Anda di halaman 1dari 10

JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIA HUSADA

PENGARUH STRUKTUR BIROKRASI TERHADAP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN


PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA (PKPR)
(Studi di Puskesmas Kabupaten Gunungkidul)

THE INFLUENCE OF BUREAUCRATICSTRUCTURE TOWARD POLICY


IMPLEMENTATION OF HEALTH SERVICES AND CARE FOR
ADOLESCENT(PKPR)PROGRAM
(Study at the Health Centers In Gunungkidul)

Fani Mega Maulidia


Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Airlangga, Surabaya
Email: maulidia.fani@gmail.com

ABSTRACT

Adolescence phase refers to a period by which physical, psycology, and intellectual grow and
develop rapidly. In adolescence phase, oneself tends to have a great curiosity, once when they
take inappropriate decision, they will be trapped in a risky state. One of the solutions to
overcome juvenile problem is by conductingHealth Services and Care for Adolescent
(Indonesian: Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja or PKPR). PKPR is health service and care
provided for adolescents.
This study was classified as quantitative analytic methods. According to the time of the study
needed, this study was classified as a cross-sectional study; a study that conducted
simultaneously at one particular time. This study used primary data with health centers as unit
of analysis, consisting of 24 health centers in Gunung Kidul Regency. The results showed that
the variables of SOP and fragmentation significantly influenced implementation of policies
concerning to PKPR.
The officer of PKPR is expected to maintain cooperation with another program officer as the
cross-program is very influential for the success of PKPR program.
Keywords: bureaucratic structure, Health Services and Care for Adolescent(PKPR),
reproductive health.

183
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 06/NOMOR 02/OKTOBER 2017

ABSTRAK

Masa remaja merupakan periode dimana fisik, psikologi, dan intelektual tumbuh dan
berkembang dengan cepat. Pada masa remaja cenderung memiliki rasa ingin tahu yang sangat
besar, ketika mereka mengambil keputusan yang salah, mereka akan terjebak dalam keadaan
beresiko. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah remaja adalah melalui Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja atau PKPR. PKPR adalah pelayanan kesehatan yang diberikan untuk
remaja.
Penelitian ini dilakukan dengan metode analitik kuantitatif. Sesuai dengan waktu penelitian
yang dilakukan, penelitian ini diklasifikasikan sebagai studi cross-sectional; sebuah studi yang
dilakukan bersamaan pada satu waktu tertentu. Penelitian menggunakan data primer dengan
Puskesmas sebagai unit analisis, yang terdiri dari 24 Puskesmas di Kabupaten Gunung Kidul.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel SOP dan fragmentasi secara signifikan
mempengaruhi implementasi kebijakan program PKPR.
Saran yang dapat diberikan yaitu petugas PKPR di Puskesmas diharapkan agar bekerjasama
dengan petugas program lain sebagai lintas program karena sangat berpengaruh bagi
keberhasilan program PKPR.
Kata kunci: struktur birokrasi, Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), kesehatan
reproduksi.

