MEDI A I NFORMASI - KOMUNI KASI AKTI VI TAS PEREMPUAN LI MA DESA DI BANTUL
DARI REDAKSI
Perbedaan gender antar laki laki dan permpuan sampai sekarang masih menjadi perde- batan di tengah masyarakat. Persoalan ini dibahas para perempuan di gugus belajar Gilangharjo dan Mulyodadi. Selain berita tersebut, Krida kali ini menyuguhkan profil Iin Narniyati, perempuan yang pandai dalam membaca pelu- ang untuk berwirausaha. Kabar baik kami sampaikan pada para pembaca Krida yang setia. Mulai edisi ini, Krida menambah rubrik baru, Suara Perempuan.Isi nya t ent ang curahan hati para perempun. Bisa tentang dirinya, bisa ten- tang lingkungan atau kehidupan sosial di sekitarnya. Rubrik Suara Perempuan diharapkan menjadi ruang un- tuk berdiskusi dan berbagi, sebab pembaca pun di - persilakan mengomentari atau mendiskusikannya, di rubrik yang sama. Itu sebagian kabar yang dapat kami sajikan di edisi ke lima ini. Semoga apa yang kami sampaikan dapat bermanfaat. Salam.
LAPORAN KHULIL KHASANAH Ploso, Wonolelo, Pleret Pr of esi t i dak d i t ent ukan ber dasar kan j eni s kel ami n seseorang, tetapi tergantung seseorang tersebut memilih dan menj alani profesi. I ni yang diterapkan Iin Narniyati (33), warga Dusun Kedungrejo, Desa Wonolelo, Pleret. Perempuan kel ahi r an 6 November 1977 yang dipanggil Iin oleh penduduk desa Wonolelo ini memilih montir sebagai profesi. Awal nya, saya hanya membantu melayani penjualan bensin, oli, solar dan mengamati suami saat bekerja, tutur anak keenam dari 10 bersaudara ini. Bersama suami, Abdul Gofur (43), mulai 2002 dia membuka usaha bengkel dan BBM di sebuah kios desa di dusun Guyangan, Wonol el o. Pekerj aan monti r dilakukan suaminya. Melihat seringkali terjadi antrian panjang di bengkelnya Iin tergerak untuk mencoba membantu suami mengat asi persoal an tersebut. Saya mulai dari membantu menambal ban, nge-tap oli, berlanjut ke pasang kampas dan lainnya. Ini saya lakukan dari melihat suami, kemudian mencoba, terus bertanya pada suami dan akhirnya terbiasa. Maklum saya bukan dari STM, tapi saya di SMU. SMU Negeri Pleret. Sehingga untuk bisa mbengkel saya harus belajar dari suami, ujar ibu dari seorang anak, Ira Sofiyatul Murifah (9), ini kepada Krida, Jumat siang, 18 Februari. Dengan bantuan Iin yang lambat laun bisa mbengkel, pelanggan bisa lebih terlayani. Pelanggan pun banyak, terlebih karena letak bengkelnya strategis, ongkos tak terlalu mahal, pel ayanan bai k. Menur ut Sekretaris Koperasi Wanita LKP Rukun Makmur Santosa ini, penghasilan bersih bengkelnya bisa mencapai Rp 500 ribu- Rp 700 ribu per hari. Kerja mbengkel sempat dihentikannya, yaitu saat dia hamil tua sampai anaknya berumur kurang lebih satu set engah t ahun. Namun setelah anak saya bisa disambi saya kembali membantu kerjaan suami saya, ujar Iin. Gempa, Roboh, Pindah Iin Montir Narniyati Karena Antrian Panjang... TERBIT BULANAN GRATIS DICETAK 15OO EKS
ALBUM WARGA LAHIR Muhammad Irfan Harun, Minggu Pon 6 Maret 2011 di RS Rajawali Citra, Jl Pleret, Jambidan. Berat 33 kg, panjang 50 cm. Anak ke-2 Untoro Hartatik (Perusahaan Harun Mebel), Ploso RT 04, Wonolelo, Pleret.
. LIHAT JUGA DI HAL 3 yang paling penting tidak malu dalam melakukan pekerjaan apapun, asalkan halal Iin Narniyati, pemilik bengkel, Wonolelo, Pleret KRIDA BERSAMBUNG KE HAL 2 FOTO KHULIL KHASANAH Iin Narniyati, di bengkelnya, Kedungrejo, Wonolelo, Pleret , Jumat (18/2), usaha. Menurut isteri Abdul Ghofur itu, Untuk mengatasi masalah itu (menurunnya penghasilan red) saya juga melayani penggilingan beras dan jagung. Alhamdulillah, sampai hari ini punya beberapa langganan tetap. Di sisi lain, banyaknya usaha penggilingan padi keliling di dusunnya tak dianggap sebagai pesaing. Justru membantu memperlancar bisnis solarnya. Iin mengaku mempunyai beberapa pelanggan solar. Per orang, dalam sehari membeli 15-20 liter, ujarnya. Yang paling menggembirakan, katanya menyambung soal pembel i sol ar itu,walaupun bengkel saya tutup saat saya tinggal ke sawah ataupun mencari jerami untuk empat sapi saya, para pelanggan solar itu mau mengambil sendiri. Hal itu, lanjutnya, bisa terjalin karena sudah ada modal saling percaya satu dengan lainnya. Sebagai ungkapan terima kasih, saya pun memberikan bingkisan lebaran untuk mereka. Walaupun tidak mahal, tapi ini tidak dilihat dari harga tapi nilai persaudaraan yang telah kita jalin, katanya. Tentang bermacam pekerjaan yang dilakukannya, Iin berprinsip, apapun bisa kita lakukan asal ada niat dan kemauan. Dan yang paling penting tidak malu dalam melakukan pekerjaan apapun itu, asalkan halal. (*)
