Anda di halaman 1dari 8

Fungsi Tradisi “Kedurai Muang Apem” di Bungin Bingin Kuning Kabupaten Lebong

The Function of the "Kedurai Muang Apem" Tradition in Bungin Bingin Kuning,
Lebong Regency.

Indri Cindi Indaryani;


Prodi Pendidikan Sendratasik,Departemen Sendratasik
FBS Universitas Negeri Padang

(e-mail) indricindi16@gmail.com

Abstrak

Tradisi Kedurai Muang Apem adalah sebuah tradisi yang masih di lakukan oleh masyarakat
Kabupaten Lebong setiap tahunnya di Bungin Bingin Kuning Kabupaten Lebong. Tradisi ini di
lakukan untuk mengenang tenggelamnya dusun transmambang yang menjadikan sabo (Bnei
Libea) sekarang sebagai tempat ritual kedurai Muanng Apem. Tradisi Kedurai Muang Apem di
laksanakan oleh masyarakat kabupaten Lebong hanya sehari, setiap bulan Oktober pada saat
masyarakat sebelum turun menanam padi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, (1) Prosesi
upacara tradisi Kedurai Muang Apem Bungin, Bingin Kuning, Kabupaten Lebong (2) Fungsi tradisi
Kedurai Muang Apem Bungin, Bingin Kuning, Kabupaten Lebong. Penelitian ini merupakan jenis
penelitian deskriptif kualitatif, yang mana datanya di kumpulkan, dideskripsikan kemudian di
analisis prosesi upacara Kedurai Muang Apem, fungsi upacara tradisi kedurai muang apem
kabupaten Lebong. Hasil penemuan menemukan bahwa beberapa fungsi dalam kehidupan
masyarakat antara lain: Fungsi hiburan,fungsi pelestarian budaya,fungsi pendidikan dan fungsi
sosial.

Kata kunci: Prosesi dan fungsi upacara adat Kedurai Muang Apem

Abstract

The Kedurai Muang Apem tradition is a tradition that is still carried out by the people of Lebong
Regency every year in Bungin Bingin Kuning, Lebong Regency. This tradition is carried out to
commemorate the sinking of the Transmambang hamlet which made the sabo (Bnei Libea) now
the place for Muanng Apem's kedurai ritual. The Kedurai Muang Apem tradition is carried out by
the people of Lebong Regency for only one day, namely every October when the community is
about to plant rice. tradition of Kedurai Muang Apem Bungin, Bingin Kuning, Lebong Regency.
This research is a type of qualitative descriptive research, where data is collected, described and
then analyzed for the Kedurai Muang Apem ceremonial procession, the function of the Kedurai
Muang Apem traditional ceremony in Lebong Regency. The findings found that several functions
in people's lives include: Entertainment functions, cultural preservation functions, educational
functions and social functions.

