Anda di halaman 1dari 8

edupedia Vol. 3, No.

2, Januari 2019 109

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN


DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG
TUA ANAK AUTIS DENGAN
INTERAKSI SOSIAL ANAK AUTIS

Abstract
This study aims to determine how much influence social acceptance and support for
Oleh: parents of autistic children with social interaction of children with autism. The
Suyanti1 population is 30 parents of autistic children and the closestpeople who attend in
Kurniyatul Faizah2 PAUD Inklusi Anggrek MandiriSitubondo and the sample is the whole of the
population of some 30 people. This study is correlational; the subject is determined
by purposive sampling technique. Results of the study showed that the regression
analysis coefficient on F = 17.839, p = 0.000 (p <0.05) so that there is a
Email: significant relationship between self-acceptance and social support for parents of
1suyantimpsi56@gmail.com
autistic children with social l interactionautistic children is received. Partially there
2kurnia_fz@yahoo.co.id
is a significant correlation between self-acceptance with social interaction shown by
prices at t = 5.018, p = 0.000, so the hypothesis is accepted. In parsal also shown
at t = 1.613 p = 0.118 (p> 0.05), so the research hypothesis that says there is a
relationship of social support with social interaction rejected. So overall derived price
Sguare R = 0.569 which shows variable acceptance of self and social support
1 Universitas
Ibrahimy, contributed 56.9% effective this further strengthensacceptance your self parents with
Situbondo autistic children and social support autistic children associated with autistic children
2 Institut Agama Islam Ibra
social interaction. So H0 rejected, which means acceptance of self and relationship
himy, Banyuwangi betweensocial parents support correlated with sociall interactionautistic children.

Keywords: Autism, Social Interaction, Social Support, Self-Acceptance

PENDAHULUAN dan jumlah ini, dari tahun ke tahun makin


banyak.
Konteks Penelitian
Prevalensi autisme pada anak usia 5-19
Pernikahan merupakan cara terbaik
tahun di Indonesia mencapai 66.000.805 jiwa
menjamin keturunan dan membesarkan anak.
(BPS, 2010), sehingga diperkirakan terdapat lebih
Namun terkadang kenyataan tidak sesuai dengan
dari 112 ribu anak penyandang autisme pada
harapan, karena tidak sedikit bayi yang lahir tidak
rentang usia 5-19 tahun dan jumlah ini, dari tahun
sempurna, seperti terdapat kekurangan fisik
ke tahun makin banyak. Data anak yang
ataupun kelainan mental dan bahkan autis.
menderita autis di berbagai belahan dunia
Autisme berasal dari kata auto yang dalam bahasa
menunjukkan angka yang bervariasi. Laporan
Yunani berarti sendiri.1 Prevalensi autisme pada
UNESCO pada tahun (2011) mencatat terdapat
anak usia 5-19 tahun di Indonesia mencapai
35 juta orang penyandang autisme di seluruh
66.000.805 jiwa (BPS, 2010),2 sehingga
dunia.Ini berartirata-rata 6 dari 1000 orang di
diperkirakan terdapat lebih dari 112 ribu anak
dunia mengidap autisme. Di Asia, dalam
penyandangautisme pada rentang usia 5-19 tahun
penelitian Hongkong Study (2008) dilaporkan

1J.E. Megawe, Gangguan Komunikasi Pada Autisme dan 2https://www.kompasiana.com/yos08/58eb4717af7a61ec1

Tatalaksana (Mojokerto: Autisme”Harapan Aisyiyah,” 2000). 378f3e7/anak-autisme


Hubungan Antara Penerimaan Diri dan Dukungan 110
Sosial Orang Tua Anak Autis Dengan Interaksi Sosial Anak Autis

