Dihadiri oleh : :
1. dr. Budi P, SpA(K) 1. dr. Emma Raynawati, MARS 1. dr. Diet Sadiah SpA
2. dr. Dian Puspitasari 2. dr. Yuswiadhi SSpA 2. dr. Astya Kirana Parawitha
3. dr. Hendy Mochtar, SpOG MARS 3. dr. Ilham Juniarta 3. dr. Anggoro Setyo N
4. dr. Mufti Musthafa SpOG
PANDANARAN TANGKUBANPRAHU
SUKABUMI
1. dr. Edwin Sanjaya 1. dr. Gati Kusumo Budiani
1. dr. Agus Setiyana
2. dr. Dita Sherly B
3. dr. Andreansyah nugraha
4. dr. Toto SpPD
5. dr. Khomainy SpOG
6. dr. Azmy SpB
7. dr.Hendry Ginting SpOG
1. dr. Wendy M Ramadhan 1. dr. Hj. Eva Minerva, M.Kes 1. drg. Iing Ichsan Hanafi,
2. dr. Triza Arif , SpA 2. dr. Yulivitri, MARS MARS.
3. dr Agustria SpOG 2. dr. Irene SpA
3. dr. M.S Sjahrudin Hassan
SERPONG BANYUMANIK
MEKARSARI
1. dr. Anthony Simangunsong SpB 1. dr. Asmi Justina W, MM
1. dr. W.F.P Kaunang, MARS
2. dr. Bayu Winarno SpOG 2. dr. Adrian SpTHT
2. dr. Nanik Supriani, MARS
3. dr. Eddy Supriadi, SpPD
4. dr. Randy F.H Tumbelaka SpOG
1. dr. Yohanes Benny, MPH 1. dr. Hardimas Hamzah, M.Kes 1. dr. Lina Z. Hasanuddin,
2. dr. Anisa Febrina 2. dr. Maya Khairunnisa, Sp.OG MARS
3. dr. Suryadi F SpJP 2. dr. Windi Wahyu Mardhika
4. dr. Suka Basuki SpB
1. dr. Sri diana ginting suka, MARS 1. dr. Dwinata Swasti 1. dr. Douglas S. Umboh,
2. dr. Christiansen Waisuda 2. dr. Azwar Amir SpU MARS
3. dr. Aufia Hud Naingolan SpB, 3. dr. Shanti SpPD 2. dr. Verawaty
FINACS 4. dr. Fanny 3. dr. Restu Ratnaningsih,
SpPD
PODOMORO PURWOKERTO
±1 jam kemudian bayi tampak biru, cenderung apatis, HR 50-70x/m, RR 10-15x/m, Sp. O2
60-70%, Sianosis sentral (+), retraksi (+) minimal intercost, Ekstremitas tonus otot lemah, t
ampak kebiruan di keempat ekstremitas dan didiagnosa dengan NCB-SMK + Respiratory di
stress DD/ pneumonia neonatal.pasien perburukan, pindah NICU.
Saat di NICU, Pasien tampak sianosis sentral, HR 30x/mnt, RR spontan (-), SpO2 40%.
Dilakukan RJP, dan persiapan intubasi dan dilakukan pemasangan ventilator mode P-
SIMV, FiO2 50%, Rate 45, PEEP 7, PC 15,PS 15, target VTE 4-6 ml/kgBB, PPeak <30, H
asil lab : Hb 13,9, Ht 46, Leuko 16.400, Trombo 155.000, GDS 34, AGD: PH 6,33, pCO2
91,4, pO2 28,1, BE tidak terbaca, HCO3 4,8, O2 sat 97%
± 3 jam kemudian napas spontan tidak ada, tidak berespon dgn rangsang, retraksi berat, ron
khi halus (+), Akral dingin, CRT > 2 det, HR 73x/mnt, RR 45x/mnt, Sp. O2 50% (on venti,
P-ACV, PEEP 7, Pc 15, Ps 15, FiO2 50%, Vte 4-6 ml/kgBB) dilakukan RJP 5 siklus HR
(-), RR (-), SpO2 0%, pupil midriasis maksimal, EKG asistol. Pasien dinyatakan meninggal
KESIMPULAN
Kasus ini merupakan SENTINEL, penyebab kematian adalah Pnemonia kongenital yang
tidak terdeteksi lebih awal.