Keywords: Processions and functions of traditional ceremonies


A. Pendahuluan
Indonesia memiliki keanekaragaman suku, ras, agama dan budaya. Keanekaragaman di
Indonesia merupakan kekayaan milik Bangsa Indonesia yang harus di jaga dan di lestarikan. Dalam
kehidupan sehari-hari kebudayaan, agama, serta suku bangsa sama-sama beriringan, saling
melengkapi dan saling mengisi, bahkan mampu saling menyesuaikan. Dalam konteks itu pula,
ratusan suku,ras dan budaya yang terdapat di Indonesia perlu di lihat sebagai asset negara apabila
di kelola dan didayagunakan bagi pembangunan nasional.
Keragaman suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki kebudayaan yang khas dan spesifik.
Kebudayaan yang khas itu berisi nilai-nilai yang di anut oleh kelompok masyarakat yang di katakana
sebagai budaya. Kata kebudayaan berasal dari kata Sanskerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari
buddhi yang berarti budi atau akal. Demikian, ke-budaya- an dapat diartikan “hal-hal yang
bersangkutan dengan budi dan akal”. Ada pendirian lain mengenai asal dari kata “kebudayaan” itu,
ialah bahwa kata itu adalah suatu perkembangan dari majemuk budi-daya, artinya daya dari budi
dan kekuatan dari akal.
Kebudayaan (culture) adalah suatu konsep penting dalam kehidupan masyarakat, khususnya
didalam struktur sosial. Sesuai dengan menurut Edward Burnett Tylor (1832-19721) kebudayaan
adalah sistem kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian , moral, hukum, adat
istiadat, kemampuan, serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota
masyarakat.
kebudayaan adalah adanya kandungan utama bahwa kebudayaan sangat erat dengan
persepsi terhadap nilai dan lingkungan yang melahirkan makna dan pandangan hidup, yang akan
memengaruhi sikap dan tingkah laku sebagai suatu pandangan hidup. Salah satu konsep yang
berkaitan dengan kebudayaan adalah kebudayaan tradisional. Lahirnya kebudayaan tradisional
dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, adat kebiasaan setempat dan dilandasi oleh keadaan
alam setempat. Banyak sekali kita jumpai kegiatan tradisional yang di lakukan masyarakat setempat
guna untuk mempertahankan adat istiadat yang telah ada yang harus di lestarikan, agar
kebudayaan itu tidak mati dan hanya tertinggal cerita .
Salah satu konsep yang berkaitan dengan kebudayaan adalah kebudayaan tradisional.
Lahirnya kebudayaan tradisional dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, adat kebiasaan
setempat dan dilandasi oleh keadaan alam setempat. Sama halnya tradisi yang di lakukan oleh
masyarakat Kabupaten Lebong terkhususnya di Kecamatan Bingin Kuningn dan Desa Semelako.
Lebong adalah salah satu kabupaten yang ada di provinsi Bengkulu, Kabupaten Lebong
merupakan kabupaten pemekaran dari kabupaten Rejang Lebong, dengan dasar hukum UU No. 39
Tahun 2003. Secara administratif terdiri atas 12 Kecamatan dengan 11 kelurahan dan 100 desa. Di
kabupaten Lebong memiliki suku Rejang mayoritas penduduk kabupaten Lebong adalah suku
rejang. Menurut ahli sejarah Zulman Hasan (2015:28-29) semua orang rejang yang tersebar itu
berasal dari Pinang Pelapis, Renah Skalawi yang kini disebut Lebong. Orang-orang suku rejang kini
mendiami sebagian besar wilayah provinsi Bengkulu, yaitu masyarakat yang tinggal dan mendiami
Kabupaten Lebong, Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Bengkulu
Utara, dan masyarakat yang tinggal dan mendiami daerah Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang,
dan di daerah hulu sungai Rawas Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan.
Lebih lanjut menurut Zulman Hasan (2015:38), masyarakat suku Rejang memiliki 2 sejarah
yaitu suku Rejang Purba dan suku Rejang Modern. Dalam sejarah Rejang terbagi dari Rhe Jang
Hyang dari Mongolia dan Kutai Pinang Belapis. Rhe Jang Hyang mendirikan sebuah kampung yang
2
diberi nama Kutai Nuak di daerah Napal Putih, Bengkulu Utara sekarang. Kutai Nuak hanya
bertahan selama 5 masa atau selama 50 tahun. Dan Rhe Jang Hyang beserta keluarganya pindah ke
daerah lebih dalam lagi yaitu daerah Pinang Belapis, suatu daerah yang terletak di Kabupaten
Lebong dengan Kabupaten Kerinci.
Di Pinang Belapis kelompok Rhe Jang Hyang tinggal disebuah perkampungan di dalam pigai
yang disebut Kutai Pinang Belapis. Pigai adalah batas aman yang mengelilingi kampung yang terbuat
dari parit dalam kedalaman 2,5 meter dan lebar 2,5 meter untuk memberi rasa aman dari gangguan
hewan buas, dan aman dari musuh yang datang dari luar. Namun saat kerajaan Kutai Pinang Belapis
runtuh itulah menjadi awal sejarah Rejang Modern. Rejang Modern memiliki era kepemimpinan
para Ajai (pemimpin).
Pada saat kepemimpinan ajai hukum yang berlaku sangat keras namun hukum adat tersebut
tidak menyimpang dari hukum agama, yaitu hukum adat yang relevan atau tidak bertentangan
dengan ajaran agama islam: “Adat besendi syara‟, syara„ bersendi kitabullah”. Hukum adat yang
diterapkan adalah hukum adat yang sesuai dengan hukum islam, dan hukum islam yang bersumber
dari Kitab Allah, yaitu Al-Quran Al-Karim.
Suku Rejang terkenal dengan adat dan budaya adatnya sendiri yang berkembang
dimasyarakat suku Rejang, seperti Adat Temimo Tamu Agung, Adat Bujang Gadis, Adat Kejai, Penoi,
Isi Penoi, Adat Bedeker, Adat Ca’o Mukok Imbo, Adat Beto’o, Adat Kedurai (Kedurai Muang
Apem,Kedurai Bumai,Kedurai Mundang Biniak, Kedurai Meket Poi). Dan dalam kesenian Rejang
terdapat seni sastra (ka ga nga), seni musik, seni tari, seni ukir dan seni pencak silat yang
merupakan budaya dari suku rejang sendiri.Dalam Adat Temimo Tamu Agung selalu disambut
dengan tari penyambutan adat rejang.
Tradisi Kedurai Muang Apem tradisi ini dilakukan oleh masyarakat adat Lebong setiap
tahunnya. Perayaan Tradisi Kedurai Apem dilaksanakan hanya sehari, setiap bulan Oktober pada
saat masyarakat sebelum turun menanam padi. Kegiatan ini merupakan salah satu ritual yang
mengandung nilai historis religius yang dilaksanakan oleh masyarakat Lebong khususnya warga
desa Karang Dapo, Pungguk Pedaro, Bungin, talang liak dan Semelako sebagai sarana untuk
mengenang tenggelamnya dusun Transmambang, menolak balak, ajang silahturahmi, dan media
mensyukuri hasil panen.
Meskipun pada zaman sekarang sudah canggih dan modern tetapi kegiatan ini masih tetap
dilaksanakan dan dilestarikan hingga saat ini. Sebagai suatu tradisi yang sangat di hormati oleh
masyaratakat adat Lebong
B. Metode
Jenis penelitian yang di gunakan adalah kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif.
Taylor dalam Lexi J. Moleong (2008: 3), menyatakan bahwa penelitian “kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-
orang atau perilaku yang diamati”.
Menurut Sugiyono (2005: 213), dalam penelitian kualitatif, “peneliti dituntut untuk dapat
menggali dan menelusuri berdasarkan apa yang diucapkan dan dilakukan oleh sumber data.
Penelitian kualitatif memperoleh data bukan sebagaimana mestinya, bukan berdasarkan apa yang
dipikirkan oleh peneliti, tetapi berdasarkan sebagai mana adanya terjadi dilapangan yang dialami,
didasarkan serta difikirkan oleh sumber data.