PENDAHULUAN menyukai tantangan dan petualangan serta


Jumlah penduduk di Indonesia, berani menanggung resiko atas apa yang
seperempat diantaranya adalah remaja. Masa mereka perbuat tanpa pertimbangan yang
remaja adalah masa transisi dari masa matang. Jika keputusan yang diambil remaja
kanak-kanak menuju dewasa, oleh karena itu tidak tepat maka mereka akan jatuh ke dalam
remaja mempunyai tanggung jawab dalam perilaku beresiko dan kemudian harus
perkembangannya. Remaja harus menanggung akibat atas perbuatannya
mendapatkan identitas diri yang positif agar (Depkes RI, 2007).
dapat berkembang sebagai dewasa muda Menurut (Conrad, 2000), data
yang sehat dan produktif (Depkes, 2003). mengenai perilaku hubungan seks pranikah
Menurut World Health Organization pada pelajar terutama di kota besar beberapa
(WHO) yang termasuk kedalam kelompok tahun terakhir cukup signifikan. Survei yang
remaja yaitu mereka yang berusia 10-19 dilakukan Yayasan Pelita Ilmu di plaza dan
tahun. Secara demografis kelompok remaja mall Jakarta menunjukkan bahwa 42% dari
dibagi menjadi kelompok usia 10-14 tahun 117 remaja 13-20 tahun pernah berhubungan
dan kelompok usia 15-19 tahun. Undang- seks dan lebih dari 50% diantaranya masih
Undang No.23 tahun 2002 tentang aktif berhubungan seks dalam 1-3 bulan
Perlindungan Anak menyebutkan setiap terakhir. Menurut Utomo, dkk (1998) bahwa
orang yang berusia sampai dengan 18 tahun sebuah survey terhadap pelajar SMA di
sebagai “anak”, sehingga berdasarkan Manado menemukan 20% pada remaja laki-
Undang-Undang tersebut sebagian besar laki melakukan seks pranikah dan 6% pada
remaja termasuk dalam kelompok anak. remaja perempuan (Kemenkes RI, 2014).
Proporsi penduduk remaja berusia 10-19 Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa
tahun pada tahun 2010 sekitar 18,3% dari 7% remaja perempuan 15-19 tahun pernah
total penduduk atau sekitar 43 juta jiwa melahirkan. Hal tersebut sangat
berdasarkan data Proyeksi Penduduk memprihatinkan karena kehamilan dan
Indonesia (Kemenkes RI, 2014). persalinan pada remaja dibawah umur 19
Periode terjadinya pertumbuhan dan tahun dapat meningkatkan resiko kematian
perkembangan pesat baik fisik, psikologis ibu dan bayi (Kemenkes RI, 2014).
maupun intelektual disebuat dengan masa Pada tahun 2015 di Provinsi Daerah
remaja. Pada masa remaja cenderung Istimewa Yogyakarta jumlah angka
memiliki rasa keingintahuan yang besar, persalinan remaja mencapai 1039.

184
Pengaruh Struktur Birokrasi Terhadap Implementasi Kebijakan Program Pelayanan.. | FANI MEGA MAULIDIA

Kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi menggunakan teknik Simple Random


Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi Kota Samplingdengan derajat penyimpangan 5%.
