Anda di halaman 1dari 21

AGAMA DALAM POLITIK

MAKALAH AGAMA
DOSEN : NURHASAN., MPd

DISUSUN OLEH :
ASYIFA AWALIA NURFADILLA 211120081
ENJELITA AMELIA PUTRI 211120058
FUZY HERMA DIANA 211120073
NI PUTU AYU PUTRI 211120108
NUR KHOLIFAH 211120068
PUTRI RIZKY 211120053
RAISYA YULISTIE 211120094
RAKHA NATA SATRIA WIBAWA 211120051
SALMA AL-ZAHRA YUNANDARI 211120056
VIKA PUSPITA DEWI 211120101
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur, kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena hidayah-nya tugas
makalah ini dapat kami selesaikan dengan tepat waktu. Dengan waktu yang telah ditentukan
kelompok kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan terima kasih pula kepada
orang tua kami yang telah memfasilitasi kebutuhan dalam tugas ini.
Tugas ini dipersiapkan untuk memenuhi kriteria penilaian dari mata kuliah Agama, dan
untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran dalam mata kuliah ini. Tugas makalah ini
menjelaskan tentang Agama Dalam Politik. Dalam melaksanakan tugas makalah ini, kami
menggunakan beberapa media diantaranya internet dan diambil dari sumber lain.
Melalui tugas makalah ini diharapkan para mahasiswa dan mahasiswi mampu mempelajari
lebih baik tentang Agama Dalam Politik dalam kehidupan sehari – hari dengan baik dan
benar, sebagaimana tugas ini telah dibuat.
Semoga tugas kelompok ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi pembaca,
karena kelompok kami masih dalam tahap pembelajaran. Dan jika terdapat kesalahan dalam
pengetikan atau lainnya mohon untuk dimaklumi dan dimaafkan.

Cimahi, 24 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI............................................................................................ Error! Bookmark not defined.
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 2
D. Manfaat ....................................................................................................................................... 2
BAB II..................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 3
A. Pengertian Politik Islam .............................................................................................................. 3
B. Pentingnya Agama Dalam Kehidupan Berpolitik ....................................................................... 3
C. Peranan Agama Dalam Politik ....................................................................................................... 8
D.Pengertian politik menurut agama hindu ...................................................................................... 12
E. Peranan politik menurut agama hindu....................................................................................... 12
BAB III ................................................................................................................................................. 14
PENUTUP ............................................................................................................................................ 14
A. Kesimpulan ............................................................................................................................... 14
B. Saran ......................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 16

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Politik merupakan hal yang tidak terlepas dari kekuasaan sehingga dalam
berpolitik dibutuhkan penguasa yang dipercaya oleh rakyat dan untuk rakyat.
Politik memiliki sistem politik yang di dalamnya yang memiliki unsur-unsur yang
saling berkaitan (interrelated) dan saling bergantung (interdependent). Sedangkan
politik berarti berbagai macam kegiatan yang terjadi di dalam suatu Negara yang
berkaitan dengan proses menetapkan tujuan dan bagaimana mencapai tujuan
tersebut.
Setiap politik terdiri dari dua unsur, yaitu penguasa dan masyarakat beserta
organisasi yang dibentuknya. Proses menuju panggung politik bisa ditempuh atau
dilakukan oleh siapa saja selama memiliki kapasitas. Politik tidak hanya
dijalankan atau dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kekuasaan tetapi bisa
juga dilakukan oleh para ulama. Ulama memiliki sumber daya yang sangat luar
biasa untuk mempengaruhi massa.
Politik merupakam pembahasan yang tidak terlepas dari pembentukan
Negara. Negara membutuhkan seorang pemimpin untuk menyelamatkan umat.
Memanglah dalam Al-Qur’an maupun Hadist tidak ditemukan secara gamblang
konsep tentang Negara. Hal ini tentu bisa dimaklumi karena konsep Negara atau
nation-state seperti sekarang ini baru muncul pada abad ke-16 yang dikemukakan
oleh Nicolo Machiavelli. Namun demikian, bukan berarti bahwa konsep Negara
itu tidak ada sama sekali dalam Islam. Secara substantif, terdapat sejumlah ayat
Alquran dan hadis yang menunjukkan adanya pemerintahan pada umat Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konstribusi agama dalam berpolitik?