3
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dan dibantu dengan dengan
instrumen seperti alat tulis, media dan kamera. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara
Observasi, Wawancara, Studi Kepustakaan dan dokumentasi. Langkah-langkah menganalisis data
adalah mengumpulkan data, mendeskripsikan data dan menyimpulkan data.

C. Hasil dan Pembahasan


1. Prosesi upacara tradisi Kedurai Muang Apem
Tradisi Kedurai Muang Apem merupakan salah satu ritual yang mengandung nilai
historis religius yang dilaksanakan oleh masyarakat Lebong khususnya Lebong Tengah dan
Lebong Sakti sebagai sarana untuk menolak balak, ajang silahturahmi, dan media mensyukuri
hasil panen. sebelum melakukan prosesi muang apem itu adanya banyak perisapan yang harus di
siapkan, yaitu seperti adanya rapat antara ketua adat di setiap desanya dan berkumpul di satu
rumah untuk mebahas acara muang apem ini yang biasa di sebut “Basen Ketuai Kutai” di situlah
menjelaskan bagaiamana proses berjalannya ritual muang apem. Bergotong royong membuat kue
apem dan di bagikan perdesa untuk membuat kue apem itu.
a. Persiapan Sebelum Upacara Adat
Ritual Kedurai Muang Apem adalah kegiatan tahunan yang di laksanakan oleh pemerintah dan
Badan Musyawarah Adat (BMA) Kabupaten Lebong dengan itu bersama ketua BMA, ketuai kuitai,
dan kades bungin membuat suatu panggung dan tenda untuk acara ritual muang apem, selanjutnya
adanya latiahan silek dan tarian kejai untuk anak-anak setempat.
b. Acara Ritual Kedurai Muang Apem
Sampailah pada acara ritual Kedurai Muang Apem, di sana akan di undang Bupati Kabupaten
Lebong,Dinas Dispapora, Dinas Kebudayaan, Camat Bingin Kuning, Kepala Desa Semelako,Dan
Kepala Desa yang ada di kecamatan Bingin Kuning. Akan di sambut dengan tarian Kejai dan silek
rejang dimana tarian dan silek ini adalah persembahan untuk prosesi muang apem kepada tamu
agung yang di undang.
Sebelum pergi ke lokasi Tradisi Kedurai Apem, yaitu benei libea (Sabo) para petugas kutai
akan mempersiapkan tatacara dan bahan-bahan yang wajib dibawa kesana yakni,
 Membawa kue apem khusus dan kue apem dari warga
 Air pancuran ajai,
 Bambu 7 buah
 Sirih
 Buah pinang
 Rokok
 Belas kunik (Beras di baluri kunyit)
 Kuak minyok (Kuah minyak)
 Kemenyan
 Gula pasir
Penari Kejai berpasang-pasangan dan seluruh petugas beserta orang-orang yang terkait
memakai baju adat Lebong baik laki-laki maupun perempuan. Warga lima desa tersebut

