Anda di halaman 1dari 17

Lesson Study Berbasis SekolahGuru Konservatif Menuju Guru Inovatif)

Herawati Susilo
Media Nusa Creative (MNC Publishing), 2022
Salah satu usaha yang dilakukan terutama oleh guru adalah menjadi teladan dari manusia yang diinginkan
tersebut. Guru harus menunjukkan tanggung jawabnya untuk menjadi guru yang tepat untuk membelajarkan
peserta didik yang dari tahun ke tahun dihadapkan pada tuntutan perkembangan zaman yang berubah. Guru
yang baik adalah guru yang mampu membelajarkan peserta didik melalui “proses pembelajaran yang interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi untuk aktif, kreatif, mandiri sesuai bakat, minat, dan
perkembangan fisik dan psikologis peserta didik”(Pasal 19 PP 19, 2005

Journal.unnes.ac.id
Peningkatan Aktivitas Pembelajaran Hidrosfer Dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Melalui Tindakan Guru
Inovatif Pada Kelas X Di Sma Negeri 1 Semarang
Kun Marlina Lubis
Jurnal Geografi: Media Informasi Pengembangan dan Profesi Kegeografian 8 (1), 21-32, 2011
Pembelajaran dikatakan berhasil apabila dapat meningkatkkan hasil belajar siswa dari segi kognitif,
psikomotorik, dan afektif. Hasil belajar yang benar dihasilkan oleh proses belajar yang berbasis aktivitas siswa.
Aktivitas belajarMateri Pokok Hidrosfer Pada Kelas Tindakan (X2) lebih rendah antara 20%-30% dibandingkan
dengan dan PadaKelas Paralelnya (X6). Untuk mewujudkan keberhasilan pembelajaran tersebut diperlukan
tindakan guru yang inovatif. Tujuan penelitian ini adalah: 1) meningkatkan aktivitas Kelas Tindakan, 2)
terciptanya proses belajar berbasis siswaaktif. Penelitian ini terdiri dari tiga siklus, dan setiap siklus terdiri atas
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I, tindaklan
inovatif guru pada Kelas Tindakan mampu meningkatkansebesar> 22% yang ditunjukkan oleh diresponnya 2
dari 9 indikator aktivitas yang ada, yakni aktivitas menanggapipertanyaan teman. Pada siklus II aktivitas siswa
meningkat sebesar 16, 7% dari siklus pertama atau aktivitas sikluske dua sebesar> 86% dengan inovasi yang
dilakukan adalah menyimak materi terkait di internet. Peningkatan yangsignifikan (> 97%) atau meningkat> 27,
8% didapatkan pada siklus III dengan tindakan inovatif mencari contohmateri hidrosfer dan dampaknya terhadap
keseharian. Berdasarkan hasil penelitian, dapat di tegaskan bahwamelalui tindakan guru yang inovatif antara
Kelas Tindakan dan Kelas Paralel tidak ada perbedaan aktivitas belajarnyadalam pembelajaran hidrosfer dan
dampaknya terhadap kehidupan. Kesimpulannya kenaikan setiap siklus sebesar> 33% didapat dari upaya guru
berinovasi. Saran yang dikemukakan adalah guru mengenali profil masing-masingkelas agar tindakan guru
dapat disesuaikan dengan kondisi kelas.
Lihat di journal.unnes.ac.id
[PDF] unnes.ac.id
Dirujuk 25 kali
Artikel terkait
3 versi
google.com
Lesson Study Berbasis Sekolah:(Guru Konservatif Menuju Guru Inovatif)
Herawati Susilo
Media Nusa Creative (MNC Publishing), 2022
Salah satu usaha yang dilakukan terutama oleh guru adalah menjadi teladan dari manusia yang diinginkan
tersebut. Guru harus menunjukkan tanggung jawabnya untuk menjadi guru yang tepat untuk membelajarkan
peserta didik yang dari tahun ke tahun dihadapkan pada tuntutan perkembangan zaman yang berubah. Guru
yang baik adalah guru yang mampu membelajarkan peserta didik melalui “proses pembelajaran yang interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi untuk aktif, kreatif, mandiri sesuai bakat, minat, dan
perkembangan fisik dan psikologis peserta didik”(Pasal 19 PP 19, 2005)
Lihat di google.com
Dirujuk 95 kali
Artikel terkait
google.com
Best practice: karya guru inovatif yang inspiratif: menarik perhatian peserta didik
Didi Pianda
CV Jejak (Jejak Publisher), 2018
Ilmu adalah suatu perkara yang mulia dan guru adalah orang yang mengantarkan seseorang untuk mencapai
kemuliaan itu. Guru begitu memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Guru juga harus
bisa memberikan pencerahan bagi peserta didik dan mampu melahirkan siswa yang tangguh, siap menghadapi
aneka tantangan sekaligus memberi perubahan yang hebat bagi kehidupannya.“Menjadi Guru Inspiratif” ini
menarik ditelaah para guru di masa depan. Istilah guru inspiratif yang dipaparkan penulis buku ini adalah guru
yang memiliki orientasi jauh lebih luas. Guru inspiratif memilih melakukan tindakan yang sangat strategis, yaitu
bagaimana ia mampu memberikan perspektif yang mencerahkan. Guru inspiratif menawarkan perspektif yang
memberdayakan, menghasilkan energi yang kreatif.
Teknologi

Jim.unsyiah.ac.id
Kompetensi Guru Dalam Memanfaatkan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi
(Tik) Di Sd Negeri 16 Banda Aceh
Yusrizal Yusrizal, Intan Safiah, Nurhaidah Nurhaidah
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar 2 (4), 2017
Perkembangan TIK melaju begitu cepat bahkan telah merambah ke semua sektor kehidupan masyarakat.
Sebagai seorang guru profesional kita dituntut harus memiliki kemampuan untuk menguasai teknologi tersebut.
Hal itu telah ditetapkan dalam Permendiknas nomor 16 tahun 2007, ada empat kompetensi yang harus dimiliki
oleh guru diantaranya kompetensi pedagogik, profesional, individual, dan sosial. Yang dimaksudkan kompetensi
guru dalam penelitian ini yaitu kompetensi pedagogik, dalam kompetensi pedagogik dinyatakan bahwa seorang
guru harus mampu menggunakan serta memanfaatkan TIK guna untuk kepentingan pembelajaran. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan kompetensi guru dalam memanfaatkan media pembelajaran berbasis TIK di
SD Negeri 16 Banda Aceh. Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai sarana untuk menambah
pengetahuan tentang bagaimana kriteria pemilihan dan pemanfaatan media pembelajaran berbasis TIK.

