Anda di halaman 1dari 8

PENDIDIKAN GENDER PADA ANAK USIA DINI

Asti Nur Hadianti


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univ. Muh. Magelang

Abstract
Basically every parent wants their children to grow and develop according to what is expected. If a boy, then usually the
parents want a son who brave and mighty, so that when these boys want to play games such as cooking, cooking, playing
dolls, playing jump rope and so his parents would be angry with a reason because these games are games intended for girls.
Vice versa, girls forbidden to play football, play war, climbing trees and so on, with the reasons for these games can change the
image of the meek daughter. This is a parenting mistakes that can lead to misunderstandings in children. Whereas all types
of games that can help cultivate and develop the potential of intelligence that exist in every child.
Keywords: language acquisition, Early Childhood.

A. PENDAHULUAN
Masa Kanak-kanak merupakan fase yang paling ada di sekitarnya, maka dapat dipastikan bahwa anak
penting bagi seorang pendidik untuk menanamkan tersebut akan dapat menemukan identitas gendernya
norma-norma dan arahan-arahan yang bersih ke yang sesuai dengan apa yang diharapkan.
dalam jika anak didiknya. Berbagai kesempatan Memperkenalkan masalah gender pada anak
terbuka lebar bagi para pendidik untuk memberikan selayaknya dilakukan sedini mungkin. Apalagi
stimulus kepada anak karena semua potensi tersedia karena hal ini sangat erat kaitannya dengan tugas
secara berlimpah dalam fase ini (Rahman, 2005). perkembangan sosial anak yang harus dilewati
Pada fase ini, anak-anak harus melewati oleh anak pada fase ini, yaitu mempelajari tentang
masa pertumbuhan dan perkembangan. Menurut perbedaan jenis kelamin agar sesuai dengan apa
Montessori (Solehuddin, 2000) bahwa dalam yang diharapkan.
perkembangan anak anak terdapat masa-masa Pada dasarnya setiap orang tua menginginkan
sensitif yang ditandai dengan begitu tertariknya anaknya tumbuh dan berkembang sesuai apa yang
terhadap suatu objek atau karakteristik tertentu dan diharapkan. Jika seorang anak laki-laki, maka
cenderung mengabaikan objek-objek lain. Hal inilah biasanya orang tua menginginkan anak laki-lakinya
yang menyebabkan anak memiliki minat yang kuat yang gagah dan perkasa, sehingga ketika anak
untuk mengulangi tindakannya. Salah satu masa laki-laki tersebut ingin bermain permainan seperti
sensitif pada perkembangan anak adalah sensitivitas masak-masakan, main boneka, main lompat tali
terhadap aspek-aspek sosial kehidupan. dan sebagainya orang tuanya akan marah dengan
Aspek-aspek sosial kehidupan anak lebih alasan karena permainan-permainan tersebut
cenderung pada identitas, relasi sosial, dan gender adalah permainan yang diperuntukkan bagi anak
mereka (Santrock, 1995). Berkenaan dengan tugas perempuan. Begitupun sebaliknya, anak perempuan
perkembangan sosial pada anak, orang tua sebagai dilarang bermain sepak bola, main perang-perangan,
orang terdekat dengan anak seyogyanya memberikan memanjat pohon dan sebagainya, dengan alasan
bimbingan dan pemahaman mengenai masalah karena permainan-permainan tersebut dapat
identitas, relasi sosial, terutama masalah gender. mengubah citra anak perempuan yang lemah lembut.
Namun pada kenyataannya banyak para orang tua Hal ini merupakan suatu kesalahan pola asuh yang
yang menganggap bahwa masalah gender adalah dapat menyebabkan terjadinya kesalahpahaman pada
masalah yang belum saatnya untuk dibicarakan diri anak. Padahal segala jenis permainan itu dapat
dengan anak yang dianggap sebagai suatu hal membantu menumbuhkan dan mengembangkan
yang baru dan tabu. Padahal apabila orang tua berbagai potensi kecerdasan yang ada dalam diri
memberikan informasi yang cukup dan kesempatan setiap anak. Padahal segala jenis permainan itu dapat
untuk belajar berperan sesuai dengan realita yang membantu menumbuhkan dan mengembangkan

