6099 20073 1 PB

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 9

AGRISOCIONOMICS ISSN 2580-0566 EISSN 2621-9778

http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/agrisocionomics
Jurnal Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
3(2): 165-173, November 2019

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI


USAHATANI BUNCIS DI GABUNGAN KELOMPOK TANI
LEMBANG AGRI KABUPATEN BANDUNG BARAT

(Analysis of Determinant Influencing Bean in Combined Group Lembang Agri Farmer


District West Bandung)

Fadilla Deviani1, Dini Rochdiani1 dan Bobby Rachmat Saefudin2

1Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran


2PusatPenelitian Pangan, DRPMI, Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung Sumedang KM. 21, Jatinangor, Sumedang, Indonesia
Email : fadilladeviani@gmail.com

Diterima 13 Oktober 2019, disetujui 7 November 2019

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi (luas lahan,
tenaga kerja, modal, pupuk, pestisida dan benih) terhadap jumlah produksi usahatani buncis di
Gabungan Kelompok Tani Lembang Agri. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dan penentuan
tempat lokasi penelitian secara purposive. Metode pemilihan sampel dengan proportionate stratified
random sampling dengan mengambil sampel dari setiap kelompok tani sehingga sampel yang digunakan
berjumlah 65 responden. Analisis yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Hasil
penelitian menunjukan bahwa faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani
buncis adalah modal, pestisida dan benih di Gabungan Kelompok Tani Lembang Agri.

Kata kunci : buncis, faktor produksi, produksi, usahatani

ABSTRACT

This study aims to analyze the factors that affect production (land area, labor, capital, fertilizer,
pesticides, and seeds) on the amount of bean farm production in the Lembang Agri Farmers Group. This
research was conducted by the survey method and the determination of the location of the research
purpose purposively. The method of selecting samples with proportionate stratified random sampling by
taking samples from each farmer group so that the sample used amounted to 65 respondents. The
analysis used is the Cobb-Douglas production function. The results of this study indicate that the factors
of production that significantly affect the production of bean farming are capital, pesticides, and seeds
in the Lembang Agri Farmers Group.

