Anda di halaman 1dari 3

Jawaban :

1. Ciri-ciri bahasa
-1. Bahasa Sebagai Sistem
Grameds pasti sudah memahami bahwa ‘sistem’ itu berarti susunan teratur berpola yang
membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau berfungsi. Begitu pula dengan bahasa,
yang memiliki sistem tertentu di dalamnya. Komponen-komponen yang terdapat di dalam
suatu sistem bahasa harus tersusun secara teratur supaya dapat dimengerti oleh penutur
dan lawan penuturnya.
Dalam Bahasa Indonesia, komponen-komponen tersebut berupa Subjek (S), Predikat (P),
Objek (O), dan Keterangan (K). Untuk mempelajari mengenai komponen-komponen yang
mengatur suatu bahasa dapat ditemukan dalam disiplin ilmu morfologi.
-2. Bahasa Merupakan Lambang
Seperti yang sudah dituliskan bahwa bahasa itu merupakan sistem, maka dalam sifat ini
adalah berupa lambang-lambang yang berbentuk bunyi. Artinya, lambang-lambang tersebut
berwujud bunyi yang biasanya disebut sebagai bunyi bahasa. Setiap lambang dari bahasa
dapat melambangkan sesuatu yang nantinya disebut dengan makna atau konsep.
Misalnya, kamu membaca sebuah kata [kambing], pasti kamu membayangkan sebuah
makna atau konsep mengenai ‘sejenis binatang berkaki empat yang memiliki suara
mengembik dan sering dijadikan sebagai makanan sate’.
Semua lambang bunyi yang memiliki atau menyatakan suatu makna atau konsep maka
dapat disebut sebagai lambang ujaran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam Bahasa
Indonesia ini, satuan bunyi seperti [kabel], [cermin], dan [kapas] itu adalah wujud nyata dari
lambang ujaran karena memiliki makna. Sementara itu, satuan bunyi seperti [akud], [ea],
dan [ajem] bukanlah lambang ujaran sebab tidak memiliki makna yang pasti.
-3. Bahasa Bersifat Arbitrer
Bahasa bersifat arbitrer artinya ‘mana suka’, sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan
antara lambang bunyi dengan yang dilambangkan itu tidak wajib, bisa berubah sewaktu-
waktu, dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang bunyi tersebut dapat “mengonsepi”
makna tertentu.
Misalnya, lambang bunyi [kerbau] biasanya digunakan untuk konsep atau makna ‘sejenis
binatang berkaki empat yang memiliki tanduk dan biasa digunakan untuk membajak sawah],
ternyata tidak dapat dijelaskan secara konkrit. Andaikata, kamu hendak menyebutnya
sebagai [kebo], [buffalo], atau [banteng] itu sah-sah saja. Hal tersebut dapat dilihat pada
banyaknya lambang bunyi yang memiliki padanan kata untuk suatu makna atau konsep yang
sama.
-4. Bahasa Bersifat Konvensional
Dalam hal ini, setiap penutur suatu bahasa (manusia) harus mematuhi adanya hubungan
antara lambang dengan konsep yang dilambangkannya. Apabila sang penutur suatu bahasa
tidak memahami hubungan tersebut, maka besar kemungkinan komunikasi yang tengah
dijalinnya akan terhambat.
Contohnya, untuk menyebut ‘kaca bening yang menampilkan bayangan’ kamu dapat
menggunakan lambang bunyi [cermin]. Apabila terdapat seseorang yang seenaknya
mengganti lambang bunyi menjadi [mincer], [nimrec], atau [recnim], tentu saja akan
menghambat komunikasi dengan individu lain.
2. morfem dapat dibedakan menjadi 2 macam, sebagai berikut :

-1. Morfem bebas adalah morfem yang bisa berdiri sendiri dari segi makna, yang tidak harus
dihubungkan dengan morfem lainnya. Morfem bebas juga dianggap sebagai morfem yang
memiliki potensi untuk dapat berdiri sendiri pada suatu bangun kalimat. Seluruh kata dasar
tergolong sebagai morfem bebas. Contoh :

• Kursi ini dari kayu mahoni, “kursi” disini merupakan morfem bebas yang terdiri dari satu
morfem.

• Saya belum menikah, “saya” disini merupakan morfem bebas yang terdiri dari satu
morfem.

-2. Morfem terikat adalah morfem yang tidak bisa berdiri sendiri dari segi makna. Morfem
terikat juga dianggap sebagai morfem yang tidak memiliki potensi untuk berdiri sendiri dan
selalu terikat dengan morfem lainnya. Contoh :

• Kapan hujan ini akan berhenti. “henti” disini merupakan morfem terikat karena tidak bisa
berdiri sendiri, dan terikat dengan morfem “ber-”
• Perjuangkan harkat dan martabatmu, “juang” disini merupakan morfem terikat karena
tidak bisa berdiri sendiri dan terikan dengan morfem “per- dan -kan”.

3. Bahasa Indonesia secara nasional memiliki 4 fungsi,yaitu sebagai berikut :

-1. Sebagai Lambang Kebanggan Kebangsaan. Pada fungsi ini, bahasa Indonesia dianggap
mampu mencerminkan nilai-nilai sosial budaya Indonesia yang mendasari rasa
kebanggaan terhadap bangsa Indonesia. Agar fungsi ini tetap terjaga, bahasa Indonesia
harus terus dipelihara, dijaga, dan dikembangkan. Kebanggaan masyarakat dalam
penggunaan bahasa Indonesia pun juga harus terus ditingkatkan.

-2. Alat Penghubung Antar Warga, Antar Daerah, dan Antar Budaya. Sebagaimana yang
kita tahu, Indonesia kaya akan budaya, suku bangsa, dan bahasa daerah. Supaya semua
unsur itu bisa terhubung satu sama lain, masyarakat Indonesia harus menggunakan
bahasa Indonesia saat berkomunikasi. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa bahasa
Indonesia dianggap sebagai bahasa persatuan, serta kedudukannya harus berada di atas
bahasa daerah.

-3. Sebagai Lambang Identitas Nasional. Seperti halnya bendera merah putih dan simbol
garuda, bahasa Indonesia adalah identitas nasional lainnya yang kita miliki. Agar identitas
ini senantiasa hadir, masyarakat harus tetap menggunakan bahasa Indonesia dalam
kehidupan sehari-hari, baik di pergaulan maupun lingkungan kerja.

-4. Alat Pemersatu Suku Budaya di Indonesia. Fungsi ini masih ada benang merahnya
dengan fungsi kedua. Dengan adanya bahasa Indonesia, setiap suku budaya di Indonesia
bisa berkomunikasi dengan lebih lancar dan terhindar dari kesalahpahaman. Hal inilah
yang bisa memicu persatuan dan keharmonisan antar suku budaya di Indonesia. Walau
menggunakan bahasa Indonesia, setiap suku budaya di Indonesia masih tetap bisa
menggunakan bahasa daerah mereka masing-masing, serta tetap menjaga nilai-nilai
sosial budaya yang mereka yakini.

Anda mungkin juga menyukai