Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kementerian coordinator Bindang pembangunan manusia dan

kebudayaan (Komenko PMK) sesuai dengan perpres No. 9 Tahun 2015, tentan

kemenko PMK bertanggung jawab untuk melakukan koordinasi,

sinkoronisasi, dan pengendalian urusan pembangunan manusia dan

kebudayaan. Urusan ini salah satunya menjangkau program kesejahteraan

rakyat, melalui pemberian bantuan sosial pada masyarakat. Bantuan ini

diberikan untuk memenuhi dan menjamin kebutuhan dasar serta meningkatkan

taraf hidum penerima bansos.

Fungsi ini juga sejalan dengan amanat dalam Inpres Nomor 7 Tahun

2014 tentang pelaksanaan program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program

Indonesia Pintar, dan Program Indonesia sehat untuk Membangun keluarga

produktif. Menko PMK dalam hal ini dapat mengambil langkah-langkah yang

diperlukan sesuai tugas, fungsi, dan kewenangannya untuk meningkatkan

efektivitas dan efesiensi pelaksanaan Program Simpanan Keluarga sejahktera,

Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia sehat bagi keluarga kurang

mampu dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat dan dunia usaha.

Diantaranya dengan meningkatakan koordinasi pelaksanaan dan pengawasan,

penanganan penganduan masyarakat, dan meningkatakan koordinasi dan

evaluasi pelaksanaan program.

1
Program program Bansos untuk Rakyat mencakup program Indonesia

pintar (PIP), program jeminan Kesehatan Nasional (JKN-KIS), program

keluarga Harapan (PKH), & Bansos Rastra/Bantuan Pangan Non Tanai.

Perluasan Program bantuan sosial merupakan komitmen pemerintah untuk

mempercepat penanggulangan kemiskinan. Hal ini terlihat dari menurunnya

angka kemiskinan dari 11,22% pada tahun 2015, menjadi 9,82% pada tahun

2018. Gini rasio juga berkurang dari 0,408 pada tahun 2015 menjadi 0,389

pada tahun 2018. Sementara Indeks Pembangunan Manusia Naik dari 68,90

pada tahun 2014 menjadi 70,81 pada tahun 2017.

Program Indonesia Pintar :

Program Indonesia Pintar merupakan program bantuan berupa uang dari

pemerintah kepada peserta didik SD, SMP, SMA/SMK, dan sederajat baik

formal maupun formal bagi keluarga miskin. Kartu Indonesia Pintar diberikan

kepada 19,7 juta anak usia sekolah, yaitu anak-anak yang tidak mampu di

sekolah di luar sekolah, di panti asuhan,pesantren, dll,

Bantuan yang diberikan :

Rp 450 rubu / tahun untuk anak SD

Rp 750 ribu / tahun untuk anak SMP

Rp 1 jta/tahun untuk anak SMA/SMK

Bantuan Program Jaminan Kesehatan Nasional :

Pemerintah membayarkan iuran bagi masyarakat tidak mampu yang berjumlah

92,4 juta penduduk pada tahun 2018. Anggaran yang disediakan pemerintah

untuk PBI (Penerima Bantuan Iuran) JKN BPJS Kesehatan senilai Rp 25

2
triliun pada Tahun 2018. Pada tahun 2019, bantuan akan ditingkatkan menjadi

96,8 juta penduduk penerima bantuan iuran (BPI) atau mencapai 38 persen

rakyat Indonesia.

Program Keluarga Harapan :

Program Keluarga Harapan, merupakan program bansos untuk meningkatkan

kesejahteraan rakyat dengan melibatkan partissipasi kelompok penerima

manfaat dalam menjaga kesehatan dalam menyekolahkan anak-anaknya

Perluasan PKH ditingkatkan dari 2,8 juta KPM (TAHUN 2014), MENJADI 6

JUTA kpm (tahun 2016), dan diperluas menjadi 10 juta KPM tahun 2018

Nilai bansos yang diterima KPM adalah Rp 1,890.000,-/tahun /KPM.

Bansos Rastra/ Bantuan Pangan Non Tunai :

Transformasi Subsidi Rastra menjadi BPNT untuk 1,2 juta KPM, yang

dimulai pada tahun 2017. Transformasi tersebut akan diperluas secara

bertahap hingga mencapai 15,5 juta KPM pada tahun 2019.

Pemerintah memberikan BPNT senialai Rp 110,000,-/bulan/KPM melalui

kartu keluarga sejahtera untuk dibelanjakan beras dan /atau telur melalui e-

warong.

BPNT diharapkan dapat nengurangi beban pengeluaran KPM melalui

pemenuhan sebagai kebutuhan pangan, memberikan bahan pangan dengan

nutrisi yang lebih seimbang kepada KPM, memberikan bahan pangan dengan

tempat sasaran dan tepat waktu. Serta memberikan lebih bamyak pilihan

kepada KPM dalam memenuhuhi kebutuhan pangan, dan mendoronng

3
pencapaian Tujuan pembangunan berkelanjutan.Sementara Bansos Rastr

diberikan berupa beras kualitas medium sebanyak 10kg/KPM setiap bulanya.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Implementasi Program Bantuan Sosial di Kelurahan

Imbi Distrik Jayapura Utara Kota Jayapura.

