4 Teori Belajar Tim SMPN 10 Kota Cirebon
4 Teori Belajar Tim SMPN 10 Kota Cirebon
Pengertian
Teori belajar behaviorisme adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Belajardisebabkan adanya interaksi antara stimulus dengan respon. Dalam belajar, hal yang
terpenting yaitu adanya input (stimulus) dan output (respon). Misalnya, munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Jadi hakikat
dari teori belajar behaviorisme ini adalah teori yang berfokus hubungan stimulus-respon dan
adanya perilaku nyata (Ismail et al., 2019). Menurut (Zulhammi, 2015) teori belajar
behaviorisme adalah teori tentang tingkah laku manusia. Fokus utama dari teori belajar
behaviorisme ini adalah perilaku yang terlihat dan penyebab luar menstimulasinya. Belajar
merupakan perubahan tingkah laku sebagai pengalaman. Belajar menurut teori ini merupakan
akibat adanya interaksi antara rangsangan (stimulus) dan reaksi (respon). Seseorang akan
dianggap telah belajar jika dapat menunjukkan perubahan perilaku. Sedangkan teori belajar
behaviorisme menurut (Putrayasa, 2013) menekankan bahwa dalam belajar yang terpenting
adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respons. Stimulus adalah sesuatu yang
diberikan guru kepada anak, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan anak terhadap
stimulus yang diberikan. Untuk itu, segala sesuatu yang diberikan oleh guru (stimulus) dan
segala sesuatu yang diterima oleh anak (respon) harus dapat diamati dan diukur.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat dipahami bahwa teori belajar behaviorisme memiliki
konsep dasar bahwa belajar merupakan interaksi antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan
(respon). Stimulus ialah rangsangan atau dorongan yang digunakan oleh guru untuk membentuk
tingkah laku, sedangkan respon ialah tanggapan atau kemampuan (pikiran, perasaan, ataupun
tindakan) yang ditunjukkan oleh anak setelah adanya stimulus yang diberikan oleh guru. Teori
ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat
terjadi tidaknya perubahan tingkah laku tersebut
1. Sangat mengutamakan pengaruh dari lingkungan yang digunakan belajar oleh anak didik.
2. Penganut teori ini memiliki pendapat jika hasil pembelajaran hanya berfokus pada
terbentuknya perilaku dari proses.
3. Teori behavioristik lebih mementingkan adanya pembentukan dari reaksi maupun adanya
suatu respons.
4. Dapat dilihat dengan jelas jika teori behavioristik bersifat mekanis, dengan salah satu
contohnya seperti meminta maaf usai melakukan salah.
5. Anggapan bahwa latihan merupakan hal yang penting, dalam proses pembelajaran dan
tak mengherankan jika cara seperti drilling mudah ditemui di kelas.
Implikas
Jika digambarkan, belajar itu seperti bayi yang sedang mencoba untuk berjalan, makan,
duduk, dan lain sebagainya. Secara naluriah bayi akan bisa melakukan aktivitas-aktivitas seperti
itu, tetapi diperlukan manusia lain untuk mengajarkannya agar aktivitas-aktivitas itu dilakukan
dengan baik. Dengan bantuan manusia lain maka bayi akan memaksimalkan kepandaiannya yang
akan bermanfaat bagi kehidupannya di kemudian hari.
Pengertian
Teori konstruktivistik menurut pandangan Piaget yaitu, pengetahuan tidak berasal dari
lingkungan sosial dan lebih menekankan pada aktivitas belajar yang ditentukan oleh
pembelajar dan berorientasi pada penemuan sendiri, akan tetapi bukan berarti interaksi sosial
tidak penting dalam proses pembentukan pengetahuan, interaksi sosial berperan sebagai
stimulus agar terjadinya konflik kognitif internal pada diri individu.
Menurut Abibanyu, konstruktivisme adalah pendekatan belajar yang menilai bahwa jika
seseorang bisa membangun pengetahuan sendiri berdasarkan pengalaman orang lain.
Menurut Alan Pritchard and John Woollard, teori kontruktivistik atau konstruksivisme dalam
proses pembelajaran memandang bahwa pembelajar dikatakan telah belajar apabila mereka
mampu membangun atau mengkonstruk pemahaman mereka sendiri tentang dunia di sekitar
mereka dengan cara mengumpulkan informasi dan menafsirkannya serta mengaitkannya
dengan pengalaman yang telah mereka dapatkan sebelumnya.