tingkat kejadian autisme dengan prevalensi 1,68 kepada anaknya.3 Penerimaan diri dalam konteks
per 1.000 untuk anak di bawah 15 tahun. penelitian ini adalah orang tua yang
mampumenerima dirinya apa adanya sebagai
Haryono dan Abidin (2012 ) menyatakan
orang tua yang dapat mengelola keadaan
bahwa suatu ciri yang khas pada anak autis adalah
emosinya serta mampu menjadi orang tua yang
ketika mereka berkomunikasi, mereka tidak
mengasuh anaknya yang autis.
berusaha mencari alternatif dalam berkomunikasi
seperti penggunaan bahasa nonverbal. Oleh Dampak dari pada interaksi sosial anak
sebab itu, pengembangan interaksi sosial dan dimana autis tidak bias diterimanya mereka di
komunikasi pada anak autis perlu dilakukan sejak lingkungan dimana dia tinggal kelak dewasa nanti.
dini agar anak autis akan mendapatkan perlakuan Hal ini disebabkan anak autis tidak peduli dengan
yang sama seperti anak lainnya dalam hal lingkungannya, dia seakan-akan hidup dalam
pendidikan. Perkembangan interaksi sosial pada dunianya sendiri, oleh karena itu interaksi sosial
anak autis diawali dari adanya penerimaan diri anak autis harus betul-betul ditata dengan baik
orang tua terhadap anaknya sendiri.Tidak jauh sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya,
berbeda dengan pendapat Jacobson, Sarason sehingga kelak anak tersebut bias bersosialisasi
(1990) yang mendefinisikandukungan sosial dengan lingkungannya.
sebagai keberadaan atau tersedianya seseorang
Anak autis adalah anak yang mengalami
yang dapat kita percaya, seseorang yang kita tahu
gangguan perkembangan yang kompleks,
bahwa dia mengerti, menghargai dan mencintai
meliputi gangguan komunikasi, interaksi sosial
kita. Sehingga adanya penerimaan diri dan
dan aktivitas imaginatife, yang mulai tampak
dukungan sosial yang baik pada anak autis
sebelum anak usia 3 tahun, bahkan anak autis
akanmenghadirkan pola interaksi sosial yang baik
yang termasuk autis infantile gejalanya sudah
pada anak autis
muncul sejak lahir. Pada beberapa penelitian
Sebagai makhluk sosial yang senantiasa terdapat banyak hal yang dapat memengaruhi pola
melakukan interaksi dengan individu lain dalam maupun perkembangan interaksi sosial pada anak
lingkungan yang ditempatinya maka keterlibatan autis.
individu dalam suatu hubungan sosial
Sugiarto (2012) mencoba meneliti
berlangsung semenjak usia dini. Hal ini sesuai
pengaruh social story terhadap kemampuan
dengan yang dinyatakan Fatimah (2006) bahwa
berinteraksi sosial pada anak autis, yang hasilnya
proses sosialisasi dan interaksi sosial dimulai sejak
menunjukkan bahwa tidak cukup dengan social
manusia lahir dan berlangsung terus hingga ia
story saja maka pola interaksi sosial pada anak autis
dewasa atau tua oleh karena itu, keberadaan
dapat berjalan dengan baik. Sangat banyak sekali
manusia sebagai makhluk sosial merupakan
aspek yang dapat mendukung pola interaksi sosial
penyeimbang bagi proses perkembangannya
anak autis untuk menjadi lebih baik seperti adanya
sebagai individu. Hal ini diperjelas oleh pendapat
dukungan keluarga (Kerti, 2012), kemampuan
Prayitno (1999) yang menyatakan bahwa
bersosialisasi anak (Ratna, 2012), serta faktor
perkembangan dimensi keindividualan diimbangi
lingkungan lain (Ekawati, 2007), pola komunikasi
dengan perkembangan dimensi kesosialan pada
orang tua dalam keluarga (Boham,2013). Terapi
diriindividu yang bersangkutan. Interaksi sosial
perilaku pada anak autis juga terbukti
merupakan kunci dari semua kehidupan sosial,
memperbaiki atau meningkatkan interaksi sosial
tanpa interaksi sosial tak akan mungkin ada
mereka. (Sudewi , 2012), Demkian juga dengan
kehidupan bersama.
penerimaan diri orang tua (Rahmayanti, 2007),
Perkembangan interaksi sosial pada anak serta bimbingan guru yang diberikan pada anak
autis diawali dari adanya penerimaan diri orang autis (Gunawidjaja, 2007).
tua terhadap anaknya sendiri.Penerimaan diri
Penelitian tentang interaksi sosial anak
sangat berhubungan erat dengan penerimaan diri
autis ini menjadi penting dilakukan karena tidak
terhadap lingkungan.Penerimaan orang tua
selamanya interaksi sosial berjalan sesuai dengan
misalnya, merupakan suatu efek psikologis dan
rencana. Kontak sosial yang berlangsung kadang-
perilaku dari orangtua pada anaknya seperti rasa
kadang dapat berjalan sesuai dengan apa yang kita
sayang, kelekatan, kepedulian, dukungan dan
inginkan, namun sebaliknya kadang juga
pengasuhan dimana orangtua tersebut bisa
diperlukan sugesti dari dalam diri seseorang
merasakan dan mengekspresikan rasa sayang