13,7, Ht 40,7, L 18.600, Trom 315.000, GDS 121, Natrium 140, kalium 3,72,ureum 33,7,
kreatinin 0,7 protein urin ++, keton +++, lekosit esterase +, lekosit 10-15, bakteri, CTG
oleh bidan, hasil reaktif , didiagnosa: G2P1A0 H 31 mgg + kolik abdomen, dd/ GERD,
terapi Inj OMZ 40 mg iv, Inj ondan 8mg iv, Lanjut Drip ondancentron + RL 500cc (20
tpm), konsul bedah, internist, obgyn. Terapi konsul SpB dilakukan USG intip oleh Sp.B
dengan hasil colic abdomen ec fecalit, RL:D5% 20 tpm, Inj ceftriaxon 1x1 iv, Inj
metronidazol 2x1 iv, Fleet enema 3x1 supp, Inj ondancentron 2x8mg iv, Laxadin syr 3x1
C,konsul SpOG tonotan 2x1/2 tab, Ca tab 1x1, Ferofort 1x1 tab, Tunda pemberian fleet
enema.
Keesokan paginya pasien masih mengeluh nyeri perut, mual (+), muntah (+), TD 100/70, N
78x/m, RR 24x/m, S 36,2°c, skala nyeri 3 , DJJ tidak terdeteksi, dilakukan USG oleh
Sp.OG dengan hasil tampak distensi usus (+), cairan bebas (+), kesan IUFD dan
dilakukan second opinion dr. Spesialis Radiologi dengan hasil peritonitis
23 jam sejak masuk RS (visit dr. Sp.OG, dr.Sp B) BAB (+) cair, muntahan cair (+),
produktif pada NGT + 300cc warna kehijauan cair. Diagnosa: susp ileus dd/
peritonitis. Terapi diberikan fleet enema 1x.Observasi produksi BAB. Rencana
laparotomi atas indikasi peritonitis
± 2 jam kemudian pasien sesak (+), akral teraba dingin. TD 90/60, N 94x/m, nadi teraba
lemah, RR 30x/m, pasien perburukan sebelum dilakukan tindakan. Pasien dipindahkan ke
ICU,dilakukan RJP dan akhirnya pasien dinyatakan meninggal
KESIMPULAN
Kasus ini merupakan SENTINEL pada ibu dan bayi, penyebab kematian adalah
keterlambatan penegakan diagnosa dan tindakan .
KESIMPULAN
Kasus ini merupakan SENTINEL dengan kematian pada bayi adalah hipoksia janin
KASUS 2
Pasien ibu G4P3A0 Gravida 32 mgg datang dengan keluhan sesak nafas ± 2 jam SMRS.
Keluhan disertai dengan batuk 3 hari. Mulas, keluar lendir dan darah tidak ada, Gerakan
janin (+) Keluhan mulas pada perut dan keluar cairan lendir dan darah dari jalan lahir tidak
ada, gerak janin aktif. Hipertensi saat hamil sekarang (+) pada kehamilan 20-21 mgg, TD
180/100, N 120 x/m, RR 32 x/m, Rh+/+ Wh+/+, Abd BU +, NTE +, His -, DJJ 175 x/m,
pitting oedem +/+ (ext. Inferior). CTG: Takikardia janin dengan deselerasi berulang. DJJ
177 x/m, Hasil lab: Hb 13,5, Ht 40,1, Leuko 20.500, Trombo 247.000, Hasil UL: protein
+3,blood +2, leuko 6-8, eritrosit 4-6, bakteri +
Diagnosa : G4P3A0 Hamil 32 minggu + Hipertensi dalam Kehamilan, dd/ PEB + Asthma
Bronchiale.
Terapi IGD: Oksigen 3 lpm NC, posisi miring kiri, Nebulizer Combivent 1 respules à
evaluasi SaO2 menjadi 93-94% (TTV ulang TD: 160/90 N 110x/mnt, RR: 30x/mnt), ,
Metilldopa 1x250mg po , lapor DPJP(Terapi): DJJ 165x/m, Ceftriaxon 2x1 gr IV,
Dexametason 2x15 mg IV, MgSo4 20% 20 cc (4gr) bolus dalam 5 menit , Maintenance
MgSo4 40% 30 cc (12gr) dalam RL 500 cc dijalankan 14 tpm, Nifedipin 3x10 mg po,
Konsul Sp.PD(terapi): Metildopa 3x500 mg po, Azithromycin 1x500 mg po,OBH sirup
3x10cc po, Metilprednisolon 2x62,5mg IV, Nebu Combivent per 6 jam, pasien pindah HCU
Setelah pindah ke HCU, keluhan berkurang, pasien dikonsul ke Sp.PD dan mendapat
tambahan terapi Dopamet 2x 1000 mg, Combivent nebu prn, konsul SpJP didiagnosa CHF
dan diberikan furosemide 40 mg IV prn. Hasil USG DPJP bayi kurang aktif dan DJJ
melemah, instruksi DPJP CTG per 4 jam dan direncanakan terminasi setelah KU stabil.