Maka dapat disimpulkan bahwa teori konstruktivistik adalah teori yang menitikberatkan
peserta didik secara aktif dalam membangun pemahaman mereka terhadap apa yang telah
mereka pelajari dengan cara mengumpulkan informasi dan menafsirkannya serta
mengaitkannya dengan pengalaman mereka sebelumnya.
Ciri-ciri Konstruktivisme
Ciri-ciri belajar konstruktivisme yang dikemukakan oleh Driver dan Oldhan (1994) adalah
sebagai berikut:
a) Orientasi, yaitu peserta didik diberik kesempatan untuk mengembangkan motivasi
dalam mempelajari suatu topik dengan memberi kesempatan melakukan observasi.
b) Elitasi, yaitu peserta didik mengungkapkan idenya denegan jalan berdiskusi, menulis,
membuat poster, dan lain-lain.
c) Restrukturisasi ide, yaitu klarifikasi ide dengan ide orang lain, membangun ide baru,
mengevaluasi ide baru.
d) Penggunaan ide baru dalam setiap situasi, yaitu ide atau pengetahuan yang telah
terbentuk perlu diaplikasikan pada bermacam-macam situasi.
e) Review, yaitu dalam mengapliasikan pengetahuan, gagasan yang ada perlu direvisi
dengan menambahkan atau mengubah
Paradigma konstruktivistik memandang peserta didik sebagai pribadi yang sudah memiliki
kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kamampuan awal tersebut akan menjadi
dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu meskipun kemampuan
awal tersebut masih sangat sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat guru, sebaiknya
diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan.
Pada pembelajaran teks deskripsi guru menggunakan media proyektor dan salindia, kemudian
menampilkan sebuah gambar pemandangan pantai Pangandaran. Guru meminta setiap peserta
didik secara bergantian untuk mendiskripsikan satu kalimat mengenai gambar yang
diamatinya. Di sini peserta didik akan melakukan observasi berdasarkan kognifif dan
pengalaman yang mereka ketahui sebelumnya tentang pantai, khususnya pemandangan pantai
Pangandaran yang ditampilkan di layar. Setelah itu, pengetahuan yang peserta didik ketahui
akan diungkapkan kepada guru dan teman-temannya, sehingga di sini akan terjadi diskusi dan
pertukaran informasi yang berbeda, sehingga peserta didik mendapatkan pengetahuan baru
dari interaksi yang dilakukan di kelas. Setelah seluruh informasi diungkapkan, selanjutnya
akan terkonstruk pengetahuan baru secara utuh mengenai deskripsi pantai Pangandaran.
Kemudian, barulah peserta didik dapat menuliskan ide-ide yang didapatnya tersebut dalam
sebuah teks deskripsi setelah melewati proses review dan evaluasi dari masing-masing
peserta didik.
Teori Belajar Humanistik
Terdapat beberapa tokoh humanistik seperti Arthur W.Chomb, Abraham Maslow, dan Carl
Rogers. Arthur W. Chomb (1912-1999) mencurahkan banyak pada dunia pendidikan. ia
mengatakan bahwa belajar punya arti bagi individu. Sedangkan Maslow (1908-1970) yang
dikenal sebagai bapak spiritual, pengembang teori , dan juru bicara paling cakap bagi psikologi
humanistik, Teori pendidikan humansitik Maslow menghendaki suatu bentuk pendidikan baru,
yakni yang diyakini akan memberi tekanan labuh besar pada pengembang potensi seseorang,
terutama potensinya untuk menjadi manusiawi, memahami diri dan orang lain, dalam
mencapai pemenuhan atas kebutuhan-kebutuhan dasar manusia, tumbuh ke arah aktualisasi
diri.
Teori belajar humanisme adalah sebuah teori yang memanusiakan manusia, di mana seorang
individu dalam hal ini peserta didik dapat menggali kemampuanya sendiri untuk di terapkan
dalam lingkungannya. Berdasarkan teori Abraham Maslow teori humanisme ini lebih
mengedepankan motivasi untuk mengembangkan potensi peserta didik secara penuh (Boeree,
C. G., 2006). Sedangkan menurut Calr Rogers teori humanisme membahas tentang belajar dan
pembelajaran (DeRobertis, E. M., 2006).
Menurut Roger, peranan guru dalam kegiatan belajar peserta didik menurut pandangan teori
humanisme adalah sebagai fasilitator yang berperan aktif dalam : (1) membantu menciptakan
iklim kelas yang kondusif agar peserta didik bersikap positif terhadap belajar, (2) membantu
peserta didik untuk memperjelas tujuan belajarnya dan memberikan kebebasan kepada peserta
didik untuk belajar, (3) membantu peserta didik untuk memanfaatkan dorongan dan cita-cita
mereka .sebagai kekuatan pendorong belajar, (4) menyediakan berbagai sumber belajar kepada
peserta didik, dan (5) menerima pertanyaan dan pendapat, serta perasaan dari berbagai
peserta didik sebagaimana adanya. (Hadis, 2006: 72).
