[n] + Dx[n]
dengan matriks  
C
 
CA
 
M0 =  ..
  .
n−1
CA
teramati. Bentuk disain observer diberikan oleh
˙
q̂(t) = Aq̂(t) + Bx(t) + L(y(t) − C q̂(t)), (10.120)

dengan q̂(t) adalah estimasi dari keadaan q(t). Matriks L adalah matriks gain observer.
Tujuan dari observer adalah mengestimasi q(t) sehingga untuk t → ∞, maka q̂(t) → q(t).
Bila error estimasi diberikan oleh

e(t) = q(t) − q̂(t), (10.121)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


282 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

maka pendisainan observer harus menghasilkan e(t) → 0 kalau t → ∞. Pendisainan


berkaitan dengan matriks L sesuai yang dikehendakinya, hal ini bisa dijamin karena sistem
teramati. Pada persamaan (10.121) lakukan derivatif dan gunakan Persamaan (10.120)
didapat
˙
ė(t) = q̇(t) − q̂(t)
= Aq(t) + Bx(t) − Aq̂(t) − Bx(t) − L(y(t) − C q̂(t))

atau
ė(t) = (A − LC)e(t). (10.122)
Terlihat bahwa kondisi e(t) → 0 untuk t → ∞ dengan diberikan sebarang error awal e(t0 )
bisa dicapai sesuai keinginan pendisain haruslah bagian real dari semua akar persamaan
karakteristik
det(λI − (A − LC)) = 0 (10.123)
adalah negatif. Jadi masalah disain observer adalah mencari matriks gain observer L
supaya semua akar Persamaan (10.123) bagian realnya negatif. Untuk tujuan ini formula
Ackerman bisa digunakan sebagai berikut. Misalkan dikehendaki polinomial karakteristik

p(λ) = λn + an−1 λn−1 + · · · + a1 λ + a0 ,

maka matriks gain observer diberikan oleh


 
0
 .. 
L = p(A)Mo−1  .  ,
 
(10.124)
 0
1

dengan Mo adalah matriks keteramatan dan

p(A) = An + an−1 An−1 + · · · + a1 A + a0 I.

Contoh
Diberikan sistem
   
2 3 0
q̇(t) = q(t) + x(t)
−1 4 1
 
y(t) = 1 0 q(t).

Sistem teramati sebab  


 
C 1 0
Mo = =
CA 2 3
dan  
1 0
Mo−1 =
− 32 31

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


B entuk kompanion terkontrol dan teramati.. 283

Bila diingini polinomial karakteristik observer adalah


p(λ) = λ2 + 16λ + 100
maka
p(A) = A2 + 16A + 100I
     
1 18 32 48 100 0
= + +
−6 13 −16 64 0 100
 
133 66
=
−22 177
Dengan menggunakan formula Ackerman matriks gain observer diberikan oleh
 
−1 0
L = p(A)Mo
1
   
133 66 1 0 0
=
−22 177 − 23 13 1
 
22
= .
59
Dengan demikian observer diberikan oleh
˙
q̂(t) = Aq̂(t) + Bx(t) + L(y(t) − C q̂(t))
     
2 3 0 22
= q̂(t) + x(t) + (y(t) − q̂1 (t)),
−1 4 1 59
yang mana  
q1 (t)
q(t) = .
q2 (t)
Persamaan error estimasi diberikan oleh
ė(t) = (A − LC)e(t)
 
−20 3
= e(t).
−60 4
Untuk error awal  
1
e(0) =
−2
didapat
e(t) = e(A−LC)t e(0)
   e−8 t sin(6 t)
 
e1 (t) e−8 t (cos (6 t) − 2 sin (6 t)) 1
= 2
e2 (t) −8 t
−10 e sin (6 t) e−8 t
(2 sin (6 t) + cos (6 t)) −2
 
−e−8 t (3 sin (6 t) − cos (6 t))
=
−e−8 t (14 sin (6 t) + 2 cos (6 t))

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


284 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

Gambar error estimasi e(t) diberikan oleh Gambar 10.4. Dalam Gambar 10.4 ini terlihat

e1 (t)

e2 (t)

Gambar 10.4: Error Estimasi e(t)

bahwa untuk t ≥ 0.5 error e(t) sudah mendekati nol.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


B entuk kompanion terkontrol dan teramati.. 285

Test, Tgl. 5 Mei 2010. Sifat Tutup Buku. Waktu 100 Menit

1. Diberikan fungsi transfer dari SWDLIW

z −1 + 5z −2
H(z) = .
1 + 4z −1 + 3z −2
a. Dapatkan persamaan keadaan dari sistem.
b. Gambar diagram simulasi dari sistem.
c. Selidiki kestabilan sistem. Apakah sistem bisa dikontrol dan dapat diamati?

2. Misalkan Persamaan Keadaan dari SWKLIW diberikan oleh


q̇(t) = Aq(t) + Bx(t)
(10.125)
y(t) = Cq(t) + Dx(t)

Pendiskritan dari Persamaan (10.127) dengan samplig periode T diberikan oleh

e )q[kT ] + B(T
q[(k + 1)T ] = A(T e )x[kT ]
(10.126)
y[kT ] = Cq[kT ] + Dx[kT ],

dengan  T 
Z
e ) = eAT
A(T e ) =  eAτ dτ  B.
dan B(T
0

Bila SWKLIW pada Persmamaan (10.127) diberikan oleh


   
0 1 0  
A= ,B = , C = 1 0 dan D = 0,
0 −2 1

maka dapatkan hasil pendiskritan dari sistem ini dalam bentuk Persamaan (10.128)
untuk T = 1.

3. Diberikan SWKLIW oleh


   
−3 1 0
q̇(t) = q(t) + x(t)
 −α  1 1
y(t) = 1 0 q(t).

Dapatkan nilai α supaya sistem stabil asimptotik. Selanjutnya selidiki keterkontrolan


dan keteramatan dari sistem serta gambar simulasi diagram dari sistem.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


286 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

Jawaban Test, Tgl. 5 Mei 2010. Sifat Tutup Buku. Waktu 100 Menit

1. Diberikan fungsi transfer dari SWDLIW

z −1 + 5z −2
H(z) = .
1 + 4z −1 + 3z −2
a. Dapatkan persamaan keadaan dari sistem.
b. Gambar diagram simulasi dari sistem.
c. Selidiki kestabilan sistem. Apakah sistem bisa dikontrol dan dapat diamati?

Jawab
a. Fungsi Transfer
Y (z) z −1 + 5z −2
H(z) = = .
X(z) 1 + 4z −1 + 3z −2
Dengan menggunakan bentuk pertama kanonik peubah keadaan didapat, persamaan
keadaan sistem diberikan oleh
    

 −4 1 1
 q[n + 1] = q[n] + x[n]
−3 0 5

  

y[n] = 1 0 q[n].

b. Gambar diagram simulasi sistem diberikan oleh


x[n]

5 1 0
+ + + y[n]
P + P −1
+ P
z −1 z
- q2 [n + 1] q2 [n] - q1 [n + 1] q1 [n]

3 4

c. Polinomial karakteristik dari matriks A diberikan oleh

p(λ) = |λI − A| = (λ + 1)(λ + 3).

Terlihat bahwa semua nilai karakteristik dari A nilai-mutlaknya tidak kurang dari
pada 1. Yaitu |λ1 = −1| = 1 ≮ 1 dan |λ2 = −3| = 3 ≮ 1. Jadi sistem tidak stabil
asimptotik. Juga bisa dicek bahwa fungsi transfer H(z) tidak ada faktor persekutuan

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


B entuk kompanion terkontrol dan teramati.. 287

antara pembilang dan penyebut, maka pole-plolenya adalah z = −1 dan z = −3


dengan demikian sistem tidak stabil BIBO. Matriks keterkontrolan diberikan oleh
 
  1 1
Mk = B AB = dan |Mk | = −8 6= 0. Jadi rank(Mk ) = 2.
5 −3
Dengan demikian sistem terkontrol. Sedangkan matriks ketermatan diberikan oleh
   
C 1 0
MO = = dan |MO | = 1 6= 0. Jadi rank(MO ) = 2.
CA −4 1
Dengan demikian sistem dapat diamati.
2. Misalkan Persamaan Keadaan dari SWKLIW diberikan oleh
q̇(t) = Aq(t) + Bx(t)
(10.127)
y(t) = Cq(t) + Dx(t)
Pendiskritan dari Persamaan (10.127) dengan samplig periode T diberikan oleh
e )q[kT ] + B(T
q[(k + 1)T ] = A(T e )x[kT ]
(10.128)
y[kT ] = Cq[kT ] + Dx[kT ],
dengan  T 
Z
e ) = eAT
A(T e ) =  eAτ dτ  B.
dan B(T
0
Bila SWKLIW pada Persmamaan (10.127) diberikan oleh
   
0 1 0  
A= ,B = , C = 1 0 dan D = 0,
0 −2 1
maka dapatkan hasil pendiskritan dari sistem ini dalam bentuk Persamaan (10.128)
untuk T = 1.

Jawab
Untuk T = 1, didapat
 −2 
   1  e 1
1 e−2
1 − Z  4 + 4
e =e =  2 2  e  
A(1) A
 dan B(1) =  e dλ B = 

.
 1 e−2 
0 e−2 0

2 2
Sehingga didapat hasil pendiskritan sistem
 −2 
  e 1
1 e−2
1 −  4 + 4
 2 2   
q[n + 1] =   q[n] +   x[n]
 1 e−2 
0 e−2 −
  2 2
y[n] = 1 0 q[n].

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


288 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

3. Diberikan SWKLIW oleh


   
−3 1 0
q̇(t) = q(t) + x(t)
−α 1 1
 
y(t) = 1 0 q(t).

Dapatkan nilai α supaya sistem stabil asimptotik. Selanjutnya selidiki keterkontrolan


dan keteramatan dari sistem serta gambar simulasi diagram dari sistem.

Jawab
Polinomial karateristik dari A diberikan oleh

p(λ) = |λI − A| = λ2 + 2λ + (α − 3).

Didapat √ √
λ1 = −1 + 4 − α, λ2 = −1 − 4 − α.
Sehingga untuk α > 3 didapat Real(λ1 ) < 0 dan Real(λ2 ) < 0. Supaya sistem stabil
asimptotik haruslah α > 3. Matrix keterkontrolan diberikan oleh
 
  0 1
Mk = B AB = ⇒ rank(Mk ) = 2.
1 1

Jadi sistem dapat dikontrol. Matrix keteramatan diberikan oleh


   
C 1 0
MO = = ⇒ rank(M0 ) = 2.
CA −3 1

Jadi sistem dapat diamati. Gambar dari diagram simulasi keadaan sistem diberikan
oleh gambar berikut.

x(t) P
R + P
R y(t)
+ q̇2 (t) q2 (t) - q̇1 (t) q1 (t)
+
P + 3
-
α

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


B entuk kompanion terkontrol dan teramati.. 289

Evaluasi Akhir Semester 17-19 Mei 2010, Sifat Tutup Buku, Waktu 100 menit.

1. Ungkapkan bentuk gelombang dari Gambar berikut sebagai jumlahan dari fungsi
unit step.

v(t)
3
2 a
1 b

0 1 2 3 t

Jawab
Persamaan segmen garis a adalah 2t+1 dan persamaan segmen garis b adalah −t+3,
sehingga didapat

v(t) = (2t + 1) [u0 (t) − u0 (t − 1)] + 3 [u0 (t − 1) − u0 (t − 2)]


+(−t + 3) [u0 (t − 2) − u0 (t − 3)] .

atau

v(t) = (2t + 1)u0 (t) − (2t + 1)u0(t − 1) + 3u0 (t − 1) − 3u0 (t − 2)


+(−t + 3)u0(t − 2) − (−t + 3)u0(t − 3)
= (2t + 1)u0 (t) + [−(2t + 1) + 3] u0 (t − 1)
+ [−3 + (−t + 3)] u0 (t − 2) − (−t + 3)u0 (t − 3)
= (2t + 1)u0 (t) − 2(t − 1)u0 (t − 1) − tu0 (t − 2) + (t − 3)u0 (t − 3).

R∞
2. (a.) Hitung tδ(t − 2)dt.
−∞
(b.) Bila input x[n] dan respon impuls h[n] dari suatu sistem linear diskrit invarian
waktu diberikan oleh

x[n] = u[n], h[n] = αn u[n], 0 < α < 1

dengan u[n] adalah fungsi unit step, maka hitung output y[n].

Jawab
R∞
(a.) Gunakan sifat f (t)δ(t − a)dt = f (a), didapat
−∞

Z∞
tδ(t − 2)dt = f (2) = t |t=2 = 2.
−∞

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


290 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

(b.)
x[k]
1 ......
1
1−α
.....................
-2 -1 0 1 2 3 k
1 h[n − k]
n<0

n 0 k -2 -1 0 1 2 3 4 5 n
h[n − k]
1 (b)
n>0

0 n k
(a)

Output y[n] memenuhi persamaan



X
y[n] = x[n] ∗ h[n] = x[k]h[n − k]
k=−∞

Barisan x[k] dan h[n − k] sebagaiman ditunjukkan dalam Gambar (a) diatas untuk
n < 0 dan n > 0. Dari Gambar terlihat bahwa untuk n < 0, x[k] dan h[n − k] tidak
terjadi overlap, sedangkan untuk n ≥ 0 terjadi overlap dari k = 0 ke k = n. Dengan
demikian untuk n < 0, y[n] = 0. Jadi untuk n ≥ 0, didapat
n
X
y[n] = αn−k .
k=0

Ganti peubah k menjadi m = n − k, didapat


0
X n
X
m 1 − αn+1
y[n] = α = αm = .
m=n m=0
1−α

Hasil y[n] diberikan dalam Gambar (b).

3. Diberikan persamaan keadaan sistem linear diskrit invarian waktu


   
0 1 0
q[n + 1] = q[n] + x[n]
− 61 56 1
 
y[n] = −1 2 q[n].

(a.) Dapatkan fungsi transfer H(z) dan gambar diagram simulasi sistem.
(b.) Selidiki kestabilan sistem.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


B entuk kompanion terkontrol dan teramati.. 291

Jawab
(a.) Fungsi transfer sistem diberikan oleh
 −1  
−1
  z −1 0
H(z) = C(zI − A) B = −1 2 1
6
z − 65 1
2z 1
= 5
 1
− 5
 1
z− z+ 6 6
z− 6
z+ 6
6
= .
3z − 1
Gambar diagram simulasi sistem diberikan oleh gambar berikut.

x[n] + P
q2 [n + 1] q2 [n] q1 [n]
P
+ y[n]
−1 −1
z z -
+
P + 5
6
-
1
6

(b.) Nilai karakteristik dari A diberikan oleh

5λ 1 (2 λ − 1) (3 λ − 1)
|λI − A| = λ2 − + = .
6 6 6
1 1 1 1
Didapat λ1 = dan λ2 = . Terlihat bahwa |λ1 = | < 1 dan |λ2 = | < 1. Jadi
2 3 2 3
sistem stabil asimptotik, akibatnya juga stabil BIBO.

4. Konstruksi suatu sistem linear kontinu invarian waktu yang diberikan oleh persamaan
keadaan dengan kriteria tidak bisa dikontrol dan juga tidak bisa diamati. Selanjutnya
gambar diagram simulasi dari sistem.

Jawab. Sistem berikut


   
1 2 1
q̇(t) = q(t) + x(t)
0 3 1
 
y(t) = 1 −1 q(t).

Matriks keterkontrolan
 
  1 3
Mk = B AB = =⇒ rank(Mk ) = 1 < 2,
1 3

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


292 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

Karena rank(Mk ) = 1 < 2, maka sistem tidak bisa dikontrol. Selanjutnya matriks
keteramatan sistem diberikan oleh
   
C 1 −1
MO = = =⇒ rank(MO ) = 1 < 2,
CA 1 −1

Karena rank(MO ) = 1 < 2, maka sistem tidak bisa diamati. Gambar diagram
simulasi sistem diberikan oleh gambar berikut.

+ P+ q̇1(t) R q1 (t)

+
x(t) +P y(t)
2
q2 (t) -
+ P q̇2 (t) R

+
3

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


B entuk kompanion terkontrol dan teramati.. 293

REMIDI MATAKULIAH SISTEM LINEAR, 24 Mei 2010, Sifat Tutup Buku , Waktu 100 Menit.

1. Ungkapkan bentuk gelombang v(t) yang diberikan oleh Gambar berikut sebagai jum-
lahan dari fungsi unit step dalam interval waktu −1 < t < 7.
v(t)
3

2 ........
...................

...................
1

.........

.........
0
0
−1 1 2 3 4 5 6 7 t
−1 .................................................................

.........
−2

2. Hitung integral berikut


Z∞
x2 e−x δ(x − 2)dx.
−∞

3. (a.) Hubungan input output dari sistem linear diskrit diberikan oleh

y[n] = ay[n − 1] + x[n].

Dapatkan output y[n] bila input x[n] = Kδ[n] dan y[−1] = α.


(b.) Dapatkan persamaan keadaan dari suatu sistem linear kontinu yang diberikan
oleh persamaan ÿ(t) + 3ẏ + 2y(t) = 4ẋ + x(t).

4. Diberikan Sistem Waktu Kontinu Linear Invarian Waktu oleh


   
−3 1 0
q̇(t) = q(t) + x(t)
−α 1 1
 
y(t) = 1 0 q(t).

Dapatkan nilai α supaya sistem stabil asimptotik. Selanjutnya selidiki keterkontrolan


dan keteramatan dari sistem serta gambar simulasi diagram dari sistem.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


294 A nalisis Ruang Keadaan Sistem..

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


Bab 11
Kontrol Optimal

Dalam kajian teknik pendisainan kontroler umpan balik sistem banyak masukan banyak
keluran bertujuan untuk memperoleh perilaku sifat-sifat sistem, misalnya kestabilan, ke-
tepatan keadaan stedi dan yang lainnya.
Kontrol umpan balik adalah mekanis dasar dimana sistem-sistem; sistem mekanik, sis-
tem elektrik atau sistem biologi diupayakan kestabilannya. Dalam berbagai bentuk ke-
hidupan yang lebih tinggi, kondisi dimana kehidupan dapat bersinambung sungguh tidak
luas. Perubahan temperatur dalam badan dari separuh tingkatan umumnya menunjukkan
suatu tanda kegagalan. Kestabilan dari badan dipertahankan dengan menggunakan man-
faat kontrol umpan balik [Wiener 1948]. Kontribusi utama dari C.R. Darwin adalah teori
umpan balik pada periode yang lama merupakan suatu faktor kunci evolusi species. Pada
tahun 1931 V. Volterra menerangkan keseimbangan diantara dua populasi ikan dengan
pemanfaatan teori umpan balik ada kesetaraan.
Kontrol umpan balik dapat didefinisikan sebagai pemanfaatan beda signal yang di-
tentukan oleh perbandingan nilai-nilai aktual dari fariabel sistem dengan nilai-nilai yang
diharapkan, beda ini mempunyai arti sebagai pengontrolan sistem. Contoh yang dijumpai
sehari-hari dari suatu sistem kontrol umpan balik adalah suatu kontrol kecepatan mobil.
Dalam suatu sistem kontrol industri biaya pembuatan suatu sistem kontrol di buat seke-
cil mungkin dengan tetap mencapai suatu tujuan keuntungan dalam sistem kontrol industri
tersebut. Praktisnya faktor-faktor ekonomi mengkompromikan penyelesaian masalah pen-
gontrolan agar dalam pembuatannya secara wajar, murah dengan tetap memenuhi suatu
kriteria tertentu dari perilaku sistemnya.

11.1 Sejarah ringkas kontrol otomatik


Kontrol umpan balik adalah suatu ilmu disiplin teknik. Sebagaimana kemajuannya mem-
punyai ikatan dekat dengan masalah-masalah praktis yang ingin diselesaikan selama phase
sejarah kehidupan manusia. Perkembangan dalam sejarah kehidupan ummat manusia yang

295
296 K ontrol Optimal..

berdampak terhadap kemajuan kontrol umpan balik dapat diuraikan dalam beberapa phase
berikut:

1. Bangsa Yunani dan Arab dengan ketekunannya meneliti hal-hal berkenaan dengan
keakuratan lintasan waktu. Hal ini terjadi diantara periode tahun 300 sebelum
masehi dan 1200 masehi.
2. Revolusi industri di Eropah. Secara umum revolusi ini diakui sudah dimulai sejak
sekitar tahun 1875an; walaupun begitu yang mendasarinya bisa dilacak kembali ke
tahun 1600.
3. Permulaan komunikasi massa serta kejadian perang dunia I dan II. Terjadi diantara
periode 1910 sampai dengan 1945.
4. Permulaan perjalanan manusia ke ruang angkasa dan awal manusia mengenal kom-
puter pada tahun 1957an.

Bila diperhatikan phase-phase diatas dalam perkembangan kehidupan manusia, per-


tama mereka menaruh perhatian untuk mengerti posisi tempat kehidupannya dalam kait-
annya dengan ruang dan waktu, kemudian dengan pemilihan waktu di lingkungannya
membuat eksistensi kehidupan mereka lebih nyaman. Selanjutnya mereka mencoba ke-
hidupan posisi tempat tinggalnya didalam kaiatannya dengan suatu komuniti global yang
akhirnya menempatkan kehidupan mereka dalam suatu era kosmos.
Diantara revolusi industri dan perang dunia, telah terjadi suatu perkembangan yang
sangat penting untuk diketahui, yaitu teori kontrol yang mulai ditulis dalam bahasa matem-
atik. J.C. Maxwell penulis pertama yang dengan teliti menulis tentang analisa matematik
yang berkenaan dengan suatu sistem kontrol umpan balik pada tahun 1868. Periode se-
belum tahun ini dinamakan "periode sebelum" kontrol otomatik.
Friedland [1986] juga melakukan hal yang serupa, selanjutnya periode yang dihasilkan
diantara tahun 1868 dan menjelang awal tahun 1900an dimanakan periode "primitive"
kontrol otomatik. Sedangkan periode sampai tahun 1960an dinamakan periode "klasik"
kontrol otomatik. Setelah itu mulai dari 1960 sampai saat ini dimakan periode "modern"
kontrol otomatik.
Berikut ini diberikan contoh-contoh yang menunjutkan perkembangan optimal kontrol
dari waktu ke waktu.

J am air bangsa Yunani dan Arab

Motifasi utama kontrol umpan balik jam antik adalah kebutuhan untuk menentukan keaku-
ratan waktu. Sekitar tahun 270 sebelum masehi Ktesibios orang Yunani menemukan suatu
regulator apung untuk suatu jam air. Fungsi dari regulator ini menjaga level air dalam
tangki pada kedalaman konstan. Kedalaman konstan ini menghasilkan suatu aliran air
konstan melewati suatu tabung pada dasar tangki yang diisikan pada tangki kedua dengan
kecepatan tetap. Jadi level air pada tangki kedua tergantung pada waktu yang dilalui.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


S ejarah ringkas kontrol otomatik.. 297

Regulator Ktesibios menggunakan suatu "pengampung" untuk mengontrol perpinda-


han air melewati suatu katup. Ketika level air yang diingini tercapai, katup membuka dan
mengisi tandon air. Fungsi dari regulator apung ini seperti bola dan keran pada pembi-
lasan toilet modern. Suatu regulator apung telah digunakan oleh Philon dari Byzantium
pada tahun 250 sebelum masehi untuk menjaga level minyak dalam lampu konstan.
Pada abad pertama, Heron dari Alexandria mengembangkan regulator apung untuk
jam air. Bangsa Yunani menggunakan ragulator apung dan perangkat serupa untuk tujuan
pengisian anggur secara otomatis, pembukaan pintu candi dsb. Perangkat ini dinamakan
perangkat yang "praktis" dikarenakan perangkat tsb. adalah contoh-contoh awal dari
pemikiran terapan.
Pada tahun 800 sampai 1200 berbagai teknisi bangsa Arab seperti, tiga bersaudara Al-
Jazari, Musa dan Ibn al-Sa’ati menggunakan regulator apung untuk jam air dan terapaan
yang lainnya. Selama periode ini, umpan balik penting prinsip kontrol "on/off" digunakan
yang mana hal ini bertalian dengan masalah waktu minimum.
Saat Bagdad jatuh ketangan bangsa Mongolia pada tahun 1258, semua pemikiran kre-
atif sepajang yang telah ada menjadi suatu akhir. Selain itu, penemuan jam mekanik pada
abad empat puluhan membuat jam air dan kontrol umpan baliknya menjadi tidak terpakai
sebab jam mekanik bukan sistem umpan balik. Regulator apung tidak nampak lagi sampai
di gunakan lagi pada revolusi industri.
Sepanjang manusia menaruh perhatian pada posisi tempatnya dalam waktu, manusia
awalnya menaruh perhatian posisi tempatnya pada ruangan. Sistem kontrol umpan balik
- pseudo telah dikembangkan di China pada abad dua belas untuk tujuan navigasi. Kereta
perang "berposisi-keutara" memuat suatu patung digerakan oleh "gear" mekanis yang di-
hubungkan ke roda kereta sedemikian hingga posisi kereta secara sinambung menghadap
keutara. Dengan menggunakan informasi arah yang tersaji melalui patung pembawa kereta
bisa menyetir kemudi sesuai arahnya. Hal ini disebut sistem kontrol umpan balik - pseudo
sebab secara teknik tidak mencakup umpan balik, kecuali tindakan dari pembawa kereta
dipertimbangkan sebagai bagian dari sistem. Jadi ini bukan suatu sistem kontrol otomatik.

R evolusi industri

Revolusi industri di Eropah diikuti pengenalan "penggerak utama" atau mesin bertenaga
sendiri yang ditandai oleh penemuan terdahulu, yaitu penggiling butir padi, tungku pem-
bakaran, boiler dan mesin uap. Perangkat ini tidak memadai diatur dengan tangan se-
hingga dibangun suatu alat bantu baru untuk sistem otomatik. Berbagai perangkat kontrol
diciptakan, yaitu regulator apung, regulator temperatur, regulator tekanan dan perangkat
kontrol kecepatan.
J. Watt menemukan mesin uap pada tahun 1769, hari penemuan ini ditandai sebagai
permulaan revolusi industri. Walaupun akar dari revolusi industri dapat dilacak kembali
ke tahun 1600an atau lebih awal dengan perkembangan penggiling butir padi dan tungku
pembakaran.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


298 K ontrol Optimal..

Juga disadari temuan yang lain, mesin uap pertama yang diciptkan oleh T. Newcomen
pada tahun 1712. Walaupun mesin uap ini tak effisien dan masih diatur oleh tangan, mesin
uap ini sudah agak cocok digunakan dalam industri. Suatu hal penting perlu diketahui
bahwa penemuan mesin-mesin yang lebih baik dan sistem kontrol otomatik, juga penemuan
mesin-mesin yang teratur bukan awal dari revolusi industri. Tetapi kedatangan perangkat
kontrol umpan balik benar-benar merupakan suatu tanda awal dari revolusi industri.

