Aksi Bela Islam Dan Ruang Politik Muslim
Aksi Bela Islam Dan Ruang Politik Muslim
2 , Agustus 2017
Abstraksi
Narasi bergerak mengenai Islam dimungkinkan karena media moderen mempengaruhi landskap budaya
dan politik kehidupan kaum Muslim sehari-harinya. Kasus Aksi Bela )slam pada tahun menuntut
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Cahaya Purnama, atau yang biasa dikenal dengan nama Ahok, dipenjara
karena dianggap telah menista Islam. Kasus ini menunjukkan bahwa para penyelenggara aksi telah
berhasil memobilisasi dukungan massa melalui kampanye di media sosial. Kajian ini melacak bagaimana
strategi melalui mediatisasi dakwah (propaganda yang mengatasnamakan Islam) dilakukan dalam Aksi
Bela Islam dengan mengeksplorasi representasi online daring dalam jaringan di media sosial sepeti
Facebook, Instagram, dan aplikasi pesan personal WhatsApp, sehingga menunjukkan suatu lokasi pada
ruang yang disebut sebagai Publik Muslim . Kemampuan media sosial untuk memungkinkan komunikasi
interaktif secara khusus menempatkan narasi bergerak tentang keshalehan kaum Muslim urban di
Indonesia. Studi etnografi juga dilakukan untuk melihat bagaimana komunitas offline – luring (luar
jaringan yang memiliki akses internet terbatas mendukung gagasan membela )slam di )ndonesia.
Dengan mengkaji baik representasi daring maupun observasi komunitas luring , kajian ini ditujukan
untuk menganalisis bagaimana media sosial dimanfaatkan untuk mengkonstruksi strategi dakwah dan
politik moralitas publik yang mengutamakan kode-kode dan etika keshalehan dalam Islam di Indonesia
saat ini.
Kata kunci: Ruang publik Muslim, Aksi Bela Islam, narasi bergerak Islam, representasi daring, komunitas
luring, moralitas publik.
Abstract
Shifting narratives about Islam are made possible because modern media affect the cultural and political
landscape of Muslims everyday lives. The case of Aksi Bela )slam (the Action to Defend Islam),
which demanded that Jakarta Governor Basuki Cahaya Purnama, or Ahok, be jailed for blasphemy,
demonstrates the ability of the rally organizers to mobilize mass support through social media
campaigns. The study traces the mediatization of da wa )slamic propagation strategies by exploring the
online representations of the Action to Defend Islam found in social media such as Facebook, Instagram,
and personal instant messenger of WhatsApp, each of which can be seen as part of the Muslim public
sphere. The ability of social media to conduct interactive communication particularizes shifting
narratives of Islamic piety among urban Muslims in Indonesia. The ethnography study also concerns on
the offline community – those who have limited online access – whose members likewise support the
idea of defending Islam in Indonesia. By conducting online and offline observations of the Muslim public
sphere, the study aims at analyzing social media practices which construct da wa strategies and the
politics of public morality, both underlie the ethics and moral codes of Islamic piety in Indonesia today.
Keywords: Muslim public sphere, the Action to defend Islam, shifting narratives on Islam, online
representation, offline community, public morality.
1Arie Setyaningrum Pamungkas adalah staf pengajar di Departemen Sosiologi UGM. Melakukan penelitian tentang
Aksi Bela Islam di Media Sosial dan Komunitas-Komunitas Pendukung Aksi Bela Islam di DKI Jakarta dan DI
Yogyakarta sejak November 2016.
Gita Octaviani, adalah mahasiswa pada program studi Sarjana di Departemen Sosiologi dan menulis skripsi
mengenai Representasi Media Sosial Aksi Bela )slam . Saat ini ia sedang mempersiapkan ujian akhir untuk lulus
sebagai Sarjana Sosial di Departemen Sosiologi UGM.
65
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 2, 2017
Aksi Bela Islam dan Ruang Publik Muslim: Dari Representasi Daring ke Komunitas Luring
Arie Setyaningrum Pamungkas dan Gita Octaviani
2 Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dihadiri oleh 70 orang utusan ormas-ormas Islam dan
29 orang ulama pada tanggal 9 November 2016 mengeluarkan putusan fatwa penistaan agama yang dilakukan
Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Sumber berita online Rimanews di laman
http://rimanews.com/nasional/hukum/read/20161109/307850/MUI-Perkuat-Fatwa-Penistaan-Agama-Ahok/.
Diakses pada 1 Desember 2016.
3 Facebook, Akun Buni Yani https://www.facebook.com/buniyani/Diakses pada 25 Oktober 2016 pk. 20:0.8 WIB.
66
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 2, 2017
Aksi Bela Islam dan Ruang Publik Muslim: Dari Representasi Daring ke Komunitas Luring
Arie Setyaningrum Pamungkas dan Gita Octaviani
Kasus ini mulai meledak dan menjadi perhatian Maidah 51 digunakan untuk membohongi umat
publik luas baik di level nasional, bahkan Muslim agar tidak memilih pemimpin kafir. (al itu
internasional, sejak adanya polemik penistaan memunculkan dua polemik utama yang
agama yang mulai muncul melalui postingan video diwacanakan GNPF-MUI khususnya melalui media
Ahok yang berkunjung ke Kepulauan Seribu dengan sosial yakni;
tajuk Penistaan terhadap Agama? yang diunggah
(1) Tafsir GNPF-MUI bahwa Ahok telah menghina
oleh Buni Yani pada 6 Oktober 2016 melalui akun
ulama (pemimpin kaum Muslim) karena kalimatnya
Facebooknya. Penggalan perkataan Ahok yang
itu mengindikasikan pesan seorang ulama itu adalah
menyebutkan jangan mau dibohongi pakai Ayat Al
orang yang suka berbohong penipu .