sebesar 90 kasus, Bantul sebesar 329 kasus, Berikut ini perhitungan besar sampel
Kulonprogo sebesar 106 kasus, penelitian.Jumlah Puskesmas di Kabupaten
Gunungkidul sebesar 404 kasus, dan Sleman Gunungkidul N = 30 Puskesmas ; p = 0,5
sebesar 110 kasus (Dinkes Provinsi DIY, maka :
2016).
Angka persalinan remaja usia 15-19
tahun di Kabupaten Gunungkidul dari tahun
ke tahun merupakan kasus tertinggi Keterangan:
dibandingkan dengan kabupaten/kota yang 1-α = 95 (nilai table Z dengan nilai
lain yaitu pada tahun 2013 sebesar 628 signifikansi 5%)
kasus, kemudian menurun pada tahun 2014 P = estimasi proporsi 0,5; q = 1-p
yaitu sebesar 366 kasus, dan kemudian d = Tingkat kepercayaan/ketepatan (
mengalami peningkatan pada tahun 2015 0,1)
yaitu sebesar 404 kasus (Dinkes Kabupaten α = 0,2
Gunungkidul, 2016). N = Populasi (30)
Salah satu upaya yang dapat dilakukan n = Besar sampel
agar permasalahan remaja dapat diatasi yaitu
dengan diselenggarakannya Pelayanan
Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). PKPR
merupakan pelayanan kesehatan yang
ditujukan dan dapat dijangkau oleh remaja,
menyenangkan, menerima remaja dengan
tangan terbuka, menghargai remaja,
menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan
terkait dengan kesehatannya, serta efektif
dan efisien dalam memenuhi kebutuhan
pada remaja. PKPR dengan pengertian lain
yaitu pelayanan kesehatan kepada remaja n = 24 Puskesmas
yang mengakses semua golongan remaja Berdasarkan perhitungan besar
(Depkes RI, 2007). sampel, didapatkan 24 Puskesmas yang akan
Tujuan penelitian yaitu menjadi sampel penelitian yang dipilih
mengidentifikasi faktor struktur birokrasi secara acak oleh peneliti.
meliputi SOP (Standard Operating Penelitian dilakukandengan
Procedures)dan fragmentasi serta wawancaralangsung kepada 24 Kepala
menganalisis pengaruh faktor SOP dan Puskesmas dan 24 petugas program PKPR di
fragmentasi terhadap implementasi Kabupaten Gunungkidul. Regresi Logistik
kebijakan program PKPR. Ordinal digunakan dalam pengolahan data
dan analisis data pada penelitian ini.
METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan pada bulan Maret-April
Jenis penelitian yang digunakan Tahun 2016 di Kabupaten Gunungkidul.
adalah analitik dengan pendekatan metode
kuantitatif. HASIL PENELITIAN DAN
Ditinjau dari waktu pelaksanaan PEMBAHASAN
penelitian,penelitian ini termasuk penelitian Hasil Implementasi Kebijakan Program
Cross Sectional karena dilaksanakan PKPR di Puskesmas Kabupaten
sekaligus pada satu waktu tertentu. Gunungkidul
Populasi dalam penelitian ini yaitu
seluruh Puskesmas di Kabupaten Berikut ini akan dijabarkan tentang
Gunungkidul dengan jumlah 30 Puskesmas. hasil penelitian mengenai implementasi dan
Perhitungan besar sampeldengan struktur birokrasi.