3B.E. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan


Sepanjang Rentang Kehidupan (Jakarta: Erlangga, 1999).
111 Hubungan Antara Penerimaan Diri dan Dukungan
Sosial Orang Tua Anak Autis Dengan Interaksi Sosial Anak Autis

supaya yakin bahwa anak autis dapat hidup kecewa dan berusaha mengembangkan diri
berdampingan bersama dengan orang-orang seoptimal mungkin dengan cara mengelola
normal. Perasaan simpati itu bisa juga keadaan emosinya serta mampu menjadi orang
disampaikan kepada seseorang yang tuayang mengasuh anaknya yang autis.
membuktikan bahwa orang tersebut dapat
Selain itu, penelitian ini juga untuk
diterima dalam suatu lingkungan.
mengamati dukungan sosial yaitu dukungan atau
Selain itu, motivasi juga sangat bantuan yang berasal dari orang yang memiliki
diperlukan dalam hal memberikan dorongan, hubungan sosial akrab dengan individu yang
rangsangan, pengaruh, atau stimulus agar tumbuh menerima bantuan. Penerimaan diri dan
keinginan individu untuk dapat mandiri, disiplin dukungan sosial diteliti secara bersama untuk
dan bertanggung jawab pada dirinya sendiri. mengetahui keterkaitannya terhadap interaksi
Sehingga adanya penerimaan diri dan dukungan sosial anak autis yang merupakan suatu hubungan
sosial yang baik diharapkan akan menghadirkan timbal balik antara anak autis dengan orang-orang
pola interaksi sosial yang baik pada anak autis. terdekatnya maupun lingkungan sekitar.
Hasil penelitian ini diharapkan mampu Metode Penelitian
memberikan sumbangan informasi dalam bidang
Populasi adalah wilayah generalisasi yang
psikologi Sosial, Psikologi Komunitas, dan
terdiri atas: objek/ subyek yang mempunyai
Psikologi Pendidikan utamanya terkait dengan
kualitas dan karakteristik tertentu yang
teorinya Fride Mangunsong yang memberi
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
gambaran tentang psikologi dan pendidikan Anak
kemudian ditarik keismpulan. Dalam hal ini
Berkebutuhan Khusus.
subyek penelitian adalah orang tua dan orang
Hasil penelitian ini diharapkan bagi terdekat anak autis yang bersekolah di PAUD
masyarakat luas dapat membuka diri untuk Inklusi Anggrek Mandiri Situbondo dengan
kehadiran anak autis, sehingga dengan jumlah populasi sebanyak 30 orang. Dari 30 orang
penerimaan yang baik dari masyarakat anak autis tersebut, 10 orang tua laki-laki anak autis, 10
tidak perlu lagi diasingkan dalam interaksi sosial orang tua perempuan anak autis dan 10 orang
dalam masyarakat. Manfaat lain dari penelitian ini perempuan yang dekat dengan anak autis. Jadi
berguna bagi pengembangan ilmu, khususnya yang mengisi quetioner adalah orang tua laki-laki
Psikologi Perkembangan, Psikologi Anak dan perempuan serta orang-orang terdekat anak
Khusus, Psikologi Anak, dan Psikologi autis yang ada di sekolah Inklusi Anggrek Mandiri
Sosial,khususnya tentang interaksi sosial anak Situbondo.
berkebutuhan khusus ( Autis ).
Sampel adalah bagian dari jumlah dan
Fokus Penelitian karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Menurut
Arikunto, sampel adalah sebagaian atau wakil
Banyaknya aspek yang dapat
populasi yang diteliti. Sampel merupakan bagian
mempengaruhi pola interaksi sosial anak autis
anggota populasi dalam penelitian yang diambil
membuat peneliti tergugah untuk menelusuri
dengan menggunakan teknik tertentu. Teknik
lebih lanjut mengenai aspek yang sangat berperan
pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan
penting dalam hal interaksi sosial. Dalam hal ini
cara purposive sampling. Pengambilan sampel secara
peneliti merasa bahwa penerimaan diri berperan
purposive sampling adalah teknik pengambilan
sangat baik dalam mempengaruhi pola interaksi
sampel yang dilakukan dengan memilih subjek
sosial anak autis. Selain itu peneliti juga
berdasarkan criteria spesifik yang ditetapkan
menemukan aspek menarik dari dukungan sosial
peneliti.
dari anak autis yang dapat membantu
mengembangkan pola interaksi sosial anak autis. Responden yang digunakan pada
penelitian ini berjumlah 30 orang yang mana
Tujuan Penelitian
sampel datanya merupakan Non Probability
Tujuan penelitian ini untuk menguji Sampling dengan menggunakan teknik Purposive
hubungan penerimaan diri yang merupakan sikap Sampling. Ciri yang menjadi pembatas adalah
positif orang tua yang mampu menerima dirinya orang tua laki-laki, orang tua perampuan dan
apa adanya sebagai orang tua yang ditunjukkan orang terdekat anak autis.
dengan rasa senang dan puas akan dirinya,
Variabel adalah ukuran atau ciri yang
menerima keadaan diri, fakta, realitas, baik secara
dimiliki anggota-anggota suatu kelompok yang
fisik maupun psikis dengansegala kelemahan dan
berbeda dengan yang dimiliki kelompok lain.
kelebihan yang ada pada diri tanpa ada rasa
Hubungan Antara Penerimaan Diri dan Dukungan 112
Sosial Orang Tua Anak Autis Dengan Interaksi Sosial Anak Autis

