Anda di halaman 1dari 12

LESSON 7

Beyond Depression

Tujuan Pembelajaran
Siswa akan dapat:
 Mengidentifikasi berbagai kemungkinan penyebab depresi
 Mempertimbangkan cara-cara yang berpusat pada Kristus dalam
mengatasi depresi

Ayat inti
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu
untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu
bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28)

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi


kekuatan kepadaku” (Filipi 4:13)

Pendahuluan
Depresi adalah satu masalah penting dalam masyarakat kita,
khususnya diantara orang-orang muda. Satu kegagalan untuk
mengenal Allah sangatlah menuntun kita kepada kekecewaan dengan
kehidupan, dengan sesama, dan dengan diri kita sendiri. Depresi
adalah “racun jiwa” yang menyerang tepat pada identitas seseorang.
Namun demikian, penyembuhannya adalah mungkin, dan
pemulihannya dapat dilakukan.

Prinsip hidup
Nasib bukanlah masalah kesempatan melainkan satu masalah
pilihan. Tidak ada yang kebetulan. Tidak ada sesuatupun yang terjadi
bagi kita dalam kehidupan kita tanpa izin Allah atau merupakan bagian
dari rencanaNya.

A
da sesuatu yang hilang dalam diri seorang penasihat ketika
seorang klien berumur sepuluh tahun mencoba untuk
bunuh diri. Oleh karena itu doa saya hari itu lebih
menyedihkan dari pada hari-hari sebelumnya. Tolonglah Tuhan, jangan
biarkan dia mati! Adalah satu misteri bagaimana seorang anak
seusianya dapat mengumpulkan sedikit demi sedikit obat-obat
penenang sehingga cukup dapat mengancap kehidupannya melalui
tindakan bunuh diri dalam sebuah fasilitas penjara anak. Namun
sekarang satu-satunya yang menjadi masalah adalah apakah tim medis
mampu merenggutnya dari maut. Mengapa anak usia sepuluh tahun
itu mau mengakhiri hidupnya? Boleh jadi karena ia telah kehilangan
kedua orang tuanya, secara fisik ataupun secara emosional, atau
mungkin karena kakek-neneknya yang sangat dekat dengannya
membuatnya kehilangan harapan dan kehilangan control. Dalam sesi
konseling yang berlangsung tidak lama yang kami buat sebelum ia
mencoba bunuh diri, Eddy membicarakan tentang suara-suara yang dia
dengar selama beberapa tahun ini. Suara-suara yang penuh kebencian,
kemarahan, menakutkan dan mempersalahkan. “Engkau bukanlah
seorang yang baik,” “Engkau tidak layak hidup,” Engkau seorang
penjahat,” “Engkau anak yang paling buruk didunia” “Tidak heran
semua orang membencimu.” Dia tidak tahu apakah suara-suara ini
berasal dari Setan atau bukan, namun dia telah menyerah dan tidak
berdoa lagi, dan gambarannya tentang Allah menjadi sangat
menyimpang sehingga saat itu ia menghubungkan perkataan suara itu
dengan dirinya. Tiba-tiba doa-doaku disela oleh bunyi telepon yang
bordering membawa kabar baik: mereka (tim medis) dapat mengatasi
masalah overdosis yang dialaminya. Eddy mendapatkan kesempatan,
demikian juga saya. Terima kasih Yesus: terima kasih Tuhan.
Depresi sering berhubungan dengan kehilangan hubungan dengan
Allah atau memiliki pandangan yang kurang dan menyimpang tentang
Allah. Dalam kasus Eddy dia tidak pernah mengetahui gambaran yang
positif tentang Allah. Namun
bagi banyak orang yang
dibesarkan dalam satu
keluarga Kristen yang
setengah sehat, depresi
dapat berhubungan dengan
kematian dari keadaan
rohani yang tidak
mengetahui apa-apa. Dalam bukunya In the Eye of the Storm [=Di mata
angin topan], Max Lucado memberikan ide berikut terhadap fenomena
ini,