185
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 06/NOMOR 02/OKTOBER 2017

Tabel 1 menunjukkan distribusi implementasi program PKPR dapat


frekuensi kategori implementasi. Kegiatan terlaksana dengan baik.
yang dilakukan Puskesmas pada
Fragmentasi
pelaksanaan program PKPRdisebut dengan
Dari tabel 4 diperoleh hasil antara
implementasi program PKPR. Sebesar
fragmentasi dengan implementasi bahwa
50,0% Puskesmas memiliki implementasi
terdapat kecenderungan pola nilai yang
program PKPR kurang.
teratur dimana semakin banyak fragmentasi
Tabel 2 menunjukkan distribusi
maka implementasi semakin kurang. Hasil
frekuensi kategori SOP. SOP pada
uji Regresi Logistik Ordinal diketahui
implementasi program PKPR merupakan
bahwa fragmentasi berpengaruh secara
mekanisme pelaksanaan kegiatan dalam
signifikan terhadap implementasi, yaitu
program PKPR. Sebesar 54,2% mempunyai
dengan nilai p (0,007) < α (0,05). Hal ini
SOP kurang jelas.
berarti jika fragmentasi sedikit pada
Tabel 3 menunjukkan distribusi
pelaksanaan program PKPR maka
frekuensi kategori fragmentasi. Fragmentasi
kemungkinan implementasi program PKPR
pada implementasi program PKPR
dapat terlaksana dengan baik dibandingkan
merupakan penyebaran tanggung jawab
adanya fragmentasi yang banyak.
pada satu lingkup kebijakan diantara
Pada variabel fragmentasi
beberapa unit organisasi. Sebesar 54,2%
dikategorikan menjadi tidak ada
mempunyai sedikit fragmentasi pada
fragmentasi, sekit fragmentasi, dan banyak
implementasi program PKPR.
fragmentasi tetapi karena tidak ada
Hasil Analisis Pengaruh Struktur fragmentasi nilainya 0 maka tidak
Birokrasi terhadap Implementasi dimunculkan dalam tabel.
Kebijakan Program PKPR
PEMBAHASAN
SOP
Dari tabel 4 diperoleh hasil antara SOP Implementasi Kebijakan Program
dengan implementasi bahwa ada Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
kecenderungan semakin kurang jelas SOP (PKPR)
maka semakin kurang implementasi. Hasil Menurut Suharto (2011) bahwa
uji Regresi Logistik Ordinal diketahui sebuah instrument pemerintah, bukan saja
bahwa SOP berpengaruh secara signifikan dalam arti government yang hanya
terhadap implementasi program PKPR, menyangkut aparatur negara, tetapi
yaitu dengan nilai p (0,000) < α (0,05). Hal governance yang menyentuhpengelolaan
ini berarti jika SOP jelas pada pelaksanaan sumber daya publik disebut dengan
program PKPR maka kemungkinan kebijakan (policy) .
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kategori Implementasi pada Program PKPR di Puskesmas Kabupaten
Gunungkidul Tahun 2016.
Kategori Implementasi Frekuensi Persen (%)
Implementasi baik 10 41,7
Implementasi kurang 12 50,0
Implementasi buruk 2 8,3
Total 24 100,0