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Implementasi Program Bantuan Sosial di

Kelurahan Imbi Distrik Jayapura Utara Kota Jayapura.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dan penelitian adalah dapat peneliti paparkan

sebagai berikut:

a. Kegunaan Akademik

Sebuah bahan informasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan secara

khusus ilmu pemerintahan dan sebagai panduan demi penelitian

selanjutnya. Diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan

keilmuan khususnya masalah implementasi bansos.

b. Kegunaan Praktis

Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam hal ini aparatur

kelurahan serta warga dalam melaksanakan fungsinya masing-masing.

4
E. Sistematika Penulisan.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Kegunaan Penelitian

E. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

B. Landasan Teori

C. Kerangka Konseptual

D. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN

A. Type dan Dasar Penelitian

B. Fokus Penelitian

C. Informan penelitian

D. Jenis dan Sumber Data

E. Teknik Pengumpulan Data

F. Teknik Analisa Data.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

1. Implementasi Program Bantuan Langsung Tunai BLT (Study kasus Dana

Desa Bagi Masyarakat Miskin Terdampak Covid 19. Oleh: Devy Nur

Cahyaningsih.

Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa merupakan kebijakan

yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia yaitu bantuan yang

bersumber dari dana desa untuk membantu masyarakat miskin terdampak

Covid-19. Akan tetapi, implementasi program BLT Dana Desa di berbagai

daerah selama ini masih ditemukan masalah, salah satunya di Desa

Wironanggan, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo yang mengalami

permasalahan yaitu ketidaktepatan sasaran dan double bantuan. Untuk itu

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses implementasi program

BLT Dana Desa di Desa Wironanggan.

Penelitian ini menggunakan teori dari Ripley dan Franklin yaitu

pada aspek Compliance (Kepatuhan) dalam menilai keberhasilan

implementasi program BLT Dana Desa dan teori dari George C. Edwards

III untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi

program. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data

diambil dari berbagai informan dengan teknik purposive sampling.

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan studi

dokumentasi. Penelitian ini menggunakan uji validitas triangulasi metode

6
dengan teknik analisis data menggunakan Analysis Interactive dari Miles

et al. (2014)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam implementasi program

BLT Dana Desa di Desa Wironanggan, dilihat dari dua aspek, yaitu:1)

aspek pemahaman implementor menunjukkan bahwa implementor sudah

paham dengan baik program pedoman yang berlaku. 2) tingkat kepatuhan

implementor, masih ditemui ketidakpatuhan yang dilakukan khususnya

dalam hal sosialisasi yang belum dilakukan pada kelompok sasaran dan

pendataan yaitu kriteria sasaran serta kegiatan musdesus. Sementara

diantara faktor yang mempengaruhi implementasi menunjukan bahwa

faktor komunikasi, sumber daya dan struktur birokrasi menjadi faktor

pendorong, kemudian faktor komunikasi dalam aspek konsistensi menjadi

faktor penghambat.

2. Implementasi bantuan langsung tunai dana desa tahun 2020 (Study kasus

di desa tokin baru kecamatan motoling timur kabupaten minahasa selatan).

Oleh: Refendy Paat, Sofia Pangemanan, Frans Singkoh.

Desa Tokin Baru merupakan salah satu desa di Indonesia yang

masyarakatnya terkena dampak akibat pandemic covid 19, sebagian besar

masyarakat di desa ini memiliki pekerjaan petani dan pekebun yang dalam

4 bulan terakhir omset hasil pertanian seperti cengkih, jagung, padi

berkurang dan berakibat rendahnya harga beli hasil tani masyarakat.

Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif, dimana subyek

penelitian adalah aparat pemerintah desa Tokin Baru, dalam hal ini adalah

7
kepala desa beserta dengan aparat desa dan masyarakat desa. Dengan

menggunakan metode Purpusive Sampling, maka informan yang akan

dipilih adalah orang-orang yang diharapkan memiliki pengetahuan,

pengalaman, dan kompetensi terhadap masalah-masalah yang akan diteliti.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara organisasi kebijakan

penyaluran bantuan langsung tunai merupakan kebijakan dari pemerintah

pusat yang pada tahapan penerapannya oleh pemerintah desa. Tujuan

Bantuan Langsung Tunai dana desa ini untuk penanganan dampak covid19

khususnya dampak ekonomi, adapun mekanisme dan waktu yang

ditetapkan, dalam ketepatan waktu pada penyaluran Bantuan Langsung

Tunai Dana Desa, peneliti menyimpulkan bahwa penyaluran Bantuan

Langsung Tunai Dana Desa sudah tepat waktu dan mengikuti mekanisme

yang ada.

3. Implementasi bantuan langsung tunai BLT (Study kasus terhadap

kesejahteraan masyarakat desa suwangi timur kecamatan sakra kabupaten

lombok timur di masa pandemi covid 19). Oleh: Imron Rosidi.