R egulator temperatur
Cornelis Drebbel dari Belanda meyisikan sebagian waktunya di Inggris dan sebagiannya
lagi di Prague bersama the Holy Roman Emperor Rudolf II dan J. Kepler. Sekitar 1624,
Cornelis Drebbel sistem kontrol temperatur otomatik untuk tungku pembakaran. Hal
ini dilakukan dengan motifasi kepercayaannya bahwa timah dapat diubah menjadi emas
dengan cara membakar timah tsb. pada temperatur konstan yang tepat dengan periode
waktu yang lama. Ia menggunakan regulator temperatur ini dalam suatu inkubator untuk
tempat penetasan ayam.
Regulator temperatur dikaji oleh J.J Becher pada 1680, dan digunakan lagi inkubator
oleh the Prince de Conti dan R.-A.F. de Réamur pada 1754.

R egulator apung

Pengaturan level suatu cairan dibutuhkan dalam dua area utma pada tahun 1700an
yaitu: dalam mesin uap boiler dan sistem distribusi air domistik. Oleh karena itu regulator
banyak diminati, terutama di Inggris.
W. Salmon dalam bukunya tahun 1746, mencantumkan harga dari regulator apung
bola-keran yang di gunakan untuk menangani level air bak-tampung suatu rumah. Regu-
lator ini dipatenkan pertama kali untuk pembilasan toilet sekitar 1775. Pembilasan toilet
berikutnya diperhalus oleh Thomas Crapper seorang ahli pipa. Atas hasil ciptaannya ini
ia diberi gelar bangsawan oleh ratu Victoria.
Suatu hasil paten yang menguraikan temuan lebih awal tentang regulator katup apung
dalam boiler uap oleh J. Briendley pada 1758. Ia menggunakan regulator tsb. dalam mesin
uap untuk memompa air. S.T. Wood menggunakan suatu regulator untuk suatu mesin uap
dalam pembuatan bir pada 1784. I.I. Pulzunov orang Siberia, mengembangkan suatu reg-
ulator apung dalam mesin uap yang memutar kipas untuk meniup tungku pembakaran.
Pada tahun 1791, regulator tsb. dipakai oleh perusahaan Boulton dan Watt digunakan
sebagai mesin uap yang lazim.

R egulator tekanan

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


S ejarah ringkas kontrol otomatik.. 299

Masalah lain yang berkaitan dengan mesin uap adalah regulator tekanan-uap dalam
boiler. Tekanan uap yang menggerakkan mesin diatur dengan tekanan konstan. Pada
1681 D. Papin menciptakan suatu katup aman untuk tekanan pada alat masak digunakan
tahun 1707an sebagai suatu perangkat atur pada mesin uap tsb. Kemudian alat ini menjadi
mesin uap standar.
Selanjutnya, regulator tekanan ini diperhalus oleh R. Delap dan M. Murray tahun 1799.
Tahun 1803, regulator tekanan dikombinasi dengan regulator apung oleh Boulton dan Watt
untuk digunakan dalam mesin uap.

A lat pengatur sentrifugal

Mesin uap pertama menyajikan suatu perbandingan terbalik gerakan keluaran yang
diatur menggunakan suatu alat yang dikenal dengan nama "cataract" serupa dengan suatu
katup apung. Cataract ini asalnya digunakan sebagai mesim pompa di tambang batu bara
Cornwall.
Mesin uap James Watt dengan suatu gerakan keluaran berputar mencapai kesempur-
naannya ketika mesin uap yang pertama dijual. Kontribusi utama dalam mesin ini adalah
penggantian cara manual oleh tenaga manusia untuk memindahkan suatu bahan yang akan
digiling kedalam mesin giling. Mesin keluran berputar awalnya digunakan dalam penggiling
uap Albion yang beroperasi awal tahun 1786.
Suatu masalah yang berkenaan dengan mesin uap putar adalah pengaturan kecepatan-
nya. Oleh karena itu beberapa teknologi pengaturan kecepatan dari mesin giling telah
dikembangkan dan diperluas untuk tujuan tsb. Pada tahun 1788 James Watt telah me-
lengkapi pendisainan alat pengatur sentrifugal dengan menggunakan dua "bola-terbang"
untuk mengatur kecepatan mesin uap putar. Perangkat ini menggunakan dua pivot yang
dihubungkan dengan baling-baling untuk memutar bola yang oleh gaya sentrifugal bola tsb.
direntangkan kearah luar. Ketika kecepatan putar meningkat bola berputar dengan rentan-
gan semakin melebar keluar dan posisi bola meninggi, akibatnya secara otomatis katup uap
membuka dengan demikian uap air keluar dan kecepatan putar mesin berkurang. Bila ke-
cepatan putar berkurang dibawah yang dikehendaki, rentangan yang terjadi pada posisi
dua bola menyempit dan posisi bola turun. Hal ini menyebabkan secara otomatis katup
uap menutup akibatnya tekanan uap air dalam tangki menjadi besar dengan demikian
kecepatan putar mesin menjadi meningkat sampai tercapai seperti yang dikehendaki.
Perangkat umpan balik yang disebutkan sebelumnya tak jelas bekasnya atau memainkan
suatu peranan yang kurang begitu berarti sebagai suatu bagian dari mesin kontrol. Dilain
pihak, pengoperasian dari alat atur "bola-putar" sangat visibel dan kasat mata, prinsip
kerjanya mempunyai suatu karakteristik luar biasa yang terlihat banyak mewujudkan sifat
dasar di era baru industri. Karena itu, alat atur ini menggugah kesadaran para insinyur
dunia dan menjadi suatu sensasi di Eropah. Mesin ini adalah mesin pertama populer yang
menggunakan prinsip kontrol umpan balik.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


300 K ontrol Optimal..

Sekitar tahun 1790 di Perancis, Périer bersaudara mengembang regalator apung untuk
mengontrol kecepatan mesin uap, tetapi teknik yang mereka gunakan tidak sama dengan
yang ada pada alat atur sentrifugal.

Lahirnya Teori Kontrol Matematika

Disaian sistem kontrol umpan balik sampai pada era Revolusi industri merupakan masa
coba-coba yang kebanyakan hasil dari intuisi para insinyur. Jadi ini adalah lebih meru-
pakan seni ketimbang sains. Pada pertengahan 1800an, matematik digunakan pertama
kali untuk menganalisa kestabilan dari sistem kontrol umpan balik. Karena matematik
adalah bahasa formal dari teori kontrol otomatik, dinamakan periode sebelum ini periode
"pra-sejarah" teori kontrol.

P ersamaan differensial

Pada 1840, British Astronomer Royal di Greenwich, G.B. Airy mengembangkan suatu
perangkat untuk keperluan telescope. Perangkat ini adalah suatu sistem kontrol kecepatan
yang terputar secara otomatik untuk mengimbangi rotasi bumi guna mengkaji bintang.
Sayangnya ia menemui ketidak layakan disain kontrol umpan balik loop yang diperkenalkan
dalam sistem berisolasi liar. Dia adalah orang pertama yang mendiskusikan ketakstabi-
lan sistem loop-tutup dan menggunakan persamaan differensial dalam penganalisaannya.
Teori persamaan differensial berkembang dengan baik berkenaan dengan penemuan per-
hitungan dalam differensial dan integral oleh I. Newton (1642-1727), G.W. Leibniz (1646-
1716), hasil kerja Bernoulli bersaudara (akhir 1600 awal 1700), J.W. Riccati (1676-1754)
dan yang lainnya. Penggunaan persamaan differensial untuk menganalisa gerakan sistem
dinamik dilakukan oleh J.L. Lagrange (1736-1813) dan W.R. Hamilton (1805-1865).

T eori Kestabilan

Kerja awal analisa matematik sistem kontrol adalah berkenaan dengan persamaan
differensial. J.C. Maxwell menganalisa kestabilan dari alat atur sentrifugal [Maxwell
1868]. Tekniknya melinierkan persamaan differensial gerakan untuk mendapatkan per-
samaan karakteristik sistem. Ia mengkaji efek dari parameter sistem pada kestabilan dan
menunjukkan sistem stabil bila akar-akar karakteristik dari persamaan karakteristik bagian
riilnya negatif. Dengan hasil kerja Maxwell ini bisa dikatakan teori sistem kontrol benar-
benar telah diakui. E.J. Routh menyajikan teknik perhitungan untuk menentukan kapan
suatu sistem stabil [Routh 1877].
I.I. Vyshnegradsky [1877] orang Rusia, bekerja secara independen dengan Maxwell men-
ganalisa kestabilan regulator dengan menggunakan persamaan differensial. Pada 1893,

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


S ejarah ringkas kontrol otomatik.. 301

A.B. Stodola mengkaji keteraturan turbin air dengan menggunakan teknik dari Vysh-
negradsky. Ia memodelkan penggerak dinamik dan mencakup "delay" dari penggerak
mekanik dalam analisanya. Dia adalah orang pertama yang menyebutkan pengertian sis-
tem konstan-waktu. Tak diduga, hasil kerja Maxwell dan Routh berkenaan dengan masalah
menentukan kestabilan dari persamaan karakteristik diselesaikan secara independen oleh
A. Hurwitz [1895].
Kerja dari A.W. Lyapunov adalah suatu hasil yang kemungkinan berkembang dimasa
mendatang dalam teori kontrol. Pada tahun 1892 ia mengkaji kestabilan persamaan dif-
ferensial tak-linier menggunakan pengertian "energi tergeneral". Sayang, walaupun hasil
kerjanya dipakai dan dilanjutkan di Rusia, bangsa Barat tidak siap dengan hasil teori yang
elegant ini, bahkan tetap tak dikenal sampai sekitar 1960an saat dimana banyak ilmuwan
menyadari hasil penting ini.
O. Heaviside seorang insinyur bangsa Inggris menemukan "Operasional Kalkulus" se-
lama periode 1892-1898. Ia mengkaji perilaku transien sistem dan mengenalkan pengertian
yang ekivalen dengan fungsi transfer.

T eori Sistem

Berkaitan dengan pengkajian dalam sistem yang menempatkan teori kontrol umpan
balik pada pengorganisasian pengetahuan manusia. Jadi, konsep dari suatu sistem seba-
gai suatu kesatuan dinamik dengan "masukan" dan "keluaran" tertentu dihubungkan ke
sistem-sistem yang lain dan ke sekitar. Sistem adalah suatu prasyarat bagi perkembangan
selajutnya teori kontrol otomatik. Sejarah teori sistem memerlukan kajian menyeluruh
yang berdiri sendiri, sket ringkasnya sebagai berikut.
Selama abad delapan belas dan sembilan belas, hasil kerja A. Smith dalam ekonomi
[The Wealth of Nations, 1776], ciptaan dari C.R. Darwin [On the Origin of Species By
Means of Natural Selection, 1859] dan perkembangan lain dalam politik, sosiologi dll.
mempunyai pengaruh besar pada kehidupan manusia. Kajian philosopi alam adalah hasil
pertumbuhan dari kerja philosof bangsa Yunani dan bangsa Arab dan kontribusi yang
dibuat oleh Nicholas dari Cusa (1463), Leibniz dan yang lainnya. Perkembangan yang
terjadi pada abad sembilan belas, dicirikan oleh Revolusi industri dan meluasnya makna
philosopi alam berdampak pada perubahan kepribadian manusia.
Pada awal 1900an A.N. Whitehead [1925] dengan philosopinya "Organic mechanism",
L. von Bertalanffy [1938] dengan prinsip-prinsip hirarki organisasi-nya dan yang lainnya
memulai memperkenalkan "Teori sistem general". Dalam konteks ini perubahan mendasar
teori kontrol dapat diteruskan.

K omunikasi massa dan sistem telepon Bell

Pada awal abad duapuluhan dari sudut pandang teori kontrol ada dua kejadian penting

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


302 K ontrol Optimal..

yaitu: perkembangn telepon dan komunikasi massa.

A nalisa domain-frekuensi

Penganalisaan dengan cara matematik sistem kontrol dalam domain-waktu sampai


saat ini diselesaikan dengan menggunakan persamaan differensial. Di Laboratorium Tele-
pon Bell selama 1920-an dan 1930-an, domain frekuensi yang dikembangkan oleh P.-
S. de Laplace (1749-1827), J. Forier (1768-1830), A.L. Cauchy dan lainnya dieskplorasi
dan digunakan dalam sistem komunikasi.
Problem utama dengan pengembangan dari suatu sistem komunikasi massa yang dise-
barkan dengan jarak yang begitu panjang adalah kebutuhan kebutuhan untuk secara pe-
riodik menguatkan signal suara dalam lintasan telepon yang panjang. Sayang, dalam pen-
guatan ini tidak hanya informasi yang dibutuhkan dikuatkan tetapi juga gangguan (noise).
Jadi pendisainan penguat-ulang yang cocok adalah faktor utama yang penting.
Untuk mereduksi gangguan dalam penguat-ulang, H.S. Black mendemontrasikan kegu-
naan umpan balik negatif pada tahun 1927 [Black 1932]. Masalah pendisainan adalah
memasukan suatu "phase-geser" pada frekuensi yang tepat ke dalam sistem. Peremajaan
teori pendisainan penguat stabil dikembangkan oleh H. Nyquist [1932]. Ia menurunkan
kriteria kestabilan Nyquist nya berdasarkan plot-kutub suatu fungsi kompleks. H.W. Bode
pada tahun 1938 menggunakan besar dan phase plot respon-frekuensi suatu fungsi kom-
pleks [Bode 1940]. Ia menyelidiki kestabilan loop-tutup menggunakan pengertian gain dan
phase margin.

P erang Dunia dan Kontrol Klasik

Sebagai akibat komunikasi massa dan perkembangan yang cepat pelintasan dalam dunia
menjadi kecil, ada beberapa ketegangan ketika manusia mencoba tempatnya dalam suatu
masyarakat yang mendunia. Hasilnya adalah perang dunia, pada periode ini perkemban-
gan sistem kontrol umpan balik menjadi bahan yang tetap bertahan.

Kontrol-kapal

Masalah utama militer selama periode perang dunia adalah pengontrolan dan navigasi
kapal yang mana didalam pendisainannya lebih maju. Diantaranya, pengembangan per-
tama pendisainan sensor untuk tujuan kontrol loop-tutup. Pada tahun 1910, E.A. Sperry
menciptakan gyroscope yang digunakan untuk penstabilan dan pengendalian kapal dan
kemudian digunakan dalam pengontrolan pesawat.
N.Minorsky [1922] memasang tiga kontroler untuk pengendalian kapal, dengan demikian
menjadi kontroler proportional-integral-derivative (PID) pertama kali digunakan. Ia mem-

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


S ejarah ringkas kontrol otomatik.. 303

pertimbangkan effek tak-linier dalam sistem loop-tutup.

P erkembangan senjata dan pengarahan-senapan

Masalah utama selama periode perang dunia adalah keakuratan mengarahkan senjata
diatas kapal dan pesawat yang bergerak. Dengan dipublikasikannya "Theory of Servomech-
anism" oleh H.L. Házen [1934], ia telah memprakarsai pemanfaatan teori kontrol dalam
masalah tsb. Dalam papernya, menciptakan dunia servomekanik yang merupakan suatu
hubungan "master-slave" dalam sistem.

L aboratorium Radiasi MIT

Mengkaji pengontrolan dan masalah pemrosesan informasi yang berkaitan dengan pen-
emuan radar terbaru, telah dilakukan pada Laboratorium Radiasi di Institut Teknologi,
Massachusetts tahun 1940. Banyak kerja dalam teori kontrol selama tahun 1940-an di-
hasilkan dari laboratorium ini.
A.C. Hall mengenali dampak kerusakan dari pengabaian gangguan dalam disain sistem
kontrol ketika bekerja pada proyek bersama MIT/Sperry Corporation pada tahun 1941. Ia
menyadari bahwa teknologi domain-frekuensi yang dikembangkan di Laboratorium Bell da-
pat dipakai untuk menghadapi dampak gangguan dan menggunakan pendekatan ini untuk
mendisain suatu sistem kontol radar udara. Secara meyakinkan sukses ini menunjukkan
teknik domain-frekuensi dalam disain sistem kontrol penting [Hall 1946].
Disain menggunakan pendekatan berdasar pada fungsi transfer, diagram blok dan
metode domain-frekuensi adalah sukses besar dalam disain kontrol di Laboratorium Radi-
asi. Pada tahun 1947, N.B. Nichols mengembangkan Diagram Nichols-nya untuk pendis-
ainan sistem umpan balik. Dari hasil kerja MIT, teori servomekanik benar-benar diakui.
Suatu ringkasan dari hasil kerja Laboratorium Radiasi MIT disajikan dalam Theory of
Servomechanisms [James, Nichols, dan Philips 1947].
W.R. Evans [1948] bekerja di North American Aviation, menyajikan teknik root locus-
nya yang memberikan cara langsung untuk menentukan lokasi pole loop-tutup didalam
bidang-s. Setelah itu, selama tahun 1950-an banyak hasil kerja dari masalah kontrol di-
fokuskan pada bidang-s dan pada penentuan karakteristik respon-step loop-tutup yang
diharapkan dipandang dari segi "rise-time", "percent overshot" dll.

Analisa Stokhastik

Juga selama periode ini, teknik stokhastik diperkenalkan dalam kontrol dan teori ko-
munikasi. Di MIT pada tahun 1942, N. Wiener [1949] menganalisa sistem pemroses
informasi menggunakan model proses stokhastik. Bekerja dalam domain-frekuensi, ia
mengembangkan suatu filter optimal secara statistik untuk signal stasioner waktu-kontinu

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


304 K ontrol Optimal..

yang memperbaiki rasio "signal-ke-gangguan" dalam suatu sistem komunikasi. A.N. Kol-
mogorov [1941] orang Rusia, memberikan suatu teori untuk proses stokhastik stasioner
waktu-diskrit.

P eriode Klasik teori kontrol

Sekarang, teori kontrol otomatik menggunakan teknik domain-frekuensi telah menca-


pai umurnya, ini sendiri diakui sebagai paradigma (menurut istilah Kuhn [1962]). Pada
saat yang sama ketegaran teori matematika untuk servomekanik sudah diakui, dilain pihak
rekayasa teknik disain telah tersedia. Periode setelah perang dunia dinamakan "periode-
klasik" teori kontrol. Periode ini ditandai oleh munculnya buku-buku teks pertama [Mac-
Coll 1945; Lauer, Lesnick dan Matdon 1947; Brown dan Campbell 1948; Chestnute dan
Mayer 1951; Truxal 1955] dan diikuti oleh alat-alat disain yang memberikan intuisi besar
dan penyelesain terjamin terhadap masalah disain. Alat-alat ini dipakai dengan menggu-
nakan perhitungan tangan atau paling banyak menggunakan mistar hitung bersama-sama
dengan teknik grapik.

E ra antariksa/komputer dan kontrol modern


Dengan datangnya era antariksa, disain kontrol di Amerika berubah dari teknik domain-
frekuensi teori kontrol klasik kembali lagi ke masa 1800-an yaitu teknik persamaan differen-
sial yang ditulis sebagai domain-waktu. Alasan perkembangan ini adalah sebagai berikut.

D isain domain-waktu sistem tak-linier

Paradigma teori kontrol klasik sangat cocok untuk masalah disain kontrol selama dan
sesudah perang dunia. Pendekatan domain-frekuensi cocok untuk sistem linier invarian-
waktu. Pendekatan ini adalah yang terbaik bila dikenakan pada sistem masukan-tunggal/ke-
luaran-tunggal, teknik grapik adalah tidak memadai untuk sistem dengan banyak masukan
- banyak keluaran.
Disain kontrol sistem klasik sudah mempunyai beberapa hasil sukses dengan sistem
tak-linier. Menggunakan sifat-sifat penolakan-gangguan teknik domain-frekuensi, suatu
sistem kontrol dapat didisain tegar terhadap variasi dalam parameter sistem dan terhadap
kesalahan pengukuran serta terhadap gangguan luar. Jadi, teknik klasik dapat digunakan
pada versi terlinierkan dari suatu sistem tak-linier yang memberikan hasil-hasil baik pada
titik keseimbangan dimana perilaku sistem didekati secara linier.
Teknik domain frekuensi juga dapat dipakai pada sistem tak-linier tipe sederhana meng-
gunakan pendekatan uraian fungsi yang mengandalkan pada kriteria Nyquist. Teknik ini
digunakan pertama kali oleh J. Groszkowski dalam disain transmitter radio sebelum perang
dunia kedua dan diformalkan pada 1964 oleh J. Kudrewicz.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


S ejarah ringkas kontrol otomatik.. 305

Sayang, hal ini tidak mungkin untuk mendisain sistem kontrol tak-linier banyak-fariabel
yang sering muncul dalam aplikasi aerospace dengan menggunakan asumsi linier dan mem-
perlakukan pasangan transmisi masukan-tunggal/keluran-tunggal pada suatu waktu ter-
tentu.
Di Uni Soviet, ada banyak aktifitas dalam disain kontrol tak-linier. Di awali oleh Lya-
punov, perhatian difokuskan pada teknik domain-waktu. Pada tahun 1948, Ivachenko
menyelidiki prinsip dari kontrol relay dimana signal kontrol di ubah-ubah secara kontinu
diantara nilai-nilai diskrit. Tsypkin menggunakan bidang phase untuk mendisain kontrol
tak-linier pada tahun 1955. V.M. Popov [1961] menyajikan kriteria lingkaran untuk men-
ganalisa kestabilan tak-linier.

S putnik - 1957

Catatan sejarah menunjukkan di Uni Soviet peluncuran setelit pertama kali Sputnik
pada tahun 1957. Konferensi pertama terbentuknya International Federation of Automatic
Control (IFAC) diselenggerakan di Moscow pada tahun 1960.
Peluncuran Sputnik melahirkan aktifitas yang hebat di Uni Soviet dalam disain kontrol
otomatik. Tentang kegagalan dari setiap paradigma, kembali ke sejarah dan prisip-prisip
alam dibutuhkan. Jadi, hal ini jelas bahwa kembali ke periode "primitif" teori kontrol yaitu
teknik domain-waktu yang berdasarkan pada persamaan differensial dibutuhkan. Hal ini
disadari bahwa hasil kerja Langrange dan Hamilton yang menulis secara terang persamaan
tak-linier gerakan untuk berbagai sistem dinamik. Oleh karena itu teori kontrol yang
berkaitan dengan persamaan differensial tak-linier sebagaimana yang telag disebutkan tadi
dibutuhkan.
Perlu dicatat bahwa tepatnya pada tahun 1960 perkembangan utama terjadi secara
independen dalam berbagai teori komunikasi dan kontrol.

N avigasi

Pada tahun 1960, C.S. Draper menciptakan sistem navigasi inersial-nya yang menggu-
nakan gyroscopes untuk menyajikan keakuratan informasi posisi dari benda yang bergerak
di ruang angkasa, misalnya pesawat atau pesawat antariksa. Jadi, sensor-sensor yang co-
cok untuk navigasi dan disain kontrol dikembangkan.

K eoptimalan dalam sistem alam

Johann Bernoulli orang pertama yang menyebutkan prinsip keoptimalan yang berkai-
tan dengan masalah "Brachistochrone" pada tahun 1696. Masalah ini diselesaiakan oleh

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


306 K ontrol Optimal..

Bernoulli bersaudara dan oleh I. Newton. Hal ini menjadi jelas bahwa pertanyaan untuk
keoptimalan adalah suatu sifat mendasar dari gerakan dalam sistem alam. Berbagai prin-
sip keoptimalan diselidiki, meliputi prinsip waktu-minimum dalam optik dari P. de Fermat
(1600-an), hasil kerja dari Euler pada tahun 1744 dan hasil kerja Hamilton yang berkaitan
dengan suatu sistem bergerak dengan energi yang dibutuhkan minimum. Hal ini berkaitan
dengan meminimumkan integral dari fungsi waktu yang berkaitan dengan beda diantara
energi kinetik dan energi potensial.
Prinsip-prinsip ini semuanya prinsip minimum. Cukup menarik, diawal tahun 1900-an
Einstain menunjukkan dalam sistem kordinat ruang-waktu 4-D gerakan dari sistem yang
terjadi dengan cara untuk memaksimumkan waktu.

K ontrol optimal dan teori estimasi

Sejak kejadian sistem secara alamiah menunjukkan keoptimalan gerakannya, hal ini
bermakna untuk mendisain sistem buatan-manusia dalam suatu cara optimal. Keuntun-
gan utamanya adalah disain ini dapat diselesaikan dalam domain-waktu. Dalam konteks
disain kontrol modern biasanya meminimumkan waktu dalam perjalanan atau memini-
mumkan fungsi energi tergeneral kuadrat atau indeks perilaku yang mungkin dilakukan
dengan beberapa pembatasan dari kontrol yang dikehendaki.
R. Belman [1957] memakai programing dinamik untuk kontrol optimal sistem waktu-
diskrit, hasil menunjukkan bahwa arah alamiah untuk menyelesaikan masalah kontrol opti-
mal adalah mundur dalam waktu. Prosedur yang dihasilkannya dalam loop-tutup, umum-
nya tak-linier, berpola umpan balik.
Tahun 1958, L.S. Pontryagin mengembankan prinsip maksimumnya untuk menyele-
saikan masalah kontrol optimal dengan mengandalkan pada Kalkulus variasi yang dikem-
bangkan oleh L. Euler (1707-1783). Ia menyelesaikan masalah waktu minimum melalui
hukum kontrol relay "on/off" sebagai kontrol optimal [Pontryagin, Bolyansky, Gamkre-
lidze dan Mishchenko 1962]. Di Amerika selama tahun 1950-an kalkulus variasi digunakan
untuk masalah kontrol optimal umum pada Universitas Chicago dan lainnya.
Tahun 1960, tiga paper utama dibuat oleh R. Kalman dan rekan sekerjanya yang
bekerja di Amerika. Dua diantaranya [Kalman dan Bertram 1960] mempublikasi hasil
kerja utama Lyapunov dalam kontrol domain-waktu sistem tak-linier. Berikutnya [Kalman
1960a] mendiskusikan kontrol optimal sistem yang menyajikan persamaan disain dari Lin-
ear Quadratic Regulator (LQR). Paper yang ketiga [Kalman 1960b] filter optimal dan teori
estimasi yang menyajikan persamaan disain untuk filter Kalman diskrit. Sedangkan filter
Kalman kontinu dikembangkan oleh Kalman dan Bucy [1961].
Dalam periode setahun pembatasan utama dari teori kontrol klasik dapat diatasi, alat
penting teori baru diperkenalkan dan suatu era baru dalam teori kontrol dimulai, dina-
makan era ini era kontrol modern.
Kunci utama hasil kerja Kalman sebagai berikut. Merupakan pendekatan domain-

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


S ejarah ringkas kontrol otomatik.. 307

waktu, menjadi dapat lebih digunakan untuk sistem linier variasi-waktu juga untuk sistem
tak linier. Ia memperkenalkan aljabar dan matriks, sehingga dapat pula dilakukan dengan
mudah pada sistem dengan banyak masukan - banyak keluaran. Ia menggunakan konsep
keadaan dalam sistem, jadi pendekatan ini berkaitan erat dengan "kedinamikan dalam"
dari suatu sistem dan bukan hanya perilaku masukan/keluaran sistem.
Dalam teori kontrol, Kalman memformakan penertian dari keoptimalan dari teori kon-
trol melalui peminimuman suatu fungsi energi tergeneral yang sangat umum. Dalam
teori estimasi, ia memperkenalkan pengertian stokhastik yang digunakan pada sistem
varian-waktu takstasioner. Jadi pendekatan least-square yang pertama kali digunakan oleh
C.F. Gauss (1777-1855) dalam mengestimasi orbit planet tersaji di filter Kalman dalam
bentuk suatu penyelesaian recursive. Filter Kalman adalah perluasan alamiah dari filter
Wiener untuk sistem stokhastik takstasioner.
Teknik klasik domain-frekuensi menyajikan perangkat-perangkat formal dalam disain,
namum pendisainan itu sendiri tetap banyak sebagai seni dan menghasilkan sistem umpan
balik takunik. Sebaliknya, teori Kalman menyajikan penyelesaian optimal yang meng-
hasilkan sistem kontrol dengan perilaku terjamin. Kontrol ini dapat langsung diperoleh
melalui penyelesaian persamaan disain matriks formal yang secara umum mempunyai
penyelesaian tunggal.
Hal ini bukanlah suatu kebetulan dari titik ini program antariksa Amerika menjadi
mekar bagaikan bunga dengan menggunakan filter Kalman yang menyajikan data navigasi
untuk pendaratan pertama kali di bulan.