Tabel 2Distribusi Frekuensi Kategori SOP pada Program PKPR di Puskesmas Kabupaten Gunungkidul
Tahun 2016.
Kategori Implementasi Frekuensi Persen (%)
Implementasi baik 10 41,7
Implementasi kurang 12 50,0
Implementasi buruk 2 8,3
Total 24 100,0
Tabel 3Distribusi Frekuensi Kategori Fragmentasi pada Program PKPR di Puskesmas Kabupaten
Gunungkidul Tahun 2016.

186
Pengaruh Struktur Birokrasi Terhadap Implementasi Kebijakan Program Pelayanan.. | FANI MEGA MAULIDIA

Kategori Implementasi Frekuensi Persen (%)


Implementasi baik 10 41,7
Implementasi kurang 12 50,0
Implementasi buruk 2 8,3
Total 24 100,0

Tabel 4 Hasil Tabulasi Silang Pengaruh SOP dan Fragmentasi terhadap Implementasi Kebijakan
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Puskesmas Kabupaten Gunungkidul Tahun
2016.
Implementasi
Variabel Total
Baik Kurang Buruk
N % N % N % N %
SOP Jelas 6 85,7 1 14,3 0 0,0 7 100,0
Kurang jelas 4 30,8 9 69,2 0 0,0 13 100,0
Tidak jelas 0 0,0 2 50,0 2 50,0 4 100,0
Fragmentasi Sedikit 10 76,9 1 7,7 2 15,4 13 100,0
Banyak 0 0,0 11 100, 0 0,0 11 100,0
0

Kebijakan pada intinya merupakan suatu perintah atau keputusan eksekutif yang
keputusan atau pilihan tindakan yang secara penting atau keputusan badan peradilan.
langsung mengatur pengelolaan dan Implementasi sering dianggap sebagai
pendistribusian sumber daya alam, finansial, bentuk pengoperasionalisasian atau
dan manusia demi kepentingan publik, yaitu penyelenggaraan aktivitas yang telah
meliputi rakyat banyak, penduduk, ditetapkan berdasarkan undang-undang dan
masyarakat, atau warga negara. Kebijakan menjadi kesepakatan bersama diantara
merupakan hasil adanya sinergi, kompromi, beragam pemangku kepentingan
atau bahkan kompetisi antara berbagai (stakeholders), aktor, organisasi, (publik
gagasan, teori, ideologi, dan kepentingan atau privat), prosedur, dan teknik secara
yang mewakili sistem politik suatu negara. sinergistis yang digerakkan untuk
Menurut Eystone dalam Wahab bekerjasama yang bertujuan untuk
(2014) bahwa “Antar hubungan yang menerapkan kebijakan kearah tertentu yang
berlangsung diantara unit atau satuan dikehendaki (Wahab, 2014).
pemerintahan dengan lingkungannya” Edward III (1948) mengemukakan ada
merupakan kebijakan publik. empat faktor yang berpengaruh terhadap
Menurut Islamy (2001), keberhasilan atau kegagalan implementasi
menyimpulkan kebijakan publik (public kebijakan. Empat faktor tersebut antara lain
policy) yaitu tindakan yang diterapkan dan meliputi faktor komunikasi, sumber daya
dilaksanakan atau tidak dilaksanakan oleh (staf, informasi, wewenang, dan fasilitas),
pemerintah yang mempunyai tujuan atau disposisi, dan struktur birokrasi (SOP dan
berorientasi pada tujuan tertentu demi fragmentasi..
kepentingan seluruh masyarakat. Pada Berdasarkan hasil penelitian
hakikatnya kebijakan publik mendasarkan menunjukkan kategori implementasi di
pada paham bahwa kebijakan publik harus Puskesmas Kabupaten Gunungkidul pada
mengabdi kepada kepentingan masyarakat. program PKPR bahwa sebanyak 50,0%
Mazmanian dan Sabatier dalam Puskesmas memiliki implementasi program
Agustino (2008) mendefinisikan PKPR kurang. Sebesar 62,5% mengatakan
implementasi kebijakan sebagai Puskesmas tidak pernah mengikutsertakan
pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, remaja dalam merencanakan program
biasanya dalam bentuk undang-undang kesehatan remaja pada kurun waktu setahun
tetapi dapat juga berbentuk berbagai terakhir. Pada implementasi program
PKPR, remaja merupakan sasaran dalam