Usaha bengkel di Guyangan tak bertahan lama. Gempa besar yang mengguncang Bantul pada 27 Mei 2006 merobohkan kios desa Wonolelo. Termasuk kios bengkel Iin. Tak putus asa, Iin memindahkan tempat usahanya ke rumah di Dusun Kedungrejo yang merupakan dusun paling utara di Desa Wonolelo. Awalnya, masih banyak pelanggan yang mau datang ke bengkelnya. Namun, lambat laun pelanggan berkurang. Karena rumah saya di ujung desa, lama-lama banyak pelanggan yang mengeluh kejauhan jika harus ke sini (Kedungrejo-red). Berangsur-angsur banyak langganan yang pindah ke bengkel-bengkel yang menempati jalan strategis, sehingga penghasilan saya pun turun drastis, tutur Iin. Ii n yang semul a membantu mbengkel, di tempat baru justru menjadi tenaga pokok. Ia menjadi montir utama. Terutama setelah banyak bengkel di Wonolelo dan suami menekuni profesi l ai n, yai t u si nso kayu ( usaha penggergajian kayu), katanya. Meski penghasilan dari bengkel menurun, Iin tak melepaskan pekerjaan sebagai mont i r dan menut up bengkelnya. Ia malah menambah jenis Hasil Tak Seberapa, Tetap Bersyukur 2 KRIDA NOMOR 5, TAHUN I EDI SI MARET 2011 LAPORAN EMY CAYARANI Kadisoro, Gilangharjo, Pandak
Bahagia dan senang. Itulah yang diucapkan Sarini (42), salah satu pedagang jajanan di depan SD Muhammadiyah Kadisoro I, Gilangharjo, Pandak. Meskipun diakuinya hasil berjualan jajanan tidak begitu banyak, ia merasa gembira. Karena saya bisa memperoleh penghasilan untuk membantu ekonomi keluarga, ujarnya saat ditemui Krida di tempatnya berjualan, Sabtu (19/3). Ibu dari dua anak, Rino Sulistyo (18) dan Yeni Suli styani ngsi h (7), i ni mengatakan, awalnya ia buruh buruh thutuk emping. Karena pekerjaan ini tidak bisa disambi ia berjualan es gabus dan es pisang. D i a m e n g a m b i l dagangan dari juragan, lalu me n j u a l n y a d e n g a n keunt ungan yang di a tentukan sendiri. Misalnya, dari juragan dia ambil dengan harga Rp 400 dia menjualnya Rp 500. Ia bisa memetik untung Rp 100 per biji. Namun, katanya, dari berjualan es dia hanya mendapat penghasilan sekitar Rp 6.000 per hari. Ia berpikir untuk mencari usaha lain. Yang penghasilannya lebih besar, tentu. Dari pengalaman berjualan es, istri Sihono (41) ini kemudian sejak 2009 memilih jualan siomay goreng dan tireng (pati goreng) yang bahan utamanya dari tepung kanji. Dia menjajakan dagangannya pukul 09.00 hingga 10.00. Suaminya, juga menjual jajanan serupa. Hanya saja, Sihono, suami Sarini, menjajakannya berkeliling di Siyangan dan Pandak. Jika pagi menjual siomay, sore menjual tireng. Penghasilan pasangan suami-istri warga Banyudono, Gilangharjo, Pandak ini dari berjualan siomay goreng dan tireng sekitar Rp 70 ribu per hari. Dikurangi modal untuk membeli bahan dagangan (kanji, saos dan minyak) sekitar Rp 30.000, pendapatan bersih keduanya Rp 40 ribu per hari. Ya tidak seberapa. Tapi tetap saya syukuri. Dari usaha ini saya juga bisa nyekolahake anak, ujar Sarini, seraya menyebutkan bahwa anak pertamanya ia sekolahkan di salah satu SMK swasta di Bantul. Bagi Sarini, bisa menyekolahkan anaknya amat disyukuri. Sebab, baginya pendidikan anak dan kesehatan harus dinomorsatukan. Hanya saja, dengan penghasilan harian yang tak seberapa itu, terkadang Sarini sedih apabila banyak tetangga yang punya hajatan. Sudah menjadi kebiasaan dan tradisi, jika ada yang hajatan mau tak mau ia harus nyumbang. Tapi, katanya, apa mau dikata karena itu merupakan bentuk kepedulian sosial terhadap sesama juga. (*) Karena Antrian Panjang SAMBUNGAN HAL 1 FOTO KHULIL KHASANAH FOTO EMY CAYARANI Sarini, menjual tireng di depan SD Muhammadiyah Kadisoro, Gilangharjo ujar ibu dua anak, Tita Pintasari Putri Ramadhani dan Taufik Sunu Nurcahyono, ini saat ditemui Krida di rumahnya, akhir Desember 2010. Modal usaha ini, kata Dwi, merupakan bantuan dari Kelurahan Gilangharjo. Modal sebesar Rp 3 juta tersebut untuk kelompoknya. Bantuan modal sebesar itu masing-masing Rp 1 juta untuk pengolahan sampah organik dibuat menjadi pupuk organik dan Rp 2 juta untuk pengolahan sampah anorganik yang dibuat menjadi kerajinan. Dalam membuat kerajinan