Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Hambatan Dalam Komunikasi Terapeutik


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Remedial Komunikasi Terapeutik
Keperawatan
Dosen Pengampu : Aat Agustini, MKM

Disusun oleh :

Nurrizky Fauzhi (22142011027)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hambatan
Dalam Komunikasi Terapeutik” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya.
Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Aat Agustini, MKM selaku Dosen Mata Komunikasi
Terapeutik Keperawatan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai komunikasi pada gangguan pendengaran. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami mohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di
waktu yang akan datang.

Majalengka, 1 Desember 2023

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................1
1.4 Manfaat Penulisan ......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik..........................................................................3
2.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik ...............................................................................4
2.3 Hambatan Dalam Komunikasi Terapeutik.........................................................................4
BAB III PENUTUP.....................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................12
3.2 Saran........................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................13

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi adalah instrumen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan


seseorang untuk melakukan kontak dengan orang lain karena komunikasi dilakukan
oleh seseorang setiap hari baik disadari maupun tidak. Di dunia kesehatan, terutama
pada saat menghadapi klien, seorang perawat juga harus mengadakan suatu
komunikasi agar informasi yang ada dapat tersampaikan dengan baik. Terutama
informasi yang berkenaan dengan kebutuhan klien akan asuhan keperawatan yang
akan diberikan. Oleh karena itu, komunikasi adalah faktor yang paling penting ,yang
digunakan untuk menetapkan hubungan antara perawat dengan klien.

Namun, seringkali informasi yang seharusnya sampai kepada orang yang


membutuhkan, ternyata terputus di tengah jalan akibat tidak efektifnya suatu
komunikasi yang dilakukan. Pada komunikasi terapeutik antara perawat dengan klien,
hal tersebut dapat mungkin terjadi karena disebabkan oleh berbagai hal. Hal-hal
tersebut tidak hanya berasal dari klien saja, tetapi juga dapat disebabkan oleh pola
komunikasi yang salah yang dilakukan oleh perawat. Komunikasi yang tidak efektif
juga dapat disebabkan kegagalan pada proses komunikasi itu sendiri. Kegagalan itu
dapat terjadi pada saat pengiriman pesan, penerimaan pesan, serta pada kejelasan
pesan itu sendiri (Edelman, 2002).

1.2 Rumusan masalah


1. Apa pengertian komunikasi terapeutik?
2. Apa tujuan dari komunikasi terapeutik?
3. Apa hambatan dalam komunikasi terapeutik?

1.3 Tujuan penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi terapeutik

1
2. Untuk mengetahui tujuan komunikasi terapeutik
3. Untuk mengetahui hambatan komunikasi terapeutik

1.4 Manfaat penulisan


1. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian komunikasi terapeutik
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui tujuan komunikasi terapeutik
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui hambatan komunikasi terapeutik

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik


Komunikasi mengandung makna bersama - sama (common). Istilah komunikasi atau
communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communication yang berarti
pemberitahuan atau pertukaran. Kata sifatnya communis, yang bermakna umum atau
bersama - sama.

Menurut Hovland, Janis & Kelley sebagaimana dikutip oleh Fajar, menyatakan
komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator)
menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah
atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak).

Menurut Barelson dan Steiner sebagaimana dikutip oleh Fajar, menyatakan


“komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan
lain-lain.Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka
dan lainnya”.

Therapy berarti pengobatan, terapeutik. Seorang yang ahli pengobatan penyakit atau
gangguan lainnya disebut dengan therapist. Terapeutik adalah yang berkaitan dengan
terapeutik atau terapi.

Menurut Indrawati, komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan


secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan
pasien. Komunikasi terapeutik dalam kajian ilmiah biasa disebut dengan komunikasi
interpersonal. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan
secara sadar, bertujuan dan kegiatan dipusatkan untuk kesembuhan pasien.

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara


sadar,mempunyai tujuan, serta kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi interpersonal (antar

3
pribadi) yang profesional mengarah pada tujuan kesembuhan pasien dengan titik tolak
saling memberikan pengertian antara tenaga medis spesialis jiwa dan pasien.