T eori kontrol taklinier

Selama tahun 1960-an di Amerika, G. Zames [1966], I.W. Sandberg [1964], K.S. Naren-
dra [Narendra dan Goldwyn 1964], C.A. Desoer [1965] dan yang lainnya memperluas haasil
kerja Popov dan Lyapunov dalam kestabilan tak-linier. Terdapat suatu pemakaian yang
luas dari haasil-haasil ini dalam pengkajian distorsi tak-linier loop-umpan balik pitapem-
batas, kontrol pemrosesan tak-linier, pendisainan kontrol pesawat dan robotik.

K omputer dalam disain kontrol dan implementasi

Teknik disain klasik dikerjakan oleh tangan dengan menguunakan pendekatan grapik. Di-
lain pihak disain kontrol modern membuthkan penyelesain dari persamaan matriks tak-
linier yang kompleks. Hal ini beruntung bahwa pada tahun 1960 ada perkembangan utama
didalam area lain, yaitu teknologi komputer digitel. Tanpa komputer, kontrol modern akan
mempunyai aplikasi yang terbatas.

P erkembangan Komputer Digitel

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


308 K ontrol Optimal..

Sekitar tahun 1830 C. Babbage memperkenalkan prinsip-prinsip komputer modern


yang meliputi memori, kontrol program dan kemampuan berkembang. Pada tahun 1948,
J. von Neumann menunjukan pengkontruksian progam-penyimpanan komputer IAS di
Princeton. IBM membangun mesin progran-penyimpan SSEC. Pada tahun 1950, Sperry
Rand membangun mesin pemroses data komersial pertamanya, yaitu UNIVAC I. Tidak
lama setelah IBM menjual 701 komputer.
Pada tahun 1969 terjadi kemajuan utama, yaitu generasi kedua komputer diperkenalkan
yang mana menggunakan teknologi solid-state. Tahun 1965, perusahaan di bidang dijitel
membuat PGP-8 dan industri komputermini dimulai. Akhirnya, pada tahun 1969 W. Hoff
menciptakan microprocessor.

K ontrol digitel dan teori filter

Dalam kontrol modern komputer digitel diperlukan untuk dua tujuan. Pertama, dibu-
tuhkan untuk menyelesaikan persamaan matriks disain yang menghasilkan hukum kontrol.
Hal ini dikerjakan selama proses pendisainan. Kedua, karena hukum-hukum kontrol opti-
mal dan filter adalah varian-waktu, maka komputer dibutuhkan untuk mengimplementasi
maksud kontrol modern dan filter pada sistem aktual.
Dengan kedatangan microprocessor pada tahun 1969 suatu era baru berkembang. Sis-
tem kontrol yang diimplementasi pada komputer digitel harus diformulasi dalam waktu
diskrit. Maka dari itu, pertumbuhan teori kontrol digitel saat ini adalah alamiah.
Selama tahun 1950-an, teori dari sistem data sample dikembangkan oleh J.R. Ragazzini,
G. Franklin dan L.A. Zadeh [Raggazini dan Zadeh 1952, Raggazini dan Franklin 1958] di
Universitas Colombia, juga dikembangkan oleh E.I. Jury [1960], B.C. Kuo [1963] dan yang
lainnya. Ide menggunakan komputer digitel untuk kontrol proes industri muncul selama
periode ini [Åström dan Wittenmark 1984]. Kerja serius dimulai tahun 1956 dengan proyek
kerjasama diantara TRW dan Texaco menghasilkan sistem kontrol komputer yang dinstall
tahun 1959 pada pengilangan minyak Port Arthur Texas.
Pengembangan reaktor Nuklir selama tahun 1950-an adalah motivasi utama untuk
eksplorasi kontrol proses industri dan instrumentasi. Hasil kerja ini adalah dasar dalam
kontrol proses kimia pada tahun 1940-an.
Pada tahun 1970, dengan hasil kerja dari K. Åström [1970] dan yang lainnya pentingnya
kontrol digitel dalam industri proses benar-benar diakui.
Hasil kerja C.E. Shannon tahun 1950-an di Laboratorium Bell menampakkan penting-
nya teknik data sample dalam pemrosesan signal. Pemakaian dari teori filter digitel dikaji
di Analitic Sciences Corporation [Gelb 1974] dan ditempat lainnya.

K omputer Personal

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


S ejarah ringkas kontrol otomatik.. 309

Dengan diperkenalkannya komputer personal tahun 1983, pendisainan sistem kontrol


modern menjadi memungkin bagi para insinyur untuk bekerja secara individual pada su-
atu stasiun kerja individu (individual work station). Maka dari itu, berbagai paket dis-
ain sofware sistem kontrol dikembangkan, yaitu ORACLS, Program CC, Control-C, PC-
Matlab, MATRIXx , Easy5, SIMNON dll.

P erpaduan kontrol modern dan kontrol klasik

Dengan publikasi bukuteks pertama tahun 1960-an, teori kontrol modern diakui sebagai
suatu paradigma bagi disain kontrol otomatik di Amerika. Aktifitas yang sungguh-sungguh
dan implementasi yang terjadi, penggabungan IRE dan AIEE, usaha yang terus menerus
oleh P. Haggerty di Texas Intruments untuk membentuk Institute of Electrical and Elec-
tronics Engineer (IEEE) di awal tahun 1960-an.
Dengan semua daya dan keuntungannya, kontrol modern masih kurang dalam beberapa
aspek. Jaminan perilaku yang diperoleh melalui penyelesaian persamaan disain matriks
mempunyai arti bahwa mungkin sering mendisain suatu sistem kontrol bekerja dalam teori
tanpa mengikutsertakan intuisi insinyur berkaitan dengan masalah yang ada. Pada sisi
lain, teknik domain-frekuensi dari teori kontrol klasik memberikan banyak intuisi.
Masalah lain adalah suatu sistem kontrol modern dengan sebarang kompensator di-
namik bisa tidak tegar terhadap gangguan, kedinamikannya tak-termodelkan dan gagal
dalam pengukuran noise. Disisi lain, ketegaran adalah melekat dengan pendekatan domain-
frekuensi menggunakan pengertian "gain" dan "phase margin".
Maka dari itu, pada tahun 1970-an secara khusus di Inggris ada aktifitas besar dilakukan
oleh H.H. Rosenbrock [1974], A.G.J. MacFarlene dan Postlethwaite [1977] dan yang lainnya
untuk memperluas teknik domain-frekuensi klasik dan root locus pada sistem multifariabel.
Keberhasilan diperoleh menggunakan pengertian karakteristik "locus", diagonal dominan
dan invers susunan Nyquist.
Penyokong utama dari teknik klasik untuk sistem multifariabel adalah I. Horowitz yang
mengembangkan teori umpan balik kuantitatif di awal tahun 1970-an untuk penyempurnaan
disain ketegaran menggunakan diagram Nichol.
Pada tahun 1981, beberapa paper yang mempunyai kemungkinan berkembang dimasa
mendatang dimunculkan oleh J. Doyle dan G. Stain [1981] serta M.G. Safanov, A.J. Laub
dan G.L. Hartmann [1981]. Memperluas hasil kerja dari MacFarlane dan Postlethwaite
[1977], mereka menunjukkan pentingnya plot nilai singular versus frekuensi dalam disain
ketegaran multifariabel. Menggunakan plot ini berbagai teknik domain-frekuensi klasik
bisa digabungkan kedalam disain modern. Hasil kerja ini diteruskan oleh M. Athans dan
yang lainnya dalam kontrol proses dan pesawat terbang. Hasilnya adalah suatu teori kontrol
baru yang merupakan paduan paling utama dari teknik klasik dan modern. Suatu kajian
dari teori kontrol modern yang berkaitan dengan ketagaran dilakukan oleh P.Dorato [1987].

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


310 K ontrol Optimal..

11.2 Beberapa masalah kontrol optimal


Pada bagian ini akan diberikan beberapa contoh masalah kontrol optimal yang dimak-
sudkan untuk memberikan suatu gambaran penjelasan mengenai masalah kontrol optimal.
Permasalahan kontrol optimal umumnya mencari suatu pengontrol, dalam hal ini dino-
tasikan dengan u(t) yang memenuhi suatu plan linier dengan meminumkan suatu indeks
perilaku. Suatu hal yang lebih menarik adalah bila pada plan yang dikaji diberikan suatu
gangguan luar. Mengetahui pengaruh gangguan luar tsb. terhadap sistem yang dikaji
terutama dalam pencapaian suatu keadaan ’stedi’ adalah sangat penting untuk itu dicari
suatu pengontrol yang berbeda dengan sistem tampa gangguan luar guna menghilangkan
peranan gangguan luar terhadap sistem yang dikaji sekaligus meminimumkan indeks peri-
laku yang diberikan. Dalam pembahasan dipertimbangkan kasus untuk gangguan konstan.
Sebelum dibahas lebih dalam kajian ini, akan diperkenalkan terlebih dahulu beberapa
masalah dari kontrol optimal dan contohnya.

1 Pertumbuhan tanaman
Misalkan seorang petanam mempunyai sejumlah tanamam yang mana ia ingin tana-
mannya tumbuh dengan ketinggian tertentu pada saat waktu yang telah ditentukan.
Rata-rata pertumbuhan alamia dari tanaman dapat dipercepat dengan cahaya bu-
atan (bukan matahari) untuk mengurangi lamanya waktu saat gelap ketika tidak
terjadi pertumbuhan. Proses modelnya diberikan oleh persamaan berikut
dx(t)
= 1 + u(t), (11.1)
dt
dimana x(t) adalah tinggi tanaman pada saat t dan u(t) adalah pengontrol tinggi
tanaman pada saat t. Misalkan keadaan awal dan keadaan akhir tinggi tanaman
masing-masing diberikan oleh persamaan

x(0) = 0 dan x(1) = 2. (11.2)

Pertumbuhan tanaman dilakukan dengan biaya berbentuk


Z1
1 2
J= u (t)dt. (11.3)
2
0

Pada kasus ini, dicari pengontrol u(t) pada persamaan (11.1) yang memenuhi keadaan
(11.2) serta meminimumkan nilai J pada persamaan (11.3). Permasalahan ini dengan
sederhana dapat diselesaikan dengan cara menentukan penyelesaian persamaan (11.1)
yang memenuhi keadaan (11.2), yaitu

Zt
x(t) = (1 + u(τ ))dτ. (11.4)
0

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


B eberapa masalah kontrol optimal.. 311

Dimana untuk x(1) = 2 diperoleh


Z1 Z1
2= (1 + u(τ ))dτ = 1 + u(τ )dτ.
0 0

Dari persamaan terakhir diatas diperoleh persamaan


Zt
u(τ )dτ = 1. (11.5)
0

Sedangkan dengan memodifikasi persamaan (11.3) diperoleh


Z1
1 2
J = u (t)dt
2
0
Z1
1
= [(u(t) − 1)2 + 2u(t) − 1]dt
2
0
Z1
1 1
= [(u(t) − 1)2 ]dt + 1 −
2 2
0
Z1
1 1
= [(u(t) − 1)2 ]dt + . (11.6)
2 2
0

R1
Karena nilai [(u(t)−1)2 ]dt ≥ 0 untuk sebarang nilai u(t) dan dengan kenyataan dari
0
1
persamaan (11.6), maka diperoleh nilai minimum J adalah untuk u(t) = 1, 0 ≤
2
t ≤ 1.
2 Masalah waktu minimum
Misalkan suatu model diberikan oleh persamaan

ẋ(t) = f (x(t), u(t), t), t ∈ [t0 , t1 ]. (11.7)


Pada saat waktu awal t0 keadaan awal adalah x(t0 ) = x0. Diinginkan keadaan
akhir x(t1 ) yang memenuhi persamaan (11.7) terletak pada suatu daerah tertentu S.
Dalam hal ini bertujuan mentransfer keadaan awal x0 ke keadaan akhir x(t1 ) dengan
waktu yang minimum. Jadi indeks perilakunya adalah meminimumkan
Zt1
J = t1 − t0 atau J = dt. (11.8)
t0

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


312 K ontrol Optimal..

3 Masalah energi minimum


Masalah energi minimum adalah masalah mentransfer keadaan awal x(t0 ) kesuatu
target tertentu S pada waktu tertentu t1 dengan meminimumkan biaya energi yang
digunakan, yaitu meminimumkan
Zt1
J= u2 (t)dt. (11.9)
t0

Dalam hal ini dicari pengontrol optimal u(t) yang memenuhi persamaan (11.7) sekali-
gus dengan u(t) ini J pada persamaan (11.9) mempunyai nilai minimum.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


Bab 12
Formulasi masalah kontrol optimal

Pada bagian terdahulu telah diberikan contoh-contoh masalah kontrol optimal. Pada con-
toh masalah Pertumbuhan tanamam diselesaikan masalah tsb. hanya dengan "kalku-
lus sederhana". Namum demikian untuk permasalahan lain yang lebih umum tentunya
akan sulit menyelesaikan permasalahan hanya dengan menggunakan "kalkulus sederhana".
Oleh karena itu pada bagian ini akan diformulasikan secara umum masalah kontrol opti-
mal dalam bentuk ungkapan matematik, yaitu dalam bentuk beberapa persamaan dengan
harapan memberikan kejelasan serta bagaimana menyelesaikannya.
Formulasi masalah kontrol optimal diberikan sebagai berikut. Misalkan suatu laju pe-
rubahan dari fariabel keadaan x(t) terhadap berubahnya waktu t diberikan oleh persamaan

ẋ(t) = f (x(t), u(t), t), (12.1)

dengan keadaam awal x(t0 ) = x0 dan keadaan akhir x(t1 ) = x1 dan u(t) menyatakan
pengontrol keadaan pada waktu t. Dalam hal ini masalah kontrol optimal adalah mencari
pengontrol optimal u∗ yang memenuhi persamaan (12.1) dengan syarat nilai J yang berikut
ini
Zt1
J(x) = g(x, ẋ, t)dt (12.2)
t0

adalah minimum.
Misalkan x∗ adalah titik ekstrim dimana Jmin = J(x∗ ), maka x∗ akan memenuhi
 
∂ d ∂
∗ ∗
[g(x , ẋ , t)] − ∗ ∗
[g(x , ẋ , t)] = 0 (12.3)
∂x∗ dt ∂ ẋ∗

Persamaan (12.3) dinamakan persamaan Euler-Lagrange. Pada kesempatan ini persamaan


Euler-Langrange ini tidak dibuktikan, tetapi akan dibuktikan pada bagian berikutnya den-
gan menggunakan kalkulus variasi.

313
314 F ormulasi masalah kontrol optimal..

Contoh 55 Diberikan: ẋ(t) = −x(t) + u(t), x(0) = 0, dan x(2) = 1. Dapatkan u∗ (t) yang
memenuhi ẋ(t) = −x(t) + u∗ (t) dengan
Z2

J= x2 (t) + u2 (t) dt
0

minimum.
Jawab
Disisni persamaan perubahan keadaan diberikan oleh ẋ(t) = −x(t) + u(t). Diperoleh
pengontrol u(t) = ẋ(t) + x(t), sehingga didapat
Z2

J = x2 (t) + u2 (t) dt
0
Z2

= x2 (t) + [ẋ(t) + x(t)]2 dt
0
Z2

= 2x2 (t) + 2x(t)ẋ(t) + ẋ2 (t) dt.
0

Jadi
g (x(t), ẋ(t)) = 2x2 (t) + 2x(t)ẋ(t) + ẋ2 (t)
dan masing-masing ∂g
∂x
dan ∂g
∂ ẋ
diberikan oleh
∂g ∂g
= 4x(t) + 2ẋ(t) dan = 2x(t) + 2ẋ(t),
∂x ∂ ẋ
dengan menggunakan persamaan Euler-Langrange
 
∂g d ∂g
− =0
∂x dt ∂ ẋ
diperoleh
d
4x(t) + 2ẋ(t) − [2x(t) + 2ẋ(t)] = 0
dt
atau
4x(t) + 2ẋ(t) − 2ẋ(t) − 2ẍ(t) = 0.
Bila disederhanakan persamaan terakhir yang diperoleh, maka didapat persamaan differ-
ensial berikut
ẍ(t) − 2x(t) = 0
yang mempunyai penyelesaian
√ √
2t
x(t) = c1 e + c2 e− 2t
.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


315

Untuk keadaan awal x(0) = 0 dan keadaan akhir x(2) = 1, diperoleh persamaan


c1 + √c2 = 0
2 2
c1 e + c2 e−2 2 = 1.

Dari kedua persamaan diatas diperoleh


1 1
c1 = √ √ dan c2 = √ √ .
e2 2 − e−2 2 e−2 2 − e2 2
Jadi √ √
1 1
x∗ (t) = √ √ e
2t
+ √ √ e
− 2t
e2 2
− e−2 2 e−2 2 − e2 2
dan kontrol optimal u∗ (t) diberikan oleh persamaan berikut

u∗ (t) = x∗ (t) + ẋ∗ (t)


√ √
1+ 2 √ 1− 2 √
2t − 2t
= √ √ e + √ √ e .
e2 2 − e−2 2 e−2 2 − e2 2


Contoh 56 Kembali pada masalah pertumbuhan tanaman yang telah dibahas pada bagian
sebelumnya yang mempunyai bentuk

ẋ(t) = 1 + u(t)

dari persamaan ini, didapat u(t) = ẋ(t) − 1 dan

Z1
1
J = u2 (t)dt
2
0
Z1
1
= (ẋ(t) − 1)2 dt.
2
0

Jadi
1
g(x(t), ẋ(t), t) = (ẋ(t) − 1)2
2
1 2
= (ẋ (t) − 2ẋ(t) + 1)
2
Dengan menggunakan persamaan Euler-Langrange
 
∂ d ∂
[g(x, ẋ, t)] − [g(x, ẋ, t)] = 0
∂x dt ∂ ẋ

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


316 F ormulasi masalah kontrol optimal..

diperoleh persamaan differensial:


ẍ(t) = 0
yang mempunyai penyelesaian x(t) = c1 t + c0 . Dengan keadaan awal x(0) = 0 dan keadaan
akhir x(1) = 2 didapat x(t) = 2t. Jadi kontrol optimal u(t) diberikan oleh

u(t) = ẋ(t) − 1 = 2 − 1 = 1.

Hasil yang diperoleh sesuai dengan hasil pada bagian sebelumnya.

12.1 Masalah maksimum/minimum dari suatu integral


Pada bagian ini akan diuraikan munculnya persamaan Euler-Langrange yang telah diperke-
nalkan pada bagian sebelumnya.
Dinyatakan lagi suatu pernyataan yang lebih umum dari pernyataan yang telah dibuat
sebelumnya, yaitu diinginkan mendapatkan suatu kurva x = x(t) dimana x(t1 ) = x1 dan
x(t2 ) = x2 sedemikian hingga bentuk integral berikut

Zt1
g(x, ẋ, t)dt (12.4)
t2

mempunyai nilai maksimum/minimum.

12.1.1 Persamaan Euler-Langrange


Pada subbagian ini diturunkan persamaan yang telah disebutkan pada awal Bab terdahulu
yaitu persamaan Euler-Langrange. Persamaan ini adalah salah satu persamaan yang pent-
ing untuk menyelesaikan masalah kontrol optimal. Sebagai motifasi munculnya persamaan
ini erat kaitannya dengan masalah enerji akan diberikan pada subbagian berikutnya. Un-

x
(t2 , x2 )

(t1 , x1 )

Gambar 12.1: Kurva sekitar.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


Masalah maksimum/minimum dari suatu integral.. 317

tuk mendapatkan kurva x = x(t), ditinjau pengaruh dari integral (12.4) disekitar kurva
tsb. (lihat Gambar 12.1)

X = x(t) + εη(t), (12.5)

dengan η(t) adalah sebarang fungsi dan ε sebarang parameter. Agar supaya kurva (12.5)
melalui titik (t1 , x1 ) dan (t2 , x2 ) haruslah

η(t1 ) = η(t2 ) = 0. (12.6)

Selajutnya dibutikan kurva x∗ = x(t) memenuhi persamaan

 
∂ d ∂
∗ ∗
[g(x , ẋ , t)] − (g(x , ẋ , t)) = 0 .
∗ ∗
(12.7)
∂x∗ dt ∂ ẋ∗

Kondisi (12.7) adalah syarat perlu untuk x∗ = x(t) bahwa (12.4) mempunyai nilai mak-
simum atau minimum. Misalkan x∗ = x(t) adalah kurva melalui titik (t1 , x1 ) dan (t2 , x2 )
yang membuat integral (12.4) mencapai nilai maksimum/minimum dan kurva X = x(t) +
εη(t), η(t1 ) = η(t2 ) = 0 adalah kurva sekitar x(t) yang juga melalui (t1 , x1 ) dan (t2 , x2 ).
Pertama ditunjukkan

Zt2   
∂g(x∗ , ẋ∗ , t) d ∂g(x∗ , ẋ∗ , t)

− η(t)dt = 0
∂x dt ∂ ẋ∗
t1

Tulis:

Zt2
I(ε) = g(x(t) + εη(t), ẋ(t) + εη̇(t), t)dt. (12.8)
t1

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


318 F ormulasi masalah kontrol optimal..

Nilai I(ε) pada persamaaan (12.8) mencapai maksimum/minimum untuk kurva x = x(t)
dI(ε)
bila = 0 di ε = 0. Dengan menggunakan aturan Leibnitz untuk integral diperoleh

Zt2
dI(ε) ∂g dt2 dt1
= dt + g −g =0
dε ǫ=0 ∂ε dε dε ǫ=0
t1
Zt2  
∂g ∂g
= η(t) + η̇(t) dt = 0
∂x ∂ ẋ
t1
Zt2 Zt2
∂g ∂g
= η(t)dt + η̇(t)dt = 0
∂x ∂ ẋ
t1 t1
Zt2 t2 Zt2
∂g ∂g d ∂g
= η(t)dt + η(t) − η(t) dt = 0
∂x ∂ ẋ t1 dt ∂ ẋ
t1 t1
Zt2 Zt2
∂g d ∂g
= η(t)dt − η(t) dt = 0
∂x dt ∂ ẋ
t1 t1
Zt2  
∂g d ∂g
= − η(t)dt = 0
∂x dt ∂ ẋ
t1

karena η(t) sebarang dan nilai integral tsb. bernilai nol, maka haruslah

∂g d ∂g
− = 0.
∂x dt ∂ ẋ

12.2 Cara Hamiltonian


Pada bagian ini akan diberikan suatu penyelesaian kontrol optimal dengan menggunakan
cara yang dinamakan H amiltonian. Namum sebelum diuraikan cara tsb. terlebih dahulu
diberikan suatu motifasi untuk memberikan gambaran mendatang yang lebih jelas tentang
cara Hamiltonian tsb. Motifasi diberikan lewat suatu kajian yang berkenaan dengan enerji
kenitik dan enerji potensial dari suatu massa yang bergerak karena suatu gaya.
Misalkan suatu massa m yang digantung dengan pegas secara vertikal (lihat Gam-
bar 12.2).
Massa pegas diabaikan sedangkan kostanta pegas adalah k. Bila x(t) adalah posisi
massa pada keadaan setimbang saat t, maka dengan menggunakan hukum Hooke, gaya
diberikan oleh
F = −kx(t)ii , (12.9)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


C ara Hamiltonian.. 319

x
m

Gambar 12.2: Sistem pegas.

dengan i adalah vektor satuan dengan arah kebawah. Karena


∂V
F =− i, (12.10)
∂x
dengan V menyatakan enerji potensial. Selanjutnya dari (12.9) dan (12.10) diperoleh
∂V 1
= kx(t) atau V = kx2 (t)
∂x 2
dalam hal ini konstanta sebarang diambil sama dengan nol. Energi kinetik dari massa
adalah  2
1 dx 1
T = m = mẋ2 (t).
2 dt 2
Bila L = T − V = 21 mẋ2 (t) − 21 kx2 (t) dan integral
Zt2
Ldt
t1

mempunyai nilai minimum, haruslah dipenuhi


 
∂L d ∂L
− =0 (12.11)
∂x dt ∂ ẋ
atau
mẍ(t) + kx(t) = 0.
Hasil ini tentunya sesuai bila digunakan Hukum-hukum Newton. Selain dari pada itu
persamaan (12.11) adalah persamaan Euler-Lagrange disini peranan fungsi g diganti oleh
selisih diantara enerji potensial dan enerji kinetik, yaitu L.
Berikut ini diuraikan cara Hamiltonian untuk menyelesaikan masalah kontrol optimal
sebagai berikut, cari kontrol optimal u∗ (t) yang memenuhi bentuk
ẋ(t) = f (x(t), u(t), t), x(t) ∈ Rn , u(t) ∈ Rp (12.12)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


320 F ormulasi masalah kontrol optimal..

sepanjang lintasan x∗ (t) sehingga nilai integral

Zt1
J = h(x(t1 ), t1 ) + g(x(t), u(t), t)dt (12.13)
t0

minimum. Tulis h dalam bentuk integral berikut


Zt1
d
h(x(t1 ), t1 ) = [h(x(t), t)] dt + h(x(t0 ), t0 ).
dt
t0

Sehingga diperoleh
Zt1  
d
J(u) = g(x(t), u(t), t) + [h(x(t), t)] dt + h(x(t0 ), t0 ).
dt
t0

Karena h(x(t0 ), t0 ) tetap (tidak mengandung u(t)), maka permasalahan akan ekivalen den-
gan meminimumkan integral
Zt1  
d
J(u) = g(x(t), u(t), t) + [h(x(t), t)] dt. (12.14)
dt
t0

Dengan menggunakan aturan rantai differensial diperoleh


 ′
d ∂h(x, t) ∂h(x, t)
[h(x(t), t)] = ẋ + ,
dt ∂x ∂t

dimana tanda ′ menyatakan suatu transpose. Dalam hal ini didapat


Zt1   ′ 
∂h(x, t) ∂h(x, t)
J(u) = g(x(t), u(t), t) + ẋ + dt (12.15)
∂x ∂t
t0

Untuk mengakomodasi persamaan (12.12) dibentuk fungsional


 ′
′ ∂h(x, t) ∂h(x, t)
ga (x, ẋ, u, λ, t) = g(x(t), u(t), t) + λ [f (x, u, t) − ẋ] + ẋ + (12.16)
∂x ∂t

dimana λ = (λ1 , λ2 , . . . , λn ) adalah suatu pengali Langrange. Sekarang masalahnya men-


jadi meminimumkan
Zt1
Ja (u) = ga (x, ẋ, u, λ, t)dt.
t0

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


C ara Hamiltonian.. 321

Persamaan diatas akan memberikan dua persamaan Euler-Lagrange dalam x dan u. Per-
tama ditinjau dulu persamaan Euler-Langrange dalam x∗ yaitu
 
