Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

MASALAH PARTUS KASEP

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas
yang diajar oleh:

Ibu Sri Sumarni,S.Kep.,Ns.,M.Kes.

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Ahmad Jauhari (722621745)

Moh Furiyanto (722621747)

Mutiara Nikmah (722621752)

Ferdan Caesar R (722621755)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS WIRARAJA

TA 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya dan tidak lupa shalawat serta salam kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
“Masalah Keperawatan Partus Kasep ( Partus Lama ) untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Maternitas.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan baik
tulisan maupun informasi yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, kami berterima
kasih kepada Ibu Sumarni, S.Kep., Ns., M.Kes atas bimbingannya dalam menulis
dan menyusun makalah ini, sehingga penulis dapat membuat makalah sesuai
dengan kaidah dalam membuat karya tulis.
Walaupun makalah ini masih banyak terdapat banyak kekurangan, kami
sangat mengharapkan kepada para pembaca untuk menyampaikan kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi kebaikan dan kesempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat selalu bermanfaat bagi pembaca dan atas
kekurangan dalam makalah ini kami mohon maaf. Terakhir tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih.

Sumenep, 9 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................2

1.3 Tujuan................................................................................................2

BAB 2 KONSEP..............................................................................................3

2.1 Definisi..............................................................................................3

2.2 Tanda & Gejala Klinis.......................................................................3

2.3 Klasifikasi..........................................................................................4

2.4 Etiologi..............................................................................................5

2.5 Manifestasi Klinis.............................................................................9

2.6 Patofisiologi......................................................................................9

2.7 Penatalaksanaan................................................................................10

BAB 3 KASUS.................................................................................................13

3.1 Asuhan Keperawatan.........................................................................13

BAB 4 PENUTUP...........................................................................................30

4.1 Kesimpulan........................................................................................30

4.2 Saran..................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................31

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Partus lama atau prolonged labour merupakan istilah yang digunakan
untuk menggambarkan adanya abnormalitas persalinan di kala 1. Sampai saat
ini belum ada konsensus mengenai definisi partus lama. WHO
mendefinisikan partus lama sebagai adanya kontraksi uterus ritmik dan
reguler yang disertai pembukaan serviks dan berlangsung lebih dari 24 jam.
American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG)
mendefinisikan sebagai kala 1 fase laten lebih dari 20 jam pada wanita
nulipara dan lebih dari 14 jam pada perempuan multipara. ACOG
menggunakan batasan pembukaan serviks < 6 cm sebagai acuan fase laten.
Partus lama dapat menyebabkan komplikasi pada ibu dan janin.
Komplikasi pada ibu meliputi trauma obstetrik dan korioamnionitis,
sedangkan komplikasi pada janin meliputi asfiksia neonatorum dan admisi ke
ruang rawat intensif. Di Indonesia, partus lama dilaporkan sebagai penyebab
1-1,8% kematian ibu. Partus lama dapat disebabkan oleh abnormalitas pada
kekuatan kontraksi (power), jalan lahir (passage), atau posisi janin
(passenger). Risiko terjadinya partus lama meningkat dengan faktor berupa
nuliparitas, analgesik epidural, dan usia ibu lebih dari 35 tahun.
Secara umum, ibu yang akan menjalani persalinan perlu dievaluasi secara
berkala. Evaluasi yang dilakukan tidak hanya menilai kontraksi dan kemajuan
persalinan tetapi juga menilai kondisi emosional, tingkat kelelahan, dan
dukungan untuk ibu. Status hidrasi ibu juga perlu diperhatikan dan jika
memungkinkan, ibu dapat diminta untuk makan dalam porsi kecil sehingga
dapat menghimpun tenaga untuk persalinan.
Jika terjadi partus lama, ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan,
seperti induksi atau augmentasi kekuatan kontraksi dengan pemberian
oxytocin, tindakan amniotomi, dan tindakan operasi jika diperlukan.

iv
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan partus lama?
2. Apa saja tanda dan gejala klinis dari partus lama?
3. Bagaimana penatalaksanaan partus lama?
4. Bagaimanakah etiologi dan patofisiologi dari masalah partus lama?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari partus lama.
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala klinis dari partus lama.
3. Untuk mengetahui proses penatalaksanaan partus lama.
4. Untuk mengetahui etiologi dan patofisiologi dari partus lama.

v
BAB 2
KONSEP
2.1 Definisi Partus Lama
Partus lama ( partus tak maju ) yaitu persalinan yang ditandai tidak adanya
pembukaan serviks dalam 2 jam dan tidak adanya penurunan janin dalam 1
jam. Partus lama ( partus tak maju ) berarti meskipun kontraksi uterus kuat,
janin tidak dapat turun karena faktor mekanis. Kemacetan persalinan biasanya
terjadi pada pintu atas panggul, tetapi dapat juga terjadi pada rongga panggul
atau pintu bawah panggul. Biasanya tidak ada pembukaan serviks, turunnya
kepala dan putar paksi sebelum 2 jam terakhir

