Nurrizky Fauzhi POINT 8 REMEDIAL
Nurrizky Fauzhi POINT 8 REMEDIAL
Disusun oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hambatan
Dalam Komunikasi Terapeutik” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya.
Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Aat Agustini, MKM selaku Dosen Mata Komunikasi
Terapeutik Keperawatan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai komunikasi pada gangguan pendengaran. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami mohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di
waktu yang akan datang.
Penyusun
I
DAFTAR ISI
II
BAB I
PENDAHULUAN
1
2. Untuk mengetahui tujuan komunikasi terapeutik
3. Untuk mengetahui hambatan komunikasi terapeutik
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Hovland, Janis & Kelley sebagaimana dikutip oleh Fajar, menyatakan
komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator)
menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah
atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak).
Therapy berarti pengobatan, terapeutik. Seorang yang ahli pengobatan penyakit atau
gangguan lainnya disebut dengan therapist. Terapeutik adalah yang berkaitan dengan
terapeutik atau terapi.
3
pribadi) yang profesional mengarah pada tujuan kesembuhan pasien dengan titik tolak
saling memberikan pengertian antara tenaga medis spesialis jiwa dan pasien.
Berdasarkan beberapa uraian dari tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
terapeutik adalah proses penyampaian pesan yang direncanakan secara sadar untuk
pengobatan yang dan bertujuan untuk mendorong kesembuhan klien. Komunikasi
terapeutik disebut juga komunikasi interpersonal yang professional.
4
klien pada fase kerja, karena pada fase ini sangat banyak berisi proses penyelesaiaan
masalah (Stuart dan Sundeen dalam Intan. 2005).
B. Transference
Transference merupakan respon tak sadar berupa perasaan atau perilaku
terhadap perawat yang sebetulnya berawal dari berhubungan dengan orang-orang terte
ntu yang bermakna baginya pada waktu dia masih kecil (Stuart dan Sundeen , 1995).
Reaksi transference membahayakan untuk proses terapeutik hanya bila hal ini
diabaikan dan tidak ditelaah oleh perawat. Ada dua jenis utama reaksi transference
yaitu reksi bermusuhan dan tergantung.
5
Contoh reaksi transference bermusuhan (Intan, 2005) :
Bungkus (15 tahun) adalah klien yang dirawat dirumah sakit karena demam berdarah.
Tanpasebab yang jelas klien ini marah-marah kepada perawat Gengki. Setelah dikaji,
ternyata Gengki ini mirip pacar si Bungkus yang pernah menyakiti hatinya. Hal ini
dikarenakan klien mengalami perasaan dan sikap terhadap perawat yang pada
dasarnya terkait dengan tokoh kehidupan yang lalu.
C. Coutertransference
Coutertrasference merupakan kebutuhan terapeutik yang di buat oleh perawat
dan bukan oleh klien. Hal ini dapat mempengaruhi hubungan perawat-klien.Beberapa
bentuk countransference ( Stuart dan Sundeen dalam Intan, 2005) :
6
m) Kecenderungan untuk memusatkan secara berulang hanya pada satu aspek atau
cara memandang pada informasi yang di berikan klien.
n) Kebutuhan untuk mempertahankan intervensi keperawatan dengan klien.
Reaksi coutrtrasference biasanya dalam tiga bentuk ( Stuart dan Sundeen dalam
Intan,2005 )
a) Reaksi sangat mencintai atau “caring”.
Perawat Dono melakukan perawatan pada klien dini dengan cara yang berlebih-
lebihan yaitu dengan cara ,masih berlama-lama mengobrol dengan klien tersebut
padahal masih banyak klien yang perlu di tangani.perawat Dono juga mencoba
menolong klien dengan segala hal yang tidak berhubungan dengan tujuan yang telah
diidentifikasi.
Reaksi sangat cemas sering kali di gunakan sebagai respon terhadap resistensi.
Lima cara mengidentifikasikan terjadi countertransference
(StuartG.WdalamSuryani,2006):
7
D. Pelanggaran batas
Perawat perlu membatasi hubungannya dengan klien. Batas hubungan perawat - klien
adalah bahwa hubungan yang di bina adalah hubungan terapeutik, dalam hubungan
ini perawat berperan sebagai penolong dan klien berperan sebagai yang di tolong.
Baik perawat maupun klien harus menyadari batas tersebut (Suryani, 2006).
Pelanggaran batas terjadi jika perawat melampaui batas hubungan yang terapeutik dan
membina hubungan sosial, ekonomi, atau personal dengan klien.
Beberapa batas hubungan perawat dank lien (stuart dan sundeen, dalam Intan, 2005) :
Batas peran
Masalah batas peran ini memerlukan wawasan dan pengetahuan yang luas dari
perawat serta penentuan secara tegas mengenai batas-batas terapeutik perawat dan
klien.
