Anda di halaman 1dari 1

Peran Media Sosial dalam Demokrasi Indonesia

KAGAMA.CO, BULAKSUMUR – Gloria Mp Djurubasa dalam tesisnya menyebutkan bahwa tahun 2013
ketika diakumulasi pengguna media sosial (facebook dan twitter) di Indonesia telah mencapai 19,20%
dari jumlah penduduk Indonesia.

Lulusan S2 Politik dan Ilmu Pemerintahan Fisipol UGM ini menyebutkan bahwa jumlah pengguna
Facebook sebanyak 47 juta dan Twitter 19,7 juta.

Menurutnya, kondisi ini memberikan gambaran betapa besarnya potensi media sosial dalam
mempengaruhi partisipasi politik masyarakat.

Meskipun tahun 2014 bukan menjadi tahun pertama penggunaan media sosial dalam kampanye Pilpres,
namun media sosial bisa dibilang menguat dan sangat berperan besar sebagai sarana partisipasi politik
saat memasuki kampanye Pilpres 2014.

Gloria mengemukakan beberapa fakta menarik terkait penggunaan media sosial (medsos) dalam pemilu
2014.

Pertama, media sosial menyediakan ruang komunikasi, interaksi dan informasi antara penggunanya
sehingga membuat tim kampanye masing-masing kandidat capres dapat memanfaatkannya untuk
menggalang dukungan dengan lebih mudah.

Hal ini berbeda, karena biasanya partisipasi politik masyarakat sulit masuk dalam ruang publik karena
tekanan dari pemilik modal.

Sementara hari ini, berbagai strategi komunikasi dan interaksi dapat membentuk opini publik sekaligus
memberikan pengaruh dan keuntungan yang cukup kuat kepada kandidat.

Kedua, kini dengan adanya medsos dan semakin banyaknya alternatif saluran partisipasi politik, maka
semakin memperkuat demokrasi dan berpotensi meningkatkan kualitasnya.

“Hal ini karena peluang masyarakat untuk mengawasi, mengontrol dan mengkritisi jalannya
pemerintahan semakin besar.”

“Artinya, kekuasaan bisa terus di jaga agar berada di jalur demokratisnya,” tulisnya dalamtesis berjudul
Partisipasi Politik dan Demokrasi di Media Sosial: Analisis wacana pada Facebook dan Twitter dalam
Pemilu Presiden 2014 tahun 2017.

Di sisi lain, Gloria juga mengungkapkan bahwa keberadaan medsos tidak selamanya berarti positif dalam
demokrasi.

Ada beberapa kondisi tertentu yang menjadikan medsos justru menyesatkan jika tidak digunakan dengan
tepat.

Menurutnya, medsos bisa menjadi pisau bermata dua, digunakan sebagai kekuatan demokrasi dan di sisi
lain menjadi kelemahan demokrasi.

“Efek negatif anonimitas misalnya, seseorang bisa menyembunyikan identitas aslinya dan menggunakan
identitas palsu untuk melakukan tindakan yang kontraproduktif yakni melakukan kampanye hi tam atau
menyebarkan isu negatif di media sosial,” ungkapnya. (Thovan)

Anda mungkin juga menyukai