Maidah itulah yang kemudian digiring menjadi
(2) Tafsir GNPF-MUI bahwa Ahok telah menista Al-
polemik publik, apalagi ketika itu di akhir tahun
Qur an khususnya aAl Maidah Ayat , dengan
2016 hingga awal tahun 2017 situasi di DKI Jakarta
mengindikasikan bahwa ulama yang menggunakan
sedang dalam keadaan panas khususnya pada masa
ayat itu, ditujukan untuk kepentingan menipu umat
kampanye sebelum berlangsungnya Pilkada DKI
dan atau ayat itu telah menipu umat kaum Muslim
2017 pada putaran pertama 15 Februari 2017, dan
pada umumnya, padahal ayat itu secara teks adalah
terus berlanjut sebelum putaran kedua Pilkada DKI
teks suci yang merupakan wahyu Allah SWT yang
pada 19 April 2017. Kasus Ahok tersebut
secara mutlak termaktub sebagai kitab Allah dan
menimbulkan polemik dan bahkan kegaduhan
karenanya tidak bisa dikutip sembarangan atau
politik menjelang dilaksanakannya Pilkada DKI
dijadikan alasan argumentasi khususnya oleh
Jakarta pada awal 2017 dimana Ahok juga ikut
seorang non-Muslim (kafir). Jadi Ahok dianggap
mencalonkan diri sebagai Petahana. Pada akhirnya
telah menistakan Al-Qur an.
polemik itu berujung pada peradilan atas penistaan
agama dan diputuskannya Ahok terbukti bersalah Kedua interpretasi atas penggalan kalimat yang
melakukan penistaan agama dengan vonis hukuman dinyatakan oleh Ahok di dalam video Buni Yani
selama 2 tahun penjara oleh Majelis Hakim itulah yang paling dominan diwacanakan oleh para
Pengadilan Negeri Jakarta Utara pada tanggal 9 Mei penggerak Aksi Bela Islam khususnya GNPF-MUI
2017.4 Wacana dominan yang disebarluaskan melalui media sosial yang kemudian tersebar luas
khususnya oleh GNPF-MUI ke khalayak ramai secara massif melalui jejaring komunitas khususnya
khususnya pada publik kaum Muslim di Indonesia melalui teknologi mobile smartphone melalui
adalah pendapat bahwa Ahok sebagai seorang non- aplikasi pesan personal WhatsApp hingga
Muslim dengan sengaja menggunakan pernyataan menjangkau ke ruang privat banyak Muslim di
itu dengan tujuan untuk menyatakan bahwa Ayat Al seluruh Indonesia.
Inisiator Aksi Ormas yang Menggunakan Simbol Ormas yang Menggunakan Simbol dan
Bela Islam I, dan Wacana Islam untuk Mobilisasi Wacana NKRI dalam Aksi Bela Islam III
II, III dan Aksi Bela Islam II (411), III (212) (212)
seterusnya
FPI (Front 1. GNPF-MUI (FPI, HTI, FUI, MMI 1. GNPF-MUI (FPI, HTI, FUI, MMI,
Pembela Islam) Tarbiyah/P Tarbiyah/PKS)
/ GNPF MUI 2. KS) 2. Aksi Bersama Rakyat (AKBAR)
3. Majelis Pelayan Jakarta (Gerakan 3. Jaringan Merah Putih (JMP)/Gerindra
Masyarakat Jakarta-GMJ) 4. Forum Betawi Rempug (FBR)
4. Majelis Tinggi Jakarta Bersyariah 5. Gerakan Bela Negara
untuk Gubernur Muslim Jakarta 6. Gerakan Indonesia Beradab
5. Badan Kerjasama Pesantren
Indonesia
6. Al Irsyad
7. FS-LDK (Forum Silaturahmi
Lembaga Dakwah Kampus)
8. Wahdah Islamiyah
9. Majelis Intelektual dan Ulama Muda
Tabel.01. Inisiator dan ormas-ormas yang menggerakkan aksi bela Islam (Sumber: Data penelitian, diolah oleh
Arie Setyaningrum Pamungkas dan Gita Octaviani)
Mobilisasi massa khususnya pada kaum Muslim baik wacana publik dan menyebarluaskan dukungan
di wilayah DKI Jakarta dan kemudian tersebar di melalui beragam sumberdaya khususnya dengan
beberapa wilayah di Indonesia yang ditunjukkan menggunakan sentimen agama sebagai basis yang
dalam Aksi Bela Islam, menurut sebagian pengamat dapat mempersatukan kepentingan politik antar
adalah suatu model mobilisasi demonstrasi dengan ormas-ormas yang ikut terlibat, mengorganisir dan
memaksakan kehendak atau mobocracy 5 yang memobilisasi massa di tingkat akar rumput
didesain oleh GNPF-MUI khususnya yang sejak awal (grassroot). Meski demikian, Aksi Bela Islam II pada
dimotori oleh ormas Front Pembela Islam (FPI) bulan November 2016 yang berakhir dengan
untuk memaksakan kehendak agar agenda politik kerusuhan telah menimbulkan reaksi di kalangan
mereka dapat mempengaruhi keputusan politik publik di Indonesia berupa wacana kontra yakni
bahkan hukum dengan cara-cara mengkonstruksi bahwa mereka (ormas-ormas khususnya ormas
5 Mobilisasi yang ditunjukkan melalui serangkaian aksi aksi massa seperti demonstrasi secara besar-besaran
yang disebut Aksi Bela Islam, pada awalnya dimotori oleh dengan cara memaksakan kehendak bahkan melalui
Front Pembela Islam (FPI) yang dipimpin oleh Habib kekerasan (baik secara fisik maupun secara simbolik)
Rizieq Shihab. Aksi ini dalam analisis sosiologi inilah yang sering disebut dengan istilah mobocracy
sebenarnya merupakan suatu bentuk demonstrasi yang secara literal dalam bahasa )nggris berarti rule or
massa yang ditujukan untuk melakukan tekanan secara domination by the masses diperintah atau didominasi
paksa untuk kepentingan politik khususnya untuk dengan kekuatan massa). Sumber: majalah Tempo edisi
kepentingan jangka pendek untuk suatu perubahan. 5-11 Desember 2016
Tekanan untuk perubahan politik dengan menggunakan
68
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 2, 2017