2.2 Tanda dan Gejala Klinis


1. Gejala Klinis pada Ibu
Gejala klinis partus kasep dapat dijumpai pada ibu dan anak. Gejala
klinis yang tampak pada ibu meliputi:
• Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat dan lemah,
pernapasan cepat dan meteorismus
• Cincin retraksi patologis, edema vulva, edema serviks, his hilang atau
lemah.
• Cincin retraksi patologis Bandl sering timbul akibat persalinan yang
terhambat disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah
uterus, dan menandakan ancaman akan rupturnya segmen bawah uterus.
• Pada partus kasep dapat juga muncul tanda-tanda ruptur uteri yang
berupa perdarahan dari OUE, his menghilang, bagian janin mudah teraba
dari luar, pada pemeriksaan dalam didapatkan bagian terendah janin
mudah didorong ke atas, robekan dapat meluas sampai serviks dan vagina.
2. Gejala Klinis pada Bayi
Sementara gejala klinis yang nampak pada bayi meliputi:
• Denyut jantung janin cepat, hebat, tidak teratur, bahkan negative
• Air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.
• Kaput suksedaneum yang besar. Kaput ini dapat berukuran cukup besar
dan menyebabkan kesalahan diagnostik yang serius. Biasanya kaput

vi
suksedaneum, bahkan yang besar sekalipun, akan menghilang dalam
beberapa hari.
• Moulase kepala yang hebat akibat tekanan his yang kuat, tulang
tengkorak saling bertumpang tindih satu sama lain.
• Kematian janin dalam kandungan atau intra uterine fetal death
(IUFD)

2.3 Klasifikasi
1) Fase laten memanjang
Fase laten memanjang apabila lama fase ini lebih dari 20 jam pada
nulipara dan 14 jam pada ibu multipara. Keadaan yang mempengaruhi
durasi fase laten antara lain keadaan serviks yang memburuk (misalnya
tebal, tidak mengalami pendataran atau tidak membuka), dan persalinan
palsu. Diagnosis dapat pula ditentukan dengan menilai pembukaan serviks
tidak melewati 4 cm sesudah 8 jam inpartu dengan his yang teratur.
2) Fase aktif memanjang
Menurut Friedman, permulaan fase laten ditandai dengan adanya
kontraksi yang menimbulkan nyeri secara regular yang dirasakan oleh ibu.
Gejala inidapat bervariasi menurut masing-masing ibu bersalin. Friedman
membagi masalah fase aktif menjadi gangguan protraction
(berkepanjangan/ berlarut-larut) dan arrest (macet/tidak maju). Protraksi
didefinisikan sebagai kecepatan pembukaan dan penurunan yang lambat
yaitu untuk nulipara adalah kecepatan pembukaan kurang dari 1,2 cm/jam
atau penurunan kurang dari 1 cm/jam. Untuk multipara kecepatan
pembukaan kurang dari 1,5 cm/jam atau penurunan kurang dari 2 cm/jam.
Arrest didefenisikan sebagai berhentinya secara total pembukaan atau
penurunan ditandai dengan tidak adanya perubahan serviks dalam 2 jam
(arrest of dilatation) dan kemacetan penurunan (arrest of descent) sebagai
tidak adanya penurunan janin dalam 1 jam. Fase aktif memanjang dapat di
diagnosis dengan menilai tanda dan gejala yaitu pembukaan serviks
melewati kanan garis waspada partograf. Hal ini dapat dipertimbangkan
adanya inertia uteri jika frekwensi his kurang dari 3 his per 10 menit dan

vii
lamanya kurang dari 40 detik, disproporsi sefalopelvic didiagnosa jika
pembukaan serviks dan turunnya bagian janinyang dipresentasi tidak maju,
sedangkan his baik. Obstruksi kepala dapat diketahui dengan menilai
pembukaan serviks dan turunnya bagian janin tidak maju karenakaput,
moulase hebat, edema serviks sedangkan mal presentasi dan malposisi
dapat di ketahui presentasi selain vertex dan oksiput anterior.
3) Kala II memanjang
Tahap ini berawal saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir
dengan keluarnya janin. Kala II persalinan pada nulipara dibatasi dua
jamsedangkan untuk multipara satu jam. Pada ibu dengan paritas tinggi,
kontinuitas otot vagina dan perineum sudah meregang, dua atau tiga
kaliusaha mengejan setelah pembukaan lengkap mungkin cukup untuk
mengeluarkan janin.Sebaliknya untuk ibu dengan panggul sempit atau
janin besarmaka kala II dapat sangat panjang. Kala II memanjang dapat
didiagnosa jika pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan, tetapi
tidak ada kemajuan penurunan.