2. Bagaimana peran agama dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa?
3. Prinsip apa saja yang ada didalam Al-Qur’an?
4. Apa saja landasan politik menurut islam khususnya dalam Al-Qur’an?

1
C. Tujuan

1. Sebagai bahan diskusi kelas


2. Sebagai salah satu syarat dalam pelaksanaan tugas terstuktur dari dosen mata
kuliah
3. Sebagai proses pembelajaran dalam menulis makalah

D. Manfaat

1. Menyelesaikan tugas yang diberikan dosen mata kuliah


2. Untuk mengetahui tentang Agama dalam politik
3. Memahami apa yang dimaksud Agama dalam politik
4. Bisa menjadi pedoman untuk belajar

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Politik Islam

Dalam fiqh al-siyasah (fiqih politik atau teori politik Islam), politik Islam
diartikan sebagai tindakan mengatur Negara sesuai dengan ajaran Islam, yang
berorientasi kepada kemaslahatan warga, meski tak ada dalil yang secara eksplisit
dalam Alquran atau As-Sunnah tentang tindakan ini. Dalam bahasa Ibn ‘Aqil,
siyasah disebutkan sebagai: ma kana fi’lan yakunu ma’ahu al-nas aqrabu ila al-
shalah wa ab’ad ‘an al-fasad wa in lam yada’hu al-rasul wa la nazal bihi wahy.
Tentu saja hal ini bisa dilakukan jika yang memegang kekuasaan itu adalah
individu atau kelompok yang committed kepada Islam, dan sistem kenegaraannya
pun berdasarkan Islam.

B. Pentingnya Agama Dalam Kehidupan Berpolitik

Agama sangat penting disegala aspek kehidupan umat manusia,selain itu agama
juga berperan untuk menenangkan jiwa dan raga. Dengan agama yang kita yakini
hidup akan lebih baik dan indah. Dengan agama kita akan lebih bijak menyikapi
sesuatu.Oleh karena itu agama itu dibutuhkan oleh setiap umat manusia.
Seperti kita ketahui agama di indonesia banyak beragam antaranya islam, kristen
khatolik, hindu, budha dan konghucu ini merupakan aspek yang sangat penting dalam
kehidupan bernegara. Dengan adanya agama membuat hidup manusia menjadi teratur
dan terarah. Agama dalam hal ini mengatur kehidupan umatnya di berbagai aspek
contohnya dalam berpolitik.
Politik merupakan suatu proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam
masyarakat dimana wujudnya adalah pengambilan keputusan, khususnya dalam
negara. Politik juga merupakan kekuatan utama dan fundamental dalam perubahan
negara untuk menjadi lebih baik atau lebih buruk. Banyak yang beranggapan bahwa
politik dan agama adalah hal yang harus dipisahkan. Jika agama dicampur dengan
politik, maka politik akan rusak. Kalau politik dicampur dengan agama, maka agama
akan rusak. Begitulah salah satu contoh perumpamaan mengenai politik dan agama.
Itu adalah hal yang bertolak belakang.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agama adalah sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Di
Indonesia sendiri terdapat enam agama yang diakui oleh negara, yaitu Islam, Katolik,
Protestan, Hindu, Budha dan Khonghuchu.

3
Agama adalah way of life (jalan kehidupan), pandangan hidup manusia, landasan
yang senantiasa harus ditanamkan dalam diri manusia agar selalu mengarah kepada
jalan yang benar.