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


18
berbagai potensi kecerdasan yang ada dalam diri B. KARAKTERISTIK PERKEMBANG-AN
setiap anak. ANAK
Di samping hal itu, ada pula orang tua yang
Karakteristik perkembangan anak dapat lebih
terlalu membiarkan anaknya untuk bermain
jelas diungkapkan dalam tugas-tugas perkembangan
sesuai dengan apa yang dikehendakinya, walaupun
anak dan aspek-aspek perkembangannya. Tuntas
permainan tersebut mungkin tidak sesuai dengan
tidaknya tugas-tugas perkembangan dan aspek-
jenis kelaminnya. Orang tua seyogyanya berlaku
aspek perkembangan anak akan mempengaruhi
imbang. Jika anaknya dibebaskan untuk bermain
pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya.
apa saja yang diinginkannya, maka hendaknya orang
tuapun memberika pengertian tentang pendidikan 1. Tugas-tugas Perkembangan Anak
gender, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak sesuai Menurut Hurlock (Yusuf, 2005)
dengan harapan yaitu anak laki-laki menjadi seperti menyebutkan bahwa tugas-tugas perkembangan
anak perempuan dan sebaliknya anak perempuan sebagai social expectations. Dalam arti bahwa
menjadi seperti anak laki-laki. setiap kelompok suatu budaya mengharapkan
Menanamkan pendidikan gender pada anak- agar para anggotanya menguasai keterampilan
anak tidak hanya melalui permainan saja, tetapi tertentu yang penting dan dapat memperoleh
ada hal-hal yang lebih penting dari itu, misalnya pola perilaku yang disepakati bagi berbagai usia
mengenalkan anak gambaran orang dewasa dengan sepanjang rentang kehidupan.
jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang memiliki Adapun tugas-tugas perkembangan anak
pekerjaan, sifat, atau penampilan yang tidak stereotif. usia dini (usia bayi dan kanak-kanak/ 0-6 tahun)
Anak-anak harus menghormati dan menghargai jenis menurut Havighurts (Yusuf, 2005: 66-69) adalah
kelamin lain, serta tidak boleh melakukan kekerasan sebagai berikut :
pada teman jenis kelamin lain. a. Belajar berjalan. Pada usia antara 9-15 bulan,
Fenomena yang terjadi pada saat ini adalah pada usia ini tulang kaki, otot dan susunan
ketika anak laki-laki diejek, dipukul dan dilecehkan syarafnya telah matang untuk belajar
oleh temannya yang lebih besar, ia biasanya tidak berjalan.
ingin menunjukkan bahwa sebenarnya ia sedih b. Belajar memakan makanan padat. Hal
dan malu. Sebaliknya, ia ingin tampak percaya diri, ini terjadi pada tahun kedua, sistem alat-
gagah, dan tidak memperlihatkan kekhawatiran alat pencernaan makanan dan alat-alat
dan ketidakberdayaan (Suciati, 2004). Padahal jika pengunyah pada mulut telah matang untuk
ia pulang ke rumah ia menangis, kemudian orang melakukan hal tersebut.
tuanya memarahi anak tersebut dan menasehatinya c. Belajar berbicara, yaitu mengelurakan suara
bahwa anak laki-laki tidak boleh menangis. Padahal yang berarti dan menyampaikan kepada
sesuangguhnya menangis merupakan ekspresi orang lain dengan perantaraan suara itu,
emosi yang sangat wajar dan dibutuhkan oleh sehingga diperlukan kematangan otot-otot
seorang anak agar mereka merasa lebih tenang. Hal dan syaraf dari alat-alat bicara.
ini menjadi beban yang sangat berat bagi anak laki- d. Belajar buang air kecil dan buang air besar.
laki yang senantiasa bersembunyi di balik topeng Tugas ini dilakukan pada tempat dan waktu
kemaskulinannya. Sebaliknya, anak perempuan yang sesuai dengan norma masyarakat.
haruslah pasif, emosional, dan manja. Itu telah Untuk memberikan pendidikan kebersihan
menjadi citra baku yang sulit untuk diubah. Tetapi kepada anak di bawah usia 4 tahun cukup
apabila anak perempuan mengekspresikan keinginan dengan latihan toilet training.
dan kebutuhannya, maka ia dianggap ingin menang e. Belajar mengenal jenis kelamin. Melalui
sendiri, tidak rasional, dan agresif. Hal ini pun observasi (pengamatan) anak dapat melihat
menjadi beban tersendiri bagi anak perempuan. tingkah laku, bentuk fisik dan pakaian yang
Keadaan di atas menunjukkan adanya berbeda antara jenis kelamin yang satu
ketimpangan atau bias gender yang sesungguhnya dengan yang lainnya.
sangat merugikan bagi kedua belah pihak, dalam f. Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis.
hal ini anak laki-laki dan anak perempuan, karena Dalam proses mencapai kestabilan jasmaniah
mereka tidak dapat berekspresi sesuai dengan apa ini, orang tua perlu memberikan perawatan
yang diinginkannya dan terlebih lagi hal ini dapat yang intensif, baik menyangkut pemberian
menghambat kreativitasnya. makanan yang bergizi maupun pemeliharaan
kebersihan.