2.4 Etiologi Partus Lama


Secara umum penyebab partus lama dapat dibagi kedalam faktor mekanis
yaitu faktor panggul/ passageway, faktor anak/ passenger, faktor tenaga/
power (Cunningham, 2006) dan faktor non-mekanis psikis dan provider
(Bobak, 2004).
1. Faktor Panggul atau Passageway
Pada panggul ukuran kecil akan terjadi disproporsi dengan kepala janin
sehingga kepala janin tidak dapat melewati panggul meskipun ukuran
janin berada dalam batas normal. Beberapa kelainan panggul yang
menyebabkan terjadinya partus kasep atau distosia.
a) Kesempitan pada Pintu Atas Panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila conjugata vera kurang
dari 10 cm atau diameter transversa kurang dari 12 cm. Pada panggul
sempit kepala memiliki kemungkinan lebih besar tertahan oleh pintu

viii
atas panggul, sehingga serviks uteri kurang mengalami tekanan kepala
(Wiknjosastro, 2008).
b) Kesempitan pintu panggul tengah
Diagnosis kesempitan pintu tengah panggul ditegakan jumlah spina
interiskium dan diameter sagital posterior panggul tengah < 13,5 cm.
Penurunan janin tertahan/ posisi lintang (transverse arrest) tetap karena
kepala tidak dapat melakukan putaran paksi dalam/ rotasi internal
(Bobak, 2004)
c) Kesempitan pintu bawah panggul
Kesempitan pintu bawah panggul terjadi bila diameter interiskium 8
cm atau kurang sehingga penurunan janin tertahan. Ini jarang terjadi
bila arkus pubis sempit, panjang, dan pelvis berbentuk android.
Komplikasi maternal meliputi laserasi perineum yang luas selama
kelahiran pervaginam karena kepala janin terdorong ke arah posterior
(Bobak, 2004).

2. Faktor Janin atau Passenger


a) Anomali
Kelainan janin yang dapat menyebabkan distosia adalah asites besar,
tumor abnormal mielomeningokel, dan hirosephalus. Kelainan ini dapat
mempengaruhi hubungan anatomi janin dengan kapasitas pelvis ibu,
sehingga janin gagal menuruni jalan lahir.
b) Disproporsi Sefalopelvis
Disporposi sefalopelvis berhubungan dengan ukuran janin yang
berlebihan (4000 gr atau lebih). Ukuran janin yang besar atau
makrosomia berhubungan dengan DM maternal, obeisitas, multiparitas,
ukuran besar pada salah satu atau kedua orang tua. Pada makrosomia
sering terjadi distosia bahu, dimana kepala janin dapat dilahirkan tetapi
bahu anterior tidak dapat melewati bagian bawah arkus pubis. Manuver
Mc Roberts adalah posisi yang disarankan untuk membebaskan kedua
bahu.
c) Malposisi

ix
Malposisi janin yang paling umum adalah posisi oksipitoposterior
kanan (OPKa) atau oksipitoposterior kiri (OPKi), terjadi sekitar 25%
persalinan. Perslinan menjadi lama terutama kala dua, karena ibu
mengeluh nyeri punggung akibat tekanan pada sakrumnya. Posisi
lateral digunakan untuk memudahkan rotasi janin dari posisi posterior
ke posisi anterior.
d) Malpresentasi Janin
 Presentasi bokong (breech presentation) atau letak sungsang
merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala
di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.
Empat jenis letak sungsang, yaitu bokong sempurna, di mana paha
fleksi lutut ekstensi; bokong komplet, di mana kedua paha dan lutut
fleksi; bokong tidak komplet, di mana kaki ekstensi di bawah
bokong, dan inkomplet lain , di mana lutut ekstensi di bawah
bokong. Diagnosis letak sungsang ditegakan dengan pemeriksaan
luar, pemeriksaan dalam dan USG. Faktor yang menyebabkan
terjadinya letak sungsang adalah multiparitas, hamil kembar,
hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa, panggul sempit, dan usia
prematur. Selama persalinan, penurunan kepala bisa melambat
karena bokong tidak cukup baik berdilatasi seperti kepala janin
 Presentasi muka dan dahi tidak umum terjadi dan berhubungan
dengan anomali janin, kontraktur pelvis, dan disporposi fetopelvis
 Presentasi bahu atau letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin
melintang dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu dan
bokong berada pada sisi yang lain. Penyebab letak lintang adalah
multiparitas disertai dinding uterus dan perut yang lembek. Pada
kehamilan prematur, hidramnion, dan kehamilan kembar, janin
sering dijumpai dalam letak lintang.
e) Kehamilan Multijanin
Kehamilan multijanin adalah kehamilan kembar dua, kembar tiga,
kembar empat, dan lebih banyak lagi. Kehamilan multijanin lebih
banyak mengandung komplikasi pada janin seperti BBLR, retardasi

x
pertumbuhan, kelainan kongenital, dan presentasi abnormal sehingga
dapat menyebabkan disfungsi persalinan atau distosia.