berbahan baku limbah plastik kemasan, istri Murdianto itu dibantu seorang tenaga kerja. Bahan baku disetor oleh tetangga, ibu-ibu yang sebelumnya membuat kerajinan seperti Dwi. Bahan baku bisa berupa lembaran maupun yang sudah berbentuk cacahan, yang dihargai Rp 10.000 per kilogram. Sampah atau limbah plastik ini sebelum digunakan terlebih dahulu dicuci sampai bersih kemudian dijemur. Selanjutnya, untuk jenis lembaran yang tipis dipintal dan dianyam untuk dibuat dompet. Jenis lembaran yang tebal, seperti plastik kemasan cairan pewangi pakaian, dipotong- potong lantas disatukan dengan dijahit menjadi lembaran panel untuk dibuat tas. Adapun plastik cacahan digunakan untuk pengisi lembaran dompet atau tempat tisu. Untuk pengerjaan kerajinan limbah plastik ini Dwi memanfaatkan sebuah mesin jahit miliknya ditambah satu mesin jahit milik kelompok dan sebuah mesin pinjaman. Produk olahan limbah plastik ini selain dijual di sanggarnya, terutama untuk melayani tamu dari luar negeri, juga dititipkan di sebuah toko di daerah Gambiran, Yogyakarta. Menurut Dwi, omset usahanya tidak tentu. Tergantung pada order dari tamu luar negeri yang akan berkunjung, katanya, seraya menambahkan bahwa minimal dia meraih omset Rp 300 ribu per bulan. Adapun harga produk kerajinan dari sanggar Kreasi Limbah Plastik Bersenandung ini bervariasi. Tergantung bentuk dan ukuran. Untuk dompet, misalnya, dihargai Rp 25 ribu- Rp 30 ribu per buah. Meskipun omset tidak begitu besar, istri seorang laden tukang (pembantu tukang bangunan) ini mengaku bangga dengan pekerjaannya. Saya bangga karena perempuan pun bisa berkarya, ujarnya. Selain itu, tentu saja, dia ikut menyelamatkan bumi dari polusi. (*)
Di Dusun Bebekan RT 02, Kadekrowo, Gilangharjo, Pandak, Bantul, sampah bukan sesuatu yang menjijikkan. Di sini, jika dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga memiliki nilai ekonomi, sampah merupakan sumber keuangan bagi sebagian kaum ibu. Dwi Khasanah (33) adalah salah seorang warga Kadekrowo yang mengolah sampah sehingga menjadi sumber pemasukan. Sejak satu setengah tahun lalu, tepatnya Juli 2009, dia memulai usaha membuat kerajinan dari hasil olahan limbah plastik kemasan di Kreasi Limbah Plastik Bersenandung di rumahnya. Awal perkenalannya dengan usaha mengolah limbah plastik adalah ketika dia mengikuti pelatihan pengolahan limbah plastik di Sanggar Giri Gino Guno di Bebekan, Kadekrowo, selama satu minggu. Di pelatihan itu, dia dan sejumlah perempuan tetangganya dilatih membuat kompos dari limbah organik dari dapur dan memanfaatkan limbah anorganik, khususnya plastik bekas kemasan. Pelatihan ini menginspirasi Dwi dan ibu-ibu tetangganya untuk membuat kerajinan berbahan dasar limbah plastik bekas kemasan. Ibu-ibu yang pernah mengikuti pelatihan itu lalu membentuk kelompok pengelola kerajinan limbah plastik. Terbentuklah beberapa kelompok. Namun, yang bertahan tinggal Dwi Khasanah. Yang lain mandeg karena merasa kurang telaten untuk membuat kerajinan. Mereka memilih untuk menyetor limbah plastiknya saja, dalam bentuk cacahan, ke Dwi. Saya bertahan karena saya senang membuat kerajinan dari limbah plastik ini, Di Kadekrowo, Limbah Plastik Jadi Kerajinan Cantik 3 KRIDA NOMOR 5, TAHUN I EDI SI MARET 2011 ULANG TAHUN Zuniyati, pedagang sayur keliling, Guyangan, Wonolelo, Pleret. Ulang tahun ke-30, Sabtu Pon 26 Maret 2011. Semoga dagangan tambah laris... ULANG TAHUN Muhammad Emillul Fata, ulang tahun ke 8, Jumat Pahing 25 Maret 2011. Putra pertama Taslip Sulaiman-Khulil Khasanah, Ploso RT 04, Wonolelo, Pleret. NIKAH Dewi Indra Widiyawati SKepNers (putri Daroni-Sri Wahyuni), Somenggalan RT 06, Dukuh Joho, Jambidan, Banguntapan dengan Kristanto (Marsono-Sri Supatmi), Dk Patoman RT 02, Desa Krikilan, Bayat, Klaten. Akad nikah, Minggu Kliwon 13 Maret 2011 di Somenggalan RT 06, Jambidan, Banguntapan. NIKAH Wahyuni (putri Suhardi-Hartini), Purworejo, Wonolelo, Pleret dengan Widiyanto (putra Hadi Sumarto), Desa Ngampon, Pleret. Akad nikah Minggu 20 Maret di Purworejo, Wonolelo, Pleret NIKAH Surantini, Kepuh, Mulyodadi, Bambanglipuro dengan Waryanto, Warungpring RT 02, Mulyodadi, Bambanglipuro. Akad nikah Minggu Kliwon 13 Maret 2011 di Kepuh, Mulyodadi, Bambanglipuro.
SIAPA DI BULAN APRIL? KIRIM VIA SMS ke 0813-2878-2156 atau email ke korankrida@ymail.com GRATIS TIS!
