Olivia Cherie Comeito - 032111133069 - A-2 - Resume Kuliah Umum Pengantar Hukum Benda
Olivia Cherie Comeito - 032111133069 - A-2 - Resume Kuliah Umum Pengantar Hukum Benda
BW terdiri atas 4 buku, tentang benda diatur di buku dua, terkait dengan buku dua
banyak perkembangan. Di buku dua juga mengatur tentang hipotik yang objeknya
merupakan tanah. Ketentuan tentang hipotik yg objeknya selain tanah tetap berlaku
(Lembaga jaminan yang hipotik, yang objeknya merupakan bangunan). Pembagian
hukum perdata menurut ilmu pengetahuan yaitu hukum perorangan
(pribadi/personenrecht), hukum keluarga (familierecht), hukum harta kekayaan
(vermogensrecht), dan hukum waris (erfrecht). Lalu sistematika hukum perdata menurut
BW adalah buku I mengatur tentang orang (van personen), buku II tentang benda (van
zaken), buku III tentang perikatan (van verbintenis), dan buku IV tentang pembuktian
dan daluwarsa. Jadi BW ini berlaku positif, sehingga masih berlaku di Indonesia. Pasal
66 uu no 1 tahun 1974 (diberlakukan unifikasi). Sistematika di buku dua dimulai dari
pasal 499 sampai 1232, walaupun beberapa ketentuan sudah tidak berlaku. Yang diatur
di dalamnya adalah tentang kebendaan dan hak kebendaan pada umumnya, hak
kebendaan yang memberikan kenikmatan, kewarisan, piutang-piutang yang
diistimewakan, dan hak kebendaan yang memberikan jaminan. Hukum harta kekayaan
(vermogensrecht) adalah suatu bidang hukum yang berkaitan dengan segala sesuatu
yang dapat dinilai dengan uang (obyek dari hukum perikatan) sehingga jika
membicarakan tentang hukum perikatan maka obyeknya adalah benda (saling
berhubungan). Di dalam literatur dikatakan bahwa hukum benda sifatnya tertutup,
maksudnya adalah menyangkut jenis hak kebendaan yang diatur di dalam undang-
undang tersebut. Sifatnya dwingend recht (harus dipatuhi, tidak boleh disimpangi,
memaksa), dan para pihak tidak diperbolehkan menyimpang dari ketentuan buku dua.
Pasal pertama buku II (pasal 499 memberi Batasan atau definisi tentang “benda”).
Sedangkan tentang perikatan bersifat terbuka artinya sangat dimungkinkan lahirnya
jenis-jenis perjanjian baru diluar jenis-jenis perjanjian yang diatur di dalam BW.
Bersifat aanvullend recht (melengkapi, jadi bisa disimpangi) karena berisi tentang
kebebasan berkontrak sesuai dengan pasal 1338 (1). Para pihak bebas menentukan
sendiri mengenai format dan substansi kontrak yang mereka buat. Pasal-pasal buku III
tidak memberikan Batasan atau definisi tentang “perikatan”. Perikatan sumbernya ada
dua yaitu undang-undang dan perjanjian (kontrak pasal 1338). Eksistensi BW saat ini
adalah BW bukan UU hukum perdata yang berlaku menyeluruh, karena beberapa
ketentuan sudah tidak berlaku lagi, terdapat perundang-undangan nasional yang
menggantikannya (sampai pada hari ini belum ada), tetapi ada regulasi-regulasi sampai
saat ini yang mengubah BW. Dikesampingkan atau mati oleh putusan pengadilan
(yurisprudensi). Pertama ada kekosongan lalu kaidah-kaidah tersebut diisi oleh
yurisprudensi. Undang-undang yang menyatakan beberapa ketentuan buku II BW tidak
berlaku, berlaku sebagian, misalnya pada UU No. 5 Tahun 1960 tentang peraturan dasar
pokok-pokok agraria (UUPA), dan UU No. 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan.
Menurut pasal 499 BW, tentang Benda (zaak), yang dinamakan kebendaan adalah tiap
tiap barang dan tiap tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik. Jadi segala sesuatu
yang dapat dijadikan objek hak milik. Objek perjanjian tidak senantiasa berupa barang
tetapi bisa berupa jasa.
Yang diprioritaskan adalah nomor 2, benda bergerak dan benda tidak bergerak.
Selanjutnya merupakan Benda bergerak dan benda tidak bergerak. Pengertian benda
bergerak terbelah dua, ada benda bergerak karena sifatnya (pasal 509 BW) contohnya di
pasal 510 BW, dan karena ketentuan undang-undang (pasal 511 BW). Jadi ada benda
bergerak karena sifatnya dan karena yang sudah ditentukan oleh undang-undang. Benda
tidak bergerak karena sifatnya ada di dalam pasal 506 BW contohnya seperti tanah dan
bangunan diatas juga dibawahnya, yang tertancap dan melekat. Selagi buah belum
dipetik dan masih bergelantungan maka tetap dikategorikan benda tidak bergerak karena
masih satu kesatuan. Benda tidak bergerak karena tujuannya terdapat di pasal 507 BW,
contohnya ada pengusaha yang memiliki pabrik kopi, ke dalam pabrik itu dipasang
mesin penggiling kopi. Pabriknya benda tidak bergerak, sedangkan mesinnya benda
bergerak. Mesin tersebut diimpor dan dipasang sehingga menjadi satu kesatuan dengan
pabriknya. Maka mesin itu yang tadinya merupakan barang bergerak menjadi barang
tidak bergerak. Dan yang terakhir adalah benda tidak bergerak karena begitulah yang
dikatakan oleh undang-undang terdapat di dalam pasal 508 BW, di dalam pasal ini
banyak menyangkut tanah. Pentingnya pembagian benda bergerak dan benda tidak
bergerak adalah ada perbedaan pada levering (penyerahan), ada perbedaan pada bezit
(kedudukan berkuasa), ada perbedaan pada bezwaring (penjaminan), ada perbedaan
pada beslag (sita), dan ada perbedaan pada verjaring (daluwarsa). Pada levering ada
benda bergerak dan benda tidak bergerak, pada benda bergerak umumnya dilakukan
dengan penyerahan nyata, sedangkan pada benda tidak bergerak pada umumnya
dilakukan dengan balik nama.