Dalam sejarah perjalanan negara Republik Indonesia, agama sangat berperan,


terutama pada saat dunia politik berada di titik krusial. Ibarat manusia yang hidup
membutuhkan agama terutama pada saat-saat sulit, begitu pun dunia politik
membutuhkan agama terutama pada saat-saat kritis. Karena agama berisi “panggilan”
untuk berbuat baik, untuk maju, untuk terus memperjuangkan kebenaran sampai titik
darah penghabisan.
Islam secara lebih khusus Al-quran mengajarkan bahwa kehidupan politik harus
dilandasi dengan empat hal yang pokok yaitu:
1. Sebagai bagian untuk melaksanakan amanat.
2. Sebagai bagian untuk menegakkan hukum dengan adil.
3. Tetap dalam koridor taat kepada Allah, Rasu-Nya, dan ulil amri.
4. Selalu berusaha kembali kepada Al-quran dan Sunnah Nabi SAW.
Islam memberi kontribusi bagaimana seharusnya memilih dan mengangkat
seorang yang akan diberi amanah untuk memegang kekuasaan politik. Yaitu orang
tersebut haruslah:
1. Seorang yang benar dalam pikiran, ucapan, dan tindakannya serta jujur.
2. Seorang yang dapat dipercaya.
3. Seorang memiliki keterampilan dalam komunikasi.
4. Seorang yang cerdas.
5. Yang paling penting Anda seorang yang dapat menjadi teladan dalam kebaikan.
Secara naluriah manusia tidak dapat hidup secara individual. Sifat sosial pada
hakikatnya adalah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT agar manusia dapat
menjalani hidupnya dengan baik. Dalam faktanya manusia memiliki banyak
perbedaan antara satu individu dengan individu lainnya, di samping tentunya
sejumlah persamaan. Perbedaan tersebut kalau tidak dikelola dengan baik tentu akan
menimbulkan konflik dan perpecahan dalam kehidupan bermasyarakat. Dari
kenyataan tersebut perlu dicari sebuah cara untuk dapat mewujudkan persatuan dan
kesatuan. Pendekatan terbaik untuk melakukan tersebut adalah melalui agama.
Secara normatif agama Islam lebih khusus Al-quran banyak memberi tuntunan
dalam rangka mewujudkan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan bermasyarakat
dan berbangsa. Beberapa prinsip yang diajarkan Al-quran untuk tujuan tersebut antara
lain :

4
1. Prinsip persatuan dan persaudaraan.
Persatuan dan kesatuan berasal dari kata satu, yang berarti utuh atau tidak
terpecah-belah. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat, persatuan
adalah gabungan (ikatan, kumpulan dan sebagainya) beberapa bagian yang sudah
bersatu, perserikatan, serikat.Sementara pengertian kesatuan berarti perihal satu,
keesaan, sifat tunggal, satuan.

Jadi, persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dapat diartikan bersatunya


berbagai bangsa dengan yang memiliki perbedaan agama, suku, bahasa, maupun adat
istiadat yang mendiami wilayah Indonesia menjadi satu kebulatan utuh dan serasi.

2. Prinsip persamaan.
Persamaan dalam Islam disebut alwusawa adalah sikap yang memandang
seimbang, sejajar, sama rata antar sesama manusia. Dalam demokrasi Islam,
almusawa berhimpitan dengan nilai assyura (musyawarah) dan al'adalah (keadilan).
Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, persamaan merupakan prinsip untuk
bersikap tidak diskriminatif terhadap sesama manusia apapun latarbelakangnya.
3. Prinsip kebebasan.
Prinsip kebebasan adalah untuk bebas melakukan sesuatu, dalam hal ini bebas
melakukan sesuatu bukan berarti bebas melakukan sewenang-wenangnya. Akan
tetapi, bebas melakukan sesuatu harus didasari oleh peraturan.
4. Prinsip tolong-menolong.
Ta’awun berasal dari bahasa arab yang artinya tolong menolong. Menurut istilah
dalam ilmu aqidah dan akhlak, pengertian ta’awun adalah sifat tolong menolong di
antara sesama manusia dalam hal kebaikan dan takwa. Dalam ajaran islam, sifat
ta’awun ini sangat diperhatikan, hanya dalam kebaikan dan takwa, dan tidak ada
tolong menolong dalam hal dosa dan pelanggaran atau keburukan. Oleh karen itu sifat
ta’awun atau tolong menolong merupakan akhlak terpuji dalam agama islam.
5. Prinsip perdamaian.
Perdamaian merupakan hal yang pokok dalam kehidupan manusia, karena dengan
kedamaian akantercipta kehidupan yang sehat, nyaman dan harmonis dalam setiap
interaksi antar sesama.
Dalam suasanaaman dan damai, manusia akan hidup dengan penuh ketenangan dan
kegembiraan juga bisa melaksanakankewajiban dalam bingkai perdamaian. Oleh
karena itu, kedamaian merupakan hak mutlak setiap individu. Bahkan kehadiran
damai dalam kehidupan setiap mahluk merupakan tuntutan, karena dibalik ungkapan
damai itu menyimpan keramahan, kelembutan, persaudaraan dan keadilan.
6. Prinsip musyawarah.
Musyawarah atau syura adalah sesuatu yang sangat penting guna menciptakan
peraturan didalam masyarakat manapun. Cara untuk melandasi musyawarah yaitu
dengan hati yang bersih, tidak kasar, lemah lembut, dan penuh kasih sayang.