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


19
g. Membentuk konsep-konsep (pengertian) b. Perkembangan motorik. Artinya
sederhana kenyataan, sosial, dan alam. Untuk perkembangan pengendalian gerakan-
mencapai kemampuan tersebut (mengenal gerakan jasmani melalui kegiatan
pengertian-pengertian) diperlukan syaraf pusat, urat syaraf, dan otot yang
kematangan sistem syaraf, pengalaman dan terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal
bimbingan dari orang dewasa. dari perkembangan refleksi dan kegiatan
h. Belajar mengadakan hubungan emosional masa kecil yang ada pada waktu lahir.
dengan orang tua, saudara, dan orang lain. c. Perkembangan bicara. Yaitu kebutuhan
Anak mengadakan hubungan dengan orang- untuk dapat menjadi bagian dari suatu
orang yang ada di sekitarnya menggunakan kelompok sosial. Walau dengan cara lainpun
berbagai cara, yaitu isyarat, menirukan, dan anak mungkin dapat berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa. Cara yang diperoleh anggota kelompok sosial, sebelum mereka
dalam belajar mengadakan hubungan mampu untuk berbicara dengan anggota
emosional dengan orang lain, sedikit kelompok tersebut, maka peran anak dalam
banyaknya akan menentukan sikapnya di kelompok tersebut akan sangat kecil.
kemudian hari. d. Perkembangan emosi. Emosi memainkan
i. Belajar mengadakan hubungan baik dan peran yang sangat penting dalam kehidupan
buruk, yang berati mengembangkan kata setiap orang, maka perlu diketahui
hati. Anak kecil dikuasai oleh hedonisme bagaimana perkembangan dan pengaruh
naif, dimana kenikmatan dianggapnya baik, emosi terhadap penyesuaian diri dan sosial.
sedangkan penderitaan dianggapnya buruk. e. Perkembangan sosial. Perkembangan sosial
Setelah ia besar harus belajar tentang benar berarti perolehan kemampuan berperilaku
atau salah, baik atau buruk, sebab manusia yang sesuai dengan tuntutan sosial.
adalah makhluk sosial (bermasyarakat). f. Perkembangan moral. Perkembangan moral
Mulanya adalah dengan larangan, memiliki aspek kecerdasan dan impulsif.
perkembangan selanjutnya terjadi melalui Anak hendaknya belajar untuk dapat
nasihat, bimbingan, buku-buku bacaan mengetahui mana saja yang benar atau salah.
dan analisis pikiran sendiri. Sesuatu yang Dalam mempelajari sikap moral, terdapat
penting dalam mengembangkan kata hati empat pokok utama, yaitu : (1) mempelajari
anak adalah suri tauladan dari orang tua dan apa yang diharapkan kelompok sosial, (2)
bimbingannya. Hal ini lebih baik daripada mengembangkan hati nurani, (3) belajar
penggunaan hukuman dan ganjaran, mengalamai perasaan bersalah dan malu bila
meskipun dalam situasi tertentu masih tetap perilaku tidak sesuai dengan norma yang
diperlukan. berlaku, dan (4) mempunyai kesempatan
untuk dapat berinteraksi sosial untuk belajar
2. Aspek-Aspek Perkembangan Anak
tentang apa yang diharapkan masyarakat.
Menurut Hurlock (1997) bahwa g. Perkembangan peran jenis kelamin. Saat
perkembangan anak meliputi beberapa aspek, belajar berperan sesuai dengan jenis kelamin
diantaranya adalah : merupakan bagian yang normal dari suatu
a. Perkembangan fisik. Perkembangan fisik proses pertumbuhan dan perkembangan
dinilai sangat penting untuk dipelajari, seseorang, sehingga tidak ada seorangpun
karena baik langsung atau tidak langsung yang menganggapnya sebagai suatu
hal ini akan mempengaruhi anak sehari- masalah.
hari. Pengaruh yang terjadi secara
langsung, perkembangan fisik seorang
anak akan menentukan keterampilan anak
C. KONSEP PERKEMBANGAN GENDER
dalam bergerak. Secara tidak langsung,
pertumbuhan dan perkembangan fisik 1. Pengertian Gender
akan mempengaruhi cara anak memandang
Kata gender berasal dari bahasa Inggris
dirinya dan memandang orang lain. Hal ini
yang artinya “jenis kelamin”. Terdapat beberapa
akan tercermin dari pola penyesuaian diri
pengertian tentang gender, salah satunya adalah
anak tersebut secara umum.
menurut Woman’s Studies Encyclopedia (Umar,

