Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

JANGKA SORONG

Diajukan untuk Memenuhi Laporan Praktikum Fisika Dasar

Disusun oleh :
Kelompok II (A1)

Nur Anisyah NIM. 230140009


Ricky Azhary Siregar NIM. 230140018
Aura Thahara NIM. 230140019

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2023
ABSTRAK
Jangka sorong adalah suatu alat ukur panjang yang dapat digunakan untuk
mengukur panjang suhu benda dengan ketelitian hingga 0,05 mm. Tujuan dari
percobaan ini adalah dapat dan mahir menggunakan jangka sorong untuk
mengukur diameter benda. Prosedur kerja yang dilakukan adalah dengan
mengkalibrasi jangka sorong terlebih dahulu, lalu meletakkan objek yang akan
diukur diameter atau ketinggiannya di antara kedua rahang jangka sorong dan
membaca skala utama dan skala nonius pada jangka sorong. Pengukuran pipa besi
diperoleh rata-rata diameter luar sebesar 25,20 mm, diameter dalam sebesar
22,08 mm, dan ketinggian sebesar 133,74 mm. Pengukuran pipa plastik diperoleh
rata-rata diameter luar sebesar 22,08 mm, diameter dalam sebesar 18,23 mm, dan
ketinggian sebesar 143,16 mm. Pengukuran tutup botol diperoleh rata-rata
diameter luar sebesar 33,58 mm, diameter dalam sebesar 29,08 mm, dan
ketinggian sebesar 19,15 mm. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan,
kesimpulan yang dapat diperoleh adalah bahwa perbedaan hasil pada setiap
pengulangan disebabkan karena pengambilan titik permukaaan yang berbeda saat
pengukuran, perbedaan hasil pengukuran disebabkan juga oleh ketidaktelitian
pengamat dalam membaca skala jangka sorong, dan kalibrasi sebelum
menggunakan jangka sorong sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil
pengukuran yang akurat.
Kata Kunci : Jangka Sorong, Kalibrasi, Pengukuran, Skala, dan Vernier.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Jangka Sorong


1.2 Tanggal Praktikum : 14 November 2023
1.3 Pelaksana Praktikum : Kelompok I I (A1)
1. Nur Anisyah NIM.230140009
2. Ricky Azhary Siregar NIM.230140018
3. Aura Thahara NIM.230140019
1.4 Tujuan Praktikum : Dapat dan mahir menggunakan jangka sorong
untuk mengukur diameter benda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kegunaan jangka sorong adalah untuk mengukur suatu benda,kita dapat


mengugunakan berbagai alat ukur panjang yang diantaranya mistar, jangka
sorong,dan mikrometer sekrup.Masing masing alat ukur panjang memiliki
ketelitian yang berbeda.Dalam mengukur panjang suatu benda, selain melihat
ketelitian benda yang di ukur memiliki bentuk yang sangat besar, maka
pengukurannya tidak mementingkan ketelitian yang besar. Contohnya untuk
mengukur meja , mengukur suatu ruangan , mengukur suatu benda seperti bola
,balo dan lain lain. Dalam mengukur diameternya dapat menggunakan mikrometer
sekrup dan jangka sorong. (Ishaq, 2007)
2.1 Pengertian Jangka Sorong
Jangka sorong adalah salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk
mengetahui panjang, diameter luar, dan diameter dalam sebuah bentuk benda
tertentu. Jangka sorong juga bisa digunakan untuk mengukur kedalaman lubang
atau bangun ruang tertentu, seperti tabung. Perlu digarisbawahi bahwa meskipun
bisa mengukur diameter bentuk benda namun jangka sorong hanya diperuntukan
untuk mengukur benda-benda yang ukurannya relatif kecil.
Hal ini terjadi karena satuannya yang terbatas dan biasanya benda yang
tidak bisa diukur dengan penggaris. Dibandingkan dengan penggaris, jangka
sorong memiliki tingkat ketelitian yang lebih tinggi tinggi. Tingkat ketelitian yang
dimaksud adalah bentuk nilai skala terkecil yang bisa diukur oleh jangka sorong
lebih detail atau akurat. Skala terkecil jangka sorong yaitu 0,01 cm atau 0,1 mm,
sedangkan pada penggaris skala terkecilnya 0,1 cm atau 1 mm.
Hal inilah yang menunjukan kelebihan jangka sorong dibandingkan
penggaris untuk mengukur bentuk benda yang tidak beraturan di bidang datar.
Ukurannya yang detail dan akurat membuat jangka sorong menjadi alat ukur yang
diandalkan para pekerja di bidang teknik, apalagi ukurannya yang relatif kecil dan
mudah dibawa kemana-mana.
Jangka sorong pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan matematika
asal Prancis yang juga ahli teknik bernama Pierre Vernier kelahiran 19 Agustus
1584. Ia mempublikasikan penemuan alat ukur ini pada tahun 1631 yang menjadi
alat ukur panjang yang akurat, yaitu jangka sorong atau dengan nama lain vernier
caliper. Skala pada alat ukur jangka sorong pun dinamai sesuai dengan nama
penemunya, yaitu dengan istilah vernier.