5
Dalam bermusyawarah hendaknya bersikap dan berperilaku baik, seperti: tidak
berperilaku keras, dengan tutur kata yang sopan, saling menghormati, dan saling
menghargai, serta melakukan usaha-usaha agar hasil musyawarah itu berguna.

Hasil musyawarah yang telah disepakati bersama hendaknya dilaksanakan dengan


bertawakal kepada Allah SWT. Orang-orang yang bertawakal tentu akan berusaha
sekuat tenaga, diiringi dengan doa kepada Allah Azza wajalla, sedangkan hasilnya
diserahkan kepada Allah SWT. Sesungguhnya Allah SWT itu menyukai orang-orang
yang bertawakal.
Salah satu ayat Al-Quran yang berkaitan langsung dengan prinsip – prinsip dasar
kekuasaan politik terdapat dalam surat :
Quran Surat An – Nisa ayat 58

‫اس أهن تهحْ ُك ُموا ۞ ِب ْٱلعه ْد ِل ۚ إِن‬ ِ ‫إِن ٱّلله هيأ ْ ُم ُر ُك ْم أهن ت ُ هؤدُّوا ْٱْل ه َٰ هم َٰ هن‬
ِ ‫ت إِله َٰى أ ه ْه ِل هها هوإِذها هح هك ْمتُم هبيْنه ٱلن‬
‫صيرا‬ ِ ‫يعا هب‬ ًۢ ‫س ِم‬‫ظ ُكم ِبِۦه ۗ ِإن ٱّلله هكانه ه‬ ُ ‫ٱّلله ِن ِعما هي ِع‬
Arab-Latin: Innallāha ya`murukum an tu`addul-amānāti ilā ahlihā wa iżā ḥakamtum
bainan-nāsi an taḥkumụ bil-'adl, innallāha ni'immā ya'iẓukum bih, innallāha kāna
samī'am baṣīrā
Terjemah Arti: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.
Quran Surat An-Nisa Ayat 59

‫سو هل هوأُو ِلى ْٱْل ه ْم ِر ِمن ُك ْم فهإِن ته َٰ هنزه ْعت ُ ْم فِى ه‬


‫ش ْىء‬ ُ ‫َٰ هيأ ه ُّي هها ٱلذِينه هءا همنُوا أ ه ِطيعُوا ٱّلله هوأ ه ِطيعُوا ٱلر‬
‫اخ ِر ۚ َٰذهلِكه هخيْر هوأهحْ ه‬
‫س ُن تهأ ْ ِويل‬ ِ ‫ٱل هء‬ ْ ‫سو ِل ِإن ُكنت ُ ْم تُؤْ ِمنُونه ِبٱّللِ هو ْٱل هي ْو ِم‬
ُ ‫فه ُردُّوهُ ِإلهى ٱّللِ هوٱلر‬
Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanū aṭī'ullāha wa aṭī'ur-rasụla wa ulil-amri
mingkum, fa in tanāza'tum fī syai`in fa ruddụhu ilallāhi war-rasụli ing kuntum
tu`minụna billāhi wal-yaumil-ākhir, żālika khairuw wa aḥsanu ta`wīlā
Terjemah Arti: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (59)
Dalam kehidupan politik, secara lebih khusus Al-quran mengajarkan harus
dilandasi dengan empat hal yang pokok yaitu:

6
1. Sebagai bagian untuk melaksanakan amanat.
Amanat merupakan sesuatu yang diserahkan kepada pihak lain untuk dipelihara
dan dikembalikan bila saatnya tiba atau bila diminta oleh pemiliknya. Amanat
tersebut meliputi amanat antara manusia dengan Allah SWT, Manusia dengan
manusia lainnya, manusia dengan lingkungannya, serta manusia dengan dirinya
sendiri Amanat adalah sendi utama dalam berinteraksi social terutama dalam bidang
kekuasaan politik. Bagi pemegang kekuasaan politik telah diperintahkan untuk
menunaikan amanat berupa usaha mencerdaskan rakyat dan membangun mental dan
spiritual.
Quran Surat Al-Anfal Ayat 27