Penelitian ini dilakukan di desa Suwangi Timur kecamatan Sakra

Kabupaten Lombok Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

bagaimana Implementasi Program bantuan langsung tunai (BLT) di Desa

Suwangi Timur kecamatan Sakra kabupaten Lombok Timur. Adapun

aspek yang diteliti secara garis besar meliputi implementasi program

bantuan langsung tunai (BLT) dan faktor pendukung dan penghambat

implementasi.

8
Metode penelitian yang di gunakan adalah deskriptif kualitatif,

dengan teknik pengumpulan data melalui cara observasi dan wawancara,

di tunjang pula dengan studi dokumentasi.

Hasil penelitian tersebut menunjukan implementasi program

bantuan lansung tunai pada masyarakat miskin di desa Suwangi Timur

Kecamatan Sakra Kabupaten Lombok Timur. Meliputi komunikasi yaitu

sosialisasi program BLT dimana tingkat keberhasilan jika informasi

sampai tingkat paling bawah dari sasran tersebut. Kemudian dimana

kelembagaan tim koordinasi program BLT pada tinggkat kabupaten dapat

dioftimalisasi fungsi dan tim koordinasi penanggulangan kemiskinan

daerah (TKPKD) dan pemerintah desa. Namun yang jadi masalah satu

kendala yang dihadapi adalah Sumber Daya Manusia yang dimiliki

pemerintah desa.

B. Landasan Teori

1. Implementasi

a. Pengrtian Implementasi

Pelaksanaan merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu

badan atau wadah secara berencana, teratur dan terarah guna mencapai

tujuan yang diharapkan, Pengertian Implementasi atau pelaksanaan

menurut Westa (1985 : 17), Implementasi atau pelaksanaan merupakan

aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan untuk melaksanakan

semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan

dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang

9
melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara

yang harus

Pengertian Implementasi atau Pelaksanaan merupakan aktifitas

atau usaha-usaha yang dilaksanakan yang dikemukakan oleh Abdullah

(1987 : 5) bahwa Implementasi adalah suatu proses rangkaian kegiatan

tindak lanjut setelah program atau kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri

atas pengambilan keputusan, langkah yang strategis maupun operasional

atau kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari

program yang ditetepkan semula.

Dari pengertian yang dikemukakan di atas dapatlah ditarik suatu

kesimpulan bahwa pada dasarnya pelaksanaan suatu program yang telah

ditetapkan oleh pemerintah harus sejalan dengan kondisi yang ada, baik itu

di lapangan maupun di luar lapangan. Yang mana dalam kegiatannya

melibatkan beberapa unsure disertai dengan usaha-usaha dan didukung

oleh alat-alat penunjang.

Selain itu perlu adanya batasan waktu dan penentuan tata cara

pelaksanaan. Berhasil tidaknya proses inplementasi, Menurut Edward,

yang dikutip oleh Abdullah (1987 : 40), dipengaruhi oleh faktor-faktor

yang merupakan syarat terpenting berhasilnya suatu proses implementasi.

Faktor-faktor tersebut sebagai berikut :

1) Komunikasi, merupakan suatu program yang dapat dilaksanakan

dengan baik apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut

10
proses penyampaian informasi, kejelasan informasi dan konsistensi

informasi yang disampaikan.

2) Resouces (sumber daya), dalam hal ini maliputi empat komponen yaitu

terpenuhinya lumlah staf dan kualitas mutu, informasi yang diperlukan

guna pengambilan keputusan atau kewenangan yang cukup guna

melaksanakan tugas sebagai tanggung jawab dan fasilitas yang

dibutuhkan dalam pelaksanaan.

3) Disposisi, Sikap dan komitmen daripada pelaksanaan terhadap

program khususnya dari mereka yang menjadi implemetasi

program khususnya dari mereka yang menjadi implementer program

4) Struktur birokrasi. Yaitu SOP (Standar Operating Procedures).yang

mengatur tata aliran dalam pelaksanaan program. Jika hal ini tidak sulit

dalam mencapai hasil yang memuaskan, karena penyelesaian masalah-

masalah akan memerlukan penanganan dan penyelesaian khusus tanpa

pola yang baku.

Keempat faktor di atas, dipandang mempengaruhi keberhasilan

suatu proses implementasi, namun juga adanya keterkaitan dan saling

mempengaruhi antara factor yang satu dengan faktor yang lain. Selain itu

dalam proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat tiga unsure yang

penting dan mutlat menurut Abdullah (1987 : 398) yaitu :

1) Adanya program (kebijaksanaan) yang dilaksanakan.

2) Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan manfaat dari

program perubahan dan peningkatan,

11
3) Unsur pelaksana baik organisasi maupun perorangan yang

bertanggungjawab dalam pengelolaan pelaksana dan pengawasan dari

proses implementasi tersebut.

Dari pendapat di atas dapatlah dikatakan bahwa pelaksana suatu

program senantiasa melibatkan ketiga unsur tersebut.