3. Faktor Tenaga atau Power


Faktor tenaga berkaitan dengan kelainan his. His yang tidak normal
dapat menyebabkan disfungsional persalinan yaitu kontraksi uterus tidak
normal yang menghambat kemajuan dilatasi serviks normal, kemajuan
pendataran (effacement)/ kekuatan primer dan kemajuan penurunan/
kekuatan sekunder.
a) Inersia Uteri/ Disfungsi uterus hipotonik
Lebih sering dijumpai, tidak terjadi hipertonus basal dan kontraksi
uterus memiliki pola gradien yang normal (sikron), tetapi saat kontraksi
hanya terjadi sedikit peningkatan tekanan yang memadai untuk
membuka serviks. Pada mulanya mengalami kontraksi yang normal
sampai pada fase aktif persalinan, kemudian kontraksi menjadi lemah
dan tidak efisien atau berhenti (Cunningham, 2006).
b) Incoordinate Uterine Contraction/ disfungsi uterus hipertonik
Tonus basal meningkat atau gradien tekanan terdistorsi, mungkin
oleh kontraksi segmen tengah uterus yang kekuatannya lebih besar
daripada kontraksi fundus atau oleh asinkronisasi total impuls- impuls
dari kedua kornus. Intensitas kontraksi ini berada di luar proporsi dan
tidak menyebabkan dilatasi atau pendataran (effacement). Disamping
itu tonus otot uterus yang meningkat menyebabkan rasa nyeri hebat dan
letih bagi ibu sehingga terjadi hipoksia janin dan persalinan lama

4. Faktor Psikis
Suatu proses persalinan merupakan pengalaman fisik sekaligus
emosional yang luar biasa bagi seorang wanita. Apabila ibu merasa cemas
berlebihan, maka akan menghambat dilatasi serviks, mengakibatkan partus
lama dan meningkatkan persepsi nyeri. Cemas dan stres menyebabkan
kadar hormon adrenocorticotropik (ACTH), kortisol, katekolamin
(epinefrin dan nor-epinefrin) meningkat/ berlebihan yang efek berbahaya

xi
pada persalinan dan janin. Efek berbahaya tersebut mencakup penurunan
efisiensi kontraksi uterus,, persalinan lebih lama, dan aliran darah
berkurang ke uterus dan placenta (Reeder, Sharon, 2005 dan Bobak
2005).sia janin dan persalinan lama (Cunningham, 2006

2.5 Manifestasi Klinis


1. Dehidrasi
2. Tanda infeksi antara lain temperatur tinggi, nadi dan pernafasan meningkat
dan abdomen meteorismus
3.Pemeriksaan abdomen antara lain meteorismus, lingkaran bandl tinggiserta
nyeri segmen bawah Rahim
4.Pemeriksaan lokal vulva vagina meliputi vulva, cairan ketuban bauserta
cairan ketuban bercampur mekoneum
5.Pemeriksaan dalam meliputi edema servik, bagian terendah sulitdidorong
keatas, terdapat kapur pada bagian terendah. Keadaan janin dalam rahim
terjadi asfiksia sampai terjadi kematian. Akhir dipersalinan kasep adalah
ruptur uteri imminen sampai rupture uteri dan kematian perdarahan atau
infeksi

2.6 Patofisiologis Partus Lama


Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24 jam dihitung
awal pembukaan sampai lahirnya anak. Apabila terjadi perpanjangan dari fase
laten (primi 20 jam, multi 14jam) dan fase aktif (primi 1,2 cm per jam, multi
1,5 cm per jam) atau kala pengeluaran (primi 2 jam dan multi 1 jam), maka
kemungkinan akan timbul partus kasep. Beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya partus lama adalah faktor mekanis seperti kelainan his dan
kekuatan ibu (power), kelainan jalan lahir (passage), kelainan janin
(passenger), dan faktor non-mekanis seperti psikis ibu. Kelainan salah satu
faktor di atas akan berdampak pada faktor lain dan menyebabkan terjadinya
partus lama.
Partus yang lama, apabila tidak segera ditangani, akan berlanjut pada partus
kasep dengan tanda-tanda sebagai berikut :

xii
• Kelelahan ibu Karena mengejan terus, sedangkan asupan kalori biasanya
kurang.
• Dehidrasi dan gangguan keseimbangan asam basa/elektrolit karena intake
cairan kurang. Infeksi rahim; terjadi bila ketuban pecah lama, sehingga terjadi
infeksi rahim yang dipermudah karena adanya manipulasi penolong yang
kurang steril.
• Perlukaan jalan lahir; terjadi karena adanya disproporsi kepala panggul juga
manipulasi dan dorongan dari penolong.
• Gawat janin sampai kematian janin karena asfiksia dalam rahim.

2.7 Penatalaksanaan Perawatan Partus Lama (Kasep)


1. Versi sefalik luar/ external cephalic version
Merupakan upaya memutar janin dari presentasi bokong/ bahu ke
presentasi verteks supaya posisi kepala tegak lurus pada usia gestasi 37
minggu
2. Percobaan Partus
Percobaan partus merupakan suatu periode yang bisa diterima untuk
persalinan aktif (4-6 jam), dilakukan ketika pelvis ibu masih dipertanyakan
baik ukuran maupun bentuknya dan bila ibu ingin melahirkan pervaginam
setelah sebelumnya melahirkan secara SC.
3. Induksi persalinan
Induksi persalinan adalah dimulainya kontraksi persalinan sebelum
awitan spontannya untuk tujuan mempercepat kelahiran. Angka
keberhasilan induksi persalinan lebih tinggi bila serviks dapat diinduksi.
4. Metode pematangan serviks
Dilakukan dengan pemberian hormon prostaglandine, amniotomi, dan
pemberian oksitosin.
5. Augmentasi
Yaitu stimulasi kotraksi uterus setelah persalinan dimulai secara
spontan tetapi kemajuannya tidak memuaskan dan digunakan untuk
disfungsi hipotonik uterus.
6. Melahirkan dengan bantuan forcep