4
berbondong-bondong menuju ke lokasi tepatnya di pohon beringin kuning di daerah Pasir Lebar
atau lebih dikenal daerah Sabo di Desa Bungin, Kecamatan Bingin Kuning, Kabupaten Lebong.
Pada hari perayaan semua syarat itu dibawa ke Pasir Lebar (Sabo) oleh para petugas
acara untuk dipersembahkan kepada arwah nenek moyang. Sebelum sampai dilokasi para
peserta ritual terlebih dahulu mensucikan diri di air pancuran ajai dengan melakukan cuci
muka, tangan dan kaki.
Kemudian diadakan semacam ritual oleh Juru Kunci Kutai untuk memanggil arwah para
neneek moyang dan para penjaga daerah sabo bahwa bahan-bahannya sudah terkumpul
kemudian melakukan doa memohon keselamatan atau tolak balak khususnya pada warga
Semelako,Bungin,Karang Dapo,Pungguk Pedaro, Talang liak, Talang Kerinci dan Pelabuhan serta
masyarakat adat Lebong pada umunya. Setelah kue apemnya sudah di doakan maka diadakan
semacam aksi lempar-lemparan kue apem dan dengan antusiasnya masyarakat dengan rasa
suka cita akan saling berebutan untuk mendapatkan kue apemnya. Sebagai bentuk rasa
syukur warga desa bahwa telah usai melaksanakan Tradisi Kedurai Apem. Setelah melakukan
upacara adat secara sakral aka nada acara hiburan untuk warga setempat yang sempat hadir pada
hari perayaan Kedurai Muang Apem.
Keunikan yang terdapat dalam Tradisi Kedurai Muang Apem adalah bahan utamanya itu
sendiri ialah kue apem serta kegitan sebelum hari pelaksanaanya, yang begitu menjunjung tinggi
gotong royong dan kebersamaan. Tradisi ini juga dipengaruhi juga oleh unsur-unsur kepercayaan
animisme dan dinamisme juga unsur nilai agama Islam serta nilai kebudayaan yang kental di
dalamnya.

Gambar 1. Membakar kemenyan oleh juru kunci Gambar 2. Kue Apem yang di bawa warga
(Foto tahun 2018 oleh Edo Karang Nio) (Foto tahun 2018 oleh Edo Karang Nio)

Gambar 3. Tari Kejai Gambar 4. Wakil Bupati Drs. Fahrurrozi, M.Pd memakan sirih
(Foto tahun 2022 oleh Yusredi) (Foto tahun 2022 oleh Yusredi)