Pengertian Impelementasi Menurut Para Ahli dalam Usman

(2004;7) adalah sebagai berikut

1) Menurut Browne dan Wildavsky

Dalam implementasi sederhana bisa berarti eksekusi atau aplikasi.

Browne dan Wildavsky berpendapat bahwa “implementasi adalah

perluasan aktivitas menyesuaikan satu sama lain”.

2) Menurut Syaukani dkk

Menurut Syaukani dkk (2004 : 295) Implementasi adalah pelaksanaan

serangkaian kegiatan dalam rangka untuk memberikan kebijakan

publik sehingga kebijakan dapat membawa hasil, seperti yang

diharapkan.

Mereka termasuk serangkaian kegiatan, persiapan Pertama maju

menetapkan aturan yang merupakan interpretasi dari kebijakan tersebut.

Kedua, mempersiapkan sumber daya untuk mendorong pelaksanaan

kegiatan termasuk infrastruktur, sumber daya keuangan dan tentu saja

penentuan siapa yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan

ini. Ketiga, bagaimana mengahantarkan kebijaksanaan konkret untuk

umum.

12
Berdasarkan pandangan ini diketahui bahwa proses pelaksanaan

kekhawatiran kebijakan yang sebenarnya tidak hanya perilaku badan

administratif bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan

menimbulkan ketaatan kepada diri kelompok sasaran, melainkan

menyangkut jaringan kekuatan politik, ekonomi, sosial dan secara

langsung atau tidak langsung mempengaruhi perilaku dari semua pihak

yang terlibat untuk menetapkan arah yang tujuan kebijakan publik dapat

terwujud sebagai hasil dari kegiatan pemerintah.

Sementara itu, menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier

di Wahab (2005 : 65) menjelaskan arti dari pelaksanaan ini dengan

mengatakan bahwa pemahaman yang sebenarnya apa yang terjadi setelah

program dinyatakan berlaku atau dirumuskan fokus kebijakan

pelaksanaan, yaitu peristiwa dan bekerja dengan kegiatan yang timbul

setelah pedoman disahkanny kebijakan negara, yang meliputi upaya untuk

mengelola serta atas konsekuensi / dampak nyata pada orang-orang atau

peristiwa.

Syukur dalam Surmayadi (2005 : 79) mengemukakan ada tiga

unsur penting dalam proses implementasi, yaitu: (1) adanya program atau

kebijakan yang sedang dilaksanakan (2) kelompok sasaran, yaitu

kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan ditetapkan untuk manfaat

dari program, perubahan atau perbaikan (3) menerapkan elemen

(Pelaksana) baik untuk organisasi atau individu yang bertanggung jawab

untuk memperoleh pelaksanaan dan pengawasan proses implementasi.

13
Menurut Nurdin Usman dalam buku berjudul Konteks Berbasis

Implementasi Kurikulum nya menyatakan pendapatnya mengenai

implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut : Implementasi diarahkan

untuk kegiatan, tindakan, tindakan, atau mekanisme sistem Implementasi

tidak hanya aktivitas, tetapi kegiatan dan untuk mencapai tujuan dari

kegiatan yang direncanakan . (Usman, 2002 : 70).

Menurut Guntur Setiawan dalam bukunya yang berjudul

Implementasi Dalam Pembangunan Birokrasi mengungkapkan

pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut :

Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses

interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapai dan memerlukan

eksekutif jaringan, birokrasi yang efektif . (Setiawan, 2004 : 39)

Menurut Hanifah Harsono dalam bukunya yang berjudul

Implementasi Kebijakan dan Politik menyatakan pendapatnya mengenai

implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut : Implementasi adalah

proses untuk melaksanakan kebijakan tersebut ke dalam tindakan

kebijakan politik dalam pembangunan Kebijakan administrasi dalam

rangka meningkatkan program. (Harsono, 2002: 67).

“Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh

individu-individu, pejabat-pejabat, atau kelompok – kelompok pemerintah

atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan – tujuan yang telah

digariskan dalam keputusan kebijakan” (1997: 63).

14
Pelaksanaan tindakan oleh individu, pejabat, instansi pemerintah

atau kelompok swasta yang bertujuan untuk mencapai tujuan yang telah

digariskan dalam keputusan tertentu. Badan-badan ini melaksanakan

tugas-tugas pemerintahan yang berdampak pada warga. Namun dalam

praktinya instansi pemerintah sering menghadapi pekerjaan di bawah

mandat UU, sehingga membuat mereka menjadi tidak jelas untuk

memutuskan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh

dilakukan.

“Implementasi kebijakan publik adalah proses kegiatan

administrasi yang dilakukan setelah kebijakan ditetapkan / disetujui

Kegiatan ini terletak di antara perumusan kebijakan dan Implementasi

Kebijakan evaluasi kebijakan mengandung logika yang top-down, yang

berarti lebih rendah / alternatif menginterpretasikan -. Alternatif masih

abstrak atau bersfat alternatif makro atau mikro-beton “(2006: 25).