xiii
Membantu pelahiran kepala janin dan memperpendek kala dua pada
distosia, memperbaiki upaya mendorong ibu yang kurang dan melalui
kondisi yang berbahaya.
7. Ekstrasi vakum
Metode pelahiran dengan memasang sebuah mangkuk vacum di kepala
janin dengan tekanan negatif.
8. Operasi Caesar

xiv
Pathway/Woc Partus Kasep

PARTUS KASEP

Faktor Mekanis Faktor Non Mekanis

Faktor Power Faktor Passageaaway Faktor Passenger Faktor Psikis Provider

Gangguan Kontraksi Panggul Sempit, Makrosomia ( BB > Cemas, takut berlebihan Lelah dalam memimpin
Uterus Kelainan bentuk 4500 gr ), malposisi, persalinan, terlambat
pangguk, Kelainan malpresentase, multi merujuk
jaringan lunak janin, cacat kongenintal ↑ hormone stress :
Inersia uteri, incordinate Acth, kortisol,
uteri action katekolamin
Kapasitas panggul Penurunan janin sulit
kurang memadai,
Gangguan dilatasi dan obstruksi jalan lahir Aliran darah ke uterus
effacement serviks Janin tertahan dalam terganggu
jalan lahir
Janin sulit melewati
Gaya dorong terganggu jalan lahir Kontraksi uterus dan
pembukaan seviks
terganggu
Janin tertahan dalam Janin tertahan dalam
uterus jalan lahir
Gaya dorong terganggu

Pemanjangan kala 1
(>20 jam)
Pemanjangan kala 2
(>1-2 jam)

Partus lama → Partus kasep

Masalah Penanganan

Pada ibu : kelelahan, gelisah, Penanganan kala 1 : Induksi, SC


dehidrasi, demam, robekan jalan
lahir, his hilang Penanganan kala 2 :
Forcep, vakum, SC, jika janin sudah
Pada janin ; Gawat janin, IUFD meninggal dilakukan kraniotomi dan
embriotomi

xv
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Asuhan Keperawatan


A. KASUS
Seorang ibu multipara G2P1A0 datang ke rumah sakit dengan keluhan
merasa kencang- kencang, dari hasil pengkajian perawat didapatkan data
sebagai berikut : TD 140/100 mmHg, nadi 80x/menit, pembukaan 3 cm,
klien sudah tampak keletihan, kurang energi, fase laten memanjang 15 jam
kontraksi setiap 7 menit, serviks kaku
B. PEMBAHASAN
1. Pengkajian
a.identitas klien b.identitas suami
Nama Ny.A Nama Tn.S
Umur 34 tahun Umur 35 tahun
Agama Islam Agama Islam
Suku Jawa Suku Jawa
Pendidikan SMA Pendidikan SMA
Alamat - Alamat -
Pekerjaan Guru Pekerjaan Guru
a) Riwayat kesehatan
1) Kehamilan saat ini
Ibu multipara G2P1A0 dengan usia gestasi 37 minggu,
mengalami distosia, mengeluh kenceng- kenceng, pembukaan 3
cm, klien sudah tampak keletihan, kurang energi, fase laten
memanjang 15 jam, kontraksi setiap 7 menit, serviks kaku, HPHT
: 6 Oktober 2017 dan HPL : 13 Juli 2018.
2) Kehamilan dahulu
Klien mengatakan saat ini adalah kehamilan yang kedua, klien
belum pernah mengalami abortus.
3) Keluhan utama
Klien mengeluh kenceng- kenceng di abdomennya

xvi
4) Riwayat ginekologi
Menarche : 12 tahun
Siklus haid: 28 hari
Teratur/ tidak teratur : teratur
Sifat darah: encer
Banyak: 3 ganti pembalut
Lamanya: 7 hari
Keluhan: klien mengatakan bahwa ia mengalami Dismenorhoe
5) Riwayat Medis
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit berat
seperti HIV, diabetes, kanker, ginjal, jantung.
6) Riwayat medis keluarga
Saudara kandung klien pernah mengalami kesulitan
melahirkan karena kelainan HIS.
7) Riwayat Pekerjaan
Klien merupakan wanita karir yang bekerja sebagai guru dan
harus menjaga toko setelah pulang bekerja.
b) Pemeriksaan Fisik
1) Umum
a) Tinggi badan : 155 cm
b) Berat badan : sebelum : 48 kg, sekarang : 58 kg
c) TTV:
TD : 140/100
Nadi : 80x/menit
RR : 26x/ menit
Suhu : 36,5 OC
2) Kepala
a) Bentuk kepala mesochepal, kepala tampak kurang bersih, tidak
terdapat cloasma gravidarum, dan atau benjolan
b) Pemeriksaan leher tidak ditemukan pembesaran kelenjar
tioroid c) Pemeriksaan mata tidak ada pembengkakan pada
kelopak mata, konjungtiva anemis, selaput mata pucat (anemia)