Lanjutan ALBUM WARGA FOTO EMY CAYARANI Karya DWI Khasanah hasil daur ulang plastik bekas kemasan nama istri. Tetapi, jika suatu saat dijual minta persetujuan suami. Sedangkan tabungan atas nama pribadi. Karena bisa dikatakan 70 persen laki-laki menjadi tulangpunggung keluarga dan 30 persen merupakan wanita mandiri, peserta menganggap wajar jika kekayaan keluarga atas nama suami. Lalu, bagaimana dengan pengambil keput usan dal am kel uarga? Pesert a menyimpulkan biasanya perempuan tidak berani mengambil keputusan sendiri. Perempuan atau istri tergantung pada pendapat suami. Sehingga segala sesuatunya harus dimintakan persetujuan suami. Tapi, dalam hal untuk sosial, misalnya nyumbang atau untuk takziyah, biasanya istri mengambil keputusan sendiri tanpa minta persetujuan suami. Salah kaprah Usai diskusi dan presentasi, Radiyem menjelaskan mengenai perbedaan gender dengan kodrat. Sebab, selama ini terjadi salah kaprah. . R G U D W N D W D 5 D G L \ H P $ G D O D K V H V X D W X sifat yang tidak bisa ditukar atau diubah. Misal, seorang wanita hamil, menstruasi, menyusui, tidak bisa digantikan oleh laki- O D N L Adapun gender, katanya, merupakan anggapan orang, masyarakat, yang bisa G L S H U W X N D U N D Q 0 L V D O Z D Q L W D P H P D V D N E L V D digantikan laki-laki. Jabatan presiden, gubernur, bupati, bisa diganti atau diduduki perempuan. Pekerjaan yang biasa dilakukan perempuan bisa dikerjakan laki-laki. Intinya, kalau kodrat adalah sesuatu yang datang dari Yang Maha . X D V D X M D U JX U X JX JX V E H O D M D U L W X Adanya berbagai pertanyaan serta masukan dari peserta gugus belajar menambah hidup di skusi. Suasana bel aj ar pun j adi menyenangkan, meskipun santai. 25 Orang di Mulyodadi Sehari setelah di Gilangharjo, Sabtu (19/3), kegiatan gugus belajar bulanan diselenggarakan perempuan war ga Desa Mul yodadi , Bambanglipuro. Kali ini gugus belajar yang diketuai Muntiningsih (warga Dusun Ngentak) diselenggarakan di rumah Tugiyem di Dusun Plumutan. Kegiatan kali ini dihadiri 25 orang perempuan dari seluruhnya 42 anggota perwakilan 14 dusun se Desa Mulyodadi. Tiap dusun diwakili tiga orang. Dipandu Suyatmi, kegiatan belajar kali ini serupa di Gilangharjo, yaitu membahas persoalan gender. Materi tentang ini disampaikan guru gugus, Radiyem. Seperti di Gilangharjo, dalam diskusi kelompok mereka juga memetakan tiga topik yaitu peran di keluarga, penguasaan kekayaan dan pengambilan keputusan. Berdasarkan pengalaman sehari-hari, mereka menggambarkan bahwa peran bapak yaitu bekerja mencari nafkah, membantu pekerjaan ibu, beraktivitas di masyarakat dan istirahat. Peran dan pekerjaan istri, yaitu mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci, membersihkan rumah, usaha yang bisa menambah penghasilan keluarga, mendampingi anak dalam belajar dan istirahat. Adapun anak, belajar, sekolah, membantu orangtua dan bermain. Soal pengambilan keputusan di keluarga, peserta sependapat bahwa sebaiknya merupakan keputusan bersama dan risikonya ditanggung bersama. Sedangkan tentang penguasaan kekayaan, seharusnya apa yang menjadi kekayaan keluarga merupakan milik bersama, harta suami juga harta istri dna keluarga. Dari diskusi ini Radiyem menyimpulkan bahwa seharusnya tidak ada perbedaan di dalam keluarga antara laki-laki dan S H U H P S X D Q ` L V X D W X N H O X D U JD K D U X V D G D kerjasama yang baik dan yang terpenting D G D O D K N R P X Q L N D V L N D W D Q \ D Di akhir kegiatan, peserta bersepakat mengadakan pertemuan April di rumah Kuswandari, Dusun Tulasan.(*)
3 H U V R D O D Q J H Q G H U P H Q M D G L W R S L N G L V N X V L S D G D N H J L D W D Q J X J X V E H O D M D U G L ` H V D * L O D Q J K D U M R 3 D Q G D N G D Q ` H V D 0 X O \ R G D G L % D P E D Q J O L S X U R S H U W H Q J D K D Q 0 D U H W $ S D \ D Q J G L G L V N X V L N D Q E H U L N X W O D S R U D Q ( P \ & D \ D U D Q L G D U L . D G L V R U R * L O D Q J K D U M R G D Q , V W U L \ D Q W L G D U L : D U X Q J S U L Q J 0 X O \ R G D G L
Menyenangkan, tambah pengalaman dan banyak teman. Itulah kesan Ristiyani, salah satu peserta, usai mengikuti kegiatan gugus belajar di Balai Desa Gilangharjo, Pandak, Bantul, Jumat sore 18 Maret. Pertemuan gugus belajar saat itu merupakan yang keenam. Kegiatan yang difasilitasi Asppuk ini berlangsung sekali sebulan, dua jam setiap pertemuan. Gagasannya, gugus belajar sebagai sarana untuk menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman, serta sebagai media silaturahmi antarperempuan warga se kelurahan Gilangharjo yang terdiri dari 15 pedukuhan. Tak hanya upaya meningkatkan ekonomi keluarga yang dibicarakan, dan kemudian diikuti pelatihan, yang dibicarakan. Mengawali pertemuan pada Jumat 18 Maret itu, Ristiyani dan 16 perempuan lain dipandu guru gugus Radiyem mereview materi yang telah dipelajari. Mereka menyebutkan antara lain masalah kesehatan reproduksi, perempuan berjaringan/berorganisasi, pemanfaatan sampah berkaitan dengan gerakan lingkungan bersih dan sehat, dan membangun kapasitas perempuan sehingga berani mengambil keputusan berkaitan dengan ekonomi keluarga dan persamaan hak dengan laki-laki. Selesai merevieuw, peserta yang terdiri dari perwakilan Dusun Kadisoro (4 orang), Karangasem (2), Karanggede (1), Jomboran (2), Daleman (2) dan Kadekrowo (6) berdiskusi kelompok mengenai pemahaman gender. Topik ini dibagi menjadi tiga, yaitu pembagian peran pekerjaan, kekayaan keluarga dan pengambilan keputusan dalam keluarga. Hasil diskusi kelompok berdasarkan