Anda di halaman 1dari 3

PASLON 1

HUKUM : AGENDA MISI NO. 8

Sistem Hukum yang Adil, Transparan dan Mengayomi

Memperbaiki substansi ketentuan peraturan perundang-undangan serta melakukan


harmonisasi seluruh peraturan perundang-undangan baik secara vertikal maupun horizontal;
Menghadirkan kepastian hukum yang tidak diskriminatif dan mencegah Aparat Penegak
Hukum (APH) dijadikan alat politik
Memastikan penegakan hukum berjalan secara manusiawi dan berkeadilan melalui fungsi
kontrol yang ketat kepada APH
Mempercepat reformasi hukum di empat area prioritas, yaitu
 peradilan dan penegakan hukum,
 agraria dan sumber daya alam,
 pencegahan dan pemberantasan korupsi,
 dan perundang-undangan
Memperkuat kesadaran hukum masyarakat demi mewujudkan budaya hukum yang kokoh
Memberikan bantuan dan perlindungan hukum bagi :
 masyarakat miskin,
 kelompok rentan
 dan WNI yang tinggal di luar negeri
Penguatan kualitas manusia bidang hukum, dengan:
 Memperbaiki proses rekrutmen staf, lelang jabatan, serta promosi APH meliputi Polri,
Kejaksaan, dan Lembaga Kehakiman dengan mengedepankan transparansi dan
meritokrasi;
 Mewajibkan pejabat APH untuk melaporkan Laporan Harta dan Kekayaan Pejabat Negara
(LHKPN) secara periodik dengan standar pelaporan yang lebih akuntabel;
 Memperbaiki kesejahteraan APH dengan pengukuran kinerja yang lebih objektif; dan
 Melakukan pengawasan yang ketat terhadap pejabat APH termasuk di lingkungan
peradilan.
Bersama dengan Mahkamah Agung mendorong penyempurnaan sistem informasi
terintegrasi di lingkungan peradilan, (pidana, perdata, tata usaha negara, kekayaan intelektual,
dan hubungan industrial) yang mencakup seluruh kamar dan tingkatan
Menguatkan lembaga HAM nasional, menuntaskan kasus pelanggaran HAM dan
mendorong pemulihan sosial-ekonomi korban pelanggaran HAM
Memberikan penghormatan dan jaminan terhadap hukum adat dan hak-hak masyarakat
adat dalam seluruh tahapan pembangunan sehingga tidak terjadi penyingkiran dari ruang
hidupnya

Ringkasan :

Memperbaiki substansi dan melakukan harmonisasi


Menghadirkan kepastian hukum dan mencegah Aparat Penegak Hukum (APH)
dijadikan alat politik
Memastikan fungsi kontrol yang ketat kepada APH
Mempercepat reformasi hukum di empat area prioritas, yaitu
 peradilan dan penegakan hukum,
 agraria dan sumber daya alam,
 pencegahan dan pemberantasan korupsi,
 dan perundang-undangan
Memperkuat kesadaran hukum
Memberikan bantuan dan perlindungan hukum bagi :
 masyarakat miskin,
 kelompok rentan
 dan WNI yang tinggal di luar negeri
Penguatan kualitas manusia bidang hukum
Bersama dengan Mahkamah Agung mendorong penyempurnaan sistem informasi
terintegrasi
Menguatkan lembaga HAM nasional, menuntaskan kasus pelanggaran HAM dan
mendorong pemulihan sosial-ekonomi korban pelanggaran HAM
Memberikan penghormatan dan jaminan terhadap hukum adat