Pada penelitian ini menggunakan 3 variabel yang item total correlation < 0,3 dari 42 item yang di
terdiri dari 2 variabel dependen yaitu analisa pada putaran I (satu ), gugur 6 yaitu no 9,
penerimaan diri dan dukungan sosial serta 1 25, 33, 36, 37 dan 40, putaran II ( dua) gugur 1
variabel idependen yaitu interaksi sosial anak item yaitu no 24 dan putaran III ( tiga ) sudah
autis. tidak ada yang gugur sehingga tersisa 35 item,
skala Y yang memiliki indek coregted item total
KERANGKA KONSEPTUAL VARIABEL
correlation yang bergerak dari 0,320 sampai dengan
Interaksi Sosial 0,846.
Definisi Operasional Pengujian reliabilitasalat ukur dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan
Interaksi sosial anak autis yaitu intensitas
konsistensi internal formula Alpha. Masing-
tatap muka, komunikasi, kemampuan dalam
masing yang sahih pada skala interaksi sosial (Y)
mengikuti berbagai kegiatan atauaktivitas yang
selanjutnya di uji reliabilitasnya dan hasilnya
menyebabkan tidak adanya kemapuan untuk
menunjukan koefisien Alpha cronbachs = 0,959
mengekspresikan perasaan sendiri ,minimnya
artinya reliabilitasnya baik.
mengerti aturan atau norma-norma dalam
kehidupan sehari-hari , sehingga anak autis ini Penerimaan Diri
seakan akan mempunyai dunia sendiri dan
Definisi Operasional
terisolir dari lingkungnan dimana ia tinggal.
Adapun aspek-aspek interaksi sosial anak autis Penerimaan diri yaitu Sikap positif dan
yaitu: negative orang tua pada anaknya yang autis yang
1. Komunikasi. Kemampuan komunikasi anak ditunjukkan dengan adanya pemahaman
autis sangat minim sekalipun bisa terhadap kebiasaan anak, keadaan perilaku anak
berkomunikasi tetapi tidak bisa dipakai autis demi mendukung perkembangan anaknya
sebagai alat untuk berinteraksi. adapun indicator pada penerimaan diri pada
2. Kontak Mata. Tidak adanya kontak mata orang tua dengan anak autis adalah:
sehingga interkasi tatap muka anak autis
1. Menghargai dan memahami kondisi anak.
sangat minim bahkan tidak ada sama sekali,
Sebagai orang tua yang memiliki anak autis
sehingga kemampuan utnuk
hendaknya bisa menghargai dan memahami
mengekspresikan perasaan sendiri sangat
kondisi anaknya apa adanya sesuai dengan
minim.
kemampuan yang dimilikinya.
3. Perilaku atau respon. Anak autis mempunyai
2. Mendukung perkembangannya. Sebagai
perilaku yang berbeda dengan anak autis
orang tua harus mempunyai keyakinan dan
sehingga kurangnya hubungan sosial dan
selalu mendukung perkembangan anaknya
emosional yang timbal balik dengan orang
walaupun anaknya perkembangannya
lain. Anak autis terpaku pada kegiatan
berbeda dengan anak-anak yang lain
ritualistic atau rutinitas yang tidak ada gunanya
seusianya.
misalnya makanan di cium dulu sebelum
3. Tidak merasa malu dengan kondisi anaknya.
masuk mulut.
Sebagai orang tua selain menghargai,
4. Minat Bermain. Cara bermain anak autis
memahami, mendukung perkembangan
kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang
anaknya yang mengalami gangguan
bisa meniru gerakan-gerakan aneh yang khas
perkembangan sebagai orang tua seharusnya
dan diulang-ulang dan sering terpaku pada
tidak merasa malu dengan kondisi anaknya.
bagian-bagian benda tertentu.
Pengembangan Alat Ukur
Pengembangan Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan dalam
Instrumen adalah alat yang digunakan
penelitian ini disebut dengan skala di atas. Skala
untuk mengungkap aspek yang ingin diteliti dalam
Penerimaan diri orang tua dengan anak autis
sebuah penelitian. Penelitian ini menggunakan
kembangkan dengan memuat ketiga aspek. Hasil
Skala berdasarkan aspek-aspek interaksi sosial
diskriminasi item skala penerimaan diri (X1)
anak autis, yaitu memunyai kemampuan untuk
dengan batasan indeks coregted item total corelation
beradaptasi dengan lingkungan, memunyai ambisi
< 0,3 dari 30 item yang di analisa pada putaran I
untuk maju dan berusaha mengikuti
(satu) gugur 15 item yaitu nomor 1, 2, 4, 14, 15,
perkembangan anak pada umumnya.
22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, dan 30, putaran II
Hasil uji diskriminasi item skala Interaksi (dua) gugur 1 item yaitu nomor 10, putaran III
sosial anak autis (Y) dengan batasan indeks coregted sudah tidak ada yang gugur, sehingga tersisa 14
113 Hubungan Antara Penerimaan Diri dan Dukungan
Sosial Orang Tua Anak Autis Dengan Interaksi Sosial Anak Autis