Jurnaldikbud.kemdikbud.go.id
Profesionalisme guru dalam mengimplementasikan teknologi informasi dan komunikasi di kabupaten nganjuk
Imam Abdul Syukur
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 20 (2), 200-210, 2014
This study aims to: 1) investigate perception of teachers of elementary school, Â junior secondary school, senior
secondary school, and vocational school toward the teachers professionalism in implementing Information and
Communication Technology to improve the quality of learning; 2) investigate opinion of students in the teachers
professionalism in elementary school, junior high school, senior high school and vocational school toward the
teachers professionalism in implementing Information and Communication Technology; 3) investigate are the
things that are still a constraint of teachers in implementing Information and Communication Technology to
improve the quality of learning. The population is all teachers in elementary school, junior high school, senior
high school and vocational school in Nganjuk District which sample taken by simple random sampling. Data
collection techniques used questionnaire by the Likert scale. The results of this study indicate that: 1) teachers
of elementary school, junior high school, senior high school and vocational school majority (52.75%) statedÂ
that they rarely use the laptop for teaching learning process; 2) student of elementary school, Â junior high
school, senior high school and vocational school majority (62.15%) stated that Information and Communication
Technology teachers rarely use Information and Communication Technology in teaching learning; and 3)
constraints majority of teachers of elementary school, junior high school dan senior high school (34.95%) in
implementing Information and Communication Technology for teaching learning is the lack of mastery of
Information and Communication Technology, whereas for vocational teachers (10.03%) is the lack of facilities
and infrastructure support.
ABSTRAK
Lihat di jurnaldikbud.kemdikbud.go.id
[PDF] kemdikbud.go.id
Dirujuk 110 kali
Artikel terkait
7 versi
Seminar.uad.ac.id
Pentingnya technological pedagogical content knowledge (TPACK) guru di era revolusi industri 4.0
Mukti Sintawati, Fitri Indriani
Prosiding Seminar Nasional Pagelaran Pendidikan Dasar Nasional (PPDN) 2019 1 (1), 417-422, 2019
Era revolusi industry generasi ke-4 atau yang disebut sebagai revolusi industry 4.0 mengarahkan semua bidang
kehidupan pada teknologi digital, artificial intelegence, big data, dan robotic. Tak terkecuali bidang pendidikan,
memasuki revolusi industry 4.0 dunia pendidikan dituntut untuk mengkonstruksi pembelajaran yang melibatkan
teknologi. Pendidikan 4.0 merupakan istilah yang digunakan oleh para ahli pendidikan untuk menggambarkan
cara mengimplementasikan teknologi cyber ke dalam pembelajaran. Pendidikan 4.0 menuntut guru menguasai
teknologi untuk diintegrasikan dalam proses pembelajaran. Kemampuan guru dalam menguasai teknologi dalam
pembelajaran dapat dilihat melalui TPaCK (Technological Pedagogical Content Knowledge) yang dimiliki guru.
TPaCK merupakan kerangka teoritis untuk mengintegrasikan teknologi, pedagogik, dan materi pelajaran dalam
pembelajaran. Artikel ini mengkaji tentang tiga unsur pengetahuan TPaCK dan interaksi diantara setiap unsur
TPacK serta kaitannya dengan revolusi industri 4.0.
Seminar.uad.ac.id
Pentingnya technological pedagogical content knowledge (TPACK) guru di era revolusi industri 4.0
Mukti Sintawati, Fitri Indriani
Prosiding Seminar Nasional Pagelaran Pendidikan Dasar Nasional (PPDN) 2019 1 (1), 417-422, 2019
Era revolusi industry generasi ke-4 atau yang disebut sebagai revolusi industry 4.0 mengarahkan semua bidang
kehidupan pada teknologi digital, artificial intelegence, big data, dan robotic. Tak terkecuali bidang pendidikan,
memasuki revolusi industry 4.0 dunia pendidikan dituntut untuk mengkonstruksi pembelajaran yang melibatkan
teknologi. Pendidikan 4.0 merupakan istilah yang digunakan oleh para ahli pendidikan untuk menggambarkan
cara mengimplementasikan teknologi cyber ke dalam pembelajaran. Pendidikan 4.0 menuntut guru menguasai
teknologi untuk diintegrasikan dalam proses pembelajaran. Kemampuan guru dalam menguasai teknologi dalam
pembelajaran dapat dilihat melalui TPaCK (Technological Pedagogical Content Knowledge) yang dimiliki guru.
TPaCK merupakan kerangka teoritis untuk mengintegrasikan teknologi, pedagogik, dan materi pelajaran dalam
pembelajaran. Artikel ini mengkaji tentang tiga unsur pengetahuan TPaCK dan interaksi diantara setiap unsur
TPacK serta kaitannya dengan revolusi industri 4.0.
Lihat di seminar.uad.ac.id
[PDF] uad.ac.id
Dirujuk 113 kali
Artikel terkait
2 versi
Osf.io
Pentingnya Teknologi bagi Guru pada Masa Pandemi Covid-19
Widya Pratisca Asiba
OSF Preprints, 2021
Sangat mustahil rasanya, bila suatu individu maupun kelompok tidak pernah mengalami perkembangan.
Perkembangan merupakan satu perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu dan biasanya lebih mendekati ke
arah yang lebih maju. Pada masing-masing negara di belahan dunia, sudah banyak mengalami perkembangan
di berbagai bidang, tidak terkecuali pada bidang teknologi. Kita ketahui bahwa teknologi pada dunia pendidikan
dari zaman ke zaman sangat mengalami perubahan, seperti pada media belajar yang digunakan zaman dulu
sangatlah manual, yaitu kapur dan papan tulis hitam. Berbeda halnya dengan zaman sekarang, sudah
menggunakan media belajar seperti laptop dan proyektor yang terkesan canggih. Selain itu, sumber belajar yang
diperoleh pada zaman dulu, peserta didik harus rajin membaca buku dan lain sebagainya. Namun, zaman
sekarang dapat menemukan sumber belajar hanya melalui artikel dan video-video pembelajaran yang tersebar
luas di internet. Sudah jelas, bahwa sebagian besar peserta didik pada zaman sekarang telah menguasai
teknologi sebagai sumber belajar. Tetapi, peran guru yang lebih paham dalam menggunakan teknologi juga
sangat dibutuhkan, agar dapat membimbing siswa-siswanya. Apalagi, seluruh dunia sedang mengalami pandemi
covid-19 yang sangat berbahaya. Suka atau tidak suka, seluruh sekolah ditutup sementara untuk menghentikan
penyebaran covid 19 dan menghimbau menggunakan model pembelajaran daring. Saat itulah, teknologi
semakin menjadi kebutuhan primer bagi peserta didik maupun guru.
Peningkatan kualifikasi guru dalam perspektif teknologi pendidikan
Yusufhadi Miarso
Jurnal Pendidikan Penabur 7 (10), 66-76, 2008
*) Guru Besar Emeritus Universitas Negeri Jakarta engacu pada teori dan ketentuan peraturan perundang-
undangan, tulisan ini membahas tentang mutu pendidikan pada umumnya dan mutu pendidikan di Indonesia
pada khususnya. Dari antara berbagai faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan, mutu guru dan proses
pembelajaran dianggap merupakan hal yang perlu diperhatikan. Secara khusus tulisan ini menunjukkan betapa
perlunya meningkatkan kemampuan pedagogik dan kemampuan profesional guru dengan menerapkan teknologi
pendidikan sebagai proses, produk, dan sistem. Dengan menerapkan teknologi pendidikan, guru diyakini mampu
menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, interaktif, efektif dan menyenangkan.
Literasi