∂ga (x∗ , ẋ∗ , u∗, λ∗ , t) d ∂ga (x∗ , ẋ∗ , u∗, λ∗ , t)
− = 0, (12.17)
∂x∗ dt ∂ ẋ∗

bila disubstitusikan persamaan (12.16) kedalam persamaan (12.17) didapat:


  ′  
∂h(x∗ ,t) ∂h(x∗ ,t) 

∂x∗
∗ ∗
g(x , u , t) + ∂x∗
ẋ + ∂t + λ f (x , u , t) 
∗ ∗′ ∗ ∗

h i (12.18)
d ∂h(x∗ ,t) ∗ 

− dt ∂x∗
−λ = 0

atau  ′ 
  ∂ 2 h(x∗ ,t)
ẋ 
∂ ′
∂x∗
g(x∗ , u∗ , t) + λ∗ f (x∗ , u∗, t) + ∂x∗ 2

2 h(x∗ ,t)
h i . (12.19)
d ∂h(x∗ ,t) 
+ ∂ ∂x ∗ ∂t − dt ∂x∗
+ λ∗ = 0

Dari aturan rantai untuk turunan didapat


   2 ′
d ∂h(x∗ , t) ∂ h(x∗ , t) ∂ 2 h(x∗ , t)
= ẋ∗
+ . (12.20)
dt ∂x∗ ∂x∗2 ∂t∂x∗

Dari dua persamaan (12.19) dan (12.20) serta karena urutan pendeferensialan dapat diper-
tukarkan diperoleh persamaan


λ̇∗ = − [g(x∗ , u∗, t) + λ∗′ f (x∗ , u∗ , t)] . (12.21)
∂x∗
Selanjutnya ditinjau persamaan Euler-Langrange dalam u∗ yaitu
 
∂ga (x∗ , ẋ∗ , u∗, λ∗ , t) d ∂ga (x∗ , ẋ∗ , u∗, λ∗ , t)
− = 0.
∂u∗ dt ∂ u̇∗

∂ga (x∗ , ẋ∗ , u∗ , λ∗ , t)


Dengan kenyataan = 0, maka diperoleh persamaan
∂ u̇∗
∂ga (x∗ , ẋ∗ , u∗ , λ∗ , t)
=0
∂u∗
atau

[g(x∗ , u∗, t) + λ∗′ f (x∗ , u∗ , t)] = 0. (12.22)
∂u∗
Persamaan (12.12), (12.21) dan (12.22) memberikan kondisi perlu untuk menentukan kon-
trol optimal u∗ (t) supaya nilai J pada persamaan (12.13) minimum. Kondisi perlu ini
terdiri dari (2n + p) persamaan yang mana sebanyak 2n persamaan differensial tingkat
satu merupakan n persamaan dari persamaan (12.12) dan n persamaan dari persamaan

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


322 F ormulasi masalah kontrol optimal..

(12.22) dan p persamaan dari persamaan (12.21). Penyelesaian dari 2n persamaan differen-
sial tsb. akan memuat sebanyak 2n konstatanta. Untuk menghitung konstanta-konstanta
ini, ada sebanyak n kondisi batas di t = t0 yang diberikan oleh persamaan

x(t0 ) = x0,

dan tambahan sebanyak n kondisi batas (sebanyak (n+1) kondisi batas bila waktu akhir
t1 bebas) dari keadaan akhir pada t = t1 .
Bila diperhatikan kuantitas dalam differensial parasial pada persamaan (12.21) dan
(12.22) adalah sama. Digunakan hal ini untuk mendifinisikan suatu Hamiltonian sebagai
berikut:
def
H(x, u, λ, t) = g(x, u, t) + λ′ f (x, u, t), (12.23)
maka dari persamaan (12.21), (12.22) dan (12.23) dipereroleh


λ̇ = − [H(x, u, λ, t)] (12.24)
∂x

0 = [H(x, u, λ, t)] (12.25)
∂u
dan persamaan (12.12) menjadi


ẋ = [H(x, u, λ, t)]. (12.26)
∂λ
Untuk menyelesaikan kontrol optimal menggunakan cara Hamiltonian, harus diselesaikan
persamaan (12.24) - (12.26) secara serempak. Cara yang mudah, pertama diselesaikan
persamaan (12.25) sehingga diperoleh kontrol optimal u∗

u∗ = u∗ (x, λ, t) (12.27)

selanjutnya substitusikan ke persamaan (12.23) sehingga diperoleh

H∗ (x, λ, t) = H(x, u∗ (x, λ, t), λ, t). (12.28)

Persamaan differensial (12.24) dan (12.25) menjadi sekumpulan dari 2n persamaan differ-
ensial tingkat satu serentak:
∂ ∗
ẋ = H (x, λ, t) (12.29)
∂λ
∂ ∗
λ̇ = − H (x, λ, t). (12.30)
∂x
Trayektori x∗ (t) dan λ∗ (t) diperoleh dengan menyelesaikan persamaan ini dengan sebanyak
2n kondisi batas, sedangkan kontrol optimal diperoleh dari persamaan (12.27).

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


C ara Hamiltonian.. 323

Contoh 57 Diberikan suatu sistem



ẋ1 (t) = x2 (t)
ẋ2 (t) = u(t)

dengan keadaan awal x1 (0) = x2 (0) = 1 dan keadaan akhir x1 (2) = x2 (2) = 0. Dapatkan
u∗ supaya
Z2
1
J(u) = u2 (t)dt
2
0

minimum.
Jawab. Dibentuk Hamiltonian
1
H(x, u, λ, t) = u2 + λ1 x2 + λ2 u.
2
Didapat
∂H
= u + λ2 = 0 ⇒ u∗ (t) = −λ2
∂u
dan
∂2H
= 1 > 0.
∂u2
Jadi H(x, u, λ, t) mencapai nilai minimum. Selanjutnya diperoleh
1
H∗ (x, λ, t) = (λ2 )2 + λ1 x2 + λ2 (−λ2 )
2
1
= (λ2 )2 + λ1 x2 − (λ2 )2
2
1
= λ1 x2 − (λ2 )2 ,
2
 ∂H∗
 ẋ1 = ∂λ1
= x2
(12.31)
 ∂H∗
ẋ2 = ∂λ2
= −λ2
dan  ∂H∗
 λ̇1 = − ∂x1 = 0 ⇒ λ1 = c1
(12.32)
 ∗
λ̇2 = − ∂H
∂x2
= −λ1 ⇒ λ̇2 = −c1 ⇒ λ2 = −c1 t + c2 .
Dari dua persamaan (12.31) dan (12.32), penylesaian x1 dan x2 masing-masing diberikan
oleh
c1 3 c2 2
x1 (t) = t − t + c3 t + c4
6 2
c1 2
x2 (t) = t − c2 t + c3 .
2

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


324 F ormulasi masalah kontrol optimal..

Dengan memasukkan nilai-nilai keadaan awal dan keadaan akhir pada x1 (t) dan x2 (t),
diperoleh
1 3 7 2
x∗1 (t) = t − t +t+1
2 4
3 2 7
x∗2 (t) = t − t + 1.
2 2
Dalam hal ini juga diperoleh

λ∗1 = 3

7
λ∗2 = −3t +
2
dan
7
u∗ (t) = 3t − .
2


Berikut ini diberikan beberapa ringkasan apa yang telah dibahas mengenai cara menye-
lesaikan masalah kontrol optimal dengan menggunakan cara Hamiltonian sebagai berikut:
Cari u∗ (t) yang memenuhi persamaan ẋ(t) = f (x, u, t) dengan meminimumkan indeks
perilaku
Zt1
J = h(x(t1 ), t1 ) + g(x, u, t)dt.
t0

Langka penyelesaian adalah

1 Bentuk Hamiltonian, yaitu H(x, u, λ, t) = g(x, u, t) + λ′f (x, u, t).

2 Selesaikan persamaan kontrol



H(x, u, λ, t) = 0
∂u
untuk memperoleh u∗ = u∗ (x, λ, t).

3 Dapatkan Hamiltonian H∗ (x, λ, t) = H(x, u∗ , λ, t).

4 Selesaikan 2n persamaan
 ∂
 ẋ(t) = ∂λ
H∗ (x, λ, t) (persamaan keadaan)
 ∂
λ̇(t) = − ∂x H∗ (x, λ, t) (persamaan ”ko − keadaan”)

dengan kondisi batas diberikan oleh keadaan awal dan keadaan akhir.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


C ara Hamiltonian.. 325

5 Substisusikan hasil-hasil langka 4 kedalam u∗ untuk memperoleh kontrol optimal yang


dicari.

Sebegitu jauh kajian terdahulu diasumsikan bahwa kontrol u tak dibatasi. Dari asumsi
ini kalkulus variasi dapat langsung digunakan untuk menyelesaikan masalah kontrol opti-
mal. Turunan parsial dari H(x, u, λ, t) terhadap u yang diberikan dalam persamaan (12.25)
adalah merupakan syarat perlu agar H(x, u, λ, t) mencapai minimum. Turunan parsial tsb.
langsung bisa digunakan hanya untuk sebarang x, u, t dan bila u tak dibatasi.
Dalam kajian berikut ini kontrol u dibatasi sebagai berikut

u(t) ∈ U ⊂ Rp . (12.33)

Pembatasan pada persamaan (12.33) tentunya untuk memberikan perbedaan dengan ka-
jian yang terdahulu, disini u(t) hanya merupakan anggota sebagian dari himpunan Rp .
Selain itu pembatasan yang dilakukan mempunyai arti yang penting karena kontrol yang
dikenakan pada berbagai sistem harus dibatasi besarnya, juga biasanya banyaknya kontrol
fisibel yang digunakan.
Jelas bahwa dalam hal tsb. diatas tidak memadai lagi memproses dengan metoda yang
telah disajikan terdahulu. P ontryagin sudah menunjukkan bahwa yang berkaitan dengan
adanya pembatasan dari u, kontrol optimal u∗ dipilih tetap harus meminimumkan H.
Hasil kerja keras Pontryagin memberikan suatu kontribusi yang berarti dalam teori kontrol
optimal yang telah membuktikan fakta bahwa u∗ yang dipilih harus meminimumkan H.
Untuk alasan ini, pembahasan yang disajikan disini dinamakan sebagai Prinsip Minimum
Pontryagin.
Dalam hal daerah kontrol "terbatas" dan "tertutup" kontrol optimal
u∗ (x, λ, t) diperoleh dengan meminimumkan H(x, u, λ, t) terhadap semua kontrol u dalam
daerah kontrol U, sedangkan fariabel yang lainnya diperlakukan sebagai konstanta. Dengan
kata lain, H(x, u, λ, t) mempunyai nilai minimum untuk vektor kontrol u∗ (x, λ, t) yang
sesuai. Dalam hal ini fungsi keadaan Pontryagin menjadi

H∗ (x, λ, t) = H(x, u∗ (x, λ, t), λ, t)


= min H(x, u, λ, t). (12.34)
u∈U

Bila U tidak dibatasi, jelas persamaan kontrol menjadi



H(x, u, λ, t) = 0
∂u
sebagaimana seperti yang telah dibahas.

Berikut ini diberikan ringkasan prosedur menyelesaikan masalah kontrol optimal dengan
menggunakan cara minimum Pontryagin.

Diberikan persamaan plant: ẋ(t) = f (x, u, t).

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


326 F ormulasi masalah kontrol optimal..

Rt1
Diberikan indeks perilaku: J = h(x(t1 ), t1 ) + g(x, u, t)dt.
t0

Diberikan konstraian fariabel kontrol: u ∈ U untuk semua t ∈ [t0 , t1 ].

Langkah 1. Bentuk fungsi Pontryagin: H(x, u, λ, t) = g(x, u, t) + λ′ f (x, λ, t).

Langkah 2. Minimumkan H(x, u, λ, t) terhadap semua vektor kontrol untuk memperoleh


u∗ = u∗ (x, λ, t).

Langkah 3. Dapatkan fungsi Pontryiagin H∗ (x, λ, t) = min H(x, u, λ, t).


u∈U

Langkah 4. Selesaikan sekumpulan 2n persamaan




 ∂H∗ (x, λ, t)

 ẋ(t) = persamaan keadaan
∂λ

 ∗
 λ̇(t) = − ∂H (x, λ, t)

persamaan ko − keadaan
∂x
dengan kondisi-kondisi batas diberikan.

Langkah 5. Untuk memperoleh kontrol optimal substitusikan hasil Langkah 4 kedalam


ekspresi u∗ .

Contoh 58 Misalkan suatu sistem diberikan oleh persamaan keadaan

ẋ1 (t) = x2 (t)


ẋ2 (t) = −x2 (t) + u(t).

Indeks perilaku yang diminimumkan adalah

Zt1
1
J= (x21 + u2 )dt.
2
t0

Sedangkan kontrol yang dibatasi diberikan oleh pertidaksamaan

|u(t)| ≤ 1, t ∈ [t0 , t1 ].

Dalam hal ini fungsi Pontryagin adalah

1 1
H(x, u, λ, t) = x21 + u2 + λ1 x2 − λ2 x2 + λ2 u.
2 2

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P ersamaan Hamilton-Jacobi.. 327


Dari H(x, u, λ, t) = 0, diperoleh u∗ (t) = −λ2 (t). Selanjutnya ditinjau beberapa keadaan
∂u
untuk memperoleh kontrol optimal yang memenuhi pembatasan yang telah ditentukan.
Untuk |λ2 (t)| ≤ 1, diperoleh u∗ (t) = −λ2 (t). Sedangkan untuk |λ2 (t)| > 1 diperoleh

∗ −1, untuk λ2 (t) > 1
u (t) =
1, untuk λ2 (t) < 1

Kontrol optimal strategi yang diperoleh diberikan dalam Gambar ??.


Dalam hal ini kontrol optimal u∗ (t) yang memenuhi kondisi pembatas diberikan oleh

 −1, untuk λ2 (t) > 1
u∗ (t) = −λ2 (t), untuk |λ2 (t)| ≤ 1

1, untuk λ2 (t) < 1

12.3 Persamaan Hamilton-Jacobi


Dalam bagian ini diberikan suatu cara lain untuk menyelesaikan masalah kontrol optimal
dengan menggunakan apa yang dinamakan H amilton-Jacobi. Dinyatakan lagi masalah
kontrol optimal yaitu diberikan persamaan (12.12), dicari kontrol u(t), dimana t ∈ [t0 , t1 ]
memenuhi (12.12) dengan meminimumkan integral pada (12.13). Diformulasikan lagi per-
samaan (12.13) sebagai berikut

Zt1
J(x(t), ut , t) = h(x(t1 ), t1 ) + g(x(τ ), u(τ ), τ )dτ, (12.35)
t

def
dimana t ≤ t1 , ut = {u(τ )|t ≤ τ ≤ t1 }. Persamaan (12.35) dapat ditulis
 t 
Z 1 
J ∗ (x(t), t) = min g(x(τ ), u(τ ), τ )dτ + h(x(t1 ), t1 ) (12.36)
ut  
t

atau
 

 t+△t
Z Zt1 


J (x(t), t) = min g(x(τ ), u(τ ), τ )dτ + g(x(τ ), u(τ ), τ )dτ + h(x(t1 ), t1 )
ut 
 

t t+△t
 t+△t 
 Z 
= min g(x(τ ), u(τ ), τ )dτ + J ∗ (x(t + △t), t + △t)
ut  
t

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


328 F ormulasi masalah kontrol optimal..

dimana J ∗ (x(t+△t), t+△t) adalah J minimum pada interval t+△t ≤ τ ≤ t1 . Dideretkan


J ∗ (x(t + △t), t + △t) dengan deret Taylor disekitar (x(t), t), didapat
Z t+△t  
∗ ∗ ∂ ∗
J (x(t), t) = min g(x(τ ), u(τ ), τ )dτ + J (x(t), t) + J (x(t), t) △t
ut t ∂t
 ∗  
∂J (x(t), t) ′
+ △x + suku tingkat tinggi dalam △t dan △x .
∂x

Untuk △t → 0 dan △x → 0 didapat


 t+△t

 Z  ∗ ′
∂J ∗ (x(t), t) △t 1 ∂J (x(t), t) △x 
0 = + min g(x(τ ), u(τ ), τ )dτ +
∂t △t ut  △t ∂x △t 
t
  ∗  
∂J ∗ (x(t), t) ∂J (x(t), t) ′
= + min g(x(t), u(t), t) + f (x(t), u(t), t) .
∂t ut ∂x

Persamaan (12.36) memenuhi kondisi batas: J ∗ (x(t1 ), t1 ) = h(x(t1 ), t1 ). Bila didefinisikan


Hamiltonian sebagai berikut
   ∗ ′
∂ ∗ ∂J (x(t), t)
H x(t), u(t), J (x(t), t), t = g(x(t), u(t), t) + f (x(t), u(t), t)
∂x ∂x

didapat  
∂J ∗ (x(t), t) ∂ ∗
0= + min H(x(t), u(t), J (x(t), t), t) . (12.37)
∂t ut ∂x
Bila u(t) dibatasi, maka kontrol optimal didapat dengan meminimumkan Hamiltonian H.
Bila tidak, maka syarat perlu u adalah optimal haruslah memenuhi
 
∂ ∂ ∗
H x(t), u(t), J (x(t), t) = 0
∂u ∂x

sedangkan syarat cukupnya adalah


 
∂2 ∂ ∗
H x(t), u(t), J (x(t), t) > 0.
∂u2 ∂x

Kontrol optimal diberikan oleh


 
∗ ∗ ∂ ∗
u = u x(t), J (x(t), t), t .
∂x

Substitusikan u∗ optimal tsb. kedalam persamaan (12.37) didapat persamaan


 
∂ ∗ ∂ ∗

0 = J (x(t), t) + H x(t), J (x(t), t), t . (12.38)
∂t ∂x

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P ersamaan Hamilton-Jacobi.. 329

Persamaan (12.38) dinamakan persamaan H amilton-Jacobi.

Berikut ini diberikan ringkasan prosedur Hamilton-Jacobi untuk menyelesaikan masalah


kontrol optimal.

Diberikan persamaan plant: ẋ(t) = f (x, u, t).

Rt1
Diberikan indeks perilaku: J = h(x(t1 ), t1 ) + g(x, u, t)dt.
t0

Diberikan konstrain variabel kontrol: u ∈ U untuk semua t ∈ [t0 , t1 ].

Langkah 1. Bentuk Hamiltonian


 ∗ ′
∂J ∗ (x, t) ∂J (x, t)
H(x, u, , t) = g(x, u, t) + f (x, u, t).
∂x ∂x


Langkah 2. Minimumkan H(x, u, ∂J ∂x(x,t) , t) terhadap semua vektor kontrol untuk memper-

oleh u∗ = u∗ (x, ∂J
∂x
, t).

Langkah 3. Dapatkan Hamiltonian:

∂J ∗ ∂J ∗
H∗ (x, , t) = H(x, u∗ (x, , t), t)
∂x ∂x

Langkah 4. Selesaikan persamaan Hamilton-Jacobi

∂J ∗ ∂J ∗
+ H∗ (x, , t)
∂t ∂x
dengan kondisi batas yang sesuai untuk memperoleh J ∗ (x, t).

Langkah 5. Substitusikan hasil Langkah 4 kedalam ekspresi u∗ untuk memperoleh kontrol


optimal.

Contoh 59 Diberikan ẋ(t) = u(t), x(0) = x0 . Dapatkan kontrol u supaya

Zt1

J= x2 (t) + u2 (t) dt, dengan t1 tertentu
0

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


330 F ormulasi masalah kontrol optimal..

minimum.

Jawab:
Syarat batas diberikan oleh
J ∗ (x(t1 ), t1 ) = h (x(t1 ), t1 ) = 0
Sedangkan Hamiltonian adalah
 
∂ ∗ ∂J ∗ (x(t), t)
H x(t), u(t), J (x(t), t) = x2 (t) + u2 (t) + u(t).
∂x ∂x
Karena u(t) tak dibatasi maka
∂H ∂J ∗ 1 ∂J ∗
= 2u + = 0 ⇒ u∗ (t) = −
∂u ∂x 2 ∂x
dan
∂2H
=2>0
∂u2
Jadi H mempuyai nilai minimum. Persamaan Hamilton-Jacobi diberikan oleh:
 2  
∂J ∗ 2 1 ∂J ∗ ∂J ∗ 1 ∂J ∗
0= +x + + −
∂t 4 ∂x ∂x 2 ∂x
atau  2
∂J ∗ 1 ∂J ∗
+x − 2
=0 (12.39)
∂t 4 ∂x
dengan kondisi batas J ∗ (x(t1 ), t1 ) = 0. Misalkan penyelesaian (13.17) adalah J ∗ (x(t), t) =
∗ ∗
K(t)x2 . Didapat ∂J
∂x
= 2K(t)x dan ∂J ∂t
= K̇(t)x2 . Dari sini didapat persamaan (12.39)
menjadi
1 
K̇(t)x2 (t) + x2 (t) − 4K 2 (t)x2 (t) = 0
 4 
K̇(t) − K (t) + 1 x2 (t) = 0.
2

Dari persamaan yang paling akhir diatas, didapat persamaan differensial


K̇(t) − K 2 (t) + 1 = 0.
Karena J ∗ (x(t1 ), t1 ) = 0, maka K(t1 ) = 0. Oleh karena itu penyelesaian persamaan
differensial diatas adalah
K(t) = tanh(t1 − t).
Sedangkan kontrol optimal u∗ (t) diberikan oleh
1 ∂J ∗
u∗ (t) = − = − tanh(t1 − t)x(t).
2 ∂x
dn nilai J minimum diberikan oleh:
J ∗ = tanh(t1 − t)x2 (t).


Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


M asalah optimal kontrol dengan syarat keadaan akhir bebas.. 331

12.4 Masalah optimal kontrol dengan syarat keadaan


akhir bebas
Sejauh ini pembahsan pada bagian-bagian terdahulu dengan asumsi nilai-nilai keadaan
awal dan keadaan akhir tetap. Pada bahasan berikut ini dikaji nilai keadaan awal (x(t1 ))
tetap sedangkan nilai keadaan akhir (x(t2 )) bebas. Pada Subbagian 12.1.1 telah diturunkan
suatu persamaan berbentuk
Zt2 t2 Zt2
∂g ∂g d ∂g
η(t)dt + η(t) − η(t) dt = 0
∂x ∂ ẋ t1 dt ∂ ẋ
t1 t1

Dalam kasus kajian sekarang ini, η(t1 ) = 0 dan η(t2 ) sebarang (karena x(t2 ) bebas). Oleh
karena itu didapat persamaan
Zt2  
∂g d ∂g ∂g
− η(t)dt + η(t2 ) = 0.
∂x dt ∂ ẋ ∂ ẋ t2
t1

Karena η(t) sebarang dan η(t2 ) bebas, maka haruslah


∂g ∂g d ∂g
= 0 dan − = 0.
∂ ẋ t2 ∂x dt ∂ ẋ

Contoh 60 Dapatkan suatu kurva diantara titik x(t1 ) = x(0) = 1 dan garis t2 = 4 dengan
panjang minimum.

Jawab
Bentuk integral yang akan diminimumkan adalah
Z4
J(x) = ds,
0
1
dimana ds
dt
= [1 + ẋ2 (t)] 2 . Integral yan yang akan diminimumkan menjadi
Z4
1
J(x) = [1 + ẋ2 (t)] 2 dt.
0
1
Terlihat bahwa g(x, ẋ = [1 + ẋ2 (t)] 2 , dalam hal ini persamaan Euler-Langrange diberikan
oleh " #
d ẋ
− = 0,
dt [1 + ẋ2 (t)] 21

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


332 F ormulasi masalah kontrol optimal..

dari persamaan diatas didapat persamaan differensial ẍ(t) = 0 yang penyelesaiannya


adalah x(t) = c1 t + c2 . Nilai konstanta c1 dan c2 masing-masing diberikan oleh c1 = 0
dan c2 = 1 yang didapat dari dua syarat batas x(0) = 1 dan ∂∂gẋ |t=4 = 0. Jadi peyelelesaian
yang memenuhi dua syarat batas tsb. adalah x(t) = 1 dan J(x) minimum bernilai 4.