Aksi Bela Islam dan Ruang Publik Muslim: Dari Representasi Daring ke Komunitas Luring
Arie Setyaningrum Pamungkas dan Gita Octaviani
Islam) yang mengorganisir Aksi Bela Islam adalah Politik pewacanaan yang demikian sangat cepat
kelompok-kelompok Islam radikal, yang intoleran, sekali berubah khususnya pasca Aksi Bela Islam II
dan bertujuan bukan hanya untuk Memenjarakan pada 4 November 2016 yang juga menimbulkan
Ahok semata, melainkan suatu makar politik yang ketegangan politik antar elit politik di Indonesia,
diarahkan pada pemerintahan yang sah juga ikut mempengaruhi bagaimana pewacanaan
berdasarkan konstitusi yaitu pada pemerintahan mengenai Aksi Bela )slam direproduksi melalui
yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo, karena format pewacanaan baru dimana wacana yang
aksi itu sebenarnya ditujukan untuk mengganti disusun dan disebarluaskan kepada publik bukan
konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia hanya tentang membela )slam semata-mata, tetapi
(NKRI) yaitu Pancasila dan UUD 1945 dengan bahwa kepentingan membela Islam itu ditujukan
ideologi Islam radikal transnasional seperti bagi persatuan dan kesatuan nasional dimana umat
mempromosikan sistem Khilafah )slamiyah atau Muslim sebagai mayoritas penduduk di Indonesia
kekhalifan )slam dengan menggunakan syariat masih menginginkan bentuk NKRI sebagai negara
)slam sebagai landasan hukum formal politik. kesatuan dan bahwasanya aksi-aksi bela Islam
selama ini sama sekali tidak melanggar ketentuan
konstitusi dan bahkan dianggap (diklaim) sebagai
manifestasi aspirasi suara umat Islam di Indonesia
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, dalam
mobilisasi massa Aksi Bela Islam III, dukungan yang
diberikan pada aksi ini mengalami perluasan
simpati bahkan dari beberapa komunitas majelis
taklim dan para santri dari beberapa daerah di luar
Jakarta. Perluasan simpati ini ditengarai muncul
khususnya ketika media massa banyak
memberitakan reaksi yang dimunculkan oleh
pemerintah Joko Widodo (Jokowi) pasca Aksi Bela
Islam II di bulan November 2016 melalui
serangkaian tuduhan makar terhadap beberapa
tokoh politik oposisi yang ditengarai ikut terlibat
memfasilitasi dan memberi dukungan dalam aksi
tersebut. Kalangan inisiator Aksi Bela Islam
khususnya FPI dan juga GNPF-MUI mentafsirkan
reaksi pemerintah Jokowi itu sebagai suatu bentuk
Gambar 02. Denah (Peta) Lokasi Aksi Bela Islam 212 kedzaliman oleh penguasa terhadap umat Islam.
di Monas, Jakarta yang tersebar melalui Aplikasi
Inilah yang kemudian mendorong gelombang
WhatsApp (Sumber: dokumentasi Arie
Setyaningrum Pamungkas, 30 November 2016) simpati publik khususnya kaum Muslim yang
69
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 2, 2017
Aksi Bela Islam dan Ruang Publik Muslim: Dari Representasi Daring ke Komunitas Luring
Arie Setyaningrum Pamungkas dan Gita Octaviani
sebelumnya bahkan sama sekali tidak pernah juga dihadiri oleh Presiden Joko Widodo dan Wapres
menunjukkan simpati pada wacana-wacana yang Jusuf Kalla. Jadi dapat dikatakan bahwa Aksi Bela
dikemukakan oleh FPI (Front Pembela Islam) )slam ))) merupakan momentum puncak mobokrasi
sebagai ormas Islam yang pertama-tama yang didesain secara sukses oleh inisiator dan
mewacanakan Aksi Bela Islam I atau aksi yang ormas-ormas penggerak aksi itu maupun para elit
pertama pada tanggal 14 Oktober 2017 dengan politik yang sejak awal sudah menunjukkan
memunculkan polemik penistaan agama oleh Ahok dukungan terhadap aksi ini, misalnya seperti yang
yang hanya didukung oleh sedikit massa FPI dan ditunjukkan melalui keterlibatan beberapa ormas
simpatisannya. Aksi itu menjadi meluas khususnya non-Islam seperti contohnya JMP (Jaringan Merah-
sejak Aksi Bela Islam II didukung juga oleh Putih) yang pernah terlibat dalam mobilisasi massa
organisasi ekstra kurikuler termasuk yang bagi pendukung salah satu Capres dari partai
diorganisasi oleh FS-LDK (Forum Silaturahmi Gerindra pada pemilu 2014. Dukungan elit-elit
Lembaga Dakwah Kampus), bahkan juga dukungan politik khususnya mereka yang menjadi oposisi
dari beberapa aktivis organisasi mahasiswa Islam pemerintah saat ini (Jokowi) dalam Aksi Bela Islam
seperti HMI. Dukungan bagi Aksi Bela Islam semakin meskipun tidak dimunculkan dalam kehadiran
membesar semenjak keluarnya fatwa MUI tentang mereka di dalam aksi, tetapi nampak di dalam
penistaan agama oleh Ahok pada 9 November 2017 pernyataan-pernyataan yang mereka munculkan di
(hanya beberapa hari setelah Aksi Bela Islam II pada media massa.6
4 November 2017. Dampak lain selain munculnya
dukungan dan simpati yang sangat besar dari
B. Metode Penelitian dan Kerangka Teoritis
banyak kaum Muslim pada Aksi Bela Islam III atau
Aksi 212, adalah bagaimana ormas-ormas lslam dan Studi mengenai Aksi Bela Islam ini dilakukan melalui
juga ormas-ormas lain non keagamaan dua metode. Pertama melalui observasi di media
