Anda di halaman 1dari 3

Resume Kuliah Umum Pengantar Hukum Benda

Nama : Olivia Cherie Comeito


NIM : 032111133069
Kelas : A-2

Oleh : Prof. Dr. Y. Sogar Simamora, S.H., M.Hum.


25 April 2022

BW terdiri atas 4 buku, tentang benda diatur di buku dua, terkait dengan buku dua
banyak perkembangan. Di buku dua juga mengatur tentang hipotik yang objeknya
merupakan tanah. Ketentuan tentang hipotik yg objeknya selain tanah tetap berlaku
(Lembaga jaminan yang hipotik, yang objeknya merupakan bangunan). Pembagian
hukum perdata menurut ilmu pengetahuan yaitu hukum perorangan
(pribadi/personenrecht), hukum keluarga (familierecht), hukum harta kekayaan
(vermogensrecht), dan hukum waris (erfrecht). Lalu sistematika hukum perdata menurut
BW adalah buku I mengatur tentang orang (van personen), buku II tentang benda (van
zaken), buku III tentang perikatan (van verbintenis), dan buku IV tentang pembuktian
dan daluwarsa. Jadi BW ini berlaku positif, sehingga masih berlaku di Indonesia. Pasal
66 uu no 1 tahun 1974 (diberlakukan unifikasi). Sistematika di buku dua dimulai dari
pasal 499 sampai 1232, walaupun beberapa ketentuan sudah tidak berlaku. Yang diatur
di dalamnya adalah tentang kebendaan dan hak kebendaan pada umumnya, hak
kebendaan yang memberikan kenikmatan, kewarisan, piutang-piutang yang
diistimewakan, dan hak kebendaan yang memberikan jaminan. Hukum harta kekayaan
(vermogensrecht) adalah suatu bidang hukum yang berkaitan dengan segala sesuatu
yang dapat dinilai dengan uang (obyek dari hukum perikatan) sehingga jika
membicarakan tentang hukum perikatan maka obyeknya adalah benda (saling
berhubungan). Di dalam literatur dikatakan bahwa hukum benda sifatnya tertutup,
maksudnya adalah menyangkut jenis hak kebendaan yang diatur di dalam undang-
undang tersebut. Sifatnya dwingend recht (harus dipatuhi, tidak boleh disimpangi,
memaksa), dan para pihak tidak diperbolehkan menyimpang dari ketentuan buku dua.
Pasal pertama buku II (pasal 499 memberi Batasan atau definisi tentang “benda”).
Sedangkan tentang perikatan bersifat terbuka artinya sangat dimungkinkan lahirnya
jenis-jenis perjanjian baru diluar jenis-jenis perjanjian yang diatur di dalam BW.
Bersifat aanvullend recht (melengkapi, jadi bisa disimpangi) karena berisi tentang
kebebasan berkontrak sesuai dengan pasal 1338 (1). Para pihak bebas menentukan
sendiri mengenai format dan substansi kontrak yang mereka buat. Pasal-pasal buku III
tidak memberikan Batasan atau definisi tentang “perikatan”. Perikatan sumbernya ada
dua yaitu undang-undang dan perjanjian (kontrak pasal 1338). Eksistensi BW saat ini
adalah BW bukan UU hukum perdata yang berlaku menyeluruh, karena beberapa
ketentuan sudah tidak berlaku lagi, terdapat perundang-undangan nasional yang
menggantikannya (sampai pada hari ini belum ada), tetapi ada regulasi-regulasi sampai
saat ini yang mengubah BW. Dikesampingkan atau mati oleh putusan pengadilan
(yurisprudensi). Pertama ada kekosongan lalu kaidah-kaidah tersebut diisi oleh
yurisprudensi. Undang-undang yang menyatakan beberapa ketentuan buku II BW tidak
berlaku, berlaku sebagian, misalnya pada UU No. 5 Tahun 1960 tentang peraturan dasar
pokok-pokok agraria (UUPA), dan UU No. 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan.
Menurut pasal 499 BW, tentang Benda (zaak), yang dinamakan kebendaan adalah tiap
tiap barang dan tiap tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik. Jadi segala sesuatu
yang dapat dijadikan objek hak milik. Objek perjanjian tidak senantiasa berupa barang
tetapi bisa berupa jasa.