xvii
karena proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera
kuning
d) Telinga simetris, telinga tampak bersih dan tidak ada cairan
yang keluar dari telinga
e) Pemeriksaan tidak terdapat polip pada hidung
3) Kulit
a) Telapak kaki dan tangan tampak kemerahan
b) Jumlah keringat meningkat
c) Kulit berminyak dan berjerawat
d) Terdapat garis- garis putih pada kulit striae albican
4) Wajah
a) Pucat
b) Bercak hiperpigmentasi kecoklatan pada pipi dan dahi
(chloasma gravidarum)
c) Tidak terlihat adanya oedema
5) Jantung
Ibu mengatakan tidak pernah ada keluhan nyeri pada bagian
kiri dan tidak mudah lelah saat beraktivitas.
6) Dada
a) Letak payudara simetris
b) Hyperpigmentasi areola mamae
c) Puting susu menonjol
d) Terdapat Colostrum
e) Bunyi napas vesikuler, jenis pernapasan thoracoabdominal
8) Genitalia
a) Tidak terdapat kelainan genetalia, terdapat pengeluaran air
ketuban
b) Pengkajian genitalia eksterna: warna kemerahan dan
meningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan
(tanda Chahandwick )
c) Pengkajian vagina dan serviks: tidak ada nya rabas vagina,
servisitis mukopurulen dan lesi.

xviii
9) Dengan inersia sekunder
a) Subjektif : Pada keluhan utama : perut mules bagian bawah dan
menjalar sampai kepinggang disertai pengeluaran lendir campur
darah dari alat kelamin itu.
b) Objektif: perut kenceng- kenceng bagian bawah dan menjalar
ke pinggang serta his tidak teratur dengan frekuensi 1 x dalam 7
menit dengan lama 32 detik
c) Anemia ringan
Subjektif : ibu mengeluh pusing dan badan lemas
Objektif : konjungtiva pucat, kuku agak pucat
Penunjang : Hb 9,5 gr %
d) Anus
Tidak terdapat oedema dan nyeri, tidak ada haemoroid pada
rektum.
c) Pengkajian Kebutuhan Dasar Manusia
1) Aktivitas/ istirahat
a) Melaporkan keletihan, kurang energi
b) Letargi, penurunan penampilan
2) Sirkulasi
a) Tekanan darah 140/100
3) Eliminasi
Distensi usus atau kandung kemih.
4) Integritas ego
Sangat lemas dan ketakutan, serta cemas akan kondisi bayi nya.
5) Keamanan
a) Tidak ada kemajuan dalam 15 jam selama fase laten
b) Serviks kaku/tidak siap
6) Nutrisi dan cairan
Klien mengalami penurunan nafsu makan (1 kali / hari),
frekuensi minum klien juga mengalami penurunan ( 3 gelas / 8
jam). Klien mengalami pengeluaran air ketuban yang banyak.
7) Nyeri

xix
Gangguan ketidaknyamanan dan nyeri pada daerah pinggang
karena kontraksi intermiten sampai regular yang jaraknya kurang
dari 10 menit selama paling sedikit 30 detik dalam 30-60 menit.
Skala nyeri klien adalah 9, durasi dan awitan nyeri yang dialami
klien setiap 7 menit sekali saat kontraksi dan berakhir setelah
kontraksi.
8) Personal Hygiene
Klien mandi 1x / hari, sikat gigi 2x / hari
9) Seksualitas
Terjadi perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari
seksual yang tidak adekuat karena keterbatasan gerak ibu hamil,
penurunan libido.
2. Analisa Data
No Data Fokus Masalah Keperawatan
1. DS: Nyeri b.d intensitas kontraksi
- Pasien mengeluh uterus, kontraksi tidak efektif
kenceng-kenceng di
abdomennya
- Pasien mengeluh perut
mules bagian bawah
dan menjalar ke
pinggang
DO:
- Klien mengalami
kontraksi intermiten
sampai regular
setiap 7 menit sekali
selama 30 detik
dengan skala nyeri 9
- Nadi : 80x/menit
2. DS: Ansietas b.d persalinan dan
- Pasien mengeluh kurang informasi

xx
pusing dan badan
lemas
- Pasien mengatakan
cemas dan takut
akan terjadi hal
buruk
DO:
- Wajah pasien
tampak pucat
- Pasien tampak
kebingungan
3. DS: Keletihan b.d factor fisiologis :
- Pasien mengatakan kehamilan
dirinya lemas
DO:
- Pasien tampak
keletihan
- Pasien terlihat
kurang energy
- Pasien terlihat pucat
dan lelah
4. DS: Resiko tinggi cedera maternal
- Pasien mengeluh (ibu) b.d pola kontraksi otot,
merasakan kenceng- keletihan maternal
kenceng
- Pasien mengeluh
keletihan
- Pasien mengeluh
pusing
DO:
- Kontraksi setiap 7
menit selama 32

xxi
detik
- Serviks kaku disertai
pengeluaran lender
campur darah
- Hb rendah 9,5 gr
- Konjungtiva pucat
- TD tinggi 140/100
mmHg