item. Skala penerimaan diri orang tua dengan correlation yang memiliki indek corregted item yang
anak autis, yang memiliki indek coregted item total bergerak dari 0,282 sampai dengan 0,767. Masing-
correlation yang bergerak dari 0,382 sampai dengan masing item yang sahih pada skala dukungan
0,863. Masing masing yang sahih pada skala sosial orang tua anak autis selanjutnya diuji
penerimaan diri orang tua dengan anak autis reliabilitasnya dan hasilnya menunjukkan
selanjutnya diuji reliabilitasnya dan hasilnya koefisien Alpha Crombach’s = 0,885. Dengan
menunjukkan koefisien Alpha cronbochs = 0,910 demikian dukungan sosial dinyatakan
yang artinya adalah reliabilitasnya baik. reliabilitasnya baik, karena lebih dari 0,80.
Dukungan Sosial PEMBAHASAN
Definisis Operasional Diterimanya hipotesis pertama penelitian
yang berbunyi Hubungan Penerimaan Diri
Dukungan sosial yaitu dukungan atau
Dengan Dukungan Sosial Orang Tua Anak Autis
bantuan yang berasal dari orang yang memiliki
dengan Interaksi Sosial Anak Autis
hubungan sosial akrab dengan individu yang
diterima,sehingga penelitian ini mendukung
member bantuan baik moril, materiel,spiritual
pendapat Hardiani (2012) yang meneliti mengenai
bagi orang tua yang memiliki anak dengan
Metode ABA : Kemampuan Bersosialisasi
gengguan autis. Adapun indicator dari dukungan
Terhadap Interaksi Sosial Anak Autis denga.
sosial antara lain;
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
1. Emotional support. Perasaan nyaman ,merasa pengaruh dalam penggunaan metode ABA dalam
dihargai,dicintai dan diperhatikan oleh orang- bersosialisasi terhadap kemampuan interaksi
orang terdekat dan orang-orang yang ada di sosial anak autis
sekelilingnya bagi orang tua yang memiliki
Anak autis adalah anak yang mengalami
anak autis.
gangguan perkembangan yang kompleks,
2. Cognitive Support. Suatu informasi,
meliputi gangguan komunikasi, interaksi sosial
pengetahuan, dan nasihat yang diberikan
dan aktivitas imaginative, yang mulai tampak
kepada orang yang memiliki anak autis,
sebelum anak usia 3 tahun, bahkan anak autis
dengan tujuan orang tua tersebut merasa
yang termasuk autis infantile gejalanya sudah
tidak sendiri dalam menangani anaknya yang
muncul sejak lahir (Depdiknas,2002). Pada
mengalami gangguan autis.
beberapa penelitian terdapat banyak hal yang
3. Material support. Bantuan atau pelayanan
dapat mempengaruhi pola maupun
berupa sesuatu yang sifatnya mendukung
perkembangan interaksi sosial pada anak autis.
perkembangan anak autis. Dukungan ini bisa
berupa informasi tempat terapi, Sugiarto4 dalam penelitiannya meneliti
dokter/psikolog untuk konsultasi maupun pengaruh social story5 terhadap kemampuan
sekolah untuk tempat bersekolah anak autis. berinteraksi sosial pada anak autis, yang hasilnya
menunjukkan bahwa dengan social story saja maka
Pengembangan Alat Ukur
pola interaksi sosial pada anak autis dapat berjalan
Alat ukur yang digunakan dalam dengan baik.Hal ini disebabkan karena anak autis
penelitian ini disebut dengan skala. Skala memiliki keterlambatan dalam bahasa,
dukungan sosial orang tua dengan anak autis ketidakmampuan anak autis untuk berkomunikasi
dikembangkan dengan memuat ketiga aspek. dengan orang lain serta keterikatan terhadap
Hasil uji diskriminasi item skala dukungan sosial kegiatan rutinnya membuat anak autis seakan
orang tua anak autis dengan batasan indeks hidup dalam duniannya sendiri.
corregted item total correlation < 0,3 dari 30 item
Walau pun demikian interaksi sosial anak
yang dianalisa pada putaran I (satu) gugur 14 item
autis tidak hanya dipengaruhi oleh penerimaan
yaitu nomor : 1, 4, 7, 10, 13, 14, 15, 20, 22, 23, 24,
diri orang tuannya serta dukungan sosial dari
26, 27 dan 29 dan putaran II (dua) gugur 1 item
orang-orang terdekatnya, tetapi kemampuan
yaitu nomor : 30, putaran III (tiga) sudah tidak ada
komunikasi pada anak autis juga harus diperbaiki
yang gugur, sehingga tersisa 15 item skala
dengan cara terapi wicara agar anak tersebut dapat
dukungan sosial orang tua anak autis item total