2.2 Jenis- Jenis Jangka Sorong


Adapun jenis-jenis dari jangka sorong adalah sebagai berikut :
2.2.1 Jangka Sorong Analog
Jangka sorong analog merupakan jenis jangka sorong yang sering kita lihat
pada waktu guru menunjukkan contoh jangka sorong. Jangka ini tidak dilengkapi
ukuran digital untuk mengukur suatu benda. Pengukuran jangka sorong analog
menggunakan cara yang manual, maka biasanya jangka ini juga dikenal dengan
jangka sorong manual. Cara menggunakannya juga relatif sulit, karena masih
manual sehingga membutuhkan ketelitian yang lebih saat menggunakannya.
Jangka sorong analog merupakan jangka sorong pertama yang digunakan
sebelum ditemukannya jangka sorong digital. Jangka sorong analog memiliki
fungsi seperti jangka sorong pada umumnya, yaitu mengukur diameter dalam,
diameter luar, dan ketinggian. Jika dibandingkan dengan jangka sororng digital,
jangka sorong analog masih banyak kekurangan. Kekurangan tersebut misalnya
adalah ketelitiannya masih di bawah jangka sorong digital.
2.2.2 Jangka Sorong Digital
Jangka sorong digital merupakan jenis jangka sorong yang dilengkapi
dengan digital untuk mengukur suatu benda. Pengukuran dengan jangka sorong
digital dapat berjalan secara otomatis dan akan muncul angka yang menunjukkan
panjang suatu benda secara otomatis pada bagian jika kita mengukur suatu benda.
Jangka sorong ini sudah mengalami perkembangan zaman sehingga menerapkan
unsur digital pada bagiannya. Oleh karena itu, ketelitinnya pun akan jauh lebih
baik daripada jangka sorong analog. Pada saat ini, jangka sorong digital banyak
digunakan untuk mengukur diameter dan ketinggian dari suatu benda.
Jangka sorong digital akan memiliki nilai ketelitian 0,01 mm (0,001 cm).
Pada jangka sorong ini, panel digital akan tampak ketika akan melakukan
pengukuran panel tersebut akan bergerak secara otomatis yang berupa angka
menunjukkan ukuran benda yang diukur tersebut. Dengan menggunakan jenis ini
tentu pekerjaan akan lebih mudah. Hal ini dikarenakan ketelitiannya sangat tinggi
dibandingkan jangka sorong analog (Halliday, 1984).

2.3 Kegunaan Jangka Sorong


Kegunaan jangka sorong adalah sebagai berikut :
1. Jangka sorong digunakan untuk mengukur suatu benda dari sisi luar
dengan cara diapit.
2. Jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur sisi dalam suatu benda
yang pada biasanya berupa lubang (pada pipa, maupun lainnya) dengan
cara diulur.
3. Jangka sorong digunakan untuk mengukur kedalaman celah atau lubang
pada suatu benda dengan cara menancapkan celah atau memasukkan
bagian pengukuran (Daniel,1986).
Jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter luar tutup
botol, diameter dalam sebuah pipa besi dan untuk mengukur kedalaman dari
sebuah pipa plastik. Berikut akan dijelaskan langkah-langkah menggunakan
jangka sorong dengan baik dan benar :
1. Pengukuran Diameter Luar
Langkah-langkah untuk mengukur diameter luar sebuah benda (misalnya)
tutup botol dapat dilakukan dengan langkah berikut :
a. Geserlah rahang geser jangka sorong ke kanan sehingga benda yang
diukur dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang geser dan rahang
tetap).
b. Letakkan benda yang akan diukur di antara kedua rahang tersebut.
c. Geser rahang geser kekiri sehinnga benda yang diukur akan terjepit oleh
kedua rahang
d. Catat hasil pengukuran.
2. Pengukuran Diameter Dalam
Pengukuran diameter dalam suatu benda (Misalnya diameter dalam sebuah
pipa besi) dapat dilakukan dengan langkah berikut :
a. Geser rahang geser jangka sorong ke kanan.
b. Letakkan benda/pipa besi yang akan diukur sedemikian dan kedua rahang
jangka sorong masuk ke dalam pipa besi tersebut.
c. Geser rahang geser sedemikian sehingga kedua rahang sehingga kedua
rahang jangka sorong menyentuh kedua dinding dalam pipa besi yang
diukur.
3. Pengukuran Kedalaman
Pengukuran kedalaman sebuah benda pipa plastik dapat dilakukan dengan
langkah sebagai berikut :
a. Letakkan tabung abang akan diukur dalam posisi tegak.
b. Putar jangka sorong (posisi tegak) kemudian letakkan ujung jangka sorong
ke permukaan pipa plastik yang akan diukur kedalamannya.
c. Geserlah rahang geser kebatang sehingga ujung batang pada jangka sorong
menyentuh dasar tabung.
d. Catat hasil pengukuran.
Membaca hail pengukuran kedalaman menggunakan jangka sorong dapat
dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1. Bacalah skala utama yang berhimpit atau terdapat tepat berada di depan
titik skala nonius.
2. Bacalah skala nonius yang tepat berhimpit dengan skala utama.
3. Hasil pengukuran dinyatakan dengan persamaan.
4. Hasil skala utama + (skala nunius yang berhimpit skala terkecil jangka
sorong).