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


20
2003) bahwa yang dimaksud dengan gender yang menjelaskan tentang pemahaman
adalah suatu konsep kultural yang berupaya anak mengenai gender, yaitu teori skema
membuat pembedaan (distinction) dalam hal gender. Teori ini menyebutkan tentang cara
peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik mengorganisir dunia dalam sudut pandang
emosional antara laki-laki dan perempuan yang laki-laki dan perempuan.
berkembang dalam masyarakat. Adapun tahapan skema gender
Berdasarkan definisi tersebut maka dapat (Desmita, 2005: 248-249) tersebut
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan adalah sebagai berikut : (1) seorang anak
gender adalah suatu konsep yang mengidentifikasi mempelajari suatu hal yang secara langsung
perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari dihubungkan dengan masing-masing jenis
segi pengaruh sosial dan budaya. kelamin, (2) sekitar usi 4-6 tahun, anak
mulai mengembangkan asosiasi yang lebih
2. Perkembangan Gender Pada Anak Usia
kompleks asecra tidak langsung terhadap
Dini
informasi yang relevan atas jenis kelaminya
Menurut Stepherd-Look (Desmita, sendiri, tetapi tidak untuk lawan jenisnya,
2005) menyatakan bahwa kebanyakan anak dan (3) pada usia kira-kira 8 tahun anak mulai
mengalami sekurang-kurangnya tiga tahap mempelajari tentang asosiasi yang relevan
dalam perkembangan gender, yaitu : terhadap lawan jenisdan telah mengetahui
a. Anak mengembangkan kepercayaan tentang konsep gender.
identitas gender. Selain itu, ada pula pandangan mengenai
b. Anak mengembangkan keistimewaan perkembangan gender yang dikemukakan
gender, sikap tentang jenis kelamin mana oleh Papalia, dkk (2001), yaitu :
yang dikehendaki. a. Pendekatan Biologis. Sirkulasi hormon di
c. Mereka memperoleh ketetapan gender, suatu dalam aliran darah semenjak waktu lahir
kepercayaan bahwa jenis kelamin seseorang dapat berpengaruh pada perkembangan
ditentukan secara biologis, permanen, dan otak dan perbedaan gender.
tak berubah-ubah. b. Pendekatan Psikoanalisis. Freud menga-
takan bahwa pengenalan merupan
Ketiga aspek tersebut berperan terhadap sesuatu yang penting pada perkemba-
pengetahuan umum anak tentang peran ngan kepribadian pada usia dini.
gender yang diharapkan oleh masyarakat. c. Pendekatan Kognitif. Kohlberg
Pengetahuan ini sering disebut sebagai peran menegaskan bahwa anak-anak
jenis kelamin atau stereotif gender. Anak sering mempertunjukkan kelaminnya. Mereka
membicarakan bahkan bertindak menurut cara- mengelompokkan diri mereka dan orang
cara yang mencerminkan stereotif gender yang lain menjadi laki-laki tau perempuan dan
telah melekat dalam lingkungan masyarakat. juga mengatur dan mengelompokkan
Ada dua tren penting dalam perkem-bangan perilaku di sekitarnya yang dilakukannya
gender pada anak usia dini, yaitu : melalui identitas gender, kestabilan
a. Permainan dan Aktivitas gender, dan ketetapan gender.
Ruble and Ruble (Desmita, 20050 d. Pendekatan Sosial. Albert Bandura
mengatakan bahwa perkembangan gender mengungkapkan bahwa perkembangan
pada anak usia dini dapat dilihat dari gender pada anak usia dini dipengaruhi
berbagai permainan dan aktivitas yang oleh tiga faktor, yaitu : (1) pengaruh
dilakukannya. Selajalan dengan pendapat orang tua, (2) pengaruh teman sebaya,
tersebut, Maccoby and Jacklin (Desmita, dan (3) pengaruh kebudayaan.
2005) menerangkan bahwa anak-anak
yang masih kecil cenderung memperkuat
stereotif gender dengan memilih mainan
D. PENDIDIKAN GENDER PADA ANAK
dan aktivitas yang dihubungkan dengan
USIA DINI
jenis kelaminnya.
b. Kualitas Personal Berbicara tentang pendidikan gender pada anak
Santrock (1995) menyebutkann bahwa usia dini, tidak dapat terlepas dari dua aspek yang
baru-baru ini telah ditemukan suatu teori memiliki sebutan khusus, yaitu :