‫سو هل هوته ُخونُوا أ ه َٰ هم َٰ هن ِت ُك ْم هوأهنت ُ ْم ته ْعله ُمونه‬


ُ ‫َٰ هيأ ه ُّي هها ٱلذِينه هءا همنُوا هل ته ُخونُوا ٱّلله هوٱلر‬
Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanụ lā takhụnullāha war-rasụla wa takhụnū
amānātikum wa antum ta'lamụn
Terjemah Arti: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah
dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat
yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (27)
2. Sebagai bagian untuk menegakkan hukum dengan adil.
Quran Surat An-Nisa Ayat 105

ِ ‫اس ِب هما أ ه هر َٰىكه ٱّللُ ۚ هو هل ته ُكن ِل ْلخها ِئنِينه خ‬


‫هصيما‬ ‫ِإنا أهنزه ْلنها ِإلهيْكه ْٱل ِك َٰته ه‬
ِ ‫ب ِب ْٱل هح‬
ِ ‫ق ِلتهحْ ُك هم هب ْينه ٱلن‬
Arab-Latin: Innā anzalnā ilaikal-kitāba bil-ḥaqqi litaḥkuma bainan-nāsi bimā
arākallāh, wa lā takul lil-khā`inīna khaṣīmā
Terjemah Arti: Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan
membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah
Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang
tidak bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat,(105)
3. Tetap dalam koridor taat kepada Allah, Rasul-Nya, dan ulil amri.
Ulil Amri adalah orang atau sekelompok orang yang mendapatkan tugas untuk
mengurusi urusan – urusan kaum muslimin baik menyangkut masalah ibadah,
pendidikan, social, ekonomi, bahkan termasuk urusan hubungan luar negeri dan juga
pemimpin perang. Tetap dalam koridor taat pada Allah dan Rasulnya berarti apa yang
dilakukan sudah jelas bahwa harus berdasar Al-Qur’an dan Hadist, sedangkan Ulil
Amri bertugas sebagai fasilitator agar umat dapat menjalankan dengan sebaik –
baiknya. Sedangkan yang boleh diatur oleh Ulil Amri hanyalah hal – hal atau urusan
yang belum ditur secara jelas oleh Al-Qur”an dan As-Sunah.

7
4. Selalu berusaha kembali kepada Al-quran dan Sunnah Nabi SAW.
Al-Qur’an dan Hadist hanya memuat ketentuan – ketentuan pokok bagi kehidupan
manusia. Setiap permasalahan yang dihadapi terkadang belum ada pemecahannya
dalam kedua sumber suci tersebut. Oleh sebab itu terkadang menimbulkan perbedaan
pendapat, tetapi apapun pendapat atau keputusan yang diambil haruslah berpulang
pada Al-Quran dan Hadist sebagai sumber utama.

C. Peranan Agama Dalam Politik


1) Perintah untuk bersatu
Islam melalui Al-Quran menganjurkan agar antar kelompok, antar golongan
maupun antar partai saling melakukan ta'aruf (perkenalan). Allah berfirman:

‫ارفُوا ۚ إِن أ ه ْك هر هم ُك ْم ِع ْنده‬ ُ ‫اس إِنا هخله ْقنها ُك ْم ِم ْن ذه هكر هوأ ُ ْنثه َٰى هو هجعه ْلنها ُك ْم‬
‫شعُوبا هوقه هبا ِئ هل ِلتهعه ه‬ ُ ‫هيا أ ه ُّي هها الن‬
‫ع ِليم هخ ِبير‬ ‫َللا أ ه ْتقها ُك ْم ۚ إِن َللاه ه‬
ِ
Artinya:
"Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa- bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di-
antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesung-
guhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal ". (QS. Al Hujurat: 13).
Ayat ini sekaligus menjel askan paham persamaan (egalitarianisme) untuk semua
manusia atau lintas batas: ras, agama, bahasa, maupun adat istiadat. Allah men-
egaskan tinggi rendah martabat sese orang hanya ditentukan oleh takwa, itu saja
Allah tidak menentukan di mana batas tertinggi maupun terendah takwa. Hanya
Allah saja yang mengeta hui karena Dia lah yang menentukan batas-batas itu.
Pemahaman terhadap Al-Quran surat al-Hujarat ayat 13 menunjukkan bahwa
manusia diciptakan bersuku-suku,. Ini berarti berbagai suku, berbagaigolongan,
berbagai kelompok, termasuk di dalamnya kelompok politik atau yang lainnya
supaya tetap bersatu. Pengi kat persatuan adalah takwa. Karakter takwa antara
lain menjalankan semua perintah Allah sejauh yang diketahui dan menjauhi la-
rangan-Nya. Jadi, ukurannya gampang kalau orang itu takwa pasti iman dan sen-
ang bersatu dan menjaga persatuan dan kesatuan.