2.4 Bagian-Bagian Pada Alat Ukur Jangka Sorong


Berikut adalah bagian-bagian jangka sorong :
1. Rahang Dalam
Terdiri dari rahang geser dan rahang tetap yang berfungsi untuk mengukur
bagian dalam seperti diameter lumang atau celah suatu benda.
2. Rahang Luar
Terdiri dari dua rahang, rahang geser dan tetap yang berfungsi untuk
mengukur bagian luar yang misalnya untuk mengukur diameter, lebar,
atau panjang bentuk benda tertentu.
3. Tangkai Ukuran Kedalaman
Berfungsi untuk mengukur kedalaman lubang suatu benda tertentu.
4. Skala Utama
Bagian ini berfungsi untuk menyatakan hasil ukuran utama yang biasanya
dinyatakan dengan satuan cm atau inci, biasanya panjang skala utama
adalah 15 cm sampai 17 cm.
5. Skala Nonius
Bagian ini pada jangka sorong berfungsi untuk menambahkan tingkat
akurasi ekstra pada pengukuran yang biasanya dinyatakan dalam satuan
inci atau mm.
6. Baut Pengunci
Baut pengunci pada jangka sorong biasanya untuk menambahkan agar
rahang tetap pada tempatnya sehingga objek benda yang sedang diukur
bisa tertahan atau tidak terlepas dan skalanya pun tidak bergeser pada saat
sedang diukur diameter atau ketinggian benda tersebut
(Kamajaya, 2007).

2.5 Cara Mengkalibrasi Jangka Sorong


Lakukan beberapa langkah-langkah dibawah ini sehingga bisa melakukan
kalibrasi yang sempurna dalam pengukuran jangka sorong yaitu :
1. Bukalah skrup pengunci jangka sorong dengan cara memutar sekrup
pengunci tersebut.
2. Caranya dengan searah jarum jam berlawanan sampai dengan longgar.
3. Kemudian, dorong rahang geser sampai memegang rahang tetapnya.
4. Selanjurnya, tetap perhatikan angka nol di skala nonius.
5. Lalu pada angka nol nonius, akan sejajar dengan angka nol pada skala
utama. Berarti untuk alat ukurnya sudah berhasil terkalibrasi dan siap
digunakan untuk mengukur.
6. Akan tetapi, pada ngka 0 di skala noniusnya yang tidak sejajar dengan
angka nol di skala utama maka harus dilakukan pembersihan dirahang-
rahang tersebut.
7. Setelah itu, kembali ulang langkah diatas sehingga bisa mendapat kalibrasi
dan pengukuran yang tepat.
8. Dapat dilihat bahwa kalibrasi mebutuhkan sebuah angka 0 pada nonius
dan angka 0 pada skala harus sejajar.
9. Setelah ini barulah untuk menggunakan skala ini dapat dilakukan
pengukuran tepat
(Indrajit, 2007).