3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri b.d. intensitas kontraksi uterus d.d mengeluh mules
b. Resiko tinggi cedera maternal (ibu) b.d. pola kontraksi otot d.d
mengeluh keletihan
c. Keletihan b.d. faktor fisiologis d.d pasien tampak pucat dan lelah
d. Ansietas b.d. persalinan d.d mengeluh cemas dan takut

xxii
4. Intervensi Keperawatan
N Diagnos Tujuan Intervensi Rasional
o a
1. Nyeri bd Setelah 1. Tentukan 1. Membantu
intensita dilakukan sifat, dalam
s intervensi, lokasi, mendiagnosa
kontraksi kebutuhan rasa dan dan memilih
uterus, nyaman pasien durasi tindakan,
kontraksi terpenuhi nyeri. penekanan
tidak dengan kriteria 2. Monitor kepala pada
efektif hasil: intensitas serviks yang
1. Nyeri nyeri ibu berlangsung
yang dengan lama akan
dirasak skala menyebabkan
an nyeri. nyeri.
pasien 3. Berikan 2. Setiap
menuru lingkung individu
n dari 9 an mempunyai
menuju nyaman, tingkat
8. tenang ambang nyeri
2. Pasien dan yang
tampak aktivitas berbeda,
rileks. untuk dengan skala
3. Kontra mengalih dapat
ksi kan diketahui
uterus nyeri. intensitas
efektif, 4. Ajarkan nyeri pasien.
ada teknik 3. Lingkungan
kemaju nonfarm yang nyaman
an. akologis dapat
4. Monito (napas mengalihkan
r dalam, rasa nyeri

xxiii
persali mass age yang
nan punggun dirasakan
yang g) pasien.
baik. 5. Kuatkan 4. Teknik
dukunga relaksasi
n sosial dapat
dan mengalihkan
dukunga perhatian dan
n mengurangi
keluarga. rasa nyeri.
5. Dengan
kehadiran
keluarga
akan
membuat
pasien
nyaman
2. Resiko Setelah 1. Tinjau 1. Membantu
tinggi dilakukan ulang dalam
cedera tindakan riwayat mengidentifi
maternal keperawatan, persalina kasi
(ibu) bd diharapkan n, awitan kemungkinan
pola resiko cedera dan penyebab,keb
kontraksi pada pasien durasi. utuhan
otot, berkurang. 2. Catat pemeriksaan
keletihan waktu/je diagnostic
maternal. nis obat, dan
hindari intervensi
pemberia yang tepat.
n 2. Sedatif yang
narkotika diberikan
dan terlalu dini

xxiv
anastesi dapat
blok menghambat
epidural atau
sampai menghentika
serviks n persalinan.
dilatasi 3. Kelelahan
4cm. ibu yang
3. Evaluasi berlebihan
tingkat menimbulkan
letih disfungsi
hanya sekunder,
menyerta atau mungkin
i, serta akibat dari
aktivitas persalinan
dan yang sama.
istirahat, 4. Serviks kaku
sebelum atau tidak
awitan. siap, maka
4. Monitor tidak akan
pola dilatasi,
kontraksi menghambat
uterus penurunan
secara janin dan
manual kemajuan
secara persalinan
elektroni terjadi
k. amniositis
5. Anjurkan secara
pasien langsung
berkemih dihubungkan
setiap dengan
p1-2 lamanya

xxv
jam. persalinan
Monitor sehingga
terhadap melahirkan
penuhan harus terjadi
kandung dalam 24 jam
kemih di setelah pecah
atas ketuban.
simfisis 5. Kandung
pubis. kemih dapat
menghambat
aktivitas
uterus dan
memengaruhi
penurunan
janin.
3. Keletiha Setelah 1. Monitori 1. Pemantauan
n dilakukan ng sumber
berhubu intervensi sumber energi guna
ngan keperawatan, energi pengukuran
dengan maka yang nutrisi yang
factor kebutuhan adekuat akan
fisiologis aman nyaman 2. Konsulta diberikan.
: pada pasien si 2. Memperhitun
kehamila dapat dengan gkan jumlah
n terpenuhi ahli gizi kalori yang
dengan kriteria untuk akan
hasil: meningk diberikan
1. Pasien atkan pada pasien.
tampak asupan
lebih makan
segar makanan
2. Pasien yang

xxvi
terlihat berenergi
lebih tinggi.
berener
gi.
4. Ansietas Setelah 1. Jelaskan 1. Pemahaman
berhubu dilakukan semua yang baik
ngan tindakan prosedur mengenai
dengan keperawatan, dan apa prosedur atau
persalina kebutuhan yang tindakan
n dan nyaman pada akan dapat
kurang pasien dapat dirasaka mengurangi
informas terpenuhi n selama ansietas.
i dengan kriteria prosedur. 2. Membantu
hasil: 2. Instruksi menurunkan
1. Pasien kan ansietas dan
mengat pasien memungkink
akan menggun an pasien
cemas akan untuk
dan teknik berpartisipasi
takut relaksasi secara aktif.
akan napas
terjadi dalam.
hal 3. Minta
buruk orangtua
2. Pasien atau
tampak suami
kebing untuk
ungan menema
ni pasien
untuk
mengura
ngi rasa

xxvii
cemas.