Keywords: bean, factors production, production, farm

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Buncis (Deviani et al.) 165
PENDAHULUAN petani agar menghasilkan sayuran yang
berkualitas. Kelompok ini berada di desa
Sektor pertanian merupakan sektor yang Cikidang, Kecamatan Lembang, Kabupaten
paling penting di Indonesia sehingga Bandung Barat. Gabungan Kelompok Tani
dijadikan sebagai fondasi dalam Lembang Agri memiliki anggota kelompok
pembangunannya. Salah satu subsektor tani sekitar 9 kelompok tani.
pertanian yang memiliki peranan penting Gabungan Kelompok Tani Lembang Agri
dalam menunjang pembangunan dan mengalami kendala dalam memenuhi
perekonomian nasional adalah subsektor kebutuhan buncis di pasar karena produksinya
hortikultura. Hal ini didukung oleh masih rendah. Bahwa dalam memenuhi
karakteristik lahan dan agroklimat serta permintaan pasar masih mengambil buncis
sebaran wilayah yang luas memungkinkan dari petani-petani di sekitar Lembang. Buncis
wilayah Indonesia sebagai daerah yang sangat yang dihasilkan petani dari Gabungan
berpotensial untuk mengembangkan Kelompok Tani (Gapoktan) masih belum bisa
komoditas hortikultura.Peningkatan produksi memenuhi permintaan pasar. Keterbatasan
buncis di Indonesia harus dilakukan secara kemampuan petani mengolah tanaman buncis
intensif agar dapat memenuhi kebutuhan gizi sehingga berdampak pada hasil produksi yang
dan konsumsi bagi masyarakat. Hal tersebut menurun.
dapat diwujudkan dengan teknik budidaya Menurut Yusuf et al. (2014) bahwa
yang tepat, melalui pengaturan populasi produksi dan produktivitas tidak lepas dari
tanaman dan pemilihan varietas yang sesuai faktor-faktor produksi yang dimiliki petani
dengan lingkungan agar hasilnya optimal untuk meningkatkan produksi hasil panennya.
(Fajriah et al, 2018). Banyak faktor yang mempengaruhi produksi
Produksi buncis di Indonesia mengalami antara lain lahan, tenaga kerja, modal, pupuk,
kenaikan dari tahun ke tahun antara lain pada pestisida, bibit dan teknologi (Rahim dan
tahun 2016 produksi sebesar 275. 152 ton dan Hastuti, 2007). Keberhasilan usahatani tidak
pada tahun 2017 sebesar 279.041 ton (BPS, hanya dilihat dari segi tingginya produksi
2018). Berdasarkan luas panen buncis di yang dihasilkan, tetapi efisien tidaknya
Indonesia, provinsi Jawa Barat merupakan penggunaan faktor produksi usahatani
provinsi penghasil buncis tertinggi (BPS tersebut. Kegiatan usahatani dapat
Tanaman Sayuran dan Semusim, 2018). meningkatkan produksi apabila produsen
Daerah Jawa Barat yang memiliki potensi dapat mengelola faktor-faktor produksi secara
cukup besar dalam pengembangan sayuran efisien. Sehingga tidak hanya produktivitas
buncis adalah Kabupaten Bandung Barat. yang meningkat tetapi juga keuntungan dapat
Budidaya buncis di Kabupaten Bandung dihasilkan secara maksimal (Purwanto, 2009).
Barat berkembang cukup baik karena Tujuan dari penelitian ini adalah
didukung oleh tersedianya lahan subur 1) menganalisis faktor-faktor produksi (luas
dengan ketinggian yang bervariasi serta lahan, tenaga kerja, modal, pupuk, pestisida
adanya sarana dan prasarana yang dan benih) terhadap jumlah produksi buncis
mendukung dalam peningkatan pengetahuan di Gabungan Kelompok Tani Lembang Agri
dalam budidaya sayuran buncis seperti Balai Kabupaten Bandung Barat, 2) mengetahui
Penelitian Sayuran. faktor yang paling berpengaruh terhadap
Salah satu kelompok yang yang berada produksi buncis di Gabungan Kelompok Tani
di Kabupaten Bandung Barat yang Lembang Agri Kabupaten Bandung Barat.
memproduksi buncis adalah Gabungan
Kelompok Tani Lembang Agri. Gabungan METODE PENELITIAN
Kelompok Tani Lembang Agri merupakan
kelompok yang menaungi dan membina Penelitian ini menggunakan metode