Catatan
Hasil nilai x(t) = 1 yaitu merupakan garis lurus yang melalui titik (0, x(0)) = (0, 1) dan
tegak lurus garis t = 1 tidak sulit dihitung secara biasa. Contoh diatas sekedar memberikan
gambaran untuk menyelesaikan masalah dengan nilai keadaan akhir bebas. Sedangkan
syarat ∂∂gẋ |t=4 = 0 mempunyai peranan untuk menentukan satu nilai batas yang memang
dibutuhkan untuk memperoleh nilai satu konstanta dalam penyelesaian persamaan differ-
ensial yang dikaji.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


Bab 13
Linier Quadratic Regulator (LQR)

Sebagaimana telah diketahui bila sistem terkontrol dan teramati dalam pendisainan su-
atu kompensator untuk masukantunggal-keluarantunggal dapat tempatkan pole loop-tutup
dimana saja sesuai yang diinginkan. Walaupun pole loop-tutup menentukan kecepatan
(bandwidth) dan damping dari respon hal ini belum cukup untuk memberikan hasil yang
terbaik dari pendisainan, dengan kata lain belum memberikan suatu hasil yang optimal.
Beberapa alasan mengapa kajian kontrol optimal diperlukan diberikan sebagai berikut.
Pertama untuk mencari kontrol optimal dalam suatu sistem banyakmasukan-banyakkeluar-
an, teknik penempatan pole yang telah dikenal tidak menguraikan secara lengkap dan
khusus kontroler atau parameter kompensator (gain). Misalnya, diberikan plan dengan
order-k dengan sebanyak m masukan dan keseluruhan vektor keadaan dapat diakses un-
tuk umpan-balik. Dalam hal ini, suatu kontroler tak-dinamik sebanyak nk parameter
harus ditentukan, tetapi hanya sebanyak k lokasi pole loop-tutup yang mungkin. Jadi
harus diatur sebanyak m kali yaitu sesuai banyaknya parameter sebagai pole. Ada banyak
takhingga cara supaya pole loop-tutup yang sama bisa dicapai. Timbul pertanyaan, cara
apa yang terbaik? Algorithma apa yang bisa digunakan untuk menentukan gain umpan-
balik? Tentu dalam pandangan praktis ketersediaan parameter yang digunakan sekecil
mungkin dari yang dibutuhkan untuk mencapai lokasi pole loop-tutup yang diharapkan
akan memberikan keuntungan yang besar. Tetapi ketiadaan algorithma yang definitif un-
tuk menentukan suatu hukum kontrol tunggal adalah suatu kerugian bagi pendisainer sis-
tem yang tidak mengetahui bagaimana menangani kesulitan ini. Dengan pemilihan suatu
hukum kontrol untuk mengoptimalkan perilaku sistem kesulitan ini bisa diatasi.
Suatu alasan yang lebih meyakinkan untuk mencari kontroler optimal adalah pendi-
sainer menyadari tidak mengetahui lokasi pole loop-tutup yang diharapkan. Pemilihan
lokasi pole jauh dari titik asal memberikan respon dinamik sangat cepat tetapi membu-
tuhkan signal kontrol sangat besar untuk menghasilkan sumber daya yang dibutuhkan.
Penggunaan gain yang dapat menghasilkan signal tsb. dengan tiadanya pembatas dari
daya yang digunakan dapat mengakibatkan signal kontrol melebihi batas pisik, misalnya
saja menimbulkan "saturasi". Dalam kasus yang demikian, perilaku dinamik sistem loop-

333
334 Linier Quadratic Regulator (LQR)..

tutup tidak bisa diprediksi dengan analisa linier dan bahkan mungkin tak-stabil. Untuk
membatasi hal ini sering perlu untuk membatasi kecepatan respon sehingga tujuan pendi-
sainan tercapai tanpa terjadi saturasi. Alasan lain untuk membatasi kecepatan respon
adalah suatu harapan untuk menghindari "noise" yang secara khusus menyertai sistem
gain-tinggi. Para insinyur yang mempunyai pengalaman luas yang diperolehnya dengan
intuisi mengenai proses penempatan lokasi pole-tutup yang tepat. Tetapi ia berhadapan
dengan suatu proses yang tak-dikenalnya untuk mengontrol dan tidak cukupnya waktu
untuk memperoleh keperluan mendalam, para insinyur akan menyadari suatu metode dis-
ain dikembangkan yang bisa memberikan suatu pengetahuan disain awal. Teori optimisasi
yang telah berkembang bisa menyelesaikan masalah ini.
Suatu alasan lain digunakannya teori kontrol optimal adalah pemrosesan yang dikon-
trol mungkin tak-terkontrol. Dalam hal ini terdapat beberapa ruang bagian dari ruang
keadaan pemrosesan yang mana vektor keadaan tidak bisa dipengaruhi oleh sinyal kon-
trol yang sesuai. Perilaku dinamik dari sub-ruang ini bukanlah inti masalah kontrol oleh
karenanya tidak semua pole dari sistem loop tutup bisa ditempatkan sesuai yang diiginkan
oleh pendisain. Maka dari itu pendisainan dengan penempatan pole-pole tidak akan mem-
buahkan hasil yang diinginkan. Tetapi bila menggunakan teori kontrol optimal dan tanpa
menentukan banyak persyaratan perilaku sistem yang tidak mungkin, hal ini tentunya
memungkinkan untuk untuk mendisain suatu sistem kontrol untuk mengkontrol sebanyak
mungkin yang bisa dikontrol. Lagi pula, bila perilaku dari bagian yang tak-terkontrol
adalah stabil, maka perilaku keseluruhan sistem akan bisa diterima.
Pada bagian ini dibahas masalah kontrol optimal yang dikenal dengan nama "LQR".
Operasi dalam LQR banyak dilakukan dengan matriks, khususnya yang berkaitan dengan
pengertian matriks simetri, matriks definit positip dan matriks semi definit positip. Oleh
karena itu sebelum dinyatakan masalah LQR, terlebih dahulu diberikan pengertian dari apa
yang telah disebutkan diatas. Juga karena dalam masalah kontrol optimal sering dilakukan
differensial dari suatu fungsi terhadap waktu t, pada bagian ini juga akan diberikan aturan
differensial dari fungsi matriks atau fungsi vektor.

13.1 Matriks semi-definit positip dan definit positip


Matriks A ukuran n × n dikatakan semi-definit positip bila untuk setiap vektor x 6= 0
dengan n komponen berlaku x′ Ax ≥ 0, dan dikatakan definit positip bila x′ Ax > 0.
Pada pembahasan LQR sangat memudahkan perhitungan bila bekerja dengan matriks
simetri. Dalam hal ini selalu dapat dibentuk matriks simetri dari suatu matriks yang tak
simetri, matriks simetri ini akan mempunyai sifat yang sama berkenaan dengan kedefini-
tannya. Bila A suatu matriks tak simetri, matriks simetri Ā dapat dibentuk sebagai
Ā = 12 [A + A′ ].

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K ontrol loop buka.. 335

Contoh 61 Diberikan matriks


   
4 2 x1
A= dan x = dengan x1 6= 0, x2 6= 0.
0 1 x2

Didapat

x′ Ax = 4x21 + 2x1 x2 + x22


= ax21 + bx1 + c.

Dari persamaan diatas terlihat bahwa x′ Ax = ax21 +bx1 +c merupakan suatu parabola yang
selalu positip untuk semua nilai x1 . Hal ini bisa ditunjukkan sebagai berikut: parabola
terbuka keatas sebab a = 4 > 0, diskriminan dari parabola D = b2 − 4ac = 4x22 − 16x22 =
−12x21 < 0 untuk x2 6= 0.
Bila matriks simetri Ā diberikan sebagai berikut:
 
1 ′ 4 1
Ā = [A + A ] = ,
2 1 1

maka didapat x′ Āx = x′ Ax > 0.

Beberapa fakta differensial dari fungsi matriks/vektor diberikan sebagai berikut. Bila
vektor x = x(t), c vektor konstan masing-masing dengan n komponen dan matriks konstan
A berukuran n × n, maka

1. d
dt
[x′ (t)Ax(t)] = x′ (t)[A′ + A]ẋ(t),

2. d
dx
[cc ′ x] = d
dx
[x′c ] = c ,

3. d
dx
[x′ (t)Ax(t)] = Ax(t) + A′ x(t).
∂f ∂g
4. Dan bila f = f (x) dan g = g(x), maka d
dx
[f ′ g] = ∂x
g + ∂x
f.

Berikut ini diformulasikan masalah yang berkenaan dengan LQR yang dibedakan dalam
dua kasus yaitu kontrol loop-buka dan kontrol loop-tutup. Pembedaan ini erat kaitannya
dengan dua persamaan yaitu persamaan Lyapunov dan persamaan Aljabar Riccati.

13.2 Kontrol loop buka


Diberikan suatu sistem berbentuk

ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t), x(t) ∈ Rn , u(t) ∈ Rp , A ∈ Rn×n , B ∈ Rn×p , (13.1)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


336 Linier Quadratic Regulator (LQR)..

dengan keadaan awal dan keadaan akhir masing-masing diberikan oleh x(t0 ) = x0 dan
x(t1 ) = x1 . Dapatkan u yang memenuhi (13.1) dengan syarat bentuk integral berikut

Zt1
1
J= u′ (t)Ru(t)dt (13.2)
2
t0

mempunyai nilai minimum, dimana R matriks simetri definit positip berukuran p × p


yang dipilih oleh pendisainer berdasarkan pada tujuan pengontrolan. Selanjutnya untuk
menyelesaikan masalah LQR ini, dibentuk Hamiltonian yang diberikan sebagai berikut
1
H = u′ (t)Ru(t) + λ′ (t) [Ax(t) + Bu(t)] .
2
Dari Hamiltonian ini didapat

∂H ′
λ̇(t) = − = −A′ λ(t) ⇒ λ(t) = eA (t1 −t) λ(t1 )
∂x
∂H ′
0 = = Ru(t) + B ′ λ(t) ⇒ u(t) = −R−1 B ′ eA (t1 −t) λ(t1 ).
∂u
Persamaan (13.1) menjadi

ẋ(t) = Ax(t) − BR−1 B ′ eA (t1 −t) λ(t1 )

dan penyelesaiannya adalah:

Zt h i
A(t−t0 ) A(t−τ ) −1 ′ A′ (t1 −τ )
x(t) = e x0 − e BR B e λ(t1 ) dτ
t0

Untuk menghitung λ(t1 ) didefinisikan:

Zt h i
dif. A(t−τ ) −1 ′ A′ (t−τ )
P (t) = e BR B e dτ
t0

Dengan menggunakan aturan Leibnitz untuk integral diperoleh:

Zt
d h A(t−τ ) ′
i ′ dt
Ṗ (t) = e BR−1 B ′ eA (t−τ ) dτ + eA(t−t) BR−1 B ′ eA (t−t)
dt dt
t0
dt0 ′
−eA(t−t0 ) BR−1 B ′ eA (t−t0 )
dt
= AP (t) + P (t)A′ + BR−1 B ′ .

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K ontrol loop buka.. 337

Didapat persamaan differensial:


Ṗ (t) = AP (t) + P (t)A′ + BR−1 B ′ (13.3)
yang memenuhi syarat awal P (t0 ) = 0. Persamaan (13.3) dinamakan suatu persamaan
L yapunov dan P (t) adalah matriks simetri. Dilain pihak dari syarat x(t1 ) = x1 , didapat:
Zt1 h i
A(t1 −t0 ) ′
x1 = e x0 − eA(t1 −τ ) BR−1 B ′ eA (t1 −τ ) dτ λ(t1 )
t0

= e A(t1 −t0 )
x0 − P (t1 )λ(t1 ). (13.4)
Dari persamaan ini didapat:
 
λ(t1 ) = P −1(t1 ) eA(t1 −t0 ) x0 − x1 .
Jadi kontrol optimal u(t) diberikan oleh:
′  
u(t) = R−1 B ′ eA (t1 −t) P −1 (t1 ) x1 − eA(t1 −t0 ) x0 (13.5)
dan dengan menggunakan kesimitrian Jmin diberikan oleh:
1 ′  
Jmin = x1 − eA(t1 −t0 ) x0 P −1 (t1 ) x1 − eA(t1 −t0 ) x0 .
2

Sebelum diberikan suatu contoh yang berkaitan dengan LQR loop buka, terlebih dahulu
diberikan rinkasan hasil-hasil dari LQR loop buka.

Model Sistem:
ẋ = Ax + Bu, t ≥ t0 ,
dengan x(t0 ) = x0 diberikan.

Keadaan Akhir yang diharapkan:


x(t1 ) = x1,
dengan x1 diberikan.

Indeks Perilaku:
Zt1
1
J(t0 ) = u′ Ru dt, R > 0.
2
t0

Kontrol Optimal Loop-Buka:


Persamaan Lyapunov:
Ṗ = AP + P A′ + BR−1 B ′ , P (t0 ) = 0.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


338 Linier Quadratic Regulator (LQR)..

Kontrol Loop-Buka:
′  
u(t) = R−1 B ′ eA (t1 −t) P −1 (t1 ) x1 − eA(t1 −t0 ) x0 .

Biaya Optimal:

1 ′  
J(t0 ) = x1 − eA(t1 −t0 ) x0 P −1 (t1 ) x1 − eA(t1 −t0 ) x0 .
2

Contoh 62 Dikaji kembali Contoh 57 yaitu sistem yang diberikan oleh:


   
0 1 0
ẋ(t) = x(t) + u(t)
0 0 1

dengan kondisi awal x1 (0) = x2 (0) = 1, kondisi akhir x1 (2) = x2 (2) = 0 dan indeks perilaku
J:
Z2
1
J= u2 (t)dt.
2
0

Untuk menyelesaikan persoalan ini digunakan persamaan Lyapunov, didapat:


     
0 1 0 0 0 0
Ṗ (t) = P (t) + P (t) +
0 0 1 0 0 1

dimana P (t) adalah matriks simetri dan P (0) = 0. Dari persamaan Lyapunov diatas
didapat:
ṗ1,1 (t) = 2p1,2 (t), ṗ1,2 (t) = p2,2 (t), ṗ2,2 (t) = 1.
Dengan kondisi awal P (0) = 0, didapat:

t3 t2
p1,1 (t) = , p1,2 (t) = , p2,2 (t) = t.
3 2
Jadi matriks P (t) adalah:
 t3 t2

P (t) = 3 2
t2
2
t

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K ontrol loop buka.. 339

dan kontrol optimal u(t) diberikan oleh:


′  
u(t) = R−1 B ′ eA (t1 −t) P −1 (t1 ) x1 − eA(t1 −t0 ) x0
   8 −1      
1 0 2 0 1 2 1
= 1.(0 1) 3 −
2−t 1 2 1 0 0 1 1
 3   
 − 23 −3
= 2−t 1 2
3
−2 2 −1
7
= 3t − .
2
Hasil ini sama seperti yang diberikan dalam Contoh 57.

Berikut ini diberikan suatu komentar/diskusi yang berkaitan dengan hasli-hasil dari LQR
Loop-Buka.

Beberapa Komentar LQR Loop-Buka

Dalam bahasan sebelumnya telah diberikan ringkasan persamaan pendisainan kontroler


LQ keadaan-akhir-tetap yang mengarahkan sistem dari suatu keadaan awal x0 kesuatu
keadaan akhir tetap sesuai yang diharapkan yaitu x1 sekaligus juga meminimumkan enerji
kontrol J(t0 ).
Sesuai hasil ringkasan yang diberikan pada pembahasan sebelumnya, kontrol optimal
u(t) yang meminimumkan Indeks Perilaku J(t0 ) sekaligus juga menjamin keadaan akhir
x(t1 ) = x1 diperoleh sebagai berikut. Pertama, integralkan persamaan Lyapunov dari t0
sampai t1 dengan P (t0 ) = 0 untuk memperoleh P (t1 ). Dari sini Indeks perilaku minimum
bisa dihitung sebelum pengontrol dijalankan. Peenghitungan kontrol optimal diberikan
dalam bentuk memuat P −1 (t1 ).
Karena kontrol u(t) tidak tergantung keadaan x(t) pada saat waktu t, tetapi hanya
pada titik akhir khusus dari trayektori keadaan, hal ini adalah kontrol loop-buka. Bila
untuk beberapa alasan yang memungkinkan keadaan x(t) mengganggu jejak optimal, maka
tidak ada cara bagi pengontrol untuk mengatasi hal ini, oleh karena itu keadaan akhir x(t1 )
umumnya tidak akan sama dengan nilai yang diharapkan yaitu x1. Dalam hal ini kontrol
loop-buka tidak robust terhadap gangguan atau ketidakpastian parameter dalam matriks
sistem. Pada bagian berikutnya akan diturunkan LQR loop-tutup.
Karena kontrol adalah loop-buka, bila diinginkan pengontrol u(t) dapat dihitung dahulu
dan dismpan didalam memory komputer sebelum kontrol dijalankan. Maka kontrol ini
dapat dipakai pada plant untuk mencapai tujuan selama phase implementasi aktual.
Penyelesaian persamaan homogin pada saat waktu t1 adalah:
x(t1 ) = eA(t1 −t0 ) x0, (13.6)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


340 Linier Quadratic Regulator (LQR)..

dari sini diperoleh x1 − eA(t1 −t0 ) x0 adalah beda diantara keadaan akhir yang diharapkan
yaitu x1 dengan kedaan akhir sebenarnya dari sistem. Hal ini akan bermakna bahwa
kontrol optimal sebanding dengan beda tsb. Bila beda tsb. sama dengan nol, maka tidak
akan ada kontrol yang diperlukan untuk membuat keadaan x(t) menuju kekeadaan akhir
x1 pada waktu t1 .
Keujudan kontrol optimal dijamin bila dan hanya bila matriks P (t1 ) nonsingulir. Karena
R diasumsikan nonsingulir dan positip hal ini berkaitan dengan keterkontrolan plan. Jadi
bila pasangan matriks (A, B) terkontrol, maka ada suatu kontrol enerji minimum yang
mengarahkan sebarang keadaan awal kesebarang keadaan akhir yang diinginkan.
Perhatikan bahwa nilai optimal dari indeks perilaku hanya bergantung pada keadaan
awal x0 dan keadaan akhir x1. Jadi diberikan keadaan awal keadaan akhir yang dihara-
pkan, kontrol enerji yang dibutuhkan dapat dihitung sebelum kontrol optimal u(t) dike-
nakan pada sistem. Bila kontrol ini terlalu besar, maka akan terlalu banyak enerji yang
dibutuhkan. Dalam kejadian ini, kontrol u(t) seharusnya didisain ulang dengan pemili-
han suatu interval waktu (t1 − t0 ) yang lebih sebesar. Hal ini menurut (13.4) matriks
Graminian P (t1 ) menjadi lebih besar, sehingga menurut (13.5) besar dari kontrol optimal
akan menjadi lebuh kecil.
Berikut ini diberikan contoh LQ kontrol loop-buka. Contoh ini adalah analitik di-
dalam alamiah sebagaimana maksudnya untuk menunjukkan aspek perhitungan persamaan
pendisainan dalam ringkasan yang telah diberikan.

Contoh 63 Kontrol loop-buka suatu motor DC.

Asumsikan beban torsi nol, relasi transfer dari suatu kontrol dinamo motor DC adalah:
km
ω= ′
u (13.7)
(Ls + R)(Jm s + bm ) + km km
dengan ω(t) kecepatan keluaran, kontrol u(t) adalah voltage dinamo, km torsi konstan, km

torsi e.m.f konstan, L adalah induktansi kumparan dinamo, R adalah resistan dinamo, Jm
adalah momen inersia rotor dan bm adalah damping ekivalen rotor konstan.
Pengabaian waktu konstanta elektrik L/R yang biasanya agar supaya besarnya lebih
kecil dari waktu konstanta mekanik Jm /bm , model (13.7) dapat ditulis sebagai:
k
ω= u (13.8)
1 + sτ
dimana
km RJm
k= ′
, τ= ′
. (13.9)
Rbm + km km Rbm + km km
Model variabel keadaannya diberikan oleh:
ẋ = −ax + bu (13.10)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K ontrol loop-tutup.. 341

dengan ω(t) = x(t), a = τ1 dan b = τk .


Kecepatan awal x(0) = w0 diketahui. Tujuannya adalah mengendalikan motor kesuatu
kecepatan akhir yang diharapkan yaitu x(t1 ) = ω1 pada suatu waktu akhir yang ditentukan
yaitu t1 . Agar supaya menggunakan enerji kontrol minimum diinginkan indeks perilakunya
berbentuk:
Zt1
1
J= ru2 (t) dt. (13.11)
2
0

Persamaan Lyapunovnya adalah:


b2
ṗ = −2ap + , (13.12)
r
yang penyelesaiannya untuk p(0) = 0 diberikan oleh
Zt
b2 b2
p(t) = e−2a(t−τ ) dτ = (1 − e−2at ), (13.13)
r 2ar
0

sedangkan pengontrol optimalnya diberikan oleh:


a(ω1 − ω0 e−at1 ) at
u(t) = e . (13.14)
b sinh at1
Disini perlu diberikan catatan bahwa kontrol u(t) tidak tergantung pada bobot pengontrol
r, hal ini disebabkan u(t) adalah skalar.
Penyelesaian dari persamaan keadaan (13.10) diberikan oleh:
Zt
x(t) = e−at x(0) + e−a(t−τ ) bu(τ )dτ. (13.15)
0

Dengan menggunakan persamaan (13.14) dan (13.15) keadaan x(t) diberikan oleh:
sinh at
x(t) = ω0 e−at + (ω1 − ω0 e−at1 ) , (13.16)
sinh at1
dan untuk t = t1 diperoleh x(t1 ) = ω1 .

13.3 Kontrol loop-tutup


Hasil-hasil kajian pada bagian ini akan sering digunakan pada kajian yang berikutnya
dikarenakan bermanfaat untuk menyelesaikan masalah sistem linier yang berkaitan dengan

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


342 Linier Quadratic Regulator (LQR)..

kontrol umpan-balik. Hal ini beda dengan kontrol loop-tutup yang dibahas pada bagian
sebelumnya. Keuntungan dari umpan balik diantaranya adalah mereduksi sensitifitas,
meregulasi sendiri, tegar terhadap gangguan dll.
Ditinjau lagi sistem linier berbentuk
ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t), x(t) ∈ Rn , u(t) ∈ Rp , A ∈ Rn×n , B ∈ Rn×p , (13.17)
dengan keadaan awal x(t0 ) = x0. Sekarang sebagai keadaan akhir x(t1 ) hanya dibutuhkan
mendekati nol pada saat waktu akhir yang ditentukan uaitu t1 . Jadi dalam hal ini keadaan
akhir bebas dan diingini untuk memilih pengontrol u(t) yang memenuhi (13.17) serta
meminimumkan indek perilaku berbentuk:
Zt1
1 1
J(t0 ) = x′ (t1 )P x(t1 ) + [x′ (t)Qx(t) + u′ (t)Ru(t)] dt. (13.18)
2 2
t0

Matriks bobot kontrol R, matriks bobot keadaan Q dan matriks bobot keadaan akhir
P (t1 ) adalah matriks-matriks simetri dipilih oleh pendisain yang bergantung pada tujuan
pengontrolan sebagaimana yang akan terlihat. Seperti hal sebelumnya, bila elemen-elemen
dari matriks P (t1 ) dipilih besar, maka nilai keadaan akhir x(t1 ) harus lebih kecil untuk
mempertahankan nilai indeks perilaku kecil.
Diasumsikan bahwa matriks-matriks Q dan P adalah semidefinit-positip. Jadi, masing-
masing Q dan P mempunyai nilai karakteristik taknegatif dengan demikian masing-masing
x′ Qx dan x′ P x adalah tak-negatif untuk semua x(t). Begitu juga diasumsikan bahwa
matriks R adalah definit positip, yaitu R mempunyai nilai karakteristik positip, sehingga
u′ Ru > 0 untuk semua u(t) 6= 0. Dalam hal ini J adalah selalu terbatas kebawah dengan
batas bawah nol. Karena bentuk kuadrat dari keadaan dan kontrol muncul di (13.18),
dicoba untuk meminimumkan enerji secara umum (dalam hal ini misalnya ditinjau bila
beberapa komponen keadaan adalah kecepatan atau voltage atau arus listrik).
Karena digunakan suatu indeks perilaku kuadrat untuk mengatur keadaan dari sistem
ke nol, tetapi tanpa membutuhkan sebarang nilai keadaan akhir yang tetap, dinamakan
hal ini adalah masalah LQR keadaan akhir bebas.
Untuk menyelesaikan masalah LQR, dibentuk Hamiltonian yang diberikan sebagai
berikut
1 1
H = x′ (t)Qx(t) + u′ (t)Ru(t) + λ′ (t) [Ax(t) + Bu(t)] , (13.19)
2 2
dengan λ(t) ∈ Rn adalah suatu pengali yang takdiketahui.
Dari Hamiltonian ini diperoleh persamaan keadaan dan ko-keadaan
ẋ(t) = Ax(t) + Bu (13.20)
λ̇(t) = −Qx(t) − A′ λ(t), (13.21)
dan kondisi stasioner:
∂H
0= = Ru(t) + B ′ λ. (13.22)
∂u

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K ontrol loop-tutup.. 343

Dari persamaan stasioner ini diperoleh kontrol optimal:

u(t) = −R−1 B ′ λ(t). (13.23)

Substitusikan persamaan (13.23) kedalam persamaan (13.20), didapat:

ẋ(t) = Ax(t) − BR−1 B ′ λ(t). (13.24)

Bila hasil ini digabungkan dengan persamaan ko-keadaan kedalam persamaan sistem Hamil-
tonian homogin, diperoleh:
    
ẋ A −BR−1 B ′ x
= ′ (13.25)
λ̇ −Q −A λ

dengan kondisi batas x(0) = x0 dan λ(0) = 0. Matriks koefisien dari persamaan (13.25)
dinamakan matriks Hamiltonian. Nilai karakteristik dan vektor karakteristik dari matriks
ini sangat penting didalam penganalisaan LQR invarian-waktu.
Keadaan awal x(t0 ) diketahui bernilai x0. Waktu akhir t1 adalah tetap, sedangkan
keadaan akhir x(t1 ) bebas. Disamping itu persamaan (13.25) adalah linier dan x(t) serta
λ(t) secara linier bergantung pada x0, dengan demikian λ(t) secara linier bergantung pada
x(t). Oleh karenanya dicoba penyelesaian λ(t) mempunyai bentuk:

λ(t) = P (t)x(t), (13.26)

dengan P (t) adalah matriks n × n belum diketahui.


Untuk memperoleh matriks P (t), didifferensialkan persamaan ko-keadaan (13.26) dan
dengan menggunakan persamaan keadaan (13.24) diperoleh:

λ̇ = Ṗ x + P ẋ = Ṗ x + P (Ax − BR−1 B ′ P x). (13.27)

Gabungkan persamaan (13.21) dan (13.27), diperoleh:

−Ṗ x = (A′ P + P A + Q − P BR−1 B ′ P )x. (13.28)

Karena persamaan (13.28) berlaku untuk setiap x(t) dengan t < t1 , diperoleh:

−Ṗ = (A′ P + P A + Q − P BR−1 B ′ P ). (13.29)

Persamaan (13.29) dinamakan persamaan Riccati yang merupakan persamaan linier dalam
P (t). Matriks P (t) bisa diperoleh dengan menyelesaian persamaan Riccati. Dalam hal ini
kontrol optimal u(t) diberikan oleh:

u(t) = −R−1 B ′ P (t)x(t). (13.30)

Dari sini didefinisikan matriks gain Kalman K(t) sebagai berikut:

K(t) = R−1 B ′ P (t), (13.31)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


344 Linier Quadratic Regulator (LQR)..

sehingga diperoleh hukum kontrol umpanbalik-keadaan:

u(t) = −K(t)x(t). (13.32)

Berikut ini dihitung biaya optimal dengan menggunakan pengontrol ini. Pertama diberikan
dulu persamaan berbentuk:
Zt1
1 d ′ 1 1
[x P x] = x′ (t1 )P (t1 )x(t1 ) − x′ (t0 )P (t0 )x(t0 ) (13.33)
2 dt 2 2
t0

atau
Zt1
1 d ′ 1 1
[x P x] − x′ (t1 )P (t1 )x(t1 ) + x′ (t0 )P (t0 )x(t0 ) = 0. (13.34)
2 dt 2 2
t0

Tambahkan persamaan (13.34) kedalam persamaan (13.18), didapat:


Zt1  
1 1
J(t0 ) = x′ (t0 )P (t0 )x(t0 ) + x′ Qx + u′ Ru + ẋ′ P x + x′ Ṗ x + x′ P ẋ dt. (13.35)
2 2
t0

Selajutnya dengan menggunakan persamaan (13.30), (13.24) dan persamaan (13.26) dida-
pat:
Rt1  ′ 
x Qx + u′ Ru + ẋ′ P x + x′ Ṗ x + x′ P ẋ dt
t0
Rt1  ′ ′ −1 ′ ′

′ ′
= x Qx + x P BR B P x + ẋ P x + x Ṗ x + x P ẋ dt
t0
Rt1  ′ ′ −1 ′ ′ ′ ′ −1 ′

= x Qx + x P BR B P x + ẋ P x + x Ṗ x + x P [Ax − BR B P x] dt
t0
Rt1  
= x′ Qx + ẋ′ P x + x′ Ṗ x + x′ P Ax dt
t0
Rt1  
= x′ Qx + [x′ A′ − x′ P BR−1 B ′ ]P x + x′ Ṗ x + x′ P Ax dt
t0
Rt1  
= x′ Qx + [x′ A′ − x′ P BR−1 B ′ ]P x + x′ Ṗ x + x′ P Ax dt
t0
Rt1  
= x′ Ṗ + P A + A′ P x′ − P BR−1 B ′ P xdt
t0
= 0.
Langkah akhir perhitungan yang telah dilakukan menggunakan persamaan Riccati sehingga
diperoleh hasil integaralnya bernilai nol. Dengan demikian nilai optimal dari biaya menjadi:
1
J(t0 ) = x′ (t0 )P (t0 )x(t0 ). (13.36)
2

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K ontrol loop-tutup.. 345

Berikut ini diberikan ringkasan apa yang telah diuraikan berkaitan dengan LQR loop-
tutup, setelah itu didiskusikan apa saja yang telah dibahas.