xxviii
5. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No No Diagnosis Implementasi Respon
1 1 1. Tentukan sifat, S:
lokasi, dan - Pasien
durasinya. mengatakan
2. Monitor bahwa nyeri
intensitas nyeri berkurang
ibu dengan setelah
skala nyeri. dilakukan
3. Berikan tindakan
lingkungan untuk
yang nyaman, mengupayaka
tenang, dan n rasa
aktivitas untuk nyaman
mengalihkan dengan
nyeri. relaksasi
4. Ajarkan teknik (skala nyeri
nonfarmakologi 8).
s (napas dalam, O:
mass age - Pasien masaih
pungung). pucat
5. Kuatkan - Pasien terlihat
dukungan merintih
keluarga dan kesakitan
sosial. - Suami
membantu
memberikan
mass age
punggung.
- Pasien
mempraktekk
an napas

xxix
dalam.
A: Masalah
Belum teratasi
P: lanjutkan
intervensi 2, 3, 4
2 2 1. Tinjau ulang S:
riwayat - Pasien
persalinan, mengatakan
awitan, dan lemas dan
durasi. tidak mampu
2. Catat waktu/ mengejan
jenis obat, dengan
hindari tenaga penuh.
pemberian O:
narkotik dan - Kontraksi
anestesi blok setiap 7 menit
epidural sampai selama 30
serviks dilatasi detik.
4cm. - Pasien
3. Evaluasi tampak
tingkat lemah.
keletihan yang A: Masalah belum
menyertai, serta teratasi
aktivitas dan P: Akan dilakukan
istirahat tindakan secio
sebelum caesaria atau
awitan. persalinan dengan
4. Monitor pola forsep.
kontraksi uterus
secara manual
atau elektronik.
5. Anjurkan

xxx
pasien
berkemih setiap
1-2 jam,
monitor
terhadap
penuhan
kandung kemih
di atas simfisis
pubis.
3 3 1. Monitoring S:
sumber energi - Pasien telah
yang adekuat. mengatakan
2. Konsultasi Lelah, tidak
dengan ahli gizi kuat.
untuk O:
meningkatkan - Pasien
asupan tampak
makanan yang berenergi.
berenergi - Pasien makan
tinggi. roti dan
minum teh
manis hangat
untuk
menambah
energi.
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan
intervensi nomor 1
4 4 1. Jelaskan semua S:
prosedur dan - Pasien
apa yang akan mengatakan

xxxi
dirasakan paham
selama tentang
prosedur. informasi dan
2. Instruksikan arahan yang
pasien diberikan
menggunakan perawat.
teknik relaksasi - Pasien
napas dalam. mengatakanm
3. Minta orang tua asih sedikit
atau suami khawatir akan
untuk terjadi
menemani sesuatu pada
pasien agar rasa bayinya.
cemas pada O:
pasien - Pasien
berkurang. melakukan
napas dalam
dan sugesti
anak dalam
kandungan
dengan
mengelus dan
mengatakan
semua akan
baik-baik
saja.
- Suami
mendampingi
pasien.
A: Masalah teratasi
P: Hentikan
intervensi

xxxii
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Partus kasep merupakan bagian akhir dari proses persalinan yang
mengalami perpanjangan dan menimbulkan komplikasi baik pada ibu
maupun janin. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi diantaranya pada ibu
dapat menyebabkan syok, sepsis, dan rupture uteri, sedangkan pada janin
dapat menyebabkan cedera otak, asfiksia berat, atau bahkan kematian janin.
Melihat banyaknya komplikasi yang dapat terjadi pada persalinan dengan
partus kasep, maka persipan tindakan penanganan yang tepat penting
dilakukan. Misalnya, dengan pemanjangan kala 1 dapat dilakukan induksi dan
SC, sedangkan pada pemanjangan kala II dapat dilakukan tindakan forcep,
vakum, dan sc, serta jika janin sudah meninggal dapat dilakukan kraniotomi
dan embiotomi. Selain penatalaksanaan medis, perawat juga dapat
mengajarkan teknik non farmakologi misalnya napas dalam dan massage
punggung bagi ibu bersalin yang mungkin mengalami nyeri akibat kontraksi

4.2 Saran
Diharapkan kepada penulis selanjutnya untuk bisa memperbanyak studi
literatur tentang partus kasep agar semakin baik kedepannya dan dapat
dipraktikkan oleh mahasiswa keperawatan kepada kliennya.

xxxiii
DAFTAR PUSTAKA

Advika, S. H. (2019). Masalah pada kehamilan. Medan: Salemba Medika.

Ahmadin, S. V. (2015). Patofisiologi Masalah Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika.

Jailani, A. N. (2020). Konsep Askep Maternitas. Bandung: Tirta Jaya.

Jovita, I. A. (2017). Maternitas dalam keperawatan. Surabaya: Pustaka Indah.

xxxiv

Anda mungkin juga menyukai