Analisis Kemampuan Membaca Pemahaman pada Siswa Sekolah Dasar


Rahel Sonia Ambarita, Neneng Sri Wulan, D Wahyudin
Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan 3 (5), 2336-2344, 2021
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan membaca memahami bacaan dan rendahnya hasil
belajar siswa kelas III. Tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan menelaah kemampuan
membaca pemahaman, faktor penyebab kesulitan membaca pemahaman, dan solusi yang dapat diterapkan
untuk mengatasi kesulitan membaca pemahaman pada siswa kelas III SD Negeri 3 Nagri Kaler Purwakarta.
Pendekatan dalam penelitian ini yaitu kualitatif dengan subjek penelitian 6 orang siswa kelas V SD. Data …
Lihat di edukatif.org
Dirujuk 74 kali
Artikel terkait
2 versi
Jipp.unram.ac.id
Analisis faktor penyebab rendahnya kemampuan literasi sains peserta didik
Husnul Fuadi, Annisa Zikri Robbia, Jamaluddin Jamaluddin, Abdul Wahab Jufri
Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan 5 (2), 108-116, 2020
Literasi sains adalah kemampuan menggunakan pengetahuan sains untuk meng-identifikasi pertanyaan,
memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah dan menyimpulkan berdasarkan bukti-bukti
ilmiah. Dimensi besar literasi sains dalam pengukurannya, yakni proses sains, konten sains, dan konteks aplikasi
sains. Â Pengukuran literasi sains penting untuk mengetahui sejauh mana kemelekan peserta didik terhadap
konsep –konsep sains yang telah dipelajarinya. Selama hampir 20 tahun terakhir sejak dirilis oleh PISA, literasi
sains peserta didik di Indonesia tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk 1)
menemukan faktor-faktor penyebab rendahnya literasi sains peserta didik; 2) mencari informasi yang relevan
dengan faktor-faktor penyebab rendahnya literasi sains peserta didik; dan 3) mengkaji sejumlah teori dasar yang
relevan faktor-faktor penyebab rendahnya literasi sains peserta didik. Metode penelitian yang digunakan adalah
studi literatur dengan cara mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, artikel-artikel, catatan-catatan,
dan laporan-laporan dan sumber informasi lainnya yang berkaitan dengan rendahnya literasi sains peserta didik.
Data yang diperoleh dari hasil studi leteratur tersebut kemudian dikompilasi dan dianalisis berdasarkan kajian
tema. Hasil analisis data ditemukan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya literasi sains peserta
didik diantaranya adalah pemilihan buku ajar, miskonsepsi, pembelajaran yang tidak kontekstual, dan
kemampuan membaca peserta didik. Kondisi ini mengharuskan pakar dan praktisi pendidikan Indonesia untuk
lebih berbenah lagi dalam merancang dan melaksanakan pendidikan sains, agar mampu bersaing dengan
negara-negara lain dalam berkompetisi diberbagai bidang kehidupan di era revolusi industri 4.0 pada abad 21
ini. Â

Jipp.unram.ac.id
Analisis faktor penyebab rendahnya kemampuan literasi sains peserta didik
Husnul Fuadi, Annisa Zikri Robbia, Jamaluddin Jamaluddin, Abdul Wahab Jufri
Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan 5 (2), 108-116, 2020
Literasi sains adalah kemampuan menggunakan pengetahuan sains untuk meng-identifikasi pertanyaan,
memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan fenomena ilmiah dan menyimpulkan berdasarkan bukti-bukti
ilmiah. Dimensi besar literasi sains dalam pengukurannya, yakni proses sains, konten sains, dan konteks aplikasi
sains. Â Pengukuran literasi sains penting untuk mengetahui sejauh mana kemelekan peserta didik terhadap
konsep –konsep sains yang telah dipelajarinya. Selama hampir 20 tahun terakhir sejak dirilis oleh PISA, literasi
sains peserta didik di Indonesia tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk 1)
menemukan faktor-faktor penyebab rendahnya literasi sains peserta didik; 2) mencari informasi yang relevan
dengan faktor-faktor penyebab rendahnya literasi sains peserta didik; dan 3) mengkaji sejumlah teori dasar yang
relevan faktor-faktor penyebab rendahnya literasi sains peserta didik. Metode penelitian yang digunakan adalah
studi literatur dengan cara mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, artikel-artikel, catatan-catatan,
dan laporan-laporan dan sumber informasi lainnya yang berkaitan dengan rendahnya literasi sains peserta didik.
Data yang diperoleh dari hasil studi leteratur tersebut kemudian dikompilasi dan dianalisis berdasarkan kajian
tema. Hasil analisis data ditemukan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya literasi sains peserta
didik diantaranya adalah pemilihan buku ajar, miskonsepsi, pembelajaran yang tidak kontekstual, dan
kemampuan membaca peserta didik. Kondisi ini mengharuskan pakar dan praktisi pendidikan Indonesia untuk
lebih berbenah lagi dalam merancang dan melaksanakan pendidikan sains, agar mampu bersaing dengan
negara-negara lain dalam berkompetisi diberbagai bidang kehidupan di era revolusi industri 4.0 pada abad 21
ini. Â
Lihat di jipp.unram.ac.id
[PDF] unram.ac.id
Dirujuk 254 kali
Artikel terkait
6 versi
Jipp.unram.ac.id
Analisis Faktor Penyebab Rendahnya Kemampuan Literasi Baca-Tulis Siswa Kelas 3 di SDN Sapit
Zul Hijjayati, Muhammad Makki, Itsna Oktaviyanti
Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan 7 (3b), 1435-1443, 2022
Literasi baca-tulis merupakan kemampuan membaca, menulis, mencari serta mengolah dan memahami suatu
informasi untuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab rendahnya kemampuan literasi baca-
tulis siswa kelas 3 di SDN Sapit dan upaya guru untuk mengatasi permasalahn rendahnya kemampuan literasi
baca-tulis siswa. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah empat orang siswa kelas 3 yang
diketahui termasuk dalam kategori siswa dengan kemampuan literasi baca-tulis rendah, wali kelas 3, dan kepala
sekolah. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi dan wawancara mendalam.
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data model Interactive (interactive model) yang terdiri
dari beberapa komponen yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa faktor penyebab rendahnya kemampuan literasi baca-tulis siswa kelas 3 di
SDN Sapit dibebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Fakor internal meliputi rendahnya
kemampuan intelegensi siswa, rendahnya minat belajar siswa, dan rendahnya motivasi belajar siswa. Faktor
eksternal meliputi kurangnya perhatian orang tua, pengaruh televisi dan handphone, pengaruh teman bermain,
kemampuan guru, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai. Upaya yang dapat dilakukan guru untuk
mengatasi permasalahan rendahnya kemampuan literasi baca-tulis siswa adalah dengan cara memberi motivasi,
menerapkan kegiatan literasi baca-tulis, meningkatkan kemampuan guru, dan melakukan kolaborasi atau
kerjasama dengan orang tua siswa.