“Ada sebuah jendela dalam hatimu melalui mana engkau


dapat melihat Allah. Satu kali jendela itu jernih. Pandanganmu
tentang Allah jelas. Engkau dapat melihat Allah dengan jelas
seindah engkau melihat lereng bukit atau lembah yang indah.
Kacanya sangat bersih, jendelanya tidak ada yang pecah. Engkau
mengenal Allah. Engkau mengenal bagaimana Ia bekerja.
Engkau mengetahui bahwa Dia ingin engkau melakukan sesuatu.
Engkau mengetahui Allah memiliki satu maksud, dan terus-
menerus engkau menyelidiki apa maksudNya itu.
Dan tiba-tiba jendela itu pecah. Sebuah batu kerikil
memecahkan jendela itu. Kerikil penderitaan. Mungkin batu itu
menyerang ketika engkau masih seorang anak kecil dan orang
tuamu pergi dari rumah—untuk selamanya. Mungkin batu itu
menyerang masa remajamu ketika hatimu hancur. Mungkin juga
engkau sudah dewasa sebelum jendela itu pecah. Namun ketika
batu itu datang, … Apapun bentuk batu kerikil itu, hasilnya tetap
sama—sebuah jendela yang pecah. Luncuran kerikil itu
mengenai kaca jendela dan memecahkan kaca itu. Bunyi
kehancuran kaca itu menggema hingga ke lembah-lembah
hatimu. Keretakkannya menyebar dari sudut-sudut pengaruh,
menciptakan jaringan laba-laba yang terbagi-bagi.
Dan tiba-tiba Allah itu tidak mudah untuk dilihat. Pandangan
yang nampak sangat jelas itu telah berubah. Engkau berpaling
untuk melihat Allah, namun bentuknya nampak menyimpang.
Sangatlah sukar untuk melihat Allah melalui penderitaan.
Sangatlah sukar memandang Dia melalui pecahan-pecahan hati
yang hancur. Engkau menjadi binggung. Bukankah Allah tidak
mengizinkan hal seperti ini terjadi? Bukankah tragedi dan ejekan
tidak ada dalam agenda Allah yang engkau lihat sebelumnya?
Engkau dipermainkan? Engkau dibutakan?
Saat ketika kerikil itu menghancurkan, kaca itulah yang
menjadi rujukan titik pandangmu. Dari saat itu seterusnya, ada
jenis kehidupan sebelum penderitaan dan sesudah penderitaan.
Sebelum penderitaan, pandangan itu sangatlah jelas; Allah
nampak sangat dekat. Sesudah penderitaan, ya, Dia sangat sukar
untuk dilihat. Dia nampaknya sangat jauh. Penderitaanmu
membuat pandanganmu menyimpang—tidak menyebabkan
kemunduran tapi membuatnya menyimpang. Mungkin cerita ini
tidak menggambarkan situasimu. Namun ada beberapa orang
yang tidak pernah dapat mendefinisikan kembali atau
memfokuskan kembali pandangan mereka tentang Allah, sama
seperti kebanyakan orang dari antara kita.”

Ketika Allah dan kehidupan nampaknya tidak selaras dengan


harapan dan dugaanmu, sangatlah mudah menjadi depresi. Bunuh diri
adalah penyebab kematian yang berada diurutan kedua diantara para
remaja. Di Amerika Serikat, lebih dari seribu remaja mencoba bunuh
diri setiap hari, termasuk banyak orang yang sering diakui sangat sukses
dalam kehidupannya. Satu survey diantara para anak belasan tahun
yang didaftarkan dalam Who’s Who Among High School Students
[=Orang-orang ternama
diantara siswa SMA]
menunjukkan bahwa sekitar
30 persen dari anak-anak yang
sukses di SMA secara serius
bermaksud untuk bunuh diri.
Pada titik yang sama dalam
kehidupan kita hampir semua kita mengalami depresi.

Penyebab-penyebab Utama dari Depresi dalam Budaya Kita.