166 Jurnal Agrisocionomics 3(2):165-173, November 2019


survei. Penelitian dilaksanakan di Gabungan Pertanian, dan media informasi lainnya yang
Kelompok Tani Lembang Agri yang memiliki berhubungan dengan penelitian.
lokasi usahatani di Desa Cikidang Kecamatan Metode analisis data yang digunakan
Lembang Kabupaten Bandung Barat. dalam penelitian ini menggunakan persamaan
Pemelihan tempat penelitian dilakukan secara regresi dengan model fungsi produksi Cobb-
sengaja atau purposive sampling berdasarkan Douglas dan uji penyimpangan terhadap
pertimbangan tertentu. Penelitian ini secara asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji
sengaja memilih Kecamatan Lembang heteroskedastisitas, dan uji multikolinearitas.
sebagai lokasi penelitian karena kondisi Semua pengujian tersebut dilakukan
sumber daya alam cocok untuk budidaya menggunakan bantuan software SPSS.
buncis. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Populasi yang digunakan adalah seluruh produksi buncis dianalisis dengan model
anggota kelompok tani yang tergabung pada fungsi produksi Cobb-Douglas dengan model
Gabungan Kelompok Tani Lembang Agri persamaan :
Kabupaten Bandung Barat. Jumlah populasi
Ln Y = ln b0 + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln
pada Gabungan Kelompok Tani Lembang
X3 + b4 Ln X4 + b5 Ln X5 + b6 Ln X6 + ε
Agri yaitu 185 orang. Berdasarkan rumus
slovin maka ukuran sampel yang digunakan Keterangan:
sebagai berikut : Y : Produksi buncis (kg)
bo : Konstanta
b1-6 : Koefisien arah regresi masing-masing
produksi X1....X6
X1 : Lahan(ha)
X2 : Jumlah tenaga kerja (HOK)
X3 : Modal (Rp)
n = 65 X4 : Pupuk (kg)
Keterangan : X5 : Pestisida (kg)
X6 : Benih (kg)
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi ε : error
α = standar error yang digunakan 10% Persamaan yang telah diperoleh
Hasil perhitungan sampel menggunakan dilanjutkan dengan uji statistik yang terdiri
rumus slovin didapatkan sebanyak 65 dari uji koefisien determinansi, uji simultan F
responden. Dilihat dari sumber datanya, dan uji parsial T.
pengumpulan data dapat menggunakan
sumber primer dan sumber sekunder. Sumber HASIL DAN PEMBAHASAN
primer adalah sumber data yang memberi
data lansung kepada pengumpul data Keadaan Umum Daerah Penelitian
sedangkan data sekunder adalah sumber yang Desa Cikidang merupakan salah satu
tidak langsung memberikan data desa yang terdapat di Kecamatan Lembang
kepengumpul data (Sugiyono, 2012). Data Kabupaten Bandung Barat. Luas wilayah
primer dari penelitian ini diperoleh dari hasil Desa Cikidang yaitu 532,861 Ha dan 113 Ha
pengamatan, pengisian kuesioner dan hasil diantaranya digunakan sebagai lahan
wawancara langsung kepada petani di pertanian. Wilayah Desa Cikidang terdiri 4
Gabungan Kelompok Tani Lembang Agri dusun yaitu Kampung Pengkolan, Kampung
Kabupaten Bandung Barat. Sedangkan data Cireyod, Kampung Cikareumbi dan Kampung
sekunder diperoleh dari dari jurnal, penelitian Sadang. Desa Cikidang terdiri dari 11 RW
terdahulu yang terkait, publikasi dari Badan dan 48 RT.
Pusat Statistik, Kementrian Pertanian, Dinas Berdasarkan keadaan topografinya, Desa
Cikidang merupakan wilayah Desa Cikidang

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Buncis (Deviani et al.) 167
berada pada 1.312 -2.084 m dpl dengan tahun sebanyak 37 orang dan berusia 50-64
keadaan curah hujan rata-rata 20 mm/ serta sebanyak 24 orang. Petani responden
suhu rata-rata antara 14oC – 25oC dengan menunjukan kisaran dalam usia produktif.
kelembaban udara rata-rata 74-82% per Berdasarkan hasil penelitian, umur petani
tahun. Hal Tersebut sesuai dengan syarat merupakan salah satu faktor yang akan
tumbuh tanaman buncis menurut Pusat mempengaruhi tingkat produksi buncis. Para
Penelitian dan Pengembangan Hortikultura petani yang berada pada umur produktif yang
bahwa tanaman buncis dapat tumbuh memiliki kondisi yang optimal untuk
optimum pada suhu 20-25oC di ketinggian meningkat hasil produksi.
1000-1500 m dpl, sehingga Desa Cikidang Pendidikan merupakan salah satu faktor
sangat cocok dijadikan wilayah pertanian. pembentukan pola pikir seseorang dalam
menyikapi perubahan keadaan masyarakat.
Karateristik Responden Tingkat pendidikan yang ditempuh seseorang
Gambaran umum karateristik responden berpengaruh terhadap kemampuan berfikir
petani di Gabungan Kelompok Tani Lembang dan perkembangan wawasan seseorang.
Agri dikelompokan berdasarkan umur, tingkat Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, dan semakin besar kemampuannya untuk
pengalaman usahatani. Berdasarkan Tabel 1. mengadopsi inovasi (Kalauw et al, 2015).
bahwa petani responden yang berusia 30-49 Berdasarkan hasil penelitian, bahwa petani
responden mayoritas tingkat pendidikannya
adalah lulusan sekolah dasar (SD) sebanyak
Tabel 1. Identitas Responden 55 orang dengan persentase 85%.
Jumlah tanggungan keluarga petani
No. Karateristik Jumlah Persentase tertinggi yaitu berjumlah 1-2 orang sebanyak
Responden (orang) (%) 41 orang atau sebesar 63%. Semakin banyak
1. Umur (Thn) jumlah anggota keluarga maka semakin tinggi
30-49 37 57 peluang menjadi sumber tenaga kerja dalam
50-64 24 37 keluarga. Namun Menurut Asih (2009) bahwa
>65 4 6 jumlah anggota keluarga merupakan tenaga
Jumlah 65 100 kerja maka semakin tinggi pula biaya yang
2. Tingkat harus dikeluarkan untuk konsumsi dan
Pendidikan semakin kecil dana yang dapat dialokasikan
SD 55 85 untuk biaya usahatani.
SMP 6 9 Jumlah petani responden yang memiliki
SMA 4 6 pengalaman berusahatani 10-20 tahun
Jumlah 65 100 sebanyak 27 orang atau sebesar 42%.
3. Jumlah Pengalaman usahatani sangat mempengaruhi
tanggungan petani dalam menjalankan usahatani. Semakin
0 6 9 lama seseorang melakukan usahatani, maka
1-2 41 63 semakin berkembang pula keterampilan yang
3-4 17 26 dimilikinya. Dapat disimpulkan bahwa
5-6 1 2 usahatani buncis di Desa Cikidang merupakan
Jumlah 65 100 usahatani sejak dulu dikembangkan dan
dibudidayakan oleh masyarakat.
4. Lama Bertani
Modal dalam usahatani didefinisikan
<10 13 20
sebagai bentuk kekayaan, baik berupa uang
10-20 27 42
atau barang yang digunakan untuk
>20 25 32
menghasilkan sesuatu baik secara langsung
Jumlah 65 100
maupun tidak langsung dalam suatu proses
Sumber : Analisis Data Primer, 2019