Berdasarkan beberapa uraian dari tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
terapeutik adalah proses penyampaian pesan yang direncanakan secara sadar untuk
pengobatan yang dan bertujuan untuk mendorong kesembuhan klien. Komunikasi
terapeutik disebut juga komunikasi interpersonal yang professional.

2.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik


Indrawati memberi penjelasan bahwa komunikasi terapeutik memiliki tujuan tertentu.
Seperti yang dikutip oleh Musliha & Siti Fatmawati menjelaskan bahwa :

Tujuan komunikasi terapeutik adalah membantu pasien untuk memperjelas dan


mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan yang efektif
untuk pasien, membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.

Adapun tujuan komunikasi terapeutik yang tertera dalam buku komunikasi


keperawatan adalah sebagai berikut:
 Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan
pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila
pasien percaya pada hal yang diperlukan.
 Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif
dan mempertahankan kekuatan egonya. Mempengaruhi orang lain lingkungan
fisik dan orang lain.

2.3 Hambatan Dalam Komunikasi Terapeutik


A. Resistens
Resistens merupakan upaya klien untuk tidak menyadari aspek dari penyebab cemas
atau kegelisahan yang dialami. Ini juga merupakan keengganan alamiah atau
penghindaran secara verbal yang dipelajari. Klien yang resisten biasanya
menunjukkan ambivalensi antara menghargai tetapi juga menghindari pengalaman
yang menimbulkan cemas padahal hal ini merupakan bagian normal dalam proses
terapeutik. Resisten ini sering akibat dariketidaksesuaian klien untuk berubah ketika
kebutuhan untuk berubah telah dirasakan.Perilaku resisten biasanya diperlihatkan oleh

4
klien pada fase kerja, karena pada fase ini sangat banyak berisi proses penyelesaiaan
masalah (Stuart dan Sundeen dalam Intan. 2005).

Beberapa bentuk resistensi (Stuart dan Sundeen, 1995)


a. Supresi dan represi informasi yang terkait
b. Intensifikasi gejala
c. Devaluasi diri serta pandangan dan keputusan tentang masa depan
d. Dorongan untuk sehat, yang terjadi secara tiba - tiba tetapi hanya kesembuhan
yang bersifat sementara
e. Hambatan intelektual yang mungkin tampak ketika klien mengatakan iatidak
mempunyai pikiran apapun atau tidak mampu memikirkan masalahnya, saat ia
tidak memenuhi janji untuk pertemuan atau tiba terlambat untuk suatu sesi, lupa,
diam, atau mengantuk
f. Pembicaraan yang bersifat permukaan/ dangkal
g. Penghayatan intelektual di mana klien memverbalisasi pemahaman dirinya
dengan menggunakan istilah yang tepat namun tetap berprilaku maladaptive, atau
menggunakan mekanisme pertahanan intelektualisasi tanpa diikuti penghayatan
h. Muak terhadap normalitas yang terlihat ketika klien telah
mempunyai penghayatan tetap menolak memikul tanggung jawab untuk berubah
dengan alasan bahwa normalitas adalah hal yang tidak penting
i. Reaksi transference (respon tidak sadar dimana klien
mengalami perasaan dan sakit terhadap perawat yang pada dasarnya terkait denga
n tokoh dengan kehidupan yang dulu)
j. Perilaku amuk atau tidak rasional

B. Transference
Transference merupakan respon tak sadar berupa perasaan atau perilaku
terhadap perawat yang sebetulnya berawal dari berhubungan dengan orang-orang terte
ntu yang bermakna baginya pada waktu dia masih kecil (Stuart dan Sundeen , 1995).
Reaksi transference membahayakan untuk proses terapeutik hanya bila hal ini
diabaikan dan tidak ditelaah oleh perawat. Ada dua jenis utama reaksi transference
yaitu reksi bermusuhan dan tergantung.