Batas waktu
Penetapan waktu perlu dilakukan dimana perawat mengadakan hubungan
terapeutiknya dengan klien. Waktu pengobatan atau hubungan terapeutik yang tidak
wajar dan tidak mempunyai tujuan terapeutik harus dievaluasi kembali untuk
mencegah terjadinya pelanggaran batas.
Batas uang
Batas ini berhubungan dengan penghargaan klien dengan perawat berupa uang. Di
sini juga perlu adanya perhatian mengenai tawar -
8
menawar terhadap klien miskin tentang biaya pengobatan untuk mencegah timbulnya
pelanggaran batas.
Batas pemberian hadiah dan pelayanan. Masalah ini controversial dalam keperawatan,
namun yang pasti hal ini melanggar batas.
Batas pakaian
Batas ini berhubungan dengan kebutuhan perawat dalam berpakaian secara tepat
dalam hubungan terapeutik perawat dank lien. Di mana perawat tidak diperbolehkan
memakai pakaian yang tidak sopan.
Batas bahasa
Perawat perlu memperhatikan nada bicara dan pilihan kata ketika komunikasi dengan
klien.Tidak terlalu akrab, mengarah sikap seksul dan memberikan pendapat dengan
nada menggurui merupakan pelanggaran batas.
9
Contoh pelanggaran batas yaitu (Intan 2005):
1. Klien mengajak makan perawat siang atau maka malam di luar.
2. Klien memperkenalkan perawat pada keluarganya.
3. Perawat menerimah pemberian hadiah dari bisis klien.
4. Perawat menghadiri acara-acara sosial.
5. Klien member perawat hadiah.
6. Perawat secara rutin memeluk dan memegang klien.
7. Perawat menjalankan bisnis atau memesan pelayanan dari klien.
8. Perawat secara teratur memberi informasi personal kepada klien.
9. Hubungan professional berubah menjadi hubungan sosial.
10. Perawat menghadiri undangan klien.
E. Pemberian hadiah
Pemberian hadiah merupakan masalah yang kontroversial dalam keperawatan.
Disatu pihak ada yang menyatakan bahwa pemberian hadiah dapat membantu dalam
mencapa itujuan terapeutik, tapi dipihak lain ada yang menyatakan bahwa pemberian
hadiah bisa merusak hubungan terapeutik.
Hadiah dapat dalam berbagai bentuk misalnya yang nyata seperti sekotak permen,
rangkaian bunga, rajutan atau lukisan. Sedangkan yang tidak nyata bisa berupa
ekspresi ucapan terimakasih dari klien kepada perawat sebagai orang yang akan
meninggalkan rumah sakit atau dari anggota keluarga yang lega dan berterima kasih
atas bantuan perawat dalam meringankan beban emosional klien.
10
Latar belakang perilaku dikaji, baik pasien (untuk reaksi resistens dan transferensa)
atau perawat (untuk reaksi kontertransferens dan pelanggaran batasan) bertanggung ja
wab terhadap hambatan teurapeutik dan dampak negatifnya pada proses teurapeutik.
Terakhir,tujuan hubungan, kebutuhan, dan masalah pasien ditinjau kembali. Hal ini
dapat membantu perawat untuk membina kembali kerja sama teurapeutik yang sesuai
dengan proses hubungan perawat-pasien.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi terapeutik merupakan tanggung jawab moral seorang perawatserta salah
satu upaya yang dilakukan oleh perawat untuk mendukung proseskeperawatan yang
diberikan kepada klien. Komunikasi terapeutik bertujuan untukmengembangkan
pribadi klien ke arah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada petumbuhan
klien. Komunikasi terapeutik tidak sama dengan komunikasi sosial.Komunikasi sosial
tidak mempunyai tujuan tertentu dan biasanya pelaksanaankomunikasi ini terjadi
begitu saja. Sedangkan komunikasi terapeutik mempunyaitujuan dan berfungsi sebagi
terapi bagi klien. Karena itu, pelaksanaan komunikasiterapeutik harus direncanakan
dan terstruktur dengan baik.
3.2 Saran
1. Untuk dapat melakukan pendekatan yang efektif terhadap klien perawat
hendaknya mengetahui strategi yang tepat dalam menggunakan komunikasai
terapeutik.
2. Perawat harus menciptakan sebuah perencanaan dan struktur yang baik dalam
pelaksanaan komunikasi terapeutik.
3. Dalam melakukan komunikasi dengan klien perawat harus menghargai keunikan
setiap klien.
DAFTAR PUSTAKA
12
https://www.scribd.com/document/510509182/Makalah-Hambatan-Dalam-
Komunikasi-Terapeutik
Alimul A.A. 2003. Riset Keperawatan & Tehnik Penulisan Ilmiah.
Jakarta: PernerbitSalemba Medika.
Ellis R.B & Gates R.J. 2000. Komunikasi Interpersonal
dalam Keperawatan(terjemahan).Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wahyuni Arti. 2004. Hubungan Antara Karakteristik Perawat Dengan
Motivasi PerawatDalam Menerapkan Komunikasi Terapeutik. Semarang.
13