4Kerti, “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Interaksi down a challenging social situation into understandable
Sosial pada Anak Autis Usia 6-15 Tahun di Kota Denpasar,” steps by omitting irrelevant information and by being highly
Journal of Psychology (2012): 1-10. descriptive to help an individual with an ASD understand the
5A Social Story is an individualized short story that entirety of a situation.
describessocial relevant cues in any given situation. It breaks https://en.wikipedia.org/wiki/Social_Stories
Hubungan Antara Penerimaan Diri dan Dukungan 114
Sosial Orang Tua Anak Autis Dengan Interaksi Sosial Anak Autis

berkomunikasi dengan baik, memiliki aktifitas kecewa dan berusaha mengembangkan diri
yang berulang-ulang, terlambat dalam seoptimal mungkin dengan cara mengelola
perkembangan, komunikasi/bahasa, rentan keadaan emosinya serta mampu menjadi orang
terhadap perubahan lingkungan atau perubahan tuayang mengasuh anaknya yang autis
aktivitas rutin, tidak ada kontak mata,
Dengan memahami kondisi anak yang
menunjukkan respon yang tidak biasa terhadap
sebenarnya maka anak harus dihargai sehingga
pengalaman sensorik, mengalamai hambatan
anak tersebut menjadi anak yang bisa
dalam bahasa dan interaksi social, pada beberapa
bersosialisasi dengan baik. Penerimaan diri orang
anak, ada yang memiliki kemampuan khusus yang
tua disini bukan satu-satunya yang mendukung
berkembang dengan baik, sebagian anak
perkambangan anak autis dalam berinteraksi
menunjukkan hiperaktifitas dan rentang perhatian
sosial tetapi rasa aman ,rasa nyaman, penuh
yang rendah, dan anak meniru suara, sebagian
percaya diri dan lain-lain yang harus dimiliki anak
anak belum dapat berbicara sama sekali. Selain itu
autis supaya anak tersebut bisa merasakan dan
untuk memaksimalkan kemampuan yang dimiliki
memahami teman-teman yang ada di sekitarnya
anak autis diperlukan berbagai macam
(lingkungan diman anak tersebut tinggal).
terapi,selain terapi wicwra juga terapi Sensori
Intergrasi, terapi Okupasi terapi dan terapi Individu yang dapat menerima dirinya
perilaku. secara utuh berarti individu tersebut mampu
menerima secara positif aspek-aspek dalam diri.
Hipotesa kedua yang berbunyi “Ada
Aspek-aspek penerimaan diri meliputi: aspek fisik
Hubungan Penerimaan Diri Dengan Interaksi
meliputi penerimaan diri secara fisik, tingkatan
Sosial” diterima, hal ini menunjukkan bahwa hasil
kepuasan individu terhadap bagian-bagian tubuh
penelitian mendukung pendapat penelitian
dan penampilan fisik secara keseluruhan, aspek
terdahulu yang menyebutkan juga bahwa
psikismeliputi pikiran, emosi dan perilaku
penerimaan diri bukan satu-satunya yang bias