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


21
a. Identitas Gender c. Pengaruh Kognitif. Konsep anak-anak
Menurut Santrock (1995) bahwa yang dimaksud tentang gender adalah sederhana dan konkrit.
dengan identitas gender adalah rasa seseorang Anak-anak usia dini bersandar pada ciri-ciri
sebagai laki-laki atau perempuan, yang diperoleh fisik, seperti pakaian dan gaya rambut, untuk
dari sebagian besar anak-anak pada waktu mengelompokkan jenis kelaminnya.
mereka usia 3 tahun. Hal serupa diungkapkan
2. Strategi-strategi dalam Memberikan
oleh Papalia, dkk (2011) bahwa identitas
Pendidikan Gender pada Anak Usia Dini
gendermerupakan kesadaran seseorang tentang
gendernya dan juga orang lain, menurut jenisnya Dalam memberikan pendidikan gender
hingga antara usia 2-3 tahun. pada anak usia dini perlu adanya strategi khusus
b. Peran Gender agar anak dapat benar-benar memahami apa
Papalia, dkk (2011) menyebutkan bahwa sebetulnya gender itu.
peran gender adalah perilaku, perhatian, sikap, Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan
keterampilan dan pertimbangan ciri kepribadian dalam memberikan pendidikan gender pada
sosial yang tepat dari laki-laki atau perempuan. anak usia dini, diantaranya sebagai berikut :
Berbeda dengan pendapat di atas, Santrock a. Melalui Metode Modelling
(1995) menyebutkan bahwa peran gender Menurut Suci (2004) cara modelling adalah
merupakan sebuah harapan yang berisi tentang salah satu cara untuk memberikan
bagaimana seharusnya seorang laki-laki atau pemahaman tentang gender pada anak
perempuan itu berpikir, bertindak, dan merasa. usia dini. Dengan cara, misalkan jika ibu
Terlepas dari semua itu, dalam pendidikan yang biasanya selalu mengerjakan tugas-
gender pada anak usia dini terdapat faktor- tugas domestik seperti mencuci, memasak,
faktor yang sangat berpengaruh serta terdapat dan menyapu, maka pekerjaan-pekerjaan
strategi-strategi dalam memberikan pendidikan seperti ini dapat digantikan oleh sang ayah,
gender pada anak usia dini. sehingga hal ini akan tertanam dalam benak
anak bahwa pekerjaan domestik tidak hanya
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pen- dapat dikerjakan oleh perempuan, tetapi
didikan Gender pada Anak Usia Dini juga oleh laki-laki.
Faktor-faktor yang mempengaruhi b. Melalui Metode Perlakuan
pendidikan gender pada anak usia dini (Santrock, Cara ini biasanya akan berlangsung apabila
1995) tersebut adalah sebagai berikut : terjadi hal-hal yang menurut kebudayaan
a. Pengaruh Biologis. Setiap orang pada tidak selayaknya terjadi. Misalkan, jika orang
dasarnya menganggap bahwa perilaku tua melihat anak laki-lakinya menangis,
anak-anak sebagai laki-laki atau perempuan orang tua haruslah memahami apa yang
adalah disebabkan oleh suatu interaksi faktor sedang dirasakan oleh anaknya dan jangan
biologis dan faktor lingkungan. melarang anak untuk menangis, karena
b. Pengaruh Sosial. Dalam kebudayaan yang menangis itu merupakan salah satu ungkapan
telah berlangsung sejak lama, manusia emosi yang tidak hanya dapat dilakukan oleh
menentukan jenis kelamin sejak seorang perempuan saja, tetapi juga oleh laki-laki
bayi lahir. Beal (Santrock, 1995) mengatakan (Suciati, 2004). Selain itu, metode perlakuan
bahwa orang tua hanyalah salah satu dari ini pun sangat dianjurkan Rasululloh SAW,
sekian banyak sumber tempat individu sebagaimana diriwayatkan Muslim dalam
mempelajari peran gender. Sedangkan Kitabul Hibaat 3055 (Rahman, 2005: 147),
kebudayaan, teman sebaya, media dan yaitu : “Bertaqwalah kalian kepada Allah dan
anggota keluarga lain adalah sumber- berlaku adillah terhadap anak-anak kalian”.
sumber lainnya. Pandangan-pandangan c. Melalui Metode Permainan Peranan
kognitif dari perkembangan gender yang (Dramatisasi)
menekankan bahwa anak-anak membangun Menurut Zulkifli (1992) menyatakan
aktif dunia gender mereka sendiri adalah bahwa cara lain untuk memberikan
sebagai berikut : (1) pengaruh pengasuhan, pemahaman tentang konsep gender
(2) pengaruh teman sebaya, (3) pengaruh pada anak usia dini dapat disampaikan
sekolah dan guru, dan (4) pengaruh media. melalui permainan peranan (dramatisasi).
Pada permainan ini, anak itu sendiri