Model Sistem:

ẋ = Ax + Bu, t ≥ t0 , dengan keadaan awal x(t0 ) = x0 diberikan.

Indeks perilaku:

Zt1
1 1
J(t0 ) = x′ (t1 )P (t1 )x(t1 ) + (x′ Qx + u′ Ru) dt
2 2
t0

dengan
P (T ) ≥ 0, Q ≥ 0 dan R > 0.

Kontrol umpanbalik optimal:

Persamaan Riccati:

−Ṗ (t) = A′ P + P A − P BR−1 B ′ P + Q, dengan t ≤ t1 dan P (t1 ) diberikan.

Gain Kalman:
K(t) = R−1 B ′ P (t).

Umpanbalik varian waktu:


u(t) = −K(t)x(t).

Biaya Optimal:
1
J(t0 ) = x′ (t0 )P (t0 )x(t0 ).
2
Ringkasan LQR optimal yang telah diberikan adalah suatu kontrol sistem umpanbalik.
Selajutnya didiskusikan beberapa hal yang berkaitan dengan hukum kontrol yang telah
diturunkan.
Masalah LQR optimal ditentukan dengan meyelesaikan terlebih dahulu persamaan Ric-
cati untuk suatu matriks pembantu P (t) menggunakan nilai kondisi akhir dari P (t1 ) yang
dipilih untuk mengoptimalkan Indeks Perilaku. Maka gain umpanbalik optimal diberikan
oleh gail Kalman K(t). Bahkan bila sistem (A, B) adalah invarian-waktu, kontrol opti-
mal u(t) adalah umpanbalik keadaan varian-waktu. Hal ini adalah suatu alasan mengapa
Kontroler LQ optimal tidak ditentukan dengan menggunakan cara domain-frekuensi.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


346 Linier Quadratic Regulator (LQR)..

Kontrol umpanbalik atau loop-tutup dalam kajian ini lebih bermanfaat dalam dunia
praktis dari pada kontrol loop-buka, sebab ia robust terhadap ketidakpastian dalam pa-
rameter plan begitu juga terhadap banyak gangguan. Bahkan bila sistem model tidak
mendiskripsikan plan eksak, LQR akan memberikan perilaku yang diharapkan bila bila
diskripnya mendekati. Kajian lain dari LQR yang penting adalah jaminan sifat-sifat kete-
garan (robustness).
Kedaan awal dari plan diketahui. Maka dari itu, uraian dalam ringkasan menunjukkan
bisa dihitung biaya optimal sebelum digunakan kontrol terhadap plan. Bila kontrol ini
terlalu besar, dapat pilih matriks bobot Q, R dan P (t) yang lain dan mencoba disain yang
lainnya.
Catatan bahwa dalam bentuk gain Kalman, persamaan Riccati bisa ditulis sebagai:

−Ṗ = A′ P + P A − K ′ RK + Q. (13.37)

Dalam bentuk matriks plan loop-titup, persamaan Riccati bisa ditulis sebagai bentuk for-
mula Joseph terstabilkan:

−Ṗ = (A − BK)′ P + P (A − BK) − K ′ RK + Q. (13.38)

Berbeda dengan kontroler keadaan-akhir-tetap pada pembahasan sebelummya, keterkon-


trolan dari plan tidak dibutuhkan dalam masalah LQR. Berkaitan dengan apakah sifat
keterkontrolan ini dipenuhi, LQR akan memberikan hasil yang terbaik untuk memini-
mumkan indeks perilaku. Hal ini akan dibahas pada pembahasan berikutnya, yaitu keterkon-
trolan dari plan akan memberikan sifat-sifat yang baik bagi sistem loop tutup terutama
bila waktu akhir t1 menuju takhingga.
Penting juga dicatat uraian yang telah dibahas bergantung pada fakta bahwa sistem dan
matriks bobot indeks perilaku adalah konstan. Namum demikian, persamaan-persamaan
yang muncul dalam ringkasan juga akan berlaku bila kasus A(t), B(t), Q(t) dan R(t) adalah
varian-waktu.

Contoh 64 LQR Motor DC menggunakan model skalar.

Dalam Contoh 63 dibahas kontrol optimal loop-buka untuk motor DC dengan menga-
sumsikan model skalar
ẋ = −ax + bu, (13.39)
dengan x(t) adalah kecepatan motor. Disini akan didapatkan kontrol umpanbalik optimal
yang meminimumkan indeks perilaku:
Zt1
1 1
J = p1 x2 (t1 ) + (qx2 + ru2)dt (13.40)
2 2
0

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K ontrol loop-tutup.. 347

untuk waktu akhir t1 dan bobot p1 , q, r tertentu.


Sebagaimana rangkuman dalam ringkasan, persamaan Riccatinya adalah:

b2 2
−ṗ(t) = −2ap − p + q, t ≤ t1 (13.41)
r
dengan kondisi akhir p(t1 ) = p1 . Gain Kalmannya adalah:
b
k= p (13.42)
r
dan kontrol umpan balik optimalnya dalah:

u = −kx. (13.43)

Untuk memperoleh p(t) digunakan pemisahan variabel, diperoleh:


Zp1 Zt1
dp
2 2
= dt, (13.44)
(b /r)p + 2ap − q
p(t) t

bila masing-masing ruas persamaan (13.44) diintegral diperoleh:


σ1 + σ2
p(t) = σ2 + (13.45)
[(p1 + σ1 )/(p1 − σ2 )]e2β(t1 −t)−1
dimana r
b2 q
β= a2 + , (13.46)
r
dan
r r
σ1 = 2
(β + a), σ2 = 2 (β − a). (13.47)
b b
Terlihat bawha, untuk khasus skalar kontrol optimal LQ suatu umpanbalik varian-
waktu dengan bentuk yang rumit diberikan oleh persamaan (13.42) dan (13.45). Apapun
hal ini, untuk tujuaan implementasi hanyalah perlu menghitung gain Kalman K(t) dan
menyimpannya didalam memori komputer untuk digunakan dalam plan.
Hasil yang didapat menarik untuk dikaji perilaku keadaan-steadi dari kontrol optimal
bila interval kontrol [0, t1 ] menjadi besar. Bila interval ini menjadi besar, nilai keadaan
steadi matriks s∞ dari matriks s(t) diberikan oleh:
ar p 
p∞ = 2 1+γ−1 (13.48)
b
dengan "rasio keeffektifan kontrol" diberikan oleh

b2 q
γ= 2 . (13.49)
ar

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


348 Linier Quadratic Regulator (LQR)..

Sedangkan plan loop-tutup keadaan steadinya adalah:


 
b2
ẋ = (−a − bk∞ )x = − a + p∞ , (13.50)
r

atau p
ẋ = −a 1 + γx. (13.51)

Selanjutnya perhatikan bahwa kalau rasio q/r meningkat, sistem loop-tutup menjadi
lebih stabil. Sehingga, peningkatan bobot keadaan q atau suatu penurunan dalam bobot
kontrol r akan mempercepat respon optimal loop-tutup. Hal ini disebabkan kalau nilai
q/r meningkat, bobot indeks perilaku x(t) menjadi lebih mengecil. Bila nilai t besar akan
lebih mempercepat menuju nol serta bobot u(t) lebih mengecil, hal ini akan menjamin x(t)
bernilai kecil.

13.4 Keadaan-steadi dan kontrol suboptimal


Tealah kaji bahwa untuk plan invarian-waktu kontrol optimal LQ adalah suatu umpanbalik-
keadaan varian-waktu. Umpanbalik yang demikian ini sulit diimplemtasi karena mem-
butuhkan tempat penyimpanan didalam memori komputer untuk gain-gain yang varian-
waktu. Dalam bagian ini akan diberikan suatu alternatif skema kontrol gain Kalman
varian-waktu K(t) diganti dengan suatu nilai konstan untuk keadaan-stedi (bila t → ∞).
Didalam banyak aplikasi penggunaan gain umpanbalik-keadaan steadi ini adalah memadai.

Kontrol Keadaan-Steadi.

Misalkan plan yang akan dikntrol mempunyai bentuk linier:

ẋ = Ax + Bu, (13.52)

dengan x ∈ Rn dan masukan kontrol u(t) ∈ Rm . Dalam bagian ini diasumsikan plan adalah
invarian-waktu.
Selanjutnya diinginkan memilih pengontrol yang meminimumkan indeks perilaku kuadrat:
Z∞
1
J(t0 ) = (x′ Qx + x′ Rx) dt, (13.53)
2
0

dengan Q ≥ 0 dan R > 0. Karena interval integrasi takhingga, dinamakan hal ini indeks
perilaku horizon takhingga. Sekarang tujuannya adalah berkaitan dengan suatu interval
kontrol berbentuk [0, ∞).
Hukum kontrol yang diperoleh sebelumnya tetap bisa dipakai, hanya saja sekarang perlu
persamaan Riccati diintegral pada suatu interval takhingga. Misalkan bahwa persamaan

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K eadaan-steadi dan kontrol suboptimal.. 349

Riccati mempunyai suatu penyelesaian limit sedemikian hingga Ṗ menuju nol untuk nilai
(t1 − t) besar, dalam hal ini diperoleh:

0 = A′ P + SA − P BR−1 B ′ P + Q. (13.54)

Persamaan (13.54) dinamakan persamaan aljabar Riccati. Penyelesaian limit P∞ dari per-
samaan differensial Riccati bila ada, adalah penyelesaian dari persamaan aljabar Riccati.
Kebalikannya tidak benar, yaitu penyelesaian definit positip dari persamaan aljabar Ric-
cati mungkin bukan limit penyelesaian persamaan Riccati. Lagi pula, persamaan aljabar
Riccati bisa mempunyai penyelesaian yang tidak simetri dan sekedar persamaan kuadrat
skalar yang bisa mempunyai penyelesaian real atau kompleks.
Bila limit penyelesaian P∞ dari persamaan Riccati ada, maka gain Kalman adalah
matriks konstan yang diberikan oleh:

K∞ = R−1 B ′ P∞ . (13.55)

Jadi, kontrol optimal keadaan-steadi adalah umpanbalik-keadaan konstan yang diberikan


oleh:
u(t) = −K∞ x(t). (13.56)
Dalam hal ini biaya optimal diberikan oleh:

J = x′ (0)P∞ x(0). (13.57)

Sedangkan plan loop-tutupnya diberikan oleh:

ẋ = (A − BK∞ )x = Ac x. (13.58)

Kemanfaatan dari kontrol sederhana ini menggunakan suatu umpanbalik konstan adalah
jelas. Oleh karena itu diturunkan beberapa pertanyaan untuk menentukan kegunaan dari
skema yang dikemukan sebagai berikut:

1. Bilamana ada penyelesaian limit P∞ terbatas dari persamaan Riccati untuk semua
pilihan bobot keadaan akhir P (t1 )?
2. Umumnya P∞ bergantung pada P (t1 ). Apapun hal ini, formulasi baru yang telah
diuraikan tidak mengandung P (t1 ). Jadi, bilamana ada suatu penyelesaian P∞ yang
tidak tergantung pada pilihan dari P (t1 )?
3. Bilamana plan loop-tutup Ac stabil asimptotik?

Jawaban dari pertanyaan yang diajukan ini secara mendasar sangat penting bagi teori
LQ yang disajikan dalam dua teorema berikut.

Teorema 28 Misalkan (A, B) dapat distabilkan. Maka untuk setiap P (t1 ) ada suatu limit
penyelesaian P∞ terbatas dari persamaan Riccati. Lagipula, P∞ adalah suatu penyelesaian
dari persamaan aljabar Riccati yang semi-definit positip.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


350 Linier Quadratic Regulator (LQR)..

Teorema 29 Misalkan (A, C) dapat diamati dengan C memenuhi Q = C ′ C. Maka (A, B)


dapat distabilkan bila dan hanya bila:

1. Ada tunggal penyelesaian limit definit-positif simetri P∞ dari persamaan Riccati.


Lagi pula, P∞ adalah penyelesaian tunggal definit-positip dari persamaan aljabar
Riccati.

2. Plan loop-tutup Ac stabil asimptotik.

Hasil-hasil dari dua teorema ini tidak dapat ditekankan secara berlebihan. Hasil-
hasil ini berati bahwa sepanjang sistem dan indeks perilaku memenuhi hal pokok tertentu
keadaan steadi LQR akan menberikan gain yang menstabilkan sistem. Hal ini adalah su-
atu sifat yang sungguh baik sekali, mengingat kesulitan yang dijumpai pada teknik kontrol
klasik dalam banyak-masukan.
Sebagaimana dapat dilihat dengan membandingkan dua teorema diatas, keteramatan
dari (A, C) sangat memperkuat hasil. Sifat ini, secara kasarnya berarti bahwa semua
bentuk plan sebaiknya dibobot dalam indeks perilaku. Bila J terbatas, maka x′ Qx + u′ Ru
akan mengecil dengan bertambahnya waktu. Lagi pula, bila semua keadaan dapat diamati
dalam indeks perilaku, hal ini akan menjamin bahwa x(t) akan cenderung mengecil dengan
bertambahnya waktu, dengan demikian kestabilan loop-tutup dijamin.
Pole-pole loop-tutup akan bergantung pada pilihan dari pendisainan matriks-matriks
Q dan R, apapun hal ini pole-pole akan selalu stabil sepanjang memilih R > dan Q ≥ 0
dengan (A, C) dapat diamati, dimana Q = C ′ C. Jadi elemen-elemen dari Q dan R bervari-
asi selama dalam prosedur interaktif menggunakan bantuan komputer dalam pendisainan
untuk memperoleh perilaku loop-tutup yang sesuai. Yaitu, gain optimal K diperoleh untuk
nilai-nilai Q dan R diberikan dan respon loop tutup diperoleh lewat simulasi. Bila respon
ini tidak sesuai, nilai-nila baru untuk Q dan R dipilih dan pendisanan dulang lagi. Salah
satu perangkat lunak untuk memperoleh matriks K adalah MATLAB
MATLAB.
Contoh berikut akan mengilustrasikan kebergantungan dari pole-pole loop-tutup pada
Q dan R.
Aktualnya, pasangan (A, C) dapat diamati tidak diperlukan untuk menjamin suatu sis-
tem loop-tutup stabil. Semua yang dipersyaratkan adalah kondisi lewah dari keteramatan
dimana hal ini berkaitan dengan keteramatan dari bentuk takstabil A.

Contoh 65 Keadaan steadi disain LQ untuk sistem-sistem yang memenuhi hukum Newton.

Diberikan sistem    
0 1 0
ẋ(t) = x(t) + u(t) = Ax + Bu, (13.59)
0 0 1

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K eadaan-steadi dan kontrol suboptimal.. 351

dimana keadaan x = (p v)′ dengan p(t) adalah posisi dan v(t) adalah kecepatan dan
kontrol u(t) adalah percepatan. Dalam contoh ini diingini mengilustrasikan disain LQ
keadaan steadi masalah regulator dari sistem, jadi dicari suatu kontrol loop-tutup.
Untuk mengatur keadaan ke nol, tentukan indeks perilaku:
Z∞
1
J= (x′ Qx + u2 )dt (13.60)
2
0

dengan  2 
qp 0
Q= .
0 qv
Catatan bahwa tidak ada gunanya meliput suatu bobot kontrol r secara terpisah sebab
hanya rasio qp2 /r dan qv /r yang penting dalam J.
Dalam contoh ini, diinginkan untuk menentukan beberapa hasil analitik guna melihat
pengaruh parameter-parameter qp dan qv dalam pendisainan.

a. Gain Kalman Keadaan-Steadi.

Catatan bahwa matriks C yang memenuhi Q = C ′ C adalah:


 
qp 0
C= √ ,
0 qv
dengan (A, C) dapat diamati dan (A, B) dapat dikontrol. Dengan demikian Teorema
29 menjamin bahwa persamaaan aljabar Riccati mempunyai penyelesaian tunggal definit-
positip dan gain Kalman keadaan-steadi akan menstabilkan sistem. Selajutnya akan di-
tentukan gain stabil K. Karena penyelesaian persamaan aljabar Riccati P adalah simetri,
maka diasumsikan sebagai berikut:
 
p1 p2
P = . (13.61)
p2 p3
Substitusikan A, B, Q dan R = I kedalam persamaan aljabar Riccati dan sederhanakan
diperoleh persamaan berikut:
0 = −p22 + qp2 (13.62)
0 = p1 − p2 p3 (13.63)
0 = 2p2 − s23 + qv . (13.64)
Hal ini mudah diselesaikan dengan urutan (13.62), (13.64) dan (13.63), didapat:
p2 = qp (13.65)
p
p3 = qv + 2qp (13.66)
p
p1 = qp qv + 2qp . (13.67)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


352 Linier Quadratic Regulator (LQR)..

Hasil yang diperoleh dipilih supaya P definit-positif.


Gain Kalman diberikan oleh:
p
K = R−1 B ′ P = (p2 p3 ) = (qp qv + 2qp ). (13.68)

b. Analisa Plan loop-tutup.


Plan loop-tutup diberikan oleh:
 
0 p 1
Ac = A − BK = (13.69)
−qp − qv + 2qp .

Polinomial karakteristik dari Ac adalah:


p
s(λ) = λ2 + qv + 2qp λ + qp . (13.70)

Dalam hal ini frekuensi natural dan rasio damping masing-masing diberikan oleh:

ωn = qp , (13.71)
dan q
1
ξ = √ 1 + qv /2qp . (13.72)
2

Pengaruh dari pendisainan parameter pada ω dan ξ sekarang terlihat jelas, dengan
demikian bobot qp dan qv dapat dipilih sesuai dengan perilaku yang diinginkan. Lagipula
terlihat bahwa kehebatan dari disain LQ modern jelas yaitu plan loop-tutup stabil untuk
sebarang pilihan qp dan qv yang dapat diterima. Suatu pendekatan takdibuat-buat ter-
hadap pendisainan adalah mencakup langsung pilihan elemen-elemen dari matriks gain K.
Bagaimanapun, kestabilan tidak dijamin untuk semua pilihan nilai-nilai K. Dilain pihak,
tidak jadi masalah bobot apapun yang dipilih dalam indeks perilaku, sepanjang (A, C)
dapat diamati dan Q ≥ 0, sistem loop-tutup dijamin stabil oleh Teorema 29.
Kestabilan dari loop-tutup dijamin walaupun plan dibidang kompleks dengan banyak
masukan dan banyak keluaran, sedangkan teknik klasik untuk masalah masukan/keluaran
tunggal tidak mudah bisa diterapkan. Tentunya hasil-hasil yang telah dicapai ini sunguh
berdaya guna.

Catatan bahwa, bila bobob kecepatan qv nol, maka damping rasion bernilai 1/ 2.
Dilain pihak, qp = 0 tidak diijinkan sebab (A, C) tidak dapat diamati.

Contoh 66 Kontrol Horizon mundur-Suatu cara mudah menstabilkan suatu sistem

Diinginkan mengarakan sistem berbentuk:

ẋ = Ax + Bu (13.73)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K eadaan-steadi dan kontrol suboptimal.. 353

dari suatu keadaan awal x(t) yang diberikan pada saat waktu t keadaan akhir nol pada
saat waktu t + t1 dengan t1 tetap, yaitu:

x(t + t1 ) = 0. (13.74)

Untuk memperoleh tujuan pengontrolan ini dipilih u(t) yang meminimumkan perilaku
indeks:
Z
t+t1
1 ′ 1
J = x (t + t1 )P1 x(t + t1 ) + (x′ Qx + u′ Ru)dt, (13.75)
2 2
t

dengan P1 = ∞, Q ≥ 0, R > 0.
Kontrol u(t) yang diperlukan diberikan oleh gain umpanbalik dalam rangkuman ringkas-
an pada pembahasan LQR loop-tutup. Untuk mendapatkannya, bentuk berikut

−Ṗ (t) = A′ P + P A − P BR−1 B ′ P + Q (13.76)

harus diintegral secara mundur dari t + t1 ke t menggunakan P1 = ∞. Perluh diperhatikan


bahwa interval integrasi mempunyai panjang konstan sebesar t1 untuk semua t, oleh karena
itu matriks P (t) berukuran n × n yang dibutuhkan untuk menentukan gain Kalman adalah
sama untuk semua t, hal ini akan memberikan suatu gain umpanbalik konstan.
Untuk menghindari ketakhinggaan dari kondisi akhir pada (13.76) didefinisikan S =
P dan menggunakan Ṡ −1 = −S −1 ṠS −1 untuk memperoleh:
−1

Ṡ = AS + SA′ − BR−1 B ′ + SQS, t ≤ t1 , S(t1 ) = 0. (13.77)

Telah dihapus pergeseran konstan dari t didalam interval integrasi.


Selajutnya diperoleh umpanbalik konstan kontrol optimal:

u = −Kx (13.78)

dengan
K = R−1 B ′ S −1 (0). (13.79)
Jadi diperoleh suatu hukum umpanbalik keadaan konstan.
Bisa dittunjukkan bahwa selama (A, B) dapat dikontrol hukum kontrol (13.78) dan
(13.79) akan menstabilkan sistem.

Kontrol Suboptimal

Telah dilihat bahwa bila masalah LQ horizon takhingga mempunyai suatu penyelesaian
keadaan steadi yaitu bila (A, B) dapat distabilkan dan (A, C) dapat diamati. Maka, per-
samaan aljabar Riccati (13.54) mempunyai suatu penyelesaian tunggal definit-positip yang

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


354 Linier Quadratic Regulator (LQR)..

menghasilkan gain Kalman K∞ diberikan oleh (13.55). Gain keadaan-steadi ini selalu
menstabilkan plan.
Pada kajian berikut ini walaupun interval kontrol [0, t1 ] tidak takhingga tetap bisa
diputuskan untuk menggunakan gain Kalman K∞ sebagai ganti dari gain optimal varian
waktu K(t). Pada suatu interval hingga [0, t1 ] gain kostan K∞ adalah suboptimal, tetapi
ketidak harusan mengimplementasikan suatu gain varian-waktu dapat lebih mengejar hi-
langnya keoptimalan. Disamping itu bila t1 menjadi besar K(t) mendekati K∞ oleh karena
itu keputusan menggunakan gain keadaan-steadi akan lebih bermakna.
Kegunaan dari gain keadaan-steadi K∞ pada suatu interval kontrol hingga adalah men-
jadi suatu strategi kontrol suboptimal. Lagipula, untuk implementasi gain umpanbalik kon-
stan, kontroler suboptimal ini mempunyai keuntungan penting lainnya yaitu perhitungan
untuk menyelesaikan persamaan aljabar Riccati menjadi effisien.
Berikut ini akan diketahui bagaimana bila digunakan bukan gain optimal yang dikaitkan
dengan indeks perilaku.
Misalkan, digunakan hukum umpan balik

u = −F x (13.80)

dimana F adalah sebarang gain umpanbalik tetap yang menghasilkan suatu sistem loop-
tutup stabil
ẋ = (A − BF )x. (13.81)
Dengan menggunakan (13.80) indeks perilaku diberikan oleh:

Zt1
1 1
J = x′ (t1 )P (t1 )x(t1 ) + x′ [Q + F ′ RF ] xdt. (13.82)
2 2
t0

Selanjutnya bila ada matriks P sedemikian hingga

d ′
x P x = −x′ [Q + F ′ RF ] x, (13.83)
dt
maka diperoleh:
1
J = x′ (t0 )P (t0 )x(t0 ). (13.84)
2
Differensialkan bagian kiri dari (13.83) dan gunakan (13.81 kemudian hapus trayektori
keadaan (sebab persamaan berlaku untuk semua x(t0 )), diperoleh:

−Ṗ (t) = (A − BF )′ P + P (A − BF ) + Q + F ′ RF. (13.85)

Jadi, untuk setiap gain umpanbalik tidak peduli optimal atau tidak dapat ditentukan
nilai J sebagai berikut. Pertama, selesaikan (13.85) secara mundur dalam waktu den-
gan menggunakan bobot akhir P (t1 ) yang disediakan. Maka biaya yang dikaitkan dengan

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K eadaan-steadi dan kontrol suboptimal.. 355

menggunakan F diberikan oleh (13.84). Nilai ini bisa dibandingkan dengan biaya opti-
mal yang diperoleh menggunakan gain Kalman dengan menyelesaikan persamaan Riccati.
Dalam hal ini dapat diputuskan apakah menggunakan suboptimal F ataukah gain Kalman
optimal varian-waktu.
Perlu diketahui jelas bahwa persamaan (13.85) adalah suatu persamaan Lyapunov linier
dalam P karena F adalah suatu gain tetap.
Bila diputuskan untuk menggunakan kontrol keadaan-steadi pada suatu interval kontrol
hingga, F = K∞ dapat dipilih kemudian hitung (13.84) untuk melihat apa yang berkurang
sebagai akibat penyederhanaan dari penggunaan suatu gain konstan.

Contoh 67 Kontrol suboptimal motor DC menggunakan suatu model skalar

Dikaji ulang plan dari model skalar motor DC yang diberikan dalam Contoh 63 dan 64,
yaitu:
ẋ = −ax + bu (13.86)
dengan biaya
Zt1
1 1 
J(t0 ) = p(t1 )x2 (t1 ) + qx2 + ru2 dt. (13.87)
2 2
t0

Kontrol optimal adalah suatu umpanbalik varian-waktu

u∗ = −K ∗ (t)x, (13.88)

dimana
b
K ∗ (t) = p∗ (t) (13.89)
r
dan p (t) memenuhi persamaan Riccati

b2 2
−ṗ(t) = −2ap − p + q. (13.90)
r
Persamaan ini bisa diselesaikan secara analitik untuk memperoleh penyelesaian p∗ (t) diberikan
oleh (13.45) dalam Contoh 64. Nilai optimal dari biaya pada setiap interval [t, t1 ] adalah:
1
J ∗ (t) = p∗ (t)x(t). (13.91)
2

Misalnya tidak diinginkan berhadapan dengan masalah penyimpanan barisan gain op-
timal varian-waktu K ∗ (t). Sebagai penggantinya, misalkan dicoba menggunakan nilai gain
keadaan-steadi (lihat Contoh 64), yaitu:

b a p
K∞ = P∞ = ( 1 + γ − 1) (13.92)
r b

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


356 Linier Quadratic Regulator (LQR)..

dengan
b2 q
γ= (13.93)
a2 r
sedangkan hukum umpanbalik konstan diberikan oleh

u = −K∞ x. (13.94)

Untuk melihat hasil penggunaan umpanbalik sederhana ini, diselesaiakan (13.85). Per-
samaan ini adalah:
2
−ṗ(t) = 2ac p + K∞ r + q, (13.95)
dengan matriks loop-tutup ac adalah:
p
ac = −a − bK∞ = −a 1 + γ. (13.96)

Perhatikan bahwa ac selalu stabil disebabkan a > 0. Penyelesaian persamaan (13.95)


diberikan oleh:
K 2 + q 2ac (t1 −t)
p(t) = e2ac (t1 −t) p(t1 ) + ∞ (e − 1). (13.97)
2ac
Sketsa gambar dari penyelesaian p∗ (t) dan p(t) yang diberikan oleh persamaan (13.97)
disajikan dalam Gambar 13.1 dengan a = 4, b = 2, r = 1, q = 10, p(t1 ) = 10. Catatan,
nilai suboptimal p(t) yang diberikan oleh (13.97) adalah batas bawah dari p(t), jadi biaya
suboptimal:
1
J(t) = p(t)x2 (t) (13.98)
2
selalu lebih besar atau sama dengan J ∗ (t) optimal dalam (13.91).