pengalaman sehari-hari peserta dipresentasikan lalu dibicarakan bersama difasilitasiguru gugus. Dari diskusi peserta menyimpulkan bahwa dalam pembagian peran pekerjaan di keluarga ternyata perempuanlah yang paling banyak menyerahkan waktunya untuk keluarga, meski pun t i dak ada at ur an at au perjanjian/kesepakatan. Ini kebiasaan yang sudah turun temurun. Ini bisa dikatakan sebagai pemiskinan terhadap perempuan, sebab perempuan tak hanya diposisikan sebagai kanca wingking yang harus bekerja mulai bangun tidur sampai mau tidur lagi. Untuk topik kekayaan keluarga, menyangkut tanah, rumah atau kendaraan, menurut peserta biasanya diatasnamakan suami. Perhiasan atas 4 KRIDA NOMOR 5, TAHUN I EDI SI MARET 2011 Perempuan Gilangharjo dan Mulyodadi Membincang Gender % H N H U M D 0 X O D L % D Q J X Q 7 L G X U + L Q J J D 0 D X 7 L G X U / D J L KRIDA 5 NOMOR 5, TAHUN I EDI SI MARET 2011 Gender Sifat yang dilekatkan kepada laki-laki maupun perempuan oleh masyarakat. Pensifatan ini berbeda- beda dari waktu ke waktu, dari tempat ke tempat yang lain, dari kelas sosial-ekonomi berbeda, dari bangsa ke bangsa, dari suku ke suku. Sifat ini bisa dipertukarkan. Perempuan bisa emosional, laki-laki juga bisa. Perempuan bisa keibuan, laki-laki juga tak sedikit yang bersifat keibuan. Perempuan juga tak sedikit yang perkasa, sebaliknya banyak lelaki yang lemah. Berpikir rasional tak hanya laki-laki, perempuan juga. Perempuan dicap sebagai makhluk emosional, laki-laki rasional, itu sifat yang dilekatkan oleh masyarakat. Itu perbedaan gender namanya! Perempuan urusannya dapur, sumur, kasur, laki-laki urusannya ekonomi, politik, kemasyarakatan, itu juga gender. Perempuan reresik omah. Urusan perempuan adalah rumah, domestik. Itu juga gender. Cap. Ngurus dapur, reresik, sangat bisa dilakukan laki-laki. Jadi? Bukan kodrat! Kodrat Sifat yang melekat secara biologis dan tidak bisa dipertukarkan antara laki-laki dan perempuan. Secara permanen tidak berubah. Ketentuan Tuhan. Manusia laki- laki adalah manusia yang memiliki atau bersifat berikut; laki-laki adalah manusia yang mempunyai jakun (kalamenjing), punya penis, memproduksi sperma, kumis dan jenggot. Perempuan, adalah jenis manusia yang memiliki alat reproduksi seperti rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi sel telur, memiliki vagina, mempunyai alat menyusui. Kodrat perempuan sesungguhnya adalah menstruasi, mengandung/hamil, melahirkan dan menyusui (laki-laki hanya bisa membantu memberi susu)! Membesarkan, mengasuh dan mendidik anak? Bukan kodrat perempuan, karena laki-laki pun sangat bisa melakukan tugas ini. Apa dampak Perbedaan Gender? Kenyataan, perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan gender, baik bagi kaum laki-laki, maupun terutama terhadap kaum perempuan. Contohnya? Perempuan dianggap tidak penting diikutkan dalam pembuatan kebijakan pembangunan dan keputusan politik (dari tingkat negara sampai RT, bahkan keluarga), jadi sasaran kekerasan, beban kerja lebih panjang dan lebih banyak (bangun subuh, ngurus anak, siapkan sarapan, bikin kopi, ngantar-jemput sekolah, belanja, siapkan masak makan siang, makan malam, reresik omah, umbah-umbah, cari nafkah juga atau ke sawah, sampai menjelang tidur malam), upah kerja perempuan lebih rendah meskipun beban kerja sama, dan banyak lagi. Sumber: diolah dari buku Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Mansour Fakih, 1996. Perempuan di Dapur, Gender atau Kodrat? 3 H U H P S X D Q Z D U J D ` H V D * L O D Q J K D U M R E H U G L V N X V L G D Q P H P S U H V H Q W D V L N D Q K D V L O G L V N X V L N H O R P S R N W H Q W D Q J J H Q G H U S D G D N H J L D W D Q J X J X V E H O D M D U G L % D O D L ` H V D * L O D Q J K D U M R 3 D Q G D N - X P D W * X J X V E H O D M D U G L L N X W L S H V H U W D G D U L H Q D P G X V X Q G L ` H V D * L O D Q J K D U M R \ D L W X G D U L . D G L V R U R . D U D Q J D V H P . D U D Q J J H G H - R P E R U D Q ` D O H P D Q G D Q . D G H N U R Z R )2 72` ( ` ,+ 3 8 5: $ ` , Selain tentang simpanan, LKP juga mengharapkan tiap bulan diadakan pertemuan di masing-masing kelompok KPUK (Kelompok Perempuan Usaha Kecil). Jika ada permasalahan, maka dal am per t emuan bul anan i ni permasalahan dapat dimusyawarahkan dan diatasi. Ketiga hal tersebut, kata pengurus LKP, tak lain untuk mencapai penilaian yang baik menuju koperasi yang sehat.
Lomba RT Sehat Pada pertemuan yang berlangsung hampir tiga jam (19.30-21.30) itu warga juga berembug soal persiapan menghadapi Lomba RT Sehat. Lomba ini untuk menyambut Hari Kartini 2011 di Kadisoro. Ada empat aspek yang dinilai pada lomba RT Sehat. Pertama, Rumah Sehat. Dengan jumlah poin 30, indikator penilaian meliputi air bersih, jamban, Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL), pembuangan sampah, ventilasi dan pencahayaan, bebas jentik. Kedua, PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat). Jumlah poin 30. Indikator penilaiannya yaitu cuci tangan dengan sabun, makan bergizi seimbang dan menggunakan gar am beryodi um, melakukan aktivitas fisik setiap hari, tidak merokok, kebiasaan gosok gigi dan sarapan. Ketiga, Program Lingkungan Unggulan dengan poin 20. Adapun indikator penilaian yaitu bukti pel aksanaan program, administrasi, peran serta warga, target dna pencapaian. Keempat, Administrasi (10 poin). Indikator penilaiannya yakni peta wilayah, data fasilitas sanitasi (sumur, jamban, SPAL, kandang), data balita, data ibu hamil, data ibu menyusui, data peserta KB, PHBS dan Toga.