individu sebagai pusat penyesuaian diri, aspek
mempengaruhi interaksi sosial anak autis, terbukti
sosialmeliputi pikiran dan perilaku individu yang
penerimaan diri orang tua yang tertuang pada
diambil sebagai responnsecara umum terhadap
judul penerimaan diri orang tua terhadap anak
orang lain dan masyarakat dan aspek moral
autis dan peranannya dalam terapi autisme,6 serta
meliputi perkembangan moral dalam diri
bimbingan yang diberikan pada anak yang
dipandang sebagai suatu proses yang melibatkan
tertuang dalam judul Pelatihan Social Stories dan
struktur pemikiran individu.
Visual Support danKeterampilan Guru
Meningkatkan Perilaku Social Awarenes Anak Hipotesa ketiga yang berbunyi “Ada
Autis. Dukungan Sosial Dengan Interaksi Sosial”,
”ditolak”, hal ini menunjukkan bahwa hasil
Oleh karena itu yang bisa
penelitian mendukung penelitian terdahulu dalam
mempengaruhi interaksi sosial anak autis itu
penelitian Kerti,Susilo dan Erwanto (2012) yang
sangat banyak sekali mulai dari terapi sensori
meneliti tentang Hubungan Dukungan Keluarga
integrasi,latihan ketrampilan,dll. Pada dasarnya
Dengan Interaksi Sosial Pada Autis Usia 6-15
orang tua menginginkan yang terbaik bagi
tahun Di Kota Denpasar dengan subyek
anaknya walaupun anak mengalami gangguan
penelitian anak penyandang autisme umur 6-15
autism, namun dalam proses kearah sana orang
tahun. Metode penelitiannya adalah deskriptif
tua mempunyai tanggung jawab untuk dapat
korelasional dengan pendekatan cross sectional.
menerima keadaan anaknya dengan apa adanya
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak
secara keseluruhan , selain itu juga orang tua tetap
terdapat hubungan antara dukungan keluarga
menghargai dan memahami serta mendukung
dengan interaksi sosial. Kondisi anak autis tidak
perkembangan anaknya.
harus dikucilkan dengan teman-teman lainnya
Jadi, penerimaan diri disini adalah sikap tetapi dengan dukungan dari semua pihak baik itu
positif orang tua yang mampu menerima dirinya keluarga,teman-teman dekatnya,dan dibantu
apa adanya sebagai orang tua yang ditunjukkan terapi yang rutin maka anak autis tersebut akan
dengan rasa senang dan puas akan dirinya, bisa bersosialisasi dengan teman-teman
menerima keadaan diri, fakta, realitas, baik secara sebayanya.
fisik maupun psikis dengan segala kelemahan dan
kelebihan yang ada pada diri tanpa ada rasa

6S.Rachmayanti, “Penerimaan Diri Orang Tua Terhadap Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Gunadharma Jawa Barat
Anak Autisme dan Peranannya Dalam Terapi Autisme,” (2007).
115 Hubungan Antara Penerimaan Diri dan Dukungan
Sosial Orang Tua Anak Autis Dengan Interaksi Sosial Anak Autis