Kita hidup dalam budaya dimana penggunaan obat-obatan untuk
mengatasi depresi menjadi resep yang paling sering digunakan. “Obat-
obatan” yang baru secara terus menerus dikembangkan yang
menawarkan penyembuhan terhadap depresi. Namun pertanyaan
yang masih tinggal adalah, mengapa orang jadi depresi? Para peneliti
telah mengasingkan sejumlah kemungkinan penyebabnya, dan banyak
kali faktor-faktor penyebab itu tumpang tindih.
Penyebab Biologis. Faktor biologis yang telah dihubungkan
dengan depresi termasuk luka fisik, penyakit, dan genetika. Tekanan
darah rendah dan masalah-masalah yang berhubungan dengan kelenjar
biasanya adalah penyebabnya. Namun tidaklah tepat untuk
mengatakan bahwa seseorang itu mewarisi depresi (turunan depresi).
Mereka boleh jadi mewarisi satu kecendrungan yang berhubungan
dengan biokimia atau mudah terkena depresi, tapi bukan mewarisi
depresi itu sendiri. Bahkan penelitian pada dua kembar identik
menyatakan bahwa selalu ada faktor lingkungan dan pilihan pribadi
yang memegang peranan penting dalam depresi, selain dari pada
kecendrungan-kecendrungan biologis.
Stres. Banyak kali kecendrungan-kecendrungan biologis adalah
satu faktor menuju depresi yang dipicu oleh peristiwa-peristiwa yang
menimbulkan stres dalam lingkungan seseorang. Menurut Social
Readjustment Rating Scale [=Skala Penghitungan penyesuaian ulang
dalam lingkungan masyarakat, skala yang digunakan untuk mengukur
penyebab depresi] peristiwa-peristiwa yang paling menyebabkan stress
adalah penyebab depresi berikut:
 Kematian suami/istri
 Perceraian
 Berpisah ranjang/rumah dengan pasangan
 Masuk penjara
 Kematian anggota keluarga
 Penyakit pribadi / terluka
Latar belakang Keluarga. Faktor seperti kerugian, hubungan
keluarga yang tidak berlangsung/berfungsi dengan baik, perpisahan,
penolakan, perceraian, dan berbagai faktor lingkungan semuanya
berhubungan dengan depresi dalam keluarga. Satu perasaan keadaan
tidak berdaya atau tanpa pertolongan untuk
mengubah situasi kehidupan seseorang
adalah juga satu faktor yang utama yang
memperbesar pola depresi dalam berpikir. Dalam konteks ini, depresi
merupakan satu kondisi “yang dapat dipelajari”.
Kesehatan yang terganggu. Keadaan kurang sehat secara khusus
berhubungan dengan depresi ketika keadaan itu disebabkan oleh
tindakan sendiri yang merusak kesehatan sendiri. Tujuh pola prilaku
berikut ditunjukkan secara khusus untuk diperhatikan sehubungan
dengan depresi: (1) merokok; (2) peminum alkhol; (3) sering
melalaikan sarapan pagi; (4) sering ngemil diantara jam makan; (5)
kelebihan berat badan; (6) jarang berpartisipasi dalam olahraga yang
rutin; (7) kebiasaan tidur yang tidak teratur (kurang dari 6 jam atau
lebih dari 9 jam per malam).
Kemarahan. Banyak orang tua mengajarkan anak mereka bahwa
marah adalah hal yang buruk dan tidak boleh marah dalam berbagai
situasi. Anak-anak yang bertumbuh dalam kelaurga yang demikian
sering merasa bersalah jika mereka marah, jadi mereka menyimpan
amarah mereka dalam hati. Hal ini menuntun pada pola berikut dalam
mengatasi kesukaran atau rasa sakit:
Belajar dari orang lain. Anak-anak sering belajar dari anggota
keluarga, teman-teman, dan orang lain bahwa depresi adalah satu cara
yang berhasil dalam memanipulasi orang lain. Depresi (kemuraman)
sering menjadi satu cara untuk mendapatkan perhatian, menghukum
orang lain, atau mendapatkan kemurahan hati yang seharusnya tidak
didapatkan. Depresi juga dapat menjadi satu bentuk menghukum diri
sendiri yang cenderung untuk mengobati rasa bersalah. Prilaku seperti
itu dapat dilakukan secara sadar maupun tidak sadar.
Berpikiran negatif. Berpikir
negatif pada umumnya diakui sebagai
satu penyebab dan satu akibat dari
depresi. Berpikiran negative yang
menyebabkan depresi adalah kadang-kadang disebut sebagai
“berpikiran busuk.” Beberapa contoh dari berpikiran busuk dapat
melibatkan pemikiran serius atau tanpa dipikir masak-masak (“saya
sungguh tidak berguna”): mendiskualifikasikan posisi (menolak
mendapatkan pujian): kesalahan yang diprediksikan (“Dia tidak akan
mungkin pernah jalan dengan saya”): memberi nama (“Aku hanya
seorang yang bodoh”): dan menyamaratakan secara berlebihan
(“Semua guru benci pada saya”).