Jbasic.org
Dampak Rendahnya kemampuan berbahasa dan bernalar terhadap kemampuan berpikir kritis siswa sekolah
dasar
Nurul Hayati, Deni Setiawan
Jurnal Basicedu 6 (5), 8517-8528, 2022
Kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran IPA merupakan kemampuan yang perlu dimiliki siswa sekolah
dasar sebagai bekal menghadapi tantangan abad 21. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
kemampuan berpikir kritis siswa kelas V dalam pemblejaran IPA di SDN 3 Brabowan. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif deskripitif dengan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian tes kemampuan
berpikir kritis menunjukkan 12 dari 16 siswa memperoleh presentase sebesar< 50% dengan kategori relatif
lemah. Simpulan dari penelitian ini adalah (1) Kemampuan berpikir kritis siswa kelas V dalam pembelajaran IPA
dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi karakteristik siswa,
kemampuan membaca siswa, motivasi belajar siswa, kemampuan menulis siswa dan kebiasaan siswa. Faktor
eksternal meliputi penyelenggaraan pembelajaran oleh guru dan pembiasaan yang dilakukan guru kepada
murid.(2) Kemampuan berpikir kritis siswa kelas V dalam pembelajaran IPA relatif lemah.(3) Rendahnya
kemampuan berpikir kritis siswa kelas V dalam pembelajaran IPA disebabkan oleh rendahnya kemampuan
berbahasa siswa dan rendahnya kemampuan bernalar siswa.
Lihat di jbasic.org
[PDF] jbasic.org
Dirujuk 15 kali
Artikel terkait
4 versi
Journal.student.uny.ac.id
Faktor-faktor penyebab rendahnya minat membaca siswa kelas IV
Citra Pratama Sari
Basic Education 7 (32), 3-128-3.137, 2018
Penelitian ini bertujan untuk mendeskripsikan faktor internal dan eksternal penyebab rendahnya minat membaca
siswa kelas IV SD Negeri 1 Padas Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV, guru, petugas perpustakaan, dan orang tua siswa.
Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data
menggunakan deskriptif kualitatif. Teknik pemeriksaan keabsahaan data menggunakan triangulasi sumber dan
triangulasi teknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal penyebab rendahnya minat membaca
siswa kelas IV SD N 1 Padas adalah kemampuan membaca dan kurangnya kebiasaan membaca. Faktor
eksternal penyebab rendahnya minat membaca siswa adalah lingkungan sekolah kurang mendukung, peran
perpustakaan belum maksimal, keterbatasan buku/bahan bacaan, keluarga kurang mendukung, dan pengaruh
menonton televisi serta penggunaan handphone.
Numerasi

Journals.ums.ac.id
Konsep asesmen kompetensi minimum untuk meningkatkan kemampuan literasi numerasi siswa sekolah dasar
Dhina Cahya Rohim
Jurnal Varidika 33 (1), 54-62, 2021
Penyelenggaraan ujian nasional mengalami permasalahan mulai dari sebelum pelaksanaan, proses
pelaksanaan dan pasca pelaksanaan. Pemanfaatan hasil ujian nasonal sebagai satu–satunya indicator
keberhasilan siswa selama proses belajar tentunya belum tepat. Sehingga dilakukan perubahan dalam system
evaluasi di Indonesia. Penghapusan ujian nasional secara tidak langsung memberikan dampak terhadap proses
pembelajaran di sekolah. Sebagai pengganti dari ujian nasonal ini adalah Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)
dan survey karakter. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan pengetahuan tentang konsep Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM) guna meningkatkan kemampuan literasi numerasi siswa di sekolah dasar. Metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian studi pustaka. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa Asesmen
dilaksanakan bukan berdasar pada kemampuan menguasai materi sesuai kurikulum seperti dalam ujian nasonal,
tetapi dirancang untuk memetakan dan memperbaiki kualiitas pendidikan secara menyeluruh. Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM) berfokus pada penguasaan kompetensi literasi dan numerasi yang akan diukur.
Dengan demikian, pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan literasi numerasi siswa di sekolah dasar.
Lihat di journals.ums.ac.id
[PDF] ums.ac.id
Dirujuk 219 kali
Artikel terkait
2 versi
Repository.unusa.ac.id
Profil kemampuan numerasi siswa sekolah dasar berkemampuan tinggi dalam memecahkan masalah
matematika
Ana Puspita Maulidina, Sri Hartatik
Jurnal Bidang Pendidikan Dasar (JBPD) 3 (2), 2019
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil kemampuan numerasi siswa SD berkemampuan tinggi dalam
memecahkan masalah matematika Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, subjek penelitian ini yaitu 1
siswa kelas II-B SDI Sunan Ampel II Trosobo dengan diberikan tes kemampuan numerasi. Instrumen yang akan
digunakan untuk mengumpulkan data berupa tes kemampuan matematika, tes kemampuan numerasi, dan
lembar wawancara. Berdasarkan hasil tes kemampuan numerasi menunjukkan, pada subjek berkemampuan
tinggi mampu dan benar dalam menggunakan berbagai macam angka atau simbol yang terkait dengan
matematika dasar untuk memecahkan masalah dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari, mampu
menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, diagram dan lain
sebagainya), dan mampu menafsirkan hasil analisis tersebut untuk memprediksi dan mengambil keputusan
dengan baik