Gambar 13.1: Kurva suboptimal.

Catatan penyelesaian limit dari p(∞) dan p∗ (∞) keduanya diberikan oleh:
ar p
p(∞) = ( 1 + γ − 1), (13.99)
b2

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K eadaan-steadi dan kontrol suboptimal.. 357

sehingga indeks perilakunya adalah:


Z∞
1
J(0) = [x′ qx + u′ru] dt (13.100)
2
0

pada interval takhingga [0, ∞) biaya optimal mempunyai nilai yang sama baik digunakan
umpanbalik optimal dalam (13.89) ataupun dalam (13.92). Ini berarti bahwa sepanjang
interval kontrol [t0 , t1 ] menjadi lebih besar hal ini membuat semakin berati untuk meng-
gunakan umpanbalik konstan K∞ . Hal ini juga tampak pada Gambar 13.1.

Disain struktureigen LQR

Disini didiskusikan suatu pendekatan lain terhadap disain kontrol keadaan-steadi dengan
tidak meyelesaiakan persamaan aljabar Riccati (13.54). Misalkan (A, B) dapat-distabilkan
dan (A, C) dapat-diamati dengan demikian kondisi Teorema 29 dipenuhi. Diinginkan un-
tuk menunjukkan bahwa sebagai pengganti dari menyelesaikan persamaan aljabar Riccati
(13.54)untuk P∞ dan kemudian menggunakan (13.55) untuk mendapatkan gain keadaan-
steadi K∞ , dapat ditentukan P∞ , K∞ dan pole-pole loop-tutup secara langsung dari ma-
triks H dalam sistem Hamiltonian:
      
ẋ A −BR−1 B ′ x x
= ′ ≡H (13.101)
λ̇ −Q −A λ λ

Faktanya akan ditunjukkan bahwa pole-pole dari sistem loop-tutup optimal

ẋ = (A − BK∞ )x ≡ Ac x, (13.102)

dengan K∞ gain Kalman keadaan-steadi adalah tepat sama dengan nilaieigen stabil dari
H
Berikut ini diturunkan sifat khusus dari H. Misalkan
 
0 I
J= . (13.103)
−I 0

Maka mudah ditunjukkan bahwa


H = JH′ J.
Bila µ adalah suatu nilaieigen dari H dengan vektoreigen v, maka

Hv = µv,

dan karena J −1 = −J, maka dari


JH′ Jv = µv

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


358 Linier Quadratic Regulator (LQR)..

diperoleh
H′ Jv = −µJv.
Jadi
(Jv)′ H = −µ(Jv)′
terlihat bahwa −µ adalah nilaieigen dari H dengan vektoreigen kiri Jv. Ini berarti bahwa
H mempunyai sebanyak n nilaieigen stabil serta sebanyak n nilaieigen takstabil yang meru-
pakan pencerminan pada titik pusat dalam bidang kompleks.
Bentuk (13.101) dan (13.102) adalah cara ekivalen untuk mengkarakterisasi kedinamikan
loop-tutup dalam pengaruh kontrol optimal pada interval waktu takhingga [0, ∞). Teo-
rema 29 menjamin kestabilan (13.102). Oleh karena itu dapat ditunjukkan bahwa nilaieigen
dari sistem loop-tutup optimal adalah tidak lain dari pada n nilaieigen stabil dari H. Untuk
membuktikan hal ini, misalkan µi adalah suatu nilaieigen dari sistem loop-tutup optimal.
Maka bila hanya mode µi yang berperan dan karena λ(t) dan u(t) adalah linier dalam x(t),
maka didapat:

x(t) = Xi eµi t (13.104)


u(t) = Ui eµi t (13.105)
λ(t) = Λi eµi t (13.106)

dengan vektor-vektor Xi , Ui dan Λi tidak nol. Gunakan ini dalam ẋ = Ax + Bu, didapat:

(µi I − A)Xi = BUi .

Menurut (13.56)
Ui = −K∞ Xi , (13.107)
sehingga
(µi − (A − BK∞ ))Xi = 0 (13.108)
terlihat bahwa µi adalah suatu nilaieigen dari sistem loop-tutup dengan vektoreigen Xi .
Selanjutnya, ditinjau sistem Hamiltonian (13.101). Dari persamaan (13.104) dan (13.106)
diperoleh:    
Xi Xi
µi =H .
Λi Λi
Terlihat bahwa, µi juga suatu nilaieigen dari H dengan vektoreigen (Xi′ Λ′i )′ .
Teorema 29 mengatakan bahwa sistem loop-tutup adalah stabil, jadi nilaieigen dari
loop-tutup optimal adalah n nilaieigen stabil dari H.
Gain umpanbalik optimal bisa ditentukan dari struktureigen H. Untuk melihat hal
ini, misalkan bahwa nilaieigen-nilaieigen dari loop-tutup optimal adalah sederhana. Maka
(13.23) menunjukkan bahwa untuk setiap i berlaku

Ui = −R−1 B ′ Λi .

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K eadaan-steadi dan kontrol suboptimal.. 359

Gabung hasil ini dengan (13.107) didapat:

K∞ Xi = R−1 B ′ Λi .

Misalkan X adalah matriks n × n dengan kolom-kolomnya dalah Xi dan Λ adalah matriks


n × n dengan kolom-kolomnya adalah Λi , maka diperoleh

K∞ = R−1 B ′ ΛX −1 . (13.109)

Hasil ini memberikan gain Kalman keadaan-steadi dalam bentuk struktureigen dari H.
Bila µi kompleks, maka gain yang diperoleh lewat cara ini juga kompleks, jadi tidak bisa
diimplementasi. Dalam kejadian ini kompleks konjugate dari µi yaitu µ∗i juga nilaieigen
dan menurut (13.109) gain harus memenuhi

K∞ (Xi Xi∗ ) = R−1 B ′ (Λi Λ∗i ).

Jika kedua ruas dikalikan dengan L, didapat

K∞ (Xi Xi∗ )L = R−1 B ′ (Λi Λ∗i )L,

dimana 1 
2
− 2j
L= 1 j
2 2

dengan j = −1. Jadi diperoleh:
 
K∞ Re(Xi ) Im(Xi ) = R−1 B ′ Re(Λi ) Im(Λi ) (13.110)

dimana Re(.) dan Im(.) masing-masing menyatakan bagian real dan imajiner dari suatu
bilangan kompleks. Jadi, bila µi kompleks adalah perluh untuk menggunakan bagian real
dan imajiner dari vektor-vektor Xi dan Λi dalam persamaan (13.109) sebagai pengganti
vektor-vektor kompleks itu sendiri. Jadi hal ini akan memberikan suatu gain K∞ real.

Telah ditunjukkan bahwa pole-pole sisteme loop-tutup optimal (13.102) adalah n pole
stabil dari sistem Hamiltonian (13.101). Lagipula vektoreigen yang berkaitan dengan ni-
laieigen µi dari plan loop-tutup diberikan oleh Xi yang merupakan separuh dari vektoreigen
H.
Tambahanpula, sebagai pengganti menyelesaikan persamaan aljabar Riccati untuk P∞
dan kemudian menyelesaikan (13.55), gain umpanbalik optimal keadaan-steadi dapat diten-
tukan dengan cara mendapatkan nilaieigen stabil µi dari matriks Hamiltonian H dengan
vektoreigen yang terkait diberikan oleh (Xi′ Λ′i )′ , selanjutnya menghitung K∞ menggu-
nakan (13.109).
Dari (13.109) dan (13.55) jelas bahwa bahwa penyelesaian aljabar Riccati dengan struk-
tureigen dari H diberikan oleh
P∞ = ΛX −1 . (13.111)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


360 Linier Quadratic Regulator (LQR)..

Bila suatu pole-loop tutup µi adalah kompleks, maka dalam (13.109) dan (13.111)
bagian real dan bagian imajiner dari vektor-vektor yang terkait yaitu Λi dan Xi harus
digunakan untuk memperoleh K∞ real dan P∞ . Bila nilaieigen dari loop-tutup optimal
tidak sederhana, maka perlu menggunakan vektoreigen tergeneralisasi dalam penghitungan
K∞ dan P∞ .
Perlu dicatat bahwa bila matriks bobot-keadaan Q adalah nol, maka
 
A −BR−1 B ′
H= . (13.112)
0 −A′

Dalam kasus ini, nilaieigen dari H adalah pole-pole dari A dan pole-pole dari −A. Jadi
untuk memperoleh nilai eigen keadaan-steadi optimal hanya dibutuhkan pole-pole stabil
dari A bersama-sama dengan pole-pole takstabil dari negatif A. Ini juga adalah pole-pole
loop-tutup optimal dalam limit bila matriks bobot-kontrol R menuju takhingga.

Contoh 68 Disain struktureigen LQR untuk sistem yang memenuhi hukum Newton

Dalam Contoh 65 persamaan aljabar Riccati diselrsaikan untuk memperoleh gain Kalman
keadaan-steadi untuk sistem yang memenuhi hukum Newton:
   
0 1 0
ẋ = x+ u, (13.113)
0 0 1
′
dimana keadaan x = p v dengan p(t) posisi, v(t) kecepatan dan kontrol u(t) adalah
suatu masukan percepatan. Dalam contoh ini diinginkan untuk mengilustrasikan disain
struktureigen LQ sistem yang memenuhi hukum Newton ini.
Misalkan indeks perilakunya adalah
Z∞
1 
J= x′ Qx + u2 dt (13.114)
2
0

dengan  2 
qp 0
Q= .
0 qv

Dalam hal ini matriks Hamiltoniannya adalah


 
0 1 0 0
 0 0 0 −1
H= −qp2
, (13.115)
0 0 0
0 −qv −1 0

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


K eadaan-steadi dan kontrol suboptimal.. 361

sedangkan persamaan karakteristik dari H diberikan oleh

det(sI − H) = s4 − qv s2 + qp2 = 0. (13.116)

Karena polinomial ini genap, maka bila s adalah suatu akar dari polinomial tsb., maka −s
juga akar dari polinomial. Selanjutnya misalakn s̄ = s2 , sehingga diperoleh

s̄2 − qv s̄ + qp2 = 0. (13.117)

Asumsikan bahwa qp > qv /2, hal ini memberikan suatu pasangan akar-akar kompleks
takstabil s̄1 dan s̄2 dengan frekuensi dan damping rasio masing-masing diberikan oleh
qv
ω̄ = qp , ξ¯ = − . (13.118)
2qp

Jadi
s̄1 = ω̄ej θ̄1 , s̄2 = ω̄ej θ̄2 (13.119)
dengan
¯
−θ̄2 = θ̄1 = − cos−1 (ξ). (13.120)
√ √
Pole-pole dari sistem Hamiltonian adalah ± s̄1 dan ± s̄2 atau
√ θ̄1 √ θ̄2
ω̄e±j 2 , ω̄e±j 2 . (13.121)

Karena √
α 1 + cos α
cos( ) = √ (13.122)
2 2
maka dari itu terlihat bahwa sistem Hamiltonian mempunyai empat pole yang terkait
dengan dua pasang kompleks dengan frekuensi natural dan rasio damping masing-masing
adalah q

ωn = qp , ξ = ± 1 + qv /2qp . (13.123)

Telah ditunjukkan bahwa pole-pole loop-tutup tidak lain adalah pole-pole stabil dari
H, jadi pole-pole ini berkaitan dengan pasangan kompleks stabil yang diberikan dalam
(13.123) (yaitu, damping rasion positif). Hasil ini sesuai dengan yang dibahas dalam
Contoh 65. Sekarang kelihatan jelas bagaimana memilih bobot dalam indeks perilaku
yang mempengaruhi perilaku loop-tutup. Catatan, bila tidak digunakan bobot kecepatan
rasio damping menjadi bernilai √12 .
Untuk menentukan gain umpanbalik optimal didapatkan vektoreigen H dan gunakan
(13.109). Karena plan adalah masukan-keluaran tunggal, maka digunakan suatu cara seder-
hana untuk pole-pole loop-tutup yang dikenal sebagai formula Ackerman. Diperoleh

K = e′n Un−1 △h (A), (13.124)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


362 Linier Quadratic Regulator (LQR)..

dimana e′n adalah baris terakhir matriks satuan berukuran n × n, △h (s) adalah polinomial
loop-tutup yang diharapkan dan Un adalah matriks keterkontrolan yang diberikan oleh
 
 0 1
U2 = B AB = . (13.125)
1 0

Polinomial loop-tutup yang diharapkan adalah

△h (s) = s2 + 2ξωn s + ωn2 , (13.126)

dengan ξ dan ωn diberikan oleh (13.123). Substitusikan A0 , A dan A2 sebagai ganti s0 , s


dan s2 dalam persamaan (13.126) diperoleh
 2 
ωn 2ξωn
h 2 2
△ (A) = A + 2ξωnA + ωn I = (13.127)
0 ωn2 .

Oleh karena itu gain optimal K diberikan oleh

K = e′2 U2−1 △h (A)


  2 
 0 1 ωn 2ξωn
= 0 1
1 0 0 ωn2 .
(13.128)

= ωn2 2ξωn
p 
= qp qv + 2qp

hasil yang diperoleh ini tepat sama dengan apa yang didapat dalam Contoh 65.

13.5 Disain Kontrol minimum waktu dan masukan-dibatasi


Suatu bagian penting dari maslah kontrol adalah yang berkaitan dengan pencapaian tujuan
perilaku dengan waktu minimum. Indeks peilaku yang sesuai untuk maslah ini adalah

Zt1
J= dt = t1 − t0 . (13.129)
t0

Berikut ini dikaji beberapa macam masalah minimum-waktu.

Masalah waktu-minimum taklinier

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


D isain Kontrol minimum waktu dan masukan-dibatasi.. 363

Misalkan tujuannya adalah mengarahkan sistem berbentuk

ẋ = f (x, u) (13.130)

dari suatu keadaan awal x(t0 ) ∈ Rn ke suatu keadaan akhir tertentu x(t1 ) dengan waktu-
minimum. Maka Hamiltoniannya diberikan oleh

H = 1 + λ′ f (x, u) (13.131)

dan persamaan Eulernya adalah


∂f ′
−λ̇ = λ (13.132)
∂x
∂f ′
0 = λ. (13.133)
∂u
Karena keadaan akhir adalah tetap (jadi dx(t1 ) = 0) tetapi waktu akhir adalah bebas,
maka diperoleh
0 = H(t1 ) = 1 + λ′ (t1 )f (x(t1 ), u(t1 )). (13.134)
Bila f (x, u) bukan fungsi eksplisit dalam waktu, maka H(t) nol untuk semua waktu t.
Kondisi stasioner (13.133) biasanya dapat digunakan untuk menyelesaikan u(t) dalam
bentuk λ. Kemumudian u(t) dapat dieleminasi dalam persamaan keadaan dan ko-keadaan
untuk memperoleh sistem Hamiltonian. Untuk menyelesaiakan ini, dibutuhkan sebanyak
n kondisi awal (x(t0 ) diberikan) dan n kondisi akhir (x(t1 ) tertentu). Dalam kasus ini,
waktu keadaan akhir t1 takdiketahui. Diselesaikan t1 lewat persamaan (13.133).

Disain Kuadratik Linier Minimum-Waktu

Akan dicari suatu pengontrol optimal untuk sistem yang berbentuk

ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t), (13.135)

yang meminimumkan indeks perilaku


Zt1
1 1
J = x′ (t1 )P (t1 )x(t1 ) + (1 + x′ Qx + u′ Ru) dt (13.136)
2 2
t0

dengan P (t1 ) ≥ 0, Q ≥ 0, R > 0 dan waktu akhir t1 bebas. Tidak ada pembatasan pada
keadaan akhir, jadi tujuan dari pengontrolan adalah membuat keadaan akhir cukup kecil
sekali. Berkaitan dengan 21 (t1 − t0 ) muncul dalam integral diinginkan untuk menyelesaikan
hal ini didalam suatu perioda yang singkat.
Ini adalah suatu macam indeks perilaku yang menginjinkan untuk suatu pertukaran di-
antara tujuan meminimumkan waktu dengan suatu harapan mejaga keadaan dan kontrol

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


364 Linier Quadratic Regulator (LQR)..

kecil. Jadi bila dipilih Q dan R lebih kecil, suku 12 (t1 − t0 ) dalam indeks perilaku san-
gat besar pengaruhnya, dan kontrol mencoba untuk membuat waktu-transit lebih kecil.
Dinamakan ini masalah LQ waktu-minimum.
Disini ditunjukkan bahwa waktu optimal t1 dapat ditentukan menggunakan dP dt
dengan
P (t) adalah penyelesaian persamaan Riccati.
Hamiltionian H adalah
1 1 ′ 1
H= + x Qx + u′Ru + λ′ (Ax + Bu), (13.137)
2 2 2
dengan λ(t) adalah ko-keadaan. Persamaan Eulernya adalah

−λ̇ = A′ λ + Qx (13.138)
0 = Ru + B ′ λ, (13.139)

diperoleh
u(t) = −R−1 B ′ λ. (13.140)
Perhatikan bahwa dalam khasus ini dx(t1 ) dan dt1 adalah taknol, tetapi keduanya tidak
saling bergantungan dalam situasi ini kondisi akhirnya dalah

λ(t1 ) = P (t1 )x(t1 ) (13.141)


H(t1 ) = 0. (13.142)

Bahkan, karena sistem dan indeks perilaku secara langsung tidak bergantung pada t, maka
untuk semua t
H(t) = 0. (13.143)
Perlu dicatat berkaitan dengan (13.143) bahwa hal ini adalah masalah nilai batas yang
sama dengan masalah LQR loop-tutup yang telah diselesaiakan pada bagian sebelumnya
dengan hasil penyelesaian optimal. Tentunya disini ini menghadapi kesulitan dengan waktu
akhir t1 takdiketahui.
Untuk memperoleh waktu akhir t1 , ditinjau ulang bahwa untuk semua waktu t

λ = Px (13.144)
u = −R−1 B ′ P x. (13.145)

Gunakan kedua persamaan ini pada t = t0 dan dengan melibatkan persamaan (13.143),
didapat

0 = H(t0 )
(13.146)
= 12 + 21 x′ (t0 ) [P BR−1 B ′ P + Q + (P A + A′ P ) − 2P BR−1 B ′ P ] x(t0 ).

Dari sini diperoleh


 
0 = 1 + x′ (t0 ) P A + A′ P + Q − P BR−1 B ′ P x(t0 ), (13.147)

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


D isain Kontrol minimum waktu dan masukan-dibatasi.. 365

selajuntnya dengan menggunakan persamaan Riccati pada (13.147), didapat

x′ Ṗ (t)x = 1. (13.148)
t0

Disain masukan-dibatasi

Pada bagian ini dikaji suatu strategi kontrol yang secara mendasar berbeda dengan kajian-
kajian yang terdahulu.
Bila sistem linier yang dikaji berbentuk

ẋ = Ax + Bu (13.149)

dengan x ∈ Rn , u ∈ Rm , maka ini akan menghadapi masalah bila menggunakan indeks


perilaku minimum-waktu
Zt1
J(t0 ) = 1dt, (13.150)
t0

dimana t1 bebas. Hamiltoniannya dalam hal ini adalah

H = 1 + λ′ (Ax + Bu), (13.151)

dan kondisi stasionernya adalah


∂H
0= = B ′ u. (13.152)
∂u
Apa yang dijumpai disini adalah persamaan (13.153) tidak memuat u(t) sehingga tidak
bisa digunakan untuk mengungkapkan kontrol u(t) kedalam bentuk λ(t).
Masalah adalah disebabkan H(t) adalah linier dalam u(t). Unutuk meminimumkan
hal ini, seharusnya menyeleksi u(t) untuk membuat λ′ Bu sekecil mungkin ("kecil" disini
artinya adalah jauh disebalah kiri garis bilangan real). Jadi u(t) harus dipilih dengan besar
takhingga sedemikian hingga λ′ Bu sama dengan −∞. Jelas cara untuk memnimumkan
waktu ini menggunakan enerji kontrol takhingga.
Karena strategi optimal yang demikian ini tidak bisa diterima, harus didapat suatu
cara untuk memformulasikan kembali masalah minimum-waktu sistem linier.
Oleh karena itu dikaji maslah minimum-waktu dengan besar masukan dibatasi, Jadi
akan digunakan indeks perilaku (13.150) dan keadaan keadaan akhir disyaratkan memenuhi

Ψ(x(t1 ), t1 ) = 0 (13.153)

dengan Ψ ∈ Rp . Kondisi umum akhir ini mancakup hal dimana keadaan akhir sama dengan
suatu nilai tertentu.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


366 Linier Quadratic Regulator (LQR)..

Oleh karena itu disyaratkan suatu kontrol dengan besar memenuhi pembatasan berikut

|u(t)| ≤ 1 (13.154)

untuk semua t ∈ [t0 , t1 ]. Pembatasan ini berarti bahwa setiap komponen dari vektor-m
u(t) harus mempunyai besar tidak lebih dari 1. Bila pembatasan dari komponen u(t) tidak
bernilai 1, maka menskala kolom matriks B yang sesuai untuk memperoleh pembatasan
sebagai mana yang diberikan dalam (13.154)
Persyaratan seperti yang diberikan dalam (13.154) muncul dibanyak masalah dimana
besarnya kontrol dibatasi berkaitan dengan pertimbangan fisika. Misalnya, gaya dorong
suatu roket tertentu mempunyai nilai seminimum mungkin begitu juga voltage dinamo
dari suatu motor DC.
Masalah kontrol yang disajikan ini adalah mendapatkan suatu kontrol u(t) yang mem-
inimumkan J(t0 ) yang memenuhi (13.150) pada semua waktu dan mengarahkan suatu
keadaan awal x(t0 ) yang diberikan ke keadaan akhir x(t1 ) yang memenuhi (13.153) untuk
suatu fungsi Ψ yang diberikan.
Secara intuisi, untuk meminimumkan waktu strategi kontrol optimal tanpak menggu-
nakan usaha maksimum (yaitu plus atau minus 1) pada keseluruhan interval waktu. Hal
ini akan diformalisasikan. Bila suatu komponen kontrol diambil pada suatu nilai di batas
daerah yang dipertimbangkannya (yaitu ±1) hal ini dikatakan tersaturasi.
Persamaan Hamiltoniannya adalah

H(x, u, λ, t) = 1 + λ′ (Ax + Bu). (13.155)

Tujuaannya adalah menentukan u(t) dengan pembatasan diberikan oleh (13.154) sedemikian
∂H
hingga H(t) minimum. Secara sederhana ini tidak bisa menggunakan kondisi = 0
∂u
dikarenakan fakta bahwa minimum dari H(t) terhadap u(t) bisa dicapai diluar daerah
yang dipertimbangkan.
Pontryagin dan rekan-kerjanya sudah menujukkan bahwa dalam kasus kontrol dibatasi
dengan kondisi stasioner diganti dengan kondisi yang lebih umum tetap memberikan hasil
yang memadai, hal ini dikenal dengan prinsip minimum Pontryagin, yaitu

H(x∗ , u∗ , λ∗ , t) ≤ H(x∗ , u∗ + δu, λ∗ , t) (13.156)

untuk semua δu yang dipertimbang dengan δu adalah variasi dari u dan tanda bintang (∗ )
menyatakan nilai-nilai optimal. Hal ini juga bisa ditulis sebagai

H(x∗ , u∗ , λ∗ , t) ≤ H(x∗ , u, λ∗, t) (13.157)

untuk semua nilai u yang dipertimbangkan. Ini adalah suatu hasil yang sungguh ber-
dayaguna yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah minimum-waktu masukan-
dibatasi.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


D isain Kontrol minimum waktu dan masukan-dibatasi.. 367

Menurut prinsip minimum Pontryagin, kontrol optimal u∗ (t) harus memenuhi


1 + (λ∗ )′ (Ax∗ + Bu∗ ) ≤ 1 + (λ∗ )′ (Ax∗ + Bu).
Dari persamaan ini diperoleh bahwa optimal kontrol u∗ (t) haruslah memenuhi
(λ∗ )′ Bu∗ ≤ (λ∗ )′ Bu (13.158)
untuk semua nila u(t) yang dipertimbangkan. Kondisi ini mengijinkan untuk mengungkap-
kan u∗ (t) kedalam bentuk ko-keadaan. Untuk melihat hal ini, pertama dikaji dulu kasus
masukan-tunggal.
Misalkan u(t) adalah skalar dan b adalah vektor. Dalam hal ini adalah mudah memilih
u∗ (t) untuk meminimumkan nilai dari λ′ (t)bu(t), (perlu dicatat bahwa minimum bermakna
diinginkan nilai dari λ′ (t)bu(t) sedekat mungkin menuju −∞).
Bila λ′ (t)bu(t) positif, u(t) = −1 harus dipilih untuk memperoleh nilai positip terbesar
dari λ′ (t)bu(t). Sebaliknya, bila λ′ (t)bu(t) negatif, u(t) = 1 harus dipilih untuk membuat
nilai λ′ (t)bu(t) senegatif mungkin. Bila λ′ (t)bu(t) sama dengan nol di saat waktu t, maka
u(t) bisa diberi nilai sebarang pada saat t sebab λ′ (t)bu(t) bernilai nol untuk u(t) sebarang.
Hubungan diantara kontrol optimal dan ko-keadaan ini bisa diungkapkan secara tepat
dengan fungsi signum yang didefinisika sebagai berikut

 1, w => 0
sgn(w) = taktentu, w = 0 (13.159)

−1 w < 0.
Maka kontrol optimal diberikan oleh
u∗ (t) = −sng(b′ λ(t)). (13.160)
Ungkapan dari u∗(t) ini kedalam bentuk ko-keadaan bisa dibandingkan dengan ungkapan
dalam (13.140) yang berlaku untuk sistem linier dengan indeks perilaku kuadrat.
Kuantitas b′ λ(t) dinamakan fungsi switching. Suatu fungsi switching sederhana dan
kontrol optimal yang ditentukan ditujukkan dalam Gambar ??. Bila fungsi switching
berubah tanda, kontrol berganti dari nilai ektrimnya ke nilai yang lainnya. Dalam gam-
bar, kontrol berganti tanda sebanyak empat kali. Kontrol optimal linier minimum-waktu
tersaturasi karena selalu terjadi pergantian-kembali diantara nilai-nilai ekstrimnya, oleh
karenanya kontrol ini dinamakan kontrol bang-bang.
Bila kontrol adalah suatu vektor-m yaitu vektor dengan m komponen, maka menurut
prinsip minimum (13.158) u∗ (t) perluh dipilih agar supaya nilai dari λ′ (t)Bu(t) sebisa
mungkin mendekati −∞. Untuk mengerjakan hal ini komponen ui (t) harus diplih sama
dengan 1 bila komponen b′i λ(t) negatif dan sama dengan −1 bila komponen b′i λ(t) positif,
dimana bi adalah kolom ke-i dari matriks B. Pilihan kontrol strategi ini membuat kuantitas
berikut m
X

λ (t)Bu(t) = ui (t)b′i λ(t) (13.161)
i=1

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


368 Linier Quadratic Regulator (LQR)..

sekecil mungkin untuk semua t ∈ [t0 , t1 ].