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


22
memegang peranan sebagai apa yang untuk menangis, karena dianggapnya tidak sesuai
sedang dimainkannya. Hurlock (1997) dengan sifat laki-laki yang gagah perkasa. Hal serupa
menyebutkan bahwa permainan peranan juga dialami oleh anak perempuan yang sering
(dramatisasi) biasanya terjadi ketika anak dikatakan agresif, ingin menang sendiri, dan tidak
berusia sekitar 3 tahun, yaitu melakukan rasional, apabila mengekspresikan keinginan dan
permainan dengan cara meniru pengalaman- kebutuhannya.
pengalaman hidup, atau bermain pura-pura Dampak yang terjadi akibat peristiwa
dengan temannya seperti polisi-polisian, kesalahpahaman dalam pendidikan gender terhadap
bidan-bidanan, dokter-dokteran, penjaga perkembangan anak adalah sensitivitas anak
toko, dan sebagainya, berdasarkan cerita- terhadap aspek perkembangan sosialnya kurang
cerita yang dibacakan kepada mereka atau optimal. Hal ini cenderung akan menimbulkan
berdasarkan acara-acara film dan televisi pemahaman yang salah pada pola pikir masyarakat
yang mereka lihat. Melalui metode ini anak bahwa setiap laki-laki itu kuat dan setiap perempuan
akan mampu mengenali jati dirinya sendiri itu lemah, sehingga hal ini dapat berpotensi besar
serta mendapatkan kesempatan untuk menimbulkan terjadinya diskriminasi dan intimidasi
mengembangkan fantasi dan menyalurkan laki-laki terhadap perempuan. Contoh nyata yang
kecenderungan pembawaannya (Zulkifli, banyak terjadi akhir-akhir ini adalah dengan adanya
1992). peristiwa kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan
Jadi, dalam memberikan pendidikan seksual, dan lain-lain yang biasanya korban tersebut
gender pada anak usia dini diperlukan adalah perempuan.
strategi yang tepat untuk menyampaikannya Fenomena-fenomena di atas merupakan salah
serta pentingnya memperhatikan faktor- satu dari sekian banyak masalah gender yang terjadi
faktor yang mempengaruhinya agar pada saat ini. Masalah ini disebabkan karena orang
pemahaman anak tentang konsep gender tua sebagai orang yang terdekat dengan anaknya
yang anak dapatkan sesuai dengan apa yang kurang memberikan bimbingan dan pemahaman
diharapkan. mengenai konsep gender.
Banyak para orang tua yang menganggap bahwa
masalah gender adalah masalah yang belum saatnya
E. PEMBAHASAN untuk dibicarakan dengan anak yang dianggap
sebagai suatu hal yang baru atau bahkan tabu. Oleh
Dewasa ini problem yang sering muncul pada
karena pemahaman seperti inilah, para orang tua
perkembangan sosial anak adalah masalah gender.
menjadi tidak begitu mengindahkan akan pentingnya
Masalah gender ini sering disalah artikan oleh
pendidikan gender pada anak usia dini.
kebanyakan orang tua, sehingga aktivitas yang
Konsep gender yang selama ini berkembang
dilakukan oleh anak cenderung diatur karena orang
sering disalah artikan oleh beberapa golongan dari
tua khawatir anaknya akan tumbuh dan berkembang
masyarakat kita. Kesalahpahaman tentang gender
tidak sesuai dengan jenis kelaminnya.
ini diakibatkan oleh kurangnya pemahaman orang
Aktivitas yang biasanya banyak diawasi dan
tua maupun orang dewasa yang ada di sekitar
diatur oleh orang tua adalah bermain. Orang tua
anak mengenai konsep gender tersebut, sehingga
seringkali melarang anak laki-laki untuk bermain
pendidikan gender yang diterima oleh anak pun
masak-masakan, karena permainan masak-masakan
menjadi kurang tepat bahkan keliru.
itu adalah permainan yang diperuntukkan bagi
Larangan-larangan kepada anak mengenai
anak perempuan, bahkan dianggap tidak berguna
aktivitas permainan adalah kurang baik dan tergolong
bagi anak laki-laki dan telah mengubah citra baku
dalam suatu kesalahan pola asuh yang diterapkan
seorang laki-laki yang gagah dan perkasa. Sebaliknya,
oleh orang tua kepada anaknya. Kesalahan pola asuh
hal serupa pun dialami oleh anak perempuan yang
seperti ini yang menyebabkan kesalahapahaman
dilarang orang tuanya untuk bermain sepak bola
mengenai konsep gender pada diri setiap anak.
dengan alasan bahwa permainan tersebut adalah
Padahal segala jenis permainan itu dapat membantu
permainan untuk anak laki-laki dan menyalahi
menumbuhkan dan mengembangkan berbagai
kodratnya sebagai perempuan yang dituntut untuk
potensi kecerdasan yang ada dalam diri setiap anak
selalu bersikap lemah lembut.
dan dapat berpengaruh pada kualitas hidup anak
Fenomena lain yang terjadi adalah orang tua
tersebut selanjutnya, karena apabila salah satu aspek
dan orang dewasa melarang keras anak laki-laki
perkembangan yang ada pada anak tidak berkembang