8
2) Larangan untuk saling curiga
Islam melarang kepada semua orang baik dalam kapasi tas nya sebagai
individu, sebagai kelompok sosial, maupun kel ompok-kelompok yang lain termasuk
kel ompok politik untuk saling curiga, saling melecehkan atau yang semakna den-
gannya. Allah berfirman:

ُ ‫ض الظ ِن ِإ ْثم هو هل ته هجس‬


ْ‫سوا هو هل هي ْغتهب‬ ‫هيا أ ه ُّي هها الذِينه آ همنُوا اجْ ته ِنبُوا هك ِثيرا ِمنه الظ ِن ِإن هب ْع ه‬
‫ض ُك ْم هب ْعضا ۚ أهي ُِحبُّ أ ه هحدُ ُك ْم أ ه ْن هيأ ْ ُك هل لهحْ هم أ ه ِخي ِه هميْتا فه هك ِر ْهت ُ ُموهُ ۚ هواتقُوا َللاه ۚ إِن َللاه تهواب‬
ُ ‫هب ْع‬
‫هر ِحيم‬
Artinya:
" Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan),
karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburu
kan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang dian-
tara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu-
lah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang ". ( QS. Al Hujurat: 12 ).
Dengan demikian, terhadap orang lain atau kelompok lain haruslah saling
mengembangkan husnuzhan (berprasangka baik). Kalau masing-masing kelom-
pok saling menaruh husnuzhan tentu akan mempererat hubungan mereka.
Kecurigaan dan pelecehan terhadap kelompok lain hanya akan menghasilkan
ketegangan antar individu maupun antar kelompok karena kelompok yang dicur-
igai jika mengetahuinya pasti tersinggung hanya dirinya sebagai individu maupun
atas nama kelompok. Kelompok ini tentu membalas mencurigai kepada kelom-
pok pencuriga tersebut. Akibatnya mudah ditebak, pasti timbul saling mencuri-
gai di antara mereka. Saling curiga tentu mudah menigkat menjadi disintegrasi
bahkan konflik di antara mereka. Sebagai bangsa akan menjadi lemah jika ele-
men-elemen di dalamnya saling mencurigai dan bertikai. Itulah sebabnya All ah
melarang umat yang saling berce rai berai. Allah berfirman:

9
‫َللا هج ِميْعا و هل تهفهرقُ ْوا‬
ِ ٰ ‫هص ُم ْوا ِب هح ْب ِل‬
ِ ‫هوا ْعت‬
Artinya
"dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai bera,...")QS. Ali Imran: 103).
Perintah untuk bersatu dan larangan untuk bercerai berai disertai juga dengan
al-Wadu Wa a-waid (ganji dan ancaman). Sudah barang tentu janji dan ancaman
Allah pasti terjadi. Rasulullah dibebaskan dari tanggungjawab terhadap umatnya
yang bercerai berai. Demikian firman Allah:

ِ ‫ش ْيء ۚ ِإن هما أ ه ْم ُر ُه ْم ِإلهى‬


‫َللا ثُم يُن ِهبئ ُ ُه ْم ِب هما‬ ‫ِإن الذِينه فهرقُوا دِي هن ُه ْم هو هكانُوا ِش هيعا لهسْته ِم ْن ُه ْم فِي ه‬
‫هكانُوا هي ْف هعلُونه‬
Artinya :
"Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka men-
jadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Ses-
ungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan
memberitahukan kepada mere ka apa yang telah mereka perbuat ". ( QS Al Anam:
159 )
Ayat ini juga menjelaskan bahwa Allah yang mengurus orang-orang yang me-
mecah-mecah dari ke utuhan sebagai suatu umat, dan All ah pula yang akan mem-
balas kelakuan mereka itu, yaitu siksaan yang amat pedih.

‫اختهلهفُوا ِم ْن هب ْع ِد هما هجا هء ُه ُم ْال هب ِينهاتُ ۚ هوأُو َٰلهئِكه له ُه ْم ه‬


‫عذهاب ه‬
‫ع ِظيم‬ ْ ‫هو هل ته ُكونُوا هكالذِينه تهفهرقُوا هو‬
Artinya :
"Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berse-
lisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka Itulah orang-
orang yang mendapat siksa yang berat. " (QS. Ali Imran: 105).
Sebaliknya orang yang tetap istikamah dalam kesatuan umat, mereka itulah sebagai
orang yang mempererat petunjukilahi dan dapat merasakan kenikmatan bersaudara
(bersatu). Demikian firman Allah.