Harmonisasi peraturan perundang-undangan : Sebuah Upaya Holistik di bidang Hukum


Marilah kita renungkan adagium berikut: Cessante Ratione Legis, Cessat Et Ipsa Les: (bila dasar dari
hukum itu berhenti, maka hukumnya sendiri pun berhenti).
Mengapa terjadi disharmoni antar peraturan perundang-undangan.
Ada 6 (enam) faktor yang menyebabkan disharmoni sebagai berikut:
1. Pembentukan dilakukan oleh lembaga yang berbeda dan sering dalam kurun waktu yang
berbeda;
2. Pejabat yang berwenang untuk membentuk peraturan perundang-undangan berganti-ganti baik
karena dibatasi oleh masa jabatan, alih tugas atau penggantian;
3. Pendekatan sektoral dalam pembentukan peraturan perundang-undangan lebih kuat dibanding
pendekatan sistem;
4. Lemahnya koordinasi dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan yang
melibatkan berbagai instansi dan disiplin hukum;
5. Akses masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembentukan peraturan perundang-
undangan masih terbatas;
6. Belum mantapnya cara dan metode yang pasti, baku dan standar yang mengikat semua lembaga
yang berwenang membuat peraturan perundang-undangan.

Disharmoni peraturan perundang-undangan mengakibatkan :


1. Terjadinya perbedaan penafsiran dalam pelaksanaannya;
2. Timbulnya ketidakpastian hukum;
3. Peraturan perundang-undangan tidak terlaksana secara efektif dan efisien;
4. Disfungsi hukum, artinya hukum tidak dapat berfungsi memberikan pedoman berperilaku
kepada masyarakat, pengendalian sosial, penyelesaian sengketa dan sebagai sarana perubahan
sosial secara tertib dan teratur.

Dalam hal terjadi disharmoni peraturan perundang-undangan ada 3 (tiga) cara mengatasi sebagai
berikut:
1. Mengubah/ mencabut pasal tertentu yang mengalami disharmoni atau seluruh pasal peraturan
perundang-undangan yang bersangkutan, oleh lembaga/instansi yang berwenang
membentuknya.
2. Mengajukan permohonan uji materil kepada lembaga yudikatif sebagai berikut;
a. Untuk pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar kepada Mahkamah
Konsitusi;
b. Untuk pengujian peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap
undang-undang kepada Mahkamah Agung.
3. Menerapkan asas hukum/doktrin hukum sebagai berikut:
a. Lex superior derogat legi inferiori. :Peraturan perundang-undangan bertingkat lebih tinggi
mengesampingkan peraturan perundang-undangan tingkat lebih rendah, kecuali apabila
substansi peraturan perundang-undangan lebih tinggi mengatur hal-hal yang oleh undang-
undang ditetapkan menjadi wewenang peraturan perundang-undangan tingkat lebih
rendah[3].
b. Lex specialis derogat legi generalis : Asas ini mengandung makna, bahwa aturan hukum
yang khusus akan menggesampingkan aturan hukum yang umum. Ada beberapa prinsip
yang harus diperhatikan dalam asas Lex specialis derogat legi generalis
 Ketentuan-ketentuan yang didapati dalam aturan hukum umum tetap berlaku,
kecuali yang diatur khusus dalam aturan hukum khusus tersebut.
 Ketentuan-ketentuan lex specialis harus sederajat dengan ketentuan-ketentuan lex
generalis (undang-undang dengan undang-undang).
 Ketentuan-ketentuan lex specialis harus berada dalam lingkungan hukum (rezim)
yang sama dengan lex generalis. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata sama-sama termasuk lingkungan hukum
keperdataan.
c. Asas lex posterior derogat legi priori. : Aturan hukum yang lebih baru mengesampingkan
atau meniadakan aturan hukum yang lama. Asas lex posterior derogat legi
priori mewajibkan menggunakan hukum yang baru. Asas ini pun memuat prinsip-prinsip
 Aturan hukum yang baru harus sederajat atau lebih tinggi dari aturan hukum yang
lama;
 Aturan hukum baru dan lama mengatur aspek yang sama. Asas ini antara lain
bermaksud mencegah dualisme yang dapat menimbulkan ketidak pastian hukum.
Dengan adanya Asas Lex posterior derogat legi priori, ketentuan yang mengatur
pencabutan suatu peraturan perundang-undangan sebenarnya tidak begitu
penting. Secara hukum, ketentuan lama yang serupa tidak akan berlaku lagi pada
saat aturan hukum baru mulai berlaku.

Anda mungkin juga menyukai