Racun Tikus dan Promosi Sebelum pertemuan diakhiri semua dibagi racun tikus. Gratis. Ini ada hubungannya dengan mewabahnya leptospirosis (penyakit yang ditimbulkan oleh kencing tikus). Di Kadi soro tel ah digalakkan pemberantasan tikus baik di sawah maupun rumah secara serentak. Bahkan, kalau warga mau membawa tikus mati atau hidup ke tempat dinas Bupati Bantul akan diberi uang Rp 500/ekor. Di ujung acara, arisan RT pun digelar diikuti penyampaian laporan keuangan oleh bendahara. Tentang kehadiran Sutarno dari Mitra Husada Yogya, tak lain untuk promosi obat dan sabuk (korset) magnetik. Rupanya banyak juga warga yang membeli obat/param kocok dan korset yang ditawarkan Sutarno. (*)
LAPORAN UMI NARSIH Kadisoro, Gilangharjo, Pandak
GILANGHARJO, KRIDA Pertemuan RT (Rukun Tetangga) bisa untuk keperluan macam-macam. Contohnya pada pertemuan bulanan perempuan warga RT 06 Kadisoro, Gilangharjo, Pandak, Bantul, Selasa 15 Maret malam. Acara di rumah Umi Narsih yang juga redaksi Krida untuk Gilangharjo ini agak lain dari biasanya. Kali ini tidak cuma diisi arisan dan rembug warga. Sebab, selain tingkat kehadiran warga yang lebih tinggi dari biasanya, mencapai 80%, pertemuan dihadiri dua pengurus koperasi perempuan LKP Lestari Kadisoro, yakni Sartini dan Susi Wahyuningsih, serta Sutarno dari Mitra Husada Yogyakarta. Kehadiran Sartini dan Susi untuk menj elaskan perubahan mengenai Simpanan Wajib dan Simpanan Pokok di koperasi perempuan LKP Lestari. Perubahan ini, merupakan kesepakatan lima LKP pada pertemuan Jarpuk (Jaringan Perempuan Usaha Kecil) Bantul. Mengenai Simpanan Wajib, kata Susi dan Sartini, yang standar sebesar Rp 10.000/bulan. Di Kadisoro Simpanan Wajib masih Rp 3.000/bulan. Untuk menerapkan itu pengurus masi h memi ki rkannya, j adi bel um bi sa diberlakukan. Kemudi an, Si mpanan Pokok standarnya Rp 100.000. Berhubung Simpanan Pokok di LKP Lestari masih Rp 50.000, maka perlu disetarakan dengan 4 LKP lainnya menjadi Rp 100.000. Mengenai ini, pengurus memberi keringanan dengan cara mengangsur 10 kali mulai April 2011.
6 KRIDA NOMOR 5, TAHUN I EDI SI MARET 2011 PERENCANAAN EDISI MARET Anggota Redaksi Krida merencanakan isi Krida edisi 5/Maret pada rapat di rumah Khulil Khasanah, Ploso,Wonolelo, Pleret, Sabtu (19/3) siang. Pada rapat yang dipandu Khulil ini hadir Tin Ratmanta (Joho, Jambidan, Banguntapan), Emy Cayarani dan Umi Narsih (Kadisoro, Gilangharjo, Pandak), Nur Arofah (Wonolelo, Pleret), Istriyanti (Warungpring, Mulyodadi, Bambanglipuro), Ismay Prihastuti dan Dedi H Purwadi (LP3Y). Salah satu keputusan rapat yaitu menambah rubrik baru, Suara Perempuan. Selain itu, seperti biasa pada akhir rapat, merembug siapa yang akan menjadi tuan rumah rapat perencanaan edisi berikut ditutup makan siang. FOTO: DEDI H PURWADI KOREKSI Pada Krida edisi Februari 2010 hal 5 terdapat kekeliruan penulisan dalam boks berjudul 6 INFORMASI MANAJEMEN INFORMASI DESA. Dalam contoh tertulis ...Gilangharjo, Kecamatan Bambanglipuro. Seharusnya ...Gilangharjo, Kecamatan Pandak. Kepada pembaca, kami mohon maaf. Redaksi Pertemuan Perempuan Warga RT di Kadisoro Dari Koperasi, Racun Tikus hingga Promosi miliki. Namun seandainya ada pekerjaan yang bisa memberikan penghasilan cukup dan waktu longgar alangkah itu akan lebih baik. Dengan adanya tulisan ini kami berharap pembaca bisa memberikan saran agar kita perempuan-perempuan bisa tetap berorganisasi, menambah wawasan dan tetap bisa membantu perekonomian keluarga. (*) Ulil (Wonolelo, Pleret)
Bagaimana Agar Perempuan Bisa Tetap Berorganisasi?
