Anda di halaman 1dari 3

PENTINGNYA MEMILIH TEMAN

DALAM AL-QUR’AN

Assalamu'alaikum Warahmatullahhi Wabarakatuh.

Puji beserta syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan beribu-ribu nikmat
sehingga saya bisa berada di sini dan memberikan ceramah saya.

Tidak lupa shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, beserta sahabat.
Semoga kita semua mendapatkan syafaatnya, dan mendapat petunjuk hingga hari kiamat nanti.

Islam melalui ajarannya baik dalam Al-Quran ataupun Hadis telah membimbing umat manusia untuk
berhati-hati dalam memilih teman. Hal tersebut bukan berarti harus menutup diri dan tidak
memperbanyak perkenalan, akan tetapi kita tetap harus hati-hati untuk menentukan teman terdekat atau
yang sering disebut dengan ‘circle pertama’. Kemudian bagaimana anjuran Al-Quran dalam memilih
teman?

Pada ceramah ini saya akan membahas ayat al-qur’an yang di dalamnya terdapat gambaran penyesalan
orang-orang yang salah dalam memilih teman ketika hidup di dunia ini, yaitu surah Al-furqan ayat 27-28

Al-Quran menggambarkan sebuah keadaan seseorang yang menyesal karena tidak mengikuti jalan rasul

sebab salah dalam memilih teman. Gambaran tersebut diabadikan dalam surah Al-Furqan [25]: 27

‫َو َيْو َم َيَع ُّض الَّظاِلُم َع ٰل ى َيَد ْيِه َيُقْو ُل ٰي َلْيَتِنى اَّتَخ ْذ ُت َم َع الَّر ُسْو ِل َس ِبْياًل‬

“Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang zalim menggigit dua jarinya (menyesali perbuatannya)

seraya berkata: Wahai sekiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama Rasul.”

Al-Furqan [25]: 28

‫ٰي َو ْيَلٰت ى َلْيَتِنْي َلْم َاَّتِخ ْذ ُفاَل ًنا َخ ِلْياًل‬

“Celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku)”

latar belakang turunnya ayat di atas adalah seorang pemuka Quraisy bernama Uqbah bin Abu Mu’aith.
Sebelum memeluk Islam, Uqbah memiliki hubungan sangat baik dengan Rasulullah saw. Uqbah sering
bertukar pikiran dan bergaul dengan Nabi, sehingga ia mengucapkan syahadat.
Setelah kejadian tersebut, ia bertemu dengan teman lamanya yang sangat membenci Rasulullah saw. yaitu
Ubayyu bin Khalaf. Temannya tersebut menghasut Uqbah, ia mencela kelemahannya karena
meninggalkan kepercayaan nenek moyang yang pada akhirnya Uqbah berbuat kesalahan dengan mencaci
maki dan meludahi muka Rasulullah saw.

Meskipun temannya sangat memuji perbuatan dirinya, namun dalam hati Uqbah menyesal ‘mengapa saya
tidak menuruti ajaran Rasul?’ ‘mengapa saya menjadikan si Ubayyu teman?’ akan tetapi kelemahannya
menyebabkan kehancuran jiwanya sehingga Uqbah tidak lagi menempuh jalan kebenaran bersama
Rasulullah saw sampai akhir hayatnya. Demikian salah satu contoh orang yang zalim yang pada akhirnya
di akhirat nanti hanya gigit jari karena menyesal.

Saking menyesalnya, dari saat ke saat orang zalim tersebut terus berangan-angan dengan berkata: ‘Aduhai
seandainya dulu, ketika aku hidup di dunia aku mengekang hawa nafsuku dan memaksanya mengambil
walau hanya satu jalan kecil saja dari sekian banyak jalan kebaikan sehingga aku menempuhnya bersama-
sama Rasul’ akan tetapi penyesalan pada hari itu tiada artinya.

Lafad fulan pada ayat “…Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku) Menurut
Sayyid Qutb disebut secara anonim karena bisa jadi mencakup seluruh teman yang buruk yang
menghalangi seseorang dari jalan Rasulullah dan menyesatkannya untuk tidak mengingat Allah swt.

Pentingnya Teman yang Baik

Gambaran penyesalan orang zalim pada hari akhir yang dipotret oleh Al-Quran tersebut sekiranya
menjadi pengingat untuk kita semua, betapa pentingnya kita memiliki teman dekat yang satu misi, satu
tujuan, terlebih dalam urusan jangka panjang yaitu akhirat.

Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan orang yang bergaul dengan orang baik dan orang yang bergaul
dengan orang buruk, seperti penjual minyak wangi dan tukang tempa besi. Pasti kau dapatkan dari
pedagang minyak wangi apakah kamu membeli minyak wanginya atau sekedar mendapatkan bau
wewangiannya, sedangkan dari tukang tempa besi akan membakar badanmu atau kamu akan
mendapatkan bau yang tidak sedap” (HR. Bukhari dan Muslim).

pentingnya seorang teman, ia bahkan menjadi sebuah identitas bagi seseorang. Syeikh Az-Zarnuji
dalam Ta’lim Al-Muta’allim menyampaikan hal ini dalam sebuah syair,

‫ َفُك ُّل َقِر ْيٍن ِباْلَم قاِرِن َيْقَتِد ي‬# ‫َع ِن اْلَم ْر ِء اَل َتْس َأْل َو َس ْل َقِر ْيَنُه‬
“Tak perlu kau tanya tentang seseorang (siapa dia), cukup tanya siapa temannya, maka setiap teman

akan mengikuti orang yang dia temani.”


Dilanjut dengan syair berikutnya dengan bahasa Persi yang menyinggung tentang mudarat teman yang

tidak baik,

‫ ِبَح ِّق َذ اِت َباِك ِهللا الَّص َم د‬# ‫َيا َر َبْد َبْد َتْر ُبوَد ا َز َم ا ِر َبْد‬

‫ َج ِح يِم َيا َر ِنيُك و ِكْيَر َنَيا ِبي َنِع يِم‬# ‫َيا َر َبْد َاَر ْد َتْر َأى ِس َو ى‬
“Teman jahat itu lebih berbahaya daripada ular hitam berbisa karena teman jahat itu bisa

menjeremuskan kita ke neraka jahiim, oleh karenanya bertemanlah dengan teman yang baik karena

teman yang baik itu bisa menyebabkan kita masuk surga”

Namun demikian, akan lebih bagus lagi ketika kita bisa berteman dengan siapa saja, jika berteman dengan

orang yang baik, itu adalah anugerah yang harus kita syukuri, namun jika berteman dengan orang yang

tidak baik, maka kita lah yang harus berusaha membawa kemanfaatan padanya dengan mengajaknya

menjadi baik.

Semoga kita bisa menjadi teman yang baik untuk orang lain dan memiliki teman yang baik untuk diri kita

sendiri, sehingga kita semua termasuk orang yang benar-benar beriman dan berjalan di barisan bersama

Rasulullah saw. pada hari ketika tidak ada teman. Ya Allah, jauhkan kami untuk menjadi seseorang yang

zalim, yang hanya bisa gigit jari pada hari akhir karena penyesalan pertemanan yang tiada

berarti. Wallahu a’lam.

Anda mungkin juga menyukai