2.6 Prinsip Kerja Jangka Sorong


Jangka sorong terdiri dari dua skala yaitu skala utama dengan skala
terkecil dalam milimeter (1 mm = 0,1 cm) dan skala nonius. Besarnya skala dalam
skala nonius juga menyatakan ketelitian jangka sorong tersebut yaitu :
1. Apabila panjang skala nonius 9 mm yang menjadi dibagi menjadi 20
bagian yang sama maka mengakibatkan beda satu bagian atau 0,5mm
sehingga ketelitiannya sebesar 0,05 mm.
2. Apabila panjang skala nonius sebesar 9 mm yang di bagi menjadi 50
bagian yang sama mengakibatkan beda skala nonius dengan satu bagian
pada skala utama 1/50 bagian atau 0,02 mm dengan demikian ketelitian
jangka sorong menjadi 0,02 mm
(Indrajit, 2007).
Apabila kunci pada jangka sorong ditetapkan dengan cara harus
melonggarkannya, maka papan skala nonius dapat untuk digerakkan sesuai
keperluan. Dalam kegiatan pengukuran objek yang hendak diukur panjang atau
diameternya maka dijepit antara 2 penjepit yang ada pada jangka sorong. Panjang
objek dapat ditentukan secara langsung dengan cara membaca skala utama sampai
sepersepuluh cm (0,1 cm) kemudian menambahkannya dengan hasil pembacaan
pada skala nonius sampai seperseribu cm (0,001 cm) (Dogro, 1985).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan
pengukuran diameter atau ketinggian suatu benda dengan menggunakan jangka
sorong, yaitu sebagai berikut :
1. Sebelum melakukan pengukuran bersifat jangka sorong dengan alat
pembersih menggunakan kain, bersama dengan benda yang akan diukur.
2. Sebelum jangka sorong digunakan pastikan skala nonius dapat bergeser
dengan bebas.
3. Pastikan angka 0 pada kedua skala bertemu dengan tepat.
4. Sewaktu mengukur usahakan benda yang akan diukur sedekat mungkin
dengan skala utama, pengukuran dengan ujung gigi pengukur
menghasilkan pengukuran yang kurang akurat.
5. Tempatkan pada pengukuran jangka sorong tegak lurus dengan benda
yang diukur.
6. Tegangan pada pengukuran jangka terlalu kuat, karena akan menyebabkan
terjadinya pembengkakan pada rahang ukur maupun tangkai pengukuran
kedalaman. Jika sudah tepat, Kencangkan baut pengunci agar rahang tidak
akan bergeser tetapi jangan terlalu kuat Karena akan merusak baut
pengunci.
7. Dalam membaca skala nonius upayakan dilakukan setelah jangka sorong
diangkat keluar dengan hati-hati dari benda yang diukur.
8. Mencegah kesalahan saat pembacaan miringkan skala nonius sampai
hampir sejajar dengan bidang pandangan, sehingga akan memudahkan
dalam melihat dan menentukan garis skala Indonesia yang segaris dengan
skala utama.
9. Mencegah karat, bersihkan jangka sorong dengan kain yang dibasahi oleh
oli setelah dipakai
(Albert, 1989).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Jangka sorong 1 unit
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Pipa plastik 1 unit
2. Pipa plastik kecil 1 unit
3. Pipa besi 1 unit

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut :
3.2.1 Pengukuran Diameter Luar
a. Pipa Plastik
1. Letakkan pipa plastik secara melintang di antara rahang AB lalu geser
roda R sehingga benda benda terjepit diantara dua rahang.
2. Baca angka skala pada skala utama yang berada di sebelah kiri skala
nonius. Lihat garis skala nonius yang terjepit dengan garis skala utama.
Hasil penjumlahan angka pada skala utama dengan angka skala nonius x
0,05 mm merupakan hasil dari pengukuran.
3. Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali untuk memastikan hasil pengukuran
yang tepat.
b. Pipa Plastik Kecil
1. Letakkan pipa plastik kecil secara melintang di antara kedua rahang pada
jangka sorong. Pastikan pipa plastik kecil terjepit dengan benar.
2. Baca angka skala pada skala utama yang berada di sebelah kiri skala
nonius. Lanjutkan pembacaan seperti pada pipa plastik.
3. Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali untuk memastikan hasil pengukuran
yang tepat.
c. Pipa Besi
1. Letakkan pipa besi secara melintang diantara kedua rahang pada jangka
sorong. Pastikan pipa besi terjepit dengan benar.
2. Baca angka skala pada skala utama yang berada di sebelah kiri skala
nonius. Lanjutkan pembacaan seperti pada pipa plastik.
3. Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali untuk memastikan hasil pengukuran
yang tepat.
3.2.2 Pengukuran Diameter Dalam
a. Pipa Platik
1. Masukkan pipa plastik ke dalam rahang jangka sorong. Lalu geser rahang
jangka sorong. Pastikan kedua rahang itu tepat menyentuh sisi bagian
dalam pipa.
2. Selanjutnya lakukan pembacaan pengukuran yang sama seperti pembacaan
pengukuran diameter luar.
3. Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali untuk memastikan hasil pengukuran
yang tepat.
b. Pipa Plastik Kecil
1. Masukkan pipa plastik kecil ke dalam rahang jangka sorong. Lalu geser
rahang dan pastikan kedua rahang itu tepat menyentuh sisi bagian dalam
pipa.
2. Lakukan pembacaan pengukuran yang sama seperti pembacaan
pengukuran diameter luar.
3. Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali untuk memastikan hasil pengukuran
yang tepat.
c. Pipa Besi
1. Masukkan pipa besi ke dalam rahang jangka sorong. Lalu geser rahang
dan pastikan kedua rahang itu tepat menyentuh sisi bagian dalam pipa.
2. Lakukan pembacaan pengukuran yang sama sperti pembacaan pengukuran
diameter luar.
3. Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali untuk memastikan hasil pengukuran
yang tepat.
3.2.3 Pengukuran Kedalaman
a. Pipa Plastik
1. Letakkan pipa plastik secara tegak lurus di atas meja. Lalu geser rahang ke
arah luar sehingga tangkai T kelihatan masuk ke dalam pipa sehingga
menyentuh meja dan pinggir jangka sorong menyentuh bagian atas pipa.
2. Lakukan pembacaan pengukuran yang sama seperti pembacaan
pengukuran diameter luar.
3. Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali untuk memastikan hasil pengukuran
yang tepat.
b. Pipa Plastik Kecil
1. Letakkan pipa plastik kecil secara tegak di atas meja. Lalu geser rahang
jangka sorong ke arah luar sehingga tangkai T kelihatan masuk ke dalam
pipa sehingga menyentuh meja dan pinggir jangka sorong menyentuh
bagian atas pipa
2. Lakukan pembacaan pengukuran yang sama seperti pembacaan
pengukuran diameter luar.
3. Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali untuk memastikan hasil pengukuran
yang tepat.
c. Pipa Besi
1. Letakkan pipa besi di atas meja. Lalu geser rahang jangka sorong ke arah
luar sehingga tangkai T kelihatan dalam pipa sehingga menyentuh meja
dan pinggir jangka sorong menyentuh atas pipa.
2. Lakukan pembacaan pengukuran yang sama seperti pembacaan
pengukuran diameter luar.
3. Lakukan pengulangan sebanyak 3 kali untuk memastikan hasil pengukuran
yang tepat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapat dalam percobaan ini dapat dilihat pada Tabel
4.1, Tabel 4.2, dan Tabel 4.3 sebagai berikut :
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran pada Pipa Besi
Diameter Luar
Diameter Dalam (mm) Ketinggian (mm)
NO (mm)