168 Jurnal Agrisocionomics 3(2):165-173, November 2019


produksi (Soekartawi, 2003). Dalam Berdasarkan hasil uji asumsi klasik yaitu
usahatani buncis berdasarkan penelitian, uji normalitas, uji heterokedastisitas dan uji
bahwa petani rata-rata menggunakan modal multikolinearitas. Uji normalitas dilakukan
sendiri. Rata-rata modal yang dikeluarkan dengan one sample Kolmogorov-Smirnov Test
petani untuk usahatani buncis adalah sekitar diperoleh nilai Asymp. Sig sebesar 0,200 >
Rp. 6.000.000 dalam satu kali musim tanam. 0,05 sehingga data yang diuji berdistribusi
Fungsi produksi yang digunakan untuk normal. Menurut Ghozali (2011), uji
melihat faktor-faktor yang mempengaruhi heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji
usahatani buncis adalah fungsi Cobb- apakah dalam model regresi terdapat
Douglass dengan variabel terikat yaitu ketidaksamaan varians dari residual satu
produksi buncis (Y) dan variabel bebas yaitu pengamatan ke pengamatan lain.Uji
luas lahan (X1), tenaga kerja (X2), modal (X3), heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat
pupuk (X4), pestisida (X5), dan benih (X6). pola sebaran titik-titik pada diagram
Berdasarkan perhitungan data menggunakan scatterplot (Priyatno, 2009). Berdasarkan
Tabel 2. Hasil Uji Signifikansi Koefisien Ilustrasi 1. bahwa bahwa titik-titik menyebar
Faktor-faktor Produksi Usahatani Buncis dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi gejala heteroskedastisitas. Hasil uji
Variabel Koefisien t-hitung p-value multikolinearitas bahwa data tidak mengalami
Regresi gejala multikolinearitas karena VIF semua
Konstanta 1,801 4,890 0,000
Lahan 0,076 1,347 0,183
(X1)
Tenaga -0,139 -1,248 0,217
kerja (X2)
Modal 0,161 3,082 0,003**
(X3)
Pupuk 0,053 1,031 0,307
(X4)
Pestisida -0,290 -3,968 0,000**
(X5)
Benih 0,957 11,940 0,000**
(X6)
F hitung 0,000 Ilustrasi 1. Diagram Scatterplot
= 46,138 Sumber: Data diolah Primer, 2019
R2= 0,837 variabel kurang dari 10. Nilai VIF X1 hingga
Sumber : Analisis Data Primer, 2019. X6 secara berturut-turut adalah 2,918, 1,537,
Keterangan: **: signifikansi pada taraf 95% 1,382, 1,217, 1,713, dan 1,913. Menurut
Gujarati (2003) menyatakan bahwa uji
aplikasi SPSS versi 24 didapatkan hasil multikolinearitas dapat dilihat dari output
seperti terlihat pada Tabel 2. coliniearity statistic. Jika nilai VIF <10 maka
Tabel 2. menujukkan bahwa model tidak terjadi multikolinearitas.
fungsi produksi buncis diperoleh persamaan Berdasarkan hasil analisis uji koefisien
sebagai berikut : determinansi (R2) diperoleh nilai R2 sebesar
LnY = 1,801 + 0,076 LnX1 – 0,139 LnX2 + 0,837. Hal ini berarti variasi produksi buncis
0,161 LnX3 + 0,053 LnX4 – 0,290 dapat diterangkan oleh variasi faktor-faktor
LnX5 + 0,957 LnX6 + ε produksi sebesar 83,7%. Hal ini berarti bahwa
kemampuan variabel bebas yang dimasukan