Jbasic.org
Kegiatan Kampus Mengajar dalam Meningkatkan Keterampilan Literasi dan Numerasi Siswa Sekolah Dasar
Livia Mutiara Shabrina
Jurnal Basicedu 6 (1), 916-924, 2022
Program kampus mengajar merupakan salah satu program pemerintah untuk mewujudkan kegiatan MBKM
(Merdeka Belajar–Kampus Merdeka). Program ini diperuntukan mahasiswa dari seluruh program studi di
perguruan tinggi untuk berkontribusi dalam memajukan pendidikan dasar terutama di daerah 3T. Adapun
kegiatan kampus mengajar ini meliputi: kegiatan literasi dan numerasi, adaptasi teknologi dan administrasi
sekolah. Berdasarkan hal tersebut, tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah melihat perkembangan
keterampilan literasi numerasi siswa kelas II di sebuah sekolah dasar di Kabupaten Sumedang yang terdapat
hambatan dan tantangan tersendiri dalam proses meningkatkan keterampilan literasi dan numerasi. Metode
penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan peneliti bertindak sebagai observer. Hasil penelitian
menunjukan bahwa siswa kelas II sangat tertarik dengan pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran
dan metode pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok membuat pembelajaran sangat efektif sehingga
perkembangan keterampilan dan numerasi terdapat peningkatan pada kelompok siswa belum fasih membaca
dan semakin baik pada kelompok siswa yang sudah fasih membaca.
Lihat di jbasic.org
[PDF] jbasic.org
Dirujuk 119 kali
Artikel terkait
4 versi
j-cup.org
Pengaruh Problem Based Learning berbantuan media Youtube terhadap kemampuan literasi numerasi siswa
Dyah Ambarwati, Meyta Dwi Kurniasih
Jurnal cendekia: jurnal Pendidikan matematika 5 (3), 2857-2868, 2021
Rendahnya kemampuan literasi numerasi siswa disebabkan karena pemilihan model dan media pembelajaran
yang kurang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Problem Based Learning berbantu
media YouTube terhadap kemampuan literasi numerasi siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah
kuantitatif, jenis True Eksperiment. Desain yang digunakan Posttest only control group design. Populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 62 Jakarta. Sampel penelitian ini terdiri dari 2 kelas, yaitu
kelas VIII-4 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-3 sebagai kelas kontrol. Teknik pengambilan sampel
menggunakan cluster random sampling dimana kedua kelas berdistribusi normal dan homogen. Adapun
instrumen yang digunakan, yaitu tes kemampuan literasi numerasi yang telah di uji validitas dan reliabilitasnya.
Hasil pengujian hipotesis uji-t diperoleh t hitung= 3,339> t tabel= 1,994 pada taraf signifikan 0, 05 dengan
demikian H 0 ditolak, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas
kontrol. Kemudian diperoleh nilai Effect Size sebesar 0,710 dengan interpretasi kategori sedang. Maka, Problem
Based Learning berbantuan media YouTube memberikan pengaruh terhadap kemampuan literasi numerasi
siswa kelas VIII.

Scholar.archive.org
Literasi numerasi dalam pembelajaran tematik siswa kelas atas sekolah dasar
Ryzal Perdana, Meidawati Suswandari
Absis: Mathematics Education Journal 3 (1), 9-15, 2021
The purpose of this study was to describe numeracy literacy in the thematic learning of senior elementary school
students. This writing is done through literature study. The object of this research is numeracy literacy and
thematic learning. The research subjects were elementary school upper class students. The data collection tool
in this research is to search journals contained in several electronic media such as digital libraries, the internet,
through Google Scholar. The data analysis technique used in this study was annotated bibliography analysis.
The results showed that numeracy literacy in thematic learning of upper grade students of elementary school can
be done by providing stimulus to students. To stimulate student curiosity, the availability of facilities and
infrastructure, the capacity of school residents, and the capacity of stakeholders, a numeracy literacy work
program twice a week before learning hours takes place, a mathematics and non-mathematics teacher training
for thematic learning based on numeracy literacy is held, and fostering love reading to students and learning
experiences that are fun while stimulating the imagination.
Lihat di scholar.archive.org
[PDF] archive.org
Dirujuk 206 kali
Artikel terkait
2 versi
e-journal.my.id
Deskripsi Kemampuan Numerasi Siswa dalam Menyelesaikan Operasi Pecahan
Muhammad Rusli Baharuddin, Sukmawati Sukmawati, Christy Christy
Pedagogy: Jurnal Pendidikan Matematika 6 (2), 90-101, 2021
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan numerasi siswa berdasarkan kemampuan awal
siswa. Subjek penelitian dipilih berdasarkan kemampuan awal siswa yaitu terdiri dari 3 subjek dengan masing-
masing 1 siswa untuk setiap kemampuan awal (tinggi, sedang, dan rendah) Kelas V SDN 111 Batusitanduk.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes Kamampuan numerasi dan pedoman wawancara. Tes
disajikan dalam bentuk soal cerita sebanyak 2 nomor dan akan mengungkap 3 indikator Kamampuan numerasi.
Teknis analisis data yang digunakan menurut Miles dan Hiberman yaitu reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Sedangkan untuk menguji keabsahan data maka dilakukan proses triangulasi metode
yaitu membandingkan data hasil tes dan data hasil wawancara. Hasil Penelitian menunjukkan. Subjek
kemampuan awal tinggi mampu mengungkap 3 indikator, Subjek kemampuan awal sedang mampu mengungkap
2 indikator, dan Subjek kemampuan awal rendah mampu hanya mengungkap 1 indikator. Adapun Indikator
kemampuan numerasi yang dimaksud yaitu (1) mampu menggunakan berbagai macam angka dan simbol yang
terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah dalam berbagai macam konteks kehidupan
sehari-hari,(2) Menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, diagram
dan lain sebagainya), dan (3) menafsirkan hasil analisis tersebut untuk memprediksi dan mengambil keputusan.
Researchgate.net
Alternatif Penyusunan Materi Ekspresi Aljabar untuk Siswa SMP/MTs dengan Pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik
Sugama Maskar
Prisma 7 (1), 53-69, 2018
Hasil skor literasi PISA (Programme for International Student Assessment) pada bidang matematika siswa
Indonesia pada tahun 2000, 2003, 2006, 2009, 2012, dan 2015 berturut-turut adalah 367, 360, 391, 371, 375,
dan 386. Berdasarkan data tersebut, dengan rata-rata skor literasi internasional adalah 500, dapat disimpulkan
bahwa hasil literasi matematika siswa Indonesia signifikan di bawah rata-rata internasional. Dengan kata lain,
kemampuan siswa Indonesia untuk mengidentifikasi, memahami, serta menggunakan dasar-dasar matematika
dalam menghadapi kehidupan sehari-hari masih jauh di bawah standar Internasional. Pendekatan pendidikan
matematika realistik merupakan salah satu solusi untuk permasalahan tersebut. Pada makalah ini dituliskan
kontribusi penulis pada penyusunan materi tentang aljabar untuk siswa SMP/MTs dengan pendekatan
pendidikan matematika realistik. Penyajian materi tersebut diawali dengan contoh atau ilustrasi yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari dan penjelasan materi dikemas dengan prinsip penemuan kembali. Selain itu,
soal-soal yang disajikan pada materi ajar tersebut mayoritas adalah soal-soal bermakna yang menyangkut
kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut, untuk membentuk karakter siswa, materi ajar tersebut dibuat dengan bahasa
Indonesia yang baik, sopan, dan mendidik. Di samping itu, materi tersebut juga disusun dengan mengedepankan
kearifan lokal.
Lihat di researchgate.net
[PDF] researchgate.net
Dirujuk 106 kali
Artikel terkait
2 versi
Publikasiilmiah.ums.ac.id
Kesulitan menyelesaikan soal cerita matematika pada siswa SMP
Ummi Khasanah
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015
Tujuan penelitian yaitu mendiskripsikan kesulitan siswa pada aspek bahasa, prasyarat, terapan dalam
menyelesaikan soal cerita matematika. Jenis penelitian berdasarkan pendekatan kualitatif dengan design
etnografi. Waktu penelitian pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Subjek penelitian guru dan siswa
SMP Negeri 1 Colomadu. Teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Keabsahan data
menggunakan triangulasi sumber dan metode. Teknik analisis data dengan metode tiga alur. Hasil penelitian
menyatakan (1) kesulitan aspek bahasa yaitu beberapa siswa membaca soal kurang tepat sehingga terjadi
kesalahan penafsiran, sulit memahami bahasa yang kurang familiar, kesulitan mengidentifikasi maksud soal, dan
kesulitan dalam menceritakan kembali dengan bahasa sendiri; (2) kesulitan aspek prasyarat yaitu siswa tidak
dapat menuliskan/mengidentifikasi apa yang diketahui dan dicari, ketidakmampuan siswa dalam
mentransformasikan kalimat ke dalam model matematika, dan kurangnya penguasaan konsep yang diterapkan,
sehingga siswa sulit menentukan rumus/strategi yang digunakan; (3)kesulitan aspek terapan yaitu siswa tidak
dapat menggunakan rumus dengan tepat atau terjadi kesalahan mensubtitusikan apa yang diketahui pada
rumus; kurangnya pemahaman materi prasyarat yang berakibat pada rendahnya ketelitian siswa.
Terlambat