5
 Contoh reaksi transference bermusuhan (Intan, 2005) :
Bungkus (15 tahun) adalah klien yang dirawat dirumah sakit karena demam berdarah.
Tanpasebab yang jelas klien ini marah-marah kepada perawat Gengki. Setelah dikaji,
ternyata Gengki ini mirip pacar si Bungkus yang pernah menyakiti hatinya. Hal ini
dikarenakan klien mengalami perasaan dan sikap terhadap perawat yang pada
dasarnya terkait dengan tokoh kehidupan yang lalu.

 Contoh reaksi transference tergantung ( Intan, 2005) :


Seorang klien, Sinchan (18 tahun), dirawat oleh perawat bidadari. Perawat itu
mempunyai wajah dan suara mirip Ibu klien, sehingga dalam setiap tindakan
keperawatan yang harus dilakukan selalu meminta perawat bidadari yang
melakukannya.

C. Coutertransference
Coutertrasference merupakan kebutuhan terapeutik yang di buat oleh perawat
dan bukan oleh klien. Hal ini dapat mempengaruhi hubungan perawat-klien.Beberapa
bentuk countransference ( Stuart dan Sundeen dalam Intan, 2005) :

a) Ketidakmampuan berempati terhadap klien dalam masalah tertentu.


b) Menekan perasaan selama atau sesudah sesi.
c) Kecerobohan dalam mengimplementasikan kontrak dengan datang terlambat,
atau melampaui waktu yang telah ditentukan.
d) Mengantuk selama sesi.
e) Perasaan marah atau tidak sabar karena ketidak inginan klien untuk berubah.
f) Dorongan terhadap ketergantungan, pujian atau efeksi klien.
g) Berdebat dengan klien atau kecenderungan untuk memaksa klien sebelum ia siap.
h) Mencoba untuk menolong klien dalam segala hal tidak berhubungan dengan
tujuan keperawatan yang telah diidentifikasi.
i) Keterlibatan dengan klien dalam tingkat personal dan sosial.
j) Melamunkan atau memikirkan klien.
k) Fantasi seksual atau agresi yang diarahkan kepada klien.
l) Perasaan cemas, gelisah atau persaan bersalah terhadap klien.

6
m) Kecenderungan untuk memusatkan secara berulang hanya pada satu aspek atau
cara memandang pada informasi yang di berikan klien.
n) Kebutuhan untuk mempertahankan intervensi keperawatan dengan klien.

 Reaksi coutrtrasference biasanya dalam tiga bentuk ( Stuart dan Sundeen dalam
Intan,2005 )
a) Reaksi sangat mencintai atau “caring”.
Perawat Dono melakukan perawatan pada klien dini dengan cara yang berlebih-
lebihan yaitu dengan cara ,masih berlama-lama mengobrol dengan klien tersebut
padahal masih banyak klien yang perlu di tangani.perawat Dono juga mencoba
menolong klien dengan segala hal yang tidak berhubungan dengan tujuan yang telah
diidentifikasi.

b) Reaksi sangat bermusuhan.


Perawat Dora mempunyai klien yang sangat Menjengkelkan.Derry (25 tahun) Derry
ini selalu marah - marah dan menjengkelkan perawat Dora sangat dendam pada klien
ini dan selalu mengacuhkan Derry meskipun dia membutuhkan pertolongan.

 Reaksi sangat cemas sering kali di gunakan sebagai respon terhadap resistensi.
Lima cara mengidentifikasikan terjadi countertransference
(StuartG.WdalamSuryani,2006):

1. Perawat harus mempunyai standaryang sama terhadap dirinya sendiriatas apa


yang diharapkan kepada klien nya.
2. Perawat harus menguji diri sendiri melalui latihan menjalin hubungan,
terutamaketika klien menentang atau mengeritik.
3. Perawat harus dapat menemukan sumber masalahnya.
4. Ketika countertrasference terjadi, perawat harus dapat melatih diri untuk
mengontrolnya.
5. Jika perawat membutuhkan pertolongan dalam mengatasi
countertransference, pengawasan secara individu maupun kelompok dapat lebih
membantu.