5
2. Fungsi Tradisi Kedurai Muang Apem

Menurut Funk dan Wagnalls (2013:78) istilah tradisi dimaknai sebagai pengetahuan, doktrin,
kebiasaan, dan lain-lain yang dipahami sebagai pengetahuan yang telah diwarisikan secara
turun-temurun termasuk cara penyampaian doktrin. Jadi tradisi merupakan suatu kebiasaan
yang dilakukan oleh masyarakat dulu sampai sekarang. Muhaimin (2017:78) mengatakan bahwa
tradisi terkadang disamakan dengan kata-kata adat dalam pandangan masyarakat dipahami
sebagai struktur yang sama. Dimana agar dalam tradisi, masyarakat mengikuti aturan-aturan
adat.
Adapu pengertian Tradsi menurut R. Redfield (2017:79) yang mengatakan bahwa tradisi
dibagi menjadi dua, yaitu great tradition ( tradisi besar) adalah suatu tradisi mereka sendiri, dan
suka berfikir dan dengan sendiri mencakup jumlah orang yang relative sedikit. sedangkan little
tradition ( tradisi kecil) adalah suatu tradisi yang berasal dari mayoritas orang yang tidak pernah
memikirkan secara mendalam pada tradisi yang mereka miliki. Sehingga mereka tidak pernah
mengetahui seperti apa kebiasan masyarakat dulu, karena mereka kurang peduli dengan
budaya mereka.
Fungsi tradisi menurut Soerjono Soekanto (2011:82) yaitu sebagai berikut
1. Tradisi berfungsi sebagai penyedia fragmen warisan historis yang kita pandang bermanfaat.
Tradisi yang seperti onggokan gagasan dan material yang dapat digunakan orang dalam tindakan
kini dan untuk membangun masa depan berdasarkan pengalaman masa lalu. Contoh: peran yang
harus diteladani (misalnya, tradisi kepahlawanan, kepemimpinan karismtais, orang suci atau nabi).
2. Fungsi tradisi yaitu unutk memberikan legitimasi terhadap pandangan hidup, keyakinan, pranata
dan aturan yang sudah ada. Semuanya ini memerlukan pembenaran agar dapat mengikat
anggotanya. Contoh: wewenang seorang raja yang disahkan oleh tradisi dari seluruh dinasti
terdahulu. Tradisi berfungsi menyediakan simbol identitas kolektif yang meyakinkan, memeperkuat
loyalitas primordial terhadap bangsa, komunitas dan kelompok. Contoh tradisi nasional:
dengan lagu, bendera, emblem, mitologi dan ritual umum.
Fungsi Kedurai Muang Apem Bagi Masyarakat :
a. Fungsi Hiburan
Kedurai Muang Apem merupakan suatu ajang pesta rakyat bagi masyarakat Bingin Kuning
terkhususnya masyarakat semelako dan bungin dan masyarakat Lebong pada umumnya. Kegiatan
yang dilaksanakan setiap tahun ini di agendakan oleh BMA (Badan Musyawarah Adat), Dinas
Pariwisata Pemuda Dan Olahraga, dan Dinas Kebudayaan. Terjadi perubahan fungsi ritual menjadi
fungsi hiburan.
b. Fungsi Pelestarian Budaya
Pelestarian budaya dapat di lakukan dengan tetap menjaga kearifan Kedurai Muang Apem
itu sendiri, mengembangkan unsur-unsur kebudayaan di dalamnya. Proses pelestarian melalui
proses transmisi atau penyampaian pola-pola budaya dari satu generasi kepada generasi yang lain
dapat terjadi dengan sengaja dan dapat pula berlangsung tanpa disadari. Penyelenggaraan Kedurai
Muang Apem sebagai tradisi warisan nenek moyang masyarakat Lebong yang dilakukan rutin setiap
tahun ternyata mempunyai fungsi untuk melestarikan budaya daerah setempat. Meskipun
bentuknya telah mengalami perubahan dan perkembangan tetapi nilai-nilai dan semangat spiritual
sedekah laut tetap dijaga dan dilestari- kan oleh masyarakat pendukungnya. Berkai- tan dengan
fungsi tradisi ritual keberadaann- ya dapat dipahami secara integral dengan konteks keberadaan