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Buncis (Deviani et al.) 169
dalam model fungsi produksi yaitu lahan, memproduksi buncis pun semakin besar.
tenaga kerja, modal, pupuk, pestisida dan Padahal, petani memiliki modal yang terbatas
benih mempunyai pengaruh yang cukup besar sehingga hal ini sangat sulit dilakukan oleh
terhadap peningkatan produksi buncis petani.
sedangkan sisanya sebesar 16,3% dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain seperti kondisi alam, Tenaga Kerja (X2)
hama dan penyakit serta variabel lain yang Hasil analisis uji parsial yang telah
tidak dimasukan ke dalam model ini. dilakukan bahwa nilai koefisien tenaga kerja
Berdasarkan hasil analisis uji F diperoleh yaitu sebesar -0,319. Nilai koefisien tersebut
nilai F hitung sebesar 46,183 dan nilai menunjukkan bahwa antara produksi buncis
signifikan sebesar 0,000, dengan tingkat dan tenaga kerja memiliki hubungan yang
signifikansi yang digunakan sebesar 0,05 negatif atau tidak searah. Bahwa setiap
sehingga penggunaan faktor produksi luas peningkatan tenaga kerja sebesar 1% dengan
lahan, tenaga kerja, modal, pupuk, pestisida menganggap faktor lain tetap (cateris
dan bibit secara bersama-sama berpangaruh paribus) maka akan diikuti penurunan jumlah
nyata terhadap produksi buncis. Berdasarkan produksi buncis sebesar 0,319%. Berdasarkan
hasil analisis uji t dapat diketahui bahwa hasil pendugaan parameter variabel tenaga
secara parsial bahwa modal, pestisida dan kerja memiliki p-value sebesar 0,217 dengan
benih berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap tingkat sigbifikansi 0,005, hal ini menunjukan
produksi buncis sedangkan luas lahan, tenaga bahwa tenaga kerja tidak berpengaruh nyata
kerja dan pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap produksi buncis. Berdasarkan
(p>0,05) terhadap produksi buncis. informasi yang didapat dari hasil wawancara
dengan petani, bahwa penggunaan tenaga
Luas Lahan (X1) kerja dalam produksi buncis di Gabungan
Hasil analisis uji parsial yang telah Kelompok Tani Lembang Agri paling banyak
dilakukan bahwa nilai koefisien luas lahan menggunakan tenaga kerja dalam keluarga.
yaitu sebesar 0,076. Nilai koefisien tersebut Tenaga kerja sangat dibutuhkan dalam setiap
menunjukkan bahwa antara produksi buncis kegiatan budidaya buncis mulai dari
dan lahan memiliki hubungan yang positif pengolahan lahan sampai panen tetapi petani
atau searah. Bahwa setiap peningkatan luas yang menjadi responden hanya membutuhkan
lahan sebesar 1% dengan menganggap faktor tenaga kerja luar keluarga pada saat panen
lain tetap (cateris paribus) maka akan saja karena proses pemanenan dilakukan 2
mengalami peningkatan jumlah produksi minggu sekali dimana setiap panen
buncis sebesar 0,076%. Berdasarkan hasil menghasilkan 1 kuintal sehingga dibutuhkan
pendugaan parameter variabel lahan memiliki tenaga kerja luar keluarga untuk membantu
p-value sebesar 0,076 dengan tingkat proses pemanenan. Menurut Neonbota (2016)
signifikansi 0,05, hal ini menunjukkan bahwa bahwa penggunaan tenaga kerja tentunya
luas lahan tidak berpengaruh nyata terhadap harus cermat dan benar-benar diperhitungkan.
produksi buncis. Menurut Rasmikayati et al. Hal ini dapat dilihat bahwa tenaga kerja tidak
(2019) bahwa status kepemilikan lahan tidak berpengaruh terhadap peningkatan produksi
hanya mempengaruhi luas lahan tetapi buncis.
mempengaruhi pendapataan. Berdasarkan
hasil penelitian, bahwa luas lahan yang Modal (X3)
dimiliki petani rata-rata masuk kategori lahan Modal yang dimaksud dalam penelitian
skala kecil. Apabila dilakukan penambahan ini berupa biaya yang dikeluarkan dalam
luas lahan untuk meningkatkan produksi memenuhi faktor-faktor produksi dalam
buncis bagi petani tidak mudah karena usahatani buncis. Rata-rata besar modal yang
semakin besar luas lahan yang dimiliki petani dikeluarkan petani dalam usahatani buncis
maka modal yang dikeluarkan untuk sekitar Rp 6.000.000 dalam satu kali musim