7
D. Pelanggaran batas
Perawat perlu membatasi hubungannya dengan klien. Batas hubungan perawat - klien
adalah bahwa hubungan yang di bina adalah hubungan terapeutik, dalam hubungan
ini perawat berperan sebagai penolong dan klien berperan sebagai yang di tolong.
Baik perawat maupun klien harus menyadari batas tersebut (Suryani, 2006).
Pelanggaran batas terjadi jika perawat melampaui batas hubungan yang terapeutik dan
membina hubungan sosial, ekonomi, atau personal dengan klien.

Beberapa batas hubungan perawat dank lien (stuart dan sundeen, dalam Intan, 2005) :
 Batas peran
Masalah batas peran ini memerlukan wawasan dan pengetahuan yang luas dari
perawat serta penentuan secara tegas mengenai batas-batas terapeutik perawat dan
klien.

 Batas waktu
Penetapan waktu perlu dilakukan dimana perawat mengadakan hubungan
terapeutiknya dengan klien. Waktu pengobatan atau hubungan terapeutik yang tidak
wajar dan tidak mempunyai tujuan terapeutik harus dievaluasi kembali untuk
mencegah terjadinya pelanggaran batas.

 Batas tempat dan ruang


Misalnya wawancara di mana? Kapan dan berapa lama? Batas ini biasanya
berhubungan dengan perawatan yang dilakukan . Pemanfaatan terapeutik diluar
kebiasaan misalnya di mobil atau di rumah klien, harus dengan tindakan terapeutik
yang rasional dan mempunyai tujuan yang jelas. Perawat tidak di per bolehkan dalam
melakukan tindakan di kamar klien kadang perlu menghormati batas-batas tertentu
misalnya pintu terbuka atau ada pegawai yang lain.

 Batas uang
Batas ini berhubungan dengan penghargaan klien dengan perawat berupa uang. Di
sini juga perlu adanya perhatian mengenai tawar -

8
menawar terhadap klien miskin tentang biaya pengobatan untuk mencegah timbulnya
pelanggaran batas.

Batas pemberian hadiah dan pelayanan. Masalah ini controversial dalam keperawatan,
namun yang pasti hal ini melanggar batas.
 Batas pakaian
Batas ini berhubungan dengan kebutuhan perawat dalam berpakaian secara tepat
dalam hubungan terapeutik perawat dank lien. Di mana perawat tidak diperbolehkan
memakai pakaian yang tidak sopan.

 Batas bahasa
Perawat perlu memperhatikan nada bicara dan pilihan kata ketika komunikasi dengan
klien.Tidak terlalu akrab, mengarah sikap seksul dan memberikan pendapat dengan
nada menggurui merupakan pelanggaran batas.

 Batas pengungkapan diri secara persona


Mengungkapkan diri secara personal dari perawat yang tidak berhubungan dengan
tujuanterapeutik dapat mengarah kepada pelanggaran batas.

 Batas kontak fisik


Semua kontak fisik dengan klien harus dievaluasi untuk melihat apakah melanggar
batas ataut idak. Beberapa jenis kontk fisik/ seksual terhadap kien yang tidak pernah
tercangkup dalam hubungan terpeutik antara perawat dengan klien.

Untuk mencegah terjadinya pelanggaran batas dalam berhubungan dengan


klien, perawat sejak awal interkasi perlu menjelaskan atau membuat kesepakatan bers
ama kliententang hubungan yang mereka jalin. Kemudian selama berinteraksi perawat
harus berhati-hati dalam berbicara agar tidak banyak terlibat dalam komunikasi sosial.

Denganselalu berfokus pada tujuan interaksi, perawat bisa terhindar dari


pelanggaran terhadap batas-batas dalam berhubungan dengan klien selalu
mengingatkan kontrak dan tujuan interaksi setiap kali bertemu dengan klien juga
dapat menghindari pelanggaran batas ini.(Suryani 2006).

9
Contoh pelanggaran batas yaitu (Intan 2005):
1. Klien mengajak makan perawat siang atau maka malam di luar.
2. Klien memperkenalkan perawat pada keluarganya.
3. Perawat menerimah pemberian hadiah dari bisis klien.
4. Perawat menghadiri acara-acara sosial.
5. Klien member perawat hadiah.
6. Perawat secara rutin memeluk dan memegang klien.
7. Perawat menjalankan bisnis atau memesan pelayanan dari klien.
8. Perawat secara teratur memberi informasi personal kepada klien.
9. Hubungan professional berubah menjadi hubungan sosial.
10. Perawat menghadiri undangan klien.