Ejournal.unesa.ac.id
Pengaruh Konseling Individu Melalui Pendekatan Realita Untuk Mengurangi Kebiasaan Datang Terlambat Siswa
di SMP Negeri 1 Sumberejo
Sukma Dewi Priani
Jurnal Mahasiswa Bimbingan Konseling UNESA 3 (1), 248654, 2013
Kebiasaan datang terlambat sekolah adalah semua tingkah laku atau tindakan siswa yang tidak tepat atau
melebihi waktu yang telah ditentukan oleh pihak sekolah. Kebiasaan datang terlambat bisa memicu masalah
seperti tidak mudah fokus terhadap pelajaran, mudah emosi dan bisa menurunkan prestasi belajar siswa.
Kondisi ini yang terjadi pada siswa SMP Negeri 1 Sumberejo. Metode pengumpulan data yaitu dengan observasi
dan wawancara. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji penerapan konseling individu melalui pendekatan
realita untuk mengurangi kebiasaan datang terlambat siswa di SMP Negeri 1 sumberejo. Penlitian ini merupakan
penelitia pra-esperimentaldengan subyek tunggal dengan jumlah subyek tiga orang. Teknik analis data
menggunakan analisis visual dalam kondisi

Journal.unnes.ac.id
Mengatasi perilaku terlambat datang ke sekolah melalui layanan konseling individual pendekatan behavioristik
dengan teknik behavior shaping di SMP negeri 19 Semarang tahun …
Agus Supriyanto
Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application 1 (1), 2012
Based a phenomenon in SMP Negeri 19 Semarang that indicates behavioral symptoms of coming late to the
school by some students. The main objective of this study to determine the student behavior of late coming to
school can be overcome through individual counseling behavioristic approach to behavior shaping techniques.
The types of research was single subject design with ABA design that measures behavior repeatedly targeted by
period (weekly, daily, or hourly). The research subject were three clients. The technique of data collecting was
interview and observation. The data was analysed descriptively based on the reaserch focus. The result showed
the student’s symptom of coming late to school was appear. In the observations that have been conducted based
on frequency aspect of weekly and daily duration that the third student has a behavioral form of late arrival at
school after 1 hours of class begin. All of the clients at before, during, and process counseling was declining the
behavior of coming late to school based the aspect of frequency and duration so that they eventually comes to
school on time. The conclusion of this study is the behavior of coming late to school can be overcome through
the implementation of individual counseling Behavioristic approach to the behavior shaping techniques.
Lihat di journal.unnes.ac.id
[PDF] unnes.ac.id
Dirujuk 13 kali
Artikel terkait
6 versi
Ojs.uniska-bjm.ac.id
Strategi Guru Bimbingan Dan Konseling Dalam Mengatasi Siswa Yang Tidak Disiplin Di Smp Negeri 17
Banjarmasin
Yohana Yohana, Gusti Irhamni, Ainun Heiriyah
Jurnal Bimbingan Dan Konseling Ar-Rahman 5 (2), 115-119, 2019
Berbicara mengenai remaja disekolah, masih ada saja siswa yang melanggar aturan tata tertib disekolah, sama
halnya di SMP Negeri 17 Banjarmasin, padahal aturan tersebut sudah ada dan juga diketahui oleh para siswa
tetapi masih ada yang melanggar salah satunya adalah siswa yang sering datang terlambat dilakukan secara
berulang-ulang dengan siswa yang sama adapun keterlambatan tersebut dari faktor dirinya sendiri tanpa ada
factor lain. Tujuan penelitian untuk mengetahui stategi yang dipakai guru Bimbingan dan Konseling dalam
mengatasi ketidak disiplinan siswa yang sering datang terlambat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kualitatif. Hasil penelitian strategi yang digunakan guru Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 17
Banjarmasin dalam mengatasi siswa yang tidak disiplin dengan memberikan layanan konseling individual
dengan teknik modelling. Kedisiplinan sangat perlu ditumbuhkan sejak dini, karena pribadi yang disiplin mampu
menjadikan sesorang memiliki kecakapan mengenai cara berpikir yang baik dan juga merupakan suatu proses
pembentukan watak serta karakter yang baik.
Membawa hp