170 Jurnal Agrisocionomics 3(2):165-173, November 2019


tanam. Hasil analisis uji parsial yang telah sebanyak 50 kg/Ha. Berdasarkan petunjuk
dilakukan bahwa nilai koefisien modal yaitu teknis budidaya buncis yang dikeluarkan oleh
sebesar 0,161. Nilai koefisien tersebut Litbang Pertanian Tahun 2013, bahwa
menunjukkan bahwa antara produksi buncis penggunaan pupuk pada budidaya buncis
dan modal memiliki hubungan yang positif yaitu pupuk kandang sekitar 15 ton/Ha dan
atau searah. Bahwa setiap peningkatan modal pupuk NPK sebanyak 300 kg/Ha. Pupuk
sebesar 1% dengan menganggap faktor lain kandang yang mengandung unsur hara yang
tetap (cateris paribus) maka akan mengalami tinggi adalah kotoran ayam. Kandungan unsur
peningkatan jumlah produksi buncis sebesar hara pupuk kandang ayam tiga kali lebih
0,161%. Berdasarkan hasil pendugaan besar dari hewan ternak lainnya (Musnamar,
parameter variabel modal memiliki p-value 2003). Hal ini sesuai dengan pendapat
sebesar 0,003 dengan tingkat signifikansi Saputra et al. (2018) menyatakan bahwa
0,05, hal ini menunjukkan bahwa modal pemberian pupuk organik / ppuk kandang
berpengaruh nyata terhadap produksi buncis. dalam jumlah yang banyak tidak akan
Berdasarkan hasil penelitian, bahwa membawa dampak negatif bagi tanaman,
penggunaan modal pada petani dalam karena pupuk organik menyuplai unsur hara
produksi buncis rata-rata menggunakan secara perlahan dan kontinu. Dapat dilihat
modal sendiri dan dalam budidaya buncis pun bahwa petani dalam penggunaan pupuk tidak
tidak memerlukan modal yang besar karena sesuai petunjuk karena untuk menghemat
tanaman buncis sangat kuat akan perubahan biaya yang dikeluarkan dalam penggunaan
cuaca sehingga pestisida yang digunakan pun pupuk.
sedikit dan juga perawatan pada buncis tidak
terlalu susah. Hal ini dapat dilihat bahwa Pestisida (X5)
dalam penggunaan modal seefisien akan Hasil analisis uji parsial yang telah
berpengaruh terhadap peningkatan produksi dilakukan bahwa nilai koefisien pestisida
buncis. yaitu sebesar -0,290. Nilai koefisien tersebut
menunjukan bahwa antara produksi buncis
Pupuk (X4) dan pestisida memiliki hubungan yang negatif
Hasil analisis uji parsial yang telah atau tidak searah. Bahwa setiap peningkatan
dilakukan bahwa nilai koefisien pupuk yaitu pestisida sebesar 1% dengan menganggap
sebesar 0,053. Nilai koefisien tersebut faktor lain tetap (cateris paribus) maka
menunjukan bahwa antara produksi buncis produksi buncis akan mengalami penurunan
dan pupuk memiliki hubungan yang positif sebesar 0,290%. Berdasarkan hasil pendugaan
atau searah. Bahwa setiap peningkatan pupuk parameter variabel pestisida memiliki p-value
sebesar 1% dengan menganggap faktor lain sebesar 0,000 dengan tingkat signifikansi
tetap (cateris paribus) maka akan mengalami 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pestisida
peningkatan jumlah produksi buncis sebesar berpengaruh nyata terhadap produksi buncis.
0,053%. Berdasarkan hasil pendugaan Hama dan penyakit merupakan salah satu
parameter variabel lahan memiliki p-value faktor yang menghambat peningkatan
sebesar 0,307 dengan tingkat signifikansi produksi buncis. Berdasarkan informasi dari
0,05, hal ini menunjukkan bahwa pupuk tidak hasil wawancara dengan petani, bahwa
berpengaruh nyata terhadap produksi buncis. penggunan pestisida dilakukan saat tanaman
Berdasarkan informasi yang didapat dari hasil buncis sudah terlihat ada yg terserang hama
wawancara, bahwa rata-rara petani dan penyakit. Menurut Litbang Pertanian
menggunakan pupuk kandang dan pupuk tahun 2013 bahwa dalam penggunaan
NPK untuk produksi buncis. Penggunaan pestisida harus tepat pemilihan jenis, dosis,
pupuk kandang, rata-rata petani dalam 1 Ha dan waktu aplikasinya. Hal ini sesuai dengan
per musim tanam yaitu sebanyak 8.000 kg pendapat Susanti (2018) menyatakan bahwa
atau 8 ton dan penggunaan pupuk NPK penggunaan pestisida dapat bermanfaat untuk