10
‫ف هبيْنه‬‫عله ْي ُك ْم ِإ ْذ ُك ْنت ُ ْم أ ه ْعدهاء فهأهل ه‬ ِ ‫َللا هج ِميعا هو هل ته هفرقُوا ۚ هوا ْذ ُك ُروا ِن ْع همته‬
‫َللا ه‬ ِ ‫هص ُموا ِب هح ْب ِل‬ ِ ‫هوا ْعت‬
ُ‫ار فهأ ه ْنقهذه ُك ْم ِم ْن هها ۗ هك َٰذهلِكه يُ هب ِي ُن َللا‬
ِ ‫شفها ُح ْف هرة ِمنه الن‬
‫عله َٰى ه‬ ْ ‫قُلُو ِب ُك ْم فهأ ه‬
‫ص هبحْ ت ُ ْم ِب ِن ْع هم ِت ِه ِإ ْخ هوانا هو ُك ْنت ُ ْم ه‬
‫له ُك ْم آ هيا ِت ِه له هعل ُك ْم ته ْهتهدُونه‬
Artinya:
"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu da-
hulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu,
lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan
kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari
padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk ". (QS. Ali Imran: 103).
Mencermati perintah Allah agar kita bersatu danlarangan-Nya untuk bercerai
berai itu ternyata akibatnya kembali kepada manusia itu sendiri. "Bersatu kita teguh
bercerai kita runtuh" merupakan kesimpulan padat dari perintah untuk bersatu
dan larangan untuk bercerai.
Disamping itu, peranan agama dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan
dapat dilakukan dengan cara:
1) Memantapkan fungsi, peran dan kedudukan agama sebagai landasan moral,
spiritual, dan etika dalam penyelenggaraan negara serta mengupayakan agar
segala peraturan perundang-undangan tidak bertenta ngan dengan moral
agama.
2) Meningkatkan kualitas pendidikan agama melalui penryempurnaan sistem
pendidikan agama sehingga lebih terpadu dan integral sehingga sistem pendidikan
nasional dengan didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.
3) Meningkatkan dan memantapkan kerukunan hidup antar umat beragama
sehingga tercipta suasana yang harmonis dan saling menghormati dalam
semangat kemajemukan melalui dialog antar umat beragama dan pelaksa-
naan pendidikan beragama secara deskriptif yang tidak dogmatis untuk
tingkat Perguruan Tinggi.

11
4) Meningkatkan kemudahan umat beragama dalam menjalankan ibadahnya,
termasuk penyempurnaan kualitas pelaksanaan ibadah haji, dan pengelo
laan zakat dengan memberikan kesempatan yang luas kepada masyarakat
untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan.
Meningkatkan peran dan fungsi lembaga-lembaga keagamaan dalam ikut
5) Mengatasi dampak perubahan yang terjadi dalam semua aspek kehidupan
untuk memperkokoh jati diri dan kepribadian bangsa serta memperkuat ker-
ukunan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

D.Pengertian politik menurut agama hindu

Kata politik yang sering dikenal dalam bahasa Indonesia dapat


disamakandengan kata nitisastra dalam sastra-sastra Hindu. Kata atau
istilah nitisastra ini berasal dari kata-kata Niti dan kata Sastra dalam bahasa
sansekerta. dalam kamus kecil Sansekerta Indonesia yang diterbitkan oleh
pemerintah daerah tingkat SatuBali kata Niti berarti Kemudi pemimpin Politik
dan sosial Etik Pertimbangan dan Kebijakan. Kata Sastra berarti perintah ajaran
nasehat aturan tulisan ilmiah
Nitisastra adalah pengetahuan tentang politik negara. Sebagai suatu
istilah Nitisastra dapat bermakna sebagai kebijakan yang berhubungan dengan
Etika Sosial Politik untuk m e n y e l e n g g a r a k a n p e m e r i n t a h a n s u a t u
n e g a r a . P a d a u m u m n y a s e t i a p n e g a r a selalu berupaya membuat agar
masyarakatnya sejahtera sehingga pemahamantentang Nitisastra akan lebih
meluas lagi yaitu Ilmu pengetahuan tentang politik untuk menyelenggarakan
pemerintahan suatu negara dalam rangkai mencapai cita-cita negara
membangun masyarakat sejahtera. j adi politik dalam perspektif Hindu
adalah pengetahuan untuk menyelenggarakan pemerintahan suatu
negaraguna mencapai tujuan menciptakan masyarakat sejahtera.