E. Pemberian hadiah
Pemberian hadiah merupakan masalah yang kontroversial dalam keperawatan.
Disatu pihak ada yang menyatakan bahwa pemberian hadiah dapat membantu dalam
mencapa itujuan terapeutik, tapi dipihak lain ada yang menyatakan bahwa pemberian
hadiah bisa merusak hubungan terapeutik.

Hadiah dapat dalam berbagai bentuk misalnya yang nyata seperti sekotak permen,
rangkaian bunga, rajutan atau lukisan. Sedangkan yang tidak nyata bisa berupa
ekspresi ucapan terimakasih dari klien kepada perawat sebagai orang yang akan
meninggalkan rumah sakit atau dari anggota keluarga yang lega dan berterima kasih
atas bantuan perawat dalam meringankan beban emosional klien.

F. Cara mengatasi hambatan komunikasi


Untuk mengatasi hambatan teurapeutik, perawat harus siap mengungkapkan perasaan
emosional yang sangat kuat dalam konteks hubungan perawat - pasien. Awalnya,
perawat harus mempunyai pengetahuan tentang hambatan teurapeutik dan mengenali
perilaku yang menunjukkan adanya hambatan tersebut. Kemudian perawat dapat
mengklarifikasi dan mengungkapkan perasaan serta isi agar lebih berfokus secara
objektif pada apa yang sedang terjadi.

10
Latar belakang perilaku dikaji, baik pasien (untuk reaksi resistens dan transferensa)
atau perawat (untuk reaksi kontertransferens dan pelanggaran batasan) bertanggung ja
wab terhadap hambatan teurapeutik dan dampak negatifnya pada proses teurapeutik.

Terakhir,tujuan hubungan, kebutuhan, dan masalah pasien ditinjau kembali. Hal ini
dapat membantu perawat untuk membina kembali kerja sama teurapeutik yang sesuai
dengan proses hubungan perawat-pasien.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunikasi terapeutik merupakan tanggung jawab moral seorang perawatserta salah
satu upaya yang dilakukan oleh perawat untuk mendukung proseskeperawatan yang
diberikan kepada klien. Komunikasi terapeutik bertujuan untukmengembangkan
pribadi klien ke arah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada petumbuhan
klien. Komunikasi terapeutik tidak sama dengan komunikasi sosial.Komunikasi sosial
tidak mempunyai tujuan tertentu dan biasanya pelaksanaankomunikasi ini terjadi
begitu saja. Sedangkan komunikasi terapeutik mempunyaitujuan dan berfungsi sebagi
terapi bagi klien. Karena itu, pelaksanaan komunikasiterapeutik harus direncanakan
dan terstruktur dengan baik.

3.2 Saran
1. Untuk dapat melakukan pendekatan yang efektif terhadap klien perawat
hendaknya mengetahui strategi yang tepat dalam menggunakan komunikasai
terapeutik.
2. Perawat harus menciptakan sebuah perencanaan dan struktur yang baik dalam
pelaksanaan komunikasi terapeutik.
3. Dalam melakukan komunikasi dengan klien perawat harus menghargai keunikan
setiap klien.

DAFTAR PUSTAKA

12
https://www.scribd.com/document/510509182/Makalah-Hambatan-Dalam-
Komunikasi-Terapeutik
Alimul A.A. 2003. Riset Keperawatan & Tehnik Penulisan Ilmiah.
Jakarta: PernerbitSalemba Medika.
Ellis R.B & Gates R.J. 2000. Komunikasi Interpersonal
dalam Keperawatan(terjemahan).Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wahyuni Arti. 2004. Hubungan Antara Karakteristik Perawat Dengan
Motivasi PerawatDalam Menerapkan Komunikasi Terapeutik. Semarang.

13

Anda mungkin juga menyukai