SU SN Total SU SN Total SU SN Total


1
22 0,35 22,35 18 0,15 18,15 121 0,45 121,4
2
22 0,27 22,24 18 0,075 18,075 122 0,2 122,2
3 0,25
22 0,22 22,22 18 18,25 121 0,05 121,05

Rata
22,283 18,278 121,465
-rata
(Sumber : Praktikum Fisika Dasar, 2023)
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran pada Pipa Plastik
Diameter Luar Diameter Dalam
Ketinggian (mm)
NO (mm) (mm)

SU SN Total SU SN Total SU SN Total

1 32 0,47 32,47 27 0,17 27,17 127 0,07 127,075

2 32 0,15 32,15 28 0,22 28,22 126 0,07 126,075

3 32 0,35 32,35 27 0,23 18,23 128 0,17 128,175

Rata
32,325 27,56 140,93
-rata
(Sumber : Praktikum Fisika Dasar, 2023)
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran pada Pipa Plastik Kecil
Diameter Dalam
Diameter Luar (mm) Ketinggian (mm)
NO (mm)

SU SN Total SU SN Total SU SN Total

1 26 0,2 26,2 21 0,47 21,475 127 0,07 127,075

2 26 0,5 26,5 20 0,05 20,05 126 0,07 126,075


0,3
3 26 26,3 21 0,27 21,275 128 0,17 128,175

Rata
26 21,083 127,141
-rata
(Sumber : Praktikum Fisika Dasar, 2023)