E. Peranan politik menurut agama hindu


Kontribusi ,agama Hindu dalam Kehidupan Politik Berbangsa dan
Bernegara dapat dilihat pada veda. veda menganjurkan persatuan karena
dengan persatuan itu sesungguhnya kebahagiaan bersama dapat tercapai.
Persatuan yangdimaksud bukanlah hanya antara sesama agama melainkan
kesatuan dengansemua golongan yang berbeda-beda seperti yang dimaksud
sasanti Bhinekatunggal Ika

12
13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan di atas bahwa di setiap masa dalam kondisi perpolitikan bangsa
Indonesia, Islam memiliki pengaruh yang besar. Sejak bangsa ini belum bernama
Indonesia, pada era berdirinya kerajaan-kerajaan hingga saat ini, pengaruh perpolitikan
bangsa kita tidak lepas dari pengaruh umat Islam. Karena itu tidak seharusnya kita
melupakan bentuk-bentuk peranan dan kontribusi tersebut apalagi memandang sebelah
mata.
Hal tersebut disebabkan karena ajaran Islam meliputi segala aspek kehidupan dan
menjalankan sistem perpolitikan yang sesuai dengan syariat. Dalam ajaran Islam sangat
dianjurkan agar penganutnya senantiasa memberikan kontribusi sebesar-besarnya bagi
orang banyak, bangsa, bahkan dunia. Penguasaan wilayah politik menjadi sarana penting
bagi umat Islam agar bisa memberikan kontribusi bagi bangsa ini.
Namun meski pada akhirnya pada zaman sekarang ini justru malah sistem politik Islam
di Indonesia dianggap tidak kompeten. Umat Islam memang pemeluk mayoritas agama di
Indonesia, namun dalam hal politik masih menjadi minoritas, karena para elit politikus
yang berkuasa sekarang umumnya hanya menjadikan agama sebagai alat politisasi saja
sesuai selera, sedangkan para politikus muslim cenderung dianggap tidak memiliki
kompeten dalam mengatur perpolitikan di Indonesia.
Karena itu untuk memiliki kontribusi yang unggul pada zaman ini maka perlu meng-
update kembali pemahaman kaum muslimin tentang integrasi Islam dan politik dalam
realitas bernegara.

B. Saran

Dari hasil pemaparan di atas, kira tidak berlebihan jika penulis mengemukakan saran-
saran sebagai berikut :
Hendaknya para umat Islam, khususnya untuk politikus Islam bersama elit-elit
politiknya meningkatkan kompetensi politiknya dan mengupdate pemahaman kaum
muslimin tentang integrasi Islam dan Politik yang cenderung pemahaman di Indonesia
masih banyak yang beranggapan bahwa politk tidak perlu bersanding dengan agama.
Perlu memberi pemahaman kepada Umat Muslim akan bentuk-bentuk kontribusinya,
bahwa Umat Islam telah banyak menyumbangkan pemikirian dan perjuangannya dalam

14
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia untuk membangkitkan semangat para umat
muslim dalam mengambil peran dan dukungan terhadap politik Islam
Membuat generasi ilmuan muslim berkreasi mengembangkan sistem politik Islam,
sehingga sesuai dengan tuntunan zaman dan problematika kontemporer.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. http://inforepublik.com/fungsi-agama-dalam-politik
2. https://www.kompasiana.com/daffahamdika/5df343dbd541df016d29daf2/agama-
dalam-politik-itu-penting
3. http://fee88isa.blogspot.com/2015/04/inisiasi-7.html?m=1
4. https://tafsirweb.com/1590-quran-surat-an-nisa-ayat-58.html
5. https://tafsirweb.com/1591-quran-surat-an-nisa-ayat-59.html
6. https://tafsirweb.com/1637-quran-surat-an-nisa-ayat-105.html
7. https://tafsirweb.com/2893-quran-surat-al-anfal-ayat-27.html
8. http://ejournal.uin-suka.ac.id/pusat/aplikasia/article/viewFile/1271/1175

16
17

Anda mungkin juga menyukai