187
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 06/NOMOR 02/OKTOBER 2017

pelaksanaan program. Remaja meruapakan ini seringkali tetap berlaku dikarenakan


asset masa depan oleh karena itu akan lebih adanya kekakuan birokrasi.
tepat jika remaja dilibatkan pada Walaupun sumber untuk
pelaksanaan program remaja. Remaja perlu mengimplementasikan suatu kebijakan
dilibatkan secara aktif dalam perencanaan, dikatakan cukup dan para pelaksana
pelaksanaan, dan penilaian pelayanan karena (implementors) mengetahuai bagaimana
ide dan tindakan nyata mereka akan lebih melakukannya, serta mereka mempunyai
mengenal dalam perencanaan dan keinginan untuk melakukannya tetapi
pelaksanaan pelayanan karena mereka lebih implementasi kebijakan dapat tidak berjalan
mengerti kebutuhan mereka dan juga efektif karena struktur birokrasi yang tidak
mengerti bagaimana mempengaruhi dan efektif.
memotivasi teman mereka (Depkes RI,
SOP (Standard Operating Procedures)
2007). Edward III (1980) mengemukakan
Pengaruh Struktur Birokrasi terhadap pengertian SOP yaitu berbagai rutinitas yang
Implementasi Kebijakan Program memungkinkan pihak otoritas membuat
Pelayanan Kesehatan Peduli berbagai keputusan harian.
Remaja(PKPR) Menurut Winarno (2014) bahwa
keberadaan SOP diharapkan agar para
Edward III mengidentifikasikan
pelaksana kebijakan dapat memanfaatkan
struktur birokrasi yaitu:
waktu yang tersedia, menyeragamkan
“Policy implementors may know what
tindakan dari para pejabat dalam organisasi-
to do and have sufficient desire and
organisasi yang kompleks dan tersebar luas
resources to do it, but they may still be
sehingga akan menimbulkan fleksibilitas
hampered in implementation by the
yang besar serta agar terjadinya suatu
structures of the organizations in
kesamaan dalam penerapan peraturan-
which they serve. Two prominent
peraturan.
characteristics of bureaucracies are
Berdasarkan pada hasil penelitian
standard operating prosedures (SOPs)
yang dilakukan di Puskesmas wilayah
and fragmentation. The former
Gunungkidul dapat diketahui bahwa
develop as internal respons to the
sebagian besar Puskesmas yaitu sebanyak 13
limited time and resources of
Puskesmas (54,2%) mempunyai SOP
implementors and the desire for
kurang jelas pada implementasi program
uniformity in the operation of complex
PKPR. Puskesmas mempunyai SOP kurang
and widely dispersed organizations;
jelas yaitu sebesar 79,2% terdapat SOP
they often remain in force due to
rujukan medik saja di Puskesmas dan 50,0%
bureaucratic inertia” (Edward III,
mengatakan terdapat SOP tentang rujukan
1980).
tetapi belum dilaksanakan. Berdasarkan
Pelaksana kebijakan mungkin tahu apa Panduan Standar Nasional PKPR (2014)
yang harus dilakukan dan memiliki bahwa rujukan yang terdapat dalam program
keinginan yang cukup dan sumber daya PKPR yaitu rujukan medik, rujukan sosial,
untuk melakukannya, tetapi mereka dan rujukan hukum.
mungkin masih terhambat dalam Menurut Depkes RI (2007) bahwa
pelaksanaannya oleh struktur organisasi rujukan sosial mempunyai peran antara lain
yang mereka gunakan. Dua karakteristik penyaluran pelatihan keterampilan remaja
yang menonjol dari birokrasi adalah pasca rehabilitasi NAPZA serta
prosedur standar operasi (SOP) dan mempersiapkan remaja pra nikah. Rujukan
fragmentasi. Struktur birokrasi ini medis antara lain mempunyai peran dalam
dikembangkan sebagai respon internal akan kelanjutan bantuan medis bagi remaja yang
waktu dan pelaksana sumber daya yang memerlukannya. Rujukan hukum
terbatas dan dimaksudkan untuk mempunyai peran dalam kasus tindak
membakukan pekerjaan pada organisasi kekerasan.
yang kompleks dan luas; struktur organisasi