Hasil CTG adalah deselerasi saran DPJP adalah observasi DJJ. Keesokan harinya DJJ 112-
177, CTG deselerasi. Naik banding dilakukan hingga ke tingkat manager dan langsung
dilakukan tindakan SC CITO. Pada saat persiapan operasi DJJ bayi semakin turun dan saat
dilakukan SC bayi lahir dengan A/S 0/0, BB 1430gr dan dinyatakan meninggal
KESIMPULAN
Kasus ini merupakan SENTINEL, penyebab kematian pada bayi adalah hipoksia janin
karena diagnosa oedem paru pada ibu tidak terdiagnosa sejak awal
KASUS 3
Pasien ibu G3P1A1 hamil 40 mgg datang dengan keluhan keluar lendir campur darah dari
jalan lahir ±1 jam SMRS. Kencang-kencang pada perut dirasakan ± 5 jam SMRS. Pasien
diberitahu posisi plasenta yang letaknya di bawah oleh DPJP saat ANC. Tanda vital dalam
batas normal. Status Obstetrik TFU 30 cm, TBJ 2790 gr, Letak memanjang, Presentasi
kepala, HIS 3-4 X/10’, 25”, Kekuatan sedang, DJJ 129 x/m. hasil VT Portio tebal kaku,
pembukaan servik 2 cm, Ketuban utuh, Hodge 1. CTG tampak silent dan penurunan DJJ 1x
saat kontraksi, hasil lab Hb 12,5, HT 41, L 12.900, T 210.000, GDS 122, Hbs Ag non
reaktif
pasien mengeluh keluar banyak darah, Ketuban pecah spontan, cairan hijau kental campur
darah, DJJ = 81 - 120 x/m dan direncanakan SC cito. Saat operasi ditemukan Didapatkan
Solutio Placenta Partial dengan hematoma uterus di SBU kiri. Selesai operasi pasien
tampak Lemah, Perdarahan pervaginam (+) merembes, TD 70/40 mmHg, N 80x/m, RR
20x/m, Sp02 100% dengan NRM 12 Lpm, Hb post SC 5,5 rencana transfuse WB 2 Kolf.
Pasien perburukan,pindah ICU, GCS 4, TD 84/47 mmHg, N105 x/m, Pupil midriasis
maksimal dilakukan RJP
KESIMPULAN
Kasus ini merupakan SENTINEL, penyebab kematian adalah HPP ec Solutio plasenta
Partial dengan hematoma uterus di SBU kiri
1. Penatalaksanaan pemberian elektrolit pekat seperti kalium < 2,5 tetap dirawat di ruang
ICU, tetapi bila ada pasien yang lebih gawat dan membutuhkan ruang ICU,
penatalaksanaan pasien ini dapat dinilai kembali apakah memungkinkan untuk dirawat di
ruang perawatan biasa/HCU dengan menggunakan monitor dan dirawat oleh perawat sesuai
dengan kualifikasinya .
2. Mengingatkan kembali masih adanya kejadian pasien datang dengan keluhan uluhati, nyeri
dada dan bisa menyebabkan kematian mendadak dan sering ditemukan usia muda, maka
pemeriksaan EKG dilakukan pada usia ≥ 35 tahun dan dengan keluhan seperti menyerupai
dyspepsia dan diagnose agar dibuat diferential diagnose sebagai sindrom coroner akut
3. Merevisi keputusan Komdik ke 59 tahun 2013 bahwa pemeriksaan HIV( pasien diberikan
penjelasan terlebih dahulu) maka pemeriksaan screening HIV ibu hamil wajib dilakukan
pada saat ANC sesuai dengan permenkes untuk kesejahteraan ibu dan bayi
4. Pada pasien bayi dengan tindakan menggunakan anestesi lokal tetap dipuasakan kurang
lebih 2 jam sebelum tindakan.
Menyetujui,
Keputusan rapat Komite Medis Hermina 79, unutk diberlakukan
dr. Hasmoro
Direktur Utama