Macam-macam jenis benda yang pertama adalah


1. Benda berwujud (bertubuh) dan benda tidak berwujud (tidak bertubuh) yang
diatur di dalam pasal 503 BW.
Ada benda yang tidak bertubuh, contohnya hak (hak cipta/copyright).
2. Benda bergerak dan benda tidak bergerak yang diatur di dalam pasal 504 BW
(diprioritaskan).
3. Benda habis pakai dan benda tidak habis pakai yang diatur di dalam pasal 505
BW.
Benda habis pakai artinya benda tersebut habis jika dipakai (uang, bahan bakar).
Kalau pakaian adalah barang yang habis pakai, mungkin bajunya masih ada,
tetapi secara fungsional ia sudah tidak dapat digunakan lagi.
4. Benda yang sudah ada dan benda yang akan ada yang diatur di dalam pasal 1131
dan 1134 BW.
Benda yang baru akan ada (ada yang bersifat relative dan ada yang bersifat
mutlak) misalnya jika kita mempunyai ladang dan ditanami padi,
barangnya/padinya baru akan ada nanti saat panen. Barang yang sudah ada
artinya yang sekarang sudah ada. Benda yang baru akan ada ini identic dengan
piutang.
5. Benda dapat dibagi dan benda tidak dapat dibagi yang diatur di dalam pasal
1163 dan 1296 BW.
Benda yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi (uang, minyak) tetapi jika satu
ekor kerbau yang dijadikan objek perjanjian maka tidak dapat dibagi dalam
perdagangan (benda yang dapat dijadikan objek perdagangan atau bisnis) dan
diluar perdagangan.
6. Benda dalam perdagangan dan benda diluar perdagangan yang diatur di dalam
pasal 1332 BW.
Benda dalam perdagangan ini semua dapat diperdagangkan kecuali contohnya
pada jaman dahulu, kuburan tidak dapat diperdagangkan. Tetapi pada jaman
sekarang sudah mulai tergerus. Manusia tidak termasuk karena manusia bukan
benda (organ-organ tubuh juga tidak dapat diperdagangkan kecuali secara
khusus diberikan pengecualian, contohnya donor mata).
7. Benda yang dapat diganti dan benda yang tidak dapat diganti yang diatur di
dalam pasal 1694 BW.
Benda yang dapat diganti contohnya uang dan benda yang tidak dapat diganti
contohnya adalah seekor kuda.

Yang diprioritaskan adalah nomor 2, benda bergerak dan benda tidak bergerak.

Perkembangan pembagian benda terbaru adalah benda terdaftar/Registeren Goederen


(tanah, mobil, sepeda motor) jadi ada daftar yang disediakan untuk itu, dan benda tidak
terdaftar/Niet Registeren Goederen (walaupun perkembangan ini tidak tercantum di BW
tetapi dapat ditemukan di kehidupan sekarang). Dalam azas pemisahan benda, BW
menganut pemisahan vertical (vertical cessie) jadi pemilik tanah sekaligus pemilik
bangunannya, kalau hukum adat ada pembedaan antara tanah dan bukan tanah
menganut pemisahan horizontal (horiontale scheiding) jadi bisa terpisah antara pemilik
tanah dengan pemilik gedung atau bangunan yang ada diatasnya.

Selanjutnya merupakan Benda bergerak dan benda tidak bergerak. Pengertian benda
bergerak terbelah dua, ada benda bergerak karena sifatnya (pasal 509 BW) contohnya di
pasal 510 BW, dan karena ketentuan undang-undang (pasal 511 BW). Jadi ada benda
bergerak karena sifatnya dan karena yang sudah ditentukan oleh undang-undang. Benda
tidak bergerak karena sifatnya ada di dalam pasal 506 BW contohnya seperti tanah dan
bangunan diatas juga dibawahnya, yang tertancap dan melekat. Selagi buah belum
dipetik dan masih bergelantungan maka tetap dikategorikan benda tidak bergerak karena
masih satu kesatuan. Benda tidak bergerak karena tujuannya terdapat di pasal 507 BW,
contohnya ada pengusaha yang memiliki pabrik kopi, ke dalam pabrik itu dipasang
mesin penggiling kopi. Pabriknya benda tidak bergerak, sedangkan mesinnya benda
bergerak. Mesin tersebut diimpor dan dipasang sehingga menjadi satu kesatuan dengan
pabriknya. Maka mesin itu yang tadinya merupakan barang bergerak menjadi barang
tidak bergerak. Dan yang terakhir adalah benda tidak bergerak karena begitulah yang
dikatakan oleh undang-undang terdapat di dalam pasal 508 BW, di dalam pasal ini
banyak menyangkut tanah. Pentingnya pembagian benda bergerak dan benda tidak
bergerak adalah ada perbedaan pada levering (penyerahan), ada perbedaan pada bezit
(kedudukan berkuasa), ada perbedaan pada bezwaring (penjaminan), ada perbedaan
pada beslag (sita), dan ada perbedaan pada verjaring (daluwarsa). Pada levering ada
benda bergerak dan benda tidak bergerak, pada benda bergerak umumnya dilakukan
dengan penyerahan nyata, sedangkan pada benda tidak bergerak pada umumnya
dilakukan dengan balik nama.

Anda mungkin juga menyukai