menggunakan wacana NKRI di dalam mewacanakan sosial dan metode analisis wacana dalam
Aksi Bela )slam dan membuat pemerintah pada mengintrepretasikan bentuk-bentuk representasi
akhirnya ikut memfasilitasi aksi yang ditunjukkan Aksi Bela Islam dan pewacanaannya yang muncul di
melalui shalat Jumat di lapangan Monas pada jejaring media sosial khususnya Facebook dan
tanggal 2 Desember 2016, yang bahkan akhirnya Instagram. Kedua melalui metode etnografi visual
6 Salah satu pernyataan yang kontroversial pasca Aksi Di satu sisi, pernyataan SBY itu justru mengundang reaksi
Bela Islam II pada 4 November 2016 yang berakhir negatif yang cukup besar dari para pendukung Jokowi dan
dengan kerusuhan adalah pernyataan mantan Presiden khususnya para pendukung Ahok karena salah satu putra
R), Susilo Bambang Yudhoyono SBY , tentang Lebaran SBY, Agus Harimurti Yudhoyono juga ikut maju di dalam
Kuda yang isinya mengkritisi cara-cara pemerintah Joko kontestasi Pilkada DKI Jakarta sebagai CaGub. Lihat juga
Widodo menanggapi aksi bela Islam sehingga respon Ahok setelah polemik Lebaran Kuda SBY di
menimbulkan kerusuhan dan polemik di masyarakat. laman berita online Tribunnews
Lihat: Kompas Online di laman http://www.tribunnews.com/metropolitan/2016/11/1
http://nasional.kompas.com/read/2016/11/02/144856 6/sindir-ucapan-sby-soal-lebaran-kuda-ahok-apa-itu-
61/sby.kalau.pendemo.diabaikan.sampai.lebaran.kuda.m tidak-menghina. Diakses pada 20 November 2016.
asih.ada.unjuk.rasa. Diakses pada 14 November 2016.
70
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 2, 2017
Aksi Bela Islam dan Ruang Publik Muslim: Dari Representasi Daring ke Komunitas Luring
Arie Setyaningrum Pamungkas dan Gita Octaviani
dan observasi lapangan pasca Aksi Bela Islam yang komunitas Muslim yang sebenarnya secara ideologis
puncak dukungannya terjadi pada tanggal 2 memiliki perbedaan dalam memahami Islam dan
Desember 2016 di Lapangan Monas, Jakarta (Aksi aktivisme politik mereka dengan para inisiator yang
212), dan bagaimana kelanjutan aksi dan efek menjadi motor penggerak aksi membela Islam.
pewacanaannya dilanjutkan di dalam komunitas- Melalui kajian etnografi mengenai komunitas luring
komunitas Muslim yang mendukung gagasan atau (offline community) yang mendukung gagasan
ide membela )slam . tentang membela )slam maka dapat dikenali
bagaimana wacana Aksi Bela Islam telah
Melalui observasi visual atas Aksi Bela Islam
bertransformasi menjadi suatu gagasan atau wacana
khususnya Aksi 212 yang muncul melalui
moralitas publik yang lebih luas dan memiliki basis
kampanye-kampanye di media sosial seperti
sosial yang kuat di dalam komunitas-komunitas
Facebook dan Instagram (online representation) dan
Muslim yang beragam.
bahkan yang menjangkau ruang privat seperti
aplikasi WhatsApp, maka hasil penelitian Kerangka teoritis yang digunakan di dalam kajian ini
menunjukkan bagaimana pola-pola pewacanaan bersandar pada konsep mengenai ruang publik
mengenai moralitas publik dilakukan khususnya di Muslim (Muslim public sphere) yang digagas oleh
kalangan publik Muslim di Indonesia. Wacana ini Dale F Eickelman dan Jon W Anderson (2003) yang
bukan hanya direproduksi dalam bentuk ujaran, menggambarkan bagaimana kaum Muslim
atau bahkan rujukan pada tafsir-tafsir ayat suci, khususnya para intelektual Muslim di negara-negara
melainkan juga bentuk-bentuk representasi yang mayoritas berpenduduk Muslim berusaha
divisualisasikan untuk menunjukkan magnitude membangun pemahaman mereka tentang Islam dan
atau besarnya pengaruh kekuatan dalam berbagi gagasan tentangnya melintasi batasan-
mempertunjukkan kekuatan massa dalam aksi batasan geografi fisik, kultural (bahasa dan
tersebut, serta pesan-pesan moral yang dimasukkan etnisitas) yang semuanya dimungkinkan melalui
pula sebagai kepentingan politik khususnya oleh pemanfaatan teknologi media baru (new media)
para penggerak aksi tersebut. termasuk memvisualisasikan gagasan itu sebagai
bagian dari strategi dakwah Islam. Gagasan tentang
Observasi etnografis melalui pengamatan di dalam
Islam yang divisualisasikan itu dapat dibagikan dan
komunitas-komunitas Muslim yang mendukung
digandakan bahkan dengan kecepatan sebagai
wacana membela )slam sebagai implikasi lanjutan
upaya merekam narasi-narasi otentik tentang Islam
pasca Aksi 212 ditujukan untuk menunjukkan
dan narasi-narasi tentang keshalehan kaum Muslim
bagaimana ruang publik Muslim dikelola di dalam
yang selalu dapat diinterpretasikan ulang bahkan
basis-basis komunitas yang bahkan pada awal
dapat keluar dari konteks awal dimana materi-
sejarahnya sama sekali tidak memiliki kepentingan
materi visualisasi itu berasal. Media teknologi
politik terhadap aksi itu (yang awal mulanya
informasi dan komunikasi yang berkembang pesat
ditujukan sebagai kepentingan politik untuk
khususnya melalui medium internet telah
memenjarakan Ahok) dan bahkan di dalam
memungkinkan munculnya narasi bergerak
71
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 2, 2017