Banyak sekali aspek yang mempengaruhi Berdasarkan hal tersebut, peneliti merasa bahwa
pola interaksi sosial anak autis, sehingga tidak penerimaan diri berperan sangat baik dalam
selamanya interaki sosial berjalan sesuai dengan memengaruhi pola interaksi sosial anak autis.
rencana.kontak sosial yang berlangsung kadang- Selain itu peneliti juga menemukan aspek menarik
kadang dapat berjalan sesuai dengan apa yang kita dari dukungan sosial dari anak autis yang dapat
iginkan, namun sebaliknya kadang juga membantu mengembangkan pola interaksi sosial
diperlukan sugesti dari dalam diri seseorang anak autis.
supaya yakin bahwa anak autis dapat hidup
Perkembangan interaksi sosial anak autis
berdampingan bersama dengan orang-orang
diawali dari adanya penerimaan diri orang tua
normal.
terhadap anaknya sendiri.Penerimaan orangtua
Motivasi juga sangat mempengaruhi yaitu suatu efek psikologis dan perilaku dari
dalam memberikan dorongan , rangsangan, orangtua padaanaknya.Penerimaan diri seorang
pengaruh atau stimulasi agar tumbuh keinginan ibu terhadap anak autis juga dipengaruhi
individu untuk dapat mandiri,disiplin dan olehdukungan keluarga Diharapkan dengan
bertanggung jawab pada diri sendiri. Dukungan penerimaan diri yang baik dari orang tua,
sosial orang tua dengan anak autism menurut keluarga, maupun lingkungan sekitar akan dapat
Jonson dan Medimus dalam buku Tumbuh membantu perkembangananak autis khususnya
Kembang Anak Berkebutuhn Khusus adalah dalam hal berinteraksi sosial.
pada umumnya menggambarkan mengenahi
Dukungan keluarga dipengaruhi oleh
peranan atau pengaruh yang dapat ditimbulkan
penerimaan orang tua terhadap keberadaan
oleh orang lain yang berarti bagi orang tua yang
anaknya yang mengalami autis. Diasumsikan jika
mempunyai anak autism sehingga orang lain
anak autis dapatditerima baik oleh orang tua
tersebut bisa/dapat dipercaya untuk membantu,
maupun lingkungan sekitar, secara langsung anak
memberi dorongan dan menerima serta bisa
tersebut juga akan mendapatkan dukungan yang
menjaga anak-anak mereka yang berbeda dengan
baik dari berbagai pihak sehingga pola
anak-anak lainnya sehingga nantinya bisa diterima
perkembangan berinteraksi anak tersebut akan
ditengah-tengah masyarakat sesuai dengan
menjadi lebih baik dan sebaliknya.
kondisi yang dimilikinya.
Dalam hal ini hasil analisa regresi
Berdasarkan hasil observasi di PAUD
menunjukkan harga koefisien F = 2,712 pada p =
Inklusi Anggrek Mandiri Situbondo, anak autis
0,000 pada penerimaan diri dan dukungan sosia
yang ada disekolah ini masih sangat kurang dalam
dengan interaksi sosial, hasil analisa regresi secara
berinteraksi sosial dengan teman, lingkungan
parsial ditemukan harga t = 5,018 pada p = 0,000
maupun dengan keluarganya. Bahkan siswa yang
( p > 0,05 ) pada penerimaan diri terhadap
ada di PAUD Inklusi Anggrek Mandiri seakan
interaksi sosial, hasil analisa regresi secara parsial
akan hidup dalam dunianya sendiri, dan para
ditemukan harga t = 01,613 pada p = 0,118 ( p
orang tua anak –anak tersebut seakan-akan pasrah
> 0,05 ) pada dukungan sosial terhadap interaksi
pada sekolah tentang perkembangan anaknya. Hal
sosial. Dari hasil analisa di atas dapat disimpulkan
ini terbukti apabila libur sekolah anak-anak ketika
bahwa terdapat hubungan antara penerimaan diri
sekolah masuk ,anak-anak tersebut kembali
dan dukungan sosial orang tua anak autis dengan
seperti semula sebelum masuk sekolah di PAUD,
interaksi sosial anak autis.
sehingga kesan sekolah kepada para orang tua
selama liburan anak –anak mereka tidak pernah DAFTAR RUJUKAN
diajari ataupun dilatih seperti ketika disekolah,
Hurlock, B.E. Psikologi Perkembangan: Suatu
dan para orang tua ini kebanyakan berpendapat
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
sekolah adalah tumpuan utama untuk anak
Jakarta: Erlangga, 1999.
mereka.
https://en.wikipedia.org/wiki/Social_Stories
SIMPULAN
https://www.kompasiana.com/yos08/58eb4717
Penelitian ini dilakukan melalui analisa
af7a61ec1378f3e7/anak-autisme
data dan pembahasan tentang penerimaan diri
dan dukungan sosial secara bersama untuk Megawe, J.E. Gangguan Komunikasi Pada Autisme
mengetahui keterkaitannya terhadap interaksi dan Tatalaksana. Mojokerto: Autisme
sosial anak autis yang merupakan suatu hubungan Harapan Aisyiyah, 2000.
timbal balik antara anak autis dengan orang-orang Kerti. “Hubungan Dukungan Keluarga dengan
terdekatnya maupun lingkungan sekitar. Interaksi Sosial pada Anak Autis Usia 6-
Hubungan Antara Penerimaan Diri dan Dukungan 116
Sosial Orang Tua Anak Autis Dengan Interaksi Sosial Anak Autis

15 Tahun di Kota Denpasar.” Journal of


Psychology (2012): 1-10.
Rachmayanti, S. “Penerimaan Diri Orang Tua
Terhadap Anak Autisme dan Peranannya
Dalam Terapi Autisme.” Jurnal Fakultas
Psikologi Universitas Gunadharma Jawa Barat
(2007).

Anda mungkin juga menyukai