Hidup di masa ini serba sulit, terutama perekonomian keluarga. Perempuan yang awalnya hanya sebagai penunjang dalam perekonomian keluarga namun saat ini justru kebanyakan perempuanlah yang menjadi tulang punggung keluarga. Hal ini yang menjadi alasan mengapa perempuan tidak memiliki banyak waktu untuk berorganisasi dan menambah wawasan bagi mereka. Keadaan ini dirasakan oleh kelompok FKKP (Forum Komunikasi Kader Posyandu) Desa Wonolelo. Tahun 2007 s/d 2010, anggota FKKP sangat giat berorganisasi dan dalam mengikuti pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan oleh berbagai pihak (Pemerintah, LSM, dan Organisasi Masyarakat). Namun di tahun ini banyak anggota yang sulit untuk diutus ke pelatihan- pelatihan maupun untuk datang ke pertemuan. Mereka mengatakan alasan di antaranya mencari jerami untuk sapi mereka dan untuk dijual, selain itu ada yang harus derep (membantu panen orang agar dapat imbalan gabah) , mendreng (jualan keliling), bikin emping dan kerja di pabrik. Sedangkan untuk mencari jerami dan derep mereka harus pergi ke wilayah di luar Wonolelo sehingga memakan waktu setengah hari bahkan lebih, sedangkan untuk kerja di pabrik membutuhkan waktu sehari penuh, sehingga waktu mereka sangat kecil untuk bisa menghadiri pertemuan-pertemuan ataupun pelatihan- pelatihan. Memang kita tidak bisa memaksa p e r e mp u a n - p e r e mp u a n h a r u s berorganisasi, karena sebenarnya perempuan yang telah memiliki aktivitas menandakan bahwa perempuan tersebut telah berdaya dan telah mampu mengembangkan sumber daya yang ia SUARA PEREMPUAN Rubrik ini terbuka bagi perempuan, tua-muda, lajang-berkeluarga, warga Desa Jambidan, Wonolelo, Srihardono, Mulyodadi dan Gilangharjo, untuk menyampaikan gagasan, uneg-uneg, curhat, tentang persoalan diri maupun lingkungan sosial. Tulisan tidak boleh berisi fitnah, adu domba, memojokkan. Yang disampaikan harus fakta (keadaan sesungguhnya). Penulis agar menyertakan nama, alamat lengkap dan nomor telepon. Keberatan untuk pemuatan identitas Anda di rubrik ini harus disampaikan di awal disertai alasannya. Redaksi berhak menyunting atau tidak memuat karena pertimbangan tertentu. Tulisan bisa dikirim melalui email ke korankrida@ymail.com, dpurwadi12@yahoo.co.id atau ke perwakilan Krida di masing-masing desa. Anggota BKM Wonolelo Ikuti Pelatihan Pengorganisasian 7 KRIDA NOMOR 5, TAHUN I EDI SI MARET 2011 Ingin mengomentari, memberi sa- ran, berpendapat, tentang tulisan ini? Silakan tulis dan kirim via email ke korankrida@ymail.com atau dpurwadi12@yahoo.co.id, atau SMS ke 0813-2878-2156. Cantumkan nama, alamat Anda. LAPORAN KHULIL KHASANAH Ploso, Wonolelo, Pleret
WONOLELO, KRIDA Sebanyak lima orang anggota BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) Desa Wonolelo, Pleret, empat di antaranya perempuan, yaitu Khulil Khasanah (koordinator), Musirah, Giyanti, Ernawati dan Marwanto, pada 19 dan 20 Maret mengikuti pelatihan Pengorganisasian dan Jejaring untuk BKM di desa-desa Kecamatan Pleret dan Kecamatan Pundong. Pelatihan berlangsung di Balai Desa Wonokromo, Pleret. Di Balai Desa Wonokromo anggota BKM Wonolelo bergabung dengan anggota BKM dari Desa Wonokromo, Pleret, Bawuran, Segoroyoso serta BKM dari tiga desa di Kecamatan Pundong, yaitu Desa Srihardono, Panjangrejo dan Seloharjo. Jumlah seluruh peserta 20 orang, delapan di antaranya perempuan. Tujuan pelatihan, kata Yanan Zaqi Candra, Senior Fasilitator Tim Bantul 3, untuk meningkatkan kapasitas BKM agar mampu memaksimalkan peran dan fungsinya, sekaligus mampu menjalin kerjasama dengan berbagai pihak dan membentuk Forum BKM tingkat Kecamatan. Untuk membangun BKM yang kuat, berdaya dan mampu menjalin kerjasama dengan banyak pihak maka perlu dilakukan pembekalan
B K M y a n g di b ent uk ol eh m a s y a r a k a t merupakan wadah pelaksana program P N P M u n t u k me n a n g g u l a n gi k emi sk i nan di ma s i n g - ma s i n g desa. Sebagai BKM ni r l ab a dal am penanggul anagan kemiskinan, BKM m e r u p a k a n organisasi tanpa menghitungkan laba dan bertugas membangun kepedulian berbagai pihak terutama di wilayah desa. BKM merupakan agen perubahan sosial mewakili aspirasi masyarakat sesuai tujuan pembangunan untuk menjadikan masyarakat lebih maju dan lebih mandiri dalam memecahkan persoalan kemiskinan, BKM tidak bisa bekerja sendiri untuk itu dibutuhkan kerjasama dan saling belajar antar BKM, ujar Zaqi. Selama pelatihan peserta mendapatkan materi antara lain Mendorong Perubahan Melalui Forum BKM, Pengorganisasian Masyarakat sebagai Basis Pengembangan Forum BKM dan Membangun Kerjasama. Di akhir pelatihan peserta menyusun Rencana Tindak Lanjut berupa pembentukan Forum BKM Kecamatan Pleret dan Pundong dengan menunjuk pengurus. Terpilih sebagai pengurus di antaranya H. Macrus dari Wonokromo (koordinator), Khulil Khasanah dari Wonolelo (Sekretaris Jenderal) dan Riyadi sebagai Bendahara. Selain itu disepakati akan ada koordinasi pada 22 April 2011 agar tercapai kerjasama yang solid yang dimulai dari 8 BKM. (*)
Pelatihan Pengorganisasian BKM di Balai Desa Wonokromo, Pleret, Bantul, 19-20 Maret 2011 gembira oleh semua kelompok. Namun, untuk waktunya belum bisa ditentukan. Menurut Nurma, ia akan berbicara dulu dengan warga yang akan dikunjungi agar nantinya anggota jaringan bisa bertemu langsung dengan warga. Sampai menjelang akhir Maret acara ini belum terlaksana.(*)