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Buncis (Deviani et al.) 171
meningkatkan produksi pertanian apabila pupuk untuk memaksimalkan hasil produksi
digunakan dengan dosis yang tepat dan yang dihasilkan waktu panen sehingga dapat
dikelola dengan baik akan menimbulkan meningkatkan produksi buncis. Bantuan dari
dampak yang positif. pemerintah berupa modal dan penyediaan
sarana produksi untuk meningkatkan produksi
Benih (X6) usahatani masih sangat dibutuhkan.
Hasil analisis uji parsial yang telah
dilakukan bahwa nilai koefisien benih yaitu DAFTAR PUSTAKA
sebesar 0,957. Nilai koefisien tersebut
menunjukkan bahwa antara produksi buncis Asih, D. N. 2009. Analisis karateristik dan
dan benih memiliki hubungan yang negatif tingkat pendapatan usahatani bawang
atau tidak searah. Bahwa setiap peningkatan merah di Sulawesi Tengah. J. Agroland.
benih sebesar 1% dengan menganggap faktor 16(1) : 53-59.
lain tetap (cateris paribus) maka akan Badan Pusat Statistika. 2018. Tanaman
mengalami penurunan jumlah produksi Sayuran dan Buah-buahan Semusim.
buncis sebesar 0,957 %. Berdasarkan hasil [Diakses pada 3 Agustus 2019].
pendugaan parameter variabel lahan memiliki
p-value sebesar 0,000 dengan tingkat Badan Pusat Statistika. 2018. Produk
signifikansi 0,05, hal ini menunjukan bahwa Domestik Bruto Indonesia Triwulan
benih berpengaruh nyata terhadap produksi 2014-2018. [Diakses pada 3 Agustus
buncis. Berdasarkan hasil wawancara, petani 2019].
menggunakan benih varietas logawa. Logawa Fajriah, A. C., G. Haryono, dan Historiawati.
merupakan buncis tipe polong hijau dengan 2018. Respon jumlah tanaman per lubang
warna biji putih dimana cocok untuk ditanam terhadap hasil varietas buncis (Phaseolus
di dataran menengah-tinggi. Dalam vulgaris, L.) tipe tegak. J. Ilmu Pertanian
penanaman benih buncis, tiap lubang tanam Tropika dan Subtropika. 3(2) : 36-39.
dapat diisi 2-3 butir benih (Setianingsih dan
Kherudin, 1993). Kondisi di lapangan, petani Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivari-
sudah melakukan sesuai dengan panduan ate dengan program IBM SPSS 19.
yang ada yaitu setiap lubang tanam diisi Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
dengan 2-3 butir benih. Hal ini dapat dilihat Semarang.
bahwa dalam penggunaan benih yang sesuai Gujarati, D. 2003. Ekonometri Dasar.
anjuran akan berpengaruh nyata pada Erlangga, Jakarta.
peningkatan produksi buncis.
Kalauw, S. H. S., N. R Timisela, dan M. T. F.
SIMPULAN DAN SARAN Tuhumury. 2015. Analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi produksi sayuran
Faktor produksi luas lahan, tenaga kerja, buncis (Phaseolus vulgaris L.) di Dusun
modal, pupuk, pestisida dan benih secara Telaga Kodok Kabupaten Maluku
bersama-sama berpengaruh nyata terhadap Tengah. J. Agrilan. 3(2) : 140-156.
produksi buncis dengan koefisien Musnamar, E. I. 2003. Pupuk Organik: Cair
determinansi sebesar 0,837. Secara parsial, dan Padat, Pembuatan, Aplikasi. Penebar
modal, pestisida dan benih berpengaruh nyata Swadaya, Jakarta.
terhadap produksi buncis sedangkan luas
Neonbota, S. L. dan S. J. Kune. 2016. Faktor-
lahan, tenaga kerja dan pupuk tidak
faktor yang mempengaruhi usahatani
berpengaruh nyata terhadap produksi buncis.
padi sawah di Desa Haekto Kecamatan
Berdasarkan hasil penelitian saran yang
Noemuti Timur. J. Agribisnis Lahan
dapat diberikan adalah penggunaan faktor
Kering. 1(3) : 32-35.
produksi pupuk ditambah karena penggunaan