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


23
secara optimal, maka hal itu akan menghambat aspek ini diperbolehkan dan mengapa hal ini tidak
perkembangan yang lainnya. diperbolehkan, sehingga anak dapat memahami
Pada masa ini, aktivitas yang dilakukan oleh maksud dari larangan tersebut sekaligus anak
anak kebanyakan adalah bermain, karena dengan berlatih untuk dapat berpikir logis.
bermain anak akan menemukan banyak hal yang 4. Berikan gambaran mengenai orang dewasa laki-
mungkin tidak ia ketahui sebelumnya. laki dan perempuan
Kasus-kasus seperti ini sudah selayaknya Menanamkan pendidikan gender pada anak
tidak harus terjadi lagi, karena apabila hal tersebut usia dini tidah hanya melalui permainan saja,
terulang kembali dapat menyebabkan pertumbuhan tetapi juga ada hal-hal yang penting dari itu,
dan perkembangan anak akan terhambat dan misalnya mengenalkan anak tentang gambaran
pemahaman tentan konsep gender pada anak akan orang dewasa dengan jenis kelamin laki-laki dan
keliru. perempuan yang memiliki pekerjaan, sifat, serta
Masalah tentang konsep gender ini memang penampilan yang tidak stereotif.
dirasakan cukup sulit untuk dipecahkan, karena 5. Tanamkan pada setiap anak sikap saling
masalah ini erat kaitannya dengan pemahaman menghormati dan menghargai antar jenis
konsep gender yang telah mengakar kuat di dalam kelamin
pola pikir setiap masyarakat kita, sehingga berujung Cara lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi
pada pemahaman keliru tentang konsep gender yang kesalahpahaman tentang konsep gender pada
dimiliki oleh anak. anak usia dini yaitu dengan cara menanamkan
Ada beberapa alternatif pemecahan masalah pada anak sikap saling menghormati dan
untuk mengatasi kesalahpahaman mengenai masalah menghargai jenis kelamin yang berbeda dari
gender pada anak usia dini, yaitu : dirinya, serta tidak melakukan kekerasan pada
1. Berikan pemahaman konsep gender pada anak teman jenis kelamin lain, karena semua manusia
Dalam memberikan pemahaman tentang itu sama di mata Tuhan, yang membedakan
konsep gender pada anak usia dini dapat hanyalah ketakwaannya.
dilakukan dengan cara pendekatan melalui Cara-cara di atas dapat kita lakukan untuk
komunikasi kepada anak dengan bahasa yang mengatasi kesalahpahaman tentang konsep gender
dapat dimengerti oleh anak tersebut, agar anak yang dimiliki oleh anak. Asalkan kita sebagai orang
dapat memahami apa yang kita bicarakan tanpa tua ataupun orang dewasa yang berada di sekitar