Implementasi pelaksanaan; penerapan: pertemuan kedua ini

bermaksud mencari bentuk tentang hal yang disepakati dulu; Jadi

Implementasi dimaksudkan sebagai tindakan individu publik yang

diarahkan pada tujuan serta ditetapkan dalam keputusan dan memastikan

terlaksananya dan tercapainya suatu kebijakan serat memberikan hasil

yang bersifat praktis terhadap sesama. Sehingga dapat tercapainya sebuah

kebijakan yang memeberikan hasil terhadap tindakan- tindakan individu

publik dan swasta.

15
Berdasarkan pengertian implementasi yang dikemukakan diatas,

dapat dikatakan bahwa implementasi adalah tindakan-tindakan yang

dilakukan pihak-pihak yang berwenang atau kepentingan baik pemerintah

maupun swasta yang bertujuan untuk mewujudkan cita-cita atau tujuan

yang telah ditetapkan, implementasi dengan berbagai tindakan yang

dilakukan untuk melaksanakan atau merealisasikan program yang telah

disusun demi tercapainya tujuan dari program yang telah direncanakan

karena pada dasarnya setiap rencana yang ditetapkan memiliki tujuan atau

target yang hendak dicapai.

b. Kebijakan

Kebijakan sebagai suatu program pencapain tujuan, nilai-nilai dan

tindakan-tindakan yang terarah dan kebijakan juga merupakan serangkaian

tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam

suatu lingkungan tertentu dengan menunjukan kesulitan-kesulitan dan

kemungkinan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai

tujuan tertentu.

Studi implementasi adalah hasil perubahan yang terjadi dan

perubahan bisa dimunculkan, juga merupakan studi kehidupan politik

yaitu organisasi diluar dan didalam sistem politik menjalankan urusan

mereka dan berinteraksi satu sama lain dan motivasi yang membuat

bertindak secara berbeda (Parsons, 2005 : 463).

Sedangkan menurut Goerge C Edwards (2003 : 1) “implementasi

Kebijakan adalah suatu tahapan kebijakan publik, antara pembentukan

16
kebijakan dan konsekuensi – konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang

dipengaruhinya”. Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak dapat

mengurangi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan, maka

kebijakan itu dapat mengalami kegagalan sekalipun kebijakan itu

diimplementasikan dengan sangat baik, sementara itu suatu kebijakan

yang telah direncanakan dengan sangat baik, dapat mengalami kegagalan

jika kebijakan tersebut kurang diimplementasikan dengan baik oleh para

pelaksana kebijakan.

Sedangkan Wibawa (dalam Tangkilisan, 2003 :20) berpendapat

“impelementasi Kebijakan adalah untuk menetapkan arah agar tujuan

kebijakan publik dapat direalisasikan sebagai hasil dari kegiatan

Pemerintah”. Berdasarkan pendapat para ahli dalam menentukan tahapan

implementasi kebijakan tersebut, terlihat bahwa implementasi adalah

tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh individu atau pejabat-pejabat

terhadap sesuatu objek/sasaran yang diarahkan untuk mencapai tujuan-

tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

c. Program Bantuan Sosial

Pengelolaan bansos diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri

Republik Indonesia (Permendagri) Nomor 77 Tahun 2020. Aturan ini

mencabut Permendagri Nomor 99 Tahun 2019 tentang Perubahan Kelima

atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang

Belanja Daerah.

17
Berdasarkan Permendagri Nomor 77 Tahun 2020, pemberi bansos

adalah Satuan Kerja pada kementerian atau lembaga pada Pemerintah

Pusat dan/atau Satuan Kerja Perangkat Daerah pada Pemerintah Daerah

yang tugas dan fungsinya melaksanakan program penanggulangan

kemiskinan yang meliputi perlindungan sosial, jaminan sosial,

pemberdayaan sosial, rehabilitasi sosial, dan pelayanan dasar.

Selaras dengan namanya, pemberian bansos bertujuan untuk

mengatasi hal-hal yang berkaitan dengan risiko sosial. Berikut enam

tujuan bansos:

1) Rehabilitasi Sosial, Bansos bertujuan untuk memulihkan dan

mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi

sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.

2) Perlindungan Sosial, Tujuan selanjutnya adalah untuk mencegah dan

menangani risiko dari guncangan dan kerentanan sosial seseorang,

keluarga, kelompok masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat

dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dasar minimal.

3) Pemberdayaan Sosial, Bansos juga bertujuan sebagai pemberdayaan

sosial, yakni untuk menjadikan seseorang atau kelompok masyarakat

yang mengalami masalah sosial mempunyai daya, sehingga mampu

memenuhi kebutuhan dasarnya.