172 Jurnal Agrisocionomics 3(2):165-173, November 2019


Priyatno, D. 2009. Mandiri Belajar SPSS. kelapa sawit dan NPK. J. Agroista. 2(2) :
Mediakom, Yogyakarta. 151-161.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Setianingsih, T. dan Khaerudin. 1993.
Hortikultura. 2013. http://hortikultura.lit Pembudiyaan Buncis Tipe Tegak dan
bang.pertanian.go.id/teknologi-detail- Merambat. PT Penebar Swadaya, Jakarta.
46.html [Diakses pada 4 Agustus 2019] Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi
Purwanto, T. 2009. Analisis Faktor-Faktor Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi
yang Memengaruhi Impor Kacang Cobb-Douglas. PT. Raja Grafindo
Kedelai Nasional Periode 1987-2007 Persada, Jakarta.
Skripsi. Program Sarjana Institut Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Pertanian Bogor, Bogor. Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta,
Rahim, A. dan D. R. W. Hastuti. 2007. Bandung.
Ekonomi Pertanian. Penebar Swadaya, Susanti H., K. Budiraharjo dan M.
Jakarta. Handayani. 2018. Analisis pengaruh
Rasmikayati, E., E. A. Elfandina, dan B. R. faktor-faktor produksi terhadap produksi
Saefudin. 2019. Characteristic of mango usahatani bawang merah di Kecamatan
farmers and factor associated with their Wanasari Kabupaten Brebes. J.
land tenure area. International Journal of Agrisocionomics. 2(1) : 23-30.
Scientific and Research Publication Yusuf, H., Hasnudi, dan Y. Lubis. 2014.
(IJSRP). 9(9) : 758-765. Analisis faktor-faktor yang mempenga-
Saputra, M. Y., H. G. Marwandha, dan T. ruhi produksi jagung di Kabupaten Aceh
Swandari. 2018. Pertumbuhan dan Tenggara. J. Agrica. 7(2) : 65-73.
produksi buncis (Phaseolus vulgaris L.)
dengan pemberian pupuk tandan kosong

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Buncis (Deviani et al.) 173

Anda mungkin juga menyukai