Anda di halaman 1dari 2

BIDIK RISET INTERDISIPLINER JELANG PEMILU 2024, DOSEN FUD TELAAH

IDENTITAS POLITIK TOKOH SANTRI

Surakarta – Menjelang kontestasi politik tahun 2024, terutama dalam ajang pemilihan
umum dan pemilihan Presiden serta Wakil Presiden, sejumlah dosen dari Fakultas Ushuluddin
dan Dakwah (FUD) UIN Raden Mas Said Surakarta, melakukan riset interdisipliner dengan
mengambil topik utama mengenai identitas politik sejumlah tokoh santri. Riset yang dilakukan
oleh Siti Fathonah, Rhesa Zuhriya Briyan Pratiwi, dan Ulfa Fauzia Argestya ini dipandang
menarik sebagai fokus tematik dalam riset karena dianggap sesuai dengan kondisi aktual
sekaligus faktual dalam perpolitikan di Indonesia.
Dalam penelitiannya Siti, Rhesa, dan Ulfa berfokus pada identitas santri yang digunakan
sebagai citra diri untuk terjun ke dunia politik. Media sosial seperti YouTube, Instagram, Twitter,
maupun TikTok menjadi sarana untuk melakukan risetnya ini. Hasil penelitian yang didapat
berupa tiga dasar mengenai identitas politik para santri seperti tokoh politik santri
merepresentasikan intelektual muslim.
Guna mendukung pengumpulan data mereka menggunakan teknik wawancara dilakukan
kepada sejumlah tokoh politik yang berafiliasi santri, observasi pada sejumlah aktivitas politik
para tokoh santri, baik secara langsung maupun melalui media. Pengumpulan data juga
dilakukan dengan mendokumentasikan beberapa aktivitas-aktivitas virtual yang dilakukan oleh
para tokoh politik santri, baik lokal maupun nasional, serta baik yang berafiliasi partai politik
berbasis santri maupun partai politik secara umum.

Mengutip pernyataan Zaini AR. Tamin (1993), adanya kontribusi santri di dalam dunia
politik, salah satunya direpresentasikan melalui prestasi politik yang diperoleh. Dalam hal ini,
kaum santri berhasil menempati beberapa posisi penting, baik dalam konteks partai maupun
kabinet pemerintahan. Salah satu contoh yang paling mencolok adalah ketika terpilihnya
Abdurrahman Wahid sebagai presiden Indonesia pada saat itu. Pernyataan ini menjadi salah
satu alasan bagi tim peneliti untuk dapat menelaah bagaimana identitas yang sebenarnya
ditunjukkan oleh para tokoh santri ketika mereka masuk dalam dunia politik.
Adapun identitas politik yang dimunculkan juga berkenaan dengan gambaran citra para
tokoh santri sebagai politikus partai, terutama ketika mereka memproduksi atribut-atribut
yang diperlihatkan di masyarakat. Dengan demikian, fokus utama dalam permasalahan riset
yang diambil, selanjutnya diarahkan pada bagaimana para tokoh santri mengkonstruksi
identitas politik mereka di dalam peta perpolitikan dan kontestasi politik pada Pemilu 2024,
serta upaya komunikasi politik yang dibangun dalam membentuk identitas politik yang
dimunculkan. Apakah kemudian para tokoh santri ini cenderung memunculkan atribut
kesantrian mereka di dalam dunia politik, atau justru memunculkan kuasa politik mereka di
dalam ranah kesantrian yang dimiliki.
Berbekal tiga konsentrasi keilmuan sosial yang berbeda, tetapi serumpun, riset yang
diketuai oleh Siti Fathonah ini berupaya untuk memadukan serta membaurkan analisis dalam
ranah Antropologi, Ilmu Komunikasi, dan Sosiologi. Maka dari itu, beberapa teori yang
digunakan merujuk pada teori sosial yang berkaitan dengan konsep agensi dan strukturasi,
perspektif komunikasi dalam kaitannya dengan teori identitas, serta interaksionisme simbolik.
Secara teknis, riset interdisipliner ini dieksekusi dengan pendekatan kualitatif deskriptif,
terutama dengan pengumpulan data melalui beberapa teknik. Pertama, wawancara dilakukan
kepada sejumlah tokoh politik yang berafiliasi santri, pengamat politik, serta perwakilan
Bawaslu. Kedua, data diperoleh melalui observasi pada sejumlah aktivitas politik para tokoh
santri, baik secara langsung maupun melalui media. Ketiga, pengumpulan data juga dilakukan
dengan mendokumentasikan beberapa aktivitas-aktivitas virtual yang dilakukan oleh para
tokoh politik santri, baik lokal maupun nasional, serta baik yang berafiliasi partai politik
berbasis santri maupun partai politik secara umum.
Hasil penelitian merujuk pada tiga dasar mengenai gambaran identitas politik dari para
tokoh santri. Dalam konteks ini, identitas politik santri ini, salah satunya direpresentasikan
melalui citra santri dan tokoh politik yang identik, bahwa para santri yang terjun ke dunia
politik dipandang kerap mengidentifikasikan dirinya sebagai tokoh yang berafiliasi santri.
Tokoh politik santri juga merepresentasikan dirinya sebagai seorang intelektual muslim. Hal ini
dapat ditinjau melalui pemikiran-pemikiran politik yang dimunculkan, bahwa mereka adalah
tokoh politik yang hidup secara akademis, berpendidikan, serta tidak melupakan modal sosial
kesantrian yang dimiliki. Selain itu, tokoh politik santri ini juga merepresentasikan
keterwakilan dari para muslim perempuan. Temuan ini dapat dianalisis melalui keberadaan
sejumlah tokoh politik nasional perempuan yang aktif dalam berkiprah, seperti Yenny Wahid
dan Khofifah Indar Parawansa.
Selain temuan mengenai identitas politik yang direpresentasikan, terdapat pula upaya
komunikasi politik yang digunakan para tokoh santri dalam memunculkan gambaran identitas
politik yang dibangun. Konteks ini dapat ditemukan melalui aktivitas-aktivitas komunikasi yang
dilakukan secara langsung ketika berdakwah (non-media), serta konten-konten pesan politik
yang diunggah melalui media sosial. Adapun para tokoh santri yang berkiprah di dunia politik
ini terkesan beragam, dan beberapa dinilai cukup aktif dalam memanfaatkan media sosial,
seperti YouTube, Instagram, Twitter (X), maupun TikTok. (Rhesa Pratiwi)

Anda mungkin juga menyukai