4.2 Pembahasan
Pada percobaan jangka sorong ini bahan yang digunakan adalah pipa besi,
pipa plastik, dan tutup botol, yang akan diukur adalah diameter luar, diameter
dalam, dan juga ketinggian dari masing-masing bahan. Setiap pengukuran akan
dilakukan sebanyak 4 kali. Pada pipa besi diperoleh hasil rata-rata pengukuran
Diameter luar yaitu 25,30 mm, rata-rata diameter dalam yaitu 22,08 mm dan rata-
rata ketinggian yaitu 133,74 mm. Pada pipa plastik diperoleh hasil rata-rata
pengukuran Diameter luar yaitu 22,08 mm, rata-rata kerjain kami ini ketinggian
yaitu 133,74 mm. Pada pipa plastik diperoleh hasil rata-rata pengukuran Diameter
luar yaitu 22,08 mm rata-rata diameter dalam yaitu 18,23 mm dan rata-rata
ketinggian yaitu 143,16 mm pada tutup botol diperoleh hasil pengukuran rata-rata
diameter luar yaitu 33,58 mm rata-rata diameter dalam yaitu 29,08 mm dan rata-
rata ketinggian yaitu 19,15mm.
Pada pengukuran terlihat bahwa hasil dari pengulangan berbeda-beda.
Penyebabnya adalah perbedaan titik permukaan benda. Titik yang diambil saat
akan mengukur benda-benda tersebut dan mungkin saja disebabkan karena adanya
kesalahan saat mengamati bahan yang diukur dalam pengukuran skala utama dan
skala nonius. Perbedaan hasil pengukuran juga disebabkan oleh alat ukur yang
kurang teliti karena setiap alat ukur memiliki suatu nilai ketidakpastian. Hal ini
dapat mempengaruhi hasil pengukuran benda dengan menggunakan jangka
sorong.
Tujuan dari setiap pengukuran yang dilakukan dengan beberapa kali
pengulangan adalah untuk melihat perbandingan nilai yang diperoleh. Antara
pengulangan 1 sampai pengulangan keempat maka semakin sedikit selisih yang
diperoleh untuk setiap kali pengulangan pembagian akurat pula hasil yang dapat
percobaan dilakukan 4 kali dan didapatkan hasil yang berbeda beda. Ini
dipengaruhi oleh perbedaan titik terdapat pada permukaan yang menyebabkan
terjadinya perbedaan pengukuran Selain itu adanya perbedaan dari pengukuran
yang didapat juga dipenuhi oleh ketelitian saat ingin menentukan nilai nol dari
skala nonius dan skala utama yang didapat. Pada kesalahan-kesalahan yang
berdasarkan teori terdiri dari kesalahan umum yaitu di mana kesalahan-kesalahan
yang terdiri dari cara pengukuran yang tidak tepat. Dalam pembaca alat ukur yang
yang lebarnya tidak sama dan kesalahan acak yaitu kesalahan yang mungkin
terjadi, karena orang sudah banyak yang tahu cara memakainya maka jarak
terjadi. Kesalahan paling dominan dilakukan pada praktikum ini adalah kesalahan
umum (Budiyanto et al., 2016).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, berikut adalah
kesimpulan yang dapat diperoleh :
1. Pengukuran pipa besi diperoleh rata-rata diameter luar sebesar 25,20 mm,
diameter dalam sebesar 22,08 mm, dan ketinggian sebesar 133,74 mm.
2. Pengukuran pipa plastik diperoleh rata-rata diameter luar sebesar 22,08
mm, diameter dalam sebesar 18,23 mm, dan ketinggian sebesar 143,16
mm.
3. Pengukuran tutup botol diperoleh rata-rata diameter luar sebesar 33,58
mm, diameter dalam sebesar 29,08 mm, dan ketinggian sebesar 19,15 mm.
4. Perbedaan hasil pada setiap pengulangan disebabkan karena pengambilan
titik permukaaan yang berbeda saat pengukuran.

5.2 Saran
Setelah percobaan ini dilakukan, Adapun saran pada percobaan
selanjutnya adalah dengan menguji kondisi semua alat yang digunakan dan
pastikan semua alat berfungsi dengan baik. Selain itu, konsentrasi dan fokus saat
membaca skala diperlukan agar mendapatkan data yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Albert, S. 1989. Pemantapan Fisika. Jakarta : Erlangga.


Budiyanto, M. dkk. 2016. Pendampingan Pelatihan Alat Kit IPA bagi Guru
Madrasah Tsanawiyah (MTS) Kota Probolinggo untuk Meningkatkan
Pemahaman Pendekatan S Ai Ntifi K dalam Rangka Pelaksanaan
Kurikulum 2013. Jurnal Abdi, 1(1), 78.
Daniel. 1986. Kimia Dasar Fisika. Jakarta : Erlangga.
Dogro. 1985. Kimia Fisika dan Soal-soal. Jakarta : UI-Press.
Halliday, D.R.R. 1984. Fisika Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Indrajit, B. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Fisika. Bandung : PT Serta Duma
Invers.
Ishaq, dkk. 2007. Praktis Belajar Fisika untuk Kelas X SMA/MA. Jakarta :
Visindo Media Persada.
Kamajaya. 2007. IPA Terpadu SMP dan MTS. Bandung : Esis.
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

A. Pipa Plastik Kecil


A.1 Diameter Luar
1. SU = 22 mm
SN =7
NST = 0,05 mm
Hasil = SU + SN×NST
= 22 mm + 7×0,05 mm
= 22,35 mm