188
Pengaruh Struktur Birokrasi Terhadap Implementasi Kebijakan Program Pelayanan.. | FANI MEGA MAULIDIA

Berdasarkan hasil uji Regresi Logistik dapat membatasi kemampuan para pejabat
Ordinal diketahui bahwa SOP berpengaruh tinggi untuk mengkoordinasikan semua
secara signifikan terhadap implementasi sumber dya yang relevan dalam suatu
program PKPR, yaitu dengan nilai p (0,000) yurisdiksi tertentu, sehingga mengakibatkan
< α (0,05). Hal ini berarti jika SOP jelas pada terjadinya ketidakefisienan serta
pelaksanaan program PKPR maka pemborosan sumber daya yang langka
kemungkinan implementasi program PKPR (Widodo, 2013).
dapat terlaksana dengan baik. Organisasi pelaksana yang
Menurut Widodo (2013) menjelaskan terfragmentasi (terpecah atau tersebar) dapat
jika SOP tidak jelas, baik itu menyangkut menyebabkan distorsi dalam pelaksanaan
mekanisme, sistem dan prosedur kebijakan. Organisasi pelaksana yang
pelaksanaan kebijakan, pembagian tugas semakin terfragmentasi akan semakin
pokok, fungsi, kewenangan, dan tanggung membutuhkan koordinasi yang intensif,
jawab diantara para pelaku serta tidak sehingga menimbulkan peluang terjadinya
harmonisnya hubungan diantara organisasi distorsi komunikasi yang dapat
pelaksana maka akan dapat menimbulkan menyebabkan kegagalan dalam pelaksanaan
kegagalan pelaksanaan kebijakan. kebijakan (Widodo, 2013).
JIka SOP jelas, maka akan semakin Berdasarkan pada hasil penelitian
mudah dalam menentukan kebutuhan yang dilakukan di Puskesmas Kabupaten
sumber daya. Selaian itu, semakin jelas SOP Gunungkidul dapat diketahui bahwa
pelaksanaan kebijakan, maka akan semakin sebagian besar Puskesmas yaitu sebanyak 13
memudahkan para pelaku kebijakan untuk Puskesmas (54,2%) mempunyai sedikit
mengetahui, memahami, dan mendalami fragmentasi pada implementasi program
substansi kebijakan baik itu menyangkut PKPR. Sebanyak 75,0% Puskesmas
tujuan, arah, kelompok sasaran, dan hasil mengatakan bahwa kerja sama petugas
apa yang dapat dicapai maupun dinikmati program PKPR dengan petugas program lain
baik oleh para pelaku kebijakan maupun sudah baik, namun ada 45,8% mengatakan
organisasi pelaku kebijakan. Keadaan ini program lain tidak pernah melibatkan
akan memudahkan seseorang dalam kegiatan program PKPR secara bersamaan.
menentukan sikap diri dan organisasinya Edward III (1980) mengemukakan
dalam melaksanakan kebijakan (Widodo, bahwa tidak hanya satu lembaga yang
2013). bertanggung jawab terhadap suatu kebijakan
namun ada beberapa lembaga yang ikut
Fragmentasi
bertanggung jawab. Keterlibatan program
Menurut Edward III (1980) bahwa
lain di Puskesmas sangatlah penting karena
penyebaran tanggung jawab pada satu
dapat menunjang keberhasilan program
lingkup kebijakan diantara beberapa unit
PKPR. Manfaat yang bisa didapat jika
organisasi disebut dengan fragmentasi.
kegiatan dilaksanakan bersama antara lain
Dimensi fragmentasi menurut Widodo
selain mempunyai sasaran yang sama juga
(2013) menegaskan bahwa struktur birokrasi
dapat menghemat waktu.
yang terfragmentasi dapat meningkatkan
Berdasarkan pada hasil uji Regresi
gagalnya komunikasi karena akan
Logistik Ordinal diketahui bahwa
membatasi kemampuan para pejabat tinggi
fragmentasi berpengaruh secara signifikan
untuk mengkoordinasikan semua sumber
terhadap implementasi, yaitu dengan nilai p
daya yang relevan dan akibat lebih lanjut
(0,007) < α (0,05). Hal ini berarti jika
dapat menimbulkan terjadinya
fragmentasi sedikit pada pelaksanaan
ketidakefisienan serta pemborosan sumber
program PKPR maka kemungkinan
daya yang langka.
implementasi program PKPR dapat
Dimensi fragmentasi menegaskan jika
terlaksana dengan baik dibandingkan
struktur birokrasi terfragmentasi maka dapat
dengan adanya fragmentasi yang banyak.
meningkatkan kegagalan komunikasi,
Kerjasama yang baik dari banyak
dimana instruksi yang dijalankan oleh para
orang dapat mendorong keberhasilan
pelaksana akan terdistorsi. Fragmentasi