DARI PEMBACA Memudahkan Penyampaian Informasi Hadirnya Krida memberi informasi kepada warga dengan mudah, warga cukup di rumah. Jadi, bukan cuma pen- gurus/orang tertentu yang tahu, tapi semua warga bisa tahu kare- na warga berhak tahu. Lewat Krida semoga bisa memberi spirit untuk menciptakan kemajuan di masing-masing desa, terutama di lima desa. Umi Kadisoro, Gilangharjo, Pandak
Perlu Tambah
Kehadiran Krida bisa membantu, juga untuk sosial- isasi koperasi perempuan dan juga untuk info-info yang penting di warga. Jumlahnya kalau bisa ditambah karena masih banyak yang belum dapat Krida. Pokoknya, saya mendukung dan se- nang dengan adanya Krida. Sumartini Joho, Jambidan, Banguntapan
DITERBITKAN OLEH LP3Y (LEMBAGA PENELITIAN PENDIDIKAN DAN PENERBITAN YOGYA) SEBAGAI MEDIA INFORMASI DAN KOMUNIKASI AKTIVITAS PEREMPUAN LIMA DESA DI BANTUL. PENERBITAN DIDUKUNG THE FORD FOUNDATION. TERBIT PERDANA NOVEMBER 2010
PENANGGUNGJAWAB: PROGRAM OFFICER PROGRAM WARGA BERMEDIA LP3Y-FF REDAKSI: KARTINAH RATMANTA, DWI HARYATI, SRI NURYANTI (Jambidan, Banguntapan)UMI NARSIH, EMY CAYARANI (Kadisoro, Gilangharjo, Pandak)KHULIL KHASANAH, ENI AROFAH, NUR AROFAH (Wonolelo, Pleret) V MEI DIANA, ISTRIYANTI (Warungpring, Mulyodadi, Bambanglipuro) SRI RAHAYU, DWI PUJI ASTUTI (Klisat, Srihardono, Pundong)AGOES WIDHARTONO, DEDI H PURWADI ALAMAT REDAKSI: LP3Y, JL KALIURANG KM 13,7, NGEMPLAK, SLEMAN YOGYAKARTA TELP: 0274-896016 E-MAIL: korankrida@ymail.com SMS REDAKSI: 0813-2878-2156
SEBAGIAN BESAR REPORTASE/ARTIKEL MERUPAKAN KARYA WARGA DI LIMA DESA DI BANTUL
BERITA KEGIATAN, SURAT, BISA DIKIRIM LANGSUNG KE REDAKSI, via E-MAIL ATAU PERWAKILAN REDAKSI DI MASING-MASING DESA. NASKAH BOLEH DITULIS TANGAN, PANJANG MAKSIMAL 1,5 HALAMAN KUARTO . NASKAH DISERTAI NAMA, ALAMAT, TELEPON
mertua. Tak hanya mendengar pemaparan materi dari pendamping, pada pertemuan kelompok yang menemukan masalah yang menyangkut KDRT menyampaikannya kemudian persoalan tersebut dibicarakan bersama untuk mencari solusinya. Selain mendiskusikan masalah KDRT, pada pertemuan ini peserta diajak bersama-sama menengok warga korban erupsi Merapi untuk memberikan dorongan semangat dalam menghadapi musibah. Ajakan ini disambut LAPORAN TIN RATMANTA Joho, Jambidan, Banguntapan
JAMBIDAN, KRIDA Meskipun sudah berlalu hampir tiga tahun, anggota jaringan perempuan yang didampingi Rifka Annisa Yogya yang dibentuk pada program pascagempa Bantul 2007-2008 masih rutin berkumpul. Jaringan ini terdiri dari enam kelompok, yaitu kelompok dari Kedungpring (Desa Wonolelo, Pl er et ), War ungpr i ng ( Mul yodadi , Bambanglipuro), Kadisoro dan Krekah (Gilangharjo, Pandak), Klisat (Sirhardono, Pundong) dan Joho (Jambidan, Banguntapan). Adapun ketua jaringan yaitu Susi. Para anggota jaringan ini berkumpul dua bulan sekali. Tempatnya bergiliran dari desa ke desa. Terakhir, jaringan ini mengadakan pertemuan di rumah Kartinah Ratmanta di Joho (Jambidan), Minggu 20 Februari. Yang menjadi tuan rumah adalah kelompok Sakinah. Pada pertemuan di Joho hadir 25 perempuan yaitu dari kelompok Sakinah sebagai tuan rumah, kelompok dari Wonolelo, Krekah dan Kadisoro (Gilangharjo) dan dari Klisat (Srihardono). Sebagai pendamping yaitu Nurmawati SE dari Rifka Annisa. Mengawali diskusi, Nurmawati memberikan materi tentang upaya menuju keluarga yang bahagia dan sejahtera lahir maupun batin. Selain itu ia menyampaikan penjelasan tentang KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) dan solusinya karena kekerasan itu ternyata bentuknya bermacam-macam, selain kekerasan fisik juga kekerasan psikis, ekonomi juga seksual. Soal kekerasan dalam rumah tangga ini penting dibahas, karena ternyata para anggota jaringan mengungkapkan seringnya terjadi konflik dalam rumah tangga apalagi dengan Temu Duabulanan Bahas KDRT KRIDA 4 Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) A. Kekerasan Fisik Menampar, memukul, menarik rambut, menyundut dengan rokok, melukai dengan senjata, mengabaikan kesehatan istri, dsb B. Kekerasan Psikis Menghina, komentar-komentar merendahkan dan melukai harga diri, tidak mengijinkan istri atau membatasi untuk mengunungi saudara maupun teman, mengancam akan mengembalikan istri ke rumah orangtuanya, mengancam akan menceraikan, memisahkan istri dari anak-anaknya, dll C. Kekerasan Seksual Pengisolasian istri dari kebutuhan batin/biologis, pemaksaan hubungan seksual dengan cara yang tak dikehendaki atau tidak disetujui istri, pemaksaan hubungan seksual ketika istri sedang tidak menghendaki, istri sedang sakit atau menstruasi, memaksa istri berhubungan seks dengan orang lain, memaksa jadi pelacur, dsb D. Kekerasan Ekonomi Tidak memberi nafkah kepada istri, memanfaatkan ketergantungan istri secara ekonomi untuk mengontrol kehidupan istri, membiarkan istri bekerja untuk kemudian penghasilannya dikuasai suami. Kekerasan terhadap istri merupakan tindak pidana ( pasal 351 jo 356 ayat 1 KUHP ) APA AKIBAT KDRT? KDRT menyebabkan perempuan/istri berada dalam keadaan yang menyakitkan; tidak tenang, kehilangan kepercayaan kepada suami, kehilangan rasa percaya diri, pendiam, tremor, dan akibat-akibat lain. Secara fisik, KDRT bisa menyebabkan istri menderita penyakit tertentu, kerusakan organ reproduksi dan bahkan penyakit menular seksual. Sumber: Kekerasan dalam Rumah Tangga, Rifka Annisa 1997