Aksi Bela Islam dan Ruang Publik Muslim: Dari Representasi Daring ke Komunitas Luring
Arie Setyaningrum Pamungkas dan Gita Octaviani
(shifting narratives) tentang Islam melalui upaya akses meskipun terbatas tetapi tidak aktif) tetapi
untuk mencari kebaharuan yang sifatnya kekinian mengkonfirmasi suatu wacana khususnya tentang
sehingga kaum Muslim dapat mencari relevansi atau membela )slam karena dikonstruksikan di dalam
kaitan dari jejak sejarah dakwah Islam di masa lalu dakwah sehari-hari oleh komunitas-komunitas yang
hingga ke masa kini (sekarang) bahkan dapat berjejaring melalui media sosial. Materi dakwah
mengklaim otoritas atas otentisitas Islam di masa tentang membela )slam tersebar secara cepat
lalu bagi konteks sosial, budaya dan politik yang melalui smartphone dan secara memdiatisasikan
berbeda di masa kini.7 Upaya untuk dakwah yang sebenarnya sarat dengan kepentingan
memvisualisasikan narasi bergerak tentang Islam politik. Meskipun dakwah sendiri berkonotasi
dimungkinkan melalui teknologi media sehingga sebagai suatu aktivitas yang bersifat positif, tetapi
dapat mempengaruhi perubahan landskap budaya mediatisasi dakwah yang melipatgandakan
bahkan politik kaum Muslim di seluruh dunia dan informasi dan bentuk-bentuk visualisasi yang
bahkan juga ikut mempengaruhi landskap acapkali tercerabut dari konteks awalnya justru
kemanusiaan (ekonomi, sosial dan politik) secara menunjukkan bagaimana apropiasi dakwah
global. Upaya untuk mengkonstruksi wacana terhadap industri kapitalis moderen khususnya
bergerak tentang Islam inilah yang disebut sebagai melalui media sosial itulah yang memungkinkan
mediatisasi dakwah .8 Mediatisasi adalah suatu celah bagi upaya untuk memediatisasikan muatan
konsep yang berkembang di dalam teori media yang dakwah bagi kepentingan individu atau kelompok.
menjelaskan proses yang melibatkan wacana dan Komunitas luring yang memiliki agensi sosial yang
strategi pewacanaan melalui media sebagai suatu mengakar di dalam komunitas memiliki
bentuk komunikasi politik yang dimediasikan lewat kecenderungan untuk membangun kepercayaan
beragam medium sehingga dapat direkam, atas kebenaran pewacanaan mediatisasi dakwah
digandakan dan bahkan dimultitafsirkan untuk tersebut secara subyektif di dalam keseharian
beragam kepentingan termasuk kepentingan politik hidup mereka. Agensi sosial kaum Muslim sebagai
dan bahkan kepentingan kapital ekonomi. konsumen media dakwah melipatgandakan dirinya
melalui jejaring sosial dalam kehidupan sehari-hari
Sementara itu keberadaan komunitas luring atau
dan mengkonfirmasikan solidaritas mereka dan
offline community menunjuk pada mereka yang
mengkonfirmasi wacana membela )slam ke dalam
tidak memunculkan dirinya di media sosial secara
realitas subyektif kehidupan kaum Muslim yang
terbuka dengan beragam alasan. Alasan yang
sehari-hari-nya dicitrakan sebagai kelompok yang
acapkali muncul adalah keterbatasan akses
terpinggirkan dan termarjinalisasikan. Wacana
terhadap teknologi khususnya internet maupun
membela Islam karenanya dikonstruksikan sebagai
karena alasan-alasan yang bersifat personal (punya
7Eickelman, Dale, dan Anderson, Jon. 2003. New Media in 8 Pamungkas, Arie Setyaningrum. . Membela )slam
The Muslim World: The Emerging Public Sphere. (?): Memahami Muslim Public Sphere di )ndonesia .
Bloomington and Indianapolis: Indiana University Press. Artikel Online di Jurnal Remotivi dimuat pada laman
Hal. 1-20. http://www.remotivi.or.id/amatan/340/Membela-
Islam. Diakses pada 8 Desember 2016.
72
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 2, 2017
Aksi Bela Islam dan Ruang Publik Muslim: Dari Representasi Daring ke Komunitas Luring
Arie Setyaningrum Pamungkas dan Gita Octaviani
bagian dari moralitas publik melalui standar etis dan teoritis disebut sebagai Muslim public sphere yang
moral tertentu, regulasi (disiplin), dan acapkali bukan sekedar mengkonsumsi media, melainkan
dibentuk pula oleh kepanikan moral, sebagaimana ikut menggerakkan sebagai bagian dari produksi
yang dimunculkan dalam pewacanaan tentang Aksi wacana. Sehingga ketika gerakan dakwah global
Bela Islam sebagai wacana yang masih berada di melalui bentuk-bentuk yang termediasikan secara
dalam koridor mematuhi norma-etika dan aturan massif itu telah memiliki publiknya yakni para
mengenai kewargaan Indonesia yang baik yaitu pemirsa Muslim , media yang ditambilkan akan
yang menghormati eksistensi NKRI. Dalam konteks selalui memunculkan tema tentang moralitas publik
ini, wacana NKR) merupakan wacana mengenai meskipun hal tersebut ditujukan untuk kepentingan
bentuk dan ekspresi nasionalisme sebagai bentuk politik tertentu (sebagaimana yang kita saksikan
moralitas publik yang bersifat sekuler dimana pada Aksi Bela Islam), dan sekaligus membentuk
Islamisme (aktivisme Islam politik) selalu pasar media Muslim , dan bahkan pengikut
dihadapkan sebagai ancaman bagi Bhinneka ideologis.