Journal.univetbantara.ac.id
Penggunaan Handphone Sebagai Media Pembelajaran melalui aplikasi Kine Master untuk Meningkatkan Minat
Belajar IPS di SMP Negeri 2 Banyuasin III
Elli Iryani
Keraton: Journal of History Education and Culture 2 (2), 2020
Penggunaan media pembelajaran yang tepat akan meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Penggunaan
media pembelajaran yang mudah di dapat dan hampir sebagian besar dimilki oleh peserta didik adalah
Handphone, di mana handphone merupakan alat komunikasi yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan anak-anak muda pada era millennial sekarang ini. Penggunaan media pembelajaran dengan aplikasi
kine master bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan memanfaatkan alat peraga dan media
teknologi komunikasi yang mudah didapat dan dimiliki oleh sebagian besar peserta didik. Penelitian ini
menggunakan penelitian tindakan karena penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang lebih sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi guru, meningkatkan kualitas pembelajaran, meningkatkan kualitas siswa, serta
mencapai tujuan pembelajaran atau pendidikan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action
Research merupakan bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, dilakukan untuk meningkatkan
kematangan rasional dari tindakan dalam melakukan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang
dilakukan serta memperbaiki kondisi tempat praktek pembelajaran tersebut dilakukan. Pada penelitian siklus I
nilai rerata yang didapat siswa adalah 73, 50 dan pada penelitian siklus II nilai rerata sudah mencapai 82, 50, hal
ini berarti setelah pembelajaran IPS dengan materi materi organisasi pergerakan dan tumbuhnya semangat
kebangsaan menggunakan media handphone terjadi peningkatan minat belajar siswa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dengan menggunakan handphone dengan aplikasi kine master kegiatan pembelajaran
tentang organisasi pergerakan dan tumbuhnya semangat kebangsaan berlangsung secara aktif, kreatif,
menyenangkan, dapat meningkatkan minat belajar peserta didik pada pelajaran IPS dan meningkatkan prestasi
belajar peserta didik.

Studentjournal.iaincurup.ac.id
Penggunaan Handphone sebagai Media Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di SMPN 6 Tulang Bawang
Barat Kelas VIII
Dewi Asmalasari
GUAU: Jurnal Pendidikan Profesi Guru Agama Islam 2 (2), 431-440, 2022
Dalam proses pembelajaran, hanya dengan cara/metode belajar serta media konvensional, semisal LKS, Buku
Pelajaran dsb tentu akan membosankan dan pada gilirannya akan merurunkan minat belajar peserta didik.
Akibatnya hasil belajar siswa akan menurun. Oleh karena itu perlu diambil langkah-langkah yang kreatif dan
inovatif, sehingga pada akhirnya ketuntasan belajar akan tercapai. Pada penelitian ini dipergunakan pendekatan
kualitatif, dengan tujuan utama adalah meningkatkan kembali minat dan motivasi siswa untuk lebih banyak
belajar dengan media pembelajaran yang menyenangkan. Penelitian ini berlangsung selama satu bulan pada
semester pertama tahun 2020/2021, dengan mengambil sampel siswa kelas VIII A SMPN 6 Tulang Bawang
Barat yang berjumlah 32 siswa yang memiliki minat belajarnya rendah. Pertimbangan lain, bahwa siswa kelas
VIII A rata-rata memiliki hand phone, dan di kelas VIII sudah diajarkan masalah internet pada pelajaran Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK). Adapun tahapan pelelitian ini 1) Setting Gprs/Wap pada HP siswa; 2)
Pemberian Tugas pada siswa; 3) Siswa mengumpulkan tugas; 4) Penilaian tugas; 5) Wawancara dengan siswa;
6) membandingkan. Hasil penelitian pendidikan Agama Islam di SMPN 6 Tulang Bawang Barat, menunjukkan
bahwa siswa tertarik dengan model belajar dengan menggunakan HP yang relatif masih baru, sehingga
mendorong minat siswa untuk mencari dan menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang tidak terdapat pada
buku teks, sehingga menambah luas wawasan mereka.

Jurnalkwangsan.kemdikbud.go.id
Model media pembelajaran e-komik untuk SMA
Wiwik Akhirul Aeni, Ade Yusupa
Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan 6 (1), 43-59, 2018
The development of learning media model becomes a necessity for improving the quality of education in
Indonesia. Following the development of technology and information, new models continue to be developed, one
of which is comic. This study aims to develop a model of electronic comic (e-Comic) as a medium of learning.
With the ADDIE development method, it is done through needs analysis, model design, prototype development,
prototype implementatio (testing) and evaluation of prototype implementation results to the field. The result is a
comic electronic model in which graphic-shaped graphics are highlighted to deliver learning materials in
accordance with the applicable curriculum. The material is delivered in story form so the delivery is not rigid.
Implementation of field trial prorotype obtained data that the user liked the model of this e-Comic learning media
and feel like learning to read comics with digital format. The conclusion of the development of e-Comic model,
innovative learning media, fun, effective and efficient, so as to increase the students’ attention in understanding
the subject
Abstrak
Pengembangan model media pembelajaran menjadi kebutuhan untuk peningkatan kualitas pendidikan di
Indonesai. Mengikuti perkembangan teknologi dan informasi, model-model baru terus dikembangkan dari waktu
ke waktu. Komik yang dimaknai sebagai sebuah gambar kartun berteks mampu menyampaikan sebuah pesan
dengan gaya yang ringan dan menyenangkan. Tujuan pembuatan model ini untuk membuat sebuah model
berformat elektronik komik (E-komik) sebagai media pembelajaran menyampaikan materi pendidikan. Dengan
metode pengembangan ADDIE, yang dimulai dengan kegiatan Analisis Kebutuhan, Desain/Perancangan Model,
Development Prototype, Implementasi Prototype berbentuk ujicoba prototype ke user dan dilanjutkan dengan
Evaluasi hasil implementasi prototype ke lapangan model Elektronik komik ini dikembangkan. Hasil dari
pengembangan ini adalah sebuah model elektronik komik yang didalamnya berupa grafis berbentuk kartun
ditonjolkan untuk menyampaikan materi-materi pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku di sekolah.
Materi disampaikan dalam bentuk cerita sehingga penyampaiannya tidak kaku. Implementasi ujicoba prorotype
dilapangan diperoleh data bahwa user menyukai model media pembelajaran E-komik ini dan merasa belajar
seperti membaca komik dengan format digital. Kesimpulan pengembangan model E-komik yang dilakukan
menjadi salah satu jawaban atas kebutuhan terhadap media pembelajaran yang inovatif, menyenangkan, efektif
dan efisien, sehingga dapat meningkatkan perhatian siswa dalam memahani mata ajar. Untuk itu penerapannya
dapat dilakukan secara bertahap pada SMA tertentu.
Lihat di jurnalkwangsan.kemdikbud.go.id
[PDF] kemdikbud.go.id
Dirujuk 82 kali
Artikel terkait
7 versi
Neliti.com
Pemanfaatan Handphone Android Sebagai Media Produksi Video Tutorial Pembelajaran Seni
Riki Rikarno
Melayu Arts and Performance Journal 1 (1), 73-87, 2018
Video merupakan media yang cocok untuk berbagai media pembelajaran, seperti kelas, kelompok kecil, bahkan
satu siswa seorang diri sekalipun. Penggunaan video pembelajaran model tutorial sangat cocok untuk
mengajarkan berbagai macam pembelajaran yang bersifat praktek, salah satu materi pembelajaran praktik seni
daerah setempat. Bagi guru kesenian di sekolah, salah satu materi yang cukup sulit dalam melakukan apresiasi
pada siswa baik pada kurikulum KTSP maupun kurikulum 2013, adalah pembelajaran kesenian. Pada umumnya
kesenian yang dipelajari di sekolah merupakan kesenian tradisi yang berkembang pada masyarakat di daerah
atau tempat beradanya lembaga pendidikan tersebut. Kekurangan dokumentasi yang berbentuk video pada
kesenian daerah setempat sangat mempengaruhi proses pembelajaran di sekolah, untuk itu perlu sebuah
terobosan baru bagi guru-guru kesenian di sekolah untuk menciptakan sebuah media baru dalam pembelajaran
seni daerah setempat
Teknologi
Meningkatkan Kompetensi Guru SMA dan Sederajat Melalui Pelatihan Pembelajaran Berbasis TIK
M Yusuf Fajar, Onoy Rohaeni, Yurika Permanasari, Anneke Iswani, Kiki Mulkiya
ETHOS: Jurnal Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat 5 (2), 175-181, 2017
Rendahnya kualitas guru di Indonesia nampak dari hasil uji kompetensi guru pada tahun 2012, nilai rata-rata
guru SMA di Provinsi Jawa Barat hanya 55, 35. Hasil penelitian Imam Abdul Syukur (2014), menunjukkan
bahwa: 62, 15% guru jarang menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pembelajaran dan
34, 95% guru kurang menguasai TIK. Kondisi seperti ini tidak berbeda jauh dengan keadaan guru-guru di
Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung, menurut Kepala Sekolah SMAN 1 Cileunyi Bandung, baru 20% guru

Ejournal.unisba.ac.id
Peningkatan kemampuan guru dalam pemanfaatan teknologi informasi pada kegiatan pembelajaran
R Ceha, Endang Prasetyaningsih, Iyan Bachtiar
ETHOS: Jurnal Penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat, 131-138, 2016
Dalam upaya peningkatan mutu mengajar dan mutu pembelajaran di era globalisasi, guru sebaiknya menguasai
program komputer, agar dapat memanfaatkan teknologi yang telah tersedia dan untuk memudahkan dalam
mengajar. Guru hendaknya dapat menggunakan peralatan yang lebih ekonomis, efisien, dan mampu dimiliki oleh
sekolah, tidak menolak digunakannya peralatan teknologi modern yang relevan dengan tuntutan masyarakat dan
perkembangan zaman, serta mempunyai berbagai keterampilan yang mendukung tugasnya dalam mengajar.
Salah satu keterampilan tersebut adalah bagaimana seorang guru dapat menggunakan media pembelajaran
(Syaiful Bahri, 2006). Guru dapat membuat kreasi dan variasi media interaktif, pembuatan CD pembelajaran
interaktif, powerpoint, dan dengan media komputer. Masalah utama yang dihadapi mitra saat ini adalah
kemampuan guru dalam pemanfaatan IT atau ICT untuk kegiatan pembelajaran belum merata. Selain itu juga
masih adanya kesenjangan literasi TIK antar wilayah di satu sisi dan perkembangan internet yang juga
membawa dampak negatif terhadap nilai dan norma masyarakat sehingga perlu dilakukan upaya secara aktif
dari semua stakeholder sekolah dalam peningkatan kualitas pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi. Kegiatan Pengabdian kepada masyarakat yang diusulkan bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan guru mengenai pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi pada kegiatan
pembelajaran, meningkatkan kemampuan guru untuk membuat bahan ajar pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi sehingga dapat mengoptimalkan potensi yang ada di sekolah mitra dalam pemanfaatan Teknologi
Informasi untuk peningkatan kualitas pembelajaran

Ojs.unikom.ac.id
Peningkatan kemampuan guru dalam pembelajaran daring dengan memanfaatkan teknologi informasi bagi guru
SMA Negeri 5 Cimahi Bandung
Sri Nurhayati, M Fajar Wicaksono, Riani Lubis, Myrna Dwi Rahmatya, Hidayat Hidayat
Indonesian Community Service and Empowerment Journal (IComSE) 1 (2), 70-76, 2020
Tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah untuk meningkatkan kemampuan para guru dalam memanfaatkan
teknologi informasi untuk pembelajaran online. Pandemi COVID-19 saat ini berdampak besar pada pendidikan di
Indonesia. Dengan kondisi tersebut maka akan terjadi pergeseran proses pembelajaran dari apa yang dilakukan
di sekolah menjadi belajar dari rumah. Salah satu inovasi yang dilakukan oleh dunia pendidikan selama pandemi
ini adalah pembelajaran online. Dengan adanya program ini dan dalam kondisi pandemi saat ini tentunya SMA
Negeri 5 Cimahi mau tidak mau harus melakukan pembelajaran secara online. Namun, pembelajaran online di
sekolah menengah, tidak semua siswa dan guru menggunakan sistem elearning secara sinkron dalam proses
belajar mengajar. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian ini berupa pelatihan, diskusi, dan simulasi
yang dilakukan melalui webinar dengan menggunakan aplikasi Zoom Meeting. Selama pelatihan, selain
pemberian materi, juga diberikan
Lihat di ojs.unikom.ac.id
[PDF] unikom.ac.id
Dirujuk 26 kali
Artikel terkait
3 versi
Jurnal.univpgri-palembang.ac.id
Kesiapan guru dalam menghadapi tantangan pendidikan berbasis teknologi
Dhia Fitriah, Meggie Ullyah Mirianda
Prosiding Seminar Nasional Program Pascasarjana Universitas Pgri Palembang, 2019
Pendidikan adalah gerbang menuju kehidupan yang lebih baik dengan memperjuangkan hal-hal terkecil hingga
hal-hal terbesar yang normalnya akan dilewati oleh setiap manusia. Pada setiap zamannya selalu ada
pembaharuan dalam sistem pendidikan. Di abad ke-21 ini, pendidikan dituntut untuk bisa semakin maju dan
mudah diakses oleh semua kalangan. Salah satunya, diciptakannya “Revolusi Industri 4.0” dalam kata lain era
yang berbasis digital. Salah satu tantangan industri 4.0 yaitu dalam dunia pendidikan adalah inovasi
pembelajaran yang dilakukan oleh Sumber Daya Manusia, dalam hal ini gurudengan memanfaatkan sarana
teknologi informasi yang berkembang pesat di era revolusi industri 4.0 sehingga dapat berperan meningkatkan
mutu pembelajaran. Tantangan pendidikan dalam era ini adalah bagaimana mempersiapkan guru dalam
pemanfaatan teknologi saat ini serta memaksimalkan kemampuan yang dimiliki guru dalam menggunakan
peralatan teknologi terkini. Maka dari itu Indonesia harus segera menyiapkan tenaga pendidik professional yaitu
pendidik yang mampu mengunakan e-learning, karena kemampuan pendidik dalam menggunakan teknologi
merupakan salah satu solusi untuk menyiapkan generasi milineal yang kompeten.

Anda mungkin juga menyukai