4) Jaminan Sosial, Bansos sebagai jaminan sosial merupakan skema yang

melembaga untuk menjamin penerima bantuan agar dapat memenuhi

kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

18
5) Penanggulangan Kemiskinan, Tujuan bansos sebagai penanggulangan

kemiskinan memiliki arti bahwa bansos merupakan kebijakan, program,

kegiatan, dan sub kegiatan yang dilakukan terhadap orang, keluarga,

kelompok masyarakat yang tidak mempunyai atau mempunyai sumber

mata pencaharian dan tidak dapat memenuhi kebutuhan yang layak bagi

kemanusiaan.

6) Penanggulangan Bencana, Terakhir, pemberian bansos bertujuan untuk

penanggulangan bencana merupakan serangkaian upaya yang ditujukan

untuk rehabilitasi.

Secara umum, bansos dibedakan menjadi tiga jenis. Antara lain

sebagai berikut:

a. Bantuan Sosial Berupa Uang, Bantuan sosial berupa uang diberikan

secara langsung kepada penerima seperti beasiswa bagi anak miskin,

yayasan pengelola yatim piatu, nelayan miskin, masyarakat lanjut usia,

terlantar, cacat berat dan tunjangan kesehatan putra putri pahlawan

yang tidak mampu. Bantuan jenis ini dapat diberikan secara tunai

maupun non tunai.

b. Bantuan Sosial Berupa Barang, Bantuan sosial berupa barang adalah

barang yang diberikan secara langsung kepada penerima seperti

bantuan kendaraan operasional untuk sekolah luar biasa swasta dan

masyarakat tidak mampu, bantuan perahu untuk nelayan miskin,

bantuan makanan/pakaian kepada yatim piatu/tuna sosial, ternak bagi

kelompok masyarakat kurang mampu

19
Bantuan Sosial Berupa Jasa, Bantuan sosial berupa jasa disalurkan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Contoh

bantuan berupa jasa adalah pemberian pelatihan untuk penerima

bantuan dari satuan kerja (pemberi bansos).

d. Tahapan Implementasi

Berikut ini merupakan tahapan-tahapan dalam melakukan

implementasi:

1. Menerapkan rencana implementasi

Rencana Implementasi dimaksudkan untuk mengatur biaya dan waktu

yang dibutuhkan selama implementasi. Dalam rencana implementasi

ini, semua biaya yang akan dikeluarkan untuk kegiatan implemntasi

perlu dianggarkan dalam bentuk anggaran biaya. Anggaran biaya ini

selanjutnya juga berfungsi sebagai pengendalian terhadap biaya-biaya

yang harus dikeluarkan. Waktu yang diperlukan untuk melakukan

kegiatan juga perlu diatur dalam rencana implementasi dalam bentuk

skedul waktu. Skedul waktu berfungsi sebagai pengendalian terhadap

waktu implementasi.

2. Melakukan kegiatan implementasi

Berikut ini merupakan kegiatan dari implementasi

a. Pemilihan dan pelatihan personil

b. Pemilihan tempat dan instalasi perangkat keras dan perangkat lunak

c. Pemrograman dan pengetesan program

d. Pengetesan sistem

20
e. Konversi sistem

3. Tindak lanjut implementasi

Analis sistem masih perlu melakukan tindak lanjut berikutnya seteleh

sistem baru diimplementasikan. Analis sistem masih perlu melakukan

pengetesan penerimaan sistem. Pengetesan ini berbeda dengan

pengetesan sistem yang telah dilakukan sebelumnya. Jika pada

pengetesan sebelumnya digunakan data test, tapi pada pengetesan ini

dilakukan dengan menggunakan data sesungguhnya dalam jangka

waktu tertentu yang dilakukan oleh analis sistem bersama-sama dengan

user.

C. Kerangka Konseptual

Berdasarkan pada landasan teori yang telah dipaparkan di atas, maka

terkait kajian mengenai implementasi bantuan social di Kelurahan Imbi

Distrik Jayapura Utara kota jayapura, dapat digambarkan seperti pada gambar

kerangka konseptual tersebut di bawah ini:

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

Implementasi:
Bantuan Sosial: 1. Proses
1. Berupa Uang 2. Keluaran
2. Berupa Barang 3. Dampak

21
D. Definisi Operasional

Berdasarkan pada kerangka konseptual tersebut di atas, maka Devinisi

konseptual dapat dijelaska sebagai berikut :

1. Bantuan Sosial, adalah program pemerintah yang diperuntukan bagi

kelompok masyarakat kurang mampu dengan penghasilan per bulan

dibawah Standar Upah Minimum Kota, dengan bentuk bantuan berupa

uang dan barang atau sembako bagi masyarakat.

2. Proses adalah tahapan – tahapan atau urutan pelaksanaan penyaluran

bantuan tersebut.

3. Kelurahan adalah hasil yang dicapai melalui proses yang telah dilakukan,

berupa pelaksanaan program bansos tersebut.

4. Dampak adalah perubahan atau konsekuensi langsung yang diterima

masyarakat kelompok sasaran program.

22
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tiype Dan Dasar Penelitian

Tipe penelitian yang dipergunakan adalah tipe penelitian deskriptif

analisis, yaitu penelitian yang digunakan untuk menggambarkan secara rinci

mengenai objek penelitian serta menganalisa fenomena-fenomena sosial.

Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, meringkas berbagai

kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas yang ada dalam

masyarakat sebagai objek penelitian, serta berupaya menarik realitas tersebut

kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran

mengenai suatu kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu (Bungin, 2010:68).

Dasar penelitian adalah kualitatif untuk mendapatkan data yang lebih

akurat mengenai fenomena-fenomena sosial. Penelitian kualitatif mengacu

kepada berbagai cara pengumpulan data yang berbeda, yang meliputi

penelitian lapangan, observasi partisipan, dan wawancara mendalam (Bungin,

2010:78).

Penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan

untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah

eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik

pengumpulan data yang dilakukan adalah Interview (wawancara), analisis data

bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari

pada generalisasi (Sugiyono, 2007: 9).

23
B. Fokus Penelitian

Untuk membatasi ruang lingkup sebuah penelitian agar tidak melebar

maka dibutuhkan sebuah fokus dalam penelitian ini. Fokus dalam penelitian

berfungsi untuk membatasi studi bagi seorang peneliti dan menentukan

sasaran penelitian sehingga dapat mengklasifikasikan data yang akan

dikumpulkan, diolah dan dianalisis dalam suatu penelitian (Moleong, 2002:7).

Penelitian ini hanya terfokus pada proses bantuan sosial dalam bentuk uang

dan barang.

C. Informan Penelitian

Informan yang dipilih yaitu pihak-pihak yang dipandang berkompeten

dalam hal pelaksanaan penyaluran bantuan sosial di kelurahan Imbi Distrik

Jayapura Utara, yaitu sebagai berikut:

Kepala Kelurahan Imbi

Sekretaris Kelurahan

Pelaksana Program

Tokoh Masyarakat

Tokoh Agama.

D. Jenis dan Sumber Data

Dalam pengumpulan sumber data. Peneliti melakukan pengumpulan

sember data dalam wujud data primer dan data sekunder.

24
1) Data primer

Data primer ialah jenis dan sumber data peneletian yang di peroleh secara

langsun dari sumber pertama (tidk melalui perantara),baik individual

maupun kelompok. Jadi data yang di patakan secara langsung. Data primer

secara khusus di lakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Penulis

mengumpulkan pertanyaan lisan dan tertulis.Penulis melakukan wawacara

kepada pemilik usaha woodshouse untuk mendapatkan data atau informasi

yang di butuhkan. Kemudia penulis juga melakukan pengumpulan data

dengan metode observasi. Metode observasi ialah metode pengumpulan

data primer dengan melakukan pengamata terhadap aktivitas dan kejadian

tertentu yang terjadi. Jadi penulis datang ke tempat usaha woodshouse

untuk mengamati aktivitas yang terjadi pada usaha tersebut untuk

mendapatkan data atau informasi yang sesuai dengan apa yang di lihat dan

sesuai dengan kenyataanya.

2) Data sekunder

Data sekunder merupakan sumber data suatu penelitian yang di peroleh

penelitin secara tidak langsung melalui mendia perantara ( di peroleh atau

dicatat oleh pihak lain). Data sekunder itu berupa bukti,catatan atau

laporan historis yang telah tersusun dalam arsip atau data

dokumenter,penulis mendapatkan data sekunder ini dengan cara

melakukan permohonan ijin yang bertujuan untuk meminjam bukti-bukti

transaksi pada usaha woodshouse dan buku yang di gunakan untuk

percatatan transaksi setiap harinya.

25
Selanjutnya jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

Ada dua jenis data pada umumnya yaitu data kualitatif yang merupakan data

yang berbentuk kata-kata atau verbal. Cara memperoleh data kualitatif dapat

di lakukan melalui wawancara.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan peneliti dalam penelitian adalah data primer dan

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari Informan

penelitian dan responden, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh

peneliti, yang berupa dokumen-dokumen, buku, makalah, artikel, skripsi lain

yang berhubungan dengan masalah penelitian.

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan

teknik pengumpulan data sebagai berikut, yaitu :

1. Observasi

Teknik ini dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung pada

tempat penelitian dan dipandang sebagai langkah awal dalam upaya

mendidentifikasi permasalahan yang ada terkait topic penelitian yang telah

ditetapkan.

2. Wawancara

Stainback (1988) dalam Sugiyono (2007:72) mengemukakan

bahwa : “Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui lebih

mengenai halhal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam

menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi”.

26
Wawancara dilakukan sebagai teknik pengumpulan data yang

bertujuan untuk menggali informasi atau data untuk mengemukakan

pengetahuan informan terutama yang berkaitan dengan arus informasi

dalam proses produksi bersama Kine Klub UMM. Dalam hal ini, peneliti

melakukan wawancara secara semi terstruktur kepada pihak-pihak yang

terlibat dalam proses produksi bersama Kine Klub UMMM secara tatap

muka mengenai pola jaringan komunikasinya.