2. SU = 22 mm
SN = 5,5
NST = 0,05 mm
Hasil = SU + SN×NST
= 22 mm + 5,5×0,05 mm
= 22,245 mm

3. SU = 22 mm
SN = 4,5
NST = 0,05 mm
Hasil = SU + SN×NST
= 22 mm + 4,5×0,05 mm
= 22,225 mm
Rata-rata =

= 22,283 mm

A.2 Diameter Dalam


1. SU = 18 mm
SN =3
NST = 0,05 mm
Hasil = SU + SN×NST
= 18mm + 3×0,05 mm
= 18,15mm

2. SU = 18 mm
SN = 1,5
NST = 0,05 mm
Hasil = SU + SN×NST
= 22 mm + 1,5×0,05 mm
= 18,07 mm

3. SU = 18 mm
SN =5
NST = 0,05 mm
Hasil = SU + SN×NST
= 18 mm + 5×0,05 mm
= 18,25mm

Rata-rata =

=
= 18,15 mm

A.3 Ketinggian
1. SU = 121 mm
SN =9
NST = 0,05 mm
Hasil = SU + SN×NST
= 121 mm + 9×0,05 mm
= 121,145 mm

2. SU = 122 mm
SN =4
NST = 0,05 mm
Hasil = SU + SN×NST
= 122 mm + 4×0,05 mm
= 122,2 mm

3. SU = 121 mm
SN =1
NST = 0,05 mm
Hasil = SU + SN×NST
= 121 mm + 1×0,05 mm
= 121,05 mm

Rata-rata =

= 121,465 mm

B. Pipa Plastik Besar


B.1 Diameter Luar
1. SU = 32 mm
SN = 9,5
NST = 0,05 mm
Hasil = SU + SN×NST
= 32mm + 9,5×0,05 mm
= 32,475 mm

2. SU = 32 mm
SN =3
NST = 0,05 mm
Hasil = SU + SN×NST
= 32 mm + 3×0,05 mm
= 32,15 mm

3. SU = 32 mm
SN =7
NST = 0,05 mm
Hasil = SU + SN×NST
= 32 mm + 7×0,05 mm
= 32,35 mm

Rata-rata =

= 32,325 mm

B.2 Diameter Dalam


1. SU = 27 mm
SN = 2,5
NST = 0,05 mm
Hasil = SU + SN×NST
= 27mm + 2,5×0,05 mm
= 27,125 mm

2. SU = 28 mm
SN = 4,5
NST = 0,05 mm
Hasil = SU + SN×NST
= 28 mm +4,5×0,05 mm
= 28,225 mm

3. SU = 27 mm
SN =7
NST = 0,05 mm
Hasil = SU + SN×NST
= 27 mm + 7×0,05 mm
= 27,35 mm

Rata-rata =

= 27,63 mm

B.3 Ketinggian
1. SU = 127 mm
SN = 1,5
NST = 0,05 mm
Hasil = SU + SN×NST
= 127 mm + 1,5×0,05 mm
= 127,075 mm

2. SU = 126 mm
SN = 1,5
NST = 0,05 mm
Hasil = SU + SN×NST
= 126 mm + 1,5×0,05 mm
= 126,075 mm

3. SU = 128 mm
SN = 3,5
NST = 0,05 mm
Hasil = SU + SN×NST
= 128 mm + 3,5×0,05 mm
= 128,175 mm

Rata-rata =

==

= 127,108 mm

C. Pipa Besi
B.1 Diameter Luar
1. SU = 26 mm
SN =4
NST = 0,05 mm
Hasil = SU + SN×NST
= 26 mm + 4×0,05 mm
= 26,2 mm

2. SU = 26 mm
SN =3
NST = 0,05 mm
Hasil = SU + SN×NST
= 26 mm + 3×0,05 mm
= 26,5 mm

3. SU = 25 mm
SN =6
NST = 0,05 mm
Hasil = SU + SN×NST
= 25 mm + 6×0,05 mm
= 25,3 mm

Rata-rata =

= 26 mm

C.2 Diameter Dalam


1. SU = 21 mm
SN = 9,5
NST = 0,05 mm
Hasil = SU + SN×NST
= 21 mm + 9,5×0,05 mm
= 21,475 mm

2. SU = 20 mm
SN =1
NST = 0,05 mm
Hasil = SU + SN×NST
= 20 mm + 1×0,05 mm
= 20,05 mm

3. SU = 21 mm
SN = 5,5
NST = 0,05 mm
Hasil = SU + SN×NST
= 21 mm + 5,5×0,05 mm
= 21,083 mm

Rata-rata =

= 20,9 mm

B.3 Ketinggian
1. SU = 127 mm
SN = 1,5
NST = 0,05 mm
Hasil = SU + SN×NST
= 127 mm + 1,5×0,05 mm
= 127,075 mm

2. SU = 126 mm
SN = 1,5
NST = 0,05 mm
Hasil = SU + SN×NST
= 126 mm + 1,5×0,05 mm
= 126,075 mm

3. SU = 128 mm
SN = 3,5
NST = 0,05 mm
Hasil = SU + SN×NST
= 128 mm + 3,5×0,05 mm
= 128,175 mm

Rata-rata =

= 127,141 mm
LAMPIRAN C
TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Jika diketahui jumlah garis skala nonius 10 dan jaraknya 9 mm. Hitunglah
berapa ketelitian jangka sorong?
2. Konversikan satuan mm pada data pengamatan ke satuan inchi!
Jawaban