Pengusiran (ejection) atau Penolakan (rejection)


Penelitian menyatakan bahwa rata-rata dalam rumah orang
Amerika, seorang anak menerima 10 pernyataan negatif dari setiap 1
pernyataan positif. Dan bahwa para pelajar Amerika mendengarkan 7
pernyataan negative yang ditujukan kepada mereka di sekolah dari
setiap 1 pernyataan positif yang mereka dapatkan. Jika hal ini benar,
tidaklah mengherankan mengapa bagitu banyak orang muda
bertumbuh dengan diliputi oleh ungkapan-ungkapan negatif tentang
diri mereka sendiri. Kitab Suci menunjukkan bahwa kata-kata adalah
sesuatu yang sangat berpengaruh, dan kita seharusnya tidak pernah
lupa bahwa kata-kata yng kita dengar dari orang lain dan kata-kata yang
kita pikirkan dan kita ungkapkan menggambarkan diri kita sendiri
memiliki pengaruh yang sangat besar dan sangat dalam bagi kehidupan
kita.
Yesus mengatakan bahwa melalui kata-kata kita akan dibebaskan
(dibenarkan) dan melalui kata-kata kita akan dihukum (Matius 12:37).
Dia adalah Firman (Word=kata) yang pada mulanya bersama-sama
dengan Allah (Yohanes 1:1). Oleh karena kuasa dari Firmannya (Word)
maka segala sesuatu, kehidupan, dan penciptaan menjadi ada (Kejadian
1). Dan juga oleh karena kata-kata (words) maka dosa masuk kealam
semesta ini. Lusifer berkata, “Aku hendak naik ke langit, aku hendak
mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, … Aku hendak
naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang
Mahatinggi” (Yesaya 14:13, 14). Dan juga kepada kita, Yakobus
mengatakan bahwa “dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal
ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi” (Yakobus 3:10).
Kita mendengarkan kata-kata penolakan dari musuh dan dari
orang lain yang ingin menjatuhkan kita. Kita juga dapat merasa senang
dengan suara hati kita yang menolak penyebab depresi itu. Atau kita
dapat memilih untuk mengusir suara-suara penolakkan itu oleh
merangkul penerimaan dan pengakuan Yesus Kristus itu dan mengakui
bahwa hanya ada satu—dan hanya satu-satunya—dasar yang cukup
untuk setiap persediaan karunia Allah: pertukaran yang mengambil
tempat kita di Salib itu. Darah Yesus yang tertumpah bukan hanya
tentang keselamatan kita, namun juga untuk menuntun kita
menemukan cara yang baru dalam melihat diri kita sendiri dan
kesejahteraan kita hidup bersama Allah.
Kasih Kalvari—cinta Kristus yang dinyatakan di Kalvari—
menyembuhkan rasa sakit kita baik secara mental, fisik, rohani, dan
emosi yang mengikat kita dan membutakan kita. Salib itu mengundang
kita untuk mengambil semua prilaku dusta, nyontek, menyakiti,
membenci dimana kita terlalu lemah untuk hancurkan dan
menyerahkan semuanya kepada Yesus dikaki salibNya. Dengan
berlinangan air mata, kita akan mengagumi mukjizat-mukjizat
pekerjaanNya dalam kehidupan kita disuatu hari disaat yang tepat.
Yesus tidak hanya mengambil harga kematian kita supaya kita dapat
memiliki kehidupanNya yang cuma-cuma, namun Ia juga mengambil
penolakan kita, kekalahan kita, kegagalan kita supaya kita dapat
memiliki kemenanganNya, kesuksesanNya dan berkat-berkatNya.
 Yesus dihukum supaya kita boleh diampuni
 Yesus dilukai supaya kita boleh disembuhkan
 Yesus dijadikan berdosa oleh dosa-dosa kita supaya kita boleh
dijadikan benar oleh kebenaranNya,
 Yesus mati dalam kematian kita supaya kita dapat merasakan