Tunggal )ka suatu nilai etis-moral kohesi
nasionalisme yang secara faktual dibangun diatas
C. Representasi Daring (Online) Aksi Bela Islam
keragaman latar-belakang budaya, etnisitas, di Media Sosial
keagamaan di Indonesia. Meskipun sesungguhnya
dalam 'Aksi Bela )slam yang mewacanakan
Melihat struktur anggota GNPF-MUI berlatar-
membela )slam dan NKR) itu secara pragmatis
belakang dari berbagai organisasi Islam,
diwacanakan oleh para penggerak aksi tersebut
pengelompokan ini dilihat dari latar belakang status
sebagai wacana tanding atas tuduhan bahwa
angotaannya yakni Front Pembela Islam (FPI),
gerakan tersebut ditujukan untuk menggulingkan
Forum Umat Islam (FUI), Hizbut Tahrir Indonesia
pemerintahan yang konstitusional dan berpotensi
(HTI), Gerakan Bela Negara, Majelis Mujahidin
memecahbelah kesatuan nasional. Perang
Indonesia, Partai Gerindra, Badan Kerjasama
pewacanaan ini yang akan dibahas di dalam analisis
Pesantren Indonesia, Pimpinan Al Irsyad, dan
berikutnya mengenai representasi aksi bela )slam
Gerakan Indonesia Beradab. Relasi kuasa yang
di media sosial. Implikasi aksi dan transformasi
berlangsung di ranah daring (online) dengan segala
wacana membela )slam sebagai bentuk-bentuk
konstruksinya juga mempengaruhi dinamika yang
mengkonstruksi moralitas publik melalui komunitas
terjadi di ruang luring (offline). Ruang maya
luring akan dibahas dalam analisis berikutnya di
memberikan peluang situs berita online untuk
dalam artikel ini. Transformasi gerakan dakwah
menyediakan bagi partisipasi publik. Ruang
secara global melalui budaya populer di Indonesia
komentar menjadi peluang bagi publik untuk
sebagaimana yang muncul melalui media Islam
berpartisipasi dalam pergulatan wacana yang
semakin diperkuat melalui persebaran wacana
terjadi baik itu di ranah offline dan online. Ruang
tentang moralitas publik sehingga membentuk
maya memberikan kebebasan bagi publik untuk
suatu komunitas besar pemirsa Muslim (secara
73
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 2, 2017
Aksi Bela Islam dan Ruang Publik Muslim: Dari Representasi Daring ke Komunitas Luring
Arie Setyaningrum Pamungkas dan Gita Octaviani
Gambar 03. Poster Yang disebarluaskan pasca Aksi dominan dalam Aksi Bela Islam.
Bela Islam 212 Melalui Instagram (Sumber:
Berbeda dengan Facebook, dalam media sosial
dokumentasi Arie Setyaningrum Pamungkas.) 9
Instagram, durasi video mejadi pembatas video
tersebut ditayangkan. Teaser atau video pendek
Facebok menjadi titik awal mencuatnya mengenai potongan kalimat yang diucapkan Ahok
pemberitaan terkait penistaan agama oleh Basuki sebagaimana yang dipopulerkan oleh akun
Tjahaja Purnama (Ahok) yang tersebar melalui akun Facebook milik Buni Yani direproduksi ulang dan
facebook Buni Yani pada tanggal 6 Oktober 2016. semakin populer melalui Instagram sehingga
Sebanyak 346,354 tayangan penyebaran wacana pemirsa semakin besar rasa keingintahuan atas
dan sebanyak 11.033 kali dibagikan ulang tayangan penuh video tersebut. Bagian-bagian
(reshared). Video sebagai salah satu produksi tertentu ditampilkan sebagai bentuk citra sebelum
video ditayangkan secara utuh. Instagram menjadi Islam, identitas seorang muslim bisa dikenal dengan
alternatif lain pencarian berita mengenai polemik sikapnya di media sosial dalam menangggapi aksi,
video Ahok tersebut. Dalam durasi detik pada melalui tanggapannya terhadap aksi netizen juga
aplikasi Instagram, video tersebut dengan cepat bisa melacak seseorang itu berlatar belakang Islam
tersebar dan dikonstruksi makna-nya melalui dari golongan yang mana. Identitas tak lagi memiliki
caption judul dan hashtag # untuk mendulang ruang privasi. Kini masyarakat telah termediasi dan
popularitas memperoleh perhatian (jumlah dimediasi oleh internet, perangkat digital, dan
tayangan atau view) dan komentar, juga disukai perangkat komunikasi dalam interaksi sosialnya.
(like). Selfie merupakan suatu sistem gambar mengubah
hal yang biasa menjadi hyper-realitas dari sebuah
aksi mengabadikan diri. Memperlihatkan eksistensi
pelaku selfie terhadap dirinya sendiri, keluarga,
kelompok dan masyarakat dalam interaksi sosial
yang tak lagi dalam dimensi tatap muka pada waktu
tertentu, melainkan interaksi sosial dalam dimensi
non-fisik, tidak pada waktu khusus dan tidak pula
pada tempat yang khusus.
10Foto diperoleh melalui penggunaan fitur hastag https://www.instagram.com/ Diakses 2 Juni 2017, pk.
#aksibelaislam3 dengan mengakses laman Instagram 21:04
75
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 2, 2017
Aksi Bela Islam dan Ruang Publik Muslim: Dari Representasi Daring ke Komunitas Luring
Arie Setyaningrum Pamungkas dan Gita Octaviani
11Foto diperoleh melalui penggunaan fitur hashtag 12Foto dibagikan ulang melalui laman Facebook Akun
#aksibelaIslam3 dengan mengakses laman Instagram Astaman Satri,
https://www.instagram.com/. Diakses 2 Juni 2017, pk. https://www.facebook.com/profile.php?id=1000109607
21:04 13684. Diakses 9 Juni 2017 09:01
76
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 2, 2017
Aksi Bela Islam dan Ruang Publik Muslim: Dari Representasi Daring ke Komunitas Luring
Arie Setyaningrum Pamungkas dan Gita Octaviani
77
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 2, 2017
Aksi Bela Islam dan Ruang Publik Muslim: Dari Representasi Daring ke Komunitas Luring
Arie Setyaningrum Pamungkas dan Gita Octaviani
kepergian mereka dicegah aparat keamanan dan Citra buruk tentang kepemimpinan Ahok sebagai
karenanya memutuskan untuk berjalan kaki . Gubernur DKI Jakarta yang adalah seorang non-
Reaksi yang dimunculkan dari peristiwa itu amat Muslim muncul sebagai sentimen emosional yang
emosional dan membangun sentimen simpati dari memperkuat dukungan terhadap Aksi Bela Islam.