6
masyarakat pendukungnya. Tradisi ritual berfungsi menopang kehidupan dan memenuhi kebu-
tuhan dalam mempertahankan kolektifitas sosial masyarakat Lebong. Demikian pula secara timbal
balik kelestarian tradisi masyarakat tetap terjaga dengan baik.
c. Fungsi Pendidikan
Pembelajaran melalui pengalaman langsung terjadinya proses pendidikan bagi masyarakat.
Misalnya penampilan tari dan drama tradisi yang menceritakan Kedurai Muang Apem yang memiliki
nilai-nilai filosofi yang tinggi. Beberapa kegiatan yang mendukung acara Kedurai Muang Apem
termasuk yang terdiri dari sesaji, pengajian, hiburan, penampilan tarian dan drama tradisi ternyata
mempunyai nilai-nilai luhur karakter bangsa yaitu dapat menciptakan kebersamaan, gotong royong,
hidup rukun dan saling menghargai sesama orang. Selain itu pendidikan merupakan proses
transmisi budaya dari generasi satu ke generasi berikutnya sebagai pewaris budaya bangsa. Di
jelaskan juga oleh Tilaar (2004: 191) bahwa kreativitas, inovasi, enkulturasi, akulturasi di dalam
transmisi kebudayaan menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang aktif. Kemampuan
kreativitas dan aktivitas manusia adalah proses pendidikan Peranan tradisi Kedurai Muang Apem
bagi masyarakat yaitu pendidikan spiritual, pendidikan etos kerja, pendidikan penanaman nilai-nilai
luhur bangsa, dan pendidikan pelestarian lingkungan alam. Tradisi Kedurai Muang Apem dapat
menjadi sebuah proses pendidikan bagi masyarakat yaitu nilai-nilai yang menunjang pembentukan
karakter bangsa seperti gotong royong, kerjasama, toleransi, solidaritas dalam tradisi.
d. Fungsi Sosial
Tradisis Kedurai Muang Apem memberi suatu gambaran hidup yang sosialis karena sebelum
melakukan prosesi muang apem itu adanya banyak persiapan yang harus di siapkan, yaitu seperti
adanya rapat antara ketua adat di setiap desanya dan berkumpul di satu rumah untuk mebahas
acara muang apem ini yang biasa di sebut “Basen Ketuai Kutai” di situlah menjelaskan bagaiamana
proses berjalannya ritual muang apem. Bergotong royong membuat kue apem dan di bagiak
perdesa untuk membuat kue apem itu. Bersama ketua adat dan kades bungin membuat suatu
panggung dan tenda untuk acara ritual muang apem, selanjutnya adanya latiahan silek dan tarian
kejai untuk anak-anak. Sampailah pada acara ritual muang apem, di sana akan di undang Bupati
Kabupaten Lebong , Camat Bingin Kuning Dan Kepala Desa yang ada di kecamatan Bingin Kuning.
Akan di sambut dengan tarian Kejai dan silek rejang dimana tarian dan silek ini adalah persembahan
untuk prosesi muang apem kepada tamu agung yang di undang.

Kesimpulan
Tradisi Kedurai Muang Apem tradisi ini dilakukan oleh masyarakat adat Lebong setiap
tahunnya. Kegiatan ini merupakan salah satu ritual yang mengandung nilai historis religius yang
dilaksanakan oleh masyarakat Lebong khususnya warga desa Karang Dapo, Pungguk Pedaro,
Bungin, talang liak dan Semelako sebagai sarana untuk mengenang tenggelamnya dusun
Transmambang, menolak balak, ajang silahturahmi, dan media mensyukuri hasil panen.
Jenis penelitian yang di gunakan adalah kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif,
pada penelitian ini dilakukan oleh peneliti ketika menyaksikan langsung Kedurai Muang Apem.
Tradisi muang apem memiliki rangkaian prosesi acara dari sebelum acara di mulai hingga acara di
selenggarakan. Pada persiapan acara semua di agendakan oleh pemerintah dan masyarakat
setempat bekerja sama dan bergotong royong agar acara berjalan dengan baik dan sukses.

7
Tradisi Kedurai Muang Apem memiliki fungsi bagi masyarakat yaitu sebagai fungsi Hiburan
karena ajang pesta rakyat bagi masyarakat setempat,Fungsi Pelestarian Budaya seperti
mengembangkan unsur-unsur kebudayaan di dalamnya, Fungsi Pendidikan yaitu mendapatkan
Pembelajaran melalui pengalaman langsung terjadinya proses pendidikan bagi masyarakat, Fungsi
Sosial mengetahui bagaimana berkehidupan sosial sebenarnya di dalam kegiatan ini di ajarkan
tentang kebersamaan,gotong royong dan mencintai sesama masyarakat.

Referensi
Dalmeda, M. ., & Elian, N. (2017). Makna Tradisi Tabuik Oleh Masyarakat Kota Pariaman (Studi
Deskriptif Interaksionisme Simbolik). Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya, 18(2), 135.
https://doi.org/10.25077/jantro.v18i2.63
Forgano, E. J. (2021). Bentuk Penyajian Suling Bambu Dalam Tradisi Balahak. 10, 45–53.
Junita, M. (2021). Tradisi “Kedurai Apem” Pada Masyarakat Adat Lebong (Kajian Sosio-Filosofis
Masyarakat Adat Suku Rejang Desa Bungin).
Widati, S. (2011). Tradisi Sedekah Laut di Wonokerto Kabupaten Pekalongan : Kajian Perubahan
Bentuk dan Fungsi. Jurnal PP, 1(2), 142–148.

Anda mungkin juga menyukai