kehidupanNya
 Yesus menjadi miskin dengan kemiskinan kita supaya kita boleh
menjadi kaya dengan kekayaanNya.
 Yesus dilahirkan dalam keadaan memalukan seperti kita supaya kita
dapat merasakan kemuliaanNya.
 Yesus memikul penolakan kita supaya kita dapat memiliki
penerimaanNya sebagai anak-anak Allah.
 Yesus menjadi terkutuk supaya kita dapat menerima berkat.
Allah memampukan kita untuk mengalami pengusiran dari
penolakan dalam kehidupan kita. Namun ini hanya dapat terjadi jika
kita mengizinkan Yesus mengontrol tombol eject (usir, keluar) itu.
Seorang Kristen yang pasif sangat fatal berkata, “Apapun yang akan
terjadi, terjadilah—dan itu adalah kehendak Allah,” bukanlah perkataan
iman. Orang yang memiliki iman yang radikal percaya bahwa tidak ada
sesuatupun yang terjadi kepada kita secara kebetulan tanpa tujuan
Allah sehingga ia mengizinkan hal itu terjadi. Berbicara boleh jadi
murah, namun perkataan iman tidaklah murah. Iman dapat
mengalihkan jurusan pola berpikir dari otak dan menciptakan jejak baru
yang dapat memperpendek sirkuit depresi dan pikiran-pikiran yang
merusak yang diakibatkan oleh depresi. Mari kita akhiri bagian ini
dengan mendengarkan kesaksian dari seorang pria muda yang
pemikiran-pemikiran depresinya telah diubahkan oleh menyelami
kebenaran penting ini.
Terima kasih untuk ajaranmu baru-baru ini tentang berkat dan
kutuk dadri iman dan daging, sebagaimana yang diajarkan dalam
Firman Allah. Kehidupanku telah sangat berubah oleh karenanya.,
Berkali-kali dalam kehidupan saya menghadapi masalah dalam
menyembuhkan depresi saya, dan selama 5 tahun saya berada dibawah
pengawasan seorang psikiater.
Kemudian saya mendengar ajaranmu tentang kutuk turun-
temurun dan penyembuhan yang Allah tawarkan bagi kita melalui
FirmanNya. Doa penyembuhan yang saya terima membebaskan saya
dari kutuk yang telah lama mengontrol saya dan melepaskan saya
untuk menjadi seorang yang berbeda. Sekarang saya benar-benar
merdeka.
Seakan-akan seperti sebuah bendungan yang dihancurkan dan
Allah berpindah dalam roh saya. rintangan itu telah hilang dan saya
dapat bertumbuh dalam kerohanian sehingga saya hanya dapat memuji
Dia oleh karena berkatNya. Kadang saya menangis ketika saya
memikirkan tentang semua yang telah Dia lakukan kepada saya, dan itu
adalah sebuah pertolongan yang dapat memampukan saya menjadi
tenang dan percaya.
Sungguh kita menyembah satu Allah yang ajaib!”1

Anchor Text
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu
untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu
bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Roma 8:28)

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi


kekuatan kepadaku” (Filipi 4:13)

1
Timothy Davis, Words, Cleansing Streams Seminar Presentation (Van Nuys, Calif.:
Church of the Way. 1997).
Bible Search 1
Depresi dan Para Pahlawan Alkitab
Banyak dari para pahlawan besar di Alkitab bergumul dengan
depresi. Elia, Daud, dan Ayub adalah tiga contoh terbesar. Lengkapilah
lembar kerja Bible Search dari Mazmur 88 yang akan disediakan oleh
gurumu.

Bible Search 2
Pengalaman Elia mengatasi Depresi
Lengkapilah lembar kerja yang disedikan oleh gurumu tentang
pengalaman Elia mengatasi depresinya yang dicatat dalam I Raja-raja
19.

Anda mungkin juga menyukai