beragam kalangan Muslim khususnya dan serta Citra ini muncul dikarenakan kebijakan-kebijakan
merta mengorganisasikan dukungan untuk Ahok yang dianggap kurang berpihak pada kaum
memberikan logistik bagi para santri dari Ciamis miskin kota di Jakarta, juga beberapa insiden yang
yang hendak ikut Aksi Bela Islam itu. Narasi yang sebelumnya melibatkan konflik Ahok dengan
dimunculkan melalui media sosial dan kemudian beberapa tokoh masyarakat Betawi di Jakarta,
menjadi liputan media mainstream tentang aksi seperti misalnya dengan (aji Lulung yang
jalan kaki para santri inilah yang memunculkan menguasai akses ekonomi informal, juga
sentimen emosional, sehingga justru dukungan perseteruan Ahok dengan seorang guru SMA di DKI
untuk Aksi Bela Islam III (212) justru semakin besar. Jakarta, yang seorang muslimah. Gambaran buruk
itu dibingkai juga melalui berita-berita hoax dan
ujaran-ujaran kebencian terhadap Ahok. Disisi lain,
reaksi yang dimunculkan oleh para pendukung
Ahok, juga menyertakan tautan-tautan ungkapan
yang membingkai umat Muslim yang anti Ahok
sebagai kelompok-kelompok radikal Islam, justru
memperkeruh suasana pada saat sebelum dan
setelah Aksi Bela Islam 212. Penelitian Merlyna Lim
(2017) tentang bagaimana media sosial digunakan
sebagai ajang perseteruan dalam Pilkada DK)
Jakarta 2017 menunjukkan bagaimana polarisasi
terbentuk melalui media sosial dan bagaimana
media-media tertentu ikut membantu polarisasi
tersebut.
13Foto diperoleh dengan menggunakan fitur hashtag mengakses Instagram https://instagram.com, Diakses
#AksiBelaIslam3 dan hashtag #Ciamis dengan pada 29 November 2016 pk. 01.05
78
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 2, 2017
Aksi Bela Islam dan Ruang Publik Muslim: Dari Representasi Daring ke Komunitas Luring
Arie Setyaningrum Pamungkas dan Gita Octaviani
Gambar 09. Trafik (arus kepadatan akses) pada situs-situs media tertentu tentang polemik kasus Ahok dan Aksi
Bela Islam di media massa pada bulan Oktober 2016 – Maret 2017 menurut studi Merlyna Lim, 2017 yang ikut
membentuk kantong-kantong polarisasi politik di media sosial melalui tautan yang dibagikan oleh para
netizen.14
Dari studi Merlyna Lim (2017) yang menggunakan D. Post-Event Aksi Bela Islam 212: Komunitas
metode riset kuantitatif untuk melihat bagaimana Luring Membela Islam di Yogyakarta
algoritme di media sosial telah menciptakan
kantong-kantong atau pengelompokan polarisasi
Hal yang membuat Aksi bela Islam menjadi polemik
dari polemik kasus Ahok dan Aksi Bela Islam,
adalah bahwa aksi tersebut berkaitan dengan
menunjukkan bahwa para netizen pengguna media
momentum Pilkada di DKI Jakarta, dan karenanya
sosial secara online aktif membagikan tautan
tuntutan untuk memenjarakan Ahok dengan pasal
tentang berita-berita yang muncul di media massa
penistaan agama merupakan agenda politik yang
mengenai polemik Ahok dan Aksi Bela Islam,
sejak awal sudah dirancang dalam aksi tersebut oleh
sehingga memperkuat polarisasi politik yang
inisiator dan penggeraknya (GNPF-MUI). Polemik
direpresentasikan melalui media sosial.
tersebut bukan hanya menjadi perhatian nasional
bahkan juga internasional, khususnya dalam
mencermati polarisasi yang terjadi sebagai dampak
17 Salah satu tokoh muslim yang menggaungkan isu majelis taklim. Video-video rekaman ceramah Alfian
kebangkitan PKI, adalah ustad Alfian Tanjung, yang Tanjung mengenai kebangkitan PK) melalui
bahkan sempat menuduh pemerintahan Joko Widodo pemerintahan Jokowi tersebar luas di Youtube dan
sebagai rezim yang dikuasi oleh simpatisan PK) disebarluaskan melalui media-media sosial termasuk di
(Komunis) melalui beberapa ceramah termasuk dalam dalam tautan media-media seosial kelompok-kelompok
ceramah shalat subuh di beberapa mesjid dan forum yang berafiliasi di dalam Aksi Bela )slam .
81
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 2, 2017
Aksi Bela Islam dan Ruang Publik Muslim: Dari Representasi Daring ke Komunitas Luring
Arie Setyaningrum Pamungkas dan Gita Octaviani
82
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 2, 2017
Aksi Bela Islam dan Ruang Publik Muslim: Dari Representasi Daring ke Komunitas Luring
Arie Setyaningrum Pamungkas dan Gita Octaviani
18 Foto didapatkan melalui akun Instagram Mesjid berisikan kecaman terhadap pertemuan yang dianggap
Jogokaryan di akses melalui laman tidak netral dan dianggap mencederai semangat Aksi Bela
https://www.instagram.com/masjidjogokariyan/. Islam 212. Pernyataan sikap tersebut dimuat secara
Diakses pada 14 April 2017. online di laman http://obsessionnews.com/sikap-
presidium-alumni-212-atas-pertemuan-gnpf-mui-dan-
19Ustad Sambo dengan didukung oleh Amien Rais, pada jokowi/ Diakses pada 30 Juni 2017.