Oleh karena itu diperoleh
u∗ (t) = −sgn(B ′ λ(t)) (13.162)
dalam hal ini didefinisikan fungsi signum untuk suatu vektor w sebagai

v = sgn(w) bila vi = sgn(wi ) untuk setiap i, (13.163)

dimana masing-masing vi dan wi adalah komponen ke-i dari v dan w.


Adalah mungkin suatu komponen b′i λ(t) dari fungsi switching B ′ λ(t) bernilai nol sepan-
jang suatu interval-waktu hingga. Bila hal ini terjadi, komponen ui (t) dari kontrol optimal
tidak terdifinisi secara-baik oleh (13.158). Keadaan yang demikian dinamakan suatu kondisi
singular. Bila berlaku sebaliknya, maka masalah kontrol optimal dinamakan normal.
Bila plan invarian-waktu, maka bisa disajikan beberapa hasil-hasil sederhana yang
berkaitan dengan keujudan dan ketunggalan dari kontrol minimum-waktu. Berikut ini
diberikan suatu test untuk kenormalan. Plan invarian-waktu (13.149) terkontrol bila dan
hanya bila matriks  
Un = B AB . . . An−1 B (13.164)
mempunyai rank sama dengan n. Bila bi adalah komponen kolom ke-i dari B ∈ Rn×m ,
maka plan adalah normal bila untuk setiap i
 
Ui = bi Abi . . . An−1 bi (13.165)

mempunyai rank sama dengan n; yaitu bila plan terkontrol oleh setiap komponen ui dari
vektor u ∈ Rm . Kenormalan dari plan dan kenormalan dari masalah kontrol minimum-
waktu adalah ekivalen.
Hasil-hasil berikut adalah dari kerja Pontryagin dan kawan-kawan. Misalkan plan
adalah normal dan diinginkan untuk mengarahkan suatu keadaan awal x(t0 ) yang diberikan
kesuatu keadaan akhir yang diharapkan yaitu x(t1 ) menggunakan pengontrol yang meme-
nuhi (13.154) dengan waktu minimum. Maka:

1. Bila keadaan akhir yang diharapkan x(t1 ) sama dengan nol, maka suatu kontrol mini-
mum-waktu ada (exist) bila plan tidak mempunyai pole-pole dengan bagian real
positip.

2. Untuk setiap x(t1 ) tetap, bila ada suatu penyelesaian masalah minimum-waktu, maka
penyelesaian ini tunggal.

3. Selanjutnya, bila sebanyak n pole dari plan semuanya real dan bila ada kontrol minimum-
waktu, maka setiap komponen ui (t) dari kontrol optimal bisa bergantian berubah
paling banyak n − 1 kali.

Pada akhirnya prinsip minimum menghasilkan suatu ungkapan yang diberikan oleh
(13.162) untuk kontrol optimal u∗ , tetapi ini sulit diselesaikan secara langsung untuk

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


D isain Kontrol minimum waktu dan masukan-dibatasi.. 369

memberikan kontrol optimal. Sebagai pengganti, akan terlihat bahwa (13.162) menspe-
sifik beberapa hukum kontrol yang berbeda oleh karena itu harus dipilah-pilah diantara
kontrol-kontrol tsb. mana yang optimal. Jadi, prinsip minimum mengharuskan untuk
menguji semua hukum kontrol yang tersaji guna memperoleh keoptimalan.
Untuk mendemontrasikan pengertian-pengertian ini dan menunjukkan bahwa u∗ tetap
bisa diungkapkan sebagai hukum kontrol umpan-balik, ditinjau suatu contoh dimensi-dua
sebab bidang dimensi-dua mudah digambar.

Contoh 69 Sistem Kontrol Minimum-Waktu yang memenuhi hukum Newton

Ditinjau sistem yang memenuhi hukum Newton

ẏ(t) = v(t), (13.166)


v̇(t) = u(t), (13.167)

dengan y(t) adalah posisi pada saat t, v(t) kecepatan pada saat t dan masukan u(t) adalah
percepatan pada saat t. Keadaan sistem adalah x(t) = (y(t) v(t))′ .
Untuk kajian ini percepatan masukan u(t) dibatasi sebagai berikut

|u(t)| ≤ 1. (13.168)

Tujuan kontrol adalah membawa sebarang keadaan awal (y(0) v(0))′ ke suatu keadaan
akhir yang diinginkan (y(t1 ) 0)′ dengan waktu minimum t1 . Didefinisikan suatu definisi
posisi sebagai
ȳ(t) = y(t) − y(t1 ), (13.169)
untuk ini dapat
˙ = ẏ(t) = v(t).
ȳ(t) (13.170)
Dalam hal ini secara sederhana didefinisi ulang bidang asal dari (y(t), v(t)) menjadi (y(t1 ), 0),
dengan demikian cukup untuk menentukan kontrol-terbatasi optimal yang mengontrol
keadaan awal (y(0), v(0)) ke keadaan asal dalam waktu minimum. Maka, dalam pelak-
sanaan huum kontrol yang diturunkan hanya dibutuhkan mengganti y(t) dengan y(t) −
y(t1 ).
Jadi keadaan akhir adalah tetap pada
 
y(t1 )
Ψ(x(t1 ), t1 ) = = 0. (13.171)
v(t1 )

a. Bentuk dari kontrol optimal


Persamaan Hamiltoniannya adalah

H = 1 + λy v + λv u,

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


370 Linier Quadratic Regulator (LQR)..

dalam hal ini ko-keadaan adalah λ = (λy λv )′ dan persamaan ko-keadaannya adalah:

λ̇y = 0

λ̇v = −λy .
Karena dt1 6= 0, maka keadaan akhir haruslah memenuhi:

0 = H(t1 ) = 1 + λy (t1 )v(t1 ) + λv (t1 )u(t1 ),

atau dengan menggunakan (13.171), diperoleh:

λv (t1 )u(t1 ) = −1.

dengan x(t0 ) = x0 dan x(t1 ) = 0. Dari persamaan


∂H
λ̇(t) = − = −A′ λ(t)
∂x

diperoleh λ(t) = e−A t λ(0). Bila disubstitusikan hasil ini kedalam (13.155), diperoleh

H(x, u, λ) = 1 + λ′ (0)e−At Ax(t) + λ′ (0)e−At Bu(t).

Dalam masalah kontrol optimal waktu ini, harus meminimumkan H dengan pembatas (??).
Pengontrol u(t) yang berpengaruh pada H terdapat dalam λ′ (0)e−At Bu(t), maka dari itu
didefinisikan kontrol optimal sebagai berikut

∗ +1, [λ′ (0)e−At B]i < 0
u (t) =
−1, [λ′ (0)e−At B]i > 0

13.6 Linier Regulator dengan menentukan derajad kesta-


bilan
Ditinjau sistem terkontrol

ẋ(t) = Ax + Bu, x(t1 ) = x1 ,

dengan hukum kontrol linier berbentuk u(t) = Kx. Umpan balik gain K dipilih, kemung-
kinan harus memenuhi kriteria:

1 Meminimumkan indeks perilaku kuadrat


Z∞
1
J= [x′ (t)Qx(t) + u′ (t)Ru] dt,
2
t1

dimana Q matriks simetri semi-definit positip dan R matriks simetri definit positip.
Pasangan (C̃ ′ , A) dapat diamati dimana C̃ ′ C̃ = Q.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


L inier Regulator dengan menentukan derajad kestabilan.. 371

2 Letak pole-pole dari sistem loop-tutup

ẋ(t) = (A + BK)x(t)

diinginkan terletak pada suatu lokasi yang diharapkan.

Akan ditunjukkan; adalah mungkin meminimumkan bentuk indeks perilaku kuadrat dan
disaat yang sama menjamin bahwa pole-pole dari sistem loop-tutup terletak disebelah kiri
garis ℜ(s) = −α, α > 0. Untuk menyelesaikan masalah ini, didefinisikan suatu linier
regulator yang dimodifikasi sebagai berikut:

ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t), x(t1 ) = x1 ,


Z∞
1
J = [x′ (t)Qx(t) + u′ (t)Ru(t)] e2α dt, α > 0,
2
t1

dimana pasangan (A, B) dan (C̃ ′ , A) masing-masing terkontrol dan teramati dengan C̃ ′ C̃ =
Q. Didefinisikan
x̂(t) = eαt x(t) dan û(t) = eαt u(t).
Didapat
˙
x̂(t) = (A + αI)x̂(t) + B û(t), x̂(t1 ) = eαt1 x(t1 ), (13.172)
Z∞
1
J = [x̂′ (t)Qx̂(t) + û′ (t)Rû] dt, , (13.173)
2
t1

Dari kedua persamaan diatas diperoleh

(A, B) terkontrol ⇒ (A + αI, B) terkontrol


(C̃ ′ , A) teramati ⇒ (C̃ ′ , A + αI) teramati.

Jadi untuk sistem (13.172) dengan indeks perilaku kuadrat (13.173), ada û(t) = Kα x̂(t)
sedemikian hingga sistem loop-tutup berikut
˙
x̂(t) = (A + BKα + αI)x̂(t) (13.174)

asimtotik stabil. Dalam hal ini umpan balik gain Kα diberikan oleh

Kα = −R−1 B ′ Pα ,

dimana
Pα (A + αI) + (A′ + αI)Pα − Pα BR−1 B ′ Pα + Q = 0.
Jadi u(t) optimal diberikan oleh

u(t) = Kα x(t)
= −R−1 B ′ Pα x(t).

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


372 Linier Quadratic Regulator (LQR)..

Dan sistem loop-tutup diberikan oleh persamaan berikut

ẋ(t) = (A + BKα )x(t). (13.175)

Dengan demikian karena sistem (13.174) stabil maka sistem (13.175) juga stabil.

Contoh 70 Selidiki, apakah sistem loop-tutup dari sistem loop-buka


   
0 0 1
ẋ(t) = x(t) + u(t)
0 1 1

dengan indeks perilaku


Z∞
 2 
J= x1 (t) + u2 (t) dt
0

stabil?

Jawab
Masing-masing matriks A, B, Q dan R diberikan oleh
    √  √   
0 0 1 ′ 2 0 2 0 2 0
A= , B= , Q = C̃ C̃ = = dan R = 2.
0 1 1 0 0 0 0 0 0

Bisa diselidiki langsung walaupun (A, B) terkontrol, tetapi (C̃ ′ , A) tak-teramati. Dengan
menggunakan persamaan aljabar Riccati diperoleh matriks P :
 
−6 −8
P =
−8 16

sedangkan matriks gain K diberikan oleh:



K = 1 −4 .

Sehingga diperoleh sistem loop tutup:


 
1 −4
ẋ = (A + BK)x = x
1 −3

dengan nilai-karakteristik matriks A+BK adalah −1 sebanyak dua. Jadi sistem loop-tutup
stabil walaupun pasangan (C̃ ′ , A) tak-teramati.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


M asalah regulator output.. 373

13.7 Masalah regulator output


Diberikan plan dalam model keadaan berbentuk

ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t), x(t1 ) = x1
y(t) = Cx(t),

dimana x(t) ∈ Rn×1 , u(t) ∈ Rp×1 , y(t) ∈ Rq×1 dan A ∈ Rn×n , B ∈ Rn×p , C ∈ Rq×n . Dalam
hal ini tertarik untuk mencari kontrol u(t) yang meminimumkan indeks perilaku berbentuk

Zt2
1
J= [y ′(t)Qy(t) + u′ (t)Ru(t)] dt (13.176)
2
t1

dimana mana Q adalah matriks simetri semi-definit positip dan R matriks simetri definit
positip. Disubstitusikan y(t) = Cx(t) kedalam persamaan (13.176) didapat

Zt2
1
J = [(Cx(t))′ Q(Cx(t)) + u′ (t)Ru(t)] dt
2
t1
Zt2
1
= [x′ (t)(C ′ QC)x(t) + u′ (t)Ru(t)] dt (13.177)
2
t1

Bila Persamaan (13.177) dibandingkan dengan hasil-hasil yang telah dibahas diperoleh un-
tuk sistem yang teramati dengan perilaku indeks (13.176) suatu kontrol optimal diberikan
oleh
u∗ (t) = Kx(t) = −R−1 B ′ P x(t),
dimana matriks P memenuhi persamaan Riccati

A′ P + P A − P BR−1 B ′ P + C ′ QC = 0

Contoh 71 Suatu sistem diuraikan oleh persamaan berikut



ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t),
y(t) = Cx(t)

dimana    
0 1 1 1 
A= , B= dan C = −1 0 .
1 1 0 1

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


374 Linier Quadratic Regulator (LQR)..

Sedangkan indeks perilaku diberikan oleh


Z∞
 
J= y 2 (t) + u21 (t) + u22 (t) dt,
0

dalam hal ini masing-masing Q dan R diberikan oleh


   
2 0 2 0
Q= , dan R = .
0 0 0 2

Oleh karena itu kontrol optimal diberikan oleh

u∗ (t) = −R−1 B ′ P x(t),

dimana  
1.441 0, 9586
P =
0.9586 2.7967
diperoleh dari menyelesaikan persamaan Riccati. Jadi J minimum adalah
 
1 ′ 1.441 0, 9586
Jmin = x (0) x(0).
2 0.9586 2.7967

13.8 Suboptimal linier regulator


Misalkan sistem
ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t), x(0) = x0
dengan indeks perilaku
Z∞
1
J= [x′ (t)Qx(t) + u′ (t)Ru(t)] dt
2
0

dimana C̃ C̃ ′ = Q dan pasangan matriks (C̃ ′ , A) teramati. Bila u(t) = Kx(t), maka
diperoleh
ẋ(t) = (A + BK)x(t)
dan
Z∞
1
J= x′ (t) [Q + K ′ RK] x(t)dt
2
0

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


S uboptimal linier regulator.. 375

Misalkan suatu fungsi Lyapunov diberikan oleh


Z∞
1
V (x(t)) = x′ (t) [Q + K ′ RK] x(t)dt.
2
t

Diperoleh
1
V̇ (x(t)) = − x′ (t) [Q + K ′ RK] x(t)
2
Bila V (x(t)) = 2 x (t)P x(t), maka
1 ′

1 ′
V̇ (x(t)) = [ẋ (t)P x(t) + x′ (t)P ẋ]
2
diperoleh
1 ′ 1
x (t) [(A + BK)′ P + P (A + BK)] x(t) = − x′ (t) [Q + K ′ RK] x(t).
2 2
Dari persamaan terakhir diatas diperoleh persamaan

(A + BK)′ P + P (A + BK) + K ′ RK + Q = 0 (13.178)

Matriks P bisa diperoleh dari persamaan (13.178). Sedangkan dari V (x(t)) diperoleh
Z∞
1
V (x(0)) = x′ (t) [Q + K ′ RK] x(t)dt = J
2
0

Jadi J = 12 x′ (0)P x(0) . Suboptimal diperoleh dengan meminimumkan J yang berkaitan


dengan semua elemen Ki,j , yaitu:


[x′ (0)P x(0)] = 0.
∂ki,j

Dalam hal ini ada beberapa kasus yaitu

1 Bila matriks umpan balik K tak-dibatasi, maka u(t) optimal akan tak tergantung
dari kondisi awal, dalam hal ini didapat
∂P
= 0 untuk semua i, j.
∂ki,j

2 Kasus khusus bila


Z∞
1
J= [x′ (t)P x(t)] dt
2
0

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


376 Linier Quadratic Regulator (LQR)..

P didapat dari (13.178) dengan R = 0. Dalam hal ini kasus adalah ketergantungan
pada kondisi awal. Didefinisikan:
1
J¯ = E{J} = E{ x′ (0)P x(0)}
2
dengan faribel random x(0) memenuhi
E{x(0)x′ (0)} = I, dimana I adalah matriks satuan.
Dalam hal ini fariabel random x(0) diasumsikan terdistribusi seragam pada per-
mukaan bola dimensi-n dengan jari-jari tidak sama dengan satu. Diperoleh
1
J¯ = E{J} = E{ x′ (0)P x(0)}
2
1
= E{trace[P x(0)x′ (0)]}
2
1
= trace[P E{x(0)x′ (0)}]
2
1
= traceP.
2
Contoh 72 Diberikan sistem
   
0 1 0
ẋ(t) = x(t) + u(t).
0 0 1
Diharapkan suatu kontrol optimal berbentuk

u(t) = − k1 k2 x(t)
yang meminimumkan
Z∞
1
J= x21 (t)dt,
2
0
dengan pembatas k1 = 1. Dari persamaan
(A + BK)′ P + P (A + BK) + Q = 0
diperoleh matriks P sebagai berikut
!
1+k22
1
P = k2
1
1 k2
.
2+k22
Dalam hal ini diperoleh traceP = k2
. Selanjutnya dari
∂ J¯ 1 ∂(traceP )
= =0
∂k2 2 ∂k2
√ √
diperoleh k2 = 2. Jadi kontrol optimal adalah u(t) = −[1 2]x(t) dan J¯ = 12 (traceP ) =

2.


Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P engakomodasian gangguan luar.. 377

13.9 Pengakomodasian gangguan luar yang bekerja pada


suatu sistem
Diberikan suatu plan diberikan oleh

ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t), x(0) = x0
(13.179)
y(t) = Cx(t)

dan pengontrol berbentuk:


u(t) = Kx(t) (13.180)
yang meminimumkan perilaku indeks:
Z∞
1
J= [x′ (t)Qx(t) + u′ Ru(t)] dt (13.181)
2
0

sistem loop-tutup diberikan oleh persamaan:

ẋ(t) = [A + BK]x(t). (13.182)

Pada keadaan stedi bila ẋ(t) = 0 maka limt→∞ x(t) = 0. Diasumsikan suatu gangguan
konstan terjadi pada sistem sehingga sistem (13.179) menjadi

ẋ(t) = Ax(t) + Bu(t) + Υw(t),
(13.183)
y(t) = Cx(t)

Sistem loop-tutup dengan pengontrol (13.180) menjadi

ẋ(t) = [A + BK]x(t) + Υw(t) (13.184)

Pada keadaan stedi ẋ(t) = 0, kedaan stedi xs (t) mempunyai hubungan sebagai berikut:

0 = [A + BK]xs (t) + Υw(t)

atau
xs (t) = −[A + BK]−1 Υw(t). (13.185)
Dari persamaan (13.185) terlihat peranan gangguan w(t) pada keadaan stedi xs (t). Untuk
mengatasi gangguan tsb. ditambahkan u0 pada pengontrol u(t) sehingga diperoleh:

u(t) = Kx(t) + u0 (13.186)

dengan demikian sistem loop-tutup menjadi

ẋ(t) = [A + BK]x(t) + Υw(t) + Bu0.

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


378 Linier Quadratic Regulator (LQR)..

Dalam kasus ini, u0 ditentukan sedemikian hingga

Υw(t) + Bu0 = 0, (13.187)

maka dari itu kedaan x(t) akan tetap mencapai nol untuk t → ∞. Dari persamaan (13.187)
diperoleh
u0 = −[B ′ B]−1 B ′ Υw(t). (13.188)
Selanjutnya untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan gangguan, salah satu
cara adalah menggunakan umpan balik integral. Ditinjau lagi sistem (13.179), dimana
x(t), u(t) dan y(t) masing-masing berukuran n × 1, p × 1 dan q × 1. Keluaran y(t) tetap
diharapkan sedapat mungkin mendekati keluaran acuan ya = 0. Diasumsikan sistem
(13.179) terkontrol. Untuk maksud diatas, suatu fariabel z(t) ditambahkan pada sistem
yang diberikan oleh
Zt
z(t) = y(τ )dτ
0

sehingga diperoleh

ż(t) = y(t)
= Cx(t), z(0) = 0. (13.189)

Dengan penambahan fariabel baru diatas, didapat sistem berbentuk


       

 ẋ(t) A 0 x(t) B

 = + u(t)
 ż(t) C 0 z(t) 0
  (13.190)

  x(t)


 y(t) = C 0
z(t)

dengan fariabel baru keadaan adalah


 
x(t)
x̂(t) = . (13.191)
z(t)

Timbul suatu pertanyaan apakah sistem baru (13.190)terkontrol bila dan hanya bila sistem
(13.179) terkontrol dan rank dari matriks
 
A B
C 0

sama dengan n + q. Sistem (13.190) terkontrol bila dan hanya bila matriks
 
B AB A2 B . . . An+q−1 B
U=
0 CB CAB . . . CAn+q−2

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


P engakomodasian gangguan luar.. 379

mempunyai rank sama dengan n + q. Diuraikan matriks U menjadi bentuk:


    
B AŪ A B 0 Ū
U= = , (13.192)
0 C Ū C 0 I 0
dimana 
Ū = B AB A2 B . . . An+q−2 B .

Bila rank B AB A2 B . . . An−1 B = n, maka rank(Ū) = n. Jadi
 
0 Ū
rank = n + q.
I 0
Maka dari itu diperoleh  
A B
rank(Ū) = rank .
C 0
Didefinisikan u(t) = K x̂(t) yang meminimumkan indeks perilaku
Z∞
1
J= [x̂′ (t)Qx̂(t) + u′ (t)Ru(t)] dt, (13.193)
2
0

pengontrol u(t) dapat ditulis sebagai

u(t) = K1 x(t) + K2 z(t)


Z∞
= K1 x(t) + K2 y(τ )dτ. (13.194)
0

Diperoleh sistem loop-tutup yang diberikan oleh


   
˙ A + BK 1 BK 2 Υ
x̂(t) = x̂(t) + w(t)
C 0
dengan keluaran 
y(t) = C 0 x̂(t).
˙
Pada keadaan stedi x̂(t) = 0, hal ini berakibat ż(t) → 0 dan y(t) → 0.

Contoh 73 Diberikan suatu sistem


      

 −0.05 0.1 0 0 −0.1


 ẋ(t) =  0 −0.361 0.361 x(t) +  0  u(t) +  0  w(t)
−200 0 −10 10 0



 

y(t) = 1 0 0 x(t),

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


380 Linier Quadratic Regulator (LQR)..

dimana  
x1 (t)
x(t) = x2 (t) .
x3 (t)
Bisa diselidiki bahwa (A, B) terkontrol. Akan didesain suatu kontroller untuk mengontrol
diviasi, dalam hal ini x1 (t) → 0. Untuk hal ini didefinisikan:
Zt
z(t) = x4 (t) = x1 (τ )dτ.
0

Sehingga diperoleh
x̂˙ = Âx̂(t) + B̂u(t) + Υ̂w(t),
dimana
       
x1 (t) −0.05 0.1 0 0 0 −0.1
x2 (t)  0 −0.361 0.361 0    
x̂(t) =     , B̂ =  0  dan Υ̂ =  0  .
x3 (t) , Â =  −200 0 −10 0  10   0 
x4 (t) 1 0 0 0 0 0

Bisa diselidiki (Â, B̂) terkontrol, selanjutnya dipilih indeks perilaku


Z∞
1  ′ 
J= x̂ (t)Qx̂(t) + ru2 (t) dt,
2
0

dimana  
1 0 0 0
0 0 0 0
Q=
0
 dan r = 1
0 0 0
0 0 0 1

dengan Q = C̃ C̃ ′ , dimana
 
′1 0 0 0
Γ =
0 0 0 1
Lagi, bisa diselidiki bahwa (C̃ ′ , Â) teramati. Jadi sistem loop-tutup bisa didisain stabil.
Selanjutnya dihitung matriks gain K, yaitu K = −r −1 B̂ ′ P , dimana matriks P diperoleh
dari penyelesaian persamaan Riccati:
Â′ P + P Â − P B̂r −1 B̂ ′ P + Q = 0.

Dalam hal ini diperoleh K = −0.5703 −0.1501 −0.0054 −0.9998 sedangkan kontrol
optimal u(t) diberikan oleh
Zt
u(t) = −0.5703x1 (t) − 0.1501x2 (t) − 0.0054x3(t) − 0.9998 x1 (τ )dτ.
0

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


Daftar Pustaka

[1] G.J. olsder and J.W. van der Woude, "Mathematical Systems Theory", Faculty Tech-
nical Mathematics and Informatics Delft University of Technology, the Netherlands,
(1994).

[2] M. Gopal, "Modern Control System Theory", Wiley Eastern Limited, (1984).

[3] C.T. Chen, "Linear System Theory and Design", Holt, Rinehart and Wistons, (1984).

[4] R.E. Kalman, P.L. Falb and M.A. Arbit, "Topics in mathematical system theory",
Tata McGraw-Hill Publishing Company LTD., (1974)

[5] B. Friedland, "Control System Design", McGraw-Hill Book Company, (1987).

[6] Richard Bronson, "Matrix Operations", International Edition, Schaum’s Outline Se-
ries, (1989).

[7] Elok Widihastuti, "Kajian Kriteria Kestabilan Routh-Hurwitz pada Sistem Linear
Invarian Waktu", Tugas Akhir S1, Jurusan Matematika FMIPA-ITS, (2002)

[8] Nunik Hariyani, "Kajian Dualitas Keterkontrolan dan Keteramatan pada Stabilisasi
Sistem Kontrol Loop Tutup", Tugas Akhir S1, Jurusan Matematika FMIPA-ITS,
(2002)

[9] Fenti Rahayu, "Kajian Realisasi Minimal Fungsi Transfer dari suatu Sistem Linear
Invarian Waktu", Tugas Akhir S1, Jurusan Matematika FMIPA-ITS, (2002)

[10] Leslie M. Hocking, ”Optimal Control An Introduction to the Theory with Applica-
tions”, Clarendon Press-Oxford, (1991).

[11] Frank L. Lewis, ”Applied Optimal Control and Estimation”, Prentice-Hall Interna-
tional, Inc., (1992).

[12] Bernard Friedland, ”Control System Design An Introduction to State-Space Methods”,


McGraw-Hill International Editions, (1987).

381
382 DAFTAR PUSTAKA

[13] M.R. Spiegel, ”Theory and Problems of Advanced Mathematics for Engineer and Sci-
entists”, Schaumm’s Outline Series, McGraw-Hill International Book Company, Sin-
gapore, (1983).

[14] David G. Leunberger, ”Introduction to Dynamic Systems Theory, Models, and Appli-
cations”, John Wiley & Sons, (1979).

Sistem Linear dan Kontrol Optimal, Copyright: c 2023 Subiono


Indeks

Euler-Lagrange, 17

kontrol otomatik, 2

Lagrangian, 16, 17

perilaku dinamik, 2
persamaan
beda, 1
differensial, 1

sekitar sistem, 1
sistem, 1
diskrit, 1
kontinu, 1
terdistribusi, 1
tergumpal(lumped), 1

383

Anda mungkin juga menyukai