189
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 06/NOMOR 02/OKTOBER 2017

implementasi kebijakan, oleh sebab itu, PKPR kurang sebab Puskesmas tidak pernah
fragmentasi dapat merintangi koordinasi mengikutsertakan remaja dalam
yang diperlukan untuk merencanakan program kesehatan remaja
mengimplementasikan suatu kebijakan serta pada kurun waktu setahun terakhir
dapat memicu pemborosan sumber daya Variabel SOP menunjukkan jika SOP
yang terbatas (Widodo, 2013). jelas maka kemungkinan implementasi
Penelitian serupa juga dilakukan oleh program PKPR dapat terlaksana dengan baik
Arsani (2013) dengan judul “Peranan (p=0,000), dan variabel fragmentasi
Program Pelayanan Kesehatan Peduli menunjukkan jika fragmentasi sedikit maka
Remaja (PKPR) terhadap Kesehatan kemungkinan implementasi program PKPR
Reproduksi Remaja di Kecamatan dapat terlaksana dengan baik dibandingkan
Buleleng”. Hasil penelitian antara lain dengan adanya fragmentasi yang banyak
mengatakan bahwa tidak hanya pemegang (p=0,007).
program saja yang menjalankan program
PKPR, tetapi tentunya memerlukan kerja SARAN
sama dengan staf ataupun bagian lain. Kepada Puskesmas agar Agar
Program UKS (Usaha Kesehatan Sekolah), menggunakan SOP yang sudah ada
program PKM (Pendidikan Kesehatan mengenai program remaja sehingga
Masyarakat), program kesehatan gigi, pelaksanaan pelayanan dapat berjalan
program KIA/KB (Kesehatan ibu dan optimal dan supaya membuat SOP rujukan
anak/Keluarga berencana), pelayanan hukum serta sosial selain rujukan medik
poliklinik khususnya pelayanan IMS seperti yang terdapat pada Pedoman Standar
(infeksi menular seksual) dan HIV/AIDS, Nasional PKPR.
pelayanan laboratorium dan P2M
(Pencegahan penyakit menular) merupakan Agar meningkatkan hubungan kerja
staf atau bagian lain yang diikutkan pada sama dengan petugas program lain karena
pelaksanaan program PKPR. Diharapkan peran lintas program sangatlah penting
dengan adanya kerja sama lintas bagian ini, apalagi masalah remaja sangat beragam
maka dapat menunjang keterlaksanaan dan sehingga sangat dibutuhkan keterlibatan
kelancaran kegiatan program PKPR. program lain yang mempunyai tujuan yang
sama. Selain itu juga memperluas kemitraan
SIMPULAN DAN SARAN selain lintas program juga peran lintas sektor
Berdasarkan hasil analisa data dan tingkat kabupaten dan tingkat kecamatan
pembahasan pada penelitian ini, maka dapat sangatlah mendukung keberhasilan program
disimpulkan bahwa faktor struktur birokrasi PKPR.
yang terdiri dari variabel SOP di Puskesmas
DAFTAR PUSTAKA
Kabupaten Gunungkidul menunjukkan
Agustino, L. (2006). Politik dan Kebijakan
sebanyak 54,2% Puskesmas mempunyai
Publik. Bandung: AIPI Bandung.
SOP kurang jelas karena terdapat SOP
Arsani. (2013). Peranan Program PKPR
rujukan medik saja di Puskesmas dan
terhadap Kesehatan Reproduksi
terdapat SOP tentang rujukan tetapi belum
Remaja di Kecamatan Buleleng.
dilaksanakan. Variabel fragmentasi
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora,
menunjukkan sebanyak 54,2% Puskesmas
2(1), 136.
mempunyai sedikit fragmentasi pada
Depkes RI. (2003). MATERI PELAYANAN
implementasi program PKPR.Hal tersebut
KESEHATAN PEDULI REMAJA
didukung oleh kerja sama petugas program
(PKPR). Jakarta: Departemen
PKPR dengan petugas program lain sudah
Kesehatan RI.
baik, namun program lain tidak pernah
Depkes RI. (2007). Modul Pelatihan
melibatkan kegiatan program PKPR secara
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
bersamaan.Variabel implementasi program
(PKPR). Jakarta: Departemen
PKPR menunjukkan sebanyak 50,0%
Kesehatan RI.
Puskesmas memiliki implementasi program

190
Pengaruh Struktur Birokrasi Terhadap Implementasi Kebijakan Program Pelayanan.. | FANI MEGA MAULIDIA

Dinkes Kabupaten Gunungkidul. (2014).


Laporan Persalinan Remaja Tahun 2013-
2015.
Dinkes Provinsi DIY. (2016) Laporan
Persalinan Remaja Tahun 2013-2015.
Edwards III, G. C. (1980). Implementing
Public Policy. Washington:
Congressional Quarterly Press.
Islamy, I. (1997). Prinsip-Prinsip
Perumusan Kebijakan Negara.
Jakarta: Bumi Aksara.
Kemenkes RI. (2014).Pedoman Standar
Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR). Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Suharto, E., (2011). Kebijakan Sosial
sebagai Kebijakan Publik. Bandung:
Alfabeta.
Wahab, A., Solichin. (2014). Analisa
Kebijakan dari Formulasi ke
Implementasi Kebijakan Negara.
Cetakan Kedua. Jakarta: Bumi
Aksara.
Widodo, J. (2013). Analisis Kebijakan
Publik: Konsep dan Aplikasi Analisis
Proses Kebijakan Publik. Malang: Bayu
Media.
Winarno, B. (2014). Kebijakan Publik
(Teori, Proses dan Studi Kasus).
Yogyakarta: CAPS

191
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MEDIAHUSADA | VOLUME 06/NOMOR 02/OKTOBER 2017

192

Anda mungkin juga menyukai