tanggal 27 Juni 2017 memberikan pernyataan sikap 20 Lihat sumber berita Tempo online di laman
21 Laman website Belajar Islam https://belajarislam.com/ berbasis pada komunikasi personal (personal chat) dalam
yang juga menyediakan akses pembelajaran secara online bentuk grouping (atau pengelompokan).
melalui media sosial dan aplikasi Telegram yang dapat
84
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 2, 2017
Aksi Bela Islam dan Ruang Publik Muslim: Dari Representasi Daring ke Komunitas Luring
Arie Setyaningrum Pamungkas dan Gita Octaviani
22 Menurut ahli kajian Islam, Azyumardi Azra, keberadaan Dynamics in the Global Context. Jakarta: Solstice. Hal 190-
Jama ah Tabligh di Indonesia lebih merupakan gerakan 192).
keshalehan yang bertumpu pada ajakan moralitas 23 Teras Dakwah adalah suatu komunitas dakwah jama ah
keshalehan individu dengan khususnya mengadakan tabligh yang didirikan oleh Shakti Sheila on seorang
aktivitas di mesjid-mesjid untuk melakukan ibadah musisi grup musik terkenal dari Yogyakarta yang
ketimbang melakukan kegiatan melalui organisasi politik memutuskan untuk keluar dari industri musik dan grup
(Azra, Azyumardi. 2006. Indonesia, Islam and Democracy: itu, kemudian mengganti namanya menjadi Shakti al
Jugjawy .
85
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 2, 2017
Aksi Bela Islam dan Ruang Publik Muslim: Dari Representasi Daring ke Komunitas Luring
Arie Setyaningrum Pamungkas dan Gita Octaviani
86
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 2, 2017
Aksi Bela Islam dan Ruang Publik Muslim: Dari Representasi Daring ke Komunitas Luring
Arie Setyaningrum Pamungkas dan Gita Octaviani
Lim, Merlyna. . Freedom to (ate: Social Media, Majalah Tempo. . Tajuk Majalah Bukan
Algorithmic Enclaves, and the Rise of Tribal Republik Mobokrasi . Majalah Tempo Edisi
Nationalism in )ndonesia . Critical Asian 5-11 Desember 2016
Studies. DOI:
http://dx.doi.org/10.1080/14672715.2017. Sumber Media Sosial:
1341188. Diakses pada 28 Juni 2017. Akun Facebook Buni Yani
Masud, Salvatore and van Bruinessen, 2009. Islam https://www.facebook.com/buniyani/Diak
and Modernity: Debate and Key Concept. ses pada 25 Oktober 2016 pk. 20:0.8 WIB
Edinburgh: Edinburg University Press. Akun Facebook Astaman Satri
Pamungkas, Arie Setyaningrum. . Membela https://www.facebook.com/profile.php?id=
Islam (?): Memahami Muslim Public Sphere 100010960713684. Diakses 9 Juni 2017
di )ndonesia . Artikel Online di Jurnal 09:01
Remotivi dimuat pada laman Akun FSLDK-Indonesia
http://www.remotivi.or.id/amatan/340/M https://www.facebook.com/FSLDKIndones
embela-Islam. Diakses pada 8 Desember ia/. Diakses 20 Januari 2017.
2016. Akun Instagram Bela Quran Official Account GNPF-
Salvatore, Armando dan Levine, Mark. 2005. MUI | FB: Bela Quran - Twitter: @BelaQuran
Religion, Social Practice and Contested | #Spirit212Ramadhan | #SpiritBerjamaah |
Hegemonies: Reconstructing Public Sphere in #BelaIslam | #BelaUlama BelaQuran.com
Muslim Majority Societies. NY: Palgrave https://www.instagram.com/bela.quran/?h
McMillan l=en. Diakses 10 Juni 2017pk. 23.12.
Akun Instagram Masjid Jogokariyan
Sumber Lain: https://www.instagram.com/masjidjogokar
Rimanews di laman iyan/. Diakses 14 April 2017.
http://rimanews.com/nasional/hukum/rea Hashtag #aksibelaIslam3 dengan mengakses laman
d/20161109/307850/MUI-Perkuat-Fatwa- Instagram https://www.instagram.com/.
Penistaan-Agama-Ahok/ Diakses pada 1 Diakses 2 Juni 2017, pk. 21:04
Desember 2016. Hashtag #AksiBelaIslam3 dan hashtag #Ciamis
Detiknews online di laman dengan mengakses Instagram
https://news.detik.com/berita/3496185/a https://instagram.com, Diakses pada 29
hok-divonis-2-tahun-penjara Diakses pada 9 November 2016 pk. 01.05
Mei 2017.
Kompas Online di laman WhatsApp +6281282591XXX 29 November 2016
http://nasional.kompas.com/read/2016/1 WhatsApp +6281282591XXX 30 November 2016
1/02/14485661/sby.kalau.pendemo.diabai WhatsApp +6281282591XXX12 April 2017
kan.sampai.lebaran.kuda.masih.ada.unjuk.r WhatsApp +6281282591XXX 27 Maret 2017
asa Diakses pada 14 November 2016.
Tribunnews
http://www.tribunnews.com/metropolitan
/2016/11/16/sindir-ucapan-sby-soal-
lebaran-kuda-ahok-apa-itu-tidak-
menghinaDiakses pada 20 November 2016.
Obsessionnews di laman
http://obsessionnews.com/sikap-
presidium-alumni-212-atas-pertemuan-
gnpf-mui-dan-jokowi/ Diakses pada 30 Juni
2017.
Tempo online di laman
https://nasional.tempo.co/read/news/201
7/07/17/078892053/tujuh-alumni-aksi-
212-mendeklarasikan-partai-syariah-
visinya Diakses pada 18 Juli 2017.
Belajar Islam di laman https://belajarislam.com/
Diakses 5 Mei 2017.
87