Dapat disimpulkan bahwasanya teori belajar humanistik merupakan konsep belajar yang lebih
melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Berfokus pada potensi manusia untuk
mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan
tersebut. Teori humanisme ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang
bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap
fenomena sosial. Psikologi humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Peserta
didik berperan sebagai pelaku utama (stundent center) yang memaknai proses pengalaman
belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik memahami potensi diri, mengembangkan potensi
dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.Psikologi humanistik
memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.
Ciri khas teori humanistik sangat mengedepankan konsep memanusiakan manusia. hal ini
sejakan dengan pendidikan humanis yang merupakan proses pendidikan yang berasal dari
pemikiran manusia. Prosesi pendidikan humanisme itu sendiri memiliki pemahaman bahwa
proses pendidikan tidak hanya berdasarkan pada peningkatan intelektual sendiri, akan tetapi
kemampuan untuk mengeksplorasi dan meningkatkan semua potensi (CMuali, 2017:412). Pada
hakikatnya setiap peserta didik memiliki kecepatan belajar yang berbeda-beda. Keberhasilan
belajar akan tercapai apabila pembelajaran dapat menjadikan peserta didik melek terhadap
dirinya sendiri dan lingkungannya. Sehingga tidak menuntut jangka waktu belajar dalam
mencapai pemahaman yang diinginkan. Akan tetapi, lebih menitik beratkan makna dari proses
belajar pada isi atau materi yang dipelajari agar membentuk manusia yang utuh.
Menurut Perni, N. N., (2019) pengalaman belajar memiliki relevansi dengan seluruh orang yang
ada disekitar kita. Berikut penerapan teori humanisme dalam pembelajaran :
1. Guru dapat memberikan reward kepada peserta didik yang telah berhasil melakukan suatu
hal, agar peserta didik tersebut semakin semangat dan termotivasi dalam pembelajaran.
2. Peserta didik perlu di hindarkan dari tekanan pada lingkungan sehingga mereka merasa
aman untuk belajar lebih mudah dan bermakna.
3. Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuanya agar
peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna.
4. Guru harus memfasilitasi peserta didik dengan memberikan sumber belajar yang variative,
interaktif dalam mendukung kegiatan pembelajaran.
Peran guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing. Peserta didik tidak hanya
sekedar duduk manis mendengarkan materi yang disampaikan oleh gurunya, tetapi peserta
didik juga diharapkan mampu bekerja secara individual dengan cara berkelompok, agar peserta
didik mampu mengeksplorasi bidang-bidang pelajaran, mengusulkan topik-topik pelajaran,
sehingga dapat membantu mewujudkan bakat dan minat-minat yang dimiliki.
Teori humanisme berasumsi bahwa teori belajar apapun baik dan dapat dimanfaatkan, asal
tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu pencapaian aktualisasi diri, pemahaman diri,
serta realisasi diri orang belajar secara optimal. Adapun menurut Assegaf (2011) kriteria bentuk
pendidikan humanisme adalah sebagai berikut:
1. Tersedia fasilitas atau sarana dan prasarana yang memudahkan proses belajar mengajar,
artinya harus tersedia berbagai macam bahan/sumber pelajaran yang diperlukan.
2. Peserta didik diberi kebebasan untuk bergerak di ruang kelas, bebas menyampaikan
pendapat mereka, tidak dilarang berbicara yang berkaitan dengan materi pembelajaran,
dan tidak ada pengelompokan atas dasar tingkat kecerdasan.
3. Terciptanya suasana kelas yang penuh kasih sayang, hangat, hormat dan terbuka, artinya
guru bersedia mendengarkan keluhan peserta didik dengan aman dan mampu menjaga
rahasia peserta didik.
4. Jika ada masalah pribadi dengan peserta didik, guru menangani masalah tersebut dengan
jalan berkomunikasi secara pribadi tanpa melibatkan suatu kelompok.
5. Guru mengamati setiap proses belajar yang dilalui murid dengan membuat catatan dan
penilaian secara individual, dan meminimalisir tes formal.
6. Adanya kesempatan untuk menumbuhkan keprofesionalan guru, dalam arti guru boleh
menggunakan bantuan lain termasuk rekan kerjanya (team teaching).
7. Guru menghargai kreativitas, mendorong prestasi, dan memberikan kebebasan belajar
kepada peserta didik.