merasa dilarang atau bahkan dibatasi aktivitas anak tetap bersikap bijak dan konsisten dalam
serta keinginannya. memberikan pendidikan gender pada anak usia dini
2. Tidak melarang anak dengan cara yang kasar agar anak dapat memahami dengan jelas apa yang
Satu hal yang harus kita perhatikan bahwa dimaksud dengan gender tersebut.
anak usia dini itu sangat sensitif. Apabila kita
melakukan tindakan yang kasar pada anak
saat melarangnya, maka anak tersebut akan F. PENUTUP
mengalami trauma. Hal ini sangat tidak baik
Seluruh anak memiliki potensi dan aspek-aspek
bagi pertumbuhan dan perkembangan anak,
perkembangan. Setiap aspek perkembangan memiliki
serta dapat menyebabkan anak selalu merasa
tugas-tugas tersendiri. Salah satu aspek perkembangan
takut dan ragu untuk melakukan sesuatu.
pada anak adalah aspek perkembangan sosial yang
3. Latihlah anak untuk berpikir logis
salah satu aspek pentingnya adalah gender. Setiap
Pada saat kita melarang anak untuk melakukan
tugas pada aspek perkembangan diupayakan agar
sesuatu, hendaknya kita tidak melarangnya
tuntas, karena apabila tidak tuntas akan berpengaruh
tanpa alasan, tetapi berikanlah alasan yang logis
pada pertumbuhan dan perkembangan anak
dan dapat dimengerti oleh anak mengapa hal
selanjutnya.

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


24
DAFTAR PUSTAKA

Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.


Hurlock, Elizabeth B. (1997). Psikologi Perkembangan : Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Papalia, Diane E, Sally Wendkos Olds dan Ruth Ruskin Feldman. (2001). Human Development. Boston :
McGraw Hill.
Rahman, Jamaal Abdur. (2005). Tahapan Mendidik Anak Teladan Rasululloh SAW. Bandung: Irsyad Baitus
Salam.
Santrock, John W. (1995). Life Span Development : Perkembangan Masa Hidup, Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Solehuddin, M. (2000). Konsep Dasar Prasekolah. Bandung: PGTK FIP UPI.
Suciati, Sri. (2004). “Kesetaraan Gender dalam Pendidikan”. Suara Merdeka. [online]. Tersedia: http://www.
suaramerdeka.com/harian/0408/09/opi04.htm [akses: 8 Agustus 2006].
Yusuf, Syamsu. (2005). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Umar, Nasaruddin. (2003). “Discourse Gender Perspektif Al-Qur’an”. Pikiran Rakyat [online]. Tersedia:
http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0803/teropong/resensibuku1.htm [akses: 25 September 2006].
Zulkifli, L. (1992). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Jurnal Penelitian & Artikel Pendidikan


25

Anda mungkin juga menyukai