1. Diketahui : SN = 10 garis
Jarak = 9 mm
Ditanya : Ketelitian jangka sorong =…?
Penyelesaian :
Batasan ketelitian jangka sorong adalah selisih antara skala utama dengan
satu skala nonius, yaitu 1 mm - 9/10 mm sebesar 0,1 mm

2. Konversi satuan mm ke satuan inchi


A. Pipa Plastik Kecil
A.1 Diameter Luar

Pengulangan 1 = 22,283 mm ×

= 0,994 inchi

Pengulangan 2 = 25,30 mm ×

= 0,996 inchi

Pengulangan 3 = 25,30 mm ×

= 0,996 inchi
Pengulangan 4 = 25,33 mm ×

= 0,997 inchi

Rata-rata = 25,30 mm ×

= 0,996 inchi
A.2 Diameter Dalam

Pengulangan 1 = 22,08 mm ×

= 0,869 inchi

Pengulangan 2 = 22,05 mm ×

= 0,868 inchi

Pengulangan 3 = 22,13 mm ×

= 0,871 inchi

Pengulangan 4 = 22,08 mm ×

= 0,868 inchi

Rata-rata = 22,08 mm ×

= 0,869 inchi

A.3 Ketinggian

Pengulangan 1 = 134,13 mm ×

= 5,28 inchi

Pengulangan 2 = 133,38 mm ×

= 5,25 inchi

Pengulangan 3 = 134,23 mm ×

= 5,28 inchi
Pengulangan 4 = 133,23 mm ×

= 5,24 inchi

Rata-rata = 133,74 mm ×

= 5,26 inchi
B. Pipa Plastik
B.1 Diameter Luar

Pengulangan 1 = 22,10 mm ×

= 0,870 inchi

Pengulangan 2 = 22,08 mm ×

= 0,869 inchi

Pengulangan 3 = 22,08 mm ×

= 0,869 inchi

Pengulangan 4 = 22,05 mm ×

= 0,868 inchi

Rata-rata = 22,08 mm ×

= 0,869 inchi
B.2 Diameter Dalam

Pengulangan 1 = 18,20 mm ×

= 0,716 inchi

Pengulangan 2 = 18,15 mm ×

= 0,714 inchi

Pengulangan 3 = 18,23 mm ×

= 0,717 inchi
Pengulangan 4 = 18,35 mm ×

= 0,722 inchi

Rata-rata = 18,23 mm ×

= 0,717 inchi

B.3 Ketinggian

Pengulangan 1 = 143,25 mm ×

= 5,64 inchi

Pengulangan 2 = 143,05 mm ×

= 5,63 inchi

Pengulangan 3 = 143,18 mm ×

= 5,5,64 inchi

Pengulangan 4 = 143,15 mm ×

= 5,64 inchi

Rata-rata = 143,16 mm ×

= 5,64 inchi

C. Tutup Botol
C.1 Diameter Luar

Pengulangan 1 = 33,45 mm ×

= 1,32 inchi

Pengulangan 2 = 34,25 mm ×

= 1,35 inchi
Pengulangan 3 = 33,13 mm ×

= 1,30 inchi

Pengulangan 4 = 33,48 mm ×

= 1,32 inchi

Rata-rata = 33,58 mm ×

= 1,32 inchi
C.2 Diameter Dalam

Pengulangan 1 = 29,13 mm ×

= 1,15 inchi

Pengulangan 2 = 29,08 mm ×

= 1,14 inchi

Pengulangan 3 = 29,03 mm ×

= 1,14 inchi

Pengulangan 4 = 29,08 mm ×

= 1,14 inchi

Rata-rata = 29,08 mm ×

= 1,14 inchi

C.3 Ketinggian

Pengulangan 1 = 19,10 mm ×

= 0,752 inchi

Pengulangan 2 = 19,15 mm ×

= 0,754 inchi
Pengulangan 3 = 19,20 mm ×

= 0,756 inchi

Pengulangan 4 = 19,13 mm ×

= 0,753 inchi

Rata-rata = 19,15 mm ×

= 0,754 inchi
LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT

No Nama dan Gambar Alat Fungsi Alat


1. Jangka sorong Sebagai pengukur diameter
dalam, diameter luar, dan
ketinggian benda

2. Pipa besi Sebagai objek pengukuran jangka


sorong

3. Pipa plastik besar Sebagai objek pengukuran jangka


sorong

3 Pipa plastik keci Sebagai objek pengukuran jangka


sorong

Anda mungkin juga menyukai