Kriyantono (2006) mengemukakan bahwa “Wawancara semi

terstruktur adalah jenis wawancara di mana pewawancara biasanya

mempunyai daftar pertanyaan tertulis tapi memungkinkan untuk

menanyakan pertanyaan-pertanyaan secara bebas, yang terkait dengan

permasalahan”. Adapun alasan peneliti menggunakan teknik wawancara

ini terkait dengan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh informan, terlebih

informan kunci. Keterbatasan waktu dapat membuat data yang dihasilkan

oleh informan menjadi tidak sedalam yang diinginkan atau bahkan dapat

tidak sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga peneliti telah menyiapkan

topik-topik permasalahan yang disusun sebelumnya sesuai tujuan

penelitian untuk memudahkan penggalian data.

Dalam penelitian ini, wawancara memegang peranan kunci dan

digunakan untuk memperoleh data primer dalam upayanya mencari

jawaban terhadap pengetahuan subjek peneltian terhadap kajian yang akan

diteliti. Wawancara dilakukan dengan cara face to face dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang nantinya diharapkan dapat

27
menggali informasi yang mendalam terhadap pola komunikasi

organisasional Kine Klub UMM yang akan diteliti.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental

dari seseorang, studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan

metode observasi dan wawancara (Sugiyono, 2007 : 82). Dengan teknik

ini akan direkam segala aktivitas saat melakukan penelitian dalam jajaran

anggota Kine Klub UMM, baik berupa rekaman video saat wawancara

maupun rekaman suara untuk memperkuat bukti tulisan.

Dengan adanya data dokumentasi, maka penelitian akan menjadi

semakin kredibel dan dapat dipercaya karena didalamnya terdapat bukti-

bukti yang menggambarkan penelitian yang sedang dilakukan oleh

peneliti.

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan model analisis data dari Miles dan

Hubberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data

kualitatif dilakukan secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya

sudah jenuh (Sugiyono, 2007:91). Aktivitas dalam analisis data yaitu:

a) Reduksi Data

Dalam penelitian ini, data yang diperoleh dilapangan sangat banyak.

Oleh karena itu, perlu dilakukan pencatatan secara teliti dan rinci. Semakin

sering peneliti mendatangi lapangan, semakin banyak pula data yang

28
diperoleh. Untuk memudahkannya, peneliti akan melakukan analisis

segera setelah penelitian dilakukan melalui reduksi data.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan kepada hal-hal yang dianggap penting, mencari tema dan

pola yang didapat dalam tiap hasil penelitian sementara (hasil wawancara).

Dengan cara ini, data yang diperoleh lebih dipahami melalui suatu konsep

yang juga akan memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya.

Satu hal yang perlu peneliti ingat dalam proses mereduksi data ini

adalah peneliti harus dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Hal ini

dikarenakan tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah temuan, dan

agar penelitian tidak lepas dari fokus yang diinginkan.

b) Penyajian data

Setelah mereduksi data, langkah selanjutnya adalah menyajikan data.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk

teks, tabel, grapik, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Dalam

hal ini, Miles dan Huberman (1984) menyatakan bahwa dari sekian

banyak cara penyajian, yang paling sering digunakan dalam penelitian

kualitatif adalah penyajian data yang menggunakan teks yang bersifat

naratif. Demikian pula pada penelitian ini, penyajian data dilakukan secara

naratif untuk memudahkan peneliti untuk menentukan kinerja selanjutnya

berdasarkan data sementara yang telah dipahami dan disajikan tersebut.

29
c) Penarikan Kesimpulan

Aktifitas terakhir dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan yang

didapat pada awal penelitian merupakan kesimpulan yang bersifat

sementara. Kesimpulan ini dapat berubah jika tidak didukung dengan

datadata yang kuat. Begitu juga sebaliknya, jika kesimpulan-kesimpulan

tersebut terus mendapat bukti kuat dari kesimpulan-kesimpulan

selanjutnya, yakni dengan didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti kembali ke lapangan, maka kesimpulan yang

dikemukakan dikatakan kredibel.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat digambarkan mengenai alur

model penelitian menurut Matthew dan Hubberman (1992:15) yang lebih

dikenal dengan model interaktif seperti dibawah ini:

Pengumpulan Data

Reduksi Data Penyajian Data

Penarikan Kesimpulan /
Verikikasi

Gambar1 Model
Interaktif Analisis Data Sumber: Miles, Matthew B dan Huberman, A. Michael.
1992.

30
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa proses penelitian ini diawali

dengan mengadakan observasi, wawancara dan dokumentasi hasil penelitian,

catatan hasil observasi dan ingatan. Dari data tersebut, peneliti menganalisa

dengan memisah-misahkan atau mengklasifikasikan data yang termasuk arus

Pengumpulan Data Penyajian Data Reduksi Data PenarikanKesimpulan/

Verifikasi informasi dalam produksi bersama Kine Klub UM yang keudian

digambarkan dalam pola jaringan komunikasinya. Kemudian dilanjutkan dengan

interpretasi data hasil temuan